APPENDICITIS
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Appendisitis
2. Untuk mengetahui anataomi Appendicitis
3. Untuk mengetahui fisiologi appendicitis
4. Untuk mengetahui etiologi Appendisitis
5. Untuk mengetahui epidemiologi appendicitis
6. Untuk mengetahu konsep asuhan keperawatan appendicitis
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Apendisitis adalah infeksi dan pembengkakan pada usus buntu yang dapat
menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu. Hal ini menyebabkan kematian
jaringan dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga mengakibatkan bakteri
dan tinja masuk ke dalam perut. Kejadian ini disebut usus buntu yang pecah.
Sebuah usus buntu yang pecah bisa menyebabkan peritonitis atau disebut infeksi
perut. Apendisitis paling sering terjadi pada usia 10 sampai 30 tahun yang
merupakan alasan umum untuk operasi pada anak-anak, dan merupakan bedah
emergensi yang paling umum terjadi pada kehamilan (Cheng et al., 2014).
Appendicitis adalah ujung seperti jari – jari yang kecil panjangnya kira –
kira 10 cm ( 4 inci ), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal.
Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.
Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, appendiks cenderung
menjadi kesumbat dan terutama terentan terhadap infeksi ( appendicitis ).
2.2 Anatomi
1) Apendisitis akut
Apendisitis yang terjadi dengan diawali oleh nyeri periumbilikal yang
diikuti dengan rasa mual dan muntah sehingga bisa menyebabkan anoreksia, dan
peningkatan nyeri lokal pada perut bagian kanan bawah. Lamanya rasa nyeri ini
berlangsung selama 24 sampai 36 jam. Penyebab apendisitis akut ini adalah
adanya obstruksi apendiks dan infeksi hematogen (Craig, 2005). Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mengalami sumbatan, sehingga
semakin lama, mukus tersebut semakin banyak. Namun, elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan di mana akan menyebabkan peningkatan
tekanan intralumen (Anonim, 2000).
2) Apendisitis Kronis
Apendisitis kronis terjadi apabila ada rasa nyeri di perut bagian kanan
bawah yang tidak berat, tetapi bisa menyebabkan aktivitas penderita terganggu
dan lebih dari dua minggu. Nyeri yang dirasakan dapat berlangsung secara terus-
menerus dan bisa bertambah berat parah kemudian mereda lagi (Sjamsuhidajat et
al., 2003).
2.4 Etiologi
2.5 Epidemiologi
4.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Identitas pasien
Jenis kelaim
Usia
Tempat tinggal
Ras
Keluhan utama
2. Pemeriksaan fisik
Tanda – tanda vital seperti : tekanan darah, suhu, nadi, dan
pernapasan
Jika dilakukan palapasi akan didapatkan nyeri yang terbatas pada
region iliaca kanan, biasanya disertai nyeri lepas.
Tanda rovsing yaitu nyeri yang dirasakan pada kuadran bawah
perut ketika dilakukan penekanan dan pelepasan pada bagian kiri
bawah perut
Uji PSOAS dan uji OBTURATOR merupakan pemeriksaan yang
lebih ditunjukkan untuk mengetahui letak apendiks vermiformis,.
OBTURATOR PSOAS
3. Pemeriksaan Penunjang
Leukosit darah : pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis,
terlebih pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi.
Urinalisis : sekitar 10 % pasien dengan nyeri perut memiliki
penyakit saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium urine dapat
mengkonfirmasi atau menyingkirkan penyebab urologi yang
menyebabkan nyeri perut. Meskipun proses imflamasi appendicitis
akut dapat menyebabkan piuria, hematuria, atau bakteriuria.
Sebanyak 40 % pasien, jumlah eritrosit pada urinalisis yang
melebihi 30 sel perlapangan pandang atau jumlah leukosit yang
melebihi 20 sel perlapangan pandang menunjukkan terdapat
gangguan saluran kemih.
Radiologi : pemeriksaan pencitraan yang mungkin membantu
dalam mengevaluasi pasien dengan kecurigaan appendicitis adalah
foto polos perut atau dada, utrasonogram, enema barium, dan
kadang – kadang CT scan
USG, dapat digunakan untuk membedakan antara appendicitis akut
dan appendicitis perforasi
1. pre operaktif
2. Post Operatif
Gangguan rasa aman dan nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya luka
insisi post appendiktomi
Resiko infeksi : berhubungan dengan adanya port de entry kuman pada
luka insisi post appendiktomi
Resiko deficit volume cairan : berhubungan dengan pembatasan post
operasi
4.3 Intervensi
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Apendisitis adalah infeksi dan pembengkakan pada usus buntu yang dapat
menurunkan suplai darah ke dinding usus buntu. Hal ini menyebabkan kematian
jaringan dan usus buntu bisa pecah atau meledak sehingga mengakibatkan bakteri
dan tinja masuk ke dalam perut. Kejadian ini disebut usus buntu yang pecah.
Sebuah usus buntu yang pecah bisa menyebabkan peritonitis atau disebut infeksi
perut. Apendisitis paling sering terjadi pada usia 10 sampai 30 tahun yang
merupakan alasan umum untuk operasi pada anak-anak, dan merupakan bedah
emergensi yang paling umum terjadi pada kehamilan (Cheng et al., 2014).
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medical bedah
tentang penyakit appendicitis ini. Kami berterima kasih kepada sumber –sumber
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.
COVER…………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………….
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………
1.3 TUJUAN………………………………………………………….
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN APPENDISITIS…………………………………
2.2 ANATOMI APPENDISITIS…………………………………….
2.3 FISIOLOGI APPENDISITIS………………………………….
2.4 ETIOLOGI APPENDISITIS…………………………………..
2.5 EPIDEMIOLOGI APPENDISITIS……………………………….
BAB IV : PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………