Anda di halaman 1dari 11

ASKEP PAROTITIS PADA ANAK

BAB I
PEMBAHASAN
Definisi Parotitis
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak  dibawah usia 15 tahun (sekitar 85%
kasus).(Warta Medika,2009)
 Parotitis  ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis (sekitar 60% kasus).  Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar
parotis.  Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran
dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar),
sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko
besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:
1.        Kontak langsung
2.        Percikan ludah (droplet)
3.        Muntahan
4.        Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%  penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti
halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24
hari dengan rata-rata 17-18 hari.

  Etiologi Parotitis
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga
termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.  Ukuran dari
partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.  Virus telah diisolasi dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai
tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps
mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga
memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut
(soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin
permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari
pada suhu ruangan.  Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta
pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau
mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa
local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5
hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal,
jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada
sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7
hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.
Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang (Sumarmo,2008)

Manifestasi Klinis
 Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar
30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka
sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut.
 Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat
digambarkan sdebagai berikut :
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40
derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang
saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di
bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis)
karena penyebaran melalui aliran darah.

Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis Kambuhan
    Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan hingga
akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian
kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
    Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan pembengkakan pada
daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan pada penderita
terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama
dan adanya gangguan dehidrasi.
Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfeksinya
kelenjar parotis) antara lain akibat:
Percikan ludah
Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
Muntahan
urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah
kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya
kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin
banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus
respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus
berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini
disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit
kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000).  Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar
parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit
menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni
dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

  Infeksi Virus
                                                                                    

 Masuk Melalui percikan Ludah

Virus Jenis Paramyxovirus

Pembengkakan Kelenjar Parotis

Nyeri

Komplikasi klinis                                           
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan
napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan
telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis,
arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,  tetapi kadang
gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan
komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi
terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang  kurang dini
menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-
muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi
yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000),
parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara
atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan
menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada
masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian
bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa
epidedimitis.  Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis biasanya
menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis.  Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14
hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. 
Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.  Gangguan fertilitas
diperkirakan sekitar 13%.  Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
 4.Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma
atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1
diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak
atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
  5.Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas
6.Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan
muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita
akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. 
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil,
lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. 
7.Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria terdeteksi pada
75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui.  Nefritis yang mematikan,
terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh
sempurna  tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
8.Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar 1
minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada
penderita.
 9.   Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin
lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada
parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis  seperti depresi segmen S-T, flattening atau
inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10.  Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan
sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada
parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu
setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau
lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
11.  Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral dari kelenjar
lakrimalis neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan
sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari uveokeratitis, biasanya
unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan
dalam 20 hari;  skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.
Pemeriksaan Diagnostik
a.  Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni kadar
leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L
darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
b.  Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan
kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah
adalah 0-137 U/L darah.
c.  Pemeriksaan serologis
1.      Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya di
ambil pada hari ketiga.  Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya  parotitis.
1.        2.      Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas embrio anak
ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah
terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika.  Uji netralisasi asam
serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis
dan tidak mahal.
3.Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap
komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap
antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan
kemudian  menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. 
Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru
terjadi.  Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu
setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
d.  Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus  dilakukan dengan biakan virus
yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika
terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan
yang diberi serum hiperimun
Penatalaksanaan Parotitis
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat sembuh atau hilang sendiri yang berlangsung kurang
lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu
pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti tetesan lemon,
dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi
karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami
dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1.  Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
d. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
-          metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
-          parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
-          hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan
Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat
di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau
acetylsalicylic acid.
        2.  Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a.  Diet lunak, cair dan TKTP
b.  Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
        3.  Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a.  Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.
b.  Orkhitis
-   istrahat yang cukup
-   pemberian analgetik
- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari
c.  Pankreatitis dan ooporitis
Simptomatik saja
Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi aktif. Dilakukan
dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah
sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan.
Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan
tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan
rubella.Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan
peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum
vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya
selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau
vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan
keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang
mendapat radiasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
Tahap Pengkajian
 Keluhan Utama  Pasien
Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan Demam, nyeri di bawah telinga,
bengkak, dan sulit menelan
 Riwayat Penyakit Sekarang pasien
                                                           
Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan
pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi

 Riwayat Penyakit Dahulu:


¾      Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.
¾      Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi.
¾      Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)
                                      
 Pemeriksaan Fisik
Ukur Tanda-tanda Vital
Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Keadaran
Diagnosa
 Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul pada pasien parotitis adalah
·       nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna nutrien adekuat akibat  penyakit kronis infeksi
·       Nyeri berhubungan dengan Infeksi Virus
·       Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat parotitis dan
pengaruh lingkungan
·       Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis

Analisis Data
Contoh analisa data pada pasien parotitis
NO
Data
Etiologi
Masalah Keerawatan
1`
Data subjektif :
Sulit menelan,bengkak,nafsu makan menurun.
Data objektif :
-BB turun menjadi 28kg dari BB semula yang 30kg.
Parotitis

Sulit menelan

Intake menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2
Data subjektif :
Sulit tidur, tertutup dan tidak mau membuka diri karena ada pembengkakan ada kalenjar parotis.
Data objektif :

Parotitis

Pembengkakan pada kelenjar parotid dan Sakit kepala

Nyeri
Perasaan tidak aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman

3
Data subjektif :
Nyeri kepala hebat,yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi
Data objektif :
-adanya ST deresi
-suhu tubuh meningkat 38 c
-ditemukannya virus di organ lain
Parotitis

Tidak tertangani

penyebaran virus ke organ lain

risiko komplikasi
Resiko komplikasi
Intervensi Keperawatan
Contoh intervensi yang dapat di lakukan seorang perawat saat menemui pasien dengan diagnosa
parotitis:
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
nutrien adekuat akibat kondisi infeksi
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan,dengan Kriteria hasil:
Berat badan kembali ke rentang normal

 
Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat. Menghindari
makanan asam

Makanan yang keras tidak mampu dikunyah oleh pasien parotitis. Makanan asam menmbah rasa
tidak nyaman pada pasien parotitis.
Berikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukan
Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolic, dukungan nutrisi dapat
digunakan untuk mencegah malnutrisi
Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering
Membasahi selaput lendir mulut yang kurang basah karena jarang digunakan
Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat parotitis dan
pengaruh lingkungan

pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses penyembuhan,
dengan kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman
dan nyaman
Istirahat selama periode demam
Pada perode demam, metabolism tubuh tinggi sehingga istirahat dapat Mengurangi metabolism
tubuh dan mempercepat kesembuhan klien
Kompres dingin pada daerah bengkak
Karena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi pembengkakan mengalami peningkatan  Dengan
kompres dingin diharapkan suhu dapat turun dan mengurangi pembengkakan
Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis

Menghilangkan faktor resiko komplikasi dengan Kriteria hasil: tidak terjadi komplikasi penyakit
lain
Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 hari dan
globulin
Kortikosteroid dapat menekan pertumbuhan mikroba dan Globulin mencegah terjadinya orkitis
Pantau jantung dengan pemasangan EKG
Mencegah resiko terjadi komplikasi ke otot jantung

 Implementasi keperawatan
¾    Memberikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.
Menghindari makanan asam
¾    Memberikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukan
¾    Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering
¾      Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karektiristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasnya
¾     Ajarkan anggota keluarga tentang mengetahui gelaja nyeri dan penanganannya, jika
diperlukan
¾    Menyaran pasien beristirahat selama periode demam
¾    mengkompres dingin pada daerah bengkak
¾    Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Seperti: Kortikosteroid selama 2-4
hari dan globulin
¾    memantau jantung dengan pemasangan EKG
¾     
EVALUASI
Hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan dengan klien anak parotitis adalah
Ø  Berat badan anak kembali pada ukuran normal
Ø  Kebutuhan nutrisi anak terpenuhi
Ø  Nyeri pada daerah parotis yang bengkak hilang
Ø  Pembengkakan pada daerah parotis hilang
Ø  Anak kembali merasakan rasa aman dan nyaman setelah proses penyembuhan
Ø  Tidak ada terjadi komplikasi penyakit lain
BAB II
PENUTUP

 kesimpulan
Penanganan pada pasien parotitis hal-hal yang harus di perhatikan oleh seorang perawat seperti
pemberian diet lunak dan cairan yang cukup sesuai kondisi pasien,mengajurkan pasien selalu
beristirahat yang cukup selama proses penyembuhan,perawat juga harus memperhatikan terhadap
pemberian obat-obatan yang mengandung Aspirin,karena pemberian Aspirin pada anak-anak dapat
beresiko menimbulkan Sindrom Reye pada anak.
                               
 Saran
Perawat harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan komplikasa
penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini 
sehingga perawat harus sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium,
disusul pada pemberian antibiotik.pencegahan penyakit parotitis akan lebih baik bisa di cegah
sedini mungkin dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang merupakan bagian dari imunisasi
rutin pada masa anak-anak

DAFTAR PUSTAKA

§  Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku


§  Kedokteran EGC
§  Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
§  Kedokteran: EGC
§  http://keperawatankita.wordpress.com
§  meteor03.wordpress.com
§  http://google.com
§  http://akperpantirapih.blogspot.com
§  http://tamanbotani.com

Anda mungkin juga menyukai