PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,Pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun
(Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-
faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik,
penyakit ginjal Dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).
Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan satu milyar
orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita Hipertensi berada di negara
berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah
menyebabkan banyak kematian sekitar 8 juta orang setiap tahunnya, dan 1,5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara dengan 1/3 populasinya menderita hipertensi
(Kemenkes, 2017).
Hipertensi pada lansia merupakan hal yang sering ditemukan dikarena sebagian besar
orang-orang paruh baya atau lansia berisiko terkena hipertensi. Hipertensi pada lansia
disebabkan oleh penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan katub jantung yang
membuat kaku katub, menurunnya kemampuan memompa jantung, kehilangan
elastisitas pembuluh darah perifer, dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Penyebab lansia menderita hipertensi diatas karena
kemunduran fungsi kerja tubuh.
10
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia adalah Gaya hidup,
seperti konsumsi junkfood, rokok, alkohol, dan olahraga yang kurang. Pada makanan
junkfood yang tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat, dan tinggi natrium atau garam
(Ridwan & Nurwanti, 2013). Tinggi Lemak dan natrium atau garam merupakan salah satu
faktor penyebab hipertensi, kemudian pada rokok terdapat kandungan nikotin yang
memicu kelenjar adrenal melepaskan epinefrin atau adrenalin menyebabkan terjadinya
penyempitan pembuluh darah dan membuat jantung memompa lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea G.Y.,2013). Konsumsi alkohol dapat
meningkatkan keasaman darah yang membuat darah menjadi lebih kental dan jantung
menjadi lebih berat dalam memompa (Komaling J.K., Suba B., Wongkar D., 2013),
sedangkan olahraga yang kurang merupakan faktor risiko independen untuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan yang diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara
global (Iswahyuni S., 2017).
Merubah gaya hidup pada lansia tentu saja tidak dapat dilakukan sendiri. Keluarga
memiliki peran penting dalam mengubah gaya hidup lansia. Menurut Friedman, keluarga
sangat dibutuhkan dalam perawatan lansia, sedangkan menurut Setiadi keluarga
bertugas untuk memberikan perawatan kepada lansia (dalam Suwandi Y.D., 2016).
Keluarga merupakan perawat Primer bagi anggotanya (Bakri M.H., 2015). Sikap keluarga
dalam perawatan lansia berperan pada kesehatan lansia.
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek baik
yang bersifat intern dan ekstern (Zaini dkk, 2015). Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung dan
tidak memihak pada objek tersebut (Azwar S., 2013). Sikap keluarga yang mendukung
dapat membantu lansia dalam mengontrol tekanan darah, seperti pada penelitian yang
11
Berdasarkan data yang diperoleh diatas peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui
apakah sikap yang ditunjukkan keluarga positif atau cenderung mendukung kesembuhan
lansia dengan hipertensi atau malah sikap yang ditunjukkan keluarga negatif atau
cenderung tidak mendukung kesembuhan lansia dengan hipertensi. Peneliti melakukan
peneliti tentang bagaimana gambaran sikap keluarga terhadap lansia dengan hipertensi
di Desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diketahui bahwa angka hipertensi lansia di Puskesmas
Kasihan II tinggi, termasuk dalam daftar 3 besar penyakit yaitu Pada peringkat pertama.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Zulnida (2015) bahwa ada hubungan antara sikap
keluarga yang positif maka pola makan lansia dengan hipertensi juga baik dan tekanan
12
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dijadikan sumber Pengembangan
ilmu pengetahuan mengenai sikap keluarga terhadap lansia dengan hipertensi.
2. Manfaat Praktis
14
a. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi, sumber bacaan, dan acuan
penelitian selanjutnya mengenai sikap keluarga terhadap lansia dengan hipertensi.
b. Puskesmas Kasihan II
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai sikap keluarga terhadap
lansia dengan hipertensi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
memberikan penyuluhan atau
3. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya terkait
dengan hipertensi.
16
BAB 2
TINJAUANPUSTAKA
Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal
dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan
satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih
dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah. Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah
sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti,
2013).
kemudian berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau
17
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.
Penyakit ini salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia
terjadi di negara berkembang pada tahun 2025 ; dari jumlah total 639 juta kasus di
tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun
2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena terkanan darah tinggi dari
pada pria. Dari kasus - kasus tadi, ternyata 68,4% diantaranya termasuk hipertensi
mmHg), dan hanya 3,5% yang masuk hipertensi berat (diastolik sama atau lebih
besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik
ialah 16,1%. Persentase ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan prevalensi
seluruh populasi (33,3%), sehingga merupakan faktor risiko yang kurang penting.
2.1.2 Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor yang
(Udjianti, 2013).
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk mengalami
hipertensi.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
18
e. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.
f. Gaya hidup
bulan.
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri renal pada
c. Gangguan endokrin
hormon estrogen pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh
memang akan menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan
pembuluh darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi darah dan pada
f. Merokok
tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan nikotin pada
rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan
sfigmomanometer air raksa atau dengan tensimeter digital. Hasil dari pengukuran
tersebut adalah tekanan sistol maupun diastol yang dapat digunakan untuk
sebagai berikut :
Tabel 2.1
(stadium 1 )
( stadium 2 )
( stadium 3 )
(stadium 4 )
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis (mimisan)
h. Kesadaran menurun
2.1.6 Patofisiologi
inibermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Smelttzer, 2014).
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
hipertensi (Price).
2.1.7 Komplikasi
a. Penyakit jantung
Ginjal
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
c. Otak
diperdarahi berkurang.
d. mata
kebutaan.
a. Pemerikaan Laboratorium
hipokoagubilita, anemia.
DM.
ginjal.
jantung.
b. Terapi farmakologi
seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel dan
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak dan dewasa
25
akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.
Dimana saat ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang melalui tahap
terhadap beberapa ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila,
berbagai implikasi baik dari aspek social, ekonomi, hukum, politik dan terutama
berikut :
a. Berusia lebih dari 60 th (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No. 13 ttg kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
maladaptif.
b. Lanjut usia
26
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia
Perubahan yang Terjadi pada Lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan
psikologis.
a. Perubahan Fisik
tampilan dan fungsi fisik. lansia menjadi lebih pendek akibat adanya
pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan
diameter pelvis. Kulit menjadi tipis dan keriput, masa tubuh berkurang dan
meningkat.
fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih
tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan
membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut
pencernaan.
28
retensi urine.
10. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang
mengalami kekakuan.
11. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun
b. Perubahan Psikologis
memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan
c. Perubahan Kognitif
mudah lupa, bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan
b. Tipe mandiri
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe Pasrah
e. Tipe bingung
pasif acuh tak acuh. Tipe lain dari usia lanjut : Tipe optimis, Tipe konstruktif,
2.3.1 Pengkajian
1. pengumpulan data
a. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
d. Aktivitas / istirahat
takipnea.
e. Sirkulasi
31
f. Integritas Ego
g. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
h. Makanan/cairan
telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual,
diuretik.
i. Neurosensori
j. Nyeri / ketidaknyamanan
32
k. Pernapasan
riwayat merokok.
i. Keamanan
2. Pola nutrisi
kesehatan
3. Pola eliminasi
jumlah tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C,D dan E
lain
(2) g pernah
(1) (0)
34
1. A : adaptasi
( adaptasi )
2. P : Partnership
3. G : Growth
melakukan aktivitas
( pertumbuhan )
4. A : Afek
5. R : Resolve
Keterangan :
a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
c. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan untuk subyek kulit hitam
Aspiani, 2014 ).
iskemia miokard.
iskemia.
37
Tabel 2.5
Intervensi
berdiri
18. Auskultasi tekanan darah
padakedua lengan dan
bandingkan
19. Monitor tekanan darah, nadi
pernapasan, selama dan
setelah aktivitas
20. Monitor kualitas dari nadi
21. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
22. Monitor pola pernapasan
abnormal
23. Monitor suhu,warna, dan
kelembapan kulit
24. Monitor adanya cushing
Triad (tekanan nadi yang
melebar bradikardi,
peningkatan sistolik)
25. identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Nyeri akut berhubungan NOC NIC
dengan peningkatan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji nyeri secara
tekanan vaskulerserebral keperawatan diharapkan Komprehensif, termasuk
Kriteria hasil : lokasi karakteristik, durasi,
1. Klien mampu frekuensi, kualitas dan
mengontrol nyeri, faktor presipitasi
mampu 2. Kontrol lingkungan yang
menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
teknik non seperti suhu ruangan,
farmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
mengurangi nyeri, 3. Ajarkan tentang teknik non
mencari bantuan) Farmakologi seperti
2. Melaporkan bahwa kompres hangat dan
nyeri berkurang relaksasi nafas dalam
dengan 4. Berikan analgetik untuk
menggunakan mengurangi nyeri
manajemen nyeri 5. Tingkatkan istirahat yang
3. Mampu mengenali cukup
nyeri (skala, 6. Monitor vital sign sebelum
intensitas dan sesudah pemberian
frekuensi dan analgetik pertama kali
tanda nyeri)
4. Mengatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
2.3.4 Implementasi
pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang pesifik. Tahap
padanursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
2.3.5 Evaluasi
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap
(Nursalam, 2013).