Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN INTRA CEREBRAL HEMORAGIC

A. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi Otak

Gambar 1.1 Anatomi Otak

Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan

pusat komputer dan semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang

terletak didalam rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang

kuat.

Berat jaringan otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat

orang dewasa. Otak menerima 20% dan seluruh curah jantung dan

membutuhkan sekitar 20% dari pemakaian O2 tubuh. Otak merupakan

jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh

manusia dan membutuhkan O2 serta glukosa melalui aliran darah tetap

konstan karena jaringan otak sangat rapuh. Bila aliran darah ke otak

terhenti selama 10 detik saja dapat mengakibatkan kesadaran mungkin

sudah akan hilang dan dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan

1
kerusakan irreversibel yang kritis sebagai pusat integritas dan koordinasi

organ dan system efektor perifer tubuh dan berfungsi sebagai penerima

informasi mengeluarkan implus dan tingkah laku.

Otak terdiri dari beberapa bagian-bagian hemisfer otak. Setiap

hemisfer serebri dibagi dalam 4 lobus, yaitu: lobus frontal, pariental,

temporal dan oksipital, fungsi dari setiap lobus berbeda-beda. Lobus

frontal terlihat dalam mental, emosi, dan fungsi fisik. Bagian anterior

mempunyai peran dalam kontrol tingkah laku social, pendapat dan

aktivitas intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur

fungsi motorik.

Lobus parietal, menterjemahkan input sensorik sensasi yang

dirasakan pada satu sisi bagian tubuh yang lain diterjemahkna melalui

lobus pariental bagian kontra lateral. Sensasi somatic yang diterima dalah

nyeri, temperature, sentuhan dan tekanan, lobus pariental juga berperan

dalam proses memory. Lobus oksipital mengandung daerah veiseral

primer dan daerah gabungan visual. Daerah visual primer menerima

informasi dan menafsirkan warna.

Lobus temporalis berfungsi dalam sensorik pendengaran,

penciuman dan rasa.

2. Fisiologi otak

a. Sirkulasi Darah Otak

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %

konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme

aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri

2
karotis interna dan arteri vertebralis. Dan dalam rongga

kranium,keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk

sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi. (Satyanegara, 1998)

Arteri karotis interpna dan eksterna bercabang dari arteria

karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis

internamasuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi

kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri

serebrianterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti

nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,

korpuskolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus

frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan

korteks motorik.Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus

temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.Arteria

vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang

sama.

Arteri vertebralis memasuki tengkorak melaluiforamen

magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua

arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaristerus

berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang

menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-

cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula

oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.

Arteriserebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi

3
sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,

apparatuskoklearis dan organ –organ vestibular.

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui

venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di

drainaseke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria

akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.

Jumlah aliran darah ke otak disebut sebagai cerebral blood

flow (CBF) dan dinyatakan dalam satuan cc/menit/100 gram otak.

Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak/cerebral perfusion

pressure (CPP) dan resistensi serebrovaskular/cerebrovascular

resistance (CVR) (Trent, 2011). Dalam keadaan normal dan sehat,

rata-rata aliran darah otak adalah 50,9 cc/100 gram otak/menit.

Hubungan antara ketiga variabel ini dinyatakan dalam persamaan

berikut:

Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah

sistemik /mean arterial blood pressure (MABP) dikurangi dengan

tekanan intracranial/intracranial pressure (ICP), sedangkan

komponen CVR ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tonus

pembuluh darah otak, struktur dinding pembuluh darah, viskositas

darah yang melewati pembuluh darah otak (Guyton, 2006).

Ambang batas aliran darah otak ada tiga, yaitu:

1) Ambang fungsional : batas aliran darah otak 50-60 cc /100

gram/menit. Bila tidak terpenuhi akan menyebabkan

4
terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf

masih utuh

2) Ambang aktivitas listrik otak: batas aliran darah otak sekitar

15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak tercapai akan

menyebabkan aktivitas listrik neuronal berhenti. Ini berarti

sebagian struktur intrasel telah berada dalam proses

disintegrasi.

3) Ambang kematian sel, yaitu batas aliran darah otak yang bila

tidak terpenuhi akan menyebabkan kerusakan total sel-sel

otak. CBF dibawah 15 cc/100 gram/menit.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak antara lain:

1) Keadaan pembuluh darah, dapat menyempit akibat stenosis

atau ateroma atau tersumbat oleh trombus/embolus.

2) Keadaan darah, viskositas darah yang meningkat, hematokrit

yang meningkat akanmenyebabkan aliran darah ke otak lebih

lambat, anemia yang berat dapat menyebabkan oksigenasi

otak menurun.

3) Tekanan darah sistemik yang memegang peranan tekanan

perfusi otak.

b. Autoregulasi Otak

Autoregulasi otak yaitu kemampuan darah arterial otak

untuk mempertahankan aliran darah otak tetap meskipun terjadi

perubahan pada tekanan perfusi otak. Dalam keadaan fisiologis,

tekanan arterial rata–rata adalah 50 – 150 mmHg pada penderita

5
normotensi. Pembuluh darah serebral akan berkontraksi akibat

peningkatan tekanan darah sistemik dan dilatasi bila terjadi

penurunan.

Keadaan inilah yang mengakibatkan perfusi otak tetap

konstan.Autoregulasi masih dapat berfungsi baik, bila tekanan

sistolik 60 – 200 mmHg dan tekanan diastolik 60 – 120 mmHg.

Dalam hal ini 60 mmHg merupakan ambang iskemia, 200 mmHg

merupakan batas sistolik dan 120 mmHg adalah batas atas

diastolik. Respon autoregulasi juga berlangsung melalui refleks

miogenik intrinsik dari dinding arteriol dan melalui peranan dari

sistem saraf otonom

c. Metabolisme Otak

Otak dapat berfungsi dan bermetabolisme tergantung

dengan pemasukan oksigen. Pada individu yang sehat pemasukan

oksigen sekitar 3,5 ml/100 gr/menit dan aliran darah otak sekitar

50 ml/100 gram/menit. Glukosa merupakan sumber energi yang

dibutuhkan otak, bila dioksidasi maka akan dipecah menjadi CO2

dan H2O. Secara fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme

oksidatif secara komplit, 10% yang diubah menjadi asam piruvat

dan asam laktat (metabolisme anaerob). Bila aliran darah otak

turun menjadi 20 – 25 ml/100gram otak/ menit maka akan terjadi

kompensasi berupa peningkatan ekstraksi ke jaringan otak

sehingga fungsi-fungsi neuron dapat dipertahankan (Guyton, 2006)

6
B. Definisi

Gambar 1. 2 Lesi Intrakranial

Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada

jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam

jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran

yang kadang-kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan

didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi dilakukan operasi jika

Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah.

Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi

otak.Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala

sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul.

Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang

biasanya diakibatkan oleh cidera regangan atau robekan rotasional

terhadap pembuluh–pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau

kadang kerena cidera tekanan. (Suharyanto, 

7
C. Etiologi

Etiologi dari Intra Cerebral Hematom  adalah :

a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala

b. Fraktur depresi tulang tengkorak

c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba

d. Cedera penetrasi peluru

e. Jatuh

f. Kecelakaan kendaraan bermotor

g. Hipertensi

h. Malformasi Arteri Venosa

i. Aneurisma

j. Distrasia darah

k. Obat

l. Merokok

D. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan

EDH dan sekitar 10%  mengakibatkan koma. Secara Internasional

frekuensi kejadian hematoma epidural hampir sama dengan angka

kejadian di Amerika Serikat. Orang yang beresiko mengalami EDH adalah

orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh. 60 % penderita

EDH adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada umur

kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada

pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih

8
banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan

4:1.

E. Patofisiologi

ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma

meluas kemedial kesubstansi kelabu dalam dan kelateral melalui substansi

putih yang relatif aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah

satu dari arteria perforating kecil yang meninggalkan arteria serebral

media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering dijelaskan sebagai

arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada

arteria perforating pasien hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal

yang sangat kecil yang diduga rupturnya menjadi sumber perdarahan.

Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai pada

pons atau hemisfer serebeler. ICH akut sering terjadi saat atau setelah

latihan fisik. Sekitar duapertiga akan mengalami perburukan neurologis

progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang kerumah

sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada 60% dan dua per tiganya jatuh

kedalam koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-

40% kasus. Gejala ini karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang

kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan tanda lainnya tergantung

ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda khas perdarahan

ganglia basal, biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan

gaze ipsi lateral dengan perubahan sensori, visual dan tabiat. Perubahan

pupil terjadi akibat ancaman herniasi unkal lobus temporal akibat

peninggian TIK dan pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer

9
dominan terkena. Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui

dua cara yaitu:

1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama

pada kasus dimana hematoma meluas kemedial dan talamus serta

ganglia basal rusak.

2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan

yang kurang selluler namun mungkin berukuran besar dan

menyebabkan penekanan serta gangguan fungsi neurologis yang

mungkin reversibel. 80% pasien adalah hipertensif dan biasanya

dalam eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat datang.

Kebanyakan kasus hematoma memecah kesistema ventrikuler atau

rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis PSA. Pria terkena

5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara usia 45-75

tahun.

Pasien dengan koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti

juga penderita yang mendapat antikoagulan terutama Coumadin.

Trombositopenia dengan hitung platelet kurang dari 20.000, penyakit

hati, leukemia, dan obat-obat seperti amfetamin meninggikan risiko

terjadinya PIS. ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating

kecil seperti lentikulostriata pada ganglia basal, talamoperforator

diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons. Karenanya

kebanyakan terjadi pada struktur dalam dari hemisfer serebral. Berikut

ini struktur beserta frekuensi kejadiannya: putamen 30-50%, substansi

putih subkortikal 30%, serebelum 16%, talamus 10-15%, serta pons 5-

10
12%. Arteria yang paling sering menimbulkan perdarahan adalah

cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang

mencatu putamen.

ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan

diatas, ia disebabkan oleh perdarahan arterial langsung ke parenkhima

otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada aneurisma milier kecil,

dan/atau pada arteria lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi

pasien dengan hipertensi. Minoritas kasus PIS kemungkinan

disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa, amiloid serebral,

atau tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling sering

mengalami perdarahan, sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan

ipernefroma adalah tumor metastatik yang tersering menimbulkan

perdarahan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo 

(2006) adalah sebagai berikut :

a. Angiografi

b. Ct scanning

c. Lumbal pungsi

d. MRI

e. Thorax photo

f. Laboratorium

g. EKG

11
G. Colaborative Management

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses

keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah

kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga

kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan

perumusan diagnosis keperawatan.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang

status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,

sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status

ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),

jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose

medis.

2) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah

badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3) Riwayat penyakit sekarang

12
riwayat penyakit sekarang yaitu riwayat dari awal kejadian

sampai pasien dibawa kerumah sakit dan saat di rumah sakit

apa tindakan pertama yang diberikan dan sampai pasien di

bawa untuk dirawat di ruangan.

4) Riwayat penyakit dahulu

riwayat penyakit dahulu adalah apa saja penyakit yang

pernah di alamai pasien dalm 3 tahun terakhir.

5) Riwayat penyakit keluarga

riwayat penyakit keluarga yaitu untuk mengetahui apakah ada

penyakit yang diturunkan oleh orang tua sebelumnya

misalnya sperti penyakit yang sifatnya genetik.

6) Riwayat psikososial

riwayat psikososial adalah keadaan yang mengambarkan

perasaan dari pasien

b. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

a) Arti sehat dan sakit bagi pasien

b) Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini

c) Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining,

kunjungan ke pusat pelayanan ksehatan, diet, latihan dan

olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi

d) Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis

keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan.

e) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan

13
f) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

a) Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan

b) Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)

c) Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang

dihabiskan, nafsu makan

d) Kepuasan akan berat badan

e) Persepsi akan kebutuhan metabolik

f) Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa

dan bau, gigi, mukosa mulut, mual atau muntah,

pembatasan makanan, alergi makanan

g) Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini

dan SMRS)

3) Pola eliminasi

a) Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc),

warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol

BAK, adanya perubahan lain

b) Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc),

warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol

BAB, adanya perubahan lain

c) Keyakinan budaya dan kesehatan

d) Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan

diri

e) Penggunaan bantuan untuk ekskresi

14
f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen,

genitalia, rektum, prostat

4) Pola aktivitas dan latihan

a) Aktivitas kehidupan sehari-hari

b) Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas

c) Aktivitas menyenangkan

d) Keyakinan tenatng latihan dan olahraga

e) Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian,

mandi, makan, kamar mandi)

f) Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan

g) Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)

h) Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular,

muskuloskeletal, neurologi)

5) Pola tidur dan istirahat

a) Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur

dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur,

tingkat kesegaran setelah tidur)

b) Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik)

c) Jadwal istirahat dan relaksasi

d) Gejala gangguan pola tidur

e) Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)

f) Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan

umum, mengantuk)

15
6) Pola hubungan dan peran

a) Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga,

teman, kerja

b) Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran

c) Efek terhadap status kesehatan

d) Pentingnya keluarga

e) Struktur dan dkungan keluarga

f) Proses pengambilan keputusan keluarga

g) Pola membersarkan anak

h) Hubungan dengan orang lain

i) Orang terdekat dengan klien

j) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan

7) Pola persepsi dan konsep diri

a) Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok

sosial

b) Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri,

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

c) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan

tubuh (yg disukai dan tidak)

d) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri

e) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)

f) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau

psikologi

16
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,

murung, gidak mau berinteraksi)

8) Pola sensori dan kognitif

a) Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman,

pendengar, perasa, peraba)

b) Penggunaan alat bantu indra

c) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara

komprehensif)

d) Keyaknan budaya terhadap nyeri

e) Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan

untuk mengontrol dan mengatasi nyeri

f) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,

ketidaknyamanan)

9) Pola reproduksi seksual

a) Masalah atau perhatian seksual

b) Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri

c) Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman,

pelukan, sentuhan dll)

d) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan

reproduksi

e) Efek terhadap kesehatan

f) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau

psikologi

17
g) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia,

payudara, rektum)

10) Pola penanggulangan stress

a) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini

b) Tingkat stress yang dirasakan

c) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress

d) Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan

keefektifannya

e) Strategi koping yang biasa digunakan

f) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress

g) Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

a) Latar belakang budaya/etnik

b) Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan

kelompok budaya/etnik

c) Tujuan kehidupan bagi pasien

d) Pentingnya agama/spiritualitas

e) Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas

f) Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan,

adat) yang dapat mempengaruhi kesehatan

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

18
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar

dimengerti, kadang tidak bisa bicara

Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi

bervariasi

2) Pemeriksaan integumen

Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan

jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping

itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada

daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed

rest 2-3 minggu

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

Rambut : umumnya tidak ada kelainan

3) Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala : bentuk normocephalik

Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu

sisi

Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

4) Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar

ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan

tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

5) Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang

lama, dan kadang terdapat kembung.

19
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

7) Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

8) Pemeriksaan neurologi

Pemeriksaan nervus cranialis

Pemeriksaan motorik

Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan penunjang

9) Pemeriksaan radiologi

CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk

ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.

Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti

aneurisma atau malformasi vaskuler.

Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan

jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang

merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita

stroke.

10) Pemeriksaan laboratorium

Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya

dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan

20
yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom)

sewaktu hari-hari pertama.

11) Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm

serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.

12) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada

darah itu sendiri.

H. NURSING CARE MANAGEMENT

A. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah

2. Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot

3. Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial

(TIK)

4. Gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot

B. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Gangguan Tujuan : setelah 1. Observasi kondisi 1. Inspeksi

mobilisasi fisik dilakukan tindakan fisik klien kondisi awal

berhubungan keperawatan selama pasien

dengan kondisi waktu 4X24 jam 2. Rencanakan proses 2. Merencanakan

yang melemah pasien diharapkan latihan yang efisien porsi latihan

dapat melakukan bila perlu untuk

mibilisasi fisik kolaborasikan menunjang

secara optimal. dengan fisioterapi kesembuhan

21
Kriteria hasil: untuk menambah pasien

 Tonus otot proses latihan

bertambah 3. Atur posisi 3. Memberikan

 Mobilisasi ROM senyaman mungkin kenyamanan

pasif menjadi 4. Mengajari pasien 4. Melakukan

aktif ROM pasif dan tindakan

 Tidak mengeram aktif keperawatan

kesakitan dalam 5. Biarkan pasien 5. Monitoring

proses latihan mempraktikan tindakan yang

kembali yang sudah

sudah diajarkan dilakukan

tapi dengan

pengawasan

perawat

6. Observasi kembali 6. Mengetahui

peningkatan gerak perkembangan

fisik latihan

7. Berikan HE(healt 7. Memberikan

education) tentang informasi

pentingnya latihan kepada pasien.

ROM.
Gangguan Tujuan : setelah 1. Observasi kondisi 1. Inspeksi kondisi

intoleransi aktivitas dilakukan tindakan fisik klien awal pasien

berhubungan keperawatan dalam 2. Rencanakan proses 2. Merencanakan

dengan kelemahan waktu 6X24 jam latihan yang efisien porsi latihan

22
tonus otot diharapkan pasien bila perlu untuk

dapt terpenuhi kolaborasikan menunjang

aktivitas sehari hari dengan fisioterapi kesembuhan

dengan normal untuk menambah pasien

Kriteria hasil : proses latihan

 Terjadi 3. Atur posisi 3. Memberikan

peningkatan senyaman mungkin kenyamanan

tonus otot 4. Mengajari pasien 4. Melakukan

 Pasien dapat ROM pasif dan tindakan

melakukan aktif keperawatan

aktivitas sehari 5. Biarkan pasien 5. Monitoring

hari dengan mempraktikan tindakan yang

mandiri kembali yang sudah sudah dilakukan

 Tidak terasa diajarkan tapi

sakit bila dengan pengawasan

melakukan perawat

latihan 6. Bila sudah bisa 6. Melanjutkan

menyangga tubuh proses latihan

ajarkan berjalan tapi keperawatan

dengan

dammpingan

perawat

7. Berikan dukungan 7. Memberi

dalam setiap semangat untuk

23
tindakan yang menambah

sudah dilakukan. latihan.


Gangguan rasa Tujuan : setelah 1. Observasi secara 1. Inspeksi skala

nyaman Nyeri dilakukan tindakan subjektiv skal nyeri awal dari

berhubung dengan keperawatan dalam nyeri yang pasien

peningkatan waktu 3X24 jam dirasakan pasien 2. Memberikan

tekanan diharapkan rasa 2. Beri posisi yang rasa nyaman

intrakranial (TIK) nyeri yang dirasak nyaman

pasien dapat 3. Ajari metode 3. Melakukan

berkurang atau relaksasi seperti terapi perawatan

bahkan hilang distraksi, nafas

Kriteria Hasil : dalam, dan bila

 Wajah tidak emosi ajarkan

mengurung dan imajinasi terpimpin

menahan 4. Anjurkan pasien 4. Memantau

kesakitan untuk melakukan adakah kelainan

 Skala nyeri pemeriksaan CT- dari

turun Scan pemeriksaan

 Pasien tidak 5. Kolaborasikan 5. Membantu

memegangi dengan pihak mempercepat

bagian yang medis untuk terapi kesembuhan

sakit obat pasien

6. Berikan HE 6. Memberi

tentang pentingnya informasi secara

ambulansi saat lengkap

24
emergensi

7. Observasi 7. Monitoring

penurunan skala perkembangan

nyeri yang setelah

dirasakan dilakukan

tindakan

keperawatan
Defisit perawatan Tujuan : setelah 1. Observasi kondisi 1. Obsevasi

diri berhubung dilakukan tindakan awal pasien kondisi awal

dengan kelemahan keperawatan dalam terutama fisik dan dari pasien

otot waktu 1X24 jam kebersihan

diharapkan pasien 2. Siapkan alat untuk 2. Menyiapkan

terpenuhi dalam melakukan PH alat dari suatu

perawatan dirinya bagian tindakan

secara optimal keperawatan

Kriteria Hasil : 3. Memberitahu 3. Menghindari

 Wajah tidak lesu maksud dan tujuan penolakan dri

 Kulit tidak tindakan yang tindakan

saling dilakukan keperawatan

melengket 4. Menutup gorden 4. Menjaga

 Badan menjadi privasi pasien

harum 5. Melakukan PH 5. Melakukan

sambil mengajari tindakan

keluarga keperawatan

6. Observasi tindakan 6. Monitoring

25
yang dilakukan tindakan yang

sudah

dilakukan

7. Beri HE 7. Membantu

pentingnya memberikan

perawatan diri informasi

secara jelas.

C. Evaluasi

1.  Tidak terjadi gangguan mobilisasi fisik

2. Tidak terjadi gangguan intoleransi aktivitas

3. Tidak terjadi gangguan nyaman nyeri

4. Tidak terjadi gangguan defisit perawatan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Price. A & Wilson. L. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi IV.

Jakarta: EGC

Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

26
Suharyanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Neurovaskular. Jakarta: Trans Info Me

Sylvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

27

Anda mungkin juga menyukai