Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA

PASIEN TN. M
RAWAT JALAN DENGAN KONJUNGTIVITIS

OLEH :

TULUS RAHARJO

NIM : P07120119026R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT KONJUNTIVITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan


pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau
pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus,
bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)

2. ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat
infeksius seperti bakteri, klamidia, virus, jamur, parasit (oleh bahan iritatif =>
kimia, suhu, radiasi), maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,
penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organisme penyebab tersering adalah
stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau
virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak
langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang
masuk kedalam mata
Penyebab konjungtivis tergantung dari jenis konjungtivis. Berikut ini
etiolgi berdasarkan klasifikasi konjungtivis yaitu :
a. Konjungtivis Alergi
Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari
Sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat
reaksi alergi pada orang dengan presdiposisi alergi obat-obatan. Pada
pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.
b. Konjungtivis Infektif
Disebabkan oleh bakteri seperti : Stafilokok, Streptokok,
Corynebacterium diphtheria, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria
gonorrhea, Haemophilus influenza
c. Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti : Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes
zoster, Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus

3. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering
dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada
anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran napas, serta
dengan kondisi lingkungan yang tidak higiene. Pada orang dewasa juga dapat
dijumpai tetapi lebih jarang.
Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi
tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan
konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis
flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak
menderita helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten
menjadi tidak jelas. (Alamsyah, 2007)

4. PATHOFISIOLOGI
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme
yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga
berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui
meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh
masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung
dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang
diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang
berlanjut menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat
akan menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang
sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan
factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya
mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa
dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air
mata mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen
perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid
stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva
melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan
mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang
tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi
konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang
sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai
ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit
pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal
yang paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau
musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan
dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu,
gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi
setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap,
atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga
berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus
influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri
hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus
sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang
lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi
yang baru lahir.

5. GEJALA KLINIS
Umumnya, konjungtivitis mengenai kedua mata dengan derajat keparahan
yang berbeda. Gejala konjungtivitis adalah mata merah dengan produksi sekret
yang berlebih sehingga mata terasa lengket pada pagi hari setelah bangun tidur.
Selain itu, pasien dapat mengalami sensasi benda asing, terbakar, atau gatal,
serta fotofobia. Rasa nyeri yang muncul biasanya menandakan kornea juga
terkena.
Gejala yang dirasakan oleh pasien dapat bervariasi. Oleh karena itu,
penting untuk mengenali tanda dari konjungtivitis berupa :
a. Hiperemia
Mata tampak merah akibat dilatasi pembuluh darah. Jika tanpa disertai
infiltrasi seluler, menandai iritasi seperti angin, matahari, dan asap.
b. Epifora
Lakrimasi yang berlebihan sebagai respons terhadap sensasi benda asing dan
iritan yang harus dibedakan dengan transudat. Transudat ringan yang timbul
akibat pelebaran pembuluh darah dapat bercampur dengan air mata.
c. Eksudasi
Kuantitas dan sifat eksudar (mukoid, purulen, berair, atau berdarah)
bergantung dengan etiologi penyakit.
d. Pseudoptosis
Jatuhnya kelopak bola mata karena infiltrasi pada otot Muller yang dapat
ditemukan pada konjungtivitis parah seperti keratokonjungtivitis trakoma.
e. Hipertrofi papiler
Reaksi konjungtiva yang tidak spesifik berupa papil berukuran kecil, halus,
dan seperti beludru. Papil berwarna kemerahan pada infeksi bacterial,
sedangkan bentuk cobblestone ditemui pada konjungtivitis vernal.
f. Kemosis
Pembengkakan konjungtiva yang sering ditemukan pada konjungtivitis
alergika, bakterial (konjungtivitis gonokokus), dan adenoviral.
g. Folikel
Hiperplasia limfoid lokal konjungtiva yang terdiri dari sentrum
germinativum yang paling sering ditemukan pada infeksi virus. Selain
infeksi virus, ditemui pula pada infeksi parasit dan yang diinduksi oleh obat
idoxuridine, dipivefrin, dan miotik.
h. Pseudomembran
Terbentuk akibat proses eksudatif dimana epitel tetap intak ketika
pseudomembran dibuang.
i. Konjungtiva lignose
Terbentuk pada pasien yang mengalami konjungtivitis membranosa
berulang.
j. Flikten
Diawali dengan perivaskulitis limfositik yang kemudian berkembang
menjadi ulkus konjungtiva. Selain itu, flikten menandakan reaksi delayed
hipersensitivitas terhadap antigen microbial.
k. Limfadenopati preaurikular
Pembesaran kelenjar getah bening yang dapat disertai rasa nyeri pada infeksi
akibat herpes simpleks, konjungtivitis inklusi, atau trakoma.

Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar (ngeres/tercakar) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda
asing didalam mata.
Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata
berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut :


a. Konjungtivitis Alergi
1) Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
2) Rasa seperti terbakar
3) Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
4) Air mata sering keluar sendiri
5) Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
b. Konjungtivitis Bakteri
1) Pelebaran pembuluh darah
2) Edema konjungtiva sedang
3) Air mata keluar terus
4) Adanya secret atau kotoran pada mata
5) Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
c. Konjungtivitis Viral
1) Fotofobia
2) Rasa seperti ada benda asing didalam mata
3) Keluar air mata banyak
4) Nyeri prorbital
5) Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
6) Kemerahan konjungtiva
7) Ditemukan sedikit eksudat
d. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
1) Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
2) Mata merah
3) Iritasi
4) Nyeri palpasi
5) Biasanya terdapat kemosis
6) Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
e. Konjungtivitis Blenore
1) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
2) Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
3) Memberikan secret purulen padat secret yang kental
4) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari
5) Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani atau diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata atau gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang
tidak tertangani diantaranya :
1) Glaucoma
2) Katarak
3) Ablasi retina
4) Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5) Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6) Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea
adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di
kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
menjadi buta.
7) Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik
dapat mengganggu penglihatan.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Mata
- Pemeriksaan tajam penglihatan
- Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai
alat pemeriksaan pandangan).
- Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya
efek epitel kornea).
- Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak
adanya kebocoran kornea).
- Pemeriksaan oftalmoskop
- Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat
benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b. Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
herpes simplek virus).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah
bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa
dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang
disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel
eosinofil.

7. PENATALAKSANAAN
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%),
chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan
antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid
(dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa
pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam
waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya
adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5
hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan
menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan
langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas
tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
o Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi
topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
o Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan
terisolasi, medika menstosa :
- Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G
10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
- Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan
menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan
obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen,
sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-
pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata
yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik
bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat
membantu memperbaiki gejala.
5. konjungtivitis blenore
Pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan
merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi
segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan
dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis
blenore :
o Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap
jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
o Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila
tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
o Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi
chlamdya yang banyak terjadi.

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN


DIAGNOSA GLAUKOMA DI POLIKLINIK MATA

PENGKAJIAN

I. BIODATA
Nama Inisial : Tn. M
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Banjar/ Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Ruangan Rawat : Poli Mata
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal masuk RS : 10 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 10 Desember 2019 p. 17.05
Diagnosa Medis : ODS Konjuntivitis
Alamat : Jl. HKSN

II.RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama
- Keluhan Saat Masuk Rumah Sakit
Perih di kedua mata kanan dan kiri disertai pandangan kabur, mata
kanan merah,

- Keluhan Saat Pengkajian


Klien mengeluh terasa tidak nyaman dengan kondisi matanya yang
kabur, pedih dan terus berair disertai pandangan kabur kurang lebih
selama 3 hari ini

- Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RS dengan keluhan terasa tidak nyaman dengan kondisi
matanya yang kabur, pedih, bengkak dan terus berair disertai pandangan
kabur kurang lebih selama 3 hari ini, Pasien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit yang dialaminya.

- Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini

- Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki gangguan penglihatan,
tidak ada riwayat DM dan hipertensi pada anggota keluarga pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
- Kesadaran: Compos Mentis
- Vital sign
 TD : 130/80 mmHg
 N : 97 x/menit
 R : 22 x/menit
 T : 37,0 0C
 TB : 160 cm
 BB : 50 kg
 GCS : E4 V5 M6 = 15

Data focus
Inspeksi

- Bentuk alis simetris - Pupil mata kanan dan kiri


- Kelopak mata di bagian kanan
normal
tampak bengkak - Iris mata di kanan dan kiri
- Bulu mata di bagian kanan tampak
normal
lengket dan berair karena secret - Posisi pergerakan bola
- Konjungtiva di bagian mata kanan
mata normal
dan kiri merah - Visus mata dekstra 6/15
- Sklera mata di bagian kanan merah - Visus mata sinistra 6/15

IV. ANALISA DATA


1. Data subjektif
a. Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya.
b. Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi matanya yang kabur,
pedih dan terus berair
2. Data objektif
a. Mata pasien tampak merah dan bengkak
b. Terdapat secret yang pada mata kanan
c. Pasien tampak terus mengusap-usap matanya

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan gejala terkait penyakit
konjungtivitis ditandai dengan peningkatan eksudasi, fotofobia lakrimasi dan
rasa nyeri.
2. Defiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan informasi
tentang penyakit konjungtivitis ditandai dengan pasien mengatakan baru
pertama matanya seperti ini.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen ditandai
dengan mata pasien tampak merah, terdapat secret dan pasien terus
mengusap-usap matanya.

VI. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/ No. Tujuan Dan


No Intervensi Rasional
Jam Dx Kriteria Hasil

1 Senin, 10 1 Setelah diberikan 1. Kompres tepi 1. Melepaskan eksudat


Desember asuhan palpebral (mata yang lengket pada
2019 keperawatan dalam keadaan tepi palpebral.
Pukul selama 1 x 15 tertutup) dgn larutan
17.05 – ment diharapkan salin kurang lebih
2. Membersihkan
17.20 klien merasa selama 3 menit
2. Usap eksudat secara palpebral dari
WITA nyaman dengan
perlahan dgn kapas eksudat tanpa
kriteria hasil :
yang sudah dibasahi menimbulkan nyeri
 Melakukan salin dan setiap dan meminimalkan
tindakan untuk pengusap hanya penyebaran
mengura-ngi dipakai satu kali mikroorganisme.
3. Mata tertutup
nyeri / fotofobia
3. Beritahu klien agar
merupakan media
/ eksudas.
tidak menutup mata
 Menunjukkan terbaik bagi
yang sakit.
perbaikan pertumbuhan
keluhan. mikroorganisme.
4. Anjurkan klien 4. Pada klien fotofobi,
menggunakan kacamata gelap
kacamata (gelap). dapat menurunkan
cahaya yg masuk
pada mata sehingga
sensitivitas terhadap
cahaya menurun.
Pada konjungtivitis
alergi, kacamata
dapat mengurangi
5. Anjurkan pada klien
ekspose terhadap
wanita konjungtivitis
allergen/mencegah
alergi agar
iritasi lingkungan.
menghindari/me-
5. Mengurangi expose
ngurangi penggunaan
allergen atau iritan.
tatarias hingga semua
gejala konjungtivitis
hilang. Bantu klien
mengiden-tifikasi
sumber allergen yg
lain. Tekankan
pentingnya kacamata
pelindung bagi klien
yg bekerja dgn bahan
6. Mengurangi resiko
kimia iritan.
6. Kaji kemampuan kesalahan
klien menggunakan penggunaan obat
obat mata dan ajarkan mata
klien cara
menggunakan obat
tetes mata atau salep 7. Mempercepat
mata. penyembuhan pada
7. Kolaborasi dalam
konjungtivitis
pemberian :
infektif dan
Antibiotik
mencegah infeksi
sekunder pada
konjungtivitis viral.
Tetes mata diberikan
pada siang hari dan
salep mata diberikan
pada malam hari
untuk mengurangi
8. Kolaborasi dalam
lengketnya kelopak
pemberian :
mata pada pagi hari.
Analgesik ringan 8. Mengurangi nyeri
seperti asetaminofen seperti nyeri
9. Kolaborasi dalam
periorbital pada
pemberian:
konjungtivitis viral.
Vasokonstriktor 9. Mengurangi dilatasi
seperti nafazolin. pembuluh darah
pada konjungtivitis
alergi.
2. Senin, 10 2 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Sebagai dasar
Desember tindakan pengetahuan pasien menentukan
Pukul keperawatan tentang penyakitnya. intervensi.
2. Jelaskan pada pasien 2. Pasien mendapat
17.20 – selama 1x15 menit
tentang penyakit kejelasan tentang
17.35 diharapkan pasien
konjungtivitis penyakitnya.
WITA mendapatkan
(pengertian,
pengetahuan
penyebab, dan
tentang
komplikasi).
penyakitnya
3. Jelaskan pada pasien
3. Pasien mendapat
dengan kriteria tentang perawatan kejelasan tentang
hasil : penyakit. perawatan di rumah
- Pasien dapat setelah pulang dari
menjelaskan 4. Ajurkan melakukan rumah sakit.
4. Agar mata pasien
penyakitnya perawatan mata di
- Pasien dapat tidak kotor
rumah dengan
menjelaskan
dibersihkan mata
perawatan
setiap hari.
5. Berfungsi sebagai
penyakitnya 5. Ajurkan pasien
vitamin untuk mata
mengkonsumsi buah
dan makan-makan
yang bergizi.
6. Berikan catatan 6. Agar pasien mudah
tertulis waktu kontrol mengingat kapan
ulang setelah sakit waktu kontrol yang
tepat.

3 Senin, 10 3 Setelah dilakukan 1. Lakukan pemeriksaan 1. Pemeriksaan


Desember asuhan visus mendasar pada mat
2. Beritahu klien untuk 2. Meminimalkan
2019 keperawatan
mencegah pertukaran resiko penyebaran
Pukul selama 1x15 menit
handuk dan bantal infeksi.
17.35 – diharapkan risiko
3. Mengurangi nyeri
dgn keluarga yg lain.
17.50 penularan penyakit
pada mata dan
Sebaiknya
WITA tidak terjadi,
merelaksikan.
menggunakan tisu,
dengan kriteria 4. Menghindari
bukan saputangan,
hasil : penyebaran infeksi
tissue ini harus
- Pasien dapat pada mata yang lain
dibuang setelah
mencegah dan pada orang lain
pemakaian satu kali
penularan
5. Prinsip higienis
saja
pada mata
3. Anjurkan kompres perlu ditekankan
yang lain
hangat selama 15 pada klien untuk
ataupun mata
menit 4 kali sehari mencegah replikasi
orang lain, 4. Ingatkan klien untuk
kuman sehinnga
pasien tidak menggosok
mengetahui mata yg sakit / kontak penyebaran infeksi
tentang sembarangan dengan dapat dicegah
penyakitnya mata
5. Beritahu klien tentang
tekhnik cuci tangan
yg tepat. Anjurkan
klien untuk mencuci
tangan sebelum dan
6. Mencegah infeksi
sesudah melakukan
silang pada klien
pengobatan, gunakan
yang lain.
saputangan/handuk 7. Pemeriksaan
bersih. Beritahu klien mendasar pada mata
untuk menggunakan
8. Penting untuk
tetes/salep mata dgn
kesehatan mata
benar tanpa
menyentuhkan ujung
botol pada mata/bulu
mata klien.
6. Bersihkan alat yang
digunakan untuk
memeriksa klien
7. Anjurkan pasien
untuk makan
makanan yang bergizi
8. Menganjurkan pasien
agar beristirahat yang
cukup
VII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/ No Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
Jam Dx
1 Senin, 10 1 1. Memberitahu klien agar 1. Pasien kooperatif, pasien
Desember tidak mengusap-usap tampak mengurangi
2019, atau kontak sembarang usapan tangannya.
Pukul dengan mata yang sakit Walaupun kadang masih
2. Menganjurkan pasien
17.05- dilakukan
membersihkan secara
17.20 2. Pasien mengatakan
rutin eksudasi pada
WITA bersedia
matanya setiap saat .

2 Senin, 10 2 1. Mengkaji tingkat 1. Pasien mengatakan


Desember pengetahuan pasien matanya belum
2019, tentang penyakitnya pernah seperti ini
2. Menjelaskan pada
Pukul sebelumnya
pasien tentang pe- 2. Pasien kooperatif
17.20 –
nyakit dan mau
17.35
konjungtivitis mendengarkan
WITA
(pengertian, informasi tentang
penyebab, penyakitnya dan
komplikasi, dan perawatan
perawatan penyakitnya
3. Pasien kooperatif
penyakit)
3. Menganjurkan dan mau
pasien melaksanakan
mengkonsumsi instruksi yang
buah dan makan- diberikan
makan yang bergizi
serta istirahat yang
cukup

3 Senin, 10 3 1. Melakukan peme- 1. OD = 6/15 , 14.0 ;


Desember riksaan visus dan OS = 6/15 , 15.0
2019, TIO 2. Pasien kooperatif,
2. Memberitahu klien
Pukul pasien tampak
agar tidak
17.35 – mengurangi usapan
mengusap-usap
17.50 tangannya.
WITA atau kontak
Walaupun kadang
sembarang dengan
masih dilakukan
mata yang sakit
3. Mengurangi nyeri
3. Anjurkan kompres
pada mata dan
hangat selama 15
merelaksikan.
menit 4 kali sehari
4. Beritahu klien 4. Pasien kooperatif
untuk mencegah dan mendengarkan
pertukaran handuk informasi yang
dan bantal dgn diberikan
keluarga yg lain. 5. Pasien kooperatif
Sebaiknya namun pasien
menggunakan tisu, mengatakan tidak
bukan saputangan, mempunyai
tissue ini harus kacamata gelap
6. Pasien kooperatif
dibuang setelah
dan mau
pemakaian satu kali
mendengarkan
saja
5. Menganjurkan klien informasi yang
menggunakan diberikan
7. Pasien mengatakan
kacamata (gelap).
6. Beritahu klien bersedia
tentang tekhnik
cuci tangan yg 8. Pasien kooperatif
tepat. Anjurkan
klien untuk
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah melakukan
pengobatan,
gunakan
saputangan/handuk
bersih. Beritahu
klien untuk
menggunakan
tetes/salep mata
dgn benar tanpa
menyentuhkan
ujung botol pada
mata/bulu mata
klien.
7. Menganjurkan
pasien
membersihkan
secara rutin
eksudasi pada
matanya setiap
saat .
8. Memberikan
catatan tertulis
waktu kontrol ulang
setelah sakit

VIII. EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tgl/ No
No Evaluasi Sumatif Paraf
Jam Dx
1 Senin, 10 1 S : Pasien mengatakan masih tidak nyaman dengan
Desember matanya saat ini, karena mengganggu aktivitasnya.
2019
Pukul O : Pasien tampak sering berkedip, dan membersihkan
17.20 eksudat yang ada dimatanya
WITA
A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

2 Senin, 10 2 S : Pasien mengatakan sekarang pasien sudah


Desember mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya
2019 kondisinya saat ini
Pukul
O : Pasien tampak tenang
17.35
WITA A Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

3 Senin, 10 3 S : Pasien mengatakan sudah mulai membiasakan tidak


Desember mengusap-usap matanya dengan tangan bila terasa
2019 pedih dan berair
Pukul
O :Pasien tampak mulai beralih menggunakan saput
17.50
tangan yang dibawa untuk membersihkan matanya
WITA
A : Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta :
EGC

Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto

Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.

Anda mungkin juga menyukai