Anda di halaman 1dari 5

Algoritma Medis Addison Disease

Keluhan Pasien MRS :


Mual, muntah, batuk, fatigue, demam, sakit
kepala, hilangnya kesadaran, perut terasa perih, Periksa ABC
penurunan penglihatan

Airway (A) : Breathing (B) Circulation (C) :


:
 Kaji kepatenan jalan  Pola pernafasan  Hipotensi,
nafas pasien  Suara nafas  Mual
 Sumbatan/obstruksi  Penggunaan otot  Muntah
jalan napas bantu pernafasan  Takikardi
(penumpukan sekret  Sianosis
akibat kelemahan  Kulit dan membran
reflek batuk dan mukosa pucat
muntahan)

 Chin lift /jaw thrust


 Lakukan suction  Pemberian Kehilangan volume
 Oropharyngeal oksigen cairan (muntah, diare)
airway/nasopharyn
geal airway,
Laryngeal Mask
Airway Syok Hipovolemik
 Lakukan intubasi

Lakukan Pemeriksaan
darah & urin

 Kalium Meningkat (Normal 3,1-


Pulihkan sirkulasi darah (Baringkan 4,3 meq/L)
pasien dalam posisi rekumben  Natrium Menurun (Normal 135
(setengah duduk) dengan tungkai meq/L)
ditinggikan, berikan cairan, pantau  Gula Darah Menurun (Normal 70-
115 mg/dl)
 Leukosit meningkat (Normal
4.000-10.000 mm3)

tanda-tanda vital)
 Terapi dengan pemberian kortikostiroid Secondary Survey
setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis
12,5 – 50 mg/hr
 Hidrokortison (solu – cortef)
 Disuntikan 20 mg/hr secara IV
 Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi Anamnesis (AMPLE)
diberikan untuk terapi pengganti kortisol  Alergi : Keluarga mengatakan
 Pemberian infus dekstrose 5% bahwa klien tidak memiliki alergi
dalam larutan saline terhadap obat ataupun makanan
 Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr  Medikasi : mengkonsumsi obat-
diberikan per oral obatan tuberculosis
 Post Ilness : klien menderita Tb 1
tahun lalu dan kambuh sejak 3 bulan
yanng lalu sedang menjalani masa
Berikan antibiotik jika terjadi pengobatan.
infeksi  Last Meal : terakhir makan tadi
pagi 3 sendok makan
 Event : klien mual
dan muntah serta tidak mau makan
Kaji tingkat stress/keadaan
sakit yang menimbulkan
serangan akut
Pemeriksaan Fisik :
B1 (Breathing)
Dispnea, Pernapasan
Monitor tanda-tanda vital cuping hidung
setiap 4 jam B2 (Blood)
Suara Jantung Melemah
B3 ( Brain)
Sakit Kepala, Gemetar
Kelemahan Otot
B4 (Bledder)
Kondisi Membaik pindah Kondisi Membutuhkan Diuresis diikuti Oliguria,
ke Ruang Rawat perawatan ontensif pindah Perubahan Frekuensi
ke ICU Dan Karakteristik
B5 (Bowel)
Diare, Kram Abdomen
B6 (Bone)
Penurunan tonus otot, nyeri ekstremitas
atas dan bawah
Deskripsi Algoritma Medis Addison Disease

Addison disease adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan kelenjar


adrenalis (korteks adrenalis) memproduksi hormon glukokortikoid (kortisol), pada beberapa
kasus didapatkan ketidakmampuan memproduksi hormon mineralokortikoid (aldosteron)
yang cukup bagi tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan di kelenjar adrenal itu sendiri
seperti imunologi dan tuberkulosis.
Klien dengan addison disease memiliki gejala yang tidak spesifik. Gejala yang muncul
biasanya berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, anoreksia, nausea, vomiting, nyeri
abdomen, gastroenteritis, diare, batuk, labilitas mood dan hilangnya kesadaran. Pada orang
dewasa dengan penyakit addison dapat dijumpai penurunan berat badan 1 – 15 kg.
Klien masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan mual, muntah, batuk, fatigue,
demam, sakit kepala, hilangnya kesadaran, perut terasa perih dan penurunan penglihatan, hal
pertama yang harus dilakukan perawat adalah pengkajian primary survey yaitu periksa
Airway, Breathing dan Circulation.
Pada klien dengan penyakit addison mengalami syok hipovolemik dimana kehilangan
cairan melalui muntah dan diare. Tindakan yang harus kita lakukan adalah lakukan
Pemeriksaan darah & urin dengan :
 Kalium Meningkat (Normal 3,1-4,3 meq/L)
 Natrium Menurun (Normal 135 meq/L)
 Gula Darah Menurun (Normal 70-115 mg/dl)
 Leukosit meningkat (Normal 4.000-10.000 mm3)
Pulihkan sirkulasi darah (Baringkan pasien dalam posisi rekumben (setengah duduk)
dengan tungkai ditinggikan, berikan cairan, pantau tanda-tanda vital). Setelah itu,
 Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5
– 50 mg/hr
 Hidrokortison (solu – cortef)
 Disuntikan 20 mg/hr secara IV
 Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
 Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
 Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
Selanjutnya berikan antibiotik jika terjadi infeksi, kaji tingkat stress/keadaan sakit yang
menimbulkan serangan akut dan monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam.
Tindakan selanjutnya adalah perawat melakukan secondary survey dengan melakukan
pemeriksaan fisik, riwayat penyakit terdahulu yang dimiliki yaitu TB dan kanker serta
gangguan imunologis.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 1. Jakarta:EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J.2008. Handbook of Pathophysilogy, 3rd Edition.Michigan: Lippincott


Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai