Anda di halaman 1dari 116

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode (Udjanti,2010:107). Keberhasilan pengobatan hipertensi tidak luput dari
pengetahuan, sikap dan kepatuhan seseorang menjalankan diet. Diet merupakan
salah satu cara untuk menurunkan hipertensi, faktor makanan (kepatuhan diet)
merupakan hal penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi, agar dapat
mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Fenomena yang terjadi di UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya yang dapat dilihat, kunjungan penderita
hipertensi cukup banyak, ini diakibatkan kurangnya pengaturan gaya hidup, salah
satunya pengaturan pola makan (diet), penderita harus tetap menjalankan diet
hipertensi setiap hari dengan ada atau tidaknya gejala sakit dan gejala yang
timbul, Hal ini dimaksudkan agar keadaan dan tekanan darah penderita hipertensi
tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan komplikasinya
(Agrina, 2011: 52). Kepatuhan diet hipertensi dipengaruhi dari persepsi yang
timbul dari tingkat pengetahuan, terbentuknya perilaku ini dimulai dari domain
kognitif (pengetahuan) dalam arti dapat memahami tentang pengertian diet
hipertensi, motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat
berpengaruh terhadap faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam
mengontrol penyakitnya, oleh karena itu seseorang yang patuh terhadap diet
hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh dorongan dalam diri seseorang untuk
tetap patuh pada diet hipertensi, dukungan keluarga sangat penting dalam
kepatuhan diet hipertensi, penderita akan merasa senang dan tentram apabila
mendapat perhatian dan dukungan keluarga tersebut akan menimbulkan
kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih
baik, serta penderita yang mengikuti saran yang diberikan oleh keluarga untuk
penunjang pengelolaan penyakitnya (Notoatmodjo, 2007:92).

1
2

Menurut data World Health Organization (WHO), hipertensi diderita oleh


1 miliar orang diseluruh dunia, diperkirakan tahun 2025 melonjak menjadi 1,5
miliar orang dengan jumlah penduduk dunia sebesar 6,5 miliar orang. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 saat ini di indonesia mencapai 65.048.110
orang yang menderita hipertensi dengan jumlah penduduk indonesia mencapai
250 juta orang, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah (2016),
penderita hipertensi di Kalimantan Tengah berjumlah 27.001 orang pada tahun
2015, menurut Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya (2014) untuk kota Palangka
Raya sendiri jumlah penduduk yang menderita hipertensi berjumlah 13,147 orang,
dan angka kejadian di UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya tahun 2015
terdapat 2503 orang (data UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya 2016).
Menurut penelitian Novian (2013) kepatuhan diet hipertensi kategori baik 46
responden (74%) dan kategori kurang 16 responden (25,8%). Menurut penelitian
Kusumastuti (2014) terdapat 19 lansia (54,3%) patuh pada diet hipertensi dan
lansia (45,7%) yang tidak patuh terhadap diet hipertensi, menurut penelitian
Jesianti (2013) yang berjudul tingkat pengetahuan orang dewasa tentang diet
hipertensi dengan kepatuhan diet hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya, kepatuhan orang dewasa terhadap diet hipertensi yang
bersikap patuh hanya 11 responden (21%), sedangkan tidak patuh 41 responden
(79%) tidak patuh pada diet hipertensi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan
pada 16 April 2016, data yang diperoleh melalui wawancara pada 10 orang
responden, terdapat 4 orang (40%) yang tahu tentang diet hipertensi dan patuh
melakukan diet, dan 3 orang (30%) mengatakan tahu tentang diet hipertensi tetapi
sering mengkonsumsi makanan tinggi garam dan berlemak karena sudah menjadi
kebiasaan, dan 3 orang (30%) yang tidak tahu tentang diet hipertensi dan tidak
patuh pada diet hipertensi.
Tingginya tekanan darah penderita hipertensi dapat dikendalikan dengan
pengaturan pola makan yang baik atau diet yang tepat, pengaturan menu makan
pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan diet rendah garam,diet lemak
jenuh dan kolesterol, diet tinggi serat, diet rendah kalori (untuk menghindari
kegemukan) dan menghindari minum kopi. Diet adalah merupakan susunan
3

makanan dan minuman sehari-hari, diet menyediakan kebutuhan zat gizi bagi
tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan secara
optimal, tujuan diet untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal, disamping itu diet juga ditujukan
untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebihan, tinggi
kadar lemak, dan kolesterol. Dampak seseorang tidak taat/patuh terhadap diet
yaitu terjadinya stroke, kerusakan otak, kolesterol tinggi, diabetes dan
kecenderungan bawaan untuk menderita serangan jantung, penyakit dada dan
angina pectoris oleh sebab itu bagi penderita hipertensi dianjurkan harus taat
terhadap diet untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang menyebabkan
kematian (Beaver, 2002:21).
Perawat memiliki peran penting untuk meningkatkan kepatuhan diet
hipertensi pada penderita hipertensi, yaitu salah satunya dengan upaya promotif,
dalam hal ini perawat melakukan promosi kesehatan pada individu, keluarga, dan
masyarakat, tentang pentingnya diet hipertensi, tentang jenis diet hipertensi,
manfaat diet hipertensi, dampak ketidakpatuhan diet hipertensi, sehingga
penderita hipertensi, keluarga dapat mengerti dan dapat melaksanakan diet
hipertensi dalam upaya pengendalian hipertensi atau mencegah kekambuhan.
Perawat memberikan infomasi kepada individu/keluarga tentang pelaksanaan diet
hipertensi dalam upaya pengendalian tekanan darah, dalam kepatuhan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan diet yaitu motivasi,
pengetahuan, dukungan keluarga (Notoadtmodjo, 2007:87). Oleh karena itu agar
informasi/pendidikan kesehatan yang diberikan tepat sasaran dan efektif dalam
meningkatkan kepatuhan diet hipertensi bagi penderita hipertensi maka terlebih
dahulu mengetahui faktor yang berpengaruh pada kepatuhan diet hipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah, yang
mengganggu kesehatan, Jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Dalam penanggulangan penyakit hipertensi dapat
4

diatasi dengan kepatuhan dalam menjalankan diet hipertensi, namun seringkali


pasien hipertensi kurang patuh melaksanakan diet hipertensi, karena kurangnya
faktor pendukung kepatuhan ini salah satunya pengetahuan tentang diet, dorongan
dalam diri sendiri, dan peran keluarga yang mendukung dalam pelaksanaan diet
hipertensi ini, sehingga kekambuhan hipertensi sering berulang. Berdasarkan
uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apa
saja faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pada pasien hipertensi
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya?.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang diet hipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2) Mengidentifikasi tingkat motivasi pelaksaan diet hipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
3) Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga pada pasien hipertensi dalam
pelaksaan diet hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
4) Mengidentifikasi tingkat kepatuhan diet pada pasien hipertensi di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
5) Menganalisis pengetahuan yang mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi
pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
6) Menganalisis motivasi yang mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka
5

Raya.
7) Menganalisis dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet
hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penelitian ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan (akademik)
dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi serta dapat diaplikasikan
dalam asuhan keperawatan.
1.4. 1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam memperkuat teori keperawatan kardiovaskuler dan dalam peningkatan
kualitas pelayanan khususnya pada masalah kepatuhan diet hipertensi.
1.4.2 Praktis
1) Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hasil penelitian ini dapat membuka wawasan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dan kesehatan pada umumnya
berhubungan dengan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan
diet hipertensi.
2) Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi puskesmas dalam upaya pengendalian penyakit
hipertensi terutama yang tidak patuh dalam menjalankan diet hipertensi, agar
dapat melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang pentingya
kepatuhan diet hipertensi.
3) Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan sebagai bahan
referensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik maupun
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan diet hipertensi.
4) Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sumber informasi dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan
6

pada masyarakat khususnya untuk meningkatkan kepatuhan diet hipertensi pada


pasien hipertensi yang bisa dilakukan melalui pendidikan kesehatan.
5) Bagi Peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan
mengembangkan wawasan penelitian dalam melakukan suatu penelitian ilmiah
khususnya tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien
hipertensi.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kepatuhan


2.1.1 Definisi Kepatuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2010:98) kepatuhan berasal dari
kata patuh yaitu suka menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin
yaitu ketaatan melakukan sesuatu yang dianjurkan atau ditetapkan.
Kepatuhan adalah perilaku individu yang berhubungan dengan
memeriksakan kesehatan, minum obat, mengikuti diet, dan merubah gaya hidup
yang sesuai dengan petunjuk medis (Jaya,2009: 45).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu
tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan
berobat. Sikap dan perilaku individu dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi
kemudian menjadi internalisasi (Palestin,2005: 68).
Kepatuhan dibedakan menjadi dua yaitu: Kepatuhan penuh (total
compliantce) pada keadaan ini pasien secara patuh secara sungguh-sungguh pada
diet hipertensi dan yang kedua tidak patuh (non compliantce) pada keadaan ini
penderita tidak patuh pada diet hipertensi Notoatmodjo (2007: 86).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dibagi menjadi dua faktor
predisposisi dan faktor reinforcing (Notoatmodjo, 2007: 87).
2.1.2.1 Faktor Predisposisi
1) Kepercayaan atau agama yang dianut
Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spritual dapat menjalani
kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap teguh pada agamanya akan
memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima
keadaannya. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya akan dipengaruhi
oleh kepercayaan yang kuat akan lebih baik tabah terhadap anjuran larangan kalau
tahu akibatnya.

7
8

2) Faktor geografi (jarak jauh)


Lingkungan yang jauh dari pelayanan kesehatan yang memberikan
kontribusi rendahnya kepatuhan.
3) Motivasi
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri.
Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam mengontrol
penyakitnya. Motivasi dalam diri seseorang dapat ditimbulkan, dikembangkan dan
diperkuat. Semakin kuat motivasi seseorang, makin pula usahanya untuk
mencapainya. Pengertian ini berarti pula bahwa motivasi dapat berubah.
Menumbuhkan motivasi dalam diri seseorang dapat dipengaruhi oleh
dorongan dari orang lain, dalam hal ini bisa keluarga sebagaii individu terdekat
klien, maupun perawat sebagai pengelola klien yang paling sering berinteraksi
sehingga pemahaman terhadap kondisi baik fisik maupun psikis lebih baik.
Motivasi merupakan faktor pendorong, semua tingkah laku memiliki motivasi.
Motivasi merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya
dan memberikan dorongan penggerak (disadari maupun tidak disadari) melalui
suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan atau menjauhi situasi
yang tidak menyenangkan. Motivasi pula yang mengarahkan seseorang
melakukan sesuatu dengan tekun baik atas keinginan sendiri (motivasi intrinsik)
atau karena ada faktor pendorong dari luar diri orang tersebut (faktor ekstrinsik
Menurut (Bardwick dalam Irmawati dan Waskito:2007) ada empat tahap
dasar dalam kehidupan. Tahap tersebut adalah tahap transisi awal kedewasaan
(17-28 tahun), tahap kemapanan (30-40 tahun), pertengahan kedewasaan (40-50
Tahun) dan tahap umur 50 tahun atau lebih. Perbedaan tahap transisi tersebut akan
berpengaruh pada emosi, keinginan dan kebutuhan dalam mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan yang terkait dengan motivasi seseorang juga sangat
dipengaruhi oleh orientasi kepentingan yang dimiliki masing-masing tahapan usia.
Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur, pada
umumnya yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan biologis, ada beberapa
cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan:
9

(1) Tes Proyektif


Apa yang dikatakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita.
Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang, maka kita beri
stimulus yang harus diintepretasikan. Salah satu teknik proyektif yang banyak
dikenal adalah Thematic Apperrception Test (TAT) dalam tes tersebut klien
diberikan gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia
memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan
untuk power (n-power), kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut
kita dapat menelaah motivasi yang mendasari dan klien berdasarkan konsep
kebutuhan diatas.
(2) Kuesioner
Salah satu untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan
meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
dapat memancing motivasi klien.
(3) Observasi Perilaku
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi
sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya
(Notoatmodjo, 2005: 135).
Dalam penelitian ini pengukuran motivasi yaitu dengan kuesioner, dan
dalam kuesioner skala yang digunakan skala likert, skala likert merupakan skala
yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Ada dua skala likert yaitu pernyataan
positif dan pernyataan negatif (Hidayat,2007: 90) skor pengukuran motivasi yang
digunakan adalah dengan skala likert yaitu sangat sering (4), sering (3), kadang-
kadang (2), jarang (1), tidak pernah (0).
10

Rumus pengukuran motivasi:

sp
P= x 100%
sm

Dimana :
P : Nilai akhir
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya presentasi jawaban diintrepesaikan dengan acuan sebagai
berikut:
(1) Motivasi tinggi : bila jawaban benar 76 100 %.
(2) Motivasi sedang : bila jawaban benar 56 75 %.
(3) Motivasi rendah: bila jawaban benar < 56 %.
4) Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting bagi
terbentuknya tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat
lebih utuh (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2007: 17).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya. Pengetahuan adalah segala yang diketahui
berdasarkan pengalaman oleh setiap manusia (Mubarak, 2011: 81).
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahun adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi
karena adanya pemahaman-pemahaman baru (Budiman dan Riyanto 2014: 3).
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu berdasarkan pengalaman dan
penelitiaan, di peroleh bahwa perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2009:
194).
Budiman dan Riyanto, (2014: 4) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
11

(1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi.
(2) Informasi atau Media Massa.Informasi adalah that of which one is
(3) Sosial, Budaya, dan Ekonomi
(4) Lingkungan
(5) Pengalaman
(6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya,sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik, Menurut
(Nursalam & Siti Pariani, 2002 : 60). Semakin cukup umur tingkat pematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir, belajar, bekerja
sehingga pengetahuanpun akan bertambah. Dari segi kepercayaan masyarakat,
seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya. Menurut Mubarak (2011:83)
menyatakan semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah semakin baik dan aspek psikologis atau mental serta taraf
berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa, Perguruan Tinggi, 6
responden (40,0%) Tidak sekolah. Menurut Hurlock 1998 dikutip dari (nursalam
2003 : 23) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir sehingga pengetahuannya akan semakin membaik
Menurut Arikunto (2010: 79) pengukuran pengetahuan ada dua kategori
yaitu menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan
pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise),
pertanyaan betul salah dan pertanyaan menjodohkan.
12

Rumus pengukuran pengetahuan yaitu :

sp
N= x 100%
sm
Dimana :
N : Nilai pengetahuan
Sm : Jumlah nilai yang diperoleh
Sm : Jumlah nilai maksimum
Menurut (Arikunto, 2006 dalam Budiman, 2013: 11) dalam membuat
kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan
pada nilai presentase yaitu sebagai berikut:
(1) Pengetahuan baik: bila jawaban benar 76 100 %.
(2) Pengetahuan cukup: bila jawaban benar 56 75 %.
(3) Pengetahuan kurang: bila jawaban benar < 56 %.

2.1.2.2 Faktor Reinforcing


1) Dukungan petugas
Dukungan dari petugas sangatalah besar artinya bagi penderita, sebab petugas
adalah pengelola penderita hipertensi yang paling sering berinteraksi sehingga
pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering
berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan menerima kehadiran
petugas kesehatan dapat ditumbuhkan dalam diri penderita makaanjuran perintah
yang diberikan petugas akan dapat diterima oleh penderita dengan baik, begitu
juga motivasi atau dukungan yang diberikan petugas sangat besar artinya terhadap
kepatuhan pasien untuk melakukan kontrol terhadap penyakit yang diderita
(Notoatmodjo,2007:89).
2) Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting, karena keluarga merupakan bagian
karena penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan
merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan keluarga
tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita yang mengikuti saran
13

yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya


(Notoatmodjo, 2007: 92). Menurut Gottlieb (1983) dalam zainudin (2007: 83).
Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, seran, bantuan,
yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek di lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya
Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi
dan dukungan keluarga yaitu:
(1) Dukungan emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian dari orang yang
bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
(2) Dukungan informasi
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat
diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap
pola kegiatan. Dukungan informasi adalah dukungan berupa pemberian informasi
yang dibutuhkan oleh individu.
(3) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit,
dukungan ini bersifat nyata dalam bentuk materi bertujuan untuk meringankan
beban bagi individu yang membentuk dan keluarga merupakan sumber
pertolongan mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu serta
modifikasi lingkungan.
(4) Dukungan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan mempengaruhi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas anggota dapat terjadi lewat ungkapan hormat misalnya: pujian atau
reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun masalah.
14

Dalam dukungan keluarga terdapat aspek sikap, sikap pada hakikatnya


adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan tersebut
didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu. Salah satu skala sikap yang
sering digunakan adalah skala likert (Budiman, 2013:16).
Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu.
Skor pengukuran dukungan keluarga dikueisioner yang digunakan adalah dari
skala likert yaitu selalu (skor 4), sering (skor 3), kadang-kadang (skor 2),tidak
pernah (skor 1). Dan skala yang digunakan untuk mengukur presentasi dukungan
keluarga adalah skala ordinal, skala ordinal adalah data yang disusun atas dasar
jenjang dan atribut tertentu (Nursalam 2013: 2013).
Rumus pengukuran dukungan keluarga:

sp
N= x 100%
sm

Keterangan :
N : Nilai akhir
Sp : Jumlah nilai yang diperoleh
Sm : Jumlah nilai maksimal
Selanjutnya presentasi jawaban diintrepesaikan dengan acuan sebagai
berikut:
(1) Dukungan keluarga baik : 76-100%.
(2) Dukungan keluarga cukup : 56-75%.
(3) Dukungan keluarga kurang : <55%

2.1.3 Pengukuran Kepatuhan


Cara mengukur kepatuhan yaitu bentuk presentase untu melihat derajat
kepatuhan (Arikunto 2005: 12) dapat digunakan rumus sebagai berikut:
X
P= x 100%
N
15

Keterangan:
P : Nilai kepatuhan
X : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah pertanyaan
100%: Nilai konstatnta
Selanjutnya presentasi jawaban diintrepesaikan dengan acuan sebagai berikut:
1) Sangat patuh : bila jawaban benar76 100 %.
2) Patuh : bila jawaban benar 56 75 %.
3) Tidak patuh : bila jawaban benar < 56 %.

2.2 Konsep Diet Hipertensi


Diet adalah merupakan susunan makanan dan minuman sehari-hari, diet
menyediakan kebutuhan zat gizi bagi tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan mempertahankan kesehatan secara optimal, tujuan diet untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal,
disamping itu diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor resiko lain seperti
berat badan yang berlebihan, tinggi kadar lemak, dan kolesterol. Untuk menjaga
dan mengatasi hipertensi dengan diet, penderita harus mengontrol dan mengatur
pola makan sehari-hari dengan baik dan seimbang (Dalimartha, 2008: 25).
Tujuan dari penatalaksanaan diet yaitu membantu menurunkan tekanan
darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, disamping itu juga diet
juga ditujukkan untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang
berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah.
Untuk menjaga dan mengatasi hipertensi dengan diet, penderita harus
mengontrol pola makan sehari-hari yang baik dan seimbang. Untuk membantu
menanggulangi tekanan darah tinggi dengan pola diet makanan baik dan
seimbang, secara garis besar ada empat macam diet, yaitu diet rendah garam, diet
rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, serta diet rendah kalori bagi
yang kegemukan (Marliani, 2007: 52).
16

2.2.1 Jenis Diet


Menurut Muhamadun, (2010: 164) gaya hidup sehat yang utama adalah
makanan yang kita konsumsi didalamnya terdapat kriteria makanan,
yaitumakanan yang harus dihindari dan makanan yang dikonsumsi oleh sebab itu
dianjurkan diet:
1) Diet rendah garam
Mengkonsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah, telah
ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika kita semakin tua, yang
terjadi pada semua masyarakat merupakan akibat dari banyaknya garam yang kita
makan.Mengurangi konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-tahun
kemungkinan meningkatkan tekanan darah karena meningkatkan kadar sodium sel
otot halus pada dinding arteriol, untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:
(1) Diet rendah garam 1 : ditujukan untuk penderita hipertensi berat dianjurkan
untuk tidak menambahkan garam dapur dalam makanan.
(2) Diet rendah garam 2 : ditunjukkan untuk penderita hipertensi sedang (100-114
mmHg) garam dianjurkan 1/4 Hg sendok teh garam dapur.
(3) Diet rendah garam 3 : ditunjukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole
100 mmHg), garam dapat dianjurkan 1/2 sendok teh (Behavers, 2002:33).
2) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigleserida,
pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dari hasil
sintesis dalam hati. Kolesterol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolesterol tinggi dalam tubuh
akan mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi dan tubuh akan
mengkonsumsi sekitar 25-50% dari setiap makanan.
3) Diet tinggi serat
Diet tinggi serat ini sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar dimana banyak terdapat pada sayuran dan buah-
buahan sedangkan serat makanan terdapat pada karbohidrat seperti kentang,beras
singkong, kacang hijau. serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan
17

darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolesterol maupun asam
empedu dan selajutnya akan dibuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat
kasar yang cukup tinggi.Diet tinggi serat dan rendah energi: sumber serat yang
baik diperoleh dari sayuran, buah-buahan, biji-bijian terdiri dari oatmel, beras
merah dan lain-lain.
4) Diet rendah kalori
Diet ini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan. Kelebihan berat
badan atau obesitas akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan
orang yang berusia 40 tahun keatas akan mudah terkena hipertensi (Ramayulis
2009:106).

2.2.2 Jenis Makanan


Jenis makanana yang tidak diperbolehkan dan jenis makanan yang
diperbolehkan penderita hipertensi yaitu:
Tabel 2.1 Makanan yang tidak dianjurkan untuk hipertensi
Zat gizi Bahan makanan
Natrium Garam meja, ikan asin, telur asin, kecap, terasi, petis, tauco,
MSG, soda kue/baking powder, pengawet makanan yang
mengandung natrium siklamat.
Gula Sirup, cake soft drink dan permen.
Lemak jenuh Daging berlemak, mentega, margarin, santan kental, gulai,
gorengan dari minyak yang digoreng berulang kali, dan
makanan yang digoreng dengan suhu tinggi.
Kolesterol Otak, kuning telur, jeroan, daging berlemak.
Lainnya Kopi,soda, minuman beralkohol.

Sumber:Soenardi (2005: 11)


18

Tabel 2.2 Makanan yang dianjurkan bagi pasien hipertensi


Zat gizi Bahan makanan
Kalium Kentang, bayam, brokoli, tomat, wortel, pisang, jeruk,
anggur, mangga, melon, stroberi, semangka, nanas susu dan
yogurt.
Kalsium Tempe, tahu, sarden, bandeng presto, ikan teri, kacang-
kacangan, susu, yogurt dan keju rendah lemak
Magnesium Beras (terutama beras merah), kentang, tomat, wortel
sayuran berwarna hijau tua, jeruk, lemon, ikan, seafood dan
daging ayam tanpa kulit.
Beras merah, roti, whole,wheat, oats, kacang-
kacangan,sayuran, kentang,tomat, apel, jeruk, dan
belimbing

Protein Tempe,tahu, kacang-kacangan ikan, daging ayam tanpa


kulit, susu, yogurt dan keju rendah lemak.
Lainya Bawang putih, seledri, lalapan hijau.
Sumber:Soenardi (2005: 11)

2.2.3 Tujuan Diet Hipertensi


1) Mengurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih
banyak kalsium, magnesium dan kalium (bila diperlukan untuk kasus tertentu).
Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata.
Umumnya kita mengkonsumsi lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan
tubuh, idealnya kita, cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar
agak hambar bagi orang biasa. Tetapi dengan menyadari bahwa anda sedang
mengadakan perubahan pola makan, masakan khusus menjadi hidangan tersebut
dapat menjadi hidangan yang nikmat.
2) Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar danmenahan
sebagaian besarasupan natrium. Sebaiknyapenderita hipertensi menghindari
makanan kalengan dan siap saji dari restoran, yang dikuatirkan mengandung
banyak pengawet yang kurang serat.
3) Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat mengurangi beban jantung,
sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok dapat meningkatkan risiko
19

kerusakan pembuluh darah dengan mengedapkan kolesterol pada pembuluh darah


jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras, sedangkan alkohol dapat
memacu tekanan darah, kopi dapat memacu detak jantung.
4) Memperbanyak asupan kalium
Kalium bekerja mengusir natriumdari senyawanya, sehingga mudah
dikeluarkankan. Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari-
hari. Misalnya sebutir kentang rebus, semangkuk bayam, pisang, sari jeruk,
jagung, kubis, dan brokoli.
5) Penuhi kebutuhan magnesium
Juga ditemukan hubungan antara asupan magnesium dengan hipertensi,
tetapi belum dapat berapa banyak magnesium yang dibutuhkan untuk mengatsi
hipertensi. Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang dianjurkan natau
RDA (Recommended Dietary Allowance) adalah sekitar 350 miligram.
Kekurangan asupan magnesium dapat terjadi dengan semakin banyaknya
makanan olahan yang dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya magnesium antara
lain kacang tanah, kacang polong,dan makanan laut (Vivahealth, 2006: 52).

2.2.4 Dampak Ketidakpatuhan Diet Hipertensi


Dampak seseorang tidak taat/patuh terhadap diet yaitu terjadinya stroke,
kerusakan otak, kolesterol tinggi, diabetes dan kecenderungan bawaan untuk
menderita serangan jantung, penyakit dada dan angina pecoris oleh sebab itu bagi
penderita hipertensi dianjurkan harus taat terhadap diet untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut yang menyebabkan kematian (Beaver, 2002: 21).

2.3 Konsep Hipertensi


2.3.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode (Udjanti,2010:107).
20

Hipertensi adalah suatu keadaan diamana keadaan tekanan darah sistolik


lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 80 mmHg
(Arif,2012:262).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang konsisten
pada atau di atas 140/90 mmHg.Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk
stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal dan masalah sirkulasi perifarel
(Townsen, 2010: 4).

2.3.2 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dewasa adalah terjadinya perubahan-
perubahan faktor yang tidak dapat kontrol antara lain:
1) Keturunan
Jika orang tua kita menderita hipertensi kemungkinan kita terkena penyakit
ini sebesar 60% karena menunjukan adanya faktor gen keturunan.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yan mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur,
jenis kelamin dan ras.Faktor-faktor yang dapat di kontrol antara lain:
(1) Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin akan dis erap pembuluh darah kecil dan paru-paru dan
diedarkan kepembuluh darah hingga ke otak.
(2) Konsumsi alkohol
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon-hormon lain yang
dapat menaikkan laju tekanan pembuluh darah jantung. Alkohol dapat menganggu
sistem kerja saraf tepi pusat maupun saraf pusat.
(3) Obesitas
Pada obesitas terjadi peningkatan kerja jantung atau pemompa darah agar
dapat menggerakan beban berlebih pada tubuh tersebut.
21

(4) Stress
Stress adalah penigkatan saraf simpatis dapat meningkatakan tekanan darah
secara tidak menentu dan apabila stress berkepanjangan dapat meningkatkan
tekanan darah menjadi meningkat.
(5) Asupan natrium
Asupan natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium didalam
cairan ekstrasseluler meningkat(Agoes,2010: 14).
3) Etiologi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu :
Hipertensi primer atau esensial. Merupakan 90% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipertensi esensial yang didefiniskan sebagai peningkatan
tekanan darah yang tidak atau diketahui penyebabkan (idiopatik). Faktor-faktor
yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut
ini (Udjianti, 2011: 102):
(1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
(2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35 - 50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
(3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
(4) Berat badan: obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
(5) Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah, bila gaya hidup menetap.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat
dari adanya penyakit lain (Udjianti, 2011: 103).
(1) Stenosis arteri ginjal
Stenosis arteri ginjal adalah suatu kondisi yang harus mendapat perhatian
khusus. Penyempitan arteri yang memasok darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan
pembedahan atau dilatasi (melebarkan arteri) (Dalimartha, 2008: 16).
22

(2) Gagal ginjal


Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan tekanan darah
tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini disebabkan oleh kegagalan
ginjal dalam mengatur jumlah garam dan air dalam tubuh, apabila penderita
menjalankan perawatan dialysis (cuci darah), biasanya tekanan darahnya sudah
dapat dikendalikan namun sebagian penderita masih tetap harus minum obat
untuk menjaga tetap normal (Dalimartha, 2008: 16).
(3) Kelebihan noradrenalin
Penyebab tekanan darah tinggi lainnya adalah gangguan kelenjar andrenal.
Penyebab ini jarang dijumpai, namun bila ada kasus termasuk gangguan yang
dapat disembuhkan. Kelenjar adrenal terdapat tepat diatas tiap-tiap ginjal.
Kelenjar adrenal mempunyai lapisan dalam dan luar yang dapat
mengeluarkan berbagai hormon kedalam aliran darah. Bagian dalam kelenjar
disebut medulla yang mengeluarkan adrenalin atau hormon yang dihasilkan
sebagai akibat rasa takut, marah dan latihan. Adrenalin dapat meningkatkan
denyut jantung, selain itu medulla juga menghasilkan hormon noradrenalin yang
juga menyebabkan kontraksi otot arteri dan meningkatkan tekanan darah
(Dalimartha, 2008: 17).
(4) Sindroma cushing dan aldosteronisme
Sindrom ini merupakan suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, keadaan
ini sebagai akibat adanya tumor atau pertumbuhan yang berlebihan dari lapisan
luar kelenjar adrenal.
Pada keadaan ini, dihasilkan hormone stress lain yaitu kortisol atau hormone
lain yang disebut aldosteron hormon yang mengakibatkan ginjal menahan garam
(atau sodium) dan melepaskan kalium. Terlalu banyak kortisol (hormon stress)
dapat juga memicu suatu kondisi yang dikenal sebagai sindroma cushing yaitu
suatu keadaan pertambahan berat badan yang amat cepat, tekanan darah tinggi,
dan kadang-kadang memicu diabetes (Dalimartha, 2008: 17).
(5) Alkohol
Pada beberapa keadaan, hipertensi tampaknya dikaitkan dengan konsumsi
alkohol berlebihan dan hipertensi cenderung turun bila konsumsi alkohol
23

dihentikan atau dibatasi. Adanya konsumsi alkohol yang berlebihan kadang-


kadang diketahui setelah pemeriksaan darah rutin. Pada umumnya, orang yang
menderita hipertensi harus membatasi konsumsi alkohol. Batas yang masih aman
berkisar 2 unit sehari (1 unit dapat berupa 1 seloki minuman keras, segelas
anggur, atau seperempat liter bir). Namun, akan lebih baik bila penderita
hipertensi tidak mengkonsumi alkohol sama sekali (Dalimartha, 2008: 18).
(6) Stres
Mungkin hanya sedikit orang yang tidak sengaja menghubungkan hipertensi
dengan stress, namun peranan stress sebagai faktor penyebab hipertensi tidak
diragukan lagi. Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu
pendek dengan cara mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya
mengendalikan tekanan darah secara otomatis (Dalimartha, 2008: 18).

2.3.3 Klasifikasi Hipertensi


1) Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajat hipertensi

Menurut the seventh Report og The Joint National Commitee On Prevention


Detection Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi dua kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat.
24

Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
Normal <120mm dan<80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi 2 160 Atau 100
Sumber :Sudoyo, dkk 2009:1079

Tabel 2.4 Klasifikasi Hipertensi


Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

Optimal <120 <80

Nominal 120-129 80-84

High normal 130-139 85-89

Hipertensi

Grade 1(ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (berat) 180-209 110-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Sumber : Wahdah (2011)

2) Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya


Sekitar 90% penyebab hipertensi belum diketahui dengan pasti yang disebut
hipertensi primer atau esensial, sedangkan 7% disebabkan kelainan ginjal atau
hipertensi renalis, dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi serta
penyebab lain (Muttaqin, 2012:262). Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi
menjadi dua golongan:
(1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik). Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien
25

hipertensi esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-


organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)
arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard,
stroke, gagal jantung dan gagal ginjal (Udjanti,2010:105). Hipertensi esensial
(primer), tipe ini terjadi pada sebagian kasus tekanan darah tinggi sekitar 95%
penyebabnya tidak diketahui, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan (Annna dan Bryan,
2007:13).
(2) Hipertensi Sekunder
Merupakan 10% dari sepuluh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,
yang didefinisikan sebagai penigkatan tekanan darah dan karena suatu kondisi
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor
pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral,
coarction aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),
kehamilan, peningkatan volume intravascular, luka bakar dan stress (Udjanti,
2012:102).

Hipertensi sekunder tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari
seluruh kasus tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obat-obatan
tertentu misalnya pil KB (Anna dan Bryan, 2007:13).

2.3.4 Manifestasi Klinis

Keluhan-keluhan yang spesifik pada penderita hipertensi dan gejala akibat


komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai antara lain: sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar-debar, pusing, penglihatan kabur, mata lelah, gangguan
penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan
serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan peredaran pembuluh darah otak
26

yang mengakibtakan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma (Depkes


RI,2008:20).
Sedangkan menurut Dalimartha, (2008: 12), gejala-gejala hipertensi adalah:
1) Gejala umum
Gejala-gejala hipertensi yang umum dijumpai antara lain pusing, mudah
marah, telinga berdenging, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
2) Gejala klinis
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, atau
migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi (Dalimartha, 2008: 13).

2.3.5 Patofisiologi

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah


antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume caran tubuh, sistem
renin angioestin dan autoregulasi vascular. Baroresptor arteri terutama ditemukan
disinus carotid, tetapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor
ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem beroreseptor meniadakan peningkatan
tekanan arteri melelui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vegal
(stimulasiparasimpati) dan vasodilatasi dengan penurunantonus parasimpatis.
Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik
bila tekanan menigkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi
belum diketahui. Hal ini ditunjukkan untuk menaikan re-setting sensivitas
baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun
penurunan tekanan tidak ada. Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan
arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah
menigkat melalui mekanisme fisiologis kompleks yang mengubah aliran vena
kejantung dan mengakibatkan penigkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi
secara adekuat penigkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan
tekanan darah, kondisi patologis, yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekresikan garam dan air akan menigkatkan tekanan arteri sitemik.
27

Rennin dan angioestin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.


Ginjal memproduksi rennin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat
protein plasma untuk memisahkan angioestin I, yang kemudian diubah oleh
converting enzym dalam paru menjadi angioestin II kemudian menjadi angioestin
III. Angioestin II dan III mempunyai aksi vasokotriktor yang kuat pada pembuluh
darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosetron.
Aldosetron sangat bermakna dalam hipertensi terutama aldosetron primer. Melalui
penigkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angioestin II dan III juga mempunyai
efek inhibiting atau penghambat pada ekresi garam (natrium) dengan akibat
penigkatan tekanan darah. Autoregulasi vascular adalah suatu proses yang
mempertahankan perfusi jaringan tubuh relative konstan. Jika aliran berubah,
proses-proses autoregulasi akan menurunkan tekanan tahanan vascular nampak
menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan
overload garam dan air (Udjanti,2010:103).

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Udjanti (2010: 115) pemeriksaan diagnostik penderita hipertensi


adalah sebagai berikut:
1) Hitung darah lengkap (Complete blood cells count) Hitung darah lengkap
meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan
indikator faktor seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) Kimia darah
(1) BUN, kreatinin, peningkatan kadar menandakna penurunan perfusi atau faal
renal
(2) Serum glukosa, hiperglisemia (diabetes melitus atau presipitator hipertensi)
akibat penigkatan kadar katekolamin.
(3) Kadar kolesterol atau trigleserida, peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plague atheromatus.
(4) Kadar serum aldosetron, menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
28

(5) Asam urat, Hiperucimia merupakan implikasi faktor hipertensi.


3) Elektrolit
(1) Serum pottasium dan kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya
aldosetron atau efek diuretik).
(2) Serum kalium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4) Urine
(1) Analisis urine adanya darah, protein, glokusa dalam urine mengindisikan
disfungsi renal atau diabetes.
(2) Urine VMA (catecholime metabolite) penigkatan kadar mengindikasikan
adanya pheochromacytoma.
(3) Steroid urine. Peningkatan kadar mengindisikan hiperadreanalisme,
pheochomacytoma, atau disfungsi pituitary, sindrom Cushings kadar renin
juga meningkat.
5) Radiologi
(1) Intra Venous Pyeolografi(IVP) mengedentifikasikan penyebab hipertensi
seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate hyperplasia
(BPH).
(2) Rontgen Toraks, menilai adanya klasifikais obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta dan pembesaran jantung.
6) EKG
Menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau
distrimia.

2.3.7 Komplikasi

Menurut Palmer (2007: 86) mengatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat
menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh sebagai berikut:
1) Komplikasi pada otak(stroke)
Aliran darah diarteri terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan
gangguan aliran darah diarteri koroner saat serangan jantung atau angina. Apabila
29

otak kekurangan oksigen nutrisi akibat pembuluh darah diotak, tersumbat, maka
akan mengakibatkan terjadinya stroke.
2) Komplikasi pada mata
Hipertensi dapat mempersempit dan menyumbat arteri dimata, sehingga
menyebabkan kerusakan pada retina. Keadaan ini disebut penyakit vaskuler retina.
Jika berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati dan berdampak kebutaan.
3) Komplikasi pada jantung
Suatu keadaan dimana secara progresif jantung tidak dapat memompa darah
keseluruh tubuh secara efisien. Jika fungsi semakin memburuk, maka akan timbul
tekanan balik sistem sirkulasi yang menyebabkan kebocoran dari kapiler terkecil
paru. Hal ini akan menimbulkan sesak nafas dan menimbulkan pembengkakan
dikaki dan pergelangan kaki.
4) Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut
(vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi keginjal terganggu.

2.3.8 Penatalaksanaan Medis


1) Non Farmakologis
Terapi non farmakologi terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik
serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
(1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan diusia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya.oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam
prevensi dan kotrol hipertensi.
(2) Meningkatkan aktivitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi sebesar 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu aktifitas fisik antara 30-50 menit
sebanyak>3/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
30

(3) Mengurangi asupan natrium


Apabila diet tidak membantu dalam enam bulan, maka perlu pemberian obat
anti hipertensi oleh dokter.
(4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara alkohol lebih dari 2-3 gelas
dapat meningkatkan resiko hipertensi.
2) Farmakologis
Terapi farmakologis yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan oleh JNC
yaitu diuretika, jenis thiazide (Thiaz) atau aldosetron antagonis, beta blocker yaitu
diuretika, calcium chanel, blockeratau, calcium antagonis, angioestin
Converting,Enzyme Inhibitor (ACEI), angiotensin II Recceptor Blockeratau AT 1
receptor antagonis/blocker (ARB) (Sudoyo, dkk, 2009: 1082).
31

2.4 Penelitian Terkait


2.4.1 Legowo, (2014) Hubungan Pengetahuan Pasien Dan Dukungan Keluarga
Dengan Motivasi Pelaksanaan Diet Rendah Garam Pada Pasien Hipertensi Di
Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Tabel 2.5 Pengetahuan Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi
Pelaksanaan Diet Rendah Garam Pada Pasien Hipertensi Di RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Judul, Nama, Variabel penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Tahun
Hubungan Variabel Jenis dan rancangan Hasil penelitian
Pengetahuan Pasien independen: penelitian ini yaitu menunjukkan
Dan Dukungan P engetahuan observasional dengan bahwa sebagian
Keluarga Dengan pasien dan pendekatan cross besar responden
Motivasi dukungan keluarga sectional. Tehnik memiliki
Pelaksanaan Diet Variabel dependen: pengambilan sampel pengetahuan
Rendah Garam Motivasi yaitu sequential random yang baik
Pada Pasien Pelaksanaan Diet sampling, Pengumpulan (76,5%),
Hipertensi Di Rsud Rendah Garam data melalui wawancara dukungan
Dr. Soehadi Pada Pasien dengan mengunakan keluarga yang
Prijonegoro Sragen Hipertensi kuesioner cukup 67,6%
dan motivasi
pelaksanaan diet
rendah garam
yang baik
82,4%.
Sumber : Isnain Agung Legowo (2014)
32

2.4.2 Runtukahu, Rifinda Finny (2015) Analisis faktor-faktor yang berhubungan


dengan kepatuhan melaksanakan diet pada penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas wolaang kecamatan langowan timur
Tabel 2.6 Runtukahu, Rifinda Finny (2015) Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan melaksanakan diet pada penderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas wolaang kecamatan langowan
timur
Judul, Nama, Tahun Variabel penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Analisis faktor-faktor Variabel independen: Penelitian ini bersifat Hasil penelitian sikap
yang berhubungan faktor-faktor yang deskriptif analitik kategori baik 50
dengan kepatuhan berhubungan dengan dengan pendekatan responden (80,6%) dan
melaksanakan diet kepatuhan cross sectional, jumlah kategori kurang 12
pada penderita melaksanakan diet sampel 62. responden (19,4 %).Hasil
hipertensi di wilayah Variabel dependen: penelitian pada tabel
kerja puskesmas kepatuhan diatas distribusi
wolaang kecamatan melaksanakan diet responden berdasarkan
langowan timur Motivasi petugas
kesehatan kategori baik
53 responden (85%) dan
kategori kurang 9
responden (14,5 %).Hasil
penelitian pada tabel
diatas distribusi
responden berdasarkan
kepatuhan diet hipertensi
kategori baik 46
responden (74%) dan
kategori kurang 16
responden (25,8 %).
Sumber: Runtukahu, Rifinda Finny (2015)

2.5 Kerangka Konseptual


Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan
dan teori (Nursalam 2013: 49). Kepatuhan diet hipertensi dipengaruhi atau
terbentuk dari persepsi yang timbul dari tingkat pengetahuan, terbentuknya
perilaku ini dimulai dari domain kognitif (pengetahuan) dalam arti dapat
memahami tentang pengertian diet hipertensi.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting bagi terbentuknya
tindakan seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih utuh (long
lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoadmodjo, 2007: 17).
33

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri.
Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh
terhadap faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam mengontrol
penyakitnya, terutama dalam kepatuhan diet. dukungan keluarga sangatlah
penting. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian
dan dukungan keluarga tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk
menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita yang
mengikuti saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan
penyakitnya (Notoatmodjo, 2007: 92).
Berdasarkan uraian diatas kerangka konseptual dalam penelitian analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pasien hipertensi di
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, adalah sebagai berikut:

Faktor pengetahuan Tingkat kepatuhan diet


hipertensi pada pasien
hipertensi
Faktor motivasi

Faktor dukungan keluarga

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berpengaruh

GBagan 2.1 Kerangka konseptual Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Diwilayah
kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
34

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan
antara 2 atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab pertanyaan dalam
penelitian (Nursalam, 2013: 49).
Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian, yaitu: Hipotesis alternatif
(Ha) menyatakan adanya hubungan, pengaruh antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua variabel. Berdasarkan variabel yang akan di ambil,
peneliti menetukkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

2.6.1 Hipotesis alternatif (Ha)


Hipotesis alternatif (Ha) adalah menyatakan adanya suatu hubungan,
pengaruh dan perbedaan antara dua atau lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan
pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab akibat.
Hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah:
1) Terdapat pengaruh tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
2) Terdapat pengaruh motivasi dengan kepatuhan diet hipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
3) Terdapat pengaruh dukungan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada
pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
35

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakkan jenis penelitian analitik, dalam dengan metode
penelitian yang digunakan dengan cross sectional, cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu waktu (Notoatmodjo, 2012: 38).
Penelitian analitik merupakan penelitian yang terdiri atas variabel bebas dan

terikat, membutuhkan jawaban mengapa dan bagaimana, penelitian ini biasanya

menggunakan analisis statistik inferensial (Hidayat,2007). Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi

pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka

Raya.

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional yaitu pengukuran


variabel independen dan dependen dalam waktu bersamaan, jenis penelitian
analitik yaitu akan menjawab mengapa, dan bagaimana pengetahuan, motivasi,
dukungan keluarga berpengaruh pada kepatuhan diet hipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan bagan kerja kegiatan penelitian yang akan
dilakukan kerangka kerja meliputi populasi, sampel, teknik sampel penelitian,
teknik pengumpulan data, dan analisis data (Hidayat, 2008: 31). Adapun kerangka
kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

35
36

Populasi
Semua pasien hipertensi dengan riwayat hipertensi yang ada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Sampel
Pasien hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
berjumlah 37 responden

Sampling
Nonprobability sampling: Porpusiv Sampling

Informed Consent

Variabel Independent Variabel Depedent


Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan diet hipertensi
kepatuhan diet hipertensi
1. Pengetahuan
2. Motivasi
3. Dukungan keluarga

Pengumpulan data dengan menggunakkan kuesioner

Analisa data
Menggunakkan coding, editing, scoring, tabulating, analisis ditentukan dengan
Regresi Liner berganda

Hipotesis alternatif diterima

Penyajian hasil dan kesimpulan

Bagan 3.1 Kerangka kerja penelitian Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
37

3.3 Variabel Penelitian


Menurut Nursalam (2013: 175) variabel adalah perilaku untuk karakteristik
yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu, variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai Notoatmodjo, (2012: 103).

3.3.1 Variabel Independen


Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Hidayat, 2014: 78).
Variabel independen merupakan variabel risiko atau sebab Notoatmodjo,
(2012: 104), variabel Independen dalam penelitian ini adalah:
1) Pengetahuan tentang diet hipertensi pada pasien hipertensi diwilayah kerja
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2) Motivasi pelaksanaan diet hipertensi pada pasien hipertensi diwilayah kerja
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
3) Dukungan keluarga pada pasien hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.

3.3.2 Variabel Dependen


Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan
oleh variable lain. Variabel respon akan muncul akibat dari manipulasi variabel-
variabel lain (Nursalam 2013: 177).
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat dari variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap
perubahan, variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome atau
event (Hidayat, 2014: 78). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kepatuhan diet hipertensi.
38

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarakan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013: 181).
Definisi operasional variabel adalah definisi variabel berdasarkan sesuatu
yang dilaksanakan dalam penelitian, sehingga variabel tersebut dapat diukur,
diamati, atau dihitung (Putra, 2012: 175)
Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel berikut:
39

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Independen Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Interval A. Jawaban
Tingkat seseorang dengan riwayat 1. Pengetahuan 1. 1-4 0 = Salah
Pengetahuan hipertensi tentang apa yang tentang diet 1 = Benar
tentang diet boleh dan tidak boleh hipertensi 2. 5-11 B. Penilaian
hipertensi dikonsumsi dalam menjaga 2. Pengetahuan Sp
peningkatan tekanan darah. tentang jenis diet N: x100%
bagi penderita 3.12-15 Sm
hipertensi
3. Pengetahuan 4.16-17 N : Nilai pengetahuan
tentang jenis Sp : Skor yang akan
makanan untuk didapat
diet hipertensi Sm : Skor tertinggi
4. Pengetahuan maksimum
tujuan diet C. Kategori
hipertensi Baik : 76-100%
Cuku p : 56-75%
Kurang : <55%

39
40

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor

61pp
Motivasi Suatu dorongan dalam diri Kuesioner Interval A. Jawaban :
seseorang dengan riwayat 1. Memeriksakan 1. 1-2 Selalu : 4
hipertensi untuk tetap patuh kesehatan Sering : 3
pada diet hipertensi 2. Menjaga pola 2. 3-9 Kadang-kadang : 2
makan Jarang : 1
3. Selalu 3. 10-13 Tidak pernah:0
menjalankan diet
hipertensi. B. Penilaian
Sp
N: x100%
Sm

N : Nilai akhir
Sp : Skor yang akan
didapat
Sm : Skor tertinggi
maksimum
C. Kategori
Tinggi: 76-100%
Sedang : 56-75%
Rendah : <55%

40
41

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Dukungan Suatu bentuk tindakan dan Kuesioner Interval A. Jawaban
keluarga perhatian yang diberikan 1. Dukungan 1.1-5 Tingkat dukungan : 0-4
keluarga untuk penderita emosional 2.7-11 Selalu : 4
hipertensi untuk tetap patuh 2. Dukungan 3.12-17 Sering : 3
pada diet hipertensi. instrumental Kadang-kadang : 2
3. Dukungan Jarang : 1
informasional Tidak pernah : 0
B. Penilaian
Sp
N: x100%
Sm

N : Nilai akhir
Sp : Jumlah nilai yang
diperoleh
Sm : Jumlah nilai
maksimal
C.Kategori
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : <55%

41
42

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor


Dependen Segala sesuatu yang dipatuhi Kepatuhan : Kuesioner Ordinal A. Jawaban
Kepatuhan Diet seseorang dengan riwayat 1. Mengurangi 1. 1-3 Patuh :1
Hipertensi hipertensi tentang apa yang makanan yang Tidak patuh : 0
boleh dan tidak boleh berlemak B. Penilaian :
dikonsumsi dalam menjaga 2. Mengkonsumsi 2. 4-6 X
peningkatan tekanan darah. makanan tinggi P x100%
serat N
3. Mengurangi 3. 7-9 P : Nilai kepatuhan
makanan yang X : Jumlah jawaban
diasinkan atau yang benar
diawetkan N : Jumlah pertanyaan
4. Mengkonsumsi 4. 9-12 100% : Nilai konstanta
makanan yang C.Kategori
dianjurkan untuk Sangat Patuh : 76-100%
diet hipertensi Cukup patuh : 56-75%
5. Mengurangi Kurang patuh : <55%
konsumsi makanan 5. 13-17
yang tidak
dianjurkan untuk
diet hipertensi

42
43

3.5 Populasi, Sampel dan Sampling


3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013: 169). Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian (Putra, 2012: 155). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien hipertensi yang menderita hipertensi.

3.5.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi disebut sampel
(Putra, 2012: 155). Sampel dalam penelitin ini adalah 37 sampel.
Syarat-syarat sampel adalah representatif (mewakili) dam sampel harus
cukup banyak (Nursalam, 2013:171).
3.5.2.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013:172). Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Pasien hipertensi yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
2) Pasien yang sehat.
3) Pasien yang bersedia menjadi responden.
4) Pasien yang sedang berada ditempat pada saat dilakukan penelitian.
5) Pasien yang kooperatif.
3.5.2.2 Kriteria Eksklusi
Menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteri inklusi
dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013:172). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah:
1) Bukan pasien hipertensi yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.
2) Pasien yang baru pertama terkena hipertensi.
44

3) Pasien yang mengalami nyeri kepala.

3.5.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keselurahan subjek penelitian (Nursalam,2013: 173).
Teknik pengambilan sampel dengan Nonprobability Sampling yaitu dengan
pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Purposive sampling merupakan
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan masalah dalam penelitian) sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal
sebelumnya (Nursalam, 2013: 174).
Peneliti mengambil sampel secara purpusiv sampling yaitu dengan memilih
sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti yaitu orang yang
menderita hipertensi.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


3.6.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya Peneliti
memilih lokasi ini karena satu Puskesmas terbaik di daerah, tempatnya dekat,
mudah di jangkau dan terdapat populasi yang memenuhi kriteria penelitian yaitu
adalah pasien dengan hipertensi.

3.6.2 Waktu Penelitian


Penelitian analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya dilakukan
sekitar bulan Juni.
45

Tabel 3.2 Waktu Penelitian


Kegiatan Tanggal

Bimbingan proposal 1-10 mei 2016


Ujian proposal 19 mei 2016
Revisi proposal 23-30 Mei 2016
Uji validitas 1-7 juni 2016
Surat ijin penelitian 03-12 juni 2016
Penelitian 16-25 juni 2016
Bimbingan Penulisan Juni-juli 2016

3.7 Validitas dan Reliabilitas


3.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat validitas
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah (Budiman, 2013: 22). Uji validitas dilakukan
untuk menguji validitas setiap pertanyaan angket. Jika pertanyaan tidak valid,
maka pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang
sudah valid kemudian baru secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Kayon

dengan menggunakan 30 responden dan diuji menggunakan program komputer,

hasil uji validitas adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan

reliabilitas didapatkan bahwa dari 30 item pertanyaan kuesioner pengetahuan

diet hipertensi ada 13 pernyataan yang tidak valid karena memiliki nilai r

hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung < 0,31). Item pernyataan yang tidak

valid masing-masing pada item nomor 1, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 15, 20, 22, 27,

30 dan dikeluarkan dari instrumen sehingga jumlah pertanyaan yang dapat

digunakan untuk pengumpulan data yaitu berjumlah 17 item pernyataan.


46

2) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan

reliabilitas didapatkan bahwa dari 20 item pertanyaan kuesioner motivasi diet

hipertensi ada 7 pernyataan yang tidak valid karena memiliki nilai r hitung

lebih kecil dari r tabel (r hitung < 0,38). Item pernyataan yang tidak valid

masing-masing pada item nomor 1, 4, 6, 7, 11, 14, 16 dan dikeluarkan dari

instrumen sehingga jumlah pertanyaan yang dapat digunakan untuk

pengumpulan data yaitu berjumlah 13 item pernyataan.

3) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan

reliabilitas didapatkan bahwa dari 22 item pertanyaan kuesioner dukungan

keluarga ada 5 pernyataan yang tidak valid karena memiliki nilai r hitung lebih

kecil dari r tabel (r hitung < 0,38). Item pernyataan yang tidak valid masing-

masing pada item nomor 7, 11, 12, 15, 22 dan dikeluarkan dari instrumen

sehingga jumlah pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengumpulan data

yaitu berjumlah 17 item pernyataan.

4) Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas dan

reliabilitas didapatkan bahwa dari 25 item pertanyaan ada 8 pernyataan yang

tidak valid karena memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung <

0,34). Item pernyataan yang tidak valid masing-masing pada item nomor 1, 5, ,

6, 10, 11, 16, 17, 21 dan dikeluarkan dari instrumen sehingga jumlah

pertanyaan pada yang dapat digunakan untuk pengumpulan data yaitu

berjumlah 17 item pernyataan.

Validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS

melalui tahap-tahap sebagai berikut (Susilo, 2014: 155-158):


47

1) Input data dalam format SPSS.


2) Klik analyze dan pilih scale kemudian klik reliability analysis.
3) Pindahkan seluruh item pernyataan pada kotak item. Blok seluruh item
pernyataan pada kotak sebelah kiri dan pindahkan ke kotak di kanannya.
Kotak model ALPHA tetap saja.
4) Pilih Statistics dan pada kotak Descriptives for aktifkan item, scale, and
scale if item deleted kemudian continue dan OK.
5) Output validitas dan reliabilitas
6) Pada output Item-Total Statistics kolom corrected item-total correlation
bandingkan dengan nilai r tabel. Apabila lebih besar dari nilai r tabel, maka
item dinyatakan valid. Apabila nilai corrected item-total correlation ada
yang lebih kecil dari nilai r tabel maka item tidak valid dan dikeluarkan dari
instrumen penelitian. Pada nilai yang bersifat marginal dapat dilakukan
perbaikan pernyataan pada item kuesioner.
Langkah-langkah mencari nilai r tabel dan t tabel dengan menggunakan
SPSS (Susilo, 2014: 159):
1) Nilai t table dicari dengan langkah menentukan df (derajat bebas) = N
(jumlah item instrumen penelitian riset) 2.
2) Buka SPSS klik data view isikan nilai df dengan N 2 lalu transform
selanjutnya pilih compute variable.
3) Isikan pada kolom target variable t_0.05 pada level signifikansi 95%.
Kemudian pada kotak Numeric expression, ketik rumus IDF.T(0.95,df) dan
OK.
4) Maka didapat nilai t tabel.
5) Selanjutnya untuk mencari r table, ulangi lagi dengan transform dan compute
variable. Pada kotak target variable ketik r_0.05 sedangkan pada kotak
numeric expression ketik rumus t_0.05/SQRT(df+t_0.05**2).
6) Luaran nilai r yang dipergunakan sebagai cut of point uji validitas pada
kuisioner.
Hasil uji akan dibandingkan antara nilai r hitung dan r tabel dengan taraf
signifikan 0,05.
48

3.7.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmojo, 2012:168).
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta
atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu berlainan,
alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang
penting dalam waktu bersamaan (Nursalam, 2013: 184).
Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara
membandingkan tabel dengan r hasil. Jika nilai r hasil adalah alpha yang terletak
diawal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap pertanyaan
dikatakan valid, jika r alpha lebih besar dari konstanta, maka pertanyaan tersebut
reliabel (Budiman, 2013 : 22).
Nilai realibilitas dapat dilihat pada tabel luaran reability statistics pada nilai
Alpha Croanbachs (Susilo, 2014: 167).
Tabel 3.3 Tingkat reabilitas berdasarkan nilai alpha
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 sampai dengan 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 sampai dengan 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 sampai dengan 0,60 Reliabel
>0,60 sampai dengan 0,80 Cukup Reliabel
>0,80 sampai dengan 1,00 Sangat Reliabel
Sumber: Notoatmodjo, (2010: 106).

Uji reabilitas pada penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Kayon

dengan menggunakan 30 responden dan diuji menggunakan program komputer,

hasil uji reabilitas adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan tabel reabilitas (tabel terlampir), nilai Alpha Cronbachs pada


kuesioner pengetahuan diet hipertensi didapatkan 0.868 menunjukkan bahwa
instrumen penelitian sangat reliabel.
49

2) Berdasarkan tabel reabilitas (tabel terlampir), nilai Alpha Cronbachs pada


kuesioner motivasi diet hipertensi didapatkan 0.849 menunjukkan bahwa
instrumen penelitian sangat reliabel.
3) Berdasarkan tabel reabilitas (tabel terlampir), nilai Alpha Cronbachs pada
kuesioner dukungan keluarga didapatkan 0.875 menunjukkan bahwa
instrumen penelitian sangat reliabel.
4) Berdasarkan nilai tabel reabilitas (tabel terlampir), Alpha Cronbachs pada
kuesioner kpatuhan diet didapatkan 0.865 menunjukkan bahwa instrumen
penelitian sangat reliabel.

3.8 Pengumpulan Data dan Analisa Data


Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data sebaiknya dilihat alat
ukur pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2014:86). Pengumpulan data adalah
suatu proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan data karakteristik subjek
yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013: 191).

3.8.1 Proses Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian
dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2013: 191). Selama proses
pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih tenaga
pengumpulan data, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar data
dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan data
menggunakan alat ukur yang disusun agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat
ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/angket,
observasi, wawancara atau gabungan ketiganya (Hidayat, 2009: 86). Pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket. Menurut Arikunto
(2010: 194), kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
50

untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui.
Tahap pengumpulan data dimulai dari pengajuan judul proposal diterima,
pelaksanaan ujian proposal, melakukan revisi setelah ujian yang diselingi dengan
uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan. Pengajuan ke
pihak sekretariat institusi untuk meminta surat izin penelitian, surat izin penelitian
dikeluarkan setelah diproses selama 3 hari, diserahkan ke Badan Penelitian,
Pengembangan, Inovasi Dan Teknologi Pemerintah Kota Palangka Raya diproses
selama 2 hari dan selanjutnya diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota diproses
selama 5 hari. Surat izin yang telah dikeluarkan dari Dinas Kesehatan Kota
selanjutnya diserahkan ke sub-bagian tata puskesmas untuk dilakukan disposisi ke
kepala puskesmas/CI UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, setelah
mendapat izin dan memenuhi syarat administrasi peneliti melakukan
pengumpulan data pada sampel yang telah ditetapkan. Pengumpulan data
dilakukan pada UPTD Puskesmas Pahandut. Pengumpulan data dilakukan dengan
pengisian instrumen pengetahuan diet hipertensi, motivasi diet hipertensi,
dukungan keluarga terhadap diet hipertensi, dan kepatuhan diet hipertensi, yang
diisi oleh responden.. Kuesioner yang telah diisi kemudian dilakukan pengecekan
pada jumlah dan masing-masing pernyataan dari kuesioner, selanjutnya peneliti
melakukan tabulasi dan analisa data.

3.8.2 Instrument Pengumpulan Data


Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan
data agar memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data tersebut
antara lain dapat berupa kuesioner/angket, observasi, wawancara atau gabungan
ketiganya Hidayat (2014: 86). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner, dan wawancara.
a) Kuesioner
Kuesioner adalah alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa
pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner mampu menggali hal-hal
yang bersifat rahasia, pembuatan kuesioner mengacu pada parameter yang sudah
51

dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Hidayat 2014:
86). Pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada
subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2013: 188).
Kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden adalah jenis pertanyaan
tertutup (closedended question).
52

Tabel 3.4 Kuesioner Penelitian


No Variabel Indikator Nomor soal Jumlah Jawaban
soal
1 Tingkat 1. Pengetahuan tentang 1-4 4 soal C,A,B,B
Pengetahuan diet hipertensi
tentang diet 2. Pengetahuan tentang
hipertensi jenis diet bagi 5-11 7 soal C,A,A,A,C,A,A
penderita hipertensi
3. Pengetahuan tentang 12-17 4 soal C,A,B,B
jenis makanan untuk
diet hipertensi
4. Pengetahuan kegunaan 16-17 2 soal A,A,
diet hipertensi

Total Pertanyaan 17 soal


2 Motivasi 1. Memeriksakan 1-2 2 soal 1-4
kesehatan
2. Menjaga pola makan 3-9 7 soal 1-4
3. Selalu menjalankan
diet hipertensi. 10-13 4 soal 1-4
Total pertanyaan 13 soal
3 Dukungan 1. Dukungan emosional 1-5 5 soal 1-4
keluarga 2. Dukungan
instrumental 7-11 5 soal 1-4
3. Dukungan
informasional 12-17 7 soal 1-4

Total pertanyaan 17 soal


4 Kepatuhan 1. Mengurangi 1-3 3 soal Ya,Ya, Tidak,
diet hipertensi makanan yang Ya
berlemak
2. Mengkonsumsi 4-6 3 soal Ya, Ya, Ya, Ya,
makanan tinggi serat Ya
3. Mengurangi
makanan yang 7-9 3 soal Tidak, Ya,
diasinkan atau Tidak, Tidak,
diawetkan Tidak
4. Mengkonsumsi
makanan yang 9-12 4 soal Ya, Ya, Ya, Ya
dianjurkan untuk
diet hipertensi
5. Mengurangi Tidak,Tidak,
konsumsi makanan 13-17 5 soal Tidak,Tidak,
yang tidak Ya,Tidak,Tidak,
dianjurkan untuk
diet hipertensi

Total pertanyaan 17 soal


53

b) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
sasaran penelitian (respoden) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang tersebut (face to face) dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2012: 139).
Peneliti melakukan wawancara pada responden pada saat menanyakan
riwayat hipertensi responden, saat meminta persetujuan responden mengisi
angket.

3.8.3 Analisa Data


Analisa data menjelaskan tentang metode statitik yang digunakaan dalam
menganalisis data hasil penelitian (Hidayat 2014: 170), dalam tahap ini data
diolah dan dianalisis dengan teknik- teknik tertentu, data kualitatif diolah dengan
teknik analisa kualitatif, sedangkan data kuantitatif dengan menggunakan anlisa
kuantitatif, untuk pengolahan data kuatitaif dapat dilakukan dengan tangan dan
melalui proses komputerisasi, dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data,
perhitungan-perhitungan statistik (Notoatmodjo, 2012: 174). Tujuan dilakukan
analisis data adalah:
1) Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam
tujuan penelitian.
2) Membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
3) Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan
kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012:
180).
3.8.3.1 Pengolahan Data
Sebelum melakukan analisis data ada empat hal harus dilakukan terhadap
data penelitian yang sudah terkumpul (Putra, 2012: 215).
1) Editing (Penyuntingan)
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan
54

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut
(Notoatmodjo, 2012: 176):
(1) Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.
(2) Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau
terbaca.
(3) Apakah jawaban sudah relevan dengan jawaban.
(4) Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan
yang lainnya.
Setelah intrumen kuesioner diberikan,peneliti mengecek kembali apakah
jawaban lengkap atau sudah terisi oleh responden.
2) Coding (Pengkodean)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisis data menggunakan komputer (Hidayat 2014:108).
(1) Coding untuk data demografi jenis kelamin:
a) Laki-laki =1
b) Perempuan =2
(2) Coding untuk data demografi umur responden:
a) 20-30 tahun =1
b) 31-40 tahun =2
c) 41-50 tahun =3
d) >50 tahun =4
(3) Coding untuk data demografi pendidikan:
a) Tidak sekolah =1
b) SD =2
c) SMP =3
d) SMA =4
e) Perguruan Tinggi =5
(4) Coding untuk Pekerjaan:
a) Tidak Bekerja = 1
b) PNS/TNI/POLRI =2
55

c) Swasta =3
d) Pensiunan PNS =4
(5) Coding pengetahuan
a) Baik =1
b) Cukup =2
c) Kurang =3
(6) Coding motivasi
a) Tinggi =1
b) Sedang =2
c) Rendah =3
(7)Coding dukungan keluarga
a) Baik =1
b) Cukup =2
c) Kurang =3
(8) Coding kepatuhan diet
a) Sangat patuh =1
b) Cukup patuh =2
c) Kurang patuh =3
3) Scoring
Scoring yaitu menetukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan,
tentukan nilai terendah dan tertinggi, tetapkan jumlah kuesioner dam bobot
masing-masing kuesioner
Variabel independen.
1) Tingkat pengetahuan
(1) Baik : <76-100%
(2) Cukup : 56-75%
(3) Kurang : <55%
2) Motivasi
(1) Tinggi : 76-100%
(2) Sedang : 56-75%
(3) Rendah : <55%
56

3) Dukungan keluarga
(1) Baik : <76-100%
(2) Cukup : 56-75%
(3) Kurang : <55%
Variabel dependen
1) Kepatuhan diet hipertensi
(1) Patuh : 76- 100%
(2) Cukup patuh : 56-75%
(3) Kurang patuh : <55%
4) Tabulating
Tabulating atau tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat
tabulasi yaitu memasukan data ke dalam tabel, mengatur semua angka,
sehinggadapat dihitung dalam berbagai kategori. Tabulasi dilakukan setelah
proses editing dan scoring selesai.
Menurut Nursalam, (2014: 28), membuat tabulasi termasuk dalam kerja
memperoleh data. Tabulasi yang dilakukan dengan memberi skor
(scoring)terhadap item-item yang perlu diberi skor dan mengklasifikasi jawaban
dari responden menurut macamnya.
3.8.5.2 Langkah-langkah analisis data
Setelah empat langkah tahapan diatas selesai maka langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah menganalisis data. Menurut Suyanto (2011) dalam
Putra (2012: 217) langkah pertama adalah analisis deskriptif/analisis univariat
atau analisis sederhana lalu analisis lanjut (statistik inferensial)
1) Analisa deskriptif
Statistik kategori ini merupakan metode dan prosedur statistik yang
digunakan , hanya terbatas pada pengumpulan, penyajian, dan analisa data dalam
bentuk narasi tabulasi atau diagram serta perhitungan presentase, nilai rata-rata,
standar deviasi dan lain-lain dari data sampel tanpa perlu adanya peramalan dan
pembuktian statistik terhadap grup data lebih luas atau populasi (Chandra, 2012:
2).
57

Salah satu pengamatan yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah
pengamatan terhadap tabel frekuensi dan presentase untuk setiap kategori
(Nursalam 2013: 200). Variabel yang berskala ordinal (ketegorikal), maka
penyajian dapat berbentuk tabel distribusi, frekuensi, dapat pula berbentuk
diagram yang selanjutnya diinterpretasikan (Riwidikdo, 2014: 39).
Dalam statistik deskritif pengumpulan dan penyajian data mengenai:
(1) Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
(2) Motivasi Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
(3) Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
(4) Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
2) Analisa inferensial
Dalam pengujian inferensial, uji digunakan harus sesuai dengan rancangan
penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan menimbulkan penafsiran
yang salah dan yang tidak dapat digeneralisasi (Nursalam, 2014: 201).
(1) Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel
dependen (Notoatmodjo, 2012: 184). Uji statistik yang digunakan adalah uji
regresi linier berganda. Uji regresi linier berganda adalah analisis untuk mengukur
besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel independen terhadap satu
variabel dependen (Priyatno, 2012: 127). Penelitian ini menggunakan analisis
multivariat karena terdiri dari tiga variabel independen (pengetahuan ,motivasi,
dukungan keluarga) dan satu variabel dependen (kepatuhan diet). Menggunakan
uji regresi linier berganda karena untuk mengetahui pengaruh secara simultan
pengetahuan ,motivasi, dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet
Menurut Supranto (2004: 56-76) dalam Susilo (2014: 45), manfaat analisis
regresi linier berganda meliputi:
58

1) Dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel


bebas/yang memprediksi dan dibentuk dalam model matematis penelitian
(yang tercakup dalam persamaan) terhadap variabel terikat, kalau variabel
bebas tersebut naik 1 unit dan variabel lainnya tetap dengan menggunakan
nilai koefisien regresi parsial.
2) Dimanfaatkan untuk meramalkan/memprediksi nilai variabel terikat Y,
kalau seluruh variabel bebas sudah diketahui nilainya dan semua koefisien
regresi parsial sudah dihitung.
Uji regresi linier berganda merupakan salah satu analisis parametrik yang
mensyaratkan model kelayakan regresi linier berdasarkan hal-hal sebagai berikut
(Sarwono, 2010: 182).
1) Model regresi dikatakan layak jika angka signifikansi pada ANOVA < 0,05.
2) Predictor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini
diketahui jika angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation.
3) Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji T.
Koefisien regresi signifikan jika T hitung > T tabel.
4) Tidak boleh terjadi multikolinieritas. Artinya tidak boleh terjadi korelasi
yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. Syarat ini hanya
berlaku untuk regresi linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu.
5) Tidak terjadi autokorelasi.
6) Keselarasan model regresi dapat diterangkan dengan menggunakan nilai R2.
Semakin besar nilai tersebut maka model semakin baik. Jika nilai mendekati
1 maka model regresi semakin baik. Nilai R2 mempunyai karakteristik selalu
positif, dan nilai R2 maksimal sebesar 1. Jika nilai R2 sebesar 1 maka akan
mempunyai arti kesesuaian yang sempurna. Maksudnya, seluruh variasi
dalam variabel Y (variabel dependen) dapat diterangkan oleh model regresi.
Sebaliknya, jika R2 sama dengan 0 maka tidak ada hubungan linier antara X
(variabel independen) dan Y (variabel dependen).
7) Terdapat hubungan linier antara variabel X (variabel independen) dan Y
(variabel dependen).
8) Data harus berdistribusi normal.
59

9) Data berskala interval atau rasio.


Berdasarkan syarat uji tersebut, maka dalam penelitian ini akan dilakukan
transformasi data ke interval karena data masing-masing variabel masih berskala
ordinal. Menurut Susilo (2014: 73), mentransformasikan data interval bertujuan
untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik, di mana data setidaknya
berskala interval.
1) Data Outlier
Langkah selanjutnya setelah melakukan transformasi untuk mendapatkan
normalitas data adalah mendeteksi adanya data outlier. Data outlier pada
penelitian ini menggunakan batas kritis diantara nilai 2,5 dan dinyatakan outlier
jika nilai lebih dari 2,5 (Ghozali, 2011: 41).
Hasil uji data outliner pada variabel pengetahuan, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.5 Zscore (Pengetahuan)
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Keterangan
-1,97498 7 18,9 18,9 18,9 Signifikan
,20041 16 43,2 43,2 62,2 Signifikan
Valid
,75845 14 37,8 37,8 100,0 Signifikan
Total 37 100,0 100,0 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa tidak terdapat data outlier.


Hasil uji data outliner pada variabel motivasi, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.6 Zscore(Motivasi)
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Keterangan
-2,03785 7 18,9 18,9 18,9 Signifikan
,44417 25 67,6 67,6 86,5 Signifikan
Valid
,63214 5 13,5 13,5 100,0 Signifikan
Total 37 100,0 100,0 Signifikan
60

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa tidak terdapat data


outlier.
Hasil uji data outliner pada variabel dukungan keluarga, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Zscore (Dukungan Keluarga)
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Keterangan
-1,80401 7 18,9 18,9 18,9 Signifikan
-,60561 6 16,2 16,2 35,1 Signifikan
Valid
,67757 24 64,9 64,9 100,0 Signifikan
Total 37 100,0 100,0 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa tidak terdapat data outlier.


Hasil uji data outliner pada variabel kepatuhan diet, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.8 Zscore (Kepatuhan Diet)
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Keterangan
-1,80401 7 18,9 18,9 18,9 Signifikan
-,60561 6 16,2 16,2 35,1 Signifikan
Valid
,67757 24 64,9 64,9 100,0 Signifikan
Total 37 100,0 100,0 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa tidak terdapat data outlier.


Data yang diperoleh pada deteksi outlier dari 37 responden menunjukkan
bahwa tidak terdapat data outlier untuk variabel Zpengetahuan, variabel
Zmotivasi, dan variabel Zdukungan_keluarga, Zkepatuhan karena seluruh
observasi memiliki nilai yang berada dalam batas kritis 2,5. Hal tersebut terjadi
karena pada penelitian ini semua data dikoding dengan benar, tidak ada kekeliruan
saat entry data, dan tidak ada kekeliruan dalam menspesifikasi adanya missing
value sehingga tidak ada observasi yang menunjukkan nilai ekstrim dan unik dari
observasi lainnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah transformasi data,
deteksi data outlier, dan analisis missing value yaitu melakukan uji normalitas
data.
61

2) Normalitas Data
Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05 untuk menentukan data
terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikan kurang dari 0,05 berarti data
tidak terdistribusi normal, dan sebaliknya jika nilai signifikan lebih dari 0,05
berarti data terdistribusi normal.
Hasil uji normalitas variabel independen pengetahuan, motivasi, dukungan
keluarga, dan variabel dependen kepatuhan diet dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pengetahuan Motivasi Dukungan Kepatu
Keluarga han
N 37 37 37 37
Normal Mean 2,04405 2,43108 1,93632 1,93632
Parametersa,
b Std. Deviation ,528639 ,702250 ,519025 ,519025
Most Absolute ,390 ,482 ,400 ,400
Extreme Positive ,224 ,264 ,249 ,249
Differences Negative -,390 -,482 -,400 -,400
Kolmogorov-Smirnov Z 2,374 2,934 2,431 2,431
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel pengetahuan


nilai Kolmogorov Smirnov 2,347 dengan pobabilitas signifikansi 0,000, variabel
motivasi nilai Kolmogorov Smirnov 2,934 dengan pobabilitas signifikansi 0,000,
nilai Kolmogorov Smirnov variabel dukungan keluarga adalah 2,431 dengan
probabilitas signifikansi 0,000, dn , nilai Kolmogorov Smirnov variabel kepatuhan
diet adalah 2,431 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Probabilitas dari semua
variabel berada jauh di bawah = 0,05 yang artinya bahwa semua variabel tidak
terdistribusi secara normal. Data kemudian ditransformasi dengan menggunakan
grafik histogram (terlampir-lampiran 18) dan diuji kembali dengan uji
Kolmogorov Smirnov. Hasil uji menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada kedua
variabel signifikan dan masih jauh di bawah 0,05 (0,000 < 0,05) yang berarti
bahwa data yang sudah ditransformasi tetap tidak terdistribusi normal.
62

Model regresi linier berganda mengasumsikan hal-hal yang dikenal sebagai


asumsi klasik. Menurut Susilo (2014: 103), uji asumsi klasik pada regresi linier
berganda untuk menghasilkan model penelitian yang memiliki estimasi baik dan
bebas dari bias secara linier. Uji asumsi klasik menjadi persyaratan sebelum
melakukan analisis regresi berganda. Uji regresi linier berganda memiliki asumsi
klasik yang harus terpenuhi yaitu residual terdistribusi normal, tidak adanya
multikolinearitas, tidak adanya heteroskedastisitas, dan tidak adanya autokorelasi
pada model regresi, serta adanya kesesuaian dengan garis linier.
3) Uji asumsi klasik
(1) Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk melakukan identifikasi adanya
korelasi antar variabel independen (Susilo, 2014: 109).
Hasil uji multikolonieritas dapat dilakukan dengan beberapa uji salah
satunya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10 Analisis Multikolonieritas dengan Nilai R2
Variabel Variabel Nilai r Keterangan
Dependen Independen square (r 2 )
Pengetahuan Motivasi 0,445 Tidak multikolinearitas
Pengetahuan Dukungan
Keluarga 0,130 Tidak multikolinearitas
Motivasi Dukungan Tidak multikolinearitas
Keluarga 0,032

R2 0,679

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien r2 yang diperoleh


seluruhnya bernilai lebih kecil dari koefisien determinasi (R2) 0,445, 0,130,
0,032<0,679 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas pada model regresi.
63

Hasil uji multikolonieritas d dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance


Inflation Factor) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.11 Analisis Multikolonieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF (Variance
Inflation Factor)
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz T Sig. Collinearity Ket
Coefficients ed Statistics
Coefficient
s
B Std. Beta Tolera VIF
Error nce
(Constant) ,074 ,504 ,146 ,885
Pengetahuan ,188 ,147 ,191 1,273 ,212 ,936 1,068 Signifikan
Motivasi ,303 ,115 ,410 2,648 ,012 ,878 1,139 Signifikan
Dukungan
,383 ,150 ,383 2,554 ,015 ,936 1,069 Signifikan
Keluarga
a. Dependent Variable: Kepatuhan

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai tolerance ketiga variabel


lebih dari 0,10 (0,999 > 0,10) dan nilai VIF kurang dari 10 (1,001 < 10), maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen
dalam model regresi.
Hasil uji Multikolonieritas dengan Matrik Korelasi Antar Variabel Independen
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.12 Analisis Multikolonieritas dengan Matrik Korelasi Antar Variabel
Independen
Coefficient Correlationsa
Model Dukungan Motivasi Pengetahuan
Keluarga
Dukungan
1,000 ,091 -,331
Keluarga
Correlations
Motivasi ,091 1,000 -,657
Pengetahuan -,331 -,657 1,000
1
Dukungan
,019 ,002 -,008
Keluarga
Covariances
Motivasi ,002 ,016 -,015
Pengetahuan -,008 -,015 ,032
a. Dependent Variable: Kepatuhan

Berdasarkan tabel diatas, melihat nilai besaran korelasi antar variabel


independen motivasi tampak tingkat korelasi sebesar -0,657 atau sekitar 65,7%.
64

Oleh karena korelasi ini masih di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
(2) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji ada korelasi antar residual pada
model persamaan regresi berganda (Susilo, 2014: 110). Metode pengujian
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Hasil uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW test) dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.13 Analisis Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Mod R R Adjusted Std. Error of Durbin-Watson Keterangan
el Square R Square the Estimate
,679
1 a ,460 ,411 ,398182 1,369 Signifikan
a. Predictors: (Constant), DukunganKeluarga, Motivasi, Pengetahuan
b. Dependent Variable: Kepatuhan

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai DWhitung sebesar 1,575, nilai ini
akan dibandingkan dengan nilai DWtabel dengan menggunakan nilai signifikan 5%,
jumlah sampel 37 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k = 3) maka pada tabel
Durbin-Watson (terlampir-lampiran 19) akan didapatkan nilai dL = 1,307 dan dU
= 1,655. Oleh karena nilai DW 1,369 lebih besar dari batas bawah (dL) 1,307 dan
kurang dari dU = 1,655 (dL < DW < dU) = (1,307 < 1,369 < 1,655) dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kepastian atau kesimpulan pasti terjadi atau tidaknya
autokorelasi pada model regresi.
(3) Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2011: 139). Analisis pada penelitian ini menggunakan uji Glejser,
hasil uji glejser dapat dilihat pada tabel berikut:
65

Tabel 3.14 Analisis Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser


Model Unstandardized Standard T Sig. Keterangan
Coefficients ized
Coefficie
nts
B Std. Error Beta
(Constant) ,556 ,224 2,476 ,019 Signifikan
Pengetahuan -,012 ,123 -,024 -,101 ,920 Signifikan
1 Motivasi ,017 ,088 ,043 ,192 ,849 Signifikan
Dukungan
-,161 ,095 -,303 -1,697 ,099 Signifikan
Keluarga
a. Dependent Variable: faktorkepatuhan

Berdasarkan tabel diatas, variabel pengetahuan memiliki nilai signifikansi


variabel pengetahuan 0,920, variabel motivasi 0,849 dan dukungan keluarga 0,099
dan nilai tersebut berada di atas 0,05 sehingga menunjukkan tidak adanya
heteroskedastisitas.
(4) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:
160). Penelitian ini menggunakan uji statistik untuk mendeteksi apakah residual
terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat nilai kurtosis dan skewness
dari residual, serta dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(KS).
Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.15 Analisis Normalitas Residual dengan Nilai Kurtosis dan Skewness
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 37 -,780 ,388 2,206 ,759
Valid N (listwise) 37

Hitungan hasil Zskew dan Zkurt dengan rumus akan dibandingkan dengan
nilai kritisnya 1,96 dengan alpha 0,05 (Ghozali, 2011: 41).
S0 0,780 0 0,780 0 0,780
Zskew = = = = = ,
6/N 6/37 0, 162 0,402
66

K0 2,206 0 2,206 0 2,206


Zkurt = = = = = ,
24/N 24/37 0,648 0,804

Hasil perhitungan nilai Zskew dan Zkurt menghasilkan nilai yang ada
diantara nilai kritisnya 1,96. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal.
Uji normalitas dengan uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.16 Analisis Normalitas Residual dengan Uji Statistik Non-Parametrik
Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize Keterangan
Residual
N 37
Mean 0E-7
Normal
Std.
Parametersa,b ,38123017
Deviation
Absolute ,222
Most Extreme
Positive ,222
Differences
Negative -,166
Kolmogorov-Smirnov Z 1,352
Asymp. Sig. (2-tailed) ,052 Signifikan
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel diatas, besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,352


dengan tingkat signifikan jauh di atas 0,05 yaitu 0,52 yang berarti bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan dan residual terdistribusi secara normal dan
hasilnya konsisten dengan uji sebelumnya.
(5) Uji linearitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan
sudah benar atau tidak (Ghozali, 2011: 166).
Hasil uji linearitas dilakukan antara satu variabel independen dengan
variabel dependen, hasil uji linearitas variabel pengetahuan dengan kepatuhan diet
dapat dilihat pada tabel berikut:
67

Tabel 3.17 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Kepatuhan dengan
Pengetahuan
ANOVA Table
Sum of Df Mean F Sig. Keterangan
Squares Square
(Combined 2,60
1,290 2 ,645 ,088
Betw ) 9
een 5,10
Linearity 1,262 1 1,262 ,030
6
Kepatuhan * Gro Deviation
Pengetahuan ups from ,028 1 ,028 ,113 ,739 Signifikan
Linearity
Within Groups 8,407 34 ,247
Total 9,698 36

Berdasarkan tabel diatas, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikan jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
from Linearity sebesar 0,739 > 0,05.
Hasil uji linearitas variabel motivasi dengan kepatuhan diet dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 3.18 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Motivasi dengan
Kepatuhan

ANOVA Table
Sum of Df Mean F Sig. Keterangan
Squares Squar
e
(Combined 4,56
2,053 2 1,026 ,018
) 5
Betw
9,00
een Linearity 2,024 1 2,024 ,005
1
Kepatuhan Gro
Deviation
* Motivasi ups
from ,029 1 ,029 ,129 ,721 Signifikan
Linearity
Within Groups 7,645 34 ,225
Total 9,698 36

Berdasarkan tabel diatas, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikansi jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
from Linearity sebesar 0,721 > 0,05.
Hasil uji linearitas variabel duukungan keluarga dengan kepatuhan diet
dapat dilihat pada tabel berikut:
68

Tabel 3.19 ANOVA Table untuk Deteksi Linearitas Variabel Dukungan


Keluarga dengan Kepatuhan

ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig. Keterangan


Squares Square
(Combi
3,168 2 1,584 8,247 ,001
ned)
Linearit 16,19
3,111 1 3,111 ,000
y 9
Between
Kepatuhan * Groups Deviati
Dukungan on
Keluarga from ,057 1 ,057 ,295 ,590 Signifikan
Linearit
y
Within Groups 6,530 34 ,192
Total 9,698 36

Berdasarkan tabel diatas, data dari hasil uji Linearitas memiliki kesesuaian
dengan garis linear dengan signifikansi jauh di atas 0,05. Nilai sig. pada Deviation
from Linearity sebesar 0,590 > 0,05.
Uji asumsi klasik yang telah dilakukan merupakan dasar untuk melanjutkan
uji selanjutnya yaitu analisis regresi linier berganda. Langkah-langkah dari uji
regresi berganda yaitu seperti berikut (Trihendradi, 2011: 172).
1) Masukkan data dalam program SPSS.
2) Klik Analyze Regression Linear pada menu sehingga kotak dialog
Linear Regression muncul.
3) Masukkan variabel independen (X1 dan X2) pada kotak Independent(s) dan
variabel dependen (Y) pada kotak Dependent.
4) Abaikan yang lain tekan OK sehingga hasil output muncul.
Penelitian ini dinamakan analisis regresi linier berganda karena melibatkan
lebih dari satu variabel bebas (X1 dan X2, X3) dan satu variabel terikat (Y) yang
dirumuskan seperti berikut:
Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3
KD = + 1P+ 2M+ 3DK
69

Keterangan:
Y : Variabel terikat (KD sebagai variabel dependen)
: Konstanta
1-2- 3 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
X1 : Pengetahuan (P sebagai variabel independen)
X2 : Motivasi (M sebagai variabel independen)
X3 : Dukungan Keluarga (DK sebagai variabel independen)
Menurut Sekaran (2006: 299) dalam Susilo (2014: 44), analisis regresi
berganda dilakukan untuk menguji secara parsial (uji t) dan pengaruh simultan (uji
F) dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang bersifat metrik
maupun interval. Cara untuk menginterpretasikan model regresi yaitu pertama
dengan menginterpretasikan koefisien determinasi, kedua uji signifikan simultan
dengan uji F, dan ketiga uji regresi parsial dengan uji t.
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model
regresi. Interpretasi koefisien determinasi dapat dilihat pada output model
summary menunjukkan besarnya R2 (nilainya diubah ke bentuk persen) yang
merupakan persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Nilai adjusted R2 adalah nilai R2 yang telah disesuaikan dan
nilai ini biasanya untuk mengukur sumbangan pengaruh jika dalam regresi
menggunakan lebih dari dua variabel independen. Standard error of estimate
(SEE) adalah ukuran kesalahan prediksi, jika nilainya semakin kecil akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen
(Priyatno, 2012: 134).
70

Koefisien determinasi pada regresi linear berganda pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.20 Hasil Koefisien Determinasi Regresi Linier Berganda pada Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Model Summary
Mod R R Square Adjusted Std. Error of Keterangarn
el R Square the Estimate

1 ,679a ,460 ,411 ,398182 Signifikan


a. Predictors: (Constant),
DukunganKeluarga, Motivasi, Pengetahuan
b. Dependent Variable:Kepatuhan

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan besarnya R square yaitu 0,460, hal


ini berarti 46,0% variasi kepatuhan diet dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel
independen (pengetahuan,motivasi dan dukungan keluarga), sedangkan sisanya
(100%-46,0% = 54,0%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Standard
error of estimate (ukuran kesalahan prediksi) sebesar 0,398182. Semakin kecil
nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
Uji pengaruh secara simultan (uji F atau uji koefisien regresi secara
bersama-sama) dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh beberapa variabel
independen terhadap variabel dependen (Priyatno, 2012: 135). Uji F dapat dilihat
pada output ANOVA table. Jika probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien regresi P, M dan DK tidak sama dengan nol, atau
ketiga variabel independen dalam penelitian ini (P,M dan DK) secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen (KD). Hal ini juga berarti bahwa nilai
koefisien determinasi R2 tidak sama dengan nol. Selain itu, pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan antara Fhitung dan Ftabel dengan
langkah-langkah seperti berikut (Priyatno, 2012: 137-138).
1) Merumuskan hipotesis
H0 : Variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
71

Ha : Variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel


dependen.
2) Menentukan Fhitung diperoleh dari output pada tabel ANOVA.
3) Menentukan Ftabel yaitu dengan menentukan nilai df1 (jumlah variabel -
1) dan df2 (n-k-1) dimana n adalah jumlah data; k adalah jumlah variabel
independen.
4) Kriteria pengujian yaitu jika Fhitung Ftabel atau probabilitas (sig.) > 0,05
maka H0 diterima, Ha ditolak. Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitas (sig.) <
0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima.
Hasil uji signifikasi secara simultan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.21 Uji Signifikansi Simultan Regresi Linier Berganda pada Analisis
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien
Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka
Raya
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig. Keterangan
Squares Square
Regression 4,466 3 1,489 9,389 ,000b Signifikan
1 Residual 5,232 33 ,159
Total 9,698 36
a. Dependent Variable:Kepatuhan
b. Predictors: (Constant), DukunganKeluarga, Pengetahuan, Motivasi

Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai F dengan rumusan hipotesis yaitu.


H03 : Tidak ada pengaruh secara simultan pengetahuan, motivasi dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet.
Ha3 : Ada pengaruh secara simultan pengetahuan, motivasi dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet.
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 9,389 dengan
probabilitas 0,000 Ftabel (terlampir-lampiran 11) pada penelitian ini sebesar 2,892.
Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (9,389 > 2,892) sehingga dapat disimpulkan
bahwa H03 ditolak. Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima
72

yang artinya ada pengaruh secara simultan pengetahuan, motivasi dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan diet.
Uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel
independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
(Priyatno, 2012: 139). Dalam hal ini untuk mengetahui apakah secara parsial
variabel P,M dan DK berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap BS.
Interpretasi parameter variabel independen dapat menggunakan Unstandardized
coefficients maupun standardized coefficients. Penelitian ini menggunakan
unstandardized coefficients. Jika pada hasil uji statistik ditemukan nilai
probabilitas variabel independen di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen tersebut signifikan terhadap nilai = 0,05. Selain itu,
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan
ttabel dengan langkah-langkah seperti berikut (Priyatno, 2012: 139-140).
1) Merumuskan hipotesis
H0 : Variabel independen (X1, X2 dan X3) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : Variabel independen (X1, X2 dan X3) secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) Menentukan thitung diperoleh dari output pada tabel Coefficients.
3) Menentukan ttabel pada penelitian ini dicari pada signifikansi 0,05/2 (uji 2
sisi) dengan derajat kebebasan df = nk1 (dimana n adalah jumlah data; k
adalah jumlah variabel independen).
4) Kriteria pengujian yaitu jika -ttabel thitung ttabel atau probabilitas (sig.) >
0,05 maka H0 diterima, Ha ditolak. Jika -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel atau
probabilitas (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak, Ha diterima.
Menentukan variabel independen yang lebih dominan memengaruhi
variabel dependen adalah dengan menggunakan persamaan regresi, yaitu dengan
cara melihat koefisien dari masing-masing variabel independen pada
unstandardized coefficients. Variabel yang memiliki koefisien tertinggi itulah
yang merupakan variabel dominan yang memengaruhi variabel dependen
(Kepatuhan Diet).
73

3.9 Etika Penulisan


Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat,
2014:83).
Etika dalam penelitian ini ada tiga bagian yang menyangkut Surat
persetujuan (informed consent), Tanpa nama (anonymity) dan Confidentiality
(kerahasiaan) dari responden.

3.9.1 Surat persetujuan (informed consent)


Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed
consent tersebut diberikan sebelum peneliti dilakukan dengan member lembar
persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat, 2014:83).
Tujuan peneliti memberikan Informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Subjek harus mendapatkan
informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan
mempunyai hak untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden (Hidayat,
2014:83).

3.9.2 Tanpa nama (anonymity)


Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,
2014:83).
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor pada
masing-masing lembar kuisioner yang telah dibagi dan dirahasiakan.
74

3.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)


Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Semua
informasi yang diberikan dan dikumpulkan dari responden dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil riset (Hidayat, 2014:83).

3.9.4 Right to justice (Prinsip Keadilan)


Responden dilakukan secara adil baik sebelum, selama, atau sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi. Responden berhak
meminta data yang diberikan harus dirahasiakan. Peneliti bersikap adil kepada
responden tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, tidak ada perlakuan khusus
semua bersikap secara sama.
75

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan penelitian mengenai analisis faktor yang


mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya Palangka Raya akan diuraikan pada
bab ini. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 37 responden. Hasil dan
pembahasan tersebut meliputi: karakteristik lokasi penelitian, data umum
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan data
khusus yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
hipertensi.

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya. Responden pada penelitian ini berjumlah 37 responden,
pengumpulan data diambil pada tanggal 16-25 Juni 2016.

4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian


4.1.1.1 Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Pahandut adalah salah satu Puskesmas tertua di Provinsi
Kalimantan Tengah dan berada diwilayah Kota Palangka Raya. Puskesmas ini
resmi mulai menjalankan fungsinya sebagai Puskesmas Pada tanggal 1 April
tahun 1975 dengan pimpinan pertama dr.Soekismo. Wilayah kerja Puskesmas
Pahandut saat itu mencakup seluruh kecamatan Pahandut yaitu Pahandut,
Langkai, serta Tumbang Rungan. Seperti juga Puskesmas-Puseksmas tua lainnya
Puskesmas Pahandut bercikal bakal sebagai Balai Pengobatan milik pemerintah
dengan Fokus pelayanan kepada pengobatan rawat jalan, dengan lokasinya yang
cukup strategis yaitu di Jl.Let.Kol.Darmosugondo no.1 dan mudah terjangkau
oleh sarana transportasi, Puskesmas ini berkembang menjadi tumpuan masyarakat
Kota Palangka Raya yang memerlukan pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat

75
76

pertama. Sebagai akibatnya, beban pelayanan kesehatan langsung Puskesmas


cukup tinggi yang berkisar antara 150 s/d 200 pengunjung perhari yang terdiri dari
pengunjung umum, Askes dan keluarga miskin.

Gambar 4.1 UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya


Sejak mulai beroperasinya puskesmas ini telah mengalami 4 kali renovasi
gedung yaitu pertama tahun 1987, kedua tahun 1996, ketiga tahun 2000 dan yang
keempat tahun 2006. Renovasi dilakukan untuk mengatasi pertumbuhan
pelayanan kesehatan baik bersifat pelayanan langsung maupun pelayanan
program-program kesehatan. Disamping itu tuntutan akan penerapan mutu telah
mendorong penyelenggara pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta untuk
mulai masuk pada era baru sistem pembiayaan kesehatan dengan swadanisasi (self
finance) dimana Puskesmas diberi wewenang mengelola sendiri penerimaan
fungsionalnya untuk keperluan operasional secara langsung dan mengoptimalkan
mobilisasi potensi pembiayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Sejak 1 Januari tahun 2001 Puskesmas Pahandut di uji coba menjadi
Puskesmas Unit Swadana. Setelah melalui uji coba selama 2 tahun Puskesmas
Pahandut ditetapkan sebagai Puskesmas Unit Swadana berdasarkan Keputusan
Walikota Palngka Raya Nomor 7 Tahun 2003.Dalam rangka penyelenggaraan tata
kelola Pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah menyelenggarakan
Pelayanan kesehatan yang terkendali biaya dan mutunya dengan
menyelenggarakan Pelayanan kesehatan gratis Puskesmas (peraturan Daerah Kota
77

Palangka Raya No.12 Tahun 2006) Puskesmas Pahandut berubah menjadi


Puskesmas Rawat Inap sejak September Tahun 2006 sampai sekarang dan sudah
16 kali terjadi pergantian Pimpinan. Adapun nama Pimpinan puskesmas dari
tahun 1975 sampai sekarang :
1) Dr.Soekismo 1975-1979 (1 April 1975)
2) Dr.Maria Gunadi 1979-1980
3) Dr.Widias Rini 1980-1983
4) Dr.Setiawan Soeparan 1983-1984
5) Drg.Rumia Tobing 1984-1986
6) Dr.Agung Hadiyono 1986-1988
7) Dr.Bambang Hariyadi 1988-1990
8) Dr.Sanyoto 1990-1993
9) Dr.Yuna Binti 1993-1994
10) Dr.Suprastija Budi 1994-1999
11) Dr.Rian Tangkudung 1999-2001
12) Drg.Sarita Aritonang 2001-2002
13) Dr.Linae Victoria Aden 2002-2007
14) Dr.Damar Pramusinta 2007-2009
15) Dr.Enricko M.S Djangkan 2009-2011 ( 2-11-2009 s/d 12-1-2011)
16) Dr.Oska Ruji Abel 12-1-2011 sampai sekarang.
Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat Puskesmas
Pahandut dibantu 4 Puskesmas Pembantu,yaitu :
1) Puskemas Pembantu Murjani
2) Puskesmas Pembantu Rindang Banua
3) Puskesmas Pembantu Pahandut Seberang
4) Puskesmas Pembantu Tumbang Rungan
Puskesmas Pahandut adalah salah satu dari 9 ( Sembilan ) Puskesmas di
Kota Palangka Raya yang merupakan bagian dari unit-unit kerja di bawah
Koordinasi Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya.
Data umum Puskesmas Pahandut adalah sebagai berikut:
Luas Wilayah : 53 Km2
78

Pembagian Wilayah : Wilayah kerja Puskesmas ini meliputi 3 Kelurahan


1) Pahandut
2) Pahandut Seberang
3) Tumbang Rungan
Batas Wilayah Kerja Puskesmas Pahandut
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bukit Rawi
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Panarung
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Tanjung Pinang
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Palangka Raya
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Tahun 2015
No Kelurahan Laki - Laki Perempuan Jiwa
1 Pahandut 14.026 13.278 27.304
2 Pahandut Seberang 2.213 2.061 4.274
3 Tumbang Rungan 345 345 690
JUMLAH 16.584 15.684 32.268
Sumber:Dukcapil Kota Palangka Raya 2016.

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pahandut terdiri


dari Sektor Perdagangan, Sektor Pertanian, Sektor Jasa, Sektor Industri
Pengolahan, ABRI, Pegawai Pemerintah, Wiraswasta, Buruh.
4.1.1.2 Sarana dan Prasarana
Puskesmas adalah organisasi Pelayanan kesehatan milik pemerintah yang
melayani kebutuhan dasar masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Didalam
menjalankan tugasnya, Puskesmas Pahandut terbagi dalam 3 sistem pelayanan
yaitu :
1) Pelayanan kesehatan secara langsung
Pelayanan kesehatan secara langsung di Puskesmas merupakan salah satu
dari tugas Puskesmas yang berhubungan langsung dengan masyarakat, yaitu
Rawat jalan, Pemeriksaan Ibu hamil (KIA/Kesehatan Ibu dan Anak), Gigi,
Laboratorium, dan lain-lain. Sebagian besar kegiatan Pelayanan kesehatan secara
langsung merupakan kegiatan Preventif dan Kuratif.
79

2) Pelayanan Kesehatan melalui Kegiatan program


Kegiatan ini merupakan penjabaran dari fungsi puskesmas yang kedua yaitu
dalam pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, Sebagian besar kegiatan program
mencakup kegiatan promotif dan preventif.
3) Kegiatan Adminstrasi
Dalam melaksanakan tugas, manajemen puskesmas menjalankan kegiatan
administrasi baik ketatausahaan maupun dalam bentuk pelaporan-pelaporan hasil
kegiatan, dikenal dengan nama Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) yang dulu lebih dikenal sebagai SP2TP.
Puskesmas merupakan andalan pemerintah dalam memberikan pelayanan
sosial bidang kesehatan terhadap seluruh lapisan masyarakat dalam bentuk
pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP). Seluruh rangkaian
pelayanan kesehatan berupa kegiatan promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif menjadi beban tugas Puskesmas. Untuk mendukung semua
pelayanan tersebut harus di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
4) Kendaraan Puskesmas
Kendaraan Puskesmas terdiri dari:
(1) 1 buah Mobil Pusling.
(2) Unit Sepeda Motor yang tersebar di Puskesmas Induk dan Puskesmas
Pembantu di Wilayah kerja Puskesmas Pahandut.
5) Sumber Air
Sumber air Di Puskesmas Pahandut adalah menggunakan PDAM dan
Sumur Boor (Hitachi).
4.1.1.3 Pengorganisasian
Kepala Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh bagianTata
Usaha dan beberapa orang Koordinator sesuai dengan Program yang ada di
Puskesmas. Kepala Puskesmas membawahi langsung Kepala Puskesmas yang ada
di wilayah kerjanya, Yaitu 4 (empat) Kepala Puskesmas Pembantu, yaitu,
Puskesmas Pembantu Murjani, Puskesmas Pembantu Rindang Benua, Puskesmas
Pembantu Pahandut Seberang dan Puskesmas Pembantu Tumbang Rungan.
80

Didalam melakukan Pelayanan kesehatan/menjalankan program-program


kesehatan, Puskesmas Pahandut telah melaksanakan sejumlah kegiatan kesehatan
di dalam wilayah kerjanya termasuk kegiatan pembinaan Peran Serta Masyarakat
di bidang Kesehatan.
Sasaran dan program-program kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Pahandut adalah kelompok masyarakat tertentu ataupun keseluruhan
anggota masyarakat beserta lingkungan di mana sasaran ini di capai melalui
kegiatan-kegiatan yang merupakan perpanjangan dari program-program di dalam
gedung Puskesmas dengan berpedoman pada 3 hal yaitu,
1) Ditekankan pada kegiatan Pencegahan/Preventif
2) Diperioritaskan pada masyarakat golongan tertentu
3) Melibatkan peran serta masyarakat
Agar program tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuannya, maka dalam
melaksanakan program pelayanan kesehatan, Puskesmas Pahandut mengacu pada
Standar Pelayanan Minimum (SPM ) yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kota Palangka Raya. Adapun standar pelayanan medik yang di jalankan meliputi
beberapa pendekatan:
1) Pendekatan Paripurna, menyeluruh terpadu dengan memperhatikan hak,
kebutuhan, dan faktor lingkungan.
2) Pendekatankeluarga,yaitu serangkaian kegiatan kesehatan yang terencana dan
terarah untuk menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta keluarga
agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi.
3) Pendekatan prosedural Medik, yaitu bertujuan agar pelayanan kesehatan yang
di berikan kepada masyarakat dengan seefisien mungkin sehingga efektifitas
pelayanan kesehatan tepat guna.
4) Standar Administrasi
5) Standar Epidemiologi.
Program Kesehatan pokok/kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Pahandut tahun 2011 meliputi :
81

1) Upaya kesehatan Wajib meliputi:


(1) Upaya Promosi Kesehatan
(2) Upaya Kesehatan Lingkungan
(3) Upaya Kesehatan Ibu Anak dan KB
(4) Upaya perbaikan Gizi masyarakat
(5) Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
(6) Upaya Pengobatan
2) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas Pahandut,
(1) Usaha Kesehatan Sekolah
(2) Perawatan Kesehatan Masyarakat
(3) Kesehatan Gigi dan mulut
(4) Kesehatan Jiwa
(5) Kesehatan Usia lanjut
(6) Pembinaan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
(7) Pelayanan Penduduk miskin
3) Upaya Pelayanan Penunjang terdiri dari;
1) Laboratorium sederhana
2) Pencatatan dan pelaporan
4.1.1.4 Sumber Daya Masyarakat
Tabel 4.2 Sumber Daya Masyarakat
Kelurahan
No Uraian Pahandut Pahandut Tumbang Rungan
Seberang
1 Posyandu 10 3 1

2 Kader aktif 52 8 4
3 Bidan 4 3 0
Kampung
Sumber: Puskesmas Pahandut (2015)
82

4.1.1.5 Keadaan Tenaga Puskesmas


Sumber Daya Manusia di Puskesmas Pahandut terdistribusi di Puskesmas
induk dan 4 Puskesmas Pembantu dengan kebijakan pendistribusian dan
penempatan merupakan hak dan wewenang Dinas Kesehatan Kota palangka Raya
selaku institusi Pembina dibawah koordinasi pemerintah Kota Palangka Raya.
Kebijakan baru pemerintah berupa desentralisasi termasuk di bidang kepegawaian
mengakibatkan seluruh pegawai Puskesmas telah menjadi pegawai daerah pemko
Palangkaraya. Kondisi ini banyaknya membantu stabilitas distribusi SDM yang
merata dan sesuai dengan kompetensi yang di miliki masing-masing personil.
Jumlah Pegawai yang ada di Puskesmas Pahandut Tahun 2015 sebagai
berikut:
1) Dokter Umum : 4 orang
2) Dokter Gigi : 4orang
3) Farmasih : 1 orang
4) Perawat : 19 orang
5) Perawat Gigi : 4 orang
6) Bidan : 18orang
7) Kesling : 2 orang
8) Adminstrasi : 8 orang
4.1.1.6 Manajemen Puskesmas
1) Perencanaan
Perencanaan tingkat Puskesmas memuat petunjuk dalam menyusun rencana
kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas.Perencanaan tingka
Puskesmas di artikan sebagai suatu proses yang sistimatis untuk menyusun atau
mempersiapkan kegiatan yang akan di laksanakan oleh Puskesmas pada tahun
yang akan datang. Untuk meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat
termasuk keluhankeluhan pelanggan, Puskesmas Pahandut telah membentuk Tim
Jaminan Mutu (Tim Quality Assurance).
83

2) Lokakarya Mini/Pertemuan Bulanan


Lokakarya mini diselenggarakan setiap bulan dengan seluruh tenaga
Puskesmas baik yang ada di Puskesmas Induk maupun Puskesmas Pembantu
untuk menyusun rencana berikutnya.
3) Pelaksanaan
Dalam melaksanakan program kegiatan yang ada di puskesmas,setiap
petugas mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diatur dalam uraian
tugas masing-masing, menjalankan kegiatan yang diatur dalam perencanaan
bulanan.

4.1.2 Analisa Deskriptif (Univariat)


Menurut Notoadmodjo (2005: 188) bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Analisis univariat, dilakukan dengan menggunakkan
distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran data demografi yang berupa
umur , jenis kelamin dan pekerjaan, pendidikan, dan data khusus tentang tingkat
pengetahuan, motivasi dan diet hipertensi.
4.1.2.1 Data Umum
Data umum merupakan penyajian data demografi yang didapatkan oleh
peneliti selama dalam penelitian. Data umum dalam hasil penelitian ini
berdasarkan subjek penelitian berjumlah 37 orang responden merupakan data
univariat yang meliputi identitas responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan,
lama menderita hipertensi, dan klasifikasi tekanan darah, sebagai berikut:
84

1) Usia Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut


Palangka Raya
Usia responden dibagi menjadi 4 bagian yaitu usia 20-30 tahun, usia 31-40
tahun, usia 41-50 tahun dan usia> 50 tahun, Karakteristik jenis kelamin responden
diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada 37 responden. Adapun
hasilnya adalah sebagai berikut:

Usia
0%
8%
Sumber: Data Primer, Nitsa (2016). 27%
Gambarr Diagram Pie 4.2 Karakteristik
65%responden berdasarkan umur pada pasien
Keterangan:
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut PalangkaRaya
1=20-30

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa 24 responden (65%) berusia2=31-40


> 50 tahun,
10 responden (27%) berusia 41-50 tahun, 3 responden (8%) berusia 31-40 tahun,
3=41-50
dan 0 responden (0,0%) berusia 20-30 tahun.
4=>50

Diagram 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pasien Hipertensi Di


Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, Juni
2016

Diagram diatas menunjukkan dari 37 responden (100%) terdapat responden


paling banyak yaitu 24 responden (65%) berusia > 50 tahun, 10 responden (27%)
berusia 41-50 tahun, 3 responden (8%) berusia 31-40 tahun, dan 0 responden
(0,0%) berusia 20-30 tahun.
85

2) Jenis Kelamin Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas


Pahandut Palangka Raya
Karakteristik jenis kelamin responden diperoleh melalui kuesioner yang
diberikan kepada 37 responden. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Jenis Kelamin

32%

Keterangan:

1=Laki-laki

2=Perempuan
68%

Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien


Hipertensi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka
Raya, Juni 2016

Diagram diatas menunjukkan kareristik responden berasarkan jenis


kelamin 25 responden (68%) perempuan dan 12 responden (32%) laki-laki.
86

3) Pendidikan Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas


Pahandut Palangka Raya
Tingkat pendidikan responden dibagi dari SD, SMP, SMA, Pergurun Tinggi
dan Tidak sekolah, Karakteristik pendidikan responden diperoleh melalui
kuesioner yang diberikan kepada 37 responden. Adapun hasilnya adalah sebagai
berikut:

Pendidikan
Keterangan

27% 1=SD
41% 2=SMP
8%
5% 19% 3=SMA
4= Perguruan Tinggi
5=Tidak Sekolah

Diagram 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien Hipertensi


Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, Juni
2016

Diagram diatas menunjukkan karateristik responden berdasarkan


pendidikan, 15 responden (41%) tidak sekolah, 10 reponden (27%) berpendidikan
SD, 7 responden (19%) berpendidikan SMA, 3 responden (8%) berpendidikan
SMP dan 2 responden (5%) perguruan tinggi.
87

4) Pekerjaan Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas


Pahandut Palangka Raya
Pekerjaan responden dibagi menjadi tidak bekerja, PNS/TNI/POLRI, dan
pensiunan, Karakteristik pekerjaan responden diperoleh melalui kuesioner yang
diberikan kepada 37 responden. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Pekerjaan

3%
32%
57% Keterangan:
8%

1=Tidak Bekerja
2=PNS/TNI/POLRI
3=Swasta
4=Pensiunan

Diagram 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Pasien


Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya, Juni 2016

Diagram diatas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan


pekerjaan, terdapat 21 responden (57%) swasta, 12 responden (32%) tidak
bekerja, 3 responden (8%) PNS, dan 1 responden (3%) seorang pensiunan PNS.
88

4.1.2.2 Data Khusus


Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah sehingga didapat data yang
disajikan dalam bentuk diagram yang menggambarkan analisis faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi pada pasien hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya Palangka Raya Berikut ini akan
disajikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk diagram.
1) Hasil Identifikasi Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Pada
Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Hasi identifikasi tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui kuesioner yang
dibagikan pada 37 responden tentang diet hipertensi pada pasien hipertensi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, adapun hasilnya adalah
sebagai berikut:

Pengetahuan

19%
38% Keterangan:

1=Baik
43%
2=Cukup
3=Kurang

Diagram 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya, Juni 2016

Diagram diatas menunjukkan 16 responden (43%) berpengetahuan cukup,


dan 14 responden (38%) bepengetahuan kurang, dan 7 responden (19%)
berpengetahuan baik.
89

2) Hasil Identifikasi Tingkat Motivasi Pelaksanaan Diet Hipertensi Pada


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Hasi identifikasi tingkat motivasi yang diperoleh melalui kuesioner yang
dibagikan pada 37 responden tentang diet hipertensi pada pasien hipertensi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, adapun hasilnya adalah
sebagai berikut:

Motivasi

13% 19%
Keterangan:
1 = Tinggi
68% 2 = Sedang
3 = Rendah

Diagram 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Motivasi Pada


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya, Juni 2016

Diagram diatas menunjukkan 25 responden (68%) motivasi sedang, dan 5


responden (13%) motivasi rendah, dan 7 responden (19%) motivasi tinggi.
90

3) Hasil Identifikasi Dukungan Keluarga Pelaksanaan Diet Hipertensi Pada


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Hasil identifikasi tingkatdukungan keluarga yang diperoleh melalui
kuesioner yang dibagikan pada 37 responden tentang diet hipertensi pada pasien
hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, adapun
hasilnya adalah sebagai berikut:

Dukungan Keluarga

16% 19%
Keterangan:

65% 1 = Baik
2 = Cukup
3 = Kurang

Diagram 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga


Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pahandut Palangka Raya, Juni 2016

Diagram diats menunjukkan 24 responden (56%) dukungan keluarga cukup,


dan 6 responden (16%) dukungan keluarga kurang, dan 7 responden (19%)
dukungan keluarga baik.
91

4) Hasil Identifikasi Kepatuhan Diet hipertensi Pada Pasien Hpertensi Di


Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Hasi identifikasi tingkat kepatuhan diet yang diperoleh melalui kuesioner
yang dibagikan pada 37 responden tentang diet hipertensi pada pasien hipertensi
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, adapun hasilnya
adalah sebagai berikut

Kepatuhan Diet

16% 19%
Keterangan:

65% 1 = sangat patuh


2 = cukup patuh
3 = kurang patuh

Diagram 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Diet Hipertensi


Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya, Juni 2016

Diagram diatas menunjukkan 24 responden (65%) kepatuhan diet cukup


patuh, dan 6 responden (16%) kepatuhan diet kurang patuh, dan 7 responden
(19%) kepatuhan diet sangat patuh.
92

5) Tabulasi silang variabel independen(pengetahuan,motivasi,kepatuhan


diet dengan variabel dependen (kepatuhan diet hipertensi) pada pasien
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Tabel 4.3 Tabulasi silang pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Kepatuhan Diet
Pengetahuan Sangat Cukup Kurang Total
Patuh Patuh patuh
N % N % N % N %
Baik 2 28,6% 4 16,7% 1 16,7% 7 18,9%
Cukup 2 28,6% 12 50,2% 2 33,3% 16 43,2%
Kurang 3 42,9% 8 33,3% 3 50,0% 14 41,2%
Total 7 100,0% 24 100,0% 6 100,0% 37 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang pengetahuan dan kepatuhan diet,


menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik didapatkan 2
responden (28,2%) sangat patuh, 4 responden (16,7%) cukup patuh, 1 responden
(16,7%) kurang patuh, responden yang berpengetahuan cukup didapatkan 2
responden (28,2%) sangat patuh, 12 responden (50,0%) cukup patuh, 2 responden
(33,3%) kurang patuh, responden yang berpengetahuan kurang didapatkan 3
responden (42,9%) sangat patuh, 8 responden (33,3%) cukup patuh, 3 responden
(50,0%) kurang patuh, dari hasil tersebut didapatkan hasil terbanyak responden
berpengetahuan cukup dengan kepatuhan cukup patuh.
Tabel 4.4 Tabulasi silang motivasi dengan kepatuhan diet pada pasien hipertensi
diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Kepatuhan Diet
Motivasi Sangat Cukup Kurang Total
Patuh Patuh patuh
N % N % N % N %
Tinggi 2 28,6% 4 16,7% 1 16,7% 7 18,9%
Sedang 4 57,1% 16 66,7% 5 83,3% 25 67,6%
Rendah 1 14,3% 4 16,7% 0 0,0% 5 13,5%
Total 7 100,0% 24 100,0% 6 100,0% 37 100,0%
93

Berdasarkan hasil tabulasi silang motivasi dan kepatuhan diet, menunjukkan


bahwa responden yang tingkat motivasi tinggi didapatkan 2 responden (28,2%)
sangat patuh, 4 responden (16,7%) cukup patuh, 1 responden (16,7%) kurang
patuh, responden yang tigkat motivasi sedang didapatkan 4 responden (57,1%)
sangat patuh, 16 responden (66,7%) cukup patuh, 5 responden (83,3%) kurang
patuh, responden yang tingkat motivasi rendah didapatkan 1 responden (14,3%)
sangat patuh, 4 responden (16,7%) cukup patuh, 0 responden (0,0%) kurang
patuh, dari hasil tersebut didapatkan hasil terbanyak responden tingkat motivasi
sedang dengan kepatuhan cukup patuh.
Tabel 4.5 Tabulasi dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Kepatuhan Diet
Dukungan
Sangat Cukup Kurang Total
Keluarga
Patuh Patuh patuh
N % N % N % N %
Baik 5 71,4% 2 8,3% 0 0,0% 7 18,9%
Cukup 1 14,3% 18 75,0% 5 83,3% 24 64,9%
Kurang 1 14,3% 4 16,7% 1 016,7% 6 16,2%
Total 7 100,0% 24 100,0% 6 100,0% 37 100,0%

Berdasarkan hasil tabulasi silang dukungan keluarga dan kepatuhan diet,


menunjukkan bahwa responden yang tingkat dukungan keluarga baik didapatkan
5 responden (71,4%) sangat patuh, 2 responden (8,3%) cukup patuh, 0 responden
(0,0%) kurang patuh, responden yang tigkat dukungan keluarga cukup didapatkan
1 responden (14,3%) sangat patuh, 18 responden (75,0%) cukup patuh, 5
responden (83,3%) kurang patuh, responden yang tingkat dukungan keluarga
kurang didapatkan 1 responden (14,3%) sangat patuh, 4 responden (16,7%) cukup
patuh, 1 responden (16,7%) kurang patuh, dari hasil tersebut didapatkan hasil
terbanyak responden dukungan keluarga cukup dengan kepatuhan cukup patuh.

4.1.3. Analisa Multivariat


Analisis multivariat berhubungan dengan metode-metode statistic yang
secara bersama-sama (simultan) melakukan analisis terhadap lebih dari dua
variabel pada setiap objek atau orang (Santoso, 2012: 7). Analisis multivariat pada
94

penelitian ini meliputi hasil transformasi data, deteksi data outlier dan missing
value, uji normalitas data, uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda
dengan taraf signifikan 5% (pada tingkat kepercayaan 95%). Transformasi data
pada penelitian ini dilakukan karena data masih berskala ordinal sehingga untuk
memenuhi syarat analisis parametrik data ditransformasikan ke interval (hasil dan
cara perhitungan terlampir-lampira). Analisis missing value (tabel terlampir-
lampiran) juga menunjukkan bahwa tidak ada data yang missing. Hasil uji asumsi
klasik dapat dilihat pada bab 3.
1) Hasil Analisis Pengaruh Pengetahuan, Motivasi, Dukungan Keluarga
Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Hasil uji signifikasi secara individual pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.6 Uji Signifikansi Parameter Individual Regresi Linier Berganda pada
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet Hipertensi Pada
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Coefficientsa
Model Unstandardize Standardi T Sig. Keterangan
d Coefficients zed
Coefficie
nts
B Std. Beta
Error
(Constant) ,359 ,326 1,098 ,280
Pengetahuan -,130 ,179 -,132 -,727 ,472 Tidak Signifikan
1 Signifikan
Motivasi ,333 ,127 ,450 2,612 ,013
Dukungan
,534 ,138 ,534 3,880 ,000 Signifikan
Keluarga
a. Dependent Variable: kepatuhan

1) Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai t pada variabel pengetahuan terhadap


kepatuhan diet dengan rumusan hipotesis yaitu:
H01 : Tidak ada pengaruh variabel pengetahuan terhadap kepatuhan diet.
Ha1 : Ada pengaruh variabel pengetahuan terhadap kepatuhan diet.
95

Berdasarkan tabel 4.diatas, diperoleh nilai thitung sebesar -0,727 dengan


probabilitas 0,472. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 12) pada penelitian ini sebesar --
2,035. Nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (-0,0727<-2,035) sehingga dapat
disimpulkan bahwa H01 diterima. Berdasarkan nilai probabilitas juga
menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 (0,472>0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ha1 diterima yang artinya tidak ada pengaruh pengetahuan
terhadap kepatuhan diet hipertensi.
2) Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai t pada variabel motivasi terhadap
kepatuhan diet dengan rumusan hipotesis yaitu.
H02 : Tidak ada pengaruh variabel motivasi terhadap kepatuhan diet.
Ha2 : Ada pengaruh variabel motivasi terhadap kepatuhan diet.
Berdasarkan tabel 4.20, diperoleh nilai thitung sebesar 2,612 dengan
probabilitas 0,013. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 22) pada penelitian ini sebesar
2,035. Nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,612 >2,035.) sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ha2 diterima. Berdasarkan nilai probabilitas juga
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,013<0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa H02 ditolak yang artinya ada pengaruh motivasi terhadap
kepatuhan diet.
3) Penarikan kesimpulan berdasarkan nilai t pada variabel dukungan keluarga
terhadap kepatuhan diet dengan rumusan hipotesis yaitu:
H03 : Tidak ada pengaruh variabel dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet.
Ha3 : Ada pengaruh variabel dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet.
Berdasarkan tabel 4.20, diperoleh nilai thitung sebesar 3,880 dengan
probabilitas 0,000. Nilai ttabel (terlampir-lampiran 22) pada penelitian ini sebesar -
2,035. Nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,880>2,035) sehingga dapat
disimpulkan bahwa H03 ditolak. Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan
nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha3
diterima, yang artinya ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet
hipertensi.
Berdasarkan tabel Coefficients, pada nilai Beta Unstandardized Coefficients
tampak bahwa variabel dukungan keluarga memiliki nilai koefisien tertinggi yaitu
96

0,534 lalu variabel motivasi 0,333, sedangkan variabel pengetahuan dengan nilai
koefisien -0,130 Dapat disimpulkan bahwa variabel kepatuhan diet dipengaruhi
oleh variabel dukungan keluarga dengan motivasi dengan persamaan matematis:
KD = 0,359 -0,130P+0,333M +0,534DK
Berdasarkan persamaan matematis di atas dapat disimpulkan bahwa:
1) Koefisien konstanta bernilai positif (0,359), yang berarti menyatakan bahwa
dengan mengasumsikan ketiadaan variabel P maka tingkat Kepatuhan diet
tetap, dan dengan mengasumsikan ketiadaan variabel M, DK mengalami
penurunan, maka nilai kepatuhan menurun
2) Koefisien regresi Pengetahuan (P) bernilai Negatif (-0,130P), yang berarti
menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen
lainnya, maka apabila E mengalami peningkatan, maka nilai kepatuhan
tidak berpengaruh.
3) Koefisien regresi Motivasi (M) bernilai positif (0,333), yang berarti
menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen
lainnya, maka apabila Mmengalami peningkatan, maka nilai kepatuhan diet
(KD) cenderung mengalami peningkatan.
4) Koefisien regresi Dukungan Keluarga (0,534DK) bernilai positif (0,534),
yang berarti menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel
independen yang lainnya, maka apabila DK mengalami peningkatan, maka
nilai Kepatuhan Diet (KD) cenderung mengalami peningkatan.
5) Koefisien regresi DK (DK) sebesar 0,534, jauh lebih besar dibandingkan
dengan koefisien regresi Motivasi (M) yang sebesar 0,333 disimpulkan
bahwa faktor dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan
yang mempengaruhi kepatuhan diet.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi
Diwilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 37 responden menunjukkan
bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 7 responden (19%), cukup
97

16 responden (43%), kurang 14 responden (38%), Hasil tersebut menunjukkan


bahwa responden dominan memiliki tingkat pengetahuan cukup. Berdasarkan
hasil tabulasi silang usia dan pengetahuan, pengetahuan dan pendidikan (tabel
terlampir-lampiran), dapat disimpulkan bahwa responden dengan pengetahuan
baik didapatkan 1 responden (33,3%) berusia 31-40 tahun, 2 responden (40,0%)
usia 41-50 tahun, 4 responden (16,7%) usia >50 tahun, responden yang
berpengetahuan cukup 2 responden (66,7%) berusia 31-40 tahun, 7 responden
(70,0%) usia 41-50 tahun, 7 responden (29,2%) usia >50 tahun, responden yang
berpengetahuan kurang didapatkan 0 responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 1
responden (10,0%) usia 41-50 tahun, 13 responden (54,2%) usia >50 tahun.
Responden dengan pengetahuan baik didapatkan 0 responden (0,0%)
berpendidikan SD, 0 responden (0,0%) berpendidikan SMP, 4 responden (57,1%)
berpendidikan SMA, 2 reponden (100,0%) berpendidikan Perguruan Tinggi, 1
responden (6,7%) Tidak sekolah, responden yang berpengetahuan cukup 6
responden (60,0%) berpendidikan SD, 2 responden (66,7%) berpendidikan SMP,
2 responden (28,6%) berpendidikan SMA, 0 responden (0,0%) berpendidikan
Perguruan Tinggi, 6 responden (40,0%) Tidak sekolah, responden yang
berpengetahuan kurang 4 responden (40,0%) berpendidikan SD, 1 responden
(33,3%) berpendidikan SMP, 1 responden (14,3%) berpendidikan SMA, 0
resonden (0,0%) berpendidikan Perguruan Tinggi, 8 responden (53,3%) Tidak
sekolah.
4.2.1.1 Tingkat Pengetahuan Baik
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan responden
dengan tingkat pengetahuan baik didapatkan 1 responden (33,3%) berusia 31-40
tahun, 2 responden (40,0%) usia 41-50 tahun, 4 responden (16,7%) usia >50
tahun, 0 responden (0,0%) berpendidikan SD, 0 responden (0,0%) berpendidikan
SMP, 4 responden (57,1%) berpendidikan SMA, 2 reponden (100,0%)
berpendidikan Perguruan Tinggi, 1 responden (6,7%) Tidak sekolah.
Menurut Budiman dan Riyanto, (2014: 4) faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah pendidikan, pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik
98

formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup Pendidikan memengaruhi


proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima
informasi. Menurut Mubarak (2011:83) menyatakan semakin tua umur seseorang
maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah semakin baik dan aspek
psikologis atau mental serta taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan
dewasa.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
kesesuaian antara fakta dan teori, responden yang dominan memiliki pengetahuan
baik sebanyak 4 responden dengan rentang usia >50 tahun dan 4 responden
dengan tingkat pendidikan SMA, Semakin matangnya usia responden maka
pengetahuan dan pola pikir responden akan semakin berkembang sehingga daya
tangkap, pengalaman, informasi, pola pikir dan pengetahuannya menjadi semakin
membaik hal ini dikarenakan pengalaman seseorang mempengaruhi pengetahuan
seseorang dimana banyaknya pengalaman seseorang maka informasi yang didapat
juga semakin banyak. Oleh karena itu semakin matangnya usia responden maka
tingkat pengetahuannya akan menjadi lebih baik, dan semakin tingginya tingkat
pendidikan responden akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, melalui
pendidikan responden belajar banyak hal sehingga dapat dengan mudah menerima
informasi atau mendapat informasi sehingga akan membuat pengetahuan semakin
bertambah.
4.2.1.2 Tingkat Pengetahuan Cukup
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan kategori cukup
dari 37 responden sebanyak 2 responden (66,7%) berusia 31-40 tahun, 7
responden (70,0%) usia 41-50 tahun, 7 responden (29,2%) usia >50 tahun, 6
responden (60,0%) berpendidikan SD, 2 responden (66,7%) berpendidikan SMP,
2 responden (28,6%) berpendidikan SMA, 0 responden (0,0%) berpendidikan
Perguruan Tinggi, 6 responden (40,0%) Tidak sekolah.
Menurut Hurlock 1998 dikutip dari (nursalam 2003 : 23) semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir sehingga pengetahuannya akan semakin membaik. Menurut Menurut
Notoatmodjo (2007 : 30). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
99

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan


kesehatan hidup, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam
Widianti (2007: 40). Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri
maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang. Sehingga seseorang dengan pengalaman yang banyak
akan memiliki pengetahuan yang baik.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
kesesuaian antara fakta dan teori, responden yang dominan berpengetahuan cukup
adalah responden dengan rentang usia41-50 dan 50> tahun, sedangkan yag data
yang tidak ada kesesuain dengan fakta dan teori yaitu tingkat pendidikan karena
dominan yang berpengetahuan cukup itu responden dengan pendidikan SD dan
tidak sekolah sebanyak 6, hal ini bisa terjadi responden dengan tingkat pendidikan
tinggi hanya sibuk untuk bekerja, dan responden yang tingkat pendidikan rendah
lebih sering kepuskesmas atau cek kesehatan sehingga bisa lebih banyak
mendapat informasi kesehatan sehingga tingkat pengetahuan akan bertambah.
4.2.1.3 Tingkat Pengetahuan Kurang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan kategori
kurang dari 37 responden sebanyak responden yang berpengetahuan kurang 4
responden (40,0%) berpendidikan SD, 1 responden (33,3%) berpendidikan SMP,
1 responden (14,3%) berpendidikan SMA, 0 resonden (0,0%) berpendidikan
Perguruan Tinggi, 8 responden (53,3%) Tidak sekolah, dari segi usia didapatkan 0
responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 1 responden (10,0%) usia 41-50 tahun, 13
responden (54,2%) usia >50 tahun.
Menurut (Nursalam & Siti Pariani, 2002 : 60). Semakin cukup umur tingkat
pematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir, belajar,
bekerja sehingga pengetahuan pun akan bertambah. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya. Menurut
(Nursalam 2010 : 23). Sesorang dengan pendidikan yang rendah akan sulit
100

menerima pesan, mencerna pesan dan informasi yang disampaikan sehinggga


pengetahuan yang didapat menjadi kurang. Menurut Notoatmodjo (2007: 54)
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi semakin banyak pengalaman seseorang maka pengetahuannya menjadi
lebih baik.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
kesesuaian antara fakta dan teori, responden yang dominan berpengetahuan
kurang adalah responden yang tidak sekolah sebanyak 5 responden, pendidikan
yang rendah membuat pengetahuan responden menjadi kurang hal ini disebabkan
responden dengan pendidikan yang rendah akan sulit menerima pesan, mencerna
pesan dan informasi yang disampaikan sehinggga pengetahuan yang didapat
menjadi kurang.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
ketidakesesuaian antara fakta dan teori, yaitu dari segi umur karena yang dominan
berpengetahaun kurang adalah responden dengan usia >50 tahun, hal ini dapat
terjadi karena daya tangkap orang berbeda-beda, dan karena faktor pekerjaan
sehingga kurang mempunyai waktu untuk mencari informasi tentang diet
hipertensi sehingga pengetahuan tentang diet hipertensi pun kurang.

4.2.2 Motivasi Pelaksanaan Diet Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di


Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Dari hasil penelitian terhadap 37 responden menunjukkan 25 responden
(43%) motivasi sedang, dan 5 responden (13%) motivasi rendah, dan 7 responden
(19%) motivasi tinggi, dilihat dari hasil tersebut tingkat motivasi terbanyak pada
motivasi sedang.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara motivasi dengan usia, didapatkan
seseorang dengan responden dengan motivasi tinggi didapatkan 0 responden
(0,0%) berusia 31-40 tahun, 0 responden (0,0%) usia 41-50 tahun, 7 responden
(29,2%) usia >50 tahun, responden dengan motivasi sedang didapatkan 3
responden (100,0%) berusia 31-40 tahun, 7 responden (70,0%) usia 41-50 tahun,
101

15 responden (62,5%) usia >50 tahun, responden dengan motivasi rendah


didapatkan 0 responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 3 responden (30,0%) usia 41-
50 tahun, 2 responden (8,3%) usia >50 tahun.
4.2.3.1 Tingkat Motivasi Tinggi
Dari hasil penelitian terhadap 37 responden didapatkan 7 responden (19%)
motivasi tinggi, responden dengan motivasi tinggi didapatkan 0 responden (0,0%)
berusia 31-40 tahun, 0 responden (0,0%) usia 41-50 tahun, 7 responden (29,2%)
usia >50 tahun.
Motivasi menurut (Notoadmojo:2011:67) merupakan faktor pendorong,
semua tingkah laku memiliki motivasi. Motivasi merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya dan memberikan dorongan penggerak
(disadari maupun tidak disadari) melalui suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan atau menjauhi situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi pula yang mengarahkan seseorang melakukan sesuatu dengan tekun baik
atas keinginan sendiri (motivasi intrinsik) atau karena ada faktor pendorong dari
luar diri orang tersebut (faktor ekstrinsik). Menurut (Bardwick dalam Irmawati
dan Waskito:2007) ada empat tahap dasar dalam kehidupan. Tahap tersebut
adalah tahap transisi awal kedewasaan (17-28 tahun), tahap kemapanan (30-40
tahun), pertengahan kedewasaan (40-50 Tahun) dan tahap umur 50 tahun atau
lebih. Perbedaan tahap transisi tersebut akan berpengaruh pada emosi, keinginan
dan kebutuhan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang terkait
dengan motivasi seseorang juga sangat dipengaruhi oleh orientasi kepentingan
yang dimiliki masing-masing tahapan usia.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
kesesuaian antara fakta dan teori, responden yang dominan memiliki motivasi
tinggi berada pada usia >50 tahun yaitu sebanayak 7 responden (29,2%), hal ini
terjadi karena seseorang dengan usia >50 tahun telah memasuki usia lansia, dan
mulai banyak mengalami perubahan, salah satunya gangguan kesehatan oleh
karena itu dalam menghadapi perubahan kesehatan tersebut responden memiliki
dorongan yang tinggi untuk menjaga status kesehatannya dalam hal ini
102

menjalankan diet hipertensi sehingga tekanan darah menjadi stabil dan terhindar
dari komplikasi penyakit hipertensi.
4.2.3.1 Tingkat Motivasi Sedang
Dari hasil penelitian terhadap 37 responden didapatkan 25 responden (43%)
motivasi sedang, responden dengan motivasi sedang didapatkan 3 responden
(100,0%) berusia 31-40 tahun, 7 responden (70,0%) usia 41-50 tahun, 15
responden (62,5%) usia >50 tahun.
Motivasi menurut (Natoadmojo:2011:67) merupakan faktor pendorong,
semua tingkah laku memiliki motivasi. Motivasi merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya dan memberikan dorongan penggerak
(disadari maupun tidak disadari) melalui suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan atau menjauhi situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi pula yang mengarahkan seseorang melakukan sesuatu dengan tekun baik
atas keinginan sendiri (motivasi intrinsik) atau karena ada faktor pendorong dari
luar diri orang tersebut (faktor ekstrinsik). Menurut (Bardwick dalam Irmawati
dan Waskito:2007) ada empat tahap dasar dalam kehidupan. Tahap tersebut
adalah tahap transisi awal kedewasaan (17-28 tahun), tahap kemapanan (30-40
tahun), pertengahan kedewasaan (40-50 Tahun) dan tahap umur 50 tahun atau
lebih. Perbedaan tahap transisi tersebut akan berpengaruh pada emosi, keinginan
dan kebutuhan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang terkait
dengan motivasi seseorang juga sangat dipengaruhi oleh orientasi kepentingan
yang dimiliki masing-masing tahapan usia.
Berdasarkan fakta yang didapat dan pemaparan beberapa teori, terdapat
keseuaian antara fakta dan teori karena jumlah responden makin meningkat
dengtn tingkatan usia didapatkan 7 responden (70,0%) usia 41-50 tahun, 15
responden (62,5%) usia >50 tahun, karena makin bertambahnya seseorang akan
merubah dorongan dalam diri individu tersebut, Hal ini membuktikan bahwa
semakin usia seseorang dewasa maka semakin dewasa cara seseorang tersebut
berpikir serta memiliki keinginan dalam mencapai sesuatu.
4.2.3.1 Tingkat Motivasi Rendah
103

Dari hasil penelitian terhadap 37 responden menunjukkan 5 responden


(13%) motivasi rendah,responden dengan motivasi rendah didapatkan 0 responden
(0,0%) berusia 31-40 tahun, 3 responden (30,0%) usia 41-50 tahun, 2 responden
(8,3%) usia >50 tahun.
Motivasi menurut (Natoadmojo:2011:67) merupakan faktor pendorong,
semua tingkah laku memiliki motivasi. Motivasi merupakan interaksi seseorang
dengan situasi tertentu yang dihadapinya dan memberikan dorongan penggerak
(disadari maupun tidak disadari) melalui suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan atau menjauhi situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi pula yang mengarahkan seseorang melakukan sesuatu dengan tekun baik
atas keinginan sendiri (motivasi intrinsik) atau karena ada faktor pendorong dari
luar diri orang tersebut (faktor ekstrinsik). Menurut (Bardwick dalam Irmawati
dan Waskito:2007) ada empat tahap dasar dalam kehidupan. Tahap tersebut
adalah tahap transisi awal kedewasaan (17-28 tahun), tahap kemapanan (30-40
tahun), pertengahan kedewasaan (40-50 Tahun) dan tahap umur 50 tahun atau
lebih. Perbedaan tahap transisi tersebut akan berpengaruh pada emosi, keinginan
dan kebutuhan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang terkait
dengan motivasi seseorang juga sangat dipengaruhi oleh orientasi kepentingan
yang dimiliki masing-masing tahapan usia.
Berdasarkan fakta dan teori didapatkan kesesuaian antara dan teori karena
pada usia 31-40% responden tidak memiliki motivasi sama sekali, sedangkan
diusia 41-50,dan usia >50 tahun , walaupun hanya berjumlh 5 responden, karena
dominan tingkat motivasi pada penelitian ini tingkat motivasi sedang dan tinggi,
Hal ini membuktikan bahwa semakin usia seseorang dewasa maka semakin
dewasa cara seseorang tersebut berpikir serta memiliki keinginan dalam mencapai
sesuatu, karena pada tahap tersebut seseorang memasuki fase lansia yang
mengalami banyak perubahan seseorang akan berusaha atau mempunyai dorongan
untuk menjaga kesehatannya.

4.2.3 Dukungan Keluarga Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD


Puskesmas Pahandut Palangka Raya
104

Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan menunjukkan 24


responden (56%) dukungan keluarga cukup, dan 6 responden (16%) dukungan
keluarga kurang, dan 7 responden (19%) dukungan keluarga baik, dari hasil
tersebut didapatkan dukungan keluarga yang cukup.
Dukungan keluarga sangatlah penting, karena keluarga merupakan bagian
karena penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan
merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan keluarga
tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita yang mengikuti saran
yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya
(Notoatmodjo, 2007: 92). Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Dikawasan puskesmas pahandut didapatkan dominan dukungan keluarga
cukup, karena keluarga hanya mengingatkan dan karena terlalu sibuk dengan
aktivitas, sehingga penyakit hipertensi sering mengalami kekambuhan, hal ini
sesuai pula di puskesmas pahandut selalu meningkat setip tahunnya, oleh karena
itu keluarga harus lebih memperhatikan pola makan penderita hipertensi.

4.2.4 Kepatuhan Diet Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD


Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden 24 responden (65%)
kepatuhan diet cukup patuh, dan 6 responden (16%) kepatuhan diet kurang patuh,
dan 7 responden (19%) kepatuhan diet sangat patuh, berdasarkan hasil tersebut
responden dominan memiliki tingkat kepatuhan cukup patuh.
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara kepatuhan diet dengan usia dengan
jeis kelamin didapatkan responden dengan yang sangat patuh didapatkan 0
responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 1 responden (10,0%) usia 41-50 tahun, 6
responden (25,0%) usia >50 tahun, responden yang cukup patuh dengan
didapatkan 3 responden (100,0%) berusia 31-40 tahun, 7 responden (70,0%) usia
41-50 tahun, 14 responden (58,3%) usia >50 tahun, responden yang kurang patuh
105

didapatkan 0 responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 2 responden (20,0%) usia 41-
50 tahun, 4 responden (16,7%) usia >50 tahun. Responden yang sangat patuh
didapatkan 1 responden (8,3%)laki-laki, 6 responden (24,0%) perempuan,
responden yang cukup patuh didapatkan 8 responden (66,7%) laki-laki, 16
responden (64,0%) perempuan,responden yang kurang patuh didapatkan 3
responden (25,0%) laki-laki, 2 responden (12,0%) perempuan.
4.2.5.1 Tingkat kepatuhan sangat patuh
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan 7 responden
(19%) kepatuhan diet sangat patuh. responden dengan yang sangat patuh
didapatkan 0 responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 1 responden (10,0%) usia 41-
50 tahun, 6 responden (25,0%) usia >50 tahun.
Kepatuhan adalah perilaku individu yang berhubungan dengan
memeriksakan kesehatan, minum obat, mengikuti diet, dan merubah gaya hidup
yang sesuai dengan petunjuk medis (Jaya,2009: 45).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu
tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan
berobat. Sikap dan perilaku individu dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi
kemudian menjadi internalisasi (Palestin,2005: 68).
Menurut Niven (2012:198), variabel yang mempengaruhi kepatuhan adalah
variabel demografi seperti usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan fakta dan pemaparan sejumlah teori terdapat kesesuaian antara
fakta dan teori karena tingkat kepatuhan 6 responden dengan usia >50 tahun
karena pada usia tersebut seseorang memasuki fase lansia sehingga banyak
mengalami perubahan-perubahan termasuk status kesehatannya, sehingga perlu
selalu tetap patuh pada diet hipertensi, dan dominan perempuan yang lebih patuh
hal ini karena perepmpuan lebih banyak dirumh, dan laki-laki hanya sibuk bekerja
dan kurang memperhatikan pola makan.
4.2.5.1 Tingkat kepatuhan cukup patuh
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan 24 responden
(65%) kepatuhan diet cukup patuh,responden yang cukup patuh dengan
106

didapatkan 3 responden (100,0%) berusia 31-40 tahun, 7 responden (70,0%) usia


41-50 tahun, 14 responden (58,3%) usia >50 tahun.
Kepatuhan adalah perilaku individu yang berhubungan dengan
memeriksakan kesehatan, minum obat, mengikuti diet, dan merubah gaya hidup
yang sesuai dengan petunjuk medis (Jaya,2009: 45).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu
tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan
berobat. Sikap dan perilaku individu dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi
kemudian menjadi internalisasi (Palestin,2005: 68).
Menurut Niven (2012:198), variabel yang mempengaruhi kepatuhan adalah
variabel demografi seperti usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan fakta dan pemaparan sejumlah teori terdapat kesesuaian antara
fakta dan teori karena tingkat kepatuhan 14 responden dengan usia >50 tahun
karena pada usia tersebut seseorang memasuki fase lansia sehingga banyak
mengalami perubahan-perubahan termasuk status kesehatannya, sehingga perlu
selalu tetap patuh pada diet hipertensi, dan dominan perempuan yang lebih patuh
hal ini karena perepmpuan lebih banyak dirumh, dan laki-laki hanya sibuk bekerja
dan kurang memperhatikan pola makan.
4.2.5.1 Tingkat kepatuhan kurang patuh
Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden didapatkan 6 responden
(16%) kepatuhan diet kurang patuh, responden yang kurang patuh didapatkan 0
responden (0,0%) berusia 31-40 tahun, 2 responden (20,0%) usia 41-50 tahun, 4
responden (16,7%) usia >50 tahun, responden yang kurang patuh didapatkan 3
responden (25,0%) laki-laki, 2 responden (12,0%) perempuan.
Kepatuhan adalah perilaku individu yang berhubungan dengan
memeriksakan kesehatan, minum obat, mengikuti diet, dan merubah gaya hidup
yang sesuai dengan petunjuk medis (Jaya,2009: 45).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu
tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan
berobat. Sikap dan perilaku individu dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi
kemudian menjadi internalisasi (Palestin,2005: 68).
107

Menurut Niven (2012:198), variabel yang mempengaruhi kepatuhan adalah


variabel demografi seperti usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan fakta dan pemaparan sejumlah teori terdapat ketidakesesuaian
antara fakta dan teori karena tingkat kepatuhan 4 responden dengan usia >50
tahun karena pada usia tersebut seseorang memasuki fase lansia sehingga banyak
mengalami perubahan-perubahan termasuk status kesehatannya, sehingga perlu
selalu tetap patuh pada diet hipertensi, hal ini bisa terjadi karen pengaruh
lingkungan ataupun kebisaan yang sulit untuk merubah pola makan yang sudah
lama dijalani, dan dominan laki-laki daripada perempuan hal ini membuktikan
kepatuhan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor demografi.

4.2.5 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Menurut fakta berdasarkan nilai thitung sebesar -0,727 dengan probabilitas
0,472. Nilai ttabel pada penelitian ini sebesar --2,035. Nilai thitung lebih kecil dari
nilai ttabel (-0,0727<-2,035) sehingga dapat disimpulkan bahwa H01 diterima.
Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05
(0,472>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima yang artinya tidak ada
pengaruh pengetahuan terhadap kepatuhan diet hipertensi. Berdasarkan hasil
tabulasi silang yang dominan responden berpengetahuan cukup dengan tingkat
kepatuhan cukup patuh.
Pengetahuan adalah segala yang diketahui berdasarkan pengalaman oleh
setiap manusia (Mubarak, 2011: 81). Pengetahuan merupakan pedoman dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan
penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari pengertahuan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Maulana, 2009:194).
Penelitian oleh Novian (2013); Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Diit Pasien Hipertensi (studi pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang). pengetahuan yang kurang akan berpeluang tidak patuh
sedangkan pengetahuan yang baik akan berpeluang berpengetahuan baik.
108

Berdasarkan fakta yang diperoleh dari pemaparan dari sejumlah teori antara
fakta terdapat kesenjangan antara fakta dan teori, karena dalam penelitian ini
pengetahuan tidak berpengaruh pada kepatuhan diet. Penelitian ini tidak
mendukung penelitian Kusumastuti, Devita Indra (2014:67) ada hubungan positif
antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi, semakin tinggi tingkat
pengetahuan responden semakin patuh terhadap diet hipertensi.
Tingkat pengetahuan pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya tidak mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi, hal ini
menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berpengetahuan cukup memiliki
kepatuhan terhadap diet hipertensi. Pengetahuan akan mempengaruhi kepatuhan
seseorang akan tetapi dalam penelitian ini tidak ada pengaruh antara pengetahuan
terhadap kepatuhan diet, hal ini disebabkan karena ternyata pengetahuan klien
tentang diet hipertensi saja tidak cukup mempengaruhi kepatuhan diet hipertensi
dan rata-rata pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya, rata-rata berpendidikan SD, bahkan ada yang tidak sekolah, dan
tingkat pengetahuan pada pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pahandut Palangka Raya pada kategori cukup pasien hanya mengetahui tapi
belum tau bagaimana diet yang seharusnya dijalani. Responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah akan sulit menerima informasi, sehingga pasien
hipertensi kurang mengetahui bagaimana diet hipertensi yang harus
dijalaniTingkat pengetahuan yang kurang atau hanya pada kategori cukup tentang
diet hipertensi akan mempengaruhi pada kepatuhan diet pada pasien hipertensi,
kepatuhan klien tentu akan mempengaruhi kondisi kesehatan klien, karena jika
pola makan tidak jaga akan menimbulkan kekambuhan dan komlipkasi penyakit
hipertensi, oleh karena itu klien perlu meningkatkan pengetahuan tentang diet
hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar
dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi
harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari, dengan ada atau tidaknya sakit
dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah
penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi
dan komplikasinya.
109

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih sering memberikan


penyuluhan dan sosialisasi tentang penyakit hipertensi kepada penderita
hipertensi, terutama tentang diet hipertensi yang baik dan benar. Sebaiknya
penyuluhan dilakukan tidak hanya pada saat penderita datang berobat ke
Puskesmas akan tetapi langsung turun kelapangan menemui penderita hipertensi.
Materi penyuluhan yang diberikan kepada penderita hipertensi harus bervariasi,
artinya tidak hanya melarang makanan yang asin-asin dan berlemak namun harus
diberitahukan secara detil mengenai penggunaan garam kurang dari 1 sendok
teh/hari, serta makanan apa saja yang dianjurkan untuk penderita hipertensi.
Media penyampaian materi sebaiknya menggunakan media tertulis seperti leaflet
ataupun brosur sehingga penderita akan mudah mengerti dan tidak lupa dengan
apa yang disampaikan sebelumnya.

4.2.6 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Pasien


Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka
Raya
Menurut fakta berdasarkan nilai thitung sebesar 2,612 dengan probabilitas
0,013. Nilai ttabel pada penelitian ini sebesar 2,035. Nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel (2,612 >2,035.) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha2 diterima. Berdasarkan
nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05 (0,013<0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa H02 ditolak yang artinya ada pengaruh motivasi
terhadap kepatuhan diet. Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan tingkat
motivasi sedang dengan kepatuhan cukup.
Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat
berpengaruh terhadap faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam
mengontrol penyakitnya, motivasi dalam diri seseorang dapat ditimbulkan,
dikembangkan dan diperkuat, semakin kuat motivasi seseorang, makin pula
usahanya untuk mencapainya (Notoatmodjo, 2007: 87). Menurut peneitian
Indarwati,Dewi (2012) ada pengaruh signifikan antara motivasi dengan kepatuhan
diet diabetes melitus, responden yang mempunyai motivasi tinggi mempunyi
110

peluang untuk patuh terhadap diet daripada dibandingkan responden yang


memiliki motivasi rendah.
Berdasarkan fakta dan telah diperoleh dan pemaparan sejumlah teori tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara fakta dan teori sehingga peneliti
berpendapat bahwa ada pengaruh antara faktor motivasi dengan kepatuhan diet
hipertensi. Penelitian ini didukung oleh penelitian Runtukahu, Findy (2015)
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Melaksanakan Diet
Hipertensi D iwilayah Krja Puskesmas Woolang Kecamatan Lamongan. tentang
menyatakan ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan diet, motivasi dapat
meningkatakan kepatuhan diet hipertensi, jika dorongn ini semakin baik mkaa
kepatuhan diet pun baik. Motivasi berpengaruh pada kepatuhan diet diet
hipertensi, hal ini berarti semakin baik motivasi pasien maka kepatuhan diet
hipertensi semakin meningkat pula, Motivasi adalah kemauan atau keinginan yang
dapat mengubah perilaku dan sikap individu dalam menjalankan diet hipertensi,
motivasi akan membuat seseorang terdorong tetap patuh menjalankan diet
hipertensi sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya. Pasien hipertensi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya memiliki motivasi yang
cukup baik karena pasien selalu memeriksakan tekanan darah, setiap bulannya ada
kegiatan posyandu, dari kegiatan posyandu pasien, di ingatkan petugas kesehatan
untuk tetap menjalankan diet hipertensi agar penyakit hipertensi yang dialami
dapat terkontrol dan setiap bulannya selalu kepuskesmas untuk kontrol berobat,
dan pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya
selalu berusaha mengkonsumsi buah, sayuran dan mengurangi makanan berlemak
dan makanan yang mengandung garam tinggi. Tingginya motivasi akan lebih baik
dalam mejalankan kepatuhan diet hipertensi, dengan kemauan yang tinggi dalam
menjalankan diet hipertensi akan berdampak pada kepatuhan diet itu sendiri
sehingga pada akhirnya status kesehatan pasien hipertensi akan baik.
Penderita hipertensi disarankan agar tetap memiliki motivasi yang baik
dalam menjalankan diet hipertensi agar tekanan darah tetap stabil dan terhindar
dari komplikasi penyakit hipertensi, dan kepada petugas kesehatan agar selalu
111

memberi dukungan atau pendidikan kesehatan pada pasien agar pasien tetap patuh
pada diet hipertensi.

4.2.7 Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Hipertensi


Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut
Palangka Raya
Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh nilai thitung sebesar 3,880 dengan
probabilitas 0,000. Nilai ttabel pada penelitian ini sebesar -2,035. Nilai thitung lebih
besar dari nilai ttabel (3,880>2,035) sehingga dapat disimpulkan bahwa H03 ditolak.
Berdasarkan nilai probabilitas juga menunjukkan nilai yang lebih kecil dari 0,05
(0,000<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima, yang artinya ada
pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet hipertensi. Berdasarkan
hasil tabulasi silang didapatkan hasil terbanyak dukungan keluarga cukup dengan
kepatuhan cukup patuh.
Dukungan keluarga sangatlah penting, karena keluarga merupakan bagian
karena penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan
merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan keluarga
tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita yang mengikuti saran
yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya
(Notoatmodjo, 2007: 92). Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan,
menurut penelitian Susanti, Mei (2013) dukungan keluarga yang baik dalam
menjalani terapi diet membuat pasien patuh untuk menjalani pola makan
seimbang.
Berdasarkan fakta yang telah diperoleh dan pemaparan sejumlah teori tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara fakta dan teori sehingga peniliti
berpendapat bahwa ada pengaruh antara faktor dukungan keluarga terhadap
tingkat kepatuhan diet hipertensi. Penelitian ini didukung oleh Novian,
Arista(2013), tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet hipertensi,
112

ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan die hipertensi


dukungan keluarga sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarganya, memberi
perhatian dan dorongan dalam menjalani diet hipertensi. Dukungan keluarga
sangat berpengaruh dalam kepatuhan diet hipertensi, hal ini berarti semakin baik
dukungan keluarga, maka semakin baik pula kepatuhan diet hipertensi, karena
dengan adanya dukungan dari keluarga dapat mengubah perilaku dan sikap dan
membuat individu mempunyai keinginan tinggi untuk tetap patuh pada diet
hipertensi. Semakin baik dukungan keluarga yang diberikan akan lebih baik bagi
penderita hipertensi dalam menjalankan diet hipertensi. Pasien hipertensi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut rata-rata tigkat pekerjaan swasta
sehingga lebih banyak banyak waktu dirumah atau berkumpul dengan keluarga
sehingga pola makan atau diet lebih terkontrol oleh anggota keluarga yang
lainnya. Dukungan keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan emosional
yaitu keluarga selalu mendengarkan keluhan-keluhan yang diraskan pasien
hipertensi, dukungan informasional berupa keluarga selalu memberi informasi
tentang makanan rendah garam dan rendah lemak, dukungan instrumental berupa
keluarga menyedikan makanan rendah garam dan rendah lemak dirumah, selalu
mengantar berobat ke pelayanan kesehatan, dengan adanya dukungan keluarga
yang cukup pada penderita hipertensi sangat berpengaruh pada kepatuhan diet
hipertensi, sehingga semakin baik dukungan keluarga, kepatuhan diet pun
menigkat, sehingga pada akhirnya dengan kepatuhan diet tersebut tekanan darah
terkontrol dan terhindar dari komplikasi.

Bagi keluarga penderita hipertensi agar tetap memberi perhatian dan dukungan
pada pasien hipertensi agar tetap patuh pada diet hipertensi, dan bagi petugas
kesehatan agar memberi pendidikan kesehatan bukan hanya pada penderita
hipertensi juga dapat pada keluarga penderita hipertensi, karena keluarga berperan
penting dalam pengaturan pola makan pasien hipertensi.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan
penelitian. Beberapa keterbatasan penelitian adalah sebagai berikut:
113

1. Masih banyak faktor lain yang berpengaruh pada diet hipertensi yang dapat
dijadikan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini, misalnya faktor
dukungan petugas kesehatan, lingkungan.
2. Responden sebagian tidak bisa membaca dan menlis sehingga perlu dibantu
untuk mengisi kuesioner.
114

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian dari tanggal 216
Juni sampai 26 Juni mengenai analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
hipertensi diwilayah kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka Raya, maka telah
mendapatkan hasil dari penelitian tersebut yang kemudian dibahas secara jelas.
Hasil penelitian ini dapat disimpulakan sebagai berikut:
1) Hasil identifikasi dari tingkat pengetahuan pasien tentang diet hipertensi
menunjukkan bahwa responden dominan memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup tentang diet hipertensi hal ini dikarenakan bisa dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan usia karena rata-rata penderita hipertensi tidak sekolah,
sehingga sulit untuk menerima informasi tentang diet hipertensi.
2) Hasil identifikasi dari tingkat motivasi pasien tentang diet hipertensi
menunjukkan bahwa responden dominan tingkat motivasi sedang, hal ini
dikarenakan pasien hipertensi rata-rata memasuki usia lansia mengalami
banyak perubahan seseorang akan berusaha atau mempunyai dorongan untuk
menjaga kesehatannya.
3) Hasil identifikasi dari dukungan keluarga terhadap pasien hipertensi
menujukkan dukungan keluarga cukup, hal ini dikarenakan keluarga selalu
berusaha memberi dukungn baik secara dukungan emosi dan instrumental yaitu
menyediakan makanan yang rendah garam dan lemak kepada pasien hipertensi.
4) Berdasarkan hasil penelitian dari 37 responden menunjukkan bahwa
responden dominan tingkat kepatuha cukup patuh, hal ini dikarenakan pasien
rata-rata memasuki fase lansia, mengalami banyak perubahan sehingga
mempunyai motivasi untuk tetap sehat, yaitu patuh pada diet hipertensi.
115

5) Hasil analisis menunjukkan Nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel (-0,0727<-
2,035), artinya tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap diet hipertensi, hal ini
dikarenakan ternyata tingkat pengetahuan saja tidak cukup untuk membuat
seseorang patuh, faktor kebiasaan juga menentukkan, pasien rata-rata memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan berlemak dan garam tinggi.
114thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,612
6) Hasil analisis menunjukkan nilai
>2,035.). artinya ada pengaruh motivasi terhadap kepatuhan diet hipertensi, hal
ini dikarenakan pasien hipertensi akan mengalami perubahan kesehatan maka
pasien hipertensi tersebut berusaha untuk tetap mempertahankan status
kesehatannya, yaitu mempunyai dorongan dalam diri/motivasi dengan tetpa
patuh terhadap diet hipertensi.
7) Hasil analisis menunjukkan nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,880>2,035)
artinya ada pengaruh dukungan keluarga terhadap diet hipertensi, hal ini
dikarenakan keluarga adalah orang yang paling dekat dengan pasien, jika ada
pasie mengalami gangguan kesehatan maka keluarga selalu berusaha memberi
dukungan dalam mengatasi masalah kesehatan pasien hipertensi.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan saran yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan dijadikan

dasar untuk memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat terutama mengenai pentingnya

pelaksanaan kepatuhan diet hipertensi.

5.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil ini menyarakan kepada petugas kesehatan khususnya para perawat di


tempat penelitian yaitu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pahandut Palangka
116

Raya agar sering memberikan pendidikan kesehatan mengenai informasi tentang


diet hipertensi.

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan perbandingan jika suatu saat

dilakukan penelitian dan referensi pengembangan pembelajaran, bahan bacaan di

perpustakaan digunakan sebagai informasi dan masukan bagi sebagai bahan

referensi untuk penelitian berikutnya.

5.2.4 Bagi Pelayanan Keperawatan

Bagi pelayanan keperawatan diharapkan menigkatkan upaya promosi


kesehatan pada masyarakat khususnya untuk meningkatkan kepatuhan diet
hipertensi pada pasien hipertensi yang bisa dilakukan melalui pendidikan
kesehatan
5.2.5 Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai pengalaman nyata dan meningkatkan pengetahuan

serta pemahaman tentang pentingnya pelaksanaan diet hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai