1
Etanol adalah obat psikoaktif yang paling sering digunakan oleh anak-anak,
remaja, dan orang dewasa di Amerika Serikat dan menjadi salah satu obat yang
paling sering disalahgunakan di dunia.1 Penggunaan etanol telah lama dikaitkan
dengan litigasi pidana dan sipil.2-4 Penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan
dampak buruk terhadap kesehatan, beban ekonomi, dan dampak sosial.5-9
Konsumsi alkohol terus menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
hubungannya dengan dampak sosial yang merugikan termasuk kekerasan dalam
rumah tangga, pelecehan anak, kebakaran, kecelakaan, dan kecelakaan lalu
lintas.10-14 Kejahatan lainnya terhadap orang lain, seperti perampokan,
penyerangan, dan pemerkosaan yang biasanya dikaitkan dengan penyalahgunaan
alkohol.15 Di Amerika Serikat, hukum dan kebijakan yang dibuat untuk
mempromosikan penggunaan alkohol yang aman juga tetap memberikan beberapa
konsekuensi hukum. Dari sudut pandang forensik, pengukuran konsentrasi
alkohol dalam darah (BAC) digunakan untuk menentukan tingkat keracunan.
Dengan demikian, memahami sifat farmakokinetik etanol sangat penting dalam
menentukan perannya dalam perkara pidana. Dalam artikel ini, akan dijelaskan
farmakologi etanol pada orang dewasa yang memiliki relevansi dengan
pertanyaan forensik umum yang sering muncul selama deposisi dan uji coba.
Pengukuran
BAC diukur menurut berbagai metrik, yang membingungkan. Persentase
atau pengukuran persen alkohol per gram sebenarnya menunjukkan gram per 100
mL cairan tubuh, biasanya darah (yaitu, BAC). Jadi, BAC sebesar 0,08%, indikator
BAC yang paling umum untuk mengemudi di bawah pengaruh (DUI) etanol,
setara dengan 0,08 gm%, 0,08 gm/100 mL, 0,08 gm/dL, 80 mg%, 80 mg/dL, dan
17,4 mmol/L (800 mg/L dibagi dengan 46,06844). Konversi ke 17,4 mmol/L
dibuat karena 1 mol etanol setara dengan 46,06844 g. Rumus kimia untuk etanol
adalah CH3CH2OH, serta massa molar karbon, oksigen, dan hydrogen adalah
12,0107 g/mol, 15,9994 g/mol, dan 1,00794 g/mol.
Farmakokinetik
Absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi adalah parameter
farmakokinetik digunakan untuk mengetahui bioavailabilitas obat dalam tubuh.
2
Absorpsi
Etanol diserap oleh saluran gastrointestinal (GI). Faktor-faktor yang
mempengaruhi absorpsi adalah makanan, kecepatan pengosongan lambung,
konsentrasi etanol, jenis alkohol yang dikonsumsi, dan perubahan motilitas dan
aliran darah dari GI.16-27 Karena etanol memiliki tingkat kelarutan air yang tinggi
dan berat molekul rendah (MW = 46), maka sekitar 20% etanol diserap dari
lambung ke darah melalui difusi pasif, sedangkan sebagiannya lagi di absorpsi di
usus halus bagian proksimal.28 Etanol diabsorpsi lebih lambat di lambung
daripada di usus halus, ini disebabkan karena luas permukaan absorpsi lambung
lebih kecil daripada jejunum. Sehingga laju pengosongan lambung berfungsi
sebagai parameter untuk kecepatan absorpsi.16,29 Jika terdapat makanan di dalam
lambung, dapat menunda pengosongan lambung dan menurunkan kadar etanol
yang terabsorpsi. Kepadatan dan komposisi kalori dari makanan akan
mempengaruhi laju pengosongan lambung.20 Makanan atau cairan dalam lumen
lambung melemahkan konsentrasi etanol dan mengurangi efisiensi penyerapan.18
A Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengatakan bahwa
sarapan ringan yang terdiri dari 4 oz jus jeruk, sepotong roti mentega, dan
secangkir kopi menurunkan waktu paruh alkohol dalam darah sebesar 36 persen,
sedangkan sarapan berat yang terdiri dari 4 oz jus jeruk, 2 butir telur goreng, 2 iris
bacon, 2 potong roti panggang mentega, dan 2 cangkir kopi menghasilkan
pengurangan 63 persen. Penurunan ini diperkirakan sama dengan fungsi absropsi
yang lambat.21 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada individu yang tidak
berpuasa, makanan protein menurunkan penyerapan alkohol sebesar 77 persen,
makanan berlemak menurunkan penyerapan sebesar 90 persen, dan karbohidrat
sebesar 96 persen.22 Makanan padat menunda pengosongan gas lebih banyak
daripada makanan cair. Oleh karena itu, tingkat penyerapan dengan makanan
padat lebih lambat dibandingkan dengan makanan cair.23 Konsentrasi etanol dan
jenis alkohol yang dikonsumsi juga mempengaruhi tingkat penyerapan GI dan
puncak BAC. Dalam keadaan puasa, minuman alergik encer, seperti bir atau
anggur diserap lebih lambat daripada minuman dengan konsentrasi lebih tinggi,
seperti wiski atau vodka dan tonik. Kandungan kalori dan bahan non-alkohol bir
3
dan anggur berkontribusi untuk menunda pengosongan lambung, serta dapat
mempengaruhi tingkat penyerapan GI.27
Distribusi
Etanol larut dalam air dan tidak larut dalam lemak. Volume distribusi (Vd)
alkohol dalam individu adalah jumlah total dari cairan tubuh.30 Sehingga Vd
untuk alkohol sebanding dengan massa tubuh karena jaringan adiposa
mengandung sedikit air. Rata-rata, wanita memiliki lebih banyak jaringan adiposa
daripada laki-laki. Oleh karena itu, mereka memiliki Vd yang lebih kecil.31
Ginjal 0,66 - 1
Referensi dari Garriot JC, ed. Aspek Medicolegal Alkohol (ed 3). Tucson, AZ: Lawyers &
Judges Publishing Co., 1996.
Jadi Vd alkohol dalam tubuh mendekati jumlah total cairan tubuh (TBW).
Karena distribusi etanol dipengaruhi oleh TBW, Vd etanol dipengaruhi jumlah
lemak tubuh. Nilai rata-rata Vd 0,6 L/kg untuk perempuan dan 0,7 L/kg untuk
laki-laki yang ditentukan oleh Widmark pada tahun 1930-an.29,32,33 Nilai yang
sering digunakan untuk menghitung BAC (yaitu, estimasi Widmark untuk BAC
4
(lihat persamaan 1)), tetapi BMI dan komposisi tubuh telah berubah selama
bertahun-tahun. Hasil peningkatan BMI akan menurunkan Vd etanol, sehingga
tidak cocok untuk menghitung BAC pada pasien obesitas. Metode untuk
mengukur jumlah distribusi etanol dengan melibatkan perhitungan TBW
berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan.33 Pada laki-laki dewasa,
rata-rata TBW diperkirakan sebesar 61 persen dari total berat badan, sedangkan
pada perempuan dewasa, perkiraan rata-rata TBW terbaik adalah 50 persen.35
Sampel post-mortem sering menggunakan jaringan selain darah dan mengukur
konsentrasi etanol dalam darah (BAC) dengan strandarisasi yang sesuai. Tabel 1
menyajikan rasio distribusi etanol dalam cairan tubuh dan jaringan terhadap
darah.36
5
Secara umum, satu minuman diperkirakan memproduksi 0,02% dari BAC
untuk 200-Ib pada laki-laki dan 0,04% dari BAC untuk 125-Ib pada perempuan.
Dengan demikian, jumlah minuman dan BAC meningkat secara linear. Untuk
memperkirakan BAC dari etanol yang di konsumsi, menggunakan persamaan
Widmark & Watson.32,33 Rumus Widmark ditunjukkan pada Persamaan 1:
BAC (g%) = (0,8 g/mL x 17,74 mL x 100%) / (100 kg x 1000 x 0,7 L/kg)
= 0,0203%
Oleh karena itu, perkiraan BAC dari formula Widmark untuk contoh ini
adalah 0,0203 persen. Rumus Watson membutuhkan jumlah total air tubuh
subyek (TBW). Formula untuk TBW pada laki-laki dan perempuan, masing-
masing menggunakan Persamaan 2 dan 3, di mana TBW dalam liter, tinggi
6
dalam sentimeter, dan berat dalam kilogram. Persamaan 4 menyajikan rumus
Watson dimana A adalah jumlah (dalam gram) etanol yang dikonsumsi dan 0,8
adalah fraksi air dalam darah.
TBW untuk contoh ini adalah 54,86. Untuk nilai BAC yang menggunakan rumus
Watson adalah 0,0259%.
Eliminasi
Etanol di dalam tubuh tidak langsung di absorpsi dan di distribusi. Namun,
setelah di absorpsi, langsung di eliminasi. Sekitar 95-98 persen etanol yang
dikonsumsi akan di metabolisme.29 Metabolisme dilakukan pertama kali di hati
oleh enzim alkohol dehidrogenase menjadi asetaldehida kemudian oleh di ubah
lagi oleh enzim aldehida dehydrogenase menjadi asam asetat, yang memisahkan
karbon dioksida dan air.30,40 Analisis awal untuk menentukan jumlah etanol yang
di eliminasi dari tubuh diasumsikan seperti obat pada hukum eliminasi (model
Michaelis-Menten). Analisis ini biasanya menentukan kapasitas metabolisme
maksimum etanol (Vmax) sekitar 8.500 mg/jam per 70 kg.40 Dengan demikian,
diharapkan tingkat eliminasi etanol dalam darah (BEDR) adalah 8500 mg/70 L
per jam atau 121 mg/L per jam (0,012%/jam). Dengan mempertimbangkan hasil
8 studi dengan 425 subyek, berat BEDR rata-rata dan deviasi standar dihitung
sebagai 0,0155 persen 0,0029%/jam.40 Untuk 95 persen populasi, BEDR rata-
rata antara 0,010 – 0,022 persen/jam. Jadi meskipun elminasi etanol dari tubuh
7
dilakukan, tetapi tidak memenuhi farmakokinetik kriteria Michaelis-Menton
tentang eliminasi minimum.
Meskipun bukti yang bertentangan pada satu studi terkontrol individu 8
yang tidak mengonsumsi etanol menunjukkan bahwa selama satu bulan
meningkat laju eliminasi etanol sebanyak 72 persen. Efek ini berkaitan dengan
aktivasi enzim hati untuk metabolisme etanol pada pecandu berat.41 Studi juga
manunjukkan bahwa wanita memetabolisme etanol sebanyak 13-22 persen lebih
cepat daripada laki-laki. Namun, wanita memiliki 9-14 persen distribusi yang
lebih lambat, sehingga perempuan dan laki-laki memiliki BEDR yang hamper
sama.30
Beberapa studi yang telah dilakukan, efek makanan akan berpengaruh pada
eliminasi alkohol dan mengonsumsi daging dapat meningkatkan metabolism
pertama dan eliminasi.42,43 Karena beberapa studi menggunakan konsumsi alkohol
secara oral, maka efek makanan akan menghambat eliminasi alkohol. infus
intravena etanol dengan menjepit aroma alkohol telah digunakan sebagai metode
untuk menghitung langsung BEDR. Ramchandani et al.19 menggunakan metode
ini untuk mempelajari efek dari konsumsi makanan dan komposisi makanan
terhadap BEDR dan menemukan bahwa terdapat peningkatan eliminasi sebanyak
25-45% dibandingkan pada orang yang tidak mengonsumsi makanan. Tidak ada
perbedaan BEDR untuk jenis makanan tertentu, penelitian menunjukkan bahwa
asupan makanan yang cukup untuk meningkatkan eliminasi alkohol, disertai
dengan peningkatan aliran darah di hati atau aktivasi enzim untuk metabolisme
etanol.
Perkiraan Probabilitas
Terdapat ketidakpastian ekstrapolasi dari BAC. Contohnya, nilai
clearance yang digunakan dalam perhitungan BAC adalah 0,0155 persen
0,0029 (nilai rata-rata standar deviasi). Waktu yang paling tepat untuk
menghitung BAC saat terjadi kejahatan didasarkan pada nilai rata-rata. Hal
akan sangat membantu untuk mengetahui jumlah, bisa dikatakan berada di atas
ambang 0,08 persen. Jika perhitungan menunjukkan probabilitas 95 persen (2
8
SD) dengan probabilitas 68 persen (1 SD), hal ini menunjukkan intoksisitas.
Distribusi normal dapat digunakan untuk memperkirakan hal ini. Sebagai
contoh, setelah motor kecelakaan dilakukan pengukuran Breathalyzer dari
BAC di kantor polisi, diambil 2 jam setelah kecelakaan itu, adalah 0,07 persen.
Informasi yang harus diketahui adalah apa yang menyebabkan kecelakaan.
Dengan demikian, ahli di persidangan dapat bersaksi bahwa ada kemungkinan
50 persen bahwa BAC pada saat kecelakaan itu 0,101 persen (0,07% [0,0155%
x 2 jam]); 68% probabilitas (1 SD) bahwa BAC berkisar dari 0,0952 persen
menjadi 0,1068 persen (0,07% [0,0155%-0,0029%] x 2 jam untuk [0,0155% +
0,0029%] x 2 jam); dan probabilitas 95 persen (2 SD) bahwa BAC berkisar
dari 0,0894 persen menjadi 0,1126 persen (0,07% [0,0155% -0,0029%] x 2
jam untuk [0,0155% 0,0029%] x 2 jam).
Pada tahun 2009, National Academy of Sciences mengemukakan laporan
untuk meningkatkan ilmu forensik dan menentukan langkah-langkah untuk
menentukan jumlah BAC.44 Nilai numerik tunggal yang dilaporkan untuk
menghitung BAC tanpa menentukan variabilitas dalam farmakokinetik dianggap
sebagai penghambat kebenaran dan keadilan. Setelah merilis laporan, pengadilan
memutuskan bahwa aroma dan hasil tes darah secara bersamaan akan diterima
jika disertai dengan bukti (ER) 702. Pengadilan juga menemukan bahwa tes nilai
tunggal sebagai bukti, akan menjadi pelanggaran terhadap ER 403 dan karena itu
tidak dapat diterima dalam kasus tersebut.45
Estimasi “One-for-the-Road”
Satu pertanyaan yang muncul tentang ektrapolasi dari waktu yang
dibutuhkan bagi seseorang untuk siap berkendara setelah mengonsumsi alkohol.
Artinya, seseorang yang mengonsumsi alkohol dengan jumlah tertentu sebelum
dan kemudian mengalami kecelakaan. Jika alkohol belum diabsorpsi lengkap di
dalam tubuh saat terjadi kecelakaan, tetapi setelah itu nilai BAC dihitung, maka
ektrapolasi sampai terjadi kecelakaan akan meningkat secara artifisial. Penjelasan
ini di kemukakan oleh Jones :52
Jika suatu keadaan menunjukkan nilai BAC meningkat pada saat
9
pelanggaran, misalnya, jika kecelakaan terjadi dalam waktu sekitar 15 menit
setelah akhir konsumsi dosis bolus, kembali extrapolasi tidak mungkin dilakukan.
Salah satu solusi untuk masalah ini adalah membuat penyisihan untuk kenaikan
BAC maksimum dari saat kejadian lalu lintas untuk mencapai puncak.
Waktu untuk mencapai puncak setelah konsumsi bir dengan perut kosong
telah dijelaskan dalam beberapa penelitian, memberikan perkiraan yang masuk
akal sebesar 40 menit.17,52,53 Solusinya, waktu bir untuk mencapai puncak dengan
mengonsumsi makanan diperkirakan akan menjadu lebih cepat, yaitu 16
menit.52,54 jika kecelakaan terjadi antara waktu minum terakhir konsumsi dan
waktu saat puncak nilai BAC, maka ektrapolasi harus dihentikan pada saat puncak
BAC. Persentase ini akan mewakili setimasi maksimum dari BAC saat kecelakaan.
Efek Klinis
Etanol adalah cairan yang tidak berbau. Namun, ada bau yang khas saat
mengonsumsi etanol. Bau tersebut berasal dari aroma buah yang merupakan
bahan asli yang difermentasi yang digunakan untuk menghasilkani etanol, seperti
malt, hops, atau anggur. Bau tetap ada di jaringan tubuh, nafas, dan keringat
selama beberapa jam setelah etanol dimetabolisme. Jadi, pada seseorang, bau
tidak selalu merupakan tanda untuk intoksikasi. Sebelum terjadi kerusakan hati,
BEDR pada pecandu alkohol dihitung menjadi 0,0249 persen 0,0049 persen.55
Ketika diminta untuk memperkirakan BAC pada saat kejahatan itu dilakukan,
penting untuk menilai dalam seseorang mengonsumsi alkohol (mabuk) serta
apakah orang itu adalah alkoholik dengan fungsi hati yang normal atau tidak.
Namun, apabila telah terjadi kerusakan hati, pasien dengan diagnosis alko-
holisme menjadi kurang toleran terhadap efek etanol karena jumlah yang di
minum akan meningkat, karena hati mengalami penurunan kapasitas metabolik.
Pecandu alkohol (pemabuk) diklasifikasikan sebagai tidak ada disorientasi,
disorientasi, atau keracunan.56 Seorang pecandu alkohol didefinisikan sebagai
disorientasi dimana terdapat gangguan saat ia mengonsumsi sedikit ataupun tidak
sama sekali. Ada risiko minimal untuk kecelakaan atau cedera saat di jalan. BAC
biasanya kurang dari 0,04 persen, dan tidak ada tanda-tanda klinis yang dapat
diamati. Pecandu dengan gangguan atau diorientasi akan menunjukkan beberapa
10
gangguan dalam kemampuan fugsional. Mereka mungkin mengonsumsi etanol
yang legal dan dapat melakukan kegiatan yang berisiko. Pada pecandu dengan
gangguan nilai BAC berkisar antara 0,04-0,08%. Tanda-tanda klinis dari gangguan
seperti kulit hangat ketika disentuh, wajah memerah, mata merah, berkeringat,
pakaian yang tidak beraturan, sikap santai, gerakan lambat, koordinasi yang
buruk, gerak tubuh berlebihan, gejala perilaku yang menyimpang (bingung,
pelupa, pusing, ceroboh, terlalu ramah, tidak sopan, dan berbicara keras),
kesulitan mengartikulasikan pembicaraannya, tidak tahu jauh dekat, dan ada
kontak fisik dengan orang sekitar ketika berjalann. Pemabuk menunjukkan
gangguan kemampuan fungsional yang berat, berisiko cedera, dan sebaiknya tidak
melakukan aktivitas yang berisiko. Pada keadaan mabuk, individu tidak dapat di
adili secara hukum. BAC pada pemabuk biasanya lebih dari 0,08 persen. Tanda-
tanda klinis termasuk cadel atau bicara ngawur, bicara tidak nyambung, berbicara
tidak dapat dimengerti, kecerobohan, kehilangan keseimbangan, tersandung, dan
berteriak atau mengutuk orang, dan perilaku bermusuhan lainnya.
11
Gambar 1. Probabilitas yang meningkat untuk kecelakaan mobil dengan
meningkatnya BAC.
Penilaian Intoksikasi
12
Tes “the alcohol field sobriety” berasal dari karya Goldberg.28 Ia
menemukan bahwa hasil dari tes pemeriksaan enam neurologis dan status mental
berkorelasi dengan BAC maupun subyek. Ini termasuk critical flicker fusion, tes
refleks kornea, uji Romberg yang dimodifikasi, tes jari, tes pengurangan serial,
dan uji tugas selektif.
Persepsi Sensorik
Uji determinasi The Critical Flicker Fusion (CFF) telah menjadi subjek
yang diamati. frekuensi meningkat atau intensitas cahaya menurun sampai subjek
mencapai “blur point” dan tidak dapat merasakan berkedip diskrit. CFF
diturunkan setelah minum dosis moderat alkohol.62 Tes refleks kornea
memprovokasi kelopak mata menutup dengan menyentuh konjungtiva. Intensitas
yang diperlukan stimulus, hembusan udara untuk mengendipkan refleks kornea,
meningkat dengan meningkatnya BAC.28
Koordinasi Motorik
Tes berdiri tegak yang dimodifikasi dari tes Romberg. Subjek berdiri dengan
kaki bersama-sama dan mata tertutup. Jumlah goyangan tubuh meningkat dengan
meningkatnya BAC. Pada uji jari, disk kardus melekat satu jari dan bidal runcing
melekat pada jari berlawanan. Dengan lengan diperpanjang, subjek membawa jari
bersama-sama berulang kali pada titik yang sama. Daerah titik meningkat secara
proporsional dengan meningkatnya BAC.28
Fungsi Intelektual
Tes pengurangan serial dengan meminta subjek untuk mengurangi 7 dari
100 tanpa menggunakan pensil atau kertas kemudian mengurangi 7 dari hasil
yang didapatkan. Keakuratan tes ini cukup baik untuk menilai tingkat konsentrasi
yang berkurang dengan meningkatnya BAC. Kemudian, lakukan tes selektif
(misalnya, subjek diminta untuk membaca paragraf dan lingkaran setiap
kemunculan huruf R) yang terpengaruh oleh kenaikan BAC. Untuk kedua tes ini
berfungsi untuk menilai fungsi intelektual, variabel kecepatan uji (penurunan),
dan jumlah salah bervariasi dan berhubungan dengan peningkatan BAC.28
Tes ini merupakan uji yang dilakukan pada pekerja yang dipekerjakan oleh
lembaga penegak hukum di seluruh Amerika Serikat. Tabel 4 memberikan
13
gambaran tentang 14 parameter obyektif dan subyektif yang digunakan oleh
aparat penegak hukum untuk memperkirakan ketenangan di lapangan.63 Dari 14
penilaian ini, 3 pertanyaan yang digunkan sebagai alat penilaian untuk Standar
Lapangan Ketenangan Test (SFST) yang digunakan oleh aparat penegak hukum
untuk mengevaluasi tingkat subjek keracunan alkohol. Tiga tes horisontal tatapan
nystagmus, berjalan dan berbalik, dan berdiri satu kaki. Riset asli
didemonstrasikan memiliki korelasi yang tinggi antara kegagalan SFST dan BAC
sebuah 0,08 persen. Namun, para peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol
untuk memvalidasi kegagalan yang dalam melakukan SFST membedakan subjek
pemabuk alkohol dari individu mabuk. Yoshizuka et al.64 diberikan yang SFST ke
185 subyek dan menetapkan bahwa 26 persen dari subyek dengan tes gagal.
Karena SFST digunakan sebagai bukti kemungkinan penyebab untuk
membenarkan penangkapan karena mengemudi di bawah pengaruh alkohol dan
obat yang mempengaruhi system saraf pusat lainnya, serta validitasnya untuk
identifikasi akurat dari mata pelajaran mengemudi di bawah pengaruh obat-obatan
seperti cannabis, barbiturate, benzodiazepine, cocaine, amphetamine, dan opiate
yang harus dicurigai.
14
goyang, tidak seimbang
Tatapan horizontal, nystagmus a. Sebuah pensil diletakkan horizontal 12-15
inci dari hidung :
b. Lebih dari 6 detik, arahkan pensil ke kiri dan
kanan pada lapang mata, ulangi 2x
c. Subjek diamati untuk “gerakan mata” (yaitu,
ada gerakan atau tremor bola mata)
d. Deviasi maksimum
e. Memegang pensil maksimal selama 4 detik
dan mengamati untuk mengarahkan ke
tengah
15
Kualitas bicara Cadel atau bicara keras
Jari ke hidung Menilai koordinasi motorik
Menghitung jari Menghitung jari kemudian menyentuh ibu jari
ke depan dan mundur
Menghitung mundur Menilai proses berpikir dan konsentrasi
16
Hal ini berlaku umum bahwa jumlah alkohol dalam darah yang tinggi
diperlukan, tetapi tidak cukup untuk menghasilkan kehilangan kesadaran akibat
konsumsi alkohol. Satu studi kecil menemukan rata BAC dari 0,279 persen selama
kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, nilai 0,25 persen disarankan sebagai nilai
rata-rata dari BAC sebagai ambang batas untuk kehilangan kesadaran.65 Perry et
al.67 menemukan hubungan linier yang kuat antara BAC dan probabilitas yang
diprediksi dari kehilangan kesadaran sebagai fungsi dari BAC, dijelaskan oleh
Persamaan 6 :
Implikasi legal
17
hunian untuk melakukan kejahatan. Untuk membuktikan tuduhan, penuntut harus
menunjukkan bahwa terdakwa terbukti melakukan itu, kejahatan yang melanggar.
Namun, keracunan disengaja tidak dapat digunakan secara efektif sebagai
pertahanan untuk kejahatan (misalnya, penyerangan, baterai, atau pemerkosaan).
Kesimpulan
18
Referensi
19
14. Shults RA, Elder RW, Sleet DA, et al: Reviews of evidence regarding
interventions to reduce alcohol-impaired driving. Am J PrevMed 21:66-88,
2001
15. Harmful Alcohol Use. Available at: pubs.niaaa.nih.gov/publications/arh27-
1/52-62.htm. Accessed December 1, 2015
16. Holt S: Observations on the relation between alcohol absorption and the
rate of gastric emptying. Can Med Assoc J 124:267–77, 297, 1981
17. Roine RP, Gentry RT, Lim RT, et al: Comparison of blood alcohol
concentrations after beer and whiskey. Alcohol Clin Exp Res 17:709 –11,
1993
18. Kalant H: Pharmacokinetics of ethanol: absorption, distribution, and
elimination. New York, Oxford: Oxford University Press; 1996
19. Ramchandani VA, position on alcohol elimination rates in healthy men and
women. J Clin Pharmacol 41:1345–50, 2001
20. Calbet JA, MacLean DA: Role of caloric content on gastric emp- tying in
humans. J Physiol 498:553–9, 1997
21. Lin Y, Weidler DJ, Garg D C, et al : Effects of solid food on blood levels of
alcohol in man. Res Commun Chem Pathol Pharmacol 13:713–22, 1976
22. Welling P G, Lyons LL, Elliott R, et al : Pharmacokinetics of alcohol
following single low doses to fasted and non-fasted subjects. J Clin
Pharmacol 17:199 –206, 1977
23. Horowitz M, Maddox A, Bochner M, et al: Relationships between gastric
emptying of solid and caloric liquid meals and alcohol absorption. Am J
Physiol 257:G291– 8, 1989
24. Sedman AJ, Wilkinson PK, Sakmar E, et al: Food effects on ab- sorption
and metabolism of alcohol. J Stud Alcohol 37:1197– 214, 1976
25. Roine RP, Gentry RT, Lim RT, et al: Effect of concentration of ingested
ethanol on blood alcohol levels. Alcohol Clin Exp Res 15:734 – 8, 1991
26. Mitchell MC, Teigen EL, Ramchandani VA: Absorption and peak blood
alcohol concentration after drinking beer, wine, or spirits. Alcohol Clin Exp
Res 38:1200 – 4, 2014
27. Franke A, Nakchbandi IA, Schneider A, et al: The effect of ethanol and
alcoholic beverages on gastric emptying of solid meals in humans. Alcohol
Alcohol 40:187–93, 2005
28. Goldberg L: Quantitative studies on alcohol tolerance in man. Acta Physiol
Scand 5:1–128, 1943
29. Norberg A, Jones AW, Hahn RG, et al: Role of variability in explaining
ethanol pharmacokinetics: research and forensic appli- cations. Clin
Pharmacokinet 42:1–31, 2003
20
30. Baselt RC: Disposition of Toxic Drugs and Chemicals in Man (ed 10). Seal
Beach, CA: Biomedical Publications, 2014
31. Cowan JM, Weathermon A, Mc Cutcheon JR, et al: Determina- tion of
volume of distribution for ethanol in male and female subjects. J Anal
Toxicol 20:287–90, 1996
32. Wilkinson PK: Pharmacokinetics of ethanol: a review. Alcohol Clin Exp
Res 4:6 –21, 1980
33. Watson PE, Watson ID, Batt RD: Prediction of blood alcohol
concentrations in human subjects: updating the Widmark Equation. J Stud
Alcohol 42:547–56, 1981
34. Maudens KE, Patteet L, van Nuijs AL, et al: The influence of the body mass
index (BMI) on the volume of distribution of ethanol. Forensic Sci Int
243:74 – 8, 2014
35. Rhoades RA, Bell DR: Medical Physiology: Principles for Clinical
Medicine, Fourth Ed. Baltimore, MD: Wolters Kluwer, 2013
36. Shaw LM, Kwong TC, Rosano TG, et al: The Clinical Toxicology
Laboratory: Contemporary Practice of Poisoning Evaluation. Washington,
DC: AACC Press, 2001
37. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism: What Is A Standard
Drink? Bethesda, MD: U.S. Department of Health and Human Services,
National Institutes of Health, National Institute on Alcohol Abuse and
Alcoholism, 2016. Accessed September 20, 2017
38. Barbour AD: Simplified estimation of Widmark “r” values by the method of
Forrest. Sci Just 41:53– 4, 2001
39. Forrest A: The estimation of Widmark’s factor. J Forensic Sci Soc 26:249 –
52, 1986
40. Holford NH: Clinical pharmacokinetics of ethanol. Clin Pharma- cokinet
13:273–92, 1987
41. Misra PS, Lefe ́vre A, Ishii H, et al: Increase of ethanol, mepro- bamate and
pentobarbital metabolism after chronic ethanol administration in man and
in rats. Am J Med 51:346 –51, 1971
42. Jones AW, Jo ̈nsson KA, Kechagias S: Effect of high-fat, high-protein, and
high-carbohydrate meals on the pharmacokinetics of a small dose of
ethanol. Br J Clin Pharmacol 44:521– 6, 1997
43. Rogers J, Smith J, Starmer GA, et al : Differing effects of carbohydrate, fat
and protein on the rate of ethanol metabolism. Alcohol Alcohol 22:345–53,
1987
44. National Research Council: Strengthening Forensic Science in the United
States: A Path Forward. Washington, DC: The National Academies Press,
2009
21
45. State of Washington v. Fausto LP, and Ballow, Brett Richard. Order
Suppressing Defendant’s Breath Alcohol Measurement in the Absence of a
Measurement for Uncertainty, C076949. District Court of King County
46. Uemura K, Fujimiya T, Ohbora Y, et al: Individual differences in the
kinetics of alcohol absorption and elimination a human study. Forensic Sci
Med Pathol 1:27–30, 2005
47. Seidl S, Jensen U, Alt A: The calculation of blood ethanol con- centrations
in males and females. Int’l J Legal Med 114:71–7, 2000
48. Posey D, Mozayani A: The estimation of blood alcohol concentra- tion:
Widmark revisited. Forensic Sci Med Pathol 3:33–9, 2007
49. Jones AW: Evidence-based survey of the elimination rates of ethanol from
blood with applications in forensic casework. Forensic Sci Int 200:1–20,
2010
50. Brick J: Standardization of alcohol calculations in research. Alcohol Clin
Exp Res 30:1276 – 87, 2006
51. Swofford H: How to extrapolate alcohol with certainty. Forensic Magazine
August 5, 2011. Accessed September 20, 2017
52. Jones A W: Status of alcohol absorption among drinking drivers. J Anal
Toxicol 14:198 –200, 1990
53. Jones AW: Concentration-time profiles of ethanol in capillary blood after
ingestion of beer. J Forensic Sci Soc 31:429 –39, 1991
54. Breen MH, Dang QT, Jaing JT, et al: The effect of a ‘one for the road’ drink
of hard liquor, beer or wine on peak breath alcohol concentration in a
social drinking environment with food consumption. Med Sci & L 38:62–9,
1998
55. Keiding S, Christensen NJ, Damgaard SE, et al: Ethanol metabolism in
heavy drinkers after massive and moderate alcohol intake. Biochem
Pharmacol 32:3097–102, 1983
56. McKnight AJ, Langston EA, Marques PR, et al: Estimating blood alcohol
level from observable signs. Accid Anal Prev 29:247–55, 1997
57. Alcohol and the driver. Council on Scientific Affairs. JAMA 255: 522–7,
1986
58. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism: Blood alcohol
concentration limits: adult operators of noncommercial motor vehicles.
Alcohol Policy Information System, 2014.
59. National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA): Sentencing and
dispositions of youth DUI and other alcohol offenses: a guide for judges
and prosecutors. Report No. 213. Washington, DC: U.S. Department of
Transportation, NHTSA, National Institute on Alcohol Abuse and
Alcoholism, 2000. Accessed on September 20, 2017
22
60. Leigh G: The combined effects of alcohol consumption and cigarette
smoking on critical flicker frequency. Addict Behav 7:251–9, 1982
61. Burns M, Moskowitz H: Psychophysical tests for DWI arrest. Washington
DC: U.S. Department of Transportation, Publica- tion DOT HS 802 424.
Accessed September 20, 2017
62. Yoshizuka K, Perry PJ, Upton G, Lopes I: Standardizedfield sobriety test:
false positive test rate among sober subjects. J Foren- sic Toxicol
Pharmacol 3, 2014. Accessed September 20, 2017
63. Sweeney DF: Alcoholic blackouts: legal implications. J Subst Abuse Treat
7:155–9,1990
64. Sweeney DF: Alcohol versus Mnemosyne: blackouts. J Subst Abuse Treat
6:159 – 62, 1989
65. Perry PJ, Argo TR, Barnett MJ, et al: The association of alcohol- induced
blackouts and grayouts to blood alcohol concentrations. J Forensic Sci
51:896 –9, 2006
66. Watterson RT: Just say no to the charges against you: alcohol intoxication,
mental capacity, and criminal responsibility. Bull Am Acad Psychiatry Law
19:277–90, 1991
23