Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

(KELUARGA)

OLEH :

KATARINA KARTINI DOLO


NIM 1901110551

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik pada klien Ny. M dengan Asam Urat telah disetujui
pada:
Hari : Senin
Tanggal : 15 Februari 2021

Malang, 15 Februari 2021


Mengetahui, Mahasiswa
Pembimbing Akademik

Ns. Afiatur Rohimah, S.Kep Katarina Kartini Dolo


NIM: 1901110551
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil, tidak
seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan kelaparan.
(Prawirohardjo, 2002).

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga
apa yang dimakan dimuntahkan kembali, sehingga berat badan sangat menurun, dehidrasi dan
terdapat aseton dalam urine.(Arief.2005)

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan


aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

B. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia, perubahan-
perubahan anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, disebabkan oleh
kekurangan  vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut

1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah
satu faktor organik
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup.

C. Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh fisiologik hormon
estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian
mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,
bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkolosis metabolik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil
wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang
jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat
dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang
lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai
diperlukan transfusi atau tindakan operatif.

D. Gejala dan tanda

Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis
gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari
dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang
intensif.

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagai kedalam 3


tingkatan :

1. Tingkatan I. Ringan

Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium. Nadi
meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah
mengering dan mata cekung.

2. Tingkat II. Sedang

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang lidah mengering dan
tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat
badan turun dan mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton
dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.

3. Tingkat III. Berat

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada
susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia
dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

E. Pencegahan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan


memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurakan untuk makan roti kering
atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau`sangat
dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat
merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung
gula.

F. Terapi

1. Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang
dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurakn Pada keadaan lebih
berat diberikan antimimetik seperti disklomin hidrokhloride, avomin.

2. Isolasi. Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau
makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan
selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilanhg tanpa pengobatan
3. Terapi psikologik

a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

4. Cairan parenteral

a. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intra vena
b. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa
sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4
jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan
seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman
dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

5. Penghentian kehamilan

a. Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh
silakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
irreversibel pada  organ vital.

G. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit
ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang menjadi pegangan bagi kita untuk menilai maju
mundurnya pasien adalah adanya aseton dan urin dan berat badan sangat turun

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
I. Pengkajian

1. Biodata

Meliputi nama ibu, umur, agama, pendidikan pekerjaan dan alamat ibu semua data ini untuk
mengetahui identitas, tingkat pengetahuan, serta status social ibu di masyarakat. Selain itu juga
mencakup data suami yang meliputi nama suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.

2. Riwayat Keluhan Utama

Ibu mengatakan hamil muda dengan keluhan mual muntah yang berlebihan sampai
mengganggu aktivitas ibu.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Ibu dengan penyakit gastritis.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun dan
menahun serta tidak ada riwayat Gemelly.

5. Riwayat Perkawinan

Umur pertama kali menikah : terlalu muda berhubungan dengan kesiapan untuk hamil, serta
kesiapan mengasuh dan mendidik anak.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


 Trimester I
 Hyperemesis Gravidarum
 Primi muda
 Mola hidatidosa, gemelly
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Dianjurkan banyak istirahat sehubungan dengan keadaan umum lemah akibat hyperemesis
gravidarum.
b. Pola Aktifitas
Aktifitas terganggu karena mual muntah yang berlebihan
c. Pola Eliminasi
 Oliguria
 Konstipasi
 Aseton dapat tercium saat BAK
d. Pola Nutrisi
 Asupan gizi kurang
 Ion-ion dalam tubuh berkurang sehingga terjadi dehidrasi
 Mual-muntah.
e. Personal Hygiene
f. Keadaan Psikosial
 Takut terhadap kehamilan dan persalinan
 Takut kehilangan pekerjaan
 Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik
mental sehingga memperberat mual-muntah.
g. Factor Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan yang dianut dan dijalankan oleh ibu.

9. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : Pucat
Mata : Cekung, sclera sedikit ikterus
Mulut : Bibir kering, lidah kering dan tampak kotor
Ekstremitas : Turgor kulit menurun
Warna kulit : Kuning pada stadium lanjut
b. Palpasi
Perut : - Nyeri epigastrium
Leopald I : < 3 jari bawah pusat
Leopald II:
Terjadi pada trimester I
Ekstremitas : Turgor menurun
c. Auskultasi
DJJ : Doppler pada umur kehamilan 12 minggu
d. Perkusi
Reflek patella +/+

II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


A. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang
menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.

Intervensi :
1) Catat intake dan output.
R/ menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/ dapat merangsang mual dan muntah.
4) Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas)hangat
sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
R/ makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang
berlebih
5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
R/ untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
R/ untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut
sesering mungkin.
R/ untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
R/ mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa oksigen ibu.
Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht < 37 % dipertimbangkan anemi pada trimester I.
9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
R/ menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial resiko tinggi sepertiketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik
kcloasedosis danHipertensi

B. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan
cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti
dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda
vital dalam batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis
urin akan berada dalam batas normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi:
1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
R/ Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik
gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik
memperberat mual/muntah pada kehamilan.
2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum,
gastritis.
R/ Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus
dalam mengidentifikasi intervensi.
3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis
urine. Timbang BB klien setiap hari.
R/ Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan seseringmungkin dengan
jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari
tidur.
R/ Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
C. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang
kesejahteraan janin.
Intervensi:
1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan komunikasi terbuka
tentang sumber ketakutan.
2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya.menghilangkan
rasa takut.
3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat terjadi
pada janinnya.
R/ Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan klien mengatasi
penyakit yang dideritanya dan efek-efek penyakit tersebut (bobak,2004: 273).

D. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang


berlebihan, peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang. Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.
2) Nyeri hilang atau berkurang
3) pasien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi:
1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
R/ menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi nilai skala nyeri.

2) Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis nyeri.Anjurkan penggunaan


tekhnik relaksasi dan distraksi
R/ menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic untuk mengurangi atau
mengalihkan respon terhadap nyeri.
3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakannya dan
akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri tersebut.
R/ ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti peningkatan ketegangan
dan ansietas yang nyata dan menurunkan toleransi nyeri.
4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri
R/ memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan mengidentifikasi
kebutuhan terhadap tindak lanjut bila tidak efektif.
5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
R/ membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan atau pendekatan
alternative terhadap penatalaksanaan nyeri.
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
R/ analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri. (Smeltzer. 2001)

E. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan informasi.
Tujuan : klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang normal
dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil :
1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan dengan
kehamilan trimester pertama..
2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan kesehatan
3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Intervensi:
1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
R/ untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan
tentang penatalaksanaannya di rumah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
R/ untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis gravidarum.
3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
R/ peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan antisipasi dan
meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap kesehatan.
4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan perubahan
fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang aktivitas,
perawatan diri dan sebagainya.
R/ memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan
membuat rencana keperawatan.
5) Klarifikasi kesalahpahaman.
R/ ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat mengganggu pembelajaran
selanjutnya.
6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
R/ klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan untuk belajar tersebut
jelas.
7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
R/ penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
R/ memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat pilihan.
9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri
abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala dan
tekanan pelvis.
R/ membantu klien membedakan yang normal dan abnormal sehngga membantunya dalam
mencari perawatan kesehatan pada waktu yang tepat. (Doenges,2001)

F. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi :
1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
R/ area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih
intensif.
2) Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
R/ sering mandi membuat kekeringan kulit.
3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
R/ melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan
aktivitas.
R/ meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan.
5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
R/ perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit. (Doenges,2001).

G. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi


sekunder.
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.
2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan.
R/ meningkatkan istirahat dan ketenangan.
2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan risiko kekurangan jaringan.
3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
R/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi progresif,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, memusatkan kembali perhatian dan
dapat meningkatkan koping.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh
diazepam (valium); lorazepam(ativan).
R/ membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Friedman M. Marilyn, 1998, Keperawatan Keluarga - Teori dan Praktik, edisi 3, Jakarta : EGC.

Lochart, Anita. 2014. Kebidanan Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher.

Mitayani, (2009), Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapis.

Mochtar, R. (2013), Sinopsis Obsteri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Ed.3 Jilid 1, EGC,
Jakarta

Mullin, P M et all. (2011). Riks Factor Treatment and Outcomes Associated WithProlonged
Hyperemesis Gravidarum, Journal Of Maternal-Fetal and NeonatalMedicine.

Nugroho, Taufan, (2001). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika.

Rekam Medik RSUD Gambiran Kota Kediri. RM. (2014).

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum.
Jakarta:
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC

BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga:
Nama : Tn. S Pendidikan : S1
Umur : 38 Tahun Pekerjaan : Swasta
Agama : Katholik Alamat : Labuan
Suku : Flores Nomor Telpon : 085955219243

b. Komposisi Keluarga:
Hub.
No Nama L/P Umur Pekerjaan Pendidikan
Klg

1 Tn. S L 38 Suami Swasta S1

2 Ny. K P 34 Istri PNS D3

c. Genogram:
Keterangan :

: Laki-laki meninggal

: Laki-laki hidup

:Perempuan hidup

: Tinggal serumah

:Garis keturunan

d. Type Keluarga:
a) Jenis tipe keluarga: Tipe keluarga Bapak S adalah keluarga inti yang terdiri dari
suami dan istri.
e. Suku Bangsa:
a) Asal suku bangsa: Flores
b) Budaya yang berhubungan dg kesehatan: tidak ada kebiasaan keluarga yang
dipengaruhi oleh budaya yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Keluarga Bapak S mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan
keyakinan semua beragama Katolik..

g. Status Sosial Ekonomi Keluarga:


a) Anggota keluarga yang mencari nafkah:…suami dan istri…
b) Penghasilan: …kurang lebih 7 jt perbulan…...………
c) Upaya lain: …tidak ada…
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
…rumah dan kendaran…

e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: pengeluaran tiap buan kurang lebih 4
juta
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
… Keluarga jarang pergi ke tempat rekreasi secara bersama, karena masing-masing
sibuk kerja. Rekreasi paling setahun sekali.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Tahap perkembangan keluarga bapak S adalah keluarga baru, karena belum melahirkan
anak, masih dalam proses hamil…

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:


Tidak ada…

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Bpk S mengatakan keluarga dalam keadaan sehat

b) Riwayat penyakit keturunan:


Bpk S mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit
menular ……

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga


Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/ Masalah
No Nama Umur BB Yang telah
Kesehatan DPT/HB/ kesehatan
dilakukan
Campak

1 Tn. S 38 65 Sehat Sudah Tidak ada -

2 Ny.K 34 53 Mual muntah Sudah Hyperemesis Kedokter dan


karena gravidarum minum obat
sementara
hamil 2 bulan
d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Rumah sakit……

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:


Bapak S mengatakan keluarga Bpk S ataupun Ibu K tidak mempunyai riwayat
penyakit yang berbahaya. Seperti Hepatitis, Jantung, TBC, Diabetes Mellitus.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik Rumah
a) Luas rumah: 6 x 7 meter persegi…
b) Type rumah: …Rumah permanen tipe minimalis…
c) Kepemilikan:…rumah pribadi…
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: 2 kamar tidur….
e) Ventilasi/cendela:…ventilasi dan jendela ada…
f) Pemanfaatan ruangan: …ruang tamu dan ruang keluarga
untuk berkumpul……
g) Septic tank: √ada/tidak …letak di pojok belakang…
h) Sumber air minum: menggunakan air PAM……
i) Kamar mandi/WC: terdiri dari 1 kamar mandi/wc………
j) Sampah:…membuang sampah di tempat pembuangan
sampah…
limbah RT disaluran pembuangan….

k) Kebersihan lingkungan: lingkungan cukup bersih…


b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan: Bpk S mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan
masyarakat lainnya cukup harmonis,
b) Aturan/kesepakatan:menjaga kenyaman bersama…
c) Budaya: dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan dengan gotong royong.
c. Mobilitas Geografis Keluarga: Bpk S mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai
kebiasaan berpindah tempat karena keluarga memiliki keluarga tetap.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Bpk S mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga ataupun dengan
masyarakat setelah selesai kerja

e. System Pendudukung Keluarga


Bpk S mengatakan selalu mendukung dan mesuport satu sama lain

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga: Bpk S mengatakan bahwa anggota keluarga
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah
Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga menyelesaikan masalah dengan
membicarakan terlebih dahulu dengan anggota keluarga dan pengambilan
keputusan………
b. Struktur Kekuatan Keluarga: Bpk S mengatakan apabila ada masalah maka akan
dirundingkan dengan sang istri
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)
Bpk S mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah dan, ibu K
sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah juga…

d. Nilai dan Norma Keluarga


Keluarga menerapkan nilai-nilai agama ……

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan saling mbutuhkan satu sama
lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain. Setiap anggota keluarga selalu
membina kehangatan dalam rumah tangganya …

b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga: keluarga selalu rukun…
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga: interaksi satu sama lain
baik…
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
suami…
d) Kegiatan keluarga waktu senggang: menonton tv
e) Partisipasi dalam kegiatan social: bergotong royong dalam
kegiatan kemasyarakatan...
c. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya
Bapak S mengatakan bahwa jika ada ada anggota keluarga yang sakit maka harus
segera kerumah sakit atau ke dokter praktek

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan


yang tepat:
Bapak S mengatakan bahwa selalu berkomunikasi dengan istri dalam memutuskan
tindakan. …

c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:


Ketika ada anggota keluarga yang sakit saling membantu ………

d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:


Selalu menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan sekitar.......…

e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di


masyarakat :
Keluarga selalu menggunakan kartu BPJS ….........…

d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: rencana jumlah anak 2………
b) Akseptor: tidak ……..yang digunakan……………... lamanya
…….....
c) Akseptor: Belum ……..., alasannya: karena saat ini sedang
mengandung………
d) Keterangan lain:-
e. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan:
Bpk S dan ibu K sama- sama bekerja. Pendapatan tersebut digunakan untuk
membiayai keperluan rumah tangga…
b) Pemanfaatan sumber di msyarakat: tidak ada
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek: stressor jangka pendek yang dialami ibu K seperti cemas
karena terus merasa mual dan muntah di awal kehamilan ………
b. Stressor jangka panjang: cemas selama proses kehamilan……..
c. Respon keluarga terhada stressor: keluarga terus mendamping dan memberi suport…
d. Strategi koping yang digunakan : Kalau tidak menemukan jalan keluar biasanya
keluarga berkomunikasi dengan orang tua dan saudara-saudara untuk mengurangi
beban …
e. Strategi adaptasi disfungsional: tidak ada…
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Identitas
Nama : Ny. K
Umur : 34 Thn
L/P :P
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini
Klien mengeluh mual-mual dan muntah ketika selesai makan.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Tidak ada keluhan sebelum hamil …

Tanda-tanda vital: TD 100/ 60 mmHg, Nadi 78x Permenit, Suhu 36,6, RR 20x permenit

c. Kepala dan leher


Bersih, tidak terdapat benjolan, tidak ada bekas luka , semua dalam batas normal

d. Dada
Simetris, tidak terdapat tarikan intercosta, payudara simetris, adanya pembesaran aerola
mammae …
e. Abdomen
Tidak ada bekas luka, tidak ascites, perut kelihatan sedikit menonjol…
f. Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada oedem, pergerakan baik., tidak ada bekas luka …
g. Genetalia
Bersih, tidak ada benjolan ……
h. Neurologi
Tidak ada kelainan pada sistem saraf, semua dalam batas normal…

VIII. HARAPAN KELUARGA


a. Terhadap masalah kesehatannya: keluarga berharap mual muntah segera berkurang dan
bias makan minum dengan baik……
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada: semoga dapat membantu masalah yang di
hadapi oleh ibu K…
I. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Data subjektif: Ketidakmampuan Resiko defisit
 Ny. K mengatakan bahwa saat sering mencerna nutrisi
mengalami mual- mual dan muntah. makananan
Setiap kali habis makan selalu muntah
 .
Data objektif:
 Tampak pucat
 BB sebelum hamil 55 Kg
 BB saat ini 53 Kg

II. Perumusan Diagnosis Keperawatan


No Diagnosis Keperawatan
01 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makananan

III. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

Kriteria Skor Pembenaran


1. Sifat masalah: 2/3x1=2/3 Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan
Ancaman kesehatan keluarga tentang merawat anggota keluarga
yang sakit.

2. Kemungkinan 1/2x2=1 Sumber-sumber tindakan yang mendesak


masalah dapat diubah: dapat dijangkau oleh keluarga
sebagian
3. Potensi masalah 2/3x1=2/3 Masalah dapat dicegah dengan pengetahuan
untuk dicegah: cukup keluarga tentang adanya bahaya kekurangan
nutrisi

4. Menonjolnya 1/2x1=1 Keluarga merasakan masalah harus segera


masalah: masalah ditangani agar tidak terjadi bahaya yang berat
berat harus segera
ditangani
Total Skor 2 4/3

III. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makananan

IV. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

NO. Diagnosis Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Paraf


Keperawatan
01 Resiko defisit Setelah  Porsi makan yang Observasi :
nutrisi dilakukan dihabiskan cukup
berhubungan tindakan meningkat 1. Identifikasi status
dengan keperawatan  Pengetahuan tentang nutrisi
ketidakmampuan status nutrisi standart nutrisi yang 2. Identifikasi alergi
mencerna membaik teapat cukup dan intoleransi
makananan meningkat makanan
 Berat badan cukup 3. Identifikasi
membaik makanan yang
disukai
 Frekuensi makan
4. Identifikasi
cukup membaik
kebutuhan kalori
 Nafsu makan
dan nutrient
membaik
5. Monitor asupan
makanan
6. Monitor berat Katarina
badan
Kartini
Terapeutik:
Dolo
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
2. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
3. Berikan makanan
tinggi protein dan
tinggi kalori
Edukasi :

1. Anjurkan posisi
duduk

Kolaborasi:

1.Kolaborasi
dengan ahli gizi

VI. Implementasi
No. Tanggal
Diagnosis Keperawatan Implementasi Paraf
dan Waktu

1. Resiko defisit nutrisi 1. Mengobservasi tanda-tanda Katarina


berhubungan dengan vital Kartini
01/02/2021
ketidakmampuan mencerna 2. Memotivasi untuk makan Dolo
makananan
sedikit demi sedikit
3. Menganjurkan keluarga untuk
memperhatikan menu klien
4. Memonitor berat bedan

VII. Evaluasi

Tanggal dan Nomor Diagnosis


Evaluasi
Waktu Keperawatan

1. D.0032 S: Klien mengatakan masih mual-mual dan muntah

01/02/2021 O: Klien tampak pucat, kurus, BB masih 53 kg

A:Masalah keperawatan belum teratasi

P: Intervensi dipertahankan

Anda mungkin juga menyukai