Anda di halaman 1dari 4

BAB I

1.1 Latar belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan
yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar the silent killer karena hipertensi
merupakan pembunuh tersembunyi yang prevalensinya sangat tinggi dan cenderung
meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi
berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak (Bahrianwar, 2009). Keluarga
diharapkan mempunyai pengetahuan tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu
perilaku perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan,
penatalaksanaan yang benar dan tepat pada penderita hipertensi. Alasan tidak mendapatkan
perilaku pengaturan diet hipertensi dengan benar dari keluarga disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi dan penanganannya, sikap
keluarga yang kurang peduli dalam hal memberikan biaya pengobatan, waktu yang kurang
dari keluarga dalam memberikan perawatan serta keterbatasan finansial yang dimiliki
keluarga. Alasan tidak mendapatkan perilaku pengaturan diet hipertensi dengan benar
dari keluarga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
hipertensi dan penanganannya, sikap keluarga yang kurang peduli dalam hal memberikan
biaya pengobatan, waktu yang kurang dari keluarga dalam memberikan perawatan serta
keterbatasan finansial yang dimiliki keluarga. (Notoatmodjo, 2003)

Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya 50%, lebih rendah dibandingkan


angka kesadaran hipertensi di Amerika yang mencapai 69%. Berdasarkan Bustan
(2007), bahwa hipertensi yang terkendali dengan baik masih di bawah 10% dari
seluruh penderitanya di Indonesia. Kondisi penderita hipertensi di Malang saat ini sangat
mengancam jiwa penderita hipertensi. Menurut laporan tahunan Rumah Sakit dr.
Soepraoen Malang Arifin Achmad Kota Malang, proporsi penderita hipertensi yang
dirawat inap pada tahun 2004 adalah sebesar 8,92% (265 orang dari 2.971 pasien
penyakit dalam) dengan Case Fatality Rate (CFR) 7,55% (20 orang), tahun 2005 sebesar
5,96% (229 orang dari 3.843 pasien penyakit dalam) dengan CFR 6,11% (14 orang), tahun
2006 sebesar 5,31% (186 orang dari 3.503 pasien penyakit dalam) dengan CFR 5,91% (11
orang), tahun 2007 sebesar 4,79% (171 orang dari 3.573 pasien penyakit dalam)
dengan CFR 5,85% (10 orang), dan tahun 2008 sebesar 6,85% (265 orang dari 3.870
pasien penyakit dalam) dengan CFR 3,40% (9 orang). Berdasarkan data dinas kesehatan
kota Malang (2010) kasus hipertensi terbanyak terjadi di puskesmas singosari yaitu 2081
jiwa, puskesmas lima puluh 1527 jiwa, puskesmas kepanjen 1267 jiwa, puskesmas
bululawang 1194 jiwa serta puskesmas talangagung kota 1094 jiwa. Ancaman kematian
akibat hipertensi di Malang sangat tinggi. Kebiasaan masyarakat yang selalu
mengkonsumsi garam yang banyak dalam kehidupan sehari-hari dan makanan yang
tinggi kolestrol. Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mempertahankan
berat badan agar selalu ideal, menurunkan kadar kolesterol dengan mengatur pola makan
dan tidak meminum alkohol (Ridwan, 2002). Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada
tanggal 01 Oktober 2010 dan observasi pada keluarga Tn.X didapatkan bahwa kelurga tidak
memiliki menu diit pada pasien hipertensi dan keluarga juga tidak mengetahui diit px
hipertensi.

Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya
tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi
adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008). Hipertensi hubungan
dengan diit keluarga yang menyiapkan porsi makanan diit hipertensi. Diit rendah natrium
akan berkaitkan dengan keluarga sebagai penyedia makanan dalam keluarga.
Penatalaksanaan hipertensi meliputi penatalaksanaan medis hipertensi esensial dan
penatalaksanaan medis hipertensi sekunder. Penatalaksanaan medis hipertensi esensial dapat
dilakukan dengan menurunkan tekanan darah sampai normal atau sampai level paling rendah
yang masih dapat ditoleransi oleh pasien. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam
penatalaksanaan medis hipertensi tanpa obat-obatan yaitu: diit garam, diit lemak, olahraga
secara teratur, istirahat cukup, dan hindari stress. Penatalaksanaan medis hipertensi sekunder
bergantung pada derajat hipertensi yang diderita oleh pasien. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dengan memodifikasi pola hidup penderita misalnya dengan menurunkan berat
badan hingga mencapai berat badan ideal, menghentikan kebiasaan merokok, dan konsumsi
alkohol, serta rutin berolahraga. Salah satu diit makanan pada penyakit hipertensi adalah diit
rendah garam. Jika diit rendah garam pada penyakit hipertensi terpenuhi, maka akan
membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengangkat masalah tersebut
untuk dijadikan sebuah penelitian yang bertujuan mengetahui “Gambaran Perilaku Keluarga
Tentang Diit Makanan Pada Penyakit Hipertensi”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran perilaku keluarga tentang diit makanan pada penderita


penyakit hipertensi. Sehingga hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat
serius karena jika tak terkendali akan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Cara yang
paling baik dalam menghindari komplikasi hipertensi adalah dengan mengubah ke arah gaya
hidup sehat. Permasalahan saat ini masih ditemukan pasien hipertensi yang tidak taat
terhadap dietnya. Kepatuhan diet hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu :
demografi, pengetahuan, psikososial, dan dukungan keluarga. Berdasarkan uraian latar
belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran perilaku keluarga
tentang diit makanan pada penderita penyakit hipertensi”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diit makanan pada penderita
penyakit hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang
Gambaran perilaku keluarga tentang diit makanan pada penderita penyakit hipertensi

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Ilmu Keperawatan


Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi ilmu keperawatan dalam
mengembangkan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada anggota keluarganya yang
menderita hipertensi.

2. Bagi Instiitusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran institusi pendidikan dalam


mengembangkan penelitian di keluarga khususnya terkait gambaran perilaku keluarga
tentang diit makanan pada penderita penyakit hipertensi.

3. Bagi Peneliti

hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengamalkan teori yang didapatkan selama
masa perubahan dalam kasus nyata tentang asuhan keperawatan keluarga pada penderita
hipertensi, sebagai promosi kesehatan yaitu sebagai bahan dalam penyusunan program
penyuluhan kesehatan masyarakat khusus nya pada gambaran perilaku keluarga tentang diit
makanan pada penderita penyakit hipertensi dn sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Responden

Diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah wawasan kepada keluarga


yang melakukan diit makanan pada penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai