BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
makanan dan minuman sehari-hari, diet menyediakan kebutuhan zat gizi bagi
tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan secara
optimal, tujuan diet untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal, disamping itu diet juga ditujukan
untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebihan, tinggi
kadar lemak, dan kolesterol. Dampak seseorang tidak taat/patuh terhadap diet
yaitu terjadinya stroke, kerusakan otak, kolesterol tinggi, diabetes dan
kecenderungan bawaan untuk menderita serangan jantung, penyakit dada dan
angina pectoris oleh sebab itu bagi penderita hipertensi dianjurkan harus taat
terhadap diet untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang menyebabkan
kematian (Beaver, 2002:21).
Perawat memiliki peran penting untuk meningkatkan kepatuhan diet
hipertensi pada penderita hipertensi, yaitu salah satunya dengan upaya promotif,
dalam hal ini perawat melakukan promosi kesehatan pada individu, keluarga, dan
masyarakat, tentang pentingnya diet hipertensi, tentang jenis diet hipertensi,
manfaat diet hipertensi, dampak ketidakpatuhan diet hipertensi, sehingga
penderita hipertensi, keluarga dapat mengerti dan dapat melaksanakan diet
hipertensi dalam upaya pengendalian hipertensi atau mencegah kekambuhan.
Perawat memberikan infomasi kepada individu/keluarga tentang pelaksanaan diet
hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan darah, dalam kepatuhan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan diet yaitu motivasi,
pengetahuan, dukungan keluarga (Notoadtmodjo, 2007:87). Oleh karena itu agar
informasi/pendidikan kesehatan yang diberikan tepat sasaran dan efektif dalam
meningkatkan kepatuhan diet hipertensi bagi penderita hipertensi maka terlebih
dahulu mengetahui faktor yang berpengaruh pada kepatuhan diet hipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Raya.
7) Menganalisis dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet
hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
sp
P= x 100%
sm
Dimana :
P : Nilai akhir
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya presentasi jawaban diintrepesaikan dengan acuan sebagai
berikut:
(1) Motivasi tinggi : bila jawaban benar 76 100 %.
(2) Motivasi sedang : bila jawaban benar 56 75 %.
(3) Motivasi rendah: bila jawaban benar < 56 %.
4) Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting bagi
terbentuknya tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat
lebih utuh (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2007: 17).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya. Pengetahuan adalah segala yang diketahui
berdasarkan pengalaman oleh setiap manusia (Mubarak, 2011: 81).
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahun adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman dan Riyanto 2014: 3).
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu berdasarkan pengalaman dan
penelitiaan, di peroleh bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2009:
194).
Budiman dan Riyanto, (2014: 4) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
11
(1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi.
(2) Informasi atau Media Massa.Informasi adalah that of which one is
(3) Sosial, Budaya, dan Ekonomi
(4) Lingkungan
(5) Pengalaman
(6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya,sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik, Menurut
(Nursalam & Siti Pariani, 2002 : 60). Semakin cukup umur tingkat pematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir, belajar, bekerja
sehingga pengetahuanpun akan bertambah. Dari segi kepercayaan masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya. Menurut Mubarak (2011:83)
menyatakan semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah semakin baik dan aspek psikologis atau mental serta taraf
berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa, Perguruan Tinggi, 6
responden (40,0%) Tidak sekolah. Menurut Hurlock 1998 dikutip dari (nursalam
2003 : 23) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir sehingga pengetahuannya akan semakin membaik
Menurut Arikunto (2010: 79) pengukuran pengetahuan ada dua kategori
yaitu menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan
pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise),
pertanyaan betul salah dan pertanyaan menjodohkan.
12
sp
N= x 100%
sm
Dimana :
N : Nilai pengetahuan
Sm : Jumlah nilai yang diperoleh
Sm : Jumlah nilai maksimum
Menurut (Arikunto, 2006 dalam Budiman, 2013: 11) dalam membuat
kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan
pada nilai presentase yaitu sebagai berikut:
(1) Pengetahuan baik: bila jawaban benar 76 100 %.
(2) Pengetahuan cukup: bila jawaban benar 56 75 %.
(3) Pengetahuan kurang: bila jawaban benar < 56 %.
sp
N= x 100%
sm
Keterangan :
N : Nilai akhir
Sp : Jumlah nilai yang diperoleh
Sm : Jumlah nilai maksimal
Selanjutnya presentasi jawaban diintrepesaikan dengan acuan sebagai
berikut:
(1) Dukungan keluarga baik : 76-100%.
(2) Dukungan keluarga cukup : 56-75%.
(3) Dukungan keluarga kurang : <55%
Keterangan:
P : Nilai kepatuhan
X : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah pertanyaan
100%: Nilai konstatnta
Selanjutnya presentasi jawaban diintrepesaikan dengan acuan sebagai berikut:
1) Sangat patuh : bila jawaban benar76 100 %.
2) Patuh : bila jawaban benar 56 75 %.
3) Tidak patuh : bila jawaban benar < 56 %.
darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolesterol maupun asam
empedu dan selajutnya akan dibuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat
kasar yang cukup tinggi.Diet tinggi serat dan rendah energi: sumber serat yang
baik diperoleh dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian terdiri dari oatmel, beras
merah dan lain-lain.
4) Diet rendah kalori
Diet ini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan berat
badan atau obesitas akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan
orang yang berusia 40 tahun keatas akan mudah terkena hipertensi (Ramayulis
2009:106).
2.3.2 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dewasa adalah terjadinya perubahan-
perubahan faktor yang tidak dapat kontrol antara lain:
1) Keturunan
Jika orang tua kita menderita hipertensi kemungkinan kita terkena penyakit
ini sebesar 60% karena menunjukan adanya faktor gen keturunan.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yan mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur,
jenis kelamin dan ras.Faktor-faktor yang dapat di kontrol antara lain:
(1) Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin akan dis erap pembuluh darah kecil dan paru-paru dan
diedarkan kepembuluh darah hingga ke otak.
(2) Konsumsi alkohol
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon-hormon lain yang
dapat menaikkan laju tekanan pembuluh darah jantung. Alkohol dapat menganggu
sistem kerja saraf tepi pusat maupun saraf pusat.
(3) Obesitas
Pada obesitas terjadi peningkatan kerja jantung atau pemompa darah agar
dapat menggerakan beban berlebih pada tubuh tersebut.
21
(4) Stress
Stress adalah penigkatan saraf simpatis dapat meningkatakan tekanan darah
secara tidak menentu dan apabila stress berkepanjangan dapat meningkatkan
tekanan darah menjadi meningkat.
(5) Asupan natrium
Asupan natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium didalam
cairan ekstrasseluler meningkat(Agoes,2010: 14).
3) Etiologi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu :
Hipertensi primer atau esensial. Merupakan 90% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefiniskan sebagai peningkatan
tekanan darah yang tidak atau diketahui penyebabkan (idiopatik). Faktor-faktor
yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut
ini (Udjianti, 2011: 102):
(1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
(2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35 - 50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
(3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
(4) Berat badan: obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
(5) Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah, bila gaya hidup menetap.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat
dari adanya penyakit lain (Udjianti, 2011: 103).
(1) Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi yang harus mendapat perhatian
khusus. Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
pembedahan atau dilatasi (melebarkan arteri) (Dalimartha, 2008: 16).
22
Hipertensi
Hipertensi sekunder tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari
seluruh kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan
tertentu misalnya pil KB (Anna dan Bryan, 2007:13).
2.3.5 Patofisiologi
2.3.7 Komplikasi
Menurut Palmer (2007: 86) mengatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat
menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
1) Komplikasi pada otak(stroke)
Aliran darah diarteri terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan
gangguan aliran darah diarteri koroner saat serangan jantung atau angina. Apabila
29
otak kekurangan oksigen nutrisi akibat pembuluh darah diotak, tersumbat, maka
akan mengakibatkan terjadinya stroke.
2) Komplikasi pada mata
Hipertensi dapat mempersempit dan menyumbat arteri dimata, sehingga
menyebabkan kerusakan pada retina. Keadaan ini disebut penyakit vaskuler retina.
Jika berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati dan berdampak kebutaan.
3) Komplikasi pada jantung
Suatu keadaan dimana secara progresif jantung tidak dapat memompa darah
keseluruh tubuh secara efisien. Jika fungsi semakin memburuk, maka akan timbul
tekanan balik sistem sirkulasi yang menyebabkan kebocoran dari kapiler terkecil
paru. Hal ini akan menimbulkan sesak nafas dan menimbulkan pembengkakan
dikaki dan pergelangan kaki.
4) Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut
(vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi keginjal terganggu.
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri.
Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam mengontrol
penyakitnya, terutama dalam kepatuhan diet. dukungan keluarga sangatlah
penting. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian
dan dukungan keluarga tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk
menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita yang
mengikuti saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan
penyakitnya (Notoatmodjo, 2007: 92).
Berdasarkan uraian diatas kerangka konseptual dalam penelitian analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pasien hipertensi di
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berpengaruh
BAB 3
METODE PENELITIAN
Raya.
35
36
Populasi
Semua pasien hipertensi dengan riwayat hipertensi yang ada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Sampel
Pasien hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
berjumlah 37 responden
Sampling
Nonprobability sampling: Porpusiv Sampling
Informed Consent
Analisa data
Menggunakkan coding, editing, scoring, tabulating, analisis ditentukan dengan
Regresi Liner berganda
39
40
61pp
Motivasi Suatu dorongan dalam diri Kuesioner Interval A. Jawaban :
seseorang dengan riwayat 1. Memeriksakan 1. 1-2 Selalu : 4
hipertensi untuk tetap patuh kesehatan Sering : 3
pada diet hipertensi 2. Menjaga pola 2. 3-9 Kadang-kadang : 2
makan Jarang : 1
3. Selalu 3. 10-13 Tidak pernah:0
menjalankan diet
hipertensi. B. Penilaian
Sp
N: x100%
Sm
N : Nilai akhir
Sp : Skor yang akan
didapat
Sm : Skor tertinggi
maksimum
C. Kategori
Tinggi: 76-100%
Sedang : 56-75%
Rendah : <55%
40
41
N : Nilai akhir
Sp : Jumlah nilai yang
diperoleh
Sm : Jumlah nilai
maksimal
C.Kategori
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : <55%
41
42
42
43
3.5.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi disebut sampel
(Putra, 2012: 155). Sampel dalam penelitin ini adalah 37 sampel.
Syarat-syarat sampel adalah representatif (mewakili) dam sampel harus
cukup banyak (Nursalam, 2013:171).
3.5.2.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013:172). Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Pasien hipertensi yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
2) Pasien yang sehat.
3) Pasien yang bersedia menjadi responden.
4) Pasien yang sedang berada ditempat pada saat dilakukan penelitian.
5) Pasien yang kooperatif.
3.5.2.2 Kriteria Eksklusi
Menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteri inklusi
dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013:172). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
1) Bukan pasien hipertensi yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.
2) Pasien yang baru pertama terkena hipertensi.
44
3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keselurahan subjek penelitian (Nursalam,2013: 173).
Teknik pengambilan sampel dengan Nonprobability Sampling yaitu dengan
pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Purposive sampling merupakan
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan masalah dalam penelitian) sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal
sebelumnya (Nursalam, 2013: 174).
Peneliti mengambil sampel secara purpusiv sampling yaitu dengan memilih
sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti yaitu orang yang
menderita hipertensi.
1) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan
diet hipertensi ada 13 pernyataan yang tidak valid karena memiliki nilai r
hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung < 0,31). Item pernyataan yang tidak
valid masing-masing pada item nomor 1, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 15, 20, 22, 27,
2) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan
hipertensi ada 7 pernyataan yang tidak valid karena memiliki nilai r hitung
lebih kecil dari r tabel (r hitung < 0,38). Item pernyataan yang tidak valid
3) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan
keluarga ada 5 pernyataan yang tidak valid karena memiliki nilai r hitung lebih
kecil dari r tabel (r hitung < 0,38). Item pernyataan yang tidak valid masing-
masing pada item nomor 7, 11, 12, 15, 22 dan dikeluarkan dari instrumen
4) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan
tidak valid karena memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung <
0,34). Item pernyataan yang tidak valid masing-masing pada item nomor 1, 5, ,
6, 10, 11, 16, 17, 21 dan dikeluarkan dari instrumen sehingga jumlah
3.7.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmojo, 2012:168).
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu berlainan,
alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang
penting dalam waktu bersamaan (Nursalam, 2013: 184).
Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara
membandingkan tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak
diawal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap pertanyaan
dikatakan valid, jika r alpha lebih besar dari konstanta, maka pertanyaan tersebut
reliabel (Budiman, 2013 : 22).
Nilai realibilitas dapat dilihat pada tabel luaran reability statistics pada nilai
Alpha Croanbachs (Susilo, 2014: 167).
Tabel 3.3 Tingkat reabilitas berdasarkan nilai alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 sampai dengan 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 sampai dengan 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 sampai dengan 0,60 Reliabel
>0,60 sampai dengan 0,80 Cukup Reliabel
>0,80 sampai dengan 1,00 Sangat Reliabel
Sumber: Notoatmodjo, (2010: 106).
untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui.
Tahap pengumpulan data dimulai dari pengajuan judul proposal diterima,
pelaksanaan ujian proposal, melakukan revisi setelah ujian yang diselingi dengan
uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan. Pengajuan ke
pihak sekretariat institusi untuk meminta surat izin penelitian, surat izin penelitian
dikeluarkan setelah diproses selama 3 hari, diserahkan ke Badan Penelitian,
Pengembangan, Inovasi Dan Teknologi Pemerintah Kota Palangka Raya diproses
selama 2 hari dan selanjutnya diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota diproses
selama 5 hari. Surat izin yang telah dikeluarkan dari Dinas Kesehatan Kota
selanjutnya diserahkan ke sub-bagian tata puskesmas untuk dilakukan disposisi ke
kepala puskesmas/CI UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, setelah
mendapat izin dan memenuhi syarat administrasi peneliti melakukan
pengumpulan data pada sampel yang telah ditetapkan. Pengumpulan data
dilakukan pada UPTD Puskesmas Pahandut. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengisian instrumen pengetahuan diet hipertensi, motivasi diet hipertensi,
dukungan keluarga terhadap diet hipertensi, dan kepatuhan diet hipertensi, yang
diisi oleh responden.. Kuesioner yang telah diisi kemudian dilakukan pengecekan
pada jumlah dan masing-masing pernyataan dari kuesioner, selanjutnya peneliti
melakukan tabulasi dan analisa data.
dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat 2014:
86). Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2013: 188).
Kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden adalah jenis pertanyaan
tertutup (closedended question).
52
b) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
sasaran penelitian (respoden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face) dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2012: 139).
Peneliti melakukan wawancara pada responden pada saat menanyakan
riwayat hipertensi responden, saat meminta persetujuan responden mengisi
angket.
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut
(Notoatmodjo, 2012: 176):
(1) Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.
(2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau
terbaca.
(3) Apakah jawaban sudah relevan dengan jawaban.
(4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan
yang lainnya.
Setelah intrumen kuesioner diberikan,peneliti mengecek kembali apakah
jawaban lengkap atau sudah terisi oleh responden.
2) Coding (Pengkodean)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer (Hidayat 2014:108).
(1) Coding untuk data demografi jenis kelamin:
a) Laki-laki =1
b) Perempuan =2
(2) Coding untuk data demografi umur responden:
a) 20-30 tahun =1
b) 31-40 tahun =2
c) 41-50 tahun =3
d) >50 tahun =4
(3) Coding untuk data demografi pendidikan:
a) Tidak sekolah =1
b) SD =2
c) SMP =3
d) SMA =4
e) Perguruan Tinggi =5
(4) Coding untuk Pekerjaan:
a) Tidak Bekerja = 1
b) PNS/TNI/POLRI =2
55
c) Swasta =3
d) Pensiunan PNS =4
(5) Coding pengetahuan
a) Baik =1
b) Cukup =2
c) Kurang =3
(6) Coding motivasi
a) Tinggi =1
b) Sedang =2
c) Rendah =3
(7)Coding dukungan keluarga
a) Baik =1
b) Cukup =2
c) Kurang =3
(8) Coding kepatuhan diet
a) Sangat patuh =1
b) Cukup patuh =2
c) Kurang patuh =3
3) Scoring
Scoring yaitu menetukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan,
tentukan nilai terendah dan tertinggi, tetapkan jumlah kuesioner dam bobot
masing-masing kuesioner
Variabel independen.
1) Tingkat pengetahuan
(1) Baik : <76-100%
(2) Cukup : 56-75%
(3) Kurang : <55%
2) Motivasi
(1) Tinggi : 76-100%
(2) Sedang : 56-75%
(3) Rendah : <55%
56
3) Dukungan keluarga
(1) Baik : <76-100%
(2) Cukup : 56-75%
(3) Kurang : <55%
Variabel dependen
1) Kepatuhan diet hipertensi
(1) Patuh : 76- 100%
(2) Cukup patuh : 56-75%
(3) Kurang patuh : <55%
4) Tabulating
Tabulating atau tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat
tabulasi yaitu memasukan data ke dalam tabel, mengatur semua angka,
sehinggadapat dihitung dalam berbagai kategori. Tabulasi dilakukan setelah
proses editing dan scoring selesai.
Menurut Nursalam, (2014: 28), membuat tabulasi termasuk dalam kerja
memperoleh data. Tabulasi yang dilakukan dengan memberi skor
(scoring)terhadap item-item yang perlu diberi skor dan mengklasifikasi jawaban
dari responden menurut macamnya.
3.8.5.2 Langkah-langkah analisis data
Setelah empat langkah tahapan diatas selesai maka langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah menganalisis data. Menurut Suyanto (2011) dalam
Putra (2012: 217) langkah pertama adalah analisis deskriptif/analisis univariat
atau analisis sederhana lalu analisis lanjut (statistik inferensial)
1) Analisa deskriptif
Statistik kategori ini merupakan metode dan prosedur statistik yang
digunakan , hanya terbatas pada pengumpulan, penyajian, dan analisa data dalam
bentuk narasi tabulasi atau diagram serta perhitungan presentase, nilai rata-rata,
standar deviasi dan lain-lain dari data sampel tanpa perlu adanya peramalan dan
pembuktian statistik terhadap grup data lebih luas atau populasi (Chandra, 2012:
2).
57
Salah satu pengamatan yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah
pengamatan terhadap tabel frekuensi dan presentase untuk setiap kategori
(Nursalam 2013: 200). Variabel yang berskala ordinal (ketegorikal), maka
penyajian dapat berbentuk tabel distribusi, frekuensi, dapat pula berbentuk
diagram yang selanjutnya diinterpretasikan (Riwidikdo, 2014: 39).
Dalam statistik deskritif pengumpulan dan penyajian data mengenai:
(1) Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
(2) Motivasi Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
(3) Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
(4) Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2) Analisa inferensial
Dalam pengujian inferensial, uji digunakan harus sesuai dengan rancangan
penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan menimbulkan penafsiran
yang salah dan yang tidak dapat digeneralisasi (Nursalam, 2014: 201).
(1) Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel
dependen (Notoatmodjo, 2012: 184). Uji statistik yang digunakan adalah uji
regresi linier berganda. Uji regresi linier berganda adalah analisis untuk mengukur
besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu
variabel dependen (Priyatno, 2012: 127). Penelitian ini menggunakan analisis
multivariat karena terdiri dari tiga variabel independen (pengetahuan ,motivasi,
dukungan keluarga) dan satu variabel dependen (kepatuhan diet). Menggunakan
uji regresi linier berganda karena untuk mengetahui pengaruh secara simultan
pengetahuan ,motivasi, dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet
Menurut Supranto (2004: 56-76) dalam Susilo (2014: 45), manfaat analisis
regresi linier berganda meliputi:
58
2) Normalitas Data
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05 untuk menentukan data
terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikan kurang dari 0,05 berarti data
tidak terdistribusi normal, dan sebaliknya jika nilai signifikan lebih dari 0,05
berarti data terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas variabel independen pengetahuan, motivasi, dukungan
keluarga, dan variabel dependen kepatuhan diet dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pengetahuan Motivasi Dukungan Kepatu
Keluarga han
N 37 37 37 37
Normal Mean 2,04405 2,43108 1,93632 1,93632
Parametersa,
b Std. Deviation ,528639 ,702250 ,519025 ,519025
Most Absolute ,390 ,482 ,400 ,400
Extreme Positive ,224 ,264 ,249 ,249
Differences Negative -,390 -,482 -,400 -,400
Kolmogorov-Smirnov Z 2,374 2,934 2,431 2,431
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
R2 0,679
Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
(2) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji ada korelasi antar residual pada
model persamaan regresi berganda (Susilo, 2014: 110). Metode pengujian
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Hasil uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW test) dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.13 Analisis Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Mod R R Adjusted Std. Error of Durbin-Watson Keterangan
el Square R Square the Estimate
,679
1 a ,460 ,411 ,398182 1,369 Signifikan
a. Predictors: (Constant), DukunganKeluarga, Motivasi, Pengetahuan
b. Dependent Variable: Kepatuhan
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai DWhitung sebesar 1,575, nilai ini
akan dibandingkan dengan nilai DWtabel dengan menggunakan nilai signifikan 5%,
jumlah sampel 37 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k = 3) maka pada tabel
Durbin-Watson (terlampir-lampiran 19) akan didapatkan nilai dL = 1,307 dan dU
= 1,655. Oleh karena nilai DW 1,369 lebih besar dari batas bawah (dL) 1,307 dan
kurang dari dU = 1,655 (dL < DW < dU) = (1,307 < 1,369 < 1,655) dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kepastian atau kesimpulan pasti terjadi atau tidaknya
autokorelasi pada model regresi.
(3) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2011: 139). Analisis pada penelitian ini menggunakan uji Glejser,
hasil uji glejser dapat dilihat pada tabel berikut:
65
Hitungan hasil Zskew dan Zkurt dengan rumus akan dibandingkan dengan
nilai kritisnya 1,96 dengan alpha 0,05 (Ghozali, 2011: 41).
S0 0,780 0 0,780 0 0,780
Zskew = = = = = ,
6/N 6/37 0, 162 0,402
66
Hasil perhitungan nilai Zskew dan Zkurt menghasilkan nilai yang ada
diantara nilai kritisnya 1,96. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal.
Uji normalitas dengan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.16 Analisis Normalitas Residual dengan Uji Statistik Non-Parametrik
Kolmogorov-Smirnov
Tabel 3.17 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Kepatuhan dengan
Pengetahuan
ANOVA Table
Sum of Df Mean F Sig. Keterangan
Squares Square
(Combined 2,60
1,290 2 ,645 ,088
Betw ) 9
een 5,10
Linearity 1,262 1 1,262 ,030
6
Kepatuhan * Gro Deviation
Pengetahuan ups from ,028 1 ,028 ,113 ,739 Signifikan
Linearity
Within Groups 8,407 34 ,247
Total 9,698 36
Berdasarkan tabel diatas, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikan jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
from Linearity sebesar 0,739 > 0,05.
Hasil uji linearitas variabel motivasi dengan kepatuhan diet dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 3.18 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Motivasi dengan
Kepatuhan
ANOVA Table
Sum of Df Mean F Sig. Keterangan
Squares Squar
e
(Combined 4,56
2,053 2 1,026 ,018
) 5
Betw
9,00
een Linearity 2,024 1 2,024 ,005
1
Kepatuhan Gro
Deviation
* Motivasi ups
from ,029 1 ,029 ,129 ,721 Signifikan
Linearity
Within Groups 7,645 34 ,225
Total 9,698 36
Berdasarkan tabel diatas, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikansi jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
from Linearity sebesar 0,721 > 0,05.
Hasil uji linearitas variabel duukungan keluarga dengan kepatuhan diet
dapat dilihat pada tabel berikut:
68
ANOVA Table
Berdasarkan tabel diatas, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikansi jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
from Linearity sebesar 0,590 > 0,05.
Uji asumsi klasik yang telah dilakukan merupakan dasar untuk melanjutkan
uji selanjutnya yaitu analisis regresi linier berganda. Langkah-langkah dari uji
regresi berganda yaitu seperti berikut (Trihendradi, 2011: 172).
1) Masukkan data dalam program SPSS.
2) Klik Analyze Regression Linear pada menu sehingga kotak dialog
Linear Regression muncul.
3) Masukkan variabel independen (X1 dan X2) pada kotak Independent(s) dan
variabel dependen (Y) pada kotak Dependent.
4) Abaikan yang lain tekan OK sehingga hasil output muncul.
Penelitian ini dinamakan analisis regresi linier berganda karena melibatkan
lebih dari satu variabel bebas (X1 dan X2, X3) dan satu variabel terikat (Y) yang
dirumuskan seperti berikut:
Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3
KD = + 1P+ 2M+ 3DK
69
Keterangan:
Y : Variabel terikat (KD sebagai variabel dependen)
: Konstanta
1-2- 3 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
X1 : Pengetahuan (P sebagai variabel independen)
X2 : Motivasi (M sebagai variabel independen)
X3 : Dukungan Keluarga (DK sebagai variabel independen)
Menurut Sekaran (2006: 299) dalam Susilo (2014: 44), analisis regresi
berganda dilakukan untuk menguji secara parsial (uji t) dan pengaruh simultan (uji
F) dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang bersifat metrik
maupun interval. Cara untuk menginterpretasikan model regresi yaitu pertama
dengan menginterpretasikan koefisien determinasi, kedua uji signifikan simultan
dengan uji F, dan ketiga uji regresi parsial dengan uji t.
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model
regresi. Interpretasi koefisien determinasi dapat dilihat pada output model
summary menunjukkan besarnya R2 (nilainya diubah ke bentuk persen) yang
merupakan persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Nilai adjusted R2 adalah nilai R2 yang telah disesuaikan dan
nilai ini biasanya untuk mengukur sumbangan pengaruh jika dalam regresi
menggunakan lebih dari dua variabel independen. Standard error of estimate
(SEE) adalah ukuran kesalahan prediksi, jika nilainya semakin kecil akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen
(Priyatno, 2012: 134).
70
Koefisien determinasi pada regresi linear berganda pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.20 Hasil Koefisien Determinasi Regresi Linier Berganda pada Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Model Summary
Mod R R Square Adjusted Std. Error of Keterangarn
el R Square the Estimate
yang artinya ada pengaruh secara simultan pengetahuan, motivasi dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet.
Uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel
independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
(Priyatno, 2012: 139). Dalam hal ini untuk mengetahui apakah secara parsial
variabel P,M dan DK berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap BS.
Interpretasi parameter variabel independen dapat menggunakan Unstandardized
coefficients maupun standardized coefficients. Penelitian ini menggunakan
unstandardized coefficients. Jika pada hasil uji statistik ditemukan nilai
probabilitas variabel independen di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen tersebut signifikan terhadap nilai = 0,05. Selain itu,
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan
ttabel dengan langkah-langkah seperti berikut (Priyatno, 2012: 139-140).
1) Merumuskan hipotesis
H0 : Variabel independen (X1, X2 dan X3) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : Variabel independen (X1, X2 dan X3) secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Menentukan thitung diperoleh dari output pada tabel Coefficients.
3) Menentukan ttabel pada penelitian ini dicari pada signifikansi 0,05/2 (uji 2
sisi) dengan derajat kebebasan df = nk1 (dimana n adalah jumlah data; k
adalah jumlah variabel independen).
4) Kriteria pengujian yaitu jika -ttabel thitung ttabel atau probabilitas (sig.) >
0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak. Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel atau
probabilitas (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima.
Menentukan variabel independen yang lebih dominan memengaruhi
variabel dependen adalah dengan menggunakan persamaan regresi, yaitu dengan
cara melihat koefisien dari masing-masing variabel independen pada
unstandardized coefficients. Variabel yang memiliki koefisien tertinggi itulah
yang merupakan variabel dominan yang memengaruhi variabel dependen
(Kepatuhan Diet).
73
BAB 4
75
76
2 Kader aktif 52 8 4
3 Bidan 4 3 0
Kampung
Sumber: Puskesmas Pahandut (2015)
82
Usia
0%
8%
Sumber: Data Primer, Nitsa (2016). 27%
Gambarr Diagram Pie 4.2 Karakteristik
65%responden berdasarkan umur pada pasien
Keterangan:
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut PalangkaRaya
1=20-30
Jenis Kelamin
32%
Keterangan:
1=Laki-laki
2=Perempuan
68%
Pendidikan
Keterangan
27% 1=SD
41% 2=SMP
8%
5% 19% 3=SMA
4= Perguruan Tinggi
5=Tidak Sekolah
Pekerjaan
3%
32%
57% Keterangan:
8%
1=Tidak Bekerja
2=PNS/TNI/POLRI
3=Swasta
4=Pensiunan
Pengetahuan
19%
38% Keterangan:
1=Baik
43%
2=Cukup
3=Kurang
Motivasi
13% 19%
Keterangan:
1 = Tinggi
68% 2 = Sedang
3 = Rendah
Dukungan Keluarga
16% 19%
Keterangan:
65% 1 = Baik
2 = Cukup
3 = Kurang
Kepatuhan Diet
16% 19%
Keterangan:
Tabel 4.3 Tabulasi silang pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Kepatuhan Diet
Pengetahuan Sangat Cukup Kurang Total
Patuh Patuh patuh
N % N % N % N %
Baik 2 28,6% 4 16,7% 1 16,7% 7 18,9%
Cukup 2 28,6% 12 50,2% 2 33,3% 16 43,2%
Kurang 3 42,9% 8 33,3% 3 50,0% 14 41,2%
Total 7 100,0% 24 100,0% 6 100,0% 37 100,0%
Kepatuhan Diet
Motivasi Sangat Cukup Kurang Total
Patuh Patuh patuh
N % N % N % N %
Tinggi 2 28,6% 4 16,7% 1 16,7% 7 18,9%
Sedang 4 57,1% 16 66,7% 5 83,3% 25 67,6%
Rendah 1 14,3% 4 16,7% 0 0,0% 5 13,5%
Total 7 100,0% 24 100,0% 6 100,0% 37 100,0%
93
Kepatuhan Diet
Dukungan
Sangat Cukup Kurang Total
Keluarga
Patuh Patuh patuh
N % N % N % N %
Baik 5 71,4% 2 8,3% 0 0,0% 7 18,9%
Cukup 1 14,3% 18 75,0% 5 83,3% 24 64,9%
Kurang 1 14,3% 4 16,7% 1 016,7% 6 16,2%
Total 7 100,0% 24 100,0% 6 100,0% 37 100,0%
penelitian ini meliputi hasil transformasi data, deteksi data outlier dan missing
value, uji normalitas data, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda
dengan taraf signifikan 5% (pada tingkat kepercayaan 95%). Transformasi data
pada penelitian ini dilakukan karena data masih berskala ordinal sehingga untuk
memenuhi syarat analisis parametrik data ditransformasikan ke interval (hasil dan
cara perhitungan terlampir-lampira). Analisis missing value (tabel terlampir-
lampiran) juga menunjukkan bahwa tidak ada data yang missing. Hasil uji asumsi
klasik dapat dilihat pada bab 3.
1) Hasil Analisis Pengaruh Pengetahuan, Motivasi, Dukungan Keluarga
Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Hasil uji signifikasi secara individual pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6 Uji Signifikansi Parameter Individual Regresi Linier Berganda pada
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Coefficientsa
Model Unstandardize Standardi T Sig. Keterangan
d Coefficients zed
Coefficie
nts
B Std. Beta
Error
(Constant) ,359 ,326 1,098 ,280
Pengetahuan -,130 ,179 -,132 -,727 ,472 Tidak Signifikan
1 Signifikan
Motivasi ,333 ,127 ,450 2,612 ,013
Dukungan
,534 ,138 ,534 3,880 ,000 Signifikan
Keluarga
a. Dependent Variable: kepatuhan
0,534 lalu variabel motivasi 0,333, sedangkan variabel pengetahuan dengan nilai
koefisien -0,130 Dapat disimpulkan bahwa variabel kepatuhan diet dipengaruhi
oleh variabel dukungan keluarga dengan motivasi dengan persamaan matematis:
KD = 0,359 -0,130P+0,333M +0,534DK
Berdasarkan persamaan matematis di atas dapat disimpulkan bahwa:
1) Koefisien konstanta bernilai positif (0,359), yang berarti menyatakan bahwa
dengan mengasumsikan ketiadaan variabel P maka tingkat Kepatuhan diet
tetap, dan dengan mengasumsikan ketiadaan variabel M, DK mengalami
penurunan, maka nilai kepatuhan menurun
2) Koefisien regresi Pengetahuan (P) bernilai Negatif (-0,130P), yang berarti
menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen
lainnya, maka apabila E mengalami peningkatan, maka nilai kepatuhan
tidak berpengaruh.
3) Koefisien regresi Motivasi (M) bernilai positif (0,333), yang berarti
menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen
lainnya, maka apabila Mmengalami peningkatan, maka nilai kepatuhan diet
(KD) cenderung mengalami peningkatan.
4) Koefisien regresi Dukungan Keluarga (0,534DK) bernilai positif (0,534),
yang berarti menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel
independen yang lainnya, maka apabila DK mengalami peningkatan, maka
nilai Kepatuhan Diet (KD) cenderung mengalami peningkatan.
5) Koefisien regresi DK (DK) sebesar 0,534, jauh lebih besar dibandingkan
dengan koefisien regresi Motivasi (M) yang sebesar 0,333 disimpulkan
bahwa faktor dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan
yang mempengaruhi kepatuhan diet.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi
Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 37 responden menunjukkan
bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (19%), cukup
97
menjalankan diet hipertensi sehingga tekanan darah menjadi stabil dan terhindar
dari komplikasi penyakit hipertensi.
4.2.3.1 Tingkat Motivasi Sedang
Dari hasil penelitian terhadap 37 responden didapatkan 25 responden (43%)
motivasi sedang, responden dengan motivasi sedang didapatkan 3 responden
(100,0%) berusia 31-40 tahun, 7 responden (70,0%) usia 41-50 tahun, 15
responden (62,5%) usia >50 tahun.
Motivasi menurut (Natoadmojo:2011:67) merupakan faktor pendorong,
semua tingkah laku memiliki motivasi. Motivasi merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya dan memberikan dorongan penggerak
(disadari maupun tidak disadari) melalui suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan atau menjauhi situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi pula yang mengarahkan seseorang melakukan sesuatu dengan tekun baik
atas keinginan sendiri (motivasi intrinsik) atau karena ada faktor pendorong dari
luar diri orang tersebut (faktor ekstrinsik). Menurut (Bardwick dalam Irmawati
dan Waskito:2007) ada empat tahap dasar dalam kehidupan. Tahap tersebut
adalah tahap transisi awal kedewasaan (17-28 tahun), tahap kemapanan (30-40
tahun), pertengahan kedewasaan (40-50 Tahun) dan tahap umur 50 tahun atau
lebih. Perbedaan tahap transisi tersebut akan berpengaruh pada emosi, keinginan
dan kebutuhan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang terkait
dengan motivasi seseorang juga sangat dipengaruhi oleh orientasi kepentingan
yang dimiliki masing-masing tahapan usia.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
keseuaian antara fakta dan teori karena jumlah responden makin meningkat
dengtn tingkatan usia didapatkan 7 responden (70,0%) usia 41-50 tahun, 15
responden (62,5%) usia >50 tahun, karena makin bertambahnya seseorang akan
merubah dorongan dalam diri individu tersebut, Hal ini membuktikan bahwa
semakin usia seseorang dewasa maka semakin dewasa cara seseorang tersebut
berpikir serta memiliki keinginan dalam mencapai sesuatu.
4.2.3.1 Tingkat Motivasi Rendah
103
didapatkan 0 responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 2 responden (20,0%) usia 41-
50 tahun, 4 responden (16,7%) usia >50 tahun. Responden yang sangat patuh
didapatkan 1 responden (8,3%)laki-laki, 6 responden (24,0%) perempuan,
responden yang cukup patuh didapatkan 8 responden (66,7%) laki-laki, 16
responden (64,0%) perempuan,responden yang kurang patuh didapatkan 3
responden (25,0%) laki-laki, 2 responden (12,0%) perempuan.
4.2.5.1 Tingkat kepatuhan sangat patuh
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan 7 responden
(19%) kepatuhan diet sangat patuh. responden dengan yang sangat patuh
didapatkan 0 responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 1 responden (10,0%) usia 41-
50 tahun, 6 responden (25,0%) usia >50 tahun.
Kepatuhan adalah perilaku individu yang berhubungan dengan
memeriksakan kesehatan, minum obat, mengikuti diet, dan merubah gaya hidup
yang sesuai dengan petunjuk medis (Jaya,2009: 45).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu
tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan
berobat. Sikap dan perilaku individu dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi
kemudian menjadi internalisasi (Palestin,2005: 68).
Menurut Niven (2012:198), variabel yang mempengaruhi kepatuhan adalah
variabel demografi seperti usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan fakta dan pemaparan sejumlah teori terdapat kesesuaian antara
fakta dan teori karena tingkat kepatuhan 6 responden dengan usia >50 tahun
karena pada usia tersebut seseorang memasuki fase lansia sehingga banyak
mengalami perubahan-perubahan termasuk status kesehatannya, sehingga perlu
selalu tetap patuh pada diet hipertensi, dan dominan perempuan yang lebih patuh
hal ini karena perepmpuan lebih banyak dirumh, dan laki-laki hanya sibuk bekerja
dan kurang memperhatikan pola makan.
4.2.5.1 Tingkat kepatuhan cukup patuh
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan 24 responden
(65%) kepatuhan diet cukup patuh,responden yang cukup patuh dengan
106
Berdasarkan fakta yang diperoleh dari pemaparan dari sejumlah teori antara
fakta terdapat kesenjangan antara fakta dan teori, karena dalam penelitian ini
pengetahuan tidak berpengaruh pada kepatuhan diet. Penelitian ini tidak
mendukung penelitian Kusumastuti, Devita Indra (2014:67) ada hubungan positif
antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi, semakin tinggi tingkat
pengetahuan responden semakin patuh terhadap diet hipertensi.
Tingkat pengetahuan pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya tidak mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi, hal ini
menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berpengetahuan cukup memiliki
kepatuhan terhadap diet hipertensi. Pengetahuan akan mempengaruhi kepatuhan
seseorang akan tetapi dalam penelitian ini tidak ada pengaruh antara pengetahuan
terhadap kepatuhan diet, hal ini disebabkan karena ternyata pengetahuan klien
tentang diet hipertensi saja tidak cukup mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi
dan rata-rata pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya, rata-rata berpendidikan SD, bahkan ada yang tidak sekolah, dan
tingkat pengetahuan pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya pada kategori cukup pasien hanya mengetahui tapi
belum tau bagaimana diet yang seharusnya dijalani. Responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah akan sulit menerima informasi, sehingga pasien
hipertensi kurang mengetahui bagaimana diet hipertensi yang harus
dijalaniTingkat pengetahuan yang kurang atau hanya pada kategori cukup tentang
diet hipertensi akan mempengaruhi pada kepatuhan diet pada pasien hipertensi,
kepatuhan klien tentu akan mempengaruhi kondisi kesehatan klien, karena jika
pola makan tidak jaga akan menimbulkan kekambuhan dan komlipkasi penyakit
hipertensi, oleh karena itu klien perlu meningkatkan pengetahuan tentang diet
hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar
dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi
harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari, dengan ada atau tidaknya sakit
dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah
penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi
dan komplikasinya.
109
memberi dukungan atau pendidikan kesehatan pada pasien agar pasien tetap patuh
pada diet hipertensi.
Bagi keluarga penderita hipertensi agar tetap memberi perhatian dan dukungan
pada pasien hipertensi agar tetap patuh pada diet hipertensi, dan bagi petugas
kesehatan agar memberi pendidikan kesehatan bukan hanya pada penderita
hipertensi juga dapat pada keluarga penderita hipertensi, karena keluarga berperan
penting dalam pengaturan pola makan pasien hipertensi.
1. Masih banyak faktor lain yang berpengaruh pada diet hipertensi yang dapat
dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, misalnya faktor
dukungan petugas kesehatan, lingkungan.
2. Responden sebagian tidak bisa membaca dan menlis sehingga perlu dibantu
untuk mengisi kuesioner.
114
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian dari tanggal 216
Juni sampai 26 Juni mengenai analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, maka telah
mendapatkan hasil dari penelitian tersebut yang kemudian dibahas secara jelas.
Hasil penelitian ini dapat disimpulakan sebagai berikut:
1) Hasil identifikasi dari tingkat pengetahuan pasien tentang diet hipertensi
menunjukkan bahwa responden dominan memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup tentang diet hipertensi hal ini dikarenakan bisa dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan usia karena rata-rata penderita hipertensi tidak sekolah,
sehingga sulit untuk menerima informasi tentang diet hipertensi.
2) Hasil identifikasi dari tingkat motivasi pasien tentang diet hipertensi
menunjukkan bahwa responden dominan tingkat motivasi sedang, hal ini
dikarenakan pasien hipertensi rata-rata memasuki usia lansia mengalami
banyak perubahan seseorang akan berusaha atau mempunyai dorongan untuk
menjaga kesehatannya.
3) Hasil identifikasi dari dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi
menujukkan dukungan keluarga cukup, hal ini dikarenakan keluarga selalu
berusaha memberi dukungn baik secara dukungan emosi dan instrumental yaitu
menyediakan makanan yang rendah garam dan lemak kepada pasien hipertensi.
4) Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden menunjukkan bahwa
responden dominan tingkat kepatuha cukup patuh, hal ini dikarenakan pasien
rata-rata memasuki fase lansia, mengalami banyak perubahan sehingga
mempunyai motivasi untuk tetap sehat, yaitu patuh pada diet hipertensi.
115
5) Hasil analisis menunjukkan Nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (-0,0727<-
2,035), artinya tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap diet hipertensi, hal ini
dikarenakan ternyata tingkat pengetahuan saja tidak cukup untuk membuat
seseorang patuh, faktor kebiasaan juga menentukkan, pasien rata-rata memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak dan garam tinggi.
114thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,612
6) Hasil analisis menunjukkan nilai
>2,035.). artinya ada pengaruh motivasi terhadap kepatuhan diet hipertensi, hal
ini dikarenakan pasien hipertensi akan mengalami perubahan kesehatan maka
pasien hipertensi tersebut berusaha untuk tetap mempertahankan status
kesehatannya, yaitu mempunyai dorongan dalam diri/motivasi dengan tetpa
patuh terhadap diet hipertensi.
7) Hasil analisis menunjukkan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,880>2,035)
artinya ada pengaruh dukungan keluarga terhadap diet hipertensi, hal ini
dikarenakan keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien, jika ada
pasie mengalami gangguan kesehatan maka keluarga selalu berusaha memberi
dukungan dalam mengatasi masalah kesehatan pasien hipertensi.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan saran yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan dijadikan
Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan perbandingan jika suatu saat