S DENGAN KASUS
Disusun oleh :
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
(nanda, 2015).
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. (Bare & Suzanee, 2017) Katarak adalah istilah
kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari
kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak adalah terjadinya opasitas dari
lensa kristalina yang seharusnya jernih (Smeltzer,2011) atau dapat dikatakan katarak adalah
proses pengaburan pada lensa. (Pearce,1999) katarak senilis adalah katarak yang terjadi pada
usia lanjut Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun.
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
B. ETIOLOGI
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada
saat hamil muda.Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari penyebabpenyebab yang
a. Sebab-sebab biologik
Karena usia tua Seperti juga pada seluruh makhluk hidup maka lensa
katarak.
antibodi spesifik terhadap salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-
sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa
yang menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut. Bila hal ini terjadi maka
atau hyperparathyroidea.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
kurang vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik
c. Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi,
Kongenital)
(Katarak komplikata)
ergotamine, pilokarpin)
C. KLASIFIKASI
yaitu :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia < 1 tahun
3. Katarak senilis, katarak pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun Katarak senilis
memiliki bagian yang jernih. Pada katarak imatur akan dapat bertambah
degeneratif.
- Katarak matur Katarak matur adalah keadaan dimana lensa mata sudah
a) Katarak traumatika Katarak yang terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik
b) Katarak toksika Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.
D. ANATOMI FISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.Lensa
mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perbedaan mata normal dan Katarak
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
G. MANIFESTASI KLINIK
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. KOMPLIKASI
a. Glaukoma Sebuah katarak senilis yang terjadi pada usia lanjut yang pertama
kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudianpembengkakan lensa dan
penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring
waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu,
yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi
kebocoran. Bila tidak diobati katarak dapat menyebabkan glaukoma. Ada
beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma, yaitu:
1) Phocomorpic Glaucoma Lensa lebih besar karena menyerap air
sehingga pada orang dengan predisposes tertentu akan menyebabkan
bilik matanya menjadi dangkal dan jaringan trabekulum bisa tertutup
akibat irisnya maju. Bisa menimbulkan glaukoma sekunder sudut
tertutup.Glaukomanya mirip dengan glaukoma akut, tapi glaukomanya
sekunder.
2) Phacolytic Glaucoma Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein
lensa keluar dari kapsul, bisa ke bilik mata depan dan menyumbat
trabekulum sehingga menyebabkan tekanan intraokular meningkat.
Pada kasus ini glaukomanya sudut terbuka, tetapi tersumbat oleh
protein-protein lensa.
3) Phacotoxic Glaucoma Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke
depan atau ke belakang. Kalau lebih ke arah anterior maka keadaan ini
bisa menyebabkan blokade pupil yang bisa menyebabkan glaukoma
sekunder sudut tertutup.
a) Uveitis Protein lensa keluar dan dianggap benda asing,
sehingga tubuh berusaha menghancurkannya. Keadaan ini
menimbulkan reaksi uveitis
b) Subluksasi dan Dislokasi lensa Terjadi pada stadium
hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya menjadi kaku
dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa subluksasi
atau dislokasi Komplikasi pembedahan katarak
- Hilangnya vitreous 13 Jika kapsul posterior mengalami
kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat
masuk ke dalam bilik anterior yang merupakan risiko
terjadinya glaukoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrumen
yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(vitrektomi).Pemasangan lensa intraokular sesegera
mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi ini.
- Prolaps iris Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi
bedah pada periode pascaoperasi dini.Terlihat sebagai
daerah berwarna gelap pada lokasi insisi.Pupil
mengalami distorsi.Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
- Endoftalmitis Komplikasi infektif ekstraksi katarak
yang serius namun jarang terjadi (kurang dari 0,3%).
Pasien datang dengan:
1) Mata merah yang terasa nyeri
2) Penurunan tajam penglihatan, biasanya dalam
beberapa hari setelah pembedahan
3) Pengumpulan sel darah putih di bilik anterior
(hipopion).
4) Pasien membutuhkan penilaian mata segera,
pengambilan sampel akueous dan vitreous untuk
analisis mikrobiologi, dan terapi dengan
antibiotik intravitreal, topikal, dan sistemik.
- Astigmatisnne pascaoperasi Mungkin diperlukan
pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi
astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan
pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi
sembuh dan tetes mata steroid dihentikan.
Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada
garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan
jahitan biasanya menyelesaikan masalah ini dan bisa
dilakukan dengan mudah di klinik dengan anestesi
lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan
yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi
namun rnungkin diperlukan penjahitan kembali jika
penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna.
Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil
rnenghindarkan komplikasi ini.Selain itu, penempatan
luka memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah
ada sebelurnnya.
- Edema makular sistoid Makula menjadi edema setelah
pembedahan, terutama bila disertai hilangnya
vitreous.Dapat sembuh seiring waktu namun dapat
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat.
- Ablasio retina Teknik-teknik modern dalam ekstraksi
katarak dihubungkan dengan rendahnya tingkat
kornplikasi ini.Tingkat komplikasi ini bertambah bila
terdapat kehilangan vitreous.
- Opasifikasi kapsul posterior Pada sekitar 20% pasien,
kejernihanan kapsul posterior berkurang pada beberapa
bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi
kabur dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat
satu lubang kecil pada kapsul dengan laser (neodymium
yttrium (ndYAG) laser) sebagai prosedur klinis rawat
jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau
terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian
yang ditujukan pada pengurangan komplikasi ini
menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untuk
membuat lens, bentuk tepi lens. dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul
anterior penting dalarn mencegah opasifikasi kapsul
posterior.
- Jika jahitan nilon dada tidak diangkat setelah
pembedahan maka jahitan dapat lepas dalam beberapa
bulan atau tahun setelah pembedahan dan
mengakibatkan iritasi atau infeksi. Gejala hilang dengan
pengangkatan jahitan.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Pengumpulan Data
a) Data klien
b) Keluhan Utama Klien mengeluh mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, serta
penglihatan kabur setelah mengalami jatuh dan benturan batu pada matanya.
c) Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang:
P : jatuh dan benturan batu pada mata klien
Q: mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur
R: mata
S: -
T: -
- Riwayat kesehatan masa lalu:
- Apakah klien pernah mengalami trauma yang mengenai mata;
penyakit lain yang diderita seperti DM, arteriosklerosis, dan
myopia tinggi.
- Riwayat kesehatan keluarga: - Apakah keluarga pernah mempunyai
penyakit glaucoma, DM dan Hipertensi ?
d) Pola Kehidupan Sehari-hari
- Pola aktivitas Tanyakan pada klien apakah terjadi gangguan
pada aktivitasnya sehari-hari. Gangguan penerimaan sensori
Gangguan sensori persepsi : penglihatan Resiko cedera
Prosedur pembedahan Post operasi Intra operasi Pre operasi
Gangguan sensori persepsi : penglihatan Takut dengan
prosedur pembedahan Ansietas Ruang operasi yang dingin
Hipotermi Prosedur invasif Keterbatasan infomasi mengenai
perubahan status kesehatan Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri akut Risiko Infeksi Defisiensi pengetahuan
- Pola nutrisi Tanyakan pada klien tentang riwayat diet, makanan
dan nutrisi yang dikonsumsi selama ini.
- Pola eliminasi dan keseimbangan cairan Tanyakan pada klien
berapa volume cairan yang dikonsumsi setiap hari, serta
frekuensi dan keluhan BAK/BAB.
- Pola tidur dan istirahat Tanyakan mengenai kebiasaan tidur dan
istirahat klien.
e) Pengkajian Pola Gordon
1. persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2. pola nutrisi metabolic
kaji nafsu makan klien
3. pola eliminasi
kaji frekuensi eliminasi urine klien
kaji karakteristik urine klien
4. pola aktivitas dan latihan
kaji rasa nyeri
kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit
bergerak)
kaji penurunan kekuatan otot
5. pola tidur dan istirahat
kaji pola tidur klien. Klien dengan diabetes insipidus mengalami
kencing terus menerus saat malam hari sehingga mengganggu pola
tidur/istirahat klien.
6. pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa
lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7. pola persepsi diri/konsep diri
kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami
sakit.
Kaji dampak sakit terhadap klien
Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan
latihan).
8. pola peran/hubungan
kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
9. pola seksualitas/reproduksi
kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
10. pola koping/toleransi stress
kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress
system pendukung dalam mengatasi stress
11. pola nilai/kepercayaan
klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap
ada kesempatan
f) Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum Klien mengalami mual, muntah, nyeri mata,
kemerahan, penglihatan kabur.
Inspeksi Postur dan gambaran klien :
- Kesimetrisan mata : -
- Alis : -
- Kelopak mata : -
- Konjungtiva :
- kemerahan Sklera : -
- Iris : terganggu fungsinya Kornea : keruh (beruap)
- Pupil : pupil terlihat membesar dan terfiksasi Lensa mata : -
Pemeriksaan penglihatan –
- Penurunan visus –
- Pemeriksaan lapang pandang: lapang pandang perifer –
- Halo positif
Palpasi Palpasi ringan pada kelopak mata untuk menentukan adanya
pembengkakan dan kelemahan, palpasi sakus lakrimalis dengan
menekankan jari telunjuk pada kantus medial untuk menentukan
adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau air mata
berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.
g) TTV
h) Data Psikososial Mencakup ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah
berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, berduka karena kehilangan
penglihatan.
i) Data penunjang
Pemeriksaan diagnostic Pengukuran tonometri: mengkaji tekanan
intraokuler (TIO), normalnya 10-21 mmHg. Pada kasus, nilai IOP
klien 50 mmHg. Pemeriksaan oftalmoskoi
Terapi Klien diberikan terapi betoptic, diamox, xalatan, dan manitol.
1. Pengumpulan data Pre operasi
DS :
- Klien mengatakan penglihatan kabur
- Klien mengatakan takut untuk dioperasi
- Klien mengatakan kesulitan dalam membaca
- Klien melaporkan pandangan ganda
- Klien melaporkan memiliki riwayat trauma pada mata karena benda tumpul
- Klien melaporkan memiliki riwayat operasi mata
- Klien melaporkan merasa silau jika terkena cahaya
- Klien melaporkan memiliki riwayat penyakit DM
DO :
Post operasi
DS :
Intra Operasi
Post Operasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan dengan
benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Daftar Pustaka
Ulandari dkk. Pekerjaan dan Pendidikan sebagai Faktor Risiko kejadian Katarak pada Pasien
yang Berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Kota Mataram Nusa Tenggara Barat.
Bali: Universitas Udayana; 2014.
Kurniati Risa Dwi. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Katarak Pada Usia 50 Tahun Keatas di
Wilayah Kerja Puskesmas Alai Tahun 2013, In: [Skripsi], editor, Padang FKM Universitas
Andalas. 2013.
(WHO) WHO. Priority Eye Disease. http// www.who.int / blindness /causes / priority
/en/index1.html. (Diakses 27 Maret 2017). 2014
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2019.
Trithias A. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Katarak Generatif di RSUD Budhi Asih
Tahun 2011, In: [skripsi], editor. Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia. 2012.