Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

tiba-tiba menjadi tua tetapi mengalami tahap perkembangan dari bayi, anak-

anak, dewasa hingga akhirnya menjadi tua. Proses penuaan mengakibatkan

fungsi fisiologis individu mengalami penurunan sehingga penyakit

degeneratif banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif

dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit

menular (Sunaryo, 2016).

Menurut WHO (2015) Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok

penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global proporsi

penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada 2014 adalah 12% dari total

populasi dunia (UNPFA, 2015). Jumlah populasi lansia berusia lebih dari 60

tahun di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun yaitu sebesar 9,60%

pada tahun 2019 menjadi 10,7% pada tahun 2020 (BPS, 2020). Hasil Riset

Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa penyakit terbanyak pada lanjut usia

adalah penyakit tidak menular salah satunya hipertensi (Kemenkes, 2016).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan

sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3

orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus

meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada sekitar

1,5 Miliar orang  yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya

1
2

10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemenkes,

2019).

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan salah satu faktor

risiko utama yang mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan

jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016

penyakit jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama

di dunia (WHO, 2018).

Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu

keadaan di mana pembuluh darah terus-menerus meningkatkan tekanan.

Setiap kali jantung berdetak, memompa darah ke dalam pembuluh, yang

membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan

darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh

jantung. Semakin tinggi tekanan, semakin sulit jantung memompa.

Kebanyakan orang dengan hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali, inilah

mengapa hipertensi dikenal sebagai "silent killer". Terkadang hipertensi

menyebabkan gejala seperti sakit kepala, sesak napas, pusing, sakit dada,

jantung berdebar dan hidung berdarah, tetapi tidak selalu (WHO, 2019)

Di Indonesia prevalensi hipertensi di tahun 2018 berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥ 18 tahun sebesar 34,1% data ini meningkat

dari tahun 2013 yaitu sebesar 25,8%. Estimasi jumlah kasus hipertensi di

Indonesia sebanyak 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian akibat

hipertensi sebesar 427.218 orang. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-
3

44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%),

umur 65-74 (63,3), 75 keatas (69,5%) (Riskesdas, 2018).

Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa Provinsi Kalimantan

Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13% diikuti oleh Jawa Barat

sebesar 39,6%, Kalimantan Timur sebesar 39,3%. Provinsi Papua memiliki

prevensi hipertensi terendah sebesar 22,2% diikuti oleh Maluku Utara sebesar

24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16%. Sedangkan untuk Provinsi

Kepulaun Riau angka kejadian hipertensi sebesar 25,84% (Riskesdas, 2018).

Hipertensi memerlukan penanganan secara berkelanjutan. Penanganan

hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan nonfarmakologi.

Hardinsyah 2016 dalam Dewi Lailatul, dkk, 2018 menyebutkan bahwa

penanganan secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara

memodifikasi perilaku hidup sehat dan pola diet DASH (Dietary Approach to

Stop Hypertension). Diet DASH menganjurkan salah satunya yaitu

mengkonsumsi makanan yang kaya kalium. Peningkatan asupan kalium dari

makanan untuk mengurangi tekanan darah, stroke, dan jantung koroner

sebesar 3510 mg/hari. Peningkatan asupan kalium dapat menurunkan tekanan

darah karena adanya penurunan resistensi vaskuler. Resistensi vaskuler

diakibatkan oleh dilatasi pembuluh darah dan adanya peningkatan kehilangan

air dan natrium dari tubuh, hasil aktivitas pompa natrium dan kalium. Salah

satu buah yang tinggi asupan kaliumnya adalah pisang (WHO, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatmawati, dkk (2017)

menunjukkan adanya penurunan tekanan darah pada lansia setelah

mengkonsumsi pisang ambon. Pemberian pisang ambon sebanyak 3 buah


4

(303 gram) sehari selama seminggu untuk menurunkan tekanan darah sitolik

sebesar 25 mmHg dan diastolik sebesar 13,34 mmHg. Penelitian yang

dilakukan oleh Tangkilisan, dkk (2013) juga menunjukkan adanya pengaruh

pisang ambon terhadap penurunan tekanan darah. Kandungan kalium yang

ada pada pisang ambon lebih tinggi dibandingakan jenis lainnya seperti

pisang raja bulu dan pisang nangka (Sania Taufik Alkatirie dkk, 2012). Selain

itu jenis pisang ambon banyak ditemui di wilayah Indonesia baik di pasar

tradisional maupun modern.

Di Panti Werdha Rumah Bahagia Kabupaten Bintan berdasarkan hasil

studi pendahuluan didapatkan jumlah lansia sebanyak 34 orang. 23 orang

perempuan dan 11 orang laki-laki, sebagian besar lansia menderita hipertensi

dan penyakit lain seperti stroke, demensia, rematik, gastritis dan DM. Diet

lansia di Rumah Bahagia Kabupaten Bintan belum mengacu pada diet yang

sesuai dengan penyakit seperti hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pisang Ambon Terhadap Tekanan Darah pada Lansia

Hipertensi di Panti Werdha Rumah Bahagia Kabupaten Bintan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam

penelitian adalah “Apakah Ada Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon Terhadap

Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Panti Werdha Rumah Bahagia

Kabupaten Bintan?”.
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon Terhadap

Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Panti Werdha Rumah Bahagia

Kabupaten Bintan Pada Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik Lansia Hipertensi di Panti Werdha

Rumah Bahagia Kabupaten Bintan Tahun 2021

b. Diketahuinya rata-rata tekanan darah sebelum Pemberian Pisang

Ambon Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Panti Werdha

Rumah Bahagia Kabupaten Bintan Tahun 2021

c. Diketahuinya rata-rata tekanan darah sesudah Pemberian Pisang

Ambon Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Panti Werdha

Rumah Bahagia Kabupaten Bintan Tahun 2021

d. Menganalisa Pengaruh Pemberian Pisang Ambon Terhadap Tekanan

Darah Lansia Hipertensi di Panti Werdha Rumah Bahagia

Kabupaten Bintan Tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikasi

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

mahasiswa/mahasiswi Jurusan Keperawatan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran
6

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam

penatalaksanan nonfarmakologi bagi pasien hipertensi

c. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memaksimalkan tugas dan peran, dalam

melakukan penatalaksaan nonfarmakologi bagi pasien hipertensi

2. Manfaat Akademik/Teoritis/Keilmuan

Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber pustaka tentang “Pengaruh

Konsumsi Pisang Ambon Terhadap Tekanan Darah pada Lansia di Panti

Werdha Rumah Bahagia Kabupaten Bintan”.

Anda mungkin juga menyukai