NIM : 201601041
Kelas : 3B Keperawatan
A. Antipsikosis tipikal
Antipsikosis tipikal menimbulkan lebih banyak efek samping meski kerja antipsikosis
mereka baik karena obat tersebut bekerja pada reseptor D2. Obat ini secara struktur serupa
dan secara kimia saling berkaitan. Kerja obat pada reseptor D2 dapat digambarkan pada
tiga jaras utama yang dipengaruhinya :
1. Jaras mesolimbic
2. Jaras tuberoinfundibular
3. Jaras nigrostriatal
Jaras mesolimbic
Efek antipsikosis
Sedasi
Gangguan performa
Jaras tuberoinfundibular
Jaras nigrostriatal
Jaras ini berkaitan dengan gangguan pergerakan yang disebabkan oleh obat ini :
C. Efek Samping
Efek samping antipsikosis tipikal muncul akibat kerja obat pada berbagai reseptor,
termasuk reseptor dopamin yang memungkinkan obat memberi hasil yang
menguntungkan. Antipsikosis berkaitan dengan tingginya tingkat efek samping, beberapa
efek samping cukup berat dan sering disebut sebagai efek samping ekstra pyramidal (ekstra
pyramidal side- effect, EPSE) contohnya adalah :
Efek samping dopaminergik, seperti efek neurologis akut (dystonia,
parkinsonisme) dan efek neurologis kronis (dyskinesia tradiv, dystonia tradiv)
Efek samping neuroendokrin, seperti amenore, galaktorea dan infertilitas
Efek sampik idiosinkratik seperti sindrom neuroleptic maligna. Ini merupakan
reaksi yang mengancam jiwa bagi beberapa orang yang mengonsumsi obat
antipsikosis
Efek sampik kolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi
urin, kegagalan ejakulasi.
Efek sampuing histaminergic (sedasi)
Efek samping adrenergic seperti hipotensi, aritmia
Efek samping beragam seperti fotosensitivitas, sensitivitas terhadap panas, ikterik
kolestatik, pigmentasi retina
Penatalaksanaan efek samping ini seringkali memerlukan peresepan obat lain untuk
mengurangi tingkat keparahannya. Obat tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Antipsikotik atipikal secara umum memiliki profil efek samping yang jauh lebih baik dan
biasanya lebih bisa di toleransi serta lebih aman digunakan.
Sumber :