Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit
konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar didunia setelah
penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat
cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair
sampai berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang
konjungtiva adalah radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak
dan bola mata yang dibedakan kedalam bentuk akut dan kronis.
Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan
luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi iritasi dari bahan-bahan
kimia seperti terkena pecahan kaca yang debunya berterbangan sehingga
mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi sedangkan konjungtivitis yang
disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran
keduannya) ditularkan melalui kontak dan udara (Ilyas, 2015).
Penyebab paling umum adalah Streptococcuc pneumonia pada iklim
sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang
disebabkan oleh Streptococcuc pneumonia dan Haemophilus aegyptius
disertai juga pendarahan sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan
timbulnya hiperemi konjungtiva secra akut dan jumlah eksudat mukopurulen
sedang (Vaughan, 2010).
1.2 Tujuan Masalah
1. Menjelaskan tetang definisi konjuntivitis
2. Menjelaskan macam-macam konjuntivitis
3. Tanda dan gejala dari konjuntivitis
4. Menjelaskan terjadinya konjutivitis

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Konjuntivitis
Konjuntiva adalah membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva atau disebut sebagai mata
merah atau “pink eye” sangat sering terjadi (Vera & Margaret, 1996).
Konjuntivitis adalah inflamasi dan ditandai dengan pembengkakan dan
eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut
mata merah (Brunner & Suddarth, 2001).
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtiva atau peradangan pada bagian konjungtiva, selaput bening yang
menutupi bagian warna putih bagian mata dan permukaan bagian kelopak
mata. Konjungtivitis ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa
jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).
Konjungtivitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, alergi, atau
reaksi zat kimia. Konjungtivitis bacterial atau viral sangat menular tetapi
menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) setelah 2
minggu.konjungtivitis kronis bisa mengakibatkan perubahan degeneratif pada
kelopak mata.
2.2 Macam-macam Konjungtivitis
2.2.1 Konjungtivitis Bakteri
Organisme penyebab tersering adalah Staphylococcus,
Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus. Kondisi ini biasanya
sembuh sendiri meski obat tetes mata antibiotik spektrum luas akan
mempercepat kesembuhan. Apusan konjungtiva untuk kultur
diindikasikan bila keadaan ini tidak menyembuhkan.

2
Oftalmia neonatorum yaitu konjungtivitis yang terjadi pada 28 hari
pertama kehidupan neonatus, merupakan penyakit yang mudah
dikenali. Apusan untuk kultur harus dilakukan. Selain itu penting untuk
memeriksa kornea untuk menyingkirkan ulserasi.
Organisme penyebab tersering adalah:
 Konjungtivitis bakteri (biasanya Gram positif)
 Neisseria gonorrhoea. Pada kasus berat dapat menyebabkan
perforasi kornea. Penisilin topikal dan sistemik masing-masing
diberikan untuk mengobati penyakit lokal dan sistemik.
 Herpes simpleks, yang dapat menyebabkan parut kornea.
Antivirus topikal digunakan untuk mengobati keadaan ini.
 Klamidia. Penyakit ini dapat menyebabkan konjungtivitis kronis
dan parut kornea yang dapat mengancam pengelihatan. Salep
tetrasiklin topikal dan eritromisin sistemik masing-masing
digunakan untuk mengobati penyakit lokal dan sistemik.

Antibiotik:

 Seftazidin
 Kloramfenikol
 Siprofloksasin
 Asam fusidat
 Gentamisin
 Neomisin
 Oflokasin
 Tetrasiklin

2.2.2 Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun


sangat menular. Organisme penyebab tersering adalah adenovirus dan
yang lebih jarang adalah Coxsackie dan pikornavirus. Adenovirus juga

3
dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan
pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus
tertentu juga menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. Terapi
untuk konjungtivitis ini tidak diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri
sekunder. Pasien harus diberikan instruksi hygiene untuk
meminimalkan penyebaran infeksi (misal menggunakan handuk yang
berbeda). Terapi kritis masih kontroversial. Penggunaan steroid
mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun
inflamasi ulangan (rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid
dihentikan.

2.2.3 Konjungtiva Angular


Konjuntivitis angular terutama didapatkan di daerah kantus
interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah meradang.
Konjuntivitis angular disebabkan basil Moraxella axenfeld. Pada
konjuntivitis angular terdapat sekret mukopurulen dan pasien sering
mengedip.
Pengobatan yang diberikan adalah tetrasiklin atau basitrasin. Dapat
juga diberikan sulfas zincii yang bekerja mencegah proteolisin.

2.2.4 Konjungtivitas Kataral

Pada konjungtivitis kataral berbentuk sekret serus, mukus, atau


mukoporulrn, tergantung penyebabnya. Konjungtivitis kateral dapat
menyertai blefaritis atau obstruksi duktus nasolakriminal. Gejala-gejala
umum konjungtivitis ini dapat disertai maserasi lateral ataupun medial.
Radang konjungtiva disebut sebagai konjungtivitis angular.
Konjungtivitis kateral dapat berupa akut atau kronik, tergantung
penyebabnya. Biasanya disebabkan infeksi bakteri antara lain
Stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfled dan basil
Koch Weeks.

4
Konjungtivitis kataral dapat juga disebabkan virus misalnya
morbili. Bahan kimia basa dikenal menyebabkan kerusakan dan radang
akut pada mata berupa keratokonjuntivitis. Bahan-bahan kimia lain
dapat pulabmenyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kateral. Herpes
Zostr Oftalmik juga disertai konjungtivitis.
Pengobatan konjungtivitis kataral tergantung penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi bakteri, maka dapat diberi antibiotik
dengan sulfasetamid. Biasanya pada radang akut atau yang disertai
begitu banyak sekret dapat diberi tetes mata. Pada infeksi virus
dianjurkan pemakaian sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU
untuk infeksi Herpes Simplex. Apabila terdapat sekret, maka sekret
dibersihkan dahulu sebelum obat diberikan.
2.2.5 Konjungtivitas Purulen, Mukopurulen
Konjungtivitis purulen ditandai sekret purulen seperti nanah,
kadang-kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih
dikonjungtiva tarsal. Konjungtivitis ditemukan pada orang dewasa atau
pada anak-anak dan bayi. Pada orang dewasa disebabkan infeksi
gonokok. Sekret mukopurulen sering dianggap sebagai sekret purulen.
Pada bayi, terutama yang berumur dibawah 2 minggu apabila dijumpai
konjuntivitis purulen, perlu dipirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu
infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan
klamidia (klamidia oculogenital).
Konjungtivitis karena klamidia okulo-genital mempunyai
prognosis yang lebih baik, karena tidak menimbulkan penyulit,
sebaliknya konjungtivitis gonore dapat menimbulkan komplikasi
ulkuskornea, bahkan dapat berlanjut dengan perforasi kornea, yang
dapat berakibat hilangnya fungsi mata karena terjadi infeksi intraokular.
Karena konjungtivitis dapat menyebabkan kebutaan, maka perawatan
dan pengobatan konjungtivitis purulrn perlu dilakukan secara insentif.
Konjungtivitis genore pada bayi, terjadi pada waktu proses
kelahiran yaitu berasal dari uretritis genore ibunya. Maka inkubasinya

5
satu sampai tiga hari dan biasanya mengenai kedua mata. Penyakit
sangat menular.
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus
dirawat diruang isolasi. Mata harus dibersikan dari sekret sebelum
pengobatan. Setiap ¼ atau ½ jam diberikan salep mata penisilin, apabila
keadaan radang sudah lebih baik pemberian salep setiap jam. Selain itu,
pemberian injeksi penisilin sesuai umur. Apabila ada komplikasi
kornea, konjungtivitis gonore sembuh lebih lama. Dalam satu atau dua
hari tidak tampak baik, maka kemungkinan adanya resiten kuman
terhadap penisilin. Sebagai gantinya diberikan tetrasiklin salep mata,
garamisin salep mata atau kemisetin salep mata. Ketiga obat tersebut
tidak seefektif penisilin.
Apabila yang menderita konjungtivitis genore bayi yang baru lahir
maka orang tua bayi diperiksa untuk kemungkinan uretritis atau
servisitis. Apabila dijumpai penyakit kelamin tersebut, maka kedua
orang tuanya harus diobati.
2.2.6 Konjuntivitis Membran
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa
massa putih konjungtiva tarsal dan juga menutupi konjuntiva bulbi.
Massa putih ada dua jenis yaitu:
1. Konjungtivitis membran, disebabkan oleh infeksi Streptokok
hemolitik dan infeksi difteria. Pada sindrom Stevens Johnson, dapat
disertai juga dengan konjuntivitis membran. Pada penderita
konjungtivitis membran, perlu diperiksa membrannya untuk mencari
penyebab infeksi. Apabila diduga konjuntivitis difteria, maka perlu
diperiksa suhu badan yang biasanya meninggi dan diperiksa juga
tenggorokannya. Apabila sudah positif suatu infeksi difteria, mak
perlu diperiksa juga keadaan jantung penderita, karena toksin difteri
dapat menimbulkan gangguan pada jantung.
Pengobatan konjuntivitis membran tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan

6
antibiotik yang sensitif. Pada infeksi difteria diberikan salep mata
penisilin setiap jam dan injeksi penisilin sesuai umur.
2. Konjungtivitis pseudomembran, disebabkan infeksi yang hiperakut,
seperti infeksi pneumokok.
2.2.7 Konjungtiva Vernal
Penyakit ini ditemukan terbanyak pada usia 5 - 25 tahun. Apabila
gambaran konjungtivitis vernal didapatkan pada usia diatas 25 tahun,
maka perlu dipikirkan kemungkinan suatu konjungtivitis atopik. Gejala
subjektif yang menonjol adalah rasa yang sangat gatal pada mata,
terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Pada
pemeriksaan didapat konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-
stone dikonjungtiva tarsalis superior yang biasanya terdapat pada kedua
mata, tetapi bisa pada satu mata. Cobble-stone pada beberapa kasus
terdapat pada konjuntiva tarsal inferior. Konjuntivitis vernal lebih
sering kambuh pada musim panas dibandingkan musim hujan.
Pengobatan kortikosteroid tetes atau salep mata. Apabila terdapat
ulkus kornea, maka pemberian steroid/kortikosteroid lokal merupakan
kontra indikasi. Ulkus diobati dengan pemberian antibiotik dan untuk
menekan peradangan sebaiknya diberikan obat-obatan antiradang non
steroid.
2.2.8 Konjungtivitis Flikten
Di Indonesia masih sering ditemukan dan biasanya dihubungkan
dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderitanya kebanyakan anak-
anak, dapat juga orang dewasa tetapi lebih jarang. Mesikpun banyak
dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, seringkali TBC paru
tidak ditemukan pada penderita konjuntivitis flikten dan apabila
diperiksa mata penderita-penderita TBC paru sedikit sekali yang
menderita konjuntivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan
konjungtivitis flikten adalah helmintiasis, yang umumnya diderita oleh
anak-anak sedangkan tidak semua anak menderita konjuntivitis flikten.

7
Gejala pada mata adalah adanya flikten yang umumnya dijumpai
di limbus, konjuntiva bulbi, konjuntiva tarsal, dan kornea. Penyakit
dapat mengenai dua mata, tetapi juga dapat pula mngenai satu mata dan
sifatnya kambuh. Apabila flikten timbul dikornea dan sering kambuh,
maka dapat berakibat gangguan pengelihatan. Apabila peradangannya
berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang teru menerus ampai berakibat
eksema kulit. Keluhan lain adalah silau dan rasa seperti berpasir.
Infeksi sekunder oleh bakteri, dapatvmenyertai konjuntivitis flikten
beberapa jenis bakteri yang menyebabkan konjuntivitis flikten antara
lain basil Koch Weeks dan Safilokok.
Pengobatanya : karena dari timbulnya konjuntivitis flikten adalah
hipersensitivitas lambat, maka pada mata diberikan obat tetes mata atau
salep mata kortikosteroid lokal. Kombinasi kortikosteroid dengan
antibiotik lebih dianjurkan mengingat banyak kemungkinan terdapat
infeksi bakteri sekunder. Pada pemberian kortikosteroid lokal dalam
jangka waktu lama perlu diwaspadai adanya penyuli-penyulit.
Disamping itu kontra indikasi pemakaian kortikosteroid lokal juga perlu
diperhatikan.
2.2.9 Konjuntivitis Foilkularis Kronis
Merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak-anak
dan tidak pernah terlihat pada bayi baru lahir kecuali bila usia sudah
beberapa bulan .
Konjungtivitis folikularis kronis ditandai dengan terdapatnya tanda
khusus berupa benjolan kecil berwarna kemerahan-merahan pada
lipatan retrotarsal. Folikel yang terjadi merupakan reaksi konjungtiva
terhadap virus dan alergen toksik seperti iododioksiuridin, fisostigmin,
dan klamida. Folikel terlihat sebagai benjolan kecil mengkilat dengan
pembuluh darah kecil diatasnya, pada pemeriksaan histologik berupa
limpoid. Setiap folikel merupakan pusat germinatif tunggal limfoid.
Folikel ini bila diakibatkan trakoma akan bergenerasi yang akan
membentuk jaringan parut.

8
2.2.10 Trakoma

Adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang


disebabkan oleh chlamydia trachromatis. Cara penularan penyakit ini
adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita trakoma atau
melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk,alat- alat
kecantikan dan lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari ( berkisar dari 5
sampai 14 hari).

Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair.


Menurut klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui empat
stadium:

1. Stadium insipien
2. Stadium established (dibedakan atas dua bentuk)
3. Stadium parur
4. Stadium sembuh
2.3 Tanda dan Gejala
1. Tanda
a) Papila
Papila merupakan lesi meninggi pada konjuntiva tarsal atas, dengan
diameter sekitar 1mm dan memiliki inti vaskuler sentral. Papila
merupakan tanda nonspesifik inflamasi kronis. Papila disebabkan oleh
adanya septa fibrosa antara konjungtiva dan subkonjungtiva yang
memungkinkan jaringan diantaranya membengkak dan infiltrat
inflamasi. Papila raksasa ditemukan pada penyakit mata alergi,
terbentuk karean bersatunya papila.
b) Folikel
Folikel merupakan lesi gelatinosa oval meninggi dengan diameter
sekitar 1mmyang bisa ditemukan oada konjungtiva tarsal bawah dan
tepi tarsal atas, dan kadang pada limbus. Tiap folikel merepresentasikan
kumpulan limfoid dengan pusat germinalnya sendiri tidak seperti

9
papila, penyebab folikel lebih spesifik (misal infeksi virus dan
klamidia).
c) Dilatasi pembuluh darah konjuntiva (disebut injeksi)
d) Perdarahan subkonjungtiva, seringkali berwarna merah terang karena
teroksigenisasi penuh oleh udara sekeliling, melalui konjungtiva.
2. Gejala
Pasien dapat mengeluhkan:
a) Nyeri dan iritasi. Konjuntivitis jarang dikaitkan dengan apapun selain
sedikit ras atidak nyaman. Nyeri menandakan suatu yang lebih serius
seperti cedera atau infeksi kornea. Gejala ini membantumembedakan
antara konjungtivitis dan kornea.
b) Kemerahan. Pada konjuntivitis seluruh permukaan konjuntiva termasuk
melapisi lepeng tarsal ikut terlibat. Jika kemerahan ini terlokalisasi pada
injeksi siliar limbus siliaris, pertimbangkan hal berikut:
 Keratitis (suatu inflamasi kornea)
 Uveitis
 Glaukoma
c) Sekret. Sekret purulen menandakan konjungtivitis bakteri.
Konjungtivitis virus terutama dikaitkan dengan sekret berair
d) Hilangnya pengelihatan. Hal ini hanya terjadi karena kornea sentral
terkena. Kehilangan pengelihatan merupakan gejala penting dan
membutuhkan tindakan segera.
e) Pasien dengan penyakit kornea juga dapat mengeluh fotobia.
2.4 Patofisiologi
Mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat
membuka dan menutup sempurna, karena mata menjadi kering sehingga
terjadi iritasi memyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah
disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjuntiva dan sclera
yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya sekret mukopurulen. Akibat dari
jangka panjang konjuntivitis yang dapat bersifat kronis yaitu

10
mikroorganisme, bahan alergen, dan iritatif mengifeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi seksresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjuntivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan dan
meningkatkan tekanan intraokuler yang lama kelamaan akan menyebabkan
saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang
terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea
yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang
disebabkan kurangnyaaliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan
rasa pusing.

11
2.5 Pathway

Mikrooganisme

(Bakteri, Virus, Jamur)

Masuk kedalam mata

Kelopak mata terinfeksi

Tidak bisa menutup dan


membuka dengan
sempurna

Mata kering iritasi

Konjuntivitis

Mikroorganisme,
Peradangan Lakrimal
alergi, iritasi

Dilatasi pembuluh Pengeluaran cairan


Kelenjar air mata
darah meningkat
terinfeksi

Nyeri Sclera merah Edema i


Fungsi sekresi terganggu

Granulasi disertai TIO meningkat


sensasi benda asing Hipersekresi

Kanal Schemm tersumbat


Gangguan rasa Resiko infeksi
nyaman
Iskemia syaraf optik

Gangguan persepsi
Ulkus kornea
sensori

12
BAB III

KASUS/ ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien:
a) Nama : Tn.R
b) Jenis kelamin : Laki-laki
c) Umur :30 Tahun
d) Agama :Islam
e) Pendidikan :SMP
f) Pekerjaan :Wiraswasta
g) Status pernikahan :Sudah Menikah
h) Alamat :Talang Rimbo Lama
i) Tanggal MRS :
j) Diagnosa medis : Infeksi Mata
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : Gatal dan nyeri di bagian mata
b) Riwayat kesehatan sekarang : Pasien merasakan nyeri, gatal dan
merasa seperti ada benda asing dalam mata (serbuk besi)
c) Riwayat kesehatan dahulu : Pasien tidak pernah mengalami
penyakit ini sebelunya
3. Pola Fungsi Kesehatan
a) Psiko-Sosial
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosil semenjak pasien merasakan
penyakitnya.
b) Spiritual
Kaji apakah pasien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas
ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang diderita.

13
c) Istirahat Tidur
Kaji kualitas dan kuantitas tidur pasien sejak dan sebelum sakit,
apakah ada gangguan tidur atau bagaimana perasaan pasien sewaktu
bangun tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD: 100/70 mmHg
S :37º
N :80x/m
RR:18x/m
 Sistem pernafasan
Pola nafas, irama dalam batas normal dan baik
 Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung, irama jangtung dalam batas normal
 Sistem pencernaan
Mulut bersih, makan 3x sehari. Dalam batas normal
 Sistem perkemihan
Bab dan BAK dalam batas normal
 Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Sistem genetalia
Belum dikaji
 Sistem musculoskeletal
Pergerakan sendi, otot, tulang, dalam batas normal
 Sistem integumen
Turgor kulit normal
 Sistem persyarafan
Dalam batas normal

14
5. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Giemsa/pengecatan gram
Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear,
juga bakteri atau jamur penyebab konjuntivitis
b) Pemeriksaan visus
Catat derajat parifer pasien karena jika terdapat sekret yang menempel
pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus.

3.2 Analisa Data

Tanggal/jam Etiologi Masalah


DS: pasien Konjuntivitis Nyeri
mengatakan nyeri
pada kedua matanya Peradangan
DO: mata pasien
tampak hiperemia Dilatasi pembuluh darah
berair dan kotor. TD:
100/70 mmHg Nyeri
Suhu: 37ºC
DS: ada purulen dan Konjuntivitis Resiko
edema infeksi
DO: mata pasien Mikroorganisme
tampak hiperemia, alergen, iritasi
berair dan kotor
TD: 100/70 mmHg Kelenjar air mata
Suhu: 37ºC terinfeksi

Fungsi sekresi terganggu

Hipersekresi

15
Resiko Infeksi
DS: pasien Konjuntivitis Gangguan
mengatakan mata rasa nyaman
gatal dan mata merah Peradangan
DO: mata merah
Dilatasi pembuluh darah

Granulasi disertai
Sensasi benda asing

Tidak nyaman

3.3 Diagnosa Keperawatan

Tanggal/jam Diagnosa keperawatan Paraf


Nyeri berhubungan dengan peradangan
konjuntiva
Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada
kelenjar mata
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
sensasi benda asing

3.4 Intervensi Keperawatan

Tanggal/jam Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


hasil
Setelah dilakukan  Anjurkan  Pemberian
tindakan pasien untuk Kompres
keperawatan mengkompres hangat pada
selama 3x24 jam dengan air daerah yang
diharapkan nyeri hangat pada nyeri dapat

16
dapat teratasi daerah nyeri, mengurangi
dengan kriteria dan kompres rasa nyeri.
hasil: dingin pada Pemberian
 Tidak nyeri daerah kompres
pada kedua peradangan. dingin pada
kelopak mata daerah
 Mata pasien radang dapat
tidak memperkecil
hiperemia dan peredaran
tidak berair darah
 Mata pasien  Berikan memperkecil
tidak kotor lingkungan resiko
aman dan dilatasi
nyaman pembuluh
darah
 Lingkungan
aman dan
nyaman
 Anjurkan dapat
klien untuk memeberikan
menghindari efek
penyebab mengurangi
nyeri : rasa nyeri
kemasukan yang di
benda asing rasakan
(serbuk besi)  Menghindari
penyebab
nyeri :kemas
 Berikan obat ukan benda
analgetik asing
(serbuk

17
besi) dapat
mempercepa
 Berikan terapi t proses
obat sesuai penyembuha
anjuran dokter n
 Pemberian
obat
analgetik
dapat
mengurangi
rasa nyeri
 Terapi obat
mempercepa
t
penyembuha
n klien
Setelah dilakukan  Anjurkan  Menghindari
tindakan selama pasien untuk pemicu
3x24 jam menghindari infeksi dapat
diharapkan resiko pemicu meningkatkan
infeksi dapat infeksi:serbuk proses
teratasi dengan besi penyumbuhan
kriteria hasil: dan
Tidak ada purulen penurunan
dan edema  Anjurkan infeksi
Tidak ada pasien untuk  Membersihka
hiperemia membersihkan n mata
Mata tidak berair mata dengan bertujuan
Mata bersih menggunakan untuk
air hangat atau menjaga
obat yang mata tetap

18
sudah di bersih
berikan oleh mempercepat
resep dokter proses
penyembuha
 Anjurkan n dan
pasien untuk penurunan
menjaga resiko infeksi
matanya tetap  Mata kering
kering mempercepat
proses
penyembuha
 Berikan terapi n dan
obat sesuai penurunan
anjuran dokter resiko infeksi
 Mempercepa
t proses
penyembuha
n
Setelah dilakukan  Berikan  Lingkungan
tindakan selama lingkungan aman
3x24 jam aman dan nyaman
diharapkan nyaman : dapat
gangguan rasa hindari radiasi memberikan
nyaman dapat cahaya yang terapi
teratasi dengan berlebihan,suh mempercepat
kriteria hasil: : mata u ruangan proses
pasien tidak gatal normal pemulihan
Mata tidak merah  Perintahkan  Pemakaian
pasien untuk kaca mata
memakai kaca dapat
mata saat melindungi

19
bekerja mata dari
serpihan
beda
 Anjurkaan asing :serbuk
pasien tidak besi
mengucek  Tidak
matanya saat mengucek
mata terasa mata
gatal-gatal memperkecil
 Berikan terapi resiko mata
sesuai anjuran terkena
dokter infeksi mata
 Mempercepa
t proses
penyembuha
n

BAB IV

20
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit


konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar didunia setelah
penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat
cepat. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan kedalam
bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan
pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang
disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi
iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena pecahan kaca yang debunya
berterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi
sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama
virus dan kuman atau campuran keduannya) ditularkan melalui kontak dan
udara.
Penyebab paling umum adalah Streptococcuc pneumonia pada iklim
sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang
disebabkan oleh Streptococcuc pneumonia dan Haemophilus aegyptius
disertai juga pendarahan sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan
timbulnya hiperemi konjungtiva secra akut dan jumlah eksudat mukopurulen
sedang.

4.2 Saran

Dengan adanya pembuatan makalah ini, semoga dapat mempermudah dan


dapat dimengerti sehingga penyakit konjuntivitis ini dapat dicegah, jika pun
sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit itu dalam makalah ini obat
serta penatalaksanaa. Asuhan keperawatan dapat membantu pembaca dan
mempermudah. Sebagai tim penyusun diharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam memperbaiki makalah ini.

21

Anda mungkin juga menyukai