---------------------------------------------------------------------------------------------------RD-Collection
Apendisitis akut dapat terjadi pada semua umur. Pada anak sering terjadi sekitar
2002 umur 6-10 tahun. Diagnosis apendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan
hanya berdasarkan gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara
anak, orang tua dan dokter. Sebagian besar anak belum mampu untuk
Apendisitis akut adalah infeksi bacterial pada apendiks vermiformis. Apendisitis mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal yang relatif lebih mudah pada
akut adalah keadaan akut abdomen yang memerlukan pembedahan segera untuk umur dewasa. Keadaan ini menghasilkan angka apendektomi negatif sebesar 20%
mencegah komplikasi yang lebih buruk Jika telah terjadi perforasi, maka komplikasi dan angka perforasi sebesar 20-30% (Ramachandran, 1996).
dapat terjadi seperti peritonitis umum, terjadinya abses, dan komplikasi Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis ialah
pascaoperasi seperti fistula dan infeksi luka operasi. membuat diagnosis yang tepat. Telah banyak dikemukakan cara untuk menurunkan
Di Amerika Serikat ada penurunan jumlah kasus dari 100 kasus menjadi 52 kasus insidensi apendektomi negatif, salah satunya adalah dengan instrumen skor
setiap 100 ribu penduduk dari tahun 1975 – 1991. Terdapat 15 – 30 persen (30 – 45 Alvarado. Skor Alvarado adalah sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan
persen pada wanita) gambaran histopatologi yang normal pada hasil apendektomi. dengan mudah, cepat dan kurang invasif . Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat
Keadaan ini menambah komplikasi pascaoperasi, seperti adhesi, konsekuensi beban sistem skor yang didasarkan pada tiga gejala , tiga tanda dan dua temuan
sosial-ekonomi, kehilangan jumlah hari kerja, dan produktivitas. laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan praoperasi dan untuk menilai
Tingkat akurasi diagnosis apendisitis akut berkisar 76 – 92 persen. Pemakaian derajat keparahan apendisitis (Alvarado, 1986; Rice, 1999). Instrumen lain yang
laparoskopi, ultrasonografi, dan Computed Tomography Scanning (CT-scan), adalah sering dipakai pada apendisitis akut anak adalah klasifikasi klinikopatologi dari
dalam usaha meningkatkan akurasi diagnosis apendisitis akut. Beberapa Cloud. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan gejala klinis dan temuan
pemeriksaan laboratorium dasar masih banyak digunakan dalam diagnosis durante operasi (Cloud, 1993). Morbiditas dan mortalitas apendisitis akut anak
penunjang apendisitis akut. C-rective protein (CRP), jumlah sel leukosit, dan hitung masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan keterlambatan diagnosis dan penanganan
jenis se neutrofil (differential count) adalah petanda yang sensitif proses inflamasi. pembedahan, pembedahan yang terlambat mungkin tetap berhubungan dengan
Pemeriksaan ini sangat mudah, cepat, dan murah untuk Rumah Sakit di daerah. CRP perforasi. Sebagian besar penderita dengan risiko apendisitis perforasi
adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat 4 – 6 jam setelah mempunyai skor Alvarado yang tinggi
terjadinya proses inflamasi, yang dapat dilihat dengan melalui proses elektroforesis
serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80 - 90% dan lebih
dari 90%. Pemeriksaan CRP mudah untuk setiap Rumah Sakit didaerah, tidak Epidemiologi
memerlukan waktu yang lama (5 -10 menit), dan murah. Sejarah apendisitis dimulai pada tahun 1827 oleh Melier yang pertama kali
menyebutkan proses inflamasi di sekum dengan typhlitis atau perityphlitis.
Nyeri abdomen akut di luar sebab trauma memberikan banyak kemungkinan Sebelumnya pada tahun 1735, Claudius Amyant melakukan apendektomi pertama
diagnosis. Untuk menetapkan diagnosisnya kadangkala sangat sulit sehingga kali pada saat operasi hernia inguinal. Kemudian Reginald H dan Fitz adalah orang
berdampak pada morbiditas penderita. pertama yang memeriksa apendiks secara histopatologi dari hasil operasi. Sejarah
Dombal (1990) mengemukakan bahwa akurasi diagnosis pada nyeri abdomen akut modern apendisitis dimulai dari tulisan klasik Charles McBurney tahun 1889, yang
hanyalah 45-65%. Penderita abdomen akut umumnya terlambat masuk ke Rumah dipublikasikan dalam New York Surgical Society on Nov 13,1889. McBurney
Sakit, sehingga biasanya sudah disertai macam-macam penyulit yang perlu diatasi mendiskripsikan inflamasi akut di kuadran kanan bawah biasanya disebabkan oleh
lebih dahulu dan memerlukan penanganan yang lebih kompleks. Keterlambatan apendisitis, yang sebelumnya disebut oleh Melier dengan typhlitis atau perityphlitis
dapat disebabkan oleh ketidaktahuan atau penderita tidak mengerti, atau Angka mortalitas yang tinggi dari apendisitis akut mengalami penurunan dalam
keterlambatan disebabkan oleh dokter yang tidak melakukan diagnosis atau bahkan beberapa dekade. Hawk et al, membandingkan kasus apendisitis akut pada periode
membuat diagnosis yang salah, atau keterlambatan disebabkan oleh penanggulangan 1933 – 1937 dengan 1943 – 1948. Angka mortalitas pasien apendisitis akut dengan
yang terlambat di Rumah Sakit peritonitis local menurun dari 5% menjadi 0%. Angka mortalitas pasien apendisitis
akut dengan peritonitis umum menurun dari 40,6% menjadi 7,5%. Pada tahun 1930,
Nyeri abdomen pada anak disebabkan oleh kecerobohan diet atau infeksi saluran 15 kasus meninggal karena apendisitis dari 100 ribu populasi, sedangkan 30 tahun
pencernaan, namun dokter harus selalu mempertimbangkan adanya apendisitis akut kemudian hanya 1 kasus meninggal dari 100 ribu polpulasi. Pada tahun 1977,
karena hal tersebut merupakan kasus abdomen akut yang paling penting dan paling mortalitas pasien dengan apendisitis akut tanpa perforasi 0,1% – 0,6% dan dengan
banyak pada anak perforasi 5%
(65,28%), pelvikal (31,01%), subsekal (2,26%), preileal (1%) dan postileal serta
Apendiks Vermiformis parakolika kanan (0,4%) (Schwartz, 1990).
Pada 65% kasus apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan apendiks
Apendiks sebagai bagian dari sistem pencernaan mulai diterangkan secara
memungkinkan bergerak dalam ruang geraknya tergantung pada panjangnya
tersendiri pada awal abad 16. Adalah seorang pelukis Italia terkenal yang bernama
mesoapendiks. Pada kasus selebihnya apendiks terletak retroperitoneal yaitu di
Leonardo da Vinci yang pertamakali menggambarkan apendiks sebagai organ
belakang sekum, dibelakang kolon askenden atau tepi lateral kolon askenden. Gejala
tersendiri. Pada waktu itu disebutnya orecchio yang berarti telinga. Sebelumnya
klinis apendisitis ditentukan oleh letak dari apendiks. Pada posisi retrosekal, kadang-
apendisitis hanya dapat dibuktikan dengan dilakukannya bedah jenasah. Pada tahun
kadang appendiks menjulang kekranial ke arah ren dekster, sehingga keluhan
1736 oleh Amyand, seorang dokter bedah Inggris, berhasil dilakukan operasi
penderita adalah nyeri di regio flank kanan. Dan kadang diperlukan palpasi yang
pengangkatan apendiks pada saat melakukan operasi hernia pada anak laki-laki.
agak dalam pada keadaan tertentu karena appendiks yang mengalami inflamasi ini
Dialah yang dikenal sebagai orang yang pertamakali melakukan operasi
secara kebetulan terlindungi oleh sekum yang biasanya mengalami sedikit dilatasi
apendektomi .
Letak appendik mungkin juga bisa di regio kiri bawah hal ini dipakai untuk penanda
Istilah apendisitis pertamakali digunakan oleh Reginal Fitz, 1886, seorang profesor
kemungkinan adanya dekstrokardia. Kadang pula panjang appendiks sampai
patologi anatomi dari Harvard, untuk menyebut proses peradangan yang biasanya
melintasi linea mediana abdomen, sehingga bila organ ini meradang mengakibatkan
disertai ulserasi dan perforasi pada apendiks. Tiga tahun kemudian (1889), Charles
nyeri perut kiri bawah. Juga pada kasus-kasus malrotasi usus kadang appendiks bisa
Mc Burney seorang profesor bedah dari universitas Columbia menemukan titik
sampai diregio epigastrum, berdekatan dengan gaster atau hepar lobus kanan.
nyeri tekan maksimal dengan melakukan penekanan pada satu jari yaitu tepat di
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya bervariasi berkisar antara
1,5-2 inchi dari spina iliaca anterior superior (SIAS) yang ditarik garis lurus dari
2-22 cm. Letak basis apendiks berada pada posteromedial sekum pada pertemuan
SIAS tersebut ke umbilikus. Titik tersebut kemudian dikenal sebagai titik Mc
ketiga taenia koli, kira-kira 1-2 cm di bawah ileum. Dari ketiga taenia tersebut
Burney
terutama taenia anterior yang digunakan sebagai penanda untuk mencari basis
apendiks. Basis apendiks terletak di fossa iliaka kanan, bila diproyeksikan ke
Anatomi dan Embriologi dinding abdomen terletak di kuadran kanan bawah yang disebut dengan titik Mc
Sistem digestif yang secara embriologi berasal dari midgut meliputi duodenum Burney. Kira-kira 5% penderita mempunyai apendiks yang melingkar ke belakang
distal muara duktus koledukus, usus halus, sekum dan apendiks, kolon asendens, sekum dan naik (ke arah kranial) pada posisi retroperitoneal di belakang kolon
dan ½ sampai ¾ bagian oral kolon transversum. Premordium sekum dan apendiks askenden. Apabila sekum gagal mengalami rotasi normal mungkin apendiks bisa
Vermiformis (cecal diverticulum) mulai tumbuh pada umur 6 minggu kehamilan, terletak di mana saja di dalam kavum abdomen. Pada anak-anak apendiks lebih
yaitu penonjolan dari tepi antimesenterium lengkung midgut bagian kaudal. Selama panjang dan lebih tipis daripada dewasa oleh karena itu pada peradangan
perkembangan antenatal dan postnatal, kecepatan pertumbuhan sekum melebihi akan lebih mudah mengalami perforasi. Sampai umur kurang lebih 10 tahun,
kecepatan pertumbuhan apendiks, sehingga menggeser apendiks ke arah medial di omentum mayus masih tipis, pendek dan lembut serta belum mampu membentuk
depan katup ileosekal. Apendiks mengalami pertumbuhan memanjang dari distal pertahanan atau pendindingan (walling off) pada perforasi, sehingga peritonitis
sekum selama kehamilan. Selama masa pertumbuhan bayi, terjadi juga pertumbuhan umum karena apendisitis akut lebih umum terjadi pada anak-anak daripada dewasa
bagian kanan-depan sekum, akibatnya apendiks mengalami rotasi kearah postero- (Raffensperger. Apendiks kekurangan sakulasi dan mempunyai lapisan otot
medial dan menetap pada posisi tersebut yaitu 2,5 cm dibawah katup ileosekal, longitudinal, mukosanya diinfiltrasi jaringan limfoid. Pada bayi apendiks berbentuk
sehingga pangkal apendiks di sisi medial. Organ ini merupakan organ yang tidak kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujung. Keadaan ini
mempunyai kedudukan yang menetap didalam rongga abdomen. Hubungan pangkal memungkinkan menjadi sebab rendahnya kasus apendisitis pada umur tersebut ,
apendiks ke sekum relatif konstan, sedangkan ujung dari apendiks bisa ditemukan 1990).
pada posisi retrosekal, pelvikal, subsekal, preileal atau parakolika kanan. Posisi Apendiks mempunyai lumen yang sempit, bentuknya seperti cacing, dan apeksnya
apendiks retrosekal paling banyak ditemukan yaitu 64% kasus. menempel pada sekum. Apendiks pada bayi berbentuk konikal. Panjang apendiks
Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar. Kelenjar submukosa bervariasi dari 2 – 20 cm dengan panjang rata-rata 6 – 9 cm. Diameter masuk
dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis. Diantaranya berjalan pembuluh lumen apendiks antara 0,5 – 15 mm. Lapisan epitel lumen apendiks seperti pada
darah dan kelenjar limfe. Bagian paling luar apendiks ditutupi oleh lamina serosa epitel kolon tetapi kelenjar intestinalnya lebih kecil daripada kolon. Apendiks
yang berjalan pembuluh darah besar yang berlanjut ke dalam mesoapendiks. Bila mempunyai lapisan muskulus dua lapis. Lapisan dalam berbentuk sirkuler yang
letak apendiks retrosekal maka tidak tertutup oleh peritoneum viscerale (Soybel, merupakan kelanjutan dari lapisan muskulus sekum, sedangkan lapisan luar
2001). Menurut Wakeley (1997) lokasi apendiks adalah sebagai berikut: retrosekal berbentuk muskulus longitudinal yang dibentuk oleh fusi dari 3 tenia koli
diperbatasan antara sekum dan apendiks. Pada masa bayi folikel kelenjar limfe
submukosa masih ada. Folikel ini jumlahnya terus meningkat sampai puncaknya
berjumlah sekitar 200 pada usia 12 – 20 tahun. Malrotasi atau maldesesnsus dari sekum akan mengakibatkan kelainan letak dari
Setelah usia 30 tahun ada pengurangan jumlah folikel sampai setengahnya, dan apendiks sehingga mungkin saja terletak disepanjang daerah fossa iliaka kanan dan
berangsur menghilang pada usia 60 tahun. Mesoapendiks terletak dibelakang ileum area infrasplenik kiri. Dalam hal terdapat transposisi dari visera maka apendiks
terminal yang bergabung dengan mesenterium intestinal. dapat terletak di kwadran kiri bawah. Mengingat akan kemungkinan-kemungkinan
Vaskularisasi appendiks mendapatkan darah dari cabang a. ileokolika berupa kelainan posisi atau letak sekum ini sangat penting, karena hal ini sering
appendiksularis yang merupakan satu-satunya feeding arteri untuk appendiks, mendatangkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis bila terjadi peradangan pada
sehingga apabila terjadi trombus pada appendiksitis akuta akan berakibat berbentuk apendiks tersebut. Suatu anomaly yang sangat jarang terjadi adalah duplikasi
gangren, dan bahkan perforasi dari appendiks tersebut. Arteri apendikuler adalah apendiks seperti dikemukakan oleh Green. Sementara menurut Waugh duplikasi
cabang terminal dari arteri ileokolika dan berjalan pada ujung bebas mesoapendiks. apendiks ini tidak ada hubungannya dengan duplikasi sekum. Kedua apendiks
Kadang-kadang pada mesenterium yang inkomplet, arteri ini terletak panda dinding mungkin terbungkus dalam sarung fibrous dan dikelilingi oleh satu lapisan otot dan
sekum. Pada mesoapendiks yang pendek dapat berakibat apendiks yang terfiksir rongganya mungkin berhubungan sebagian atau seluruhnya atau mungkin berasal
(immobile). Kadang-kadang arteri apendikularis berjumlah dua. . Namun demikian secara terpisah dari sekum. Ada yang berpendapat bahwa apendiks yang kedua
pangkal appendik ternyata mendapatkan vaskularisasi tambahan dari cabang-cabang merupakan suatu divertikel sekum yang kongenital.
kecil arteri sekalis anterior dan posterior . Karena apendiks merupakan suatu kantong yang buntu dengan lumen yang sempit
Vena appendiks bermuara di vena ileokalika yang melanjutkan diri ke vena dan seperti traktus intestinalis lainnya secara normal berisi bakteri, resiko stagnasi
mesenterika superior. Sedangkan sistim limfatiknya mengalir ke lymfonodi dari isi apendiks yang terinfeksi selalu ada. Resiko ini akan bertambah hebat dengan
ileosekal Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke satu atau dua noduli limfatisi adanya suatu mekanisme valvula pada pangkal apendiks yang dikenal dengan
yang terletak pada mesoapendiks. Dari sini cairan limfe berjalan melalui sejumlah valvula Gerlach . Dengan adanya benda-benda asing yang terperangkap dalam
noduli limfatisi mesenterika untuk mencapai noduli limfatisi mesenterika superior. lumen apendiks, posisinya yang mobil, dan adanya kinking, bands, adhesi dan lain-
Syaraf apendiks berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari lain keadaan yang menyebabkan angulasi dari apendiks, maka keadaan akan
pleksus mesenterika superior. Serabut syaraf aferen yang menghantarkan rasa nyeri semakin diperburuk. Banyaknya jaringan limfoid pada dindingnya juga akan
visceral dari apendiks berjalan bersama saraf simpatis dan masuk ke medulla mempermudah terjadinya infeksi pada apendiks.
spinalis setinggi segmen torakal X karena itu nyeri visceral pada apendiks bermula Organ lain di luar apendiks yang mempunyai peranan besar apabila terjadi
disekitar umbilikus. peradangan apendiks adalah omentum. Ini merupakan salah satu alat pertahanan
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan tubuh apabila terjadi suatu proses intraabdominal termasuk apendiks. Pada umur
ke dalam lumen dan selanjutnya dicurahkan ke sekum dibawah 10 tahun pertumbuhan omentum ini pada umumnya belum sempurna,
masih tipis dan pendek, sehingga belum dapat mencapai apensdiks apabila terjadi
Menurut Tranggono (1989) mempelajari posisi anatomi apendiks vermiformis peradangan apendiks. Hal inilah yang merupakan salah satu sebab lebih mudah
meliputi pembahasan secara topografi yaitu : terjadi perforasi dan peritonitis umum pada apendisitis anak.
1. Holotopi
Holotopi adalah posisi yang sebenarnya dari suatu organ pada tubuh manusia. Catatan-------------------------------------------------------------
Apendiks vermiformis terletak di kwadran kanan bawah dan di region iliaka Appendiks vermiformis (umbai cacing) terletak pada puncak caecum , pada
kanan. pertemuan ke-3 tinea coli yaitu :
.
Taenia libra
2. Skeletopi Taenia omentalis
Skeletopi adalah posisi organ manusia menunjuk pada kerangka atau tulang.
Taenia mesocolica
Pangkal apendiks vermiformis terletak pada perpotongan garis interspinal
dengan garis lateral vertikal dari titik pertengahan ligamentum inguinale dan Pangkalnya terletak pada posteromedial caecum. Pada Ileocaecal junction terdapat
ventral fossa iliaka kanan Valvula Ileocecalis (Bauhini) dan pada pangkal appendiks terdapat valvula
appendicularis (Gerlachi). Panjang antara 7-10 cm, diameter 0,7 cm. Lumen bagian
3. Sintopi. proksimal menyempit , bagian distal melebar. Hal ini berlawanan pada bayi,
Sintopi adalah posisi organ terhadap organ-organ disekitarnya, Apendiks sehingga menyebabkan rendahnya insidensi appendisitis pada usia tersebut.
vermiformis di sebelah bawah sekum di ventral ureter kanan, a. testikularis
kanan, bisa di depan ileum atau dibelakang ileum.
Secara histologis mempunyai 4 lapisan yaitu tunika :
Mukosa
Sub mukosa banyak terdapat limfoid
Muskularis
Terdapat Stratum circulare(dalam) dan stratum longitudinale (luar), stratum
longitunale merupakan gabungan dari ke-3 taenia coli.
Serosa hanya pada appendiks letak intraperitoneal
Posisi appendik :
1. Ileocecal
2. Antecaecal di depan caecum
3. Retrocaecal Intra & Retro peritoneal
4. Anteileal
5. RetroIleal
6. Pelvical
Abses / infiltrat :
Merupakan akibat lain dari perforasi. Teraba masa lunak di abdomen kanan bawah. menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi
Seperti tersebut diatas karena perforasi terjadilah “walling off” (pembentukan nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale
dinding) oleh omentum atau viscera lainnya, sehingga terabalah dengan
massa (infiltrat) di regio abdomen kanan bawah tersebut. Masa mula-mula bisa
berupa plegmon, kemudian berkembang menjadi rongga yang berisi pus. Dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk
USG bisa dideteksi adanya bentukan abses ini. Untuk massa atau infiltrat ini, ataupun berjalan kaki.
beberapa ahli menganjurkan anti biotika dulu, setelah 6 minggu kemudian
dilakukan appendektomi. Hal ini untuk menghindari penyebaran infeksi Muntah (rangsangan viseral) akibat aktivasi n.vagus
Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam sesudahnya,
merupakan kelanjutan dari rasa nyeri yang timbul saat permulaan. Keadaan
Anamnesis anoreksia hampir selalu ada pada setiap penderita apendisitis akut, bila hal ini
Nyeri / Sakit perut tidak ada maka diagnosis apendisitis akut perlu dipertanyakan. Hampir 75%
Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi, dan terjadi pada penderita disertai dengan vomitus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan
seluruh saluran cerna , sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut ( tidak kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Gejala disuria juga timbul
pin-point). Mula2 daerah epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney. Apa apabila peradangan apendiks dekat dengan vesika urinaria
bila telah terjadi inflamasi ( > 6 jam ) penderita dapat menunjukkan letak nyeri,
karena bersifat somatik. Obstipasi karena penderita takut mengejan
Gejala utama apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Setiap anak dengan gejala Penderita apendisitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri
nyeri abdomen yang belum pernah mengalami apendektomi seharusnya dicurigai dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak
menderita apendisitis. Anak yang sudah besar dapat menerangkan dengan jelas apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum
permulaan gejala nyeri abdomen dan dapat menerangkan lokasi yang tepat. Anak
dapat menunjuk dengan satu jari tempat permulaan nyeri, dimana saja yang Panas (infeksi akut) bila timbul komplikasi
pernah nyeri dan sekarang dimana yang nyeri Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,5 0 -
Setelah itu dilanjutkan dengan anamnesis terpimpin seperti misalnya: 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
a. Bagaimana hebatnya nyeri ?
b. Apakah nyerinya mengganggu anak sampai tidak mau main atau anak Variasi lokasi anatomi apendiks akan menjelaskan keluhan nyeri somatik yang
tinggal di tempat tidur saja ? beragam. Sebagai contoh apendiks yang panjang dengan ujung yang mengalami
c. Apakah nyerinya sampai menyebabkan anak tidak mau masuk sekolah ? inflamasi di kuadran kiri bawah akan menyebabkan nyeri di daerah tersebut,
d. Apakah anak dapat tidur seperti biasa semalam ? apendiks retrosekal akan menyebabkan nyeri flank atau punggung, apendiks pelvikal
e. Apakah pagi ini makannya baik dan cukup seperti biasa ? akan menyebabkan nyeri pada supra pubik dan apendiks retroileal bisa
menyebabkan nyeri testikuler, mungkin karena iritasi pada arteri spermatika dan
Beberapa anak dapat menentukan dengan tepat waktu mulainya nyeri yang ureter
dihubungkan dengan peristiwa tertentu, umpamanya nyeri sesudah makan
malam, sesudah berolah raga atau sesudah bangun tidur. Anak dapat
menunjukkan dan menceritakan perjalanan rasa nyeri, kadang-kadang perlu juga Pemeriksaan Fisik
bantuan informasi dari orang tuanya. Perlu diperhatikan bahwa sebagian orang Kesalahan membuat diagnosis dapat terjadi kalau apendiks terletak pada tempat
tua sering membesar-besarkan keluhan anaknya. yang bukan tempat biasanya yaitu kuadran kanan bawah. Kadang-kadang diagnosis
Perasaan nyeri pada apendisitis biasanya datang secara perlahan dan makin lama salah pada anak prasekolah, karena anak dengan anamnesis yang tidak karakteristik
makin hebat. Nyeri abdomen yang ditimbulkan oleh karena adanya kontraksi dan sekaligus sulit diperiksa. Anak akan menangis terus-menerus dan tidak
apendiks, distensi dari lumen apendiks ataupun karena tarikan dinding apendiks kooperatif.
yang mengalami peradangan Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri Inspeksi
yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit,
dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada
dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan appendikuler abses.
dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal Secara klasik, Pemeriksaan pada anak, perhatikan posisi anak yang terbaring pada meja
nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan periksa. Anak menunjukkan ekspresi muka yang tidak gembira. Anak tidur
miring ke sisi yang sakit sambil melakukan fleksi pada sendi paha, karena setiap diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi
ekstensi meningkatkan nyeri . peritoneal pada sisi yang berlawanan
Palpasi
Pada pemeriksaan abdomen pada anak dengan permukaan tangan yang Psoas sign (+)
mempunyai suhu yang sama dengan suhu abdomen anak. Biasanya cukup Pada appendik letak retrocaecal, karena merangsang peritoneum
dipanaskan dengan menggosok-gosok tangan dengan pakaian penderita. Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
Tangan yang dingin akan merangsang otot dinding abdomen untuk peradangan yang terjadi pada apendiks
berkontraksi sehingga sulit menilai keadaan intraperitoneal. Terkadang kita Ada 2 cara memeriksa :
perlu melakukan palpasi dengan tangan anak itu sendiri untuk mendapatkan 1. Aktif : Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan
otot abdomen yang tidak tegang. Abdomen biasanya tampak datar atau sedikit pemeriksa, pasien memfleksikan articulatio coxae
kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hati-hati dengan kanan nyeri perut kanan bawah.
sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Umpamanya 2. Pasif : Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan
mulai dari kiri atas, kemudian secara perlahan-lahan mendekati daerah pemeriksa, nyeri perut kanan bawah
kuadran kanan bawah. Palpasi dengan permukaan dalam (volar) dari ujung-
ujung jari tangan, dengan tekanan yang ringan dapat ditentukan adanya nyeri Obturator Sign (+)
tekan, ketegangan otot atau adanya tumor yang superfisial. Waktu melakukan Dengan gerakan fleksi & endorotasi articulatio coxae pada posisi telentang
palpasi pada abdomen anak, diusahakan mengalihkan perhatiannya dengan nyeri (+)
boneka atau usaha yang lain, sambil memperhatikan ekspresi wajahnya. Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
Hindari gerakan yang cepat dan kasar karena hal ini akan menakuti anak dan difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal
membuat pemeriksaan nyeri tekan tidak mungkin dilakukan tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah
hipogastrium
Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah :
Nyeri tekan (+) Mc.Burney Perkusi Nyeri ketok (+)
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Auskultasi
Mc Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis Peristaltik normal, peristaltik(-) pada illeus paralitik karena peritonitis
generalisata akibat appendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak membantu
Nyeri lepas (+) rangsangan peritoneum dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri yang hebat maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus
(dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat
tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan Rectal Toucher / Colok dubur nyeri tekan pada jam 9-12
penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Colok dubur juga tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis
apendisitis pada anak kecil karena biasanya menangis terus menerus
Defens musculer (+) rangsangan m.Rektus abdominis
Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang Pada anak kecil atau anak yang iritabel sangat sulit untuk diperiksa, maka anak
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. dimasukkan ke rumah sakit dan diberikan sedatif non narkotik ringan, seperti
pentobarbital (2,5 mg/kg) secara suppositoria rektal. Setelah anak tenang, biasanya
Rovsing sign (+) setelah satu jam dilakukan pemeriksaan abdomen kembali. Sedatif sangat membantu
Penekanan perut sebelah kiri nyeri sebelah kanan, karena tekanan untuk melemaskan otot dinding abdomen sehingga memudahkan penilaian keadaan
merangsang peristaltik dan udara usus , sehingga menggerakan intraperitoneal
peritoneum sekitar appendik yang meradang (somatik pain)
Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita Tanda Peritonitis umum (perforasi) :
melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini 1. Nyeri seluruh abdomen
2. Pekak hati hilang
3. Bising usus hilang 1. mempersiapkan berbagai bentuk fagosit (lekosit polimorfonuklear,
makrofag) pada tempat tersebut.
2. pembentukan berbagai macam antibodi pada daerah inflamasi.
3. menetralisir dan mencairkan iritan.
4. membatasi perluasan inflamasi dengan pembentukan fibrin dan terbentuknya
Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi lebih sering terjadi dengan dinding jaringan granulasi.
gejala-gejala sebagai berikut: Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang karakteristik apendisitis akut,
a. Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jam akan ditemukan pada pemeriksaan darah adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3,
b. Demam tinggi lebih dari 38,50C dengan pemeriksaan hitung jenis menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%. Jika
c. Lekositosis (AL lebih dari 14.000) jumlah lekosit lebih dari 18.000/mm 3 maka umumnya sudah terjadi perforasi dan
d. Dehidrasi dan asidosis peritonitis (Raffensperger, 1990). Menurut Ein (2000) pada penderita apendisitis
e. Distensi akut ditemukan jumlah lekosit antara 12.000-20.000/mm3 dan bila terjadi perforasi
f. Menghilangnya bising usus atau peritonitis jumlah lekosit antara 20.000-30.000/mm3. Sedang Doraiswamy
g. Nyeri tekan kuadran kanan bawah (1979), mengemukakan bahwa komnbinasi antara kenaikan angka lekosit dan
h. Rebound tenderness sign granulosit adalah yang dipakai untuk pedoman menentukan diagnosa appendicitis
i. Rovsing sign acut
j. Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal Tes laboratorium untuk appendicitis bersifat kurang spesifik., sehingga hasilnya juga
kurang dapat dipakai sebagai konfirmasi penegakkkan diagnosa. Jumlah lekosit
Insidensi perforasi apendiks pada anak di bawah umur 6 tahun lebih dari 50%, ini untuk appendisitis akut adalah >10.000/mmk dengan pergeseran kekiri pada
berhubungan dengan dinding apendiks yang lebih tipis dan omentum mayus yang hemogramnya (>70% netrofil). Sehingga gambaran lekositosis dengan peningkatan
berkembang belum sempurna dibanding anak yang lebih besar granulosit dipakai sebagai pedoman untuk appendicitis acute (Bolton et al, 1975).
Dalam penelitiannya Schwartz (1999) melaporkan bahwa anak di bawah umur 8 Kontroversinya adalah beberapa penderita dengan appendicitis acut, memiliki
tahun mempunyai angka perforasi dua kali lebih besar daripada anak yang lebih jumlah lekosit dan granulosit tetap normal (Nauts et al, 1986).
besar. Sedang menurut Way (2003) insidensi perforasi apendiks pada anak di bawah Marker inflamasi lain yang dapat digunakan dalam diagnosis apendisitis akut adalah
umur 10 tahun sebesar 50%. Perforasi apendiks paling sering terjadi di distal C-rective protein (CRP). Petanda respon inflamasi akut (acute phase response)
obstruksi lumen apendiks sepanjang tepi antimesenterium (Kozar dan Roslyn, dengan menggunakan CPR telah secara luas digunakan di negara maju. Nilai
1999). Pada 2-6% penderita dengan apendisitis menunjukkan adanya massa di senstifitas dan spesifisits CRP cukup tinggi, yaitu 80 - 90% dan lebih dari 90%.
kuadran kanan bawah pada pemeriksaan fisik. Hal ini menunjukkan adanya Pemeriksaan CRP mudah untuk setiap Rumah Sakit didaerah, tidak memerlukan
inflamasi abses yang terfiksasi dan berbatasan dengan apendiks yang mengalami waktu yang lama (5 -10 menit), dan murah
inflamasi (Lally, 2001). Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi dan menyingkirkan
kelainan urologi yang menyebabkan nyeri abdomen. Urinalisa sangat penting pada
Pemeriksaan penunjang anak dengan keluhan nyeri abdomen untuk menentukan atau menyingkirkan
kemungkinan infeksi saluran kencing. Apendiks yang mengalami inflamasi akut dan
1. Laboratorium menempel pada ureter atau vesika urinaria, pada pemeriksaan urinalisis ditemukan
Pemeriksaan laboratorium masih merupakan bagian penting untuk menilai awal jumlah sel lekosit 10-15 sel/lapangan pandang (Raffensperger, 1990; Cloud, 1993).
keluhan nyeri kwadran kanan bawah dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut. .
Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil laboratorium nilai leukosit dan
neutrofil akan meningkat, walaupun hal ini bukan hasil yang karakteristik. Penyakit
2. Foto Polos abdomen
Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto polos abdomen tidak banyak membantu.
infeksi pada pelvis terutama pada wanita akan memberikan gambaran laborotorium
Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah kanan bawah yang sesuai
yang terkadang sulit dibedakan dengan apendisitis akut Pemeriksaan laboratorium
dengan lokasi apendiks, gambaran ini ditemukan pada 20% kasus (Cloud, 1993).
merupakan alat bantu diagnosis. Pada dasarnya inflamasi merupakan reaksi lokal
Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus pada bagian kanan
dari jaringan hidup terhadap suatu jejas. Reaksi tersebut meliputi reaksi vaskuler,
bawah akan kolaps. Dinding usus edematosa, keadaan seperti ini akan tampak pada
neurologik, humoral dan seluler. Fungsi inflamasi di sini adalah memobilisasi semua
daerah kanan bawah abdomen kosong dari udara. Gambaran udara seakan-akan
bentuk pertahanan tubuh dan membawa mereka pada tempat yang terkena jejas
terdorong ke pihak lain. Proses peradangan pada fossa iliaka kanan akan
dengan cara:
menyebabkan kontraksi otot sehingga timbul skoliosis ke kanan. Gambaran ini
tampak pada penderita apendisitis akut (Mantu, 1994). Bila sudah terjadi perforasi, apendiks supurasi atau gangrene ditandai dengan distensi lumen oleh cairan,
maka pada foto abdomen tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma. penebalan dinding apendiks dengan atau tanpa apendikolit. Keadaan apendiks
Kadang-kadang udara begitu sedikit sehingga perlu foto khusus untuk melihatnya. perforasi ditandai dengan tebal dinding apendiks yang asimetris, cairan bebas
intraperitonial, dan abses tunggal atau multipel (Gustavo GR, 1995).
Kalau sudah terjadi peritonitis yang biasanya disertai dengan kantong-kantong pus, Akurasi ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan
maka akan tampak udara yang tersebar tidak merata dan usus-usus yang sebagian pemeriksa. Pada beberapa penelitian, akurasi antara 90 – 94%, dengan nilai
distensi dan mungkin tampak cairan bebas, gambaran lemak preperitoneal sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85 dan 92% (Erik K, 2003). Pemeriksaan dengan
menghilang, pengkaburan psoas shadow. Walaupun terjadi ileus paralitik tetapi Ultrasonografi (USG) pada apendisitis akut, ditemukan adanya fekalit, udara
mungkin terlihat pada beberapa tempat adanya permukaan cairan udara (air-fluid intralumen, diameter apendiks lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih
level) yang menunjukkan adanya obstruksi (Raffensperger, 1990; Mantu, 1994). dari 2 mm dan pengumpulan cairan perisekal. Apabila apendiks mengalami ruptur
Foto x-ray abdomen dapat mendeteksi adanya fecalith (kotoran yang mengeras dan atau perforasi maka akan sulit untuk dinilai, hanya apabila cukup udara maka abses
terkalsifikasi, berukuran sebesar kacang polong yang menyumbat pembukaan apendiks dapat diidentifikasi.
appendik) yang dapat menyebabkan appendisitis. Ini biasanya terjadi pada anak- Ultrasound adalah suatu prosedur yang tidak menyakitkan yang menggunakan
anak. Foto polos abdomen supine pada abses appendik kadang-kadang memberi pola gelombang suara untuk mengidentifikasi organ-organ dalam tubuh. Ultrasound dapat
bercak udara dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD ( decubitus ), kalsifikasi mengidentifikasi appendik yang membesar atau abses. Walaupun begitu, appendik
bercak rim-like( melingkar ) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari appendik. hanya dapat dilihat pada 50% pasien selama terjadinya appendisitis. Oleh karena itu,
Pada appendisitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk mencari dengan tidak terlihatnya apendiks selama ultrasound tidak menyingkirkan adanya
appendikolit : kalsifikasi bulat lonjong, sering berlapis. appendisitis. Ultrasound juga berguna pada wanita sebab dapat menyingkirkan
adanya kondisi yang melibatkan organ ovarium, tuba falopi dan uterus yang
Pemeriksaan radiologi dengan kontras barium enema hanya digunakan pada kasus- gejalanya menyerupai appendisitis. Hasil usg dapat dikatagorikan menjadi normal,
kasus menahun. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema dapat menentukan non spesifik, kemungkinan penyakit kelainan lain, atau kemungkinan appendik.
penyakit lain yang menyertai apendisitis Hasil usg yang tidak spesifik meliputi adanya dilatasi usus, udara bebas, atau ileus.
Barium enema adalah suatu pemeriksaan x-ray dimana barium cair dimasukkan ke Hasil usg dikatakan kemungkinan appaendik jika ada pernyataan curiga atau jika
kolon dari anus untuk memenuhi kolon. Tes ini dapat seketika menggambarkan ditemukan dilatasi appendik di daerah fossa iliaka kanan, atau dimana usg di
keadaan kolon di sekitar appendik dimana peradangan yang terjadi juga didapatkan konfermasikan dengan gejala klinik dimana kecurigaan appendisitis.
pada kolon. Impresi ireguler pada basis sekum karena edema (infiltrasi sehubungan
dengan gagalnya barium memasuki appendik (20% tak terisi) Terisinya sebagian 3. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
dengan distorsi bentuk kalibernya tanda appendisitis akut,terutama bila ada impresi Pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan pemeriksaan
sekum. Sebaliknya lumen appendik yang paten menyingkirkan diagnosa appendisitis skening ini. Gambaran penebalan diding apendiks dengan jaringan lunak sekitar
akut. Bila barium mengisi ujung appendik yang bundar dan ada kompresi dari luar yang melekat, mendukung keadaan apendiks yang meradang. CT-Scan
yang besar dibasis sekum yang berhubungan dengan tak terisinya appendik tanda mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90 – 100% dan 96 –
abses appendik Barium enema juga dapat menyingkirkan masalah-masalah 97%, serta akurasi 94 – 100%. Ct-Scan sangat baik untuk mendeteksi apendiks
intestinal lainnya yang menyerupai appendiks, misalnya penyakit Chron’s, inverted dengan abses atau flegmon
appendicel stump, intususepsi, neoplasma benigna/maligna. Perbandingan pemeriksaan penunjanng apendisitis akut:
Ultrasonografi CT-Scan
2. Ultrasonografi Sensitivitas 85% 90 - 100%
Ultrasonografi telah banyak digunakan untuk diagnosis apendisitis akut maupun Spesifisitas 92% 95 - 97%
apendisitis dengan abses. Untuk dapat mendiagnosis apendisitis akut diperlukan Akurasi 90 - 94% 94 - 100%
keahlian, ketelitian, dan sedikit penekanan transduser pada abdomen. Apendiks yang Keuntungan Aman Lebih akurat
normal jarang tampak dengan pemeriksaan ini. Apendiks yang meradang tampak relatif tidak mahal Mengidentifikasi abses dan
sebagai lumen tubuler, diameter lebih dari 6 mm, tidak ada peristaltik pada flegmon lebih baik
penampakan longitudinal, dan gambaran target pada penampakan transversal Dapat mendignosis kelainan lain Mengidentifikasi apendiks
(Gustavo GR, 1995) Keadaan awal apendisitis akut ditandai dengan perbedaan pada wanita normal lebih baik
densitas pada lapisan apendiks, lumen yang utuh, dan diameter 9 – 11 mm. Keadaan Baik untuk anak-anak
Kerugian Tergantung operator Mahal inflamasi adalah untuk melawan agen pengrusak, awal proses perbaikan, dan
Sulit secara tehnik Radiasi ion mengembalikan fungsi jaringan yang rusak. Proses inflamasi dapat berlangsung
Nyeri Kontras akut dan kronik. Inflamasi akut dapat disebabkan oleh agen mikroba (virus,
Sulit di RS daerah Sulit di RS daerah bakteri, jamur, dan parasit), trauma, nekrosis jaringan oleh kanker, arthritis
rematiod, luka bakar, dan toksin yang disebabkan oleh obat atau radiasi.
Pada pasien yang tidak hamil, CT-scan pada daerah appendik sangat berguna untuk
mendiagnosis appendisitis dan abses periappendikular sekaligus menyingkirkan Keadaan inflamasi merangsang tubuh untuk mengeluakan sitokin dan hormon yang
adanya penyakit lain dalam rongga perut dan pelvis yang menyerupai appendisitis. berfungsi dalam regulasi haematopoesis, sintesis protein, dan metabolisme. Sistem
immun dibagi menjadi dua, immun bawaan (innate immune) dan immune didapat
4. Laparoskopi (Laparoscopy) (adaptive immune) Immun bawaan terdiri dari sel fagosit, sistem komplemen, dan
Meskipun laparoskopi mulai ada sejak awal abad 20, namun penggunaanya untuk fase akut protein, bekerja tanpa melalui proses spesifik dan memori. Ketika sel
kelainan intraabdominal baru berkembang sejak tahun 1970-an. Dibidang bedah, fagosit teraktivasi, maka ia akan memacu sintesis sitokin. Sitokin tidak hanya
laparoskopi dapat berfungsi sebagai alat diagnostik dan terapi. Disamping dapat berfungsi dalam regulasi sistem immun bawaan, tetapi juga sistem immun yang
mendiagnosis apendisitis secara langsung, laparoskopi juga dapat digenakan untuk didapat.
melihat keadaan organ intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama Ada 4 komponen yang menyertai proses inflamasi akut, yaitu:
pada pasien wanita. Pada apendisitis akut laparoskopi diagnostik biasanya 1. Dilatasi vaskuler (permaebilitas vaskuler meningkat)
dilanjutkan dengan apendektomi laparoskopi Dilatasi vaskuler (permaebilitas membaran meningkat) adalah relaksasi
muskulus vaskuler yang menyebabkan jaringan hiperemis. Proses transudasi
yang terjadi melalui membran sel, diikuti lepasnya sel PMN
5. Histopatologi (polimorfonuklear) ke jaringan. Jika fibrinogen terekstravasasi kedalam
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard) untuk diagnosis
jaringan juga, maka terjadilah mekanisme pembekuaan .
apendisitis akut. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai gambaran
histopatologi apendisitis akut. Perbedaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa
2. Emigrasi neutrofi
belum adanya kriteria gambaran histopatologi apendisitis akut secara universal dan
Emigrasi neutrofil dimulai dengan menempelnya sel ini pada permukaaan
tidak ada gambaran histopatologi apendisitis akut pada orang yang tidak dilakukan
endotel. Sel PMN tampak dominan menempel pada permukaan endotel.
opersi Riber et al, pernah meneliti variasi diagnosis histopatologi apendisitis akut.
Emigrasi sel neutrofil pada area inflamasi disebabkan adanya faktor kemotatik.
Hasilnya adlah perlu adanya komunikasi antara ahli patologi dan antara ahli patologi
Keterlibatan proses immun-kompleks dalam proses awal inflamasi,
dengan ahli bedahnya.
menyebabkan faktor kemotaktik mengaktivasi komplemen C5a. Komplemen
C5a ini kemudiaan menyebabkan sel PMN tertarik ke area inflamasi. Produk
Difinisi histopatologi apendisitis akut: bakteri juga bersifat kemotaktik terhadap sel PMN. Intensitas dan durasi
1 Sel granulosit pada mukosa dengan ulserasi fokal atau difus di lapisan epitel. emigrasi sel PMN biasanya dalam 24-48 jam, tergantung faktor kemotaktik
2 Abses pada kripte dengan sel granulosit dilapisan epitel. pada area inflamasi
Sel granulosit dalam lumen apendiks dengan infiltrasi ke dalam lapisan
3 epitel. 3. Eemigrasi sel mononuclea
4 Sel granulosit diatas lapisan serosa apendiks dengan abses apendikuler, Proses ini dimulai 4 jam setelah adanya stimulasi dan mencapai puncaknya 16-
24 jam. Pada keadaan awal respon seluler, sel mononuklear akan tampak dalam
dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukusa.
jumlah sedikit bersama sel polimorfonuklear. Keluarnya sel mononuclear ini
5 Sel granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses mukosa dan distimulasi oleh proses fagositosis debris, produk fagositosis neutrofil, dan
keterlibatan lapisan mukosa, bukan apendisitis akut tetapi periapendisitis. sitokin . Proses terakhir inflamasi adalah proliferasi seluler
Diagnosis Banding
Konservatif kemudian operasi elektif (Infiltrat)
Pada keadaan tertentu beberapa penyakit dipertimbangkan sebagai diagnosis
Bed rest total posisi Fowler (anti Trandelenburg)
banding, diantaranya adalah berasal dari saluran pencernaan seperti gastroenteritis,
Diet rendah serat
ileitis terminale, tifoid, divertikulitis meckel tanpa perdarahan, intususepsi dan
Antibiotika spektrum luas
konstipasi. Gangguan alat kelamin perempuan termasuk diantaranya infeksi rongga
Metronidazol
panggul, torsio kista ovarium, adneksitis dan salpingitis. Gangguan saluran kencing
Monitor : Infiltrat, tanda2 peritonitis(perforasi), suhu tiap 6 jam, LED, AL
seperti infeksi saluran kencing, batu ureter kanan. Penyakit lain seperti pneumonia,
bila baik mobilisasi pulang
demam dengue dan campak
Kelainan Gastrointestinal
Penderita anak perlu cairan intravena untuk mengoreksi dehidrasi ringan. Pipa
Cholecystitis akut
nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung dan untuk mengurangi bahaya
Divertikel Mackelli muntah pada waktu induksi anestesi. Pada apendisitis akut dengan komplikasi
Merupakan suatu penonjolan keluar kantong kecil pada usus halus yang berupa peritonitis karena perforasi menuntut tindakan yang lebih intensif, karena
biasanya berlokasi di kuadran kanan bawah dekat dengan appendik. biasanya keadaan anak sudah sakit berat. Timbul dehidrasi yang terjadi karena
Divertikulum dapat mengalami inflamasi dan bahkan perforasi ( robek atau muntah, sekuestrasi cairan dalam rongga abdomen dan febris. Anak memerlukan
ruptur). Jika terjadi inflamasi atau perforasi, harus ditangani dengan perawatan intensif sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan.
pembedahan. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi distensi
Enterirtis regional abdomen dan mencegah muntah. Kalau anak dalam keadaan syok hipovolemik maka
Pankreatitis diberikan cairan ringer laktat 20 ml/kgBB dalam larutan glukosa 5% secara
intravena, kemudian diikuti dengan pemberian plasma atau darah sesuai indikasi.
Kelainan Urologi
Setelah pemberian cairan intravena sebaiknya dievaluasi kembali kebutuhan dan
Batu ureter kekurangan cairan. Sebelum pembedahan, anak harus memiliki urin output sebanyak
Cystitis 1 ml/kgBB/jam. Untuk menurunkan demam diberikan acetaminophen suppositoria
(60mg/tahun umur). Jika suhu di atas 38 0C pada saat masuk rumah sakit, kompres
Kelainan Obs-gyn alkohol dan sedasi diindikasikan untuk mengontrol demam.
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Antibiotika sebelum pembedahan diberikan pada semua anak dengan apendisitis,
Salphingitis akut (adneksitis) keputihan (+) antibiotika profilaksis mengurangi insidensi komplikasi infeksi apendisitis.
Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam selesai pembedahan. Antibiotika
Penyakit peradangan panggul. Tuba falopi kanan dan ovarium terletak dekat berspektrum luas diberikan secepatnya sebelum ada biakan kuman. Pemberian
appendik. Wanita yang aktif secara seksual dapat mengalami infeksi yang antibiotika untuk infeksi anaerob sangat berguna untuk kasus-kasus perforasi
melibatkan tuba falopi dan ovarium. Biasanya terapi antibiotik sudah cukup, dan apendisitis . Antibiotika diberikan selama 5 hari setelah pembedahan atau melihat
pembedahan untuk mengangkat tuba dan ovarium tidak perlu. kondisi klinis penderita. Kombinasi antibiotika yang efektif melawan bakteri aerob
dan anaerob spektrum luas diberikan sebelum dan sesudah pembedahan. Kombinasi
Penatalaksanaan ampisilin (100mg/kg), gentamisin (7,5mg/kg) dan klindamisin (40mg/kg) dalam
Appendiktomi dosis terbagi selama 24 jam cukup efektif untuk mengontrol sepsis dan
Cito akut, abses & perforasi menghilangkan komplikasi apendisitis perforasi. Metronidasol aktif terhadap
Elektif kronik bakteri gram negatif dan didistribusikan dengan baik ke cairan tubuh dan jaringan.
Obat ini lebih murah dan dapat dijadikan pengganti klindamisin
Pembedahannya adalah dengan apendektomi, yang dapat dicapai melalui insisi Mc Dilakukan Incisi Gridion(MC.Burney) / paramedian / transversal pada kulit
Burney (Raffensperger, 1990; Cloud, 1993). Tindakan pembedahan pada kasus dengan mess / pisau besturi kira-kira 5–7 cm kontrol perdarahan
apendisitis akut dengan penyulit peritonitis berupa apendektomi yang dicapai melalui Incisi diperdalam lapis demi lapis dengan mess / cauter sampai tampak
laparotomi (Raffensperger,1990; Mantu, 1994; Ein, 2000). Aponeurosis MOE
Aponeurosis MOE dibuka dengan mess searah seratnya, diperlebar ke
craniolateral dan caudomedial dengan pertolongan pinset anatomis,
Wondhaak tumpul dipasang dibawah MOE, sampai tampak MOI yang
Lapisan kulit yang dibuka pada Appendektomi : seratnya transversal
1. Cutis 6. MOI MOI dan m.Transversus abdominis dibuka secara tumpul dengan klem / pean
2. Sub cutis 7. M. Transversus dengan bantuan pinset anatomis searah seratnya , kemudian diperlebar dengan
3. Fascia Scarfa 8. Fascia transversalis langenback sampai tampak peritonium warna putih mengkilat, haak dipasang
4. Fascia Camfer 9. Pre Peritoneum dibawah m. Transversus abdominis
5. Aponeurosis MOE 10. Peritoneum Dengan pinset chirrugis 2 buah peritoneum diangkat gunting diantara kedua
pinset, perhatikan cairan yang keluar : pus, udara, darah peritoneum dijepit
APPENDECTOMY dengan kocher sonde 2 buah pinset dilepas diperluas kearah cranial dan
caudal dengan gunting dengan tuntunan dua jari / pinset untuk
Appendisitis Akut disebut : Appendictomi Chaud
melindungi usus / organ lain pasang langenback 2 buah
Appendisitis Kronis disebut : Appendictomi Froid
Evaluasi apakah ada cairan, darah atau pus pus(+) lakukan pemeriksaan
bakteriologis
Indikasi Cari Caecum dengan tanda2 :
1. Appendisitis Akut Warna putih
2. Appendisitis kronis
Terdapat taenia coli
3. Peri appendicular infiltrat dalam stadium tenang (a-Froid)
Dinding tebal
4. Appendiks terbawa pada laparatomi operasi kandung empedu
5. Appendisitis perforata Terdapat appendices epiploica
3. Apendisitis Gangrenosa (grade III): Selain didapatkan tanda-tanda supurasi I. Faktor Resiko Dari Pembedahan.
didapatkan juga adanya dinding apendiks yang berwarna keunguan, kecoklatan Beberapa hal yang dapat menimbulkan infeksi pasca bedah dari segi pembedahan
atau merah kehitaman (area gangren). Pada stadium ini sudah terjadi adanya adalah :
mikroperforasi, kenaikan cairan peritoneal yang purulen dengan bau busuk. a. Tipe prosedure bedah.
Pembedahan pada mata mempunyai resiko infeksi yang paling rendah. Angka
4. Apendisitis Ruptur (grade IV): Sudah tampak dengan jelas adanya ruptur infeksi yang tinggi terjadi pada pembedahan toraks, bedah umum dan
apendiks, umumnya sepanjang antimesenterium dan dekat pada letak obstruksi. kandungan. Angka infeksi pasca bedah paling tinggi didapatkan pada
Cairan peritoneal sangat purulen dan berbau busuk. pembedahan perut yang menembus organ berongga.
5. Apendisitis Abses (grade V): Sebagian apendiks mungkin sudah hancur, abses b. Lama pembedahan.
terbentuk disekitar apendiks yang ruptur biasanya di fossa iliaka kanan, lateral Pembedahan yang berlangsung 2 jam atau lebih berhubungan dengan
dari sekum, retrosekal, subsekal atau seluruh rongga pelvis bahkan mungkin kejadian infeksi pasca bedah yang tinggi.
seluruh rongga abdomen. c. Pembedahan emergency
Dibanding dengan pembedahan elektif, pembedahan emergency mempunyai
Menurut klasifikasi klinikopatologi Cloud apendisitis akut grade I dan II belum angka infeksi pasca bedah yang lebih tinggi.
terjadi perforasi (apendisitis simpel) sedangkan apendisitis akut grade III, IV dan V d. Faktor lokal
telah terjadi perforasi (apendisitis komplikata). Faktor lokal yang meningkatkan terjadinya infeksi termasuk adanya jaringan
nekrotik, rongga mati, penurunan perfusi lokal, hematoma dan adanya benda
asing.
Antibiotika Profilaksis pd Apendisitis Kronis e. Derajat pencemaran luka selama pembedahan
----------------------------------------------------------------------------------------------------RD-Collection 2002 Infeksi luka merupakan penyebab tersering terjadinya infeksi pasca bedah,
dan merupakan tipe terbanyak dari infeksi nosokomial setelah infeksi traktus
Pemberian antibiotika pada kasus kasus bedah bertujuan untuk menurunkan urinarius. Terjadinya infeksi pasca operasi sangat ditentukan oleh derajat
morbiditas dan mortalitas infeksi bedah. Infeksi bedah didefinisikan sebagai infeksi pencemaran oleh mikroorganisme, dan derajat tersebut berhubungan
yang terjadi setelah tindakan pembedahan atau kasus-kasus infeksi yang langsung dengan prosedur yang dilakukan.
penyembuhannya memerlukan tindakan pembedahan disamping anti biotika.
The Nationale Reserch Counsil telah mengusulkan klasifikasi luka operasi
Iinfeksi bedah dibedakan dengan infeksi medikal, oleh karena pada infeksi bedah
berdasarkan atas kontaminasinya dan peningkatan resiko operasi sebagai
terdapat masalah mekanik atau anstomis yang harus diatasi dengan tindakan invasif
berikut :
atau tindakan pembedahan. Al Ibrahim et al, (1990) mengatakan kasus kasus infeksi
setelah pembedahan adalah masalh klinik yang besar. Dikatakan di Amerika Serikat 1) Luka bersih (kelas I)
insidensi luka infeksi setelah pembedahan secara keseluruhan diperkirakan sebesar Luka bersih adalah luka yang tidak menembus rongga –rongga di dalam
7,5 %, dan angka tersebut menimbulkan peningkatan biaya perawatan sebesar 10 tubuh termasuk traktus gastrointestinalis, respiratorius dan traktus
juta dolar setiap tahun. Proses radang yang mengenai appendik fermiformis atau urogenitalis. Tidak terdapat pelanggaran terhadap teknik aseptik, dan
appendisitis adalah merupakan salah satu contoh kasus infeksi bedah, karena untuk tidak terdapat proses peradangan di tempat lain. Tempat pembedahan
steril dan kontaminasi bersumber dari luar. Stafilokokus aureus adalah Tumor ganas yang solid pada traktus digestivus dapat menimbulkan
penyebab terbanyak infeksi luka operasi pada luka bersih. Luka bersih obstruksi, ulserasi dan perforasi yang dapat merupakan predisposisi
mempunyai angka infeksi pasca operasi yang terendah (1-4%). Contoh untuk terjadinya infeksi.
prosedure operasi yang termasuk luka bersih adalah operasi hernia. e. Pemondokan yang lama sebelum pembedahan
Diluar kasus-kasus emergency, angka infeksi pasca operasi didapatkan
lebih tinggi jika pemondokan preoperasi lebih lama.
Apendektomi Insidental
Bakteri yang paling banyak menimbulakn infeksi pada luka bersih adalah
stapilokokus dan stretokokus. Dilain pihak pada luka bersih terkontaminasi
atau luka kontaminasi, bakteri yang menimbulkan infeksi biasanya bersumser -----------------------------------------------------------------------------------------------------D-Collection 2002
dari daln seperti dari traktus digestivus atau traktus urinarius. Bakteri yang
sering menimbulkan infeksi tersebut sebaiknya diidentifikasi, dan antibiotika
yang dipilih haruslah cocok dengan mikroorganisme tersebut. Apendektomi Insidental ialah Suatu tindakan apendektomi dengan tujuan
sebagai propilaksis. Pelaksanaan apendektomi insidental merupakan hal yang
3. Timing dan konsentrasi dari antibiotika kontroversial, mungkin sebaiknya tak perlu dilakukan pada sebagian besar penderita.
Dengan beberapa perkecualian seperti contoh anti biotika yang terarbsobsi Apendektomi insidental secara selektif pada penderita dengan resaiko tinggi untuk
pada pembedahan kolorektal antibiotika sebaiknya telah sampai pada tempat apendisitis atau nyeri kuadran kanan bawah mungkin memegang peranan.
operasi, dengan konsentrasi yang cukup pada saat melakukan irisan, dan Apendektomi insidental pada histrektomi atau cholecystictomi tidak akan
konsentrasi tersebut dipertahankan selama pembedahan. meningkatkan komplikasi, tetapi tidak akan meningkatkan efektifitas secara
finansial (cost) jika ini meningkatkan charge pembedahan, sebab sebagian besar
4. Efek samping dan pembiayaan apendisitis terjadi pada penderita muda dan sebagian besar apendektomi insidental
Antibiotika yang dipilih sebaiknya yang menimbulkan efek samping yang terjadi pada penderita tua, insidental apendektomi secara rutin mungkin tidak akan
paling minimal, dan kalau mungkin yang mempunyai harga yang paling murah. berpengaruh secara nyata terhadap pengurangan rawat inap karena apendisitis.
Meskipun insidental apendektomi dikontra indikasikan pada kondisi-kondisi
5. Lama penggunaan antibiotika tertentu, penerapannya secara selektif pada penderita muda (misal 10 – 30 th) pada
Penggunaan antibiotika profilaksis sebaiknya dalm waktu pendek, misalnya status kesehatan yang baik, tetapi beresiko apendisitis mungkin menguntungkan.
selama operasi. Penggunaan yang lama tampaknya tidak memberikan hasil Perempuan muda yang menderita keluhan pelvis berulang atau nyeri, mungkin
yang lebih baik. Dilain pihak penderita akan dirugikan oleh biaya yang menguntungkan untuk dilakukan insidetal apendektomi.
seharusnya tidak perlu dan resiko efek samping yang mungkin terjadi. Kami telah sering melakukan insidental apendektomi saat insisi kanan bawah di
lakukan untuk operasi-operasi seperti reduksi intususepsi, ini pada umumnya
dipikirkan untuk mengurangi kebingungan bila jika terjadi nyeri kanan bawah di
Pemberian antibiotika pd Apendisitis kemudian hari. Tidak ada trial sedara klinik yang mendukung yang berhubungan
Luka operasi pada pembedahan appendisitis pada umumnya termasuk katagori luka
dengan aproach beyeleuf. Apendektomi insidental pada kondisi-kondisi tertentu
bersih terkontaminasi, kecuali terjadi gangren atau perforasi dari appendik (Al
seperti limpodenectomi secara radial perinatal untuk kanker testis atau groft
Ibrahim et al 1990 ; Condon et al 1991 ).
vasculer, di kaitkan dengan konplikasi infeksi yang lebih tinggi sebaiknya dihindari.
Dikatakan pemberian anti biotika profilaktis pada appendisitis masih merupakan
Pada studi dengan 4,5 kasus dengan insidental apendektomi pada 1910 anak yang
kontroversi. Penelitian kontrol-trial yang membandingkan pemberian antibiotika
mengalami nefrektomy karena williams tumor, tidak ditemukan peningkatan
dan plasebo, secara konsisiten menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika yang
komplikasi infeksi atau obstruksi post operasi pada penderita yang mengalami
efektif terhadap kuman anaerob, baik terhadap pemberian tersendiri maupun
insidental apendektomi. Indikasi lain insidental apendektomi mungkin meliputi akut
pemberian kombinasi terbukti terbukti efektif dalam menurunkan infeksi luka pasca
atau kronis di kuadran kanan bawah dimana apendisitis di temukan normal saat
operasi. Sedangkan pemberian antibiotika yang terutama aktif terhadap kuman aerob
eksplorasi. Sebagai tambahan penderita dengan crohn’s desease yang merasa nyeri
tidak konsisten efektif. Dikatakan hal ini adalah merupakan penemuan yang aneh,
kuadran kanan bawah, saat dilakukan operasi eksplorasi pada umumnya cenderung
sebab kebanyakan kuman yang berhasil diisolasi dari luka adalah escherichia coli
di lakukan apendektomi untuk menghindari dilema diagnostik di masa yang akan
(Alexander et al 1991). Meskipun eschericia coli adalah kuman aerob, pemberian
datang. Menurut Tai Sugimoto (1987), secara cost sangat menguntungkan dilakukan
anti anaerob tampaknya sangat esensial. Antibiotika mungkin mempunyai peranan
dilakukan apendektomi incidental.
yang kecil kecuali appendik dalam keadaan gangren atau perforasi. Al Ibrahim et al
Appendektomi incidental masih kontrapersial untuk dilakukan, ada 4 indikasi untuk
dilakukan appendektomi incidental menurut sabiston 2001:
nyeri perut kanan bawah yang terusmenerus
tumor williams
pada durante operasi ditemukan apendik, hiperenis, udema