Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

HIPERTENSI DENGAN DEFISIT PENGETAHUAN


TENTANG MANAJEMEN NUTRISI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS AMPELGADING
KABUPATEN MALANG

MARIA CANCINTIA
BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
 diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang
diseluruh dunia mengidap hipertensi.
 Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013 adalah hipertensi
 prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia
65,74 dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun
- studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
21 Maret 2022 di wilayah kerja Puskesmas Ampelgading
didapatkan hasil bahwa jumlah penderita hipertensi 48
lansia.

1.2 Batasan Masalah
asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan
defisit pengetahuan tentang manajemen nutrisi di
wilayah kerja Puskesmas Ampelgading Kabupaten
Malang.
1.3 Tujuan Penulisan
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien lansia
hipertensi dengan defisit pengetahuan tentang
manajemen nutrisi di wilayah kerja Puskesmas
Ampelgading Kabupaten Malang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


 Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic sedikitnya 90 mmHg.
 Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Bandiyah, 2015).

 Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau
kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu.
 Batasan karakteristik:
1. Mengungkapkan masalah secara verbal
2. Tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara
akurat
3. Perilaku yang tidak sesuai atau berlebihan
 Manjemen nutrisi (1.03119
 Observasi :
1. Identifikasi status mental
2. Ientifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

 Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (TKTPRG).
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yangs esuai
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein rendah garam.
5. Berikan suplemen makanan jika perlu
6. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

 Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

 Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
BAB III
METODE PENELITIAN


 Rancangan Penelitian
Studi kasus dalam penelitian ini membahas tentang
asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan
defisit pengetahuan tentang manajemen nutrisi di
wilayah kerja Puskesmas Ampelgading Kabupaten
Malang.
Partisipan
dua klien

 Etika Penelitian
1. Informed Consent (persutujuan menjadi pasien)
2. Anonymity (tanpa nama)
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Justice (keadilan)
5. Non Maleficience (tidak merugikan)
6. Veracity (kejujuran)
7. Beneficence (berbuat baik)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
 Puskesmas Ampelgading terletak di Jalan Raya Tirtomarto No.75
Kecamatan Ampelgading kabupaten Malang. Puskesmas ini
merupakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama BPJS
Kesehatan di Kabupaen Malang yang membawahi 13 desa
diantaranya, Lebakharjo, Wirotaman, Tamansari, Tirtomarto,
Purwoharjo, Sidorenggo, Tirtomoyo, Argoyuwono, Mulyosari,
Tawangagung, Simojayan, Tamansari, Sonowangi. Puskesmas ini
merupakan puskesmas rawat inap dengan jumlah dokter umum 2,
jumlah dokter gigi 2, Jumlah tenaga perawat (Non Ners) 18, Jumlah
bidan klinik 9, Bidan Umum 9, Tenaga kesehatan lingkungan 1,
tenaga gizi 1, tenaga perekam medis dan informasi kesehatan 1,
tenaga analis kesehatan 1, tenaga pengembangan pegawai 1, tenaga
dukungan manajemen 10, tenaga pengembangan pegawai 1.
4.2.1 Pengkajian
 Pada kasus yang di kelola klien 1 berumur 74 tahun berjenis
perempuan datang ke puskesmas Ampelgading dengan

keluhan klien mengatakan, “Rasa pegal tidak nyaman pada
tengkuk, jantung terasa berdetak cepat telinga berdenging
seperti terasa berat”. lalu dibawa periksa ke puskesmas pada
tanggal 31/03/2022 jam 10.00 dan di diagnosa oleh dokter
hipertensi sedangkan dari pengkajian klien 1 di dapatkan
hasil menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran : pasien
sering makan sayur dicampur garam, menunjukkan persepsi
yang salah terhadap masalah : pasien tidak tahu penyebab
dari hipertensi salah satunya faktur manajemen diit hipertensi
yang tidak tepat, pasien belum mengetahui tentang
pengertian hipertensi dan hubungannya dengan diit rendah
garam.
Pada pasien kedua dengan pasien kelolaan Ny.S usia
70 tahun didapatkan data utama klien mengatakan,
“rasa pegal tidak nyaman pada tengkuk, telinga
berdenging seperti ada anginnya dan perasaan

berputar seperti ingin jatuh apalagi saat habis tidur
kemudian duduk”, setelah pengkajian didapatkan
data menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran :
pasien sering makan kuah bersantan, menunjukkan
persepsi yang salah terhadap masalah : pasien tidak
tahu penyebab dari hipertensi salah satunya faktur
manajemen diit hipertensi yang tidak tepat, pasien
belum mengetahui tentang pengertian hipertensi dan
hubungannya dengan diit rendah garam.
Pengkajian pada Ny. Sm dan Ny.S keduanya
berjenis kelamin perempuan sesuai dengan teori
bahwa faktor resiko untuk timbulnya hipertensi

dipengaruhi oleh jenis kelamin (pasien yang
banyak terjadi hipertensi berjenis kelamin
perempuan karena berkaitan dengan perubahan
hormon setelah menopouse. Wanita yang belum
menopouse dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL
Diagnosa Keperawatan
defisit pengetahuan tentang manajemen nutrisi
hipertensi berhubungan dengan kurangnya ifomasi

ditandai dengan data subjektif klien mengatakan
tidak mau makan kalau sayurnya tidak ada rasanya.
Pasien mengeluh tanda dan gejala seperti telinga
berdenging seperti terasa berat, dan detak jantung
terasa cepat. Data objektif pada Ny.Sm didapatkan
menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran : pasien
sering makan sayur dicampur garam, menunjukkan
persepsi yang salah terhadap masalah : pasien tidak
tahu penyebab dari hipertensi salah satunya faktur
manajemen diit hipertensi yang tidak tepat, pasien
belum mengetahui tentang pengertian hipertensi dan
hubungannya dengan diit rendah garam
Perencanaan


 tujuan dan kriteria hasil dalam melakukan
perencanaan waktu 3x kali kunjungan dalam 2
minggu diharapkan klien mampu meningkatkan
pengetahuan tentang manajemen nutrisi hipertensi
dengan indikator kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang status nutrisi pasien, layanan
peningkatan kesehatan dan perilaku sesuai dengan
pengetahuan.
Implementasi
 Observasi : mengidentifikasi status mental, mengentifikasi
alergi dan intoleransi makanan, mengidentifikasi makanan yang
disukai, mengdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient,

mengientifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric,
memonitor asupan makanan, monitor berat badan, memonitor
hasil pemeriksaan laboratorium. Terapeutik : melakukan oral
hygiene sebelum makan, jika perlu, memfasilitasi menentukan
pedoman diet (TKTPRG), menyajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai, memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein rendah garam, memberikan suplemen makanan
jika perlu, menghentikan pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi. Edukasi :
mengnjurkan posisi duduk, jika perlu, mengajarkan diet yang
diprogramkan. Kolaborasi : mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu, mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
Evaluasi
 masalah keperawatan sudah teratasi dan intervensi
dihentikan. 
 Keberhasilan terapi hipertensi dipengaruhi oleh perilaku
penderita mengkonsumsi diit TKTPRG dan melakukan
modifikasi gaya hidup. Sehingga diperlukan kepatuhan
pasien yang menjalani pengobatan hipertensi agar
didapatkan kualitas hidup pasien yang lebih baik.
kepatuhan pasien hipertensi dalam program terapi mampu
meningkatkan kualitas hidup dengan mengurangi risiko
terjadinya stroke sebesar 8- % (Harijanto dkk., 2015).
Saran
 Diharapkan klien mampu melakukan perilaku manajemen

nutrisi TKTPRG secara rutin untuk mencapai hasil yang
maksimal
 Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan
penatalaksanaan ini sebagai salah satu intervensi dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada klien Hipertensi
dengan defisit pengetahuan manejemn nutrisi hipertensi
 Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan
referensi di perpustakaan STIKes Kendedes Malang dan
sebagai tambahan sarana belajar mahasiswa keperawatan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai