Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

S DENGAN KASUS

KATARAK DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL

RSUD dr. GONDO SUWARNO

Disusun oleh :

Fany Ramadhani (118032)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.

(nanda, 2015).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan

kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. (Bare & Suzanee, 2017) Katarak adalah istilah

kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari

kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan

penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit

mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk

kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak adalah terjadinya opasitas dari

lensa kristalina yang seharusnya jernih (Smeltzer,2011) atau dapat dikatakan katarak adalah

proses pengaburan pada lensa. (Pearce,1999) katarak senilis adalah katarak yang terjadi pada

usia lanjut Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul

lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65

tahun.

Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya.Biasanya

mengenai kedua mata dan berjalan progresif.

B. ETIOLOGI

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya

usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada

saat hamil muda.Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari penyebabpenyebab yang

dapat menimbulkan katarak sebagai berikut. :

a. Sebab-sebab biologik

 Karena usia tua Seperti juga pada seluruh makhluk hidup maka lensa

pun mengalami proses tua dimana dalam keadaan ini ia menjadi

katarak.

 Pengaruh genetic Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan

proses degenerasi yang timbul pada lensa.

b. Sebab-sebab imunologik Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk

antibodi spesifik terhadap salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-

sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa

yang menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut. Bila hal ini terjadi maka

dapat menimbulkan katarak.

c. Sebab-sebab fungsional : Akomodasi yang sangat kuat (memforsir mata)

mempunyai efek yang buruk terhadap serabut-serabut lensa dan cenderung

memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa.Ini dapat terlihat pada keadaan-

keadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan aparathyroidisme.

d. Gangguan yang bersifat lokal terhadap lensa : Dapat berupa :

 Gangguan nutrisi pada lensa

 Gangguan permeabilitas kapsul lensa

 Efek radiasi dari cahaya matahari

e. Gangguan metabolisme umum : Defisiensi vitamin dan gangguan endokrin

dapat menyebabkan katarak misalnya seperti pada penyakit diabetes melitus

atau hyperparathyroidea.
Penyebab katarak lainnya meliputi :

a. Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/degenerasi, yang

mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan keruh (Katarak Senilis)

b. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol,

kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik

karena mengandung timbal 5

c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,

bahan kimia yang merusak lensa (Katarak Traumatik)

d. Peradangan/infeksi pada saat hamil, penyakit yang diturunkan (Katarak

Kongenital)

e. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit metabolik misalnya diabetes mellitus

(Katarak komplikata)

f. Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin,

ergotamine, pilokarpin)

g. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi 3 (Ilyas, 2015),

yaitu :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia < 1 tahun

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. Katarak senilis, katarak pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun Katarak senilis

sendiri digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu :


- Katarak insipien Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap

cairan sehingga bilik mata depan memiliki kedalaman proses.

- Katarak immatur Katarak immatur adalah keadaan dimana lensa masih

memiliki bagian yang jernih. Pada katarak imatur akan dapat bertambah

volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang

degeneratif.

- Katarak matur Katarak matur adalah keadaan dimana lensa mata sudah

menjadi keruh secara keseluruhan. 7

- Katarak hipermatur Katarak hipermatur adalah keadaan dimana ada bagian

permukaan yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan dapat

mengakibatkan peradangan pada bagian mata lainnya.

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

a) Katarak traumatika Katarak yang terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik

karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan

katarak pada satu mata (katarak monokular).

b) Katarak toksika Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan

kimia tertentu.

c) Katarak komplikata Katarak yang terjadi akibat gangguan sistemik seperti

diabetes melitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis,

glaukoma, proses degenerasi pada satu mata lainnya

D. ANATOMI FISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.Lensa
mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perbedaan mata normal dan Katarak

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi.Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi.Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan 6
koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi sejak awal, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
E. PATHWAYS
F. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela. 19 Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.

Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki


dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

G. MANIFESTASI KLINIK

Gejala subjektif antara lain :

a. Mengeluh penurunan ketajaman penglihatan dan silau sertagangguan


fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya antara lain :
- Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop.
- Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
- Dalam jangka waktu tertentu katarak mengakibatkan pupil akan
tampak benarbenar putih , sehingga refleks cahaya pada mata menjadi
negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Gangguan penglihatan bisa berupa :
- Peka terhadap sinar atau cahaya
- Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
- Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
- Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
- Kesulitan melihat pada malam hari
- Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
- Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Pemeriksaan Pokok Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita


katarak adalah sebagai berikut :
1) Kartu mata snellen atau mesin telebinokuler mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi
atau penyakit sistem saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
2) Lapang penglihatan Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri
serebral, gloukoma.
3) Pengukuran Tonografi Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya
12-25 mmHg.
4) Oftalmoskopi Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan
pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak
5) Keratometri Pengukuran kelengkungan lensa
6) Pemeriksaan lampu slit
7) A-scan ultrasound (echography). Penghitungan sel endotel penting untuk
fakoemulsifikasi & implantasi. hitung sel endotel sangat berguna sebagai
alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
penbedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3 , pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL.
8) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak
b) Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan darah lengkap, laju sedimentasi (LED) Untuk menunjukan
anemia sistemik atau infeksi
- Test toleransi glukosa atau GDS Untuk menentukan kontrol diabetes
- Pemeriksaan biometri Untuk mengukur power IOL jika pasien akan
dioperasi katarak dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam
penglihatan setelah operasi.
c) Penatalaksanaan medis:
a. Secara Medis Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis
umumnya dengan jalan operasi. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi,
ukuran dan kepadatan katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu
luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata
diangkat dan diganti lensa buatan (lensa intraokuler). Pembedahan katarak
bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkan
dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan. Kadang-kadang
dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap keluar. Adapun
tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :
- Phacoemulsification (Phaco) Teknologi Phacoemulsification adalah
sebuah operasi pengangkatan katarak modern yang dijalankan dengan
menggunakan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada
kornea (selaput bening mata).Terkini ini hanya dengan melakukan
sayatan (3mm) pada kornea. Dengan teknik phaco lensa mata yang
keruh dihancurkan (emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan
diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya serta
ditanam secara permanen.
- Small Incision Catarac Sustruction (SICS) Teknik operasi katarak
dengan menggunakan metode SICS memerlukan dua sayatan kecil di
sisi bola mata, lalu melepas lensa mata keruh dan memasangkan lensa
intraokular buatan.
- Ekstra Kapsuler Teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang,
agar dapat mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa
dilakukan aspirasi.Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan
lensa tanam permanen.Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa
jahitan.
- Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE) Mengeluarkan lensa
dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul
bagian posterior.Korteks dan nukleus diangkat, kapsul posterior
ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari
sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa
intra okuler. 10 5) Intra Capsular Catarak Ekstraktie (ICCE) Lensa
diangkat seluruhnya.Keuntungannya prosedur mudah dilakukan.
Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya
retina)
d) Terapi Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka
yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.
Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen
posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Pembedahan katarak
terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
a. Pengangkatan lensa Ada tiga macam teknik pembedahan ynag biasa
digunakan untuk mengangkat lensa:
- Operasi katarak Ekstrakapsular atau Ekstraksi katarak ekstra
kapsular (EKEK/ECCE) EKEK adalah tindakan pembedahan pada
lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa
dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa intraokuler posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa
intraokuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukomamata
dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata
sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang
dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
- Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi katarak intracapsular
(EKIK/ICCE) 11 EKIK adalah pembedahan dengan mengeluarkan
seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinn
telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus. Pada katarak
ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan
ini dilakukan dengan mempergunakan mikroskop dan pemakaian
alat khusus sehingga penyulit tidak banyak. Katarak ekstraksi
intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada
pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini adalah astigmatisme, glaucoma ,uveitis,
endoftalmiti dan perdarahan. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan..
- Phacoemulsification : Merupakan modifikasi dari ECCE.
Pembukaan kapsul dilakukan dengan teknik Capsular Helix.
Keuntungannya: insisi lebih kecil, komplikasi lebih sedikit, dan
lebih aman.
b. Penggantian lensa Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak
biasanya akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang
teleh diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang
disebut lensa intraokuler dan biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke
dalam kapsul lensa di dalam mata. Untuk mencegah infeksi, mengurangi
peradangan, dan mempercepat penyembuhan selama beberapa minggu
setelah pembedahan di berikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi
mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau
pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-
benar sembuh. Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan.
Ini dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu tingkat
keparahannya. Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang
bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah
saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas proteasome
yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi
polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein
yang menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap “dicuci”
sehingga lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa cairan kental
berwarna putih kekuningan. Untuk 12 pencegahan penyakit katarak
dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit.C, vit.A dan vit.E

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah :

a. Glaukoma Sebuah katarak senilis yang terjadi pada usia lanjut yang pertama
kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudianpembengkakan lensa dan
penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring
waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu,
yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi
kebocoran. Bila tidak diobati katarak dapat menyebabkan glaukoma. Ada
beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma, yaitu:
1) Phocomorpic Glaucoma Lensa lebih besar karena menyerap air
sehingga pada orang dengan predisposes tertentu akan menyebabkan
bilik matanya menjadi dangkal dan jaringan trabekulum bisa tertutup
akibat irisnya maju. Bisa menimbulkan glaukoma sekunder sudut
tertutup.Glaukomanya mirip dengan glaukoma akut, tapi glaukomanya
sekunder.
2) Phacolytic Glaucoma Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein
lensa keluar dari kapsul, bisa ke bilik mata depan dan menyumbat
trabekulum sehingga menyebabkan tekanan intraokular meningkat.
Pada kasus ini glaukomanya sudut terbuka, tetapi tersumbat oleh
protein-protein lensa.
3) Phacotoxic Glaucoma Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke
depan atau ke belakang. Kalau lebih ke arah anterior maka keadaan ini
bisa menyebabkan blokade pupil yang bisa menyebabkan glaukoma
sekunder sudut tertutup.
a) Uveitis Protein lensa keluar dan dianggap benda asing,
sehingga tubuh berusaha menghancurkannya. Keadaan ini
menimbulkan reaksi uveitis
b) Subluksasi dan Dislokasi lensa Terjadi pada stadium
hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya menjadi kaku
dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa subluksasi
atau dislokasi Komplikasi pembedahan katarak
- Hilangnya vitreous 13 Jika kapsul posterior mengalami
kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat
masuk ke dalam bilik anterior yang merupakan risiko
terjadinya glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrumen
yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(vitrektomi).Pemasangan lensa intraokular sesegera
mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi ini.
- Prolaps iris Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi
bedah pada periode pascaoperasi dini.Terlihat sebagai
daerah berwarna gelap pada lokasi insisi.Pupil
mengalami distorsi.Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
- Endoftalmitis Komplikasi infektif ekstraksi katarak
yang serius namun jarang terjadi (kurang dari 0,3%).
Pasien datang dengan:
1) Mata merah yang terasa nyeri
2) Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam
beberapa hari setelah pembedahan
3) Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior
(hipopion).
4) Pasien membutuhkan penilaian mata segera,
pengambilan sampel akueous dan vitreous untuk
analisis mikrobiologi, dan terapi dengan
antibiotik intravitreal, topikal, dan sistemik.
- Astigmatisnne pascaoperasi Mungkin diperlukan
pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan
pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi
sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada
garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan
jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anestesi
lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan
yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun rnungkin diperlukan penjahitan kembali jika
penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna.
Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil
rnenghindarkan komplikasi ini.Selain itu, penempatan
luka memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah
ada sebelurnnya.
- Edema makular sistoid Makula menjadi edema setelah
pembedahan, terutama bila disertai hilangnya
vitreous.Dapat sembuh seiring waktu namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
- Ablasio retina Teknik-teknik modern dalam ekstraksi
katarak dihubungkan dengan rendahnya tingkat
kornplikasi ini.Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
- Opasifikasi kapsul posterior Pada sekitar 20% pasien,
kejernihanan kapsul posterior berkurang pada beberapa
bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi
kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat
satu lubang kecil pada kapsul dengan laser (neodymium
yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat
jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau
terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian
yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini
menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untuk
membuat lens, bentuk tepi lens. dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul
anterior penting dalarn mencegah opasifikasi kapsul
posterior.
- Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah
pembedahan maka jahitan dapat lepas dalam beberapa
bulan atau tahun setelah pembedahan dan
mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan
pengangkatan jahitan.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Pengumpulan Data
a) Data klien
b) Keluhan Utama Klien mengeluh mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, serta
penglihatan kabur setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada matanya.
c) Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang:
P : jatuh dan benturan batu pada mata klien
Q: mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur
R: mata
S: -
T: -
- Riwayat kesehatan masa lalu:
- Apakah klien pernah mengalami trauma yang mengenai mata;
penyakit lain yang diderita seperti DM, arteriosklerosis, dan
myopia tinggi.
- Riwayat kesehatan keluarga: - Apakah keluarga pernah mempunyai
penyakit glaucoma, DM dan Hipertensi ?
d) Pola Kehidupan Sehari-hari
- Pola aktivitas Tanyakan pada klien apakah terjadi gangguan
pada aktivitasnya sehari-hari. Gangguan penerimaan sensori
Gangguan sensori persepsi : penglihatan Resiko cedera
Prosedur pembedahan Post operasi Intra operasi Pre operasi
Gangguan sensori persepsi : penglihatan Takut dengan
prosedur pembedahan Ansietas Ruang operasi yang dingin
Hipotermi Prosedur invasif Keterbatasan infomasi mengenai
perubahan status kesehatan Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri akut Risiko Infeksi Defisiensi pengetahuan
- Pola nutrisi Tanyakan pada klien tentang riwayat diet, makanan
dan nutrisi yang dikonsumsi selama ini.
- Pola eliminasi dan keseimbangan cairan Tanyakan pada klien
berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari, serta
frekuensi dan keluhan BAK/BAB.
- Pola tidur dan istirahat Tanyakan mengenai kebiasaan tidur dan
istirahat klien.
e) Pengkajian Pola Gordon
1. persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
 mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
 Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2. pola nutrisi metabolic
 kaji nafsu makan klien
3. pola eliminasi
 kaji frekuensi eliminasi urine klien
 kaji karakteristik urine klien
4. pola aktivitas dan latihan
 kaji rasa nyeri
 kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit
bergerak)
 kaji penurunan kekuatan otot
5. pola tidur dan istirahat
 kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami
kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola
tidur/istirahat klien.
6. pola kognitif/perceptual
 kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa
lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7. pola persepsi diri/konsep diri
 kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami
sakit.
 Kaji dampak sakit terhadap klien
 Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan
latihan).
8. pola peran/hubungan
 kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
 kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
9. pola seksualitas/reproduksi
 kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
 Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
10. pola koping/toleransi stress
 kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress
 system pendukung dalam mengatasi stress
11. pola nilai/kepercayaan
 klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap
ada kesempatan
f) Pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum Klien mengalami mual, muntah, nyeri mata,
kemerahan, penglihatan kabur.
 Inspeksi Postur dan gambaran klien :
- Kesimetrisan mata : -
- Alis : -
- Kelopak mata : -
- Konjungtiva :
- kemerahan Sklera : -
- Iris : terganggu fungsinya Kornea : keruh (beruap)
- Pupil : pupil terlihat membesar dan terfiksasi Lensa mata : -
 Pemeriksaan penglihatan –
- Penurunan visus –
- Pemeriksaan lapang pandang: lapang pandang perifer –
- Halo positif
 Palpasi Palpasi ringan pada kelopak mata untuk menentukan adanya
pembengkakan dan kelemahan, palpasi sakus lakrimalis dengan
menekankan jari telunjuk pada kantus medial untuk menentukan
adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau air mata
berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.
g) TTV
h) Data Psikososial Mencakup ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah
berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, berduka karena kehilangan
penglihatan.
i) Data penunjang
 Pemeriksaan diagnostic Pengukuran tonometri: mengkaji tekanan
intraokuler (TIO), normalnya 10-21 mmHg. Pada kasus, nilai IOP
klien 50 mmHg. Pemeriksaan oftalmoskoi
 Terapi Klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol.
1. Pengumpulan data Pre operasi
DS :
- Klien mengatakan penglihatan kabur
- Klien mengatakan takut untuk dioperasi
- Klien mengatakan kesulitan dalam membaca
- Klien melaporkan pandangan ganda
- Klien melaporkan memiliki riwayat trauma pada mata karena benda tumpul
- Klien melaporkan memiliki riwayat operasi mata
- Klien melaporkan merasa silau jika terkena cahaya
- Klien melaporkan memiliki riwayat penyakit DM

DO :

- Pupil tampak putih


- Retina tidak tampak
- Air mata atau krusta berlebih
- Menurunnya ketajaman/gangguan penglihatan
- Visus menurun dari normal
- Klien tampak cemas dan gelisah
- Ekspresi wajah tegang
- Klien bertanya tentang penyakitnya
- Klien tampak berhati-hati saat berjalan
- Terjadi penurunan fungsi penglihatan

Post operasi

DS :

- Klien mengeluh nyeri pada area yang dioperasi


DO :

- Wajah klien nampak meringis


- Adanya luka operasi pada daerah mata
- TTV tidak dalam rentang normal
2. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan penglihatan kabur karena keruhnya lensa
mata yang ditandai dengan penurunan visus dan lapang pandang perifer
b. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensoris penurunan visus dan
lapang pandang perifer
c. Gangguan Sensori Persepsi : Penglihatan berhubungan dengan perubahan
integrasi sensori

Intra Operasi

a. Hipotermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin

Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik


b. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer dan pasca prosedur
invasif (bedah pengangkatan katarak)
c. Risiko cidera berhubungan dengan pasca tindakan invasif.
d. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
f. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kemampuan otot, kelemahan
otot atau perubahan ketajaman penglihatan
d) Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan Manajemen halusinasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 Observasi
gangguan penglihatan jam diharapkan gangguan - Memonitor perilaku
ditandai dengan melihat persepsi sensori menurun yang mengindikasi
kesatu arah Dengan kriteria hasil : halusinasi
1. Verbalisasi melihat - Monitor dan sesuaikan
bayangan tingkat aktivitas dan
stimulasi lingkungan
- Monitor isi halusinasi
(mis. Kekerasan atau
membahayakan diri)
Teraupeutik
- Pertahankan lingkungan
yang aman
- Lakukan Tindakan
keselamatan Ketika tidak
dapat mengontrol
perilaku (mis. Limit
setting, pembatasan
wilayah, pengekangan
fisik, seklusi)
- Diskusikan perasaan dan
respons terhadap
halusinasi
- Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi
Edukasi
- Anjurkan memonitor
sendiri situasi tejadinya
halusinasi
- Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi
dukungan dan umpan
balik korektif terhadap
halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis.
Mendengarkan music,
melakukan aktivitas dan
Teknik relasasi)
- Anjurkan pasien dan
keluarga cara
mengontrol halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu

Resiko infeksi ditandai Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi


dengan efek prosedur invasif keperawatan selama 1x2 jam Observasi :
diharapkan tingkat infeksi - Monitor tanda dan gejala
menurun dengan kriteria infeksi lokal sistemik
hasil :
Terapeutik
- Kebersihan tangan
- Batasi jumlah pengujung
cukup meningkat (4)
- Berikan perawatan kulit
menjadi meningkat (5)
pada area edema
- Kemerahan dari sedang
- Cuci tangan sebelum dan
(3) menjadi cukup
sesudah kontak dengan
menurun (4)
pasien dan lingkungan
- Nyeri dari meningkat (1)
pasien
menjadi cukup menurun
- Pertahankan Teknik
(4)
aseptic pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan dengan
benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

Daftar Pustaka
Ulandari dkk. Pekerjaan dan Pendidikan sebagai Faktor Risiko kejadian Katarak pada Pasien
yang Berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Mataram Nusa Tenggara Barat.
Bali: Universitas Udayana; 2014.

Kurniati Risa Dwi. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Katarak Pada Usia 50 Tahun Keatas di
Wilayah Kerja Puskesmas Alai Tahun 2013, In: [Skripsi], editor, Padang FKM Universitas
Andalas. 2013.

Departeman Kesehatan Republik Indonesia. rencana strategi nasional penanggulangan


gangguan penglihatan dan kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020. Jakarta, Indonesia,
h.1.

(WHO) WHO. Priority Eye Disease. http// www.who.int / blindness /causes / priority
/en/index1.html. (Diakses 27 Maret 2017). 2014

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019.

Trithias A. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Katarak Generatif di RSUD Budhi Asih
Tahun 2011, In: [skripsi], editor. Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia. 2012.

Anda mungkin juga menyukai