Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi pada penyakit Diabetes Melitus Diabetes dibedakan menjadi diabetes tipe-1, diabetes tipe-2.

dan diabetes jenis lainnya. DM-1 (tipe 1 A) Klinis Anak>dewasa Berat normal Penurunan insulin dara Antibodi antisel islet Sering ketoasidosis DM-2 Dewasa>anak Kegemukan Insulin darah normal atau meningkat Tidak ada antibodi antisel islet Jarang ketoasidosis Genetika Angka kejadian pada Angka kejadian pada

kembar 40% Terikat HLA-D

kembar 60%-80% (human Tidak ada keterikatan

leucocyte antigen) Patogenesis Autoimun, imunopatologik Defisiensi berat insulin Sel islet Insulitis dini. Atrofi mencolok. Deplesi berat sel beta. Diabetes tipe 1: a. Diperantarai sistem imun (tipe 1A) b. Idiopatik Diabetes tipe 2 Diabtes spesifik lainnya: dan

dengan HLA-D

mekanisme Resistensi Insulin

Defisiensi relatif insulin Tidak ada insulinitis

fibrosis Atrofi foka dan endapan amiloid Deplesi ringan sel beta.

A. Defek genetik fungsi del Beta yang ditandai dengan mutasi di (MOTY) 1. Hepatocyte nuclear trancription factor (HNF) 4 2. Glukokinase 3. Hepatocyte nuclear transcription factor 1 4. Insulin promoter factor.

B. Defek genetik pada kerja insulin ( resistensi insulin tipe A) C. Penyakit pada pankreas eksokrin: pankreatitis, pankreatektomi, neoplasia, fibrosis kistik, hemokromatomatosis. D. Endokrinopati sindromCushing, akromegali, feokromositoma, hipertiroidisme, glukagonoma. E. Obat/ bahan kimia :glukokortikoid, thiazid, lain-lain. F. Infeksi: Rubella kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus, lain-lain. G. Bentuk jarang diabetes imunologik:sindrom stiff man antibodi anti reseptor insulin. H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes: sindrom turner. down syndrome, kinefelter syndrome.

Robbins& Cotran.2008.Buku Ajar Patologi Edisi ke-7.Jakarta: EGC

Bagaimana alur diagnosis pada pasien Diabetes Melitus Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan glukosa darah. Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis ini, dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaa diagnostik bertujuan untuk mereka yang menunjukkan gejala dan tanda DM (polidipsia, polifagia, dan poliuria), sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasikan mreka yang tidak bergejala, yang mmpunyai resiko DM. Selain gejala yang umum ada juga gejala khusus, yaitu luka yang susah sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, dan pruritus vulva. Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan gula darah puasa, gula darah sewaktu, dan gula darah 2 jam post prandial. Pemeriksaan penyaring meliputi pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa, dan glukosa urin.

Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus, Dalam: Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadi, Setiati, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, ed. V. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 1880-1883

Apa saja penyakit yang dapat menyebabkan yang dapat menyebabkan luka susah sembuh dan kesemutan pada eksremitas? Luka dibedakan berdasarkan lamanya penyembuhan, dibedakan menjadi: 1. Luka akut dengan karakteristik berupa luka yang relatif baru, terjadi secara tiba-tiba, sembuh sembuh pada waktunya dan dapat diprediksi, contohnya: luka bedah dan luka akibat trauma. 2. Luka kronis dengan karakteristik terjadi setalah beberapa lama, penyembuhan berjalan lambat atau berhenti, contoh: luka dekubitus, ulkus vaskular, dan ulkus diabetes.

Pada ulkus diabetes sering terjadi kelainan berupa trineuropati diabetes akibat dari penyakit diabetes melitus yang tidak terkendali, akan meningkatkan resiko terjadinya diabetes pada kaki. a. Neuropati sensorik, kematian atau kerusakkan akibat iskemia atau demielinisasi, sehingg menyebabkan rasa nyer, suhu, dan tekanan. b. Neuropati motorik, ditandai dengan atrofi otot pada permukaan plantaris kaki yang mengakibatkan peningkatan jari kaki yang berbentuk cakar. Meningkatkan resiko ulkus dekubitus (bantalan lemak akan berpindah ke jari-jari kaki sehingga kaput metatarsal terpajan tekanan. c. Neuropati autonom, menghambat atau menghancurkan komponen simpatik pada sistem saraf autonom yang mengendalikan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer, menyebabkan aliran darah tidak terkendali ke dalam ekstremitas bawah dan kaki

sehingga timbul osteopenia pada tulang kaki dan pergelangan kaki. Hasil akhirnya adalah berupa penyakit Charcot (fraktur yang tidak dirasakn) Baranoski, S., and Ayello, E. Wound Care Essential Practice Principles, 2nd ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins,2008. Bagaimana terapi nutrisi pada diabetes mellitus Jenis bahan makanan: Karbohidrat. Sebagai sumber energi , karbohidrat yang diberikan kepada diabetisi tidak boleh lebih dari 55-65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan MUFA. Rekomedasi pemberian karbohidrat: 1. Kandungan total kalori pada makana. ratn yang mengandung karbohidrat, lebih ditentukan oleh jumlah ketimbang dari jenis karbohidrat. 2. Total kebutuhan kalori perhari, 60-70%-nya dari karbohidrat. 3. Jika dikombinasi dengan MUFA, tidak boleh melebihi dari 70%. 4. Jumlah serat 25-50 gr/hari. 5. Jumlah sukrosa sebagai energi tidak dibatasi. Namun jangan sampai melebihi dari total kalori/hari.

6. Sebagai pemanis digunakan pemanis non-kalori, seperti sakarin, aspartame, sukralosa, dan acesulfam. 7. Penggunaan alkohol dibatasi tidak boleh dari 10 gr/hari. 8. Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gr/hari. Protein. Jumlah kebutuhan protein sebanyak 10-15% dari total kalori per hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal, pembatasan protein dibatasi sampai 40 gr/hari, maka diperlukan pemberian suplemen asam amino esensial. Rekomendasi pemberian protein: 1. Kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energi per hari. 2. Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol, asupan protein tidak akan mempengaruhi konsentrasi glukosa darah. 3. Pada keadaan tidak terkontrol, asupan protein sebanyak 0,8-1,0 mg/kg/hari. 4. Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein dikurangi menjadi 0,85 gr/kg BB/hari tidak kurang dari 40 gr. 5. Jika ada kelainan KV, pemberian protein nabati lebh diutamakan. dapat Lemak. Lemak mempunyai kandungan energi 9 kilokalori/gr-nya. Pembatasann asupan lemak jenuh dan kolesterol sangat memperbaiki profil lipidtidak normal. Asam lemak tidak jenuh merupakan salah satu asam lemak yang dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan profil ipid. Pemberian MUFA pada diet diabetisi dapat menurunkan kadar triglesirida, kolesterol total VLDL, dan meningkatkan kadar HDL. PUFA dapat melindungi jantung, menurunkan kadar triglesirida, memperbaiki agregat trombosit. PUFA mengandung asam lemak omega 3 yang menurunkan sintesis VLDL di hati dan meningkatkan aktivitas LPL di jaringan perifer>LDL turun. Rekomendai pemberian lemak: 1. Asupan dibatasi 10% dari total kalori yang diperlukan/hari.

2. Jika kadar kolesterol LDL> 100 mg/dl, asupan lemak jenuh diturunkan sampai 7% dari total kalori. 3. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar LDL> 100 mg/dl, maka maksima kolesterol yang dikonsumsi 200 mg/hari. 4. Batasi asupan lemak bentuk trans. 5. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh rantai panjang. 6. Asupan lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori.

Yunir, Em. 2007. Terapi non-farmakologis pada diabetes melitus, Dalam: Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadi, Setiati, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, ed. IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2197-2206.

Bagaimana rencana terapi, dan edukasi pada Tn. D? Pemberian terapi seharusnya juga disesuaikan dengan kadar glukosa darah, dan HbA1c. Pada kondisi yang belum terjadinya komplikasi akut maupun kronik perbaikan gaya hidup, seperti pengaturan makanan dan aktivitas fisik, dibarengi dengan terapi OHA akan dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan mencegah dari timbulnya komplikasi tersebut. Namun, jika komplikasi telah terjadi, terapi lebih diarahkan pada perbaikan kondisi dari komplikasi pasien tersebut, mencegah resiko terjadinya komplikasi berupa kematian.

Anda mungkin juga menyukai