PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silen Killer karena
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui
atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi
terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke
dan ginjal. Di seluruh dunia hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius
disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat dimasa yang
akan datang karena tingkat keganasanya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan
kematian mendadak. Kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat
membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan
membutuhkan waktu yang panjang bahkan sampai seumur hidup.
Hipertensi saat ini masih menjadi faktor risiko kematian tertinggi di seluruh
dunia. Data yang dikumpulkan dari berbagai literature menunjukan jumlah penderita
hipertensi dewasa diseluruh dunia pada tahun 2000 adalah 957-987 juta orang.
Prevalensinya diduga akan semakin meningkat setiap tahunya sampai mencapai
angka 1,56 milyar (60% dari populasi dewasa dunia) pada tahun 2025.
Di Amerika 15% golongan kulit putih dewasa dan 25-35% golongan kulit hitam
adalah penderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi tahun 1997 adlah 4.400 per
100.000 penduduk. Insiden tertinggi adalah dikalangan kaum Melayu dan diikuti
kaum Cina dan India. (Suparman, 1998).
Di negara maju, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan bahkan di
banyak Negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak
faktor
dari
penderita,
tenaga
kesehatan,
obat - obatan
maupun pelayanan
kesehatan. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) seperti yang juga ahli jantung
menyatakan hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila
faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meiputi monitoring tekanan darah
secara teratur program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktifitas
fisik/gerakan badan diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi tinggi
serat, rendah lemak dan rendah garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri
oleh individu atau masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang
ada dan harus dilakukan sedini mungkin..
Di Asia penelitian di kota Taiwan, Taiwan menunjukan hasil sebagai berikut :
Penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi berdasarkan Jivve
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1%) dan perempuan
(61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipetensi adalah 91,1% (laki-laki
29,4% dan perempuan 33,1%) hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (lakilaki 29,7% dan perempuan 28,8%). (Vina Ramitha, 2008).
fiber)
membawa
penyakit
degeneratif seperti jantung, diabetes mellitus, aneka kanker, dan hipertensi. (Zukhair,
Alii, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara
17-21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita
hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya
tidak menyadari kondisi penyakitnya. (Depkes RI, 2007).
Hipertensi di Indonesia terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995
menunjukan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia
cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensi di daerah luar
Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan kedua pulau ini. Hal ini berkaitan erat dengan
4
pola makanan terutama konsumsi garam yang umumnya lebih tinggi di luar pulau
Jawa dan Bali. (Zukhair, Alii, 2008).
Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan 1,8 18,8% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Prevalensi di Sumatera Selatan dari penelitian menunjukan angka 6,3%
sampai 9,17 %. Lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan laki-laki. Zukhair,
Ali).
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien selama tahun 2012
tersebut bahwa kasus penyakit tidak menular di UPTD Puskesmas Kecamatan
Cibeber, hipertensi menduduki peringkat pertama.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Tidak Terkontrolnya
tekanan darah, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon,
Banten.
B. Rumusan Masalah
Belum diketahuinya Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita
Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengetahuan penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
2. Bagaimanakah sikap penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
3. Bagaimanakah tindakan penderita hipertensi dalam upaya mencegah tidak
terkontrolnya tekanan darah?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol di
wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi
Banten, Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di
wilayah Kerja UPTD
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a.
b.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti
tentang cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi UPTD
Puskesmas Kecamatan Cibeber,Kota Cilegon, Banten. dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.
distribusi
frekuensi
dari
masing-masing
variabel
yang
diteliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007:143) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers
(1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. (Roger, 1974).
2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat (1997)
pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
10
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. (Notoatmodjo, 1993:96).
B. Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain
tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut:
11
Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
13
nyata
diperlukan
faktor
pendukung
atau
suatu
kondisi
yang
14
4. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut. (Notoatmodjo, 2007:150).
Konsep Hipertensi
1.
Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari
peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada
populasi manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896).
Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik
140 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau bila pasien memakai obat
anti hipertensi. Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal
yang langsung terus-menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup
(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
15
seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki
tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada orang dewasa. Tekanan darah juga
diperngaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada saat tidur malam
hari.
Menurut
The Seventh
Report
Committee on
Tekanan Darah
Darah
(mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
< 120
< 80
Prahipertensi
120-139
80-89
Hipertensi derajat 1
140-159
90-99
Hipertensi derajat 2
> 160
> 100
Society
17
mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau
sedang
memakai
obat
yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis
kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).
18
c. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hirup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stres dan pengaruh lain.
1) Konsumsi garam yang tinggi
Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh
suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia
kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik
(pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah.
2) Kegemukan atau makan berlebihan
Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari
berat badan ideal obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dengan perhitungan IMT 27,0. Pada orang yang menderita obesitas
ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat oleh sebab itu lebih
cepat merasa gerah dan kelelahan akibat dari obesitas para penderita cenderung
menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus.
3) Stres atau ketegangan jiwa
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
19
20
21
Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
22
4. Patosifisiologi
ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh
ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II (peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat
sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan
hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan
cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan
23
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang
pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Astawan, 2005).
5. Penatalaksaan
Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan
membuat gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda
tinggi atau tidak normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya
antara lain:
a. Mengatasi Risiko
Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah
keluarga penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan?
Apakah anda makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup
olahraga atau apakah anda merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu
pertanyaan diatas anda berisiko memiliki tekanan darah tinggi.
b. Mengontrol pola makan
Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan
mengandung garam.
c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)
24
Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor
pemicu tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik
bagi kedua nutrisi tersebut.
25
g. Berhenti merokok
Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang
juga. Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi.
Merokok dapat menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung
dan stroke.
h. Alatihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi
dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi. (www.google.com, 2008)
6. Pengobatan pada tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih
dahulu faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan
kesehatanya kepada dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit
pasien dengan demikian dokter akan memiliki obat yang tepat.
26
28
kalori. Jumlah kalori yang diberikan pada diet rendah kalori disesuaikan dengan
berat badan.
Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:
1) Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken
2) Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa
bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.
3) Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria
inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik
terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan
disfungsi sistolik). (Mansjoer dkk, 2001).
Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan darah
adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis obat dapat
dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan baik selama
satu tahun.
1. Diuretik
Diuretic adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran
garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan efek
hipotensifnya kurang kuat.
29
Obat yang sering digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga
dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti
spironolacton, HCT, Furosemide.
2. Alfa-Bloker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan
tachikardia maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.
3. Beta-Blocker
Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga kerjanya
berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan frekuensi
kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan daya
hipotensinya baik. Seperti : propanolol, bisoprolol, dan antenolol.
4. Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,
penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti reserpine,
clonidine dan metildopa
5. Vasodilator
30
7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat
angiotensin converting enzyme yang berdaya vasodilatori kuat seperti captopril,
lisinopril. (Lany Gunawan, 2001).
Tabel 2.3
Beberapa obat antihipertensi yang sering dipakai
No
1
Jenis obat
Diuretik
HCT
Chlorbalidone
Indopamide
Spironolactone
Bekerja netral
Clonidene
Gufacine
Methidopa
Penyakit alfa-1
Prozoin
Doxazosin
Frekuensi
pemakaian sehari
12,5-25
12,5-25
2,5
2,5
50
50
5
10
1x
1x
1x
1x
0,1
1
250
1,2
3
2000
2x
1x
2x
1-2
1-2
20
15
2x
1x
31
5
6
Terazosin
Penyakit beta
Metoprolol
Atenolol
Propanolol
Acebutolol
Vasodilator
Hydralazine
Ecarazine HCL
Penghambat ACE
Captopril
Lisinopril
Enalapril
1-2
20
1x
50
25
40
200
200
150
320
1200
1x
1x
1x
1x
50
30
300
120
2x
2x
25-50
5
2,5-5
300
40
40
1-3x
1x
1-2x
Efek samping
Kadar kalium dalam darah rendah
(dideteksi dengan pemeriksaan darah)
Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal) terutama
jika dikombinasi dengan beta blocker
(dideteksi pemeriksaan darah)
Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat (cek darah dan
urine).
Disfungsi ereksi (impotensi pada pria)
Gout (radang pada persendian akibat
32
Alfa blocker
(misalnya cardura)
Beta-blocker
(misalnya cardicor)
Inhibitor ACE
(misalnya capoten)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari
penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan
EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).
8. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya
dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran
tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat
selama 5 menit dengan ukurang pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80%
33
lengan) tensimeter dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukuran yang
terbaik.
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit
dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan
aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada dan faktor psikososial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan
funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk
mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk,
2001).
9. Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi
seperti terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan
mata. Kerusakan pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir
pada kegagalan jantung. Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki,
kelopak mata, kelelahan dan sesak nafas.
34
pendidikan
kesehatan
Faktor Pendukung
1. Tugas kesehatan
2. Keterjangkauan sumber
3. rioritas dan komitmen.
Non
Prilaku
Prilaku
Non
Kesehatan
Kesehatan
Kesejahteraan
Faktor pendorong
1. Keluarga
2. Petugas Kesehatan
3. Masyarakat
35
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori tersebut diatas maka peneliti mengadopsinya dalam
membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut.
Upaya
penderita
hipertensi
dalam
mencegah
B. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara ukur
Hasil Ukur
36
Skala
Ukur
No
Pengetahuan
Variabel
Sikap
Tindakan
Aspek yang
diketahui dan
mampu diingat
oleh
responden
tentang upaya
mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi.
Kuesioner
Definisi
Operasional
Segala
pandangan
atau pendapat
responden
yang berkaitan
dengan upaya
mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi.
Alat
Ukur
Kuesioner
Cara ukur
Hasil Ukur
Wawancara
Upaya dalam
mencegah
kekambuhan
penyakit
hipertensi.
Kuesioner
Wawancara
Positif, jika
responden
dapat
menjawab
mean (kode
1).
Negatif, jika
responden
tidak bisa
mejawab <
mean (kode
0).
Baik, jika
responden
melakukan
upaya dalam
mencegah
kekambuha
n penyakit
hipertensi
mean (kode
1).
Kurang, jika
responden
tidak
37
Ordinal
Skala
Ukur
Ordinal
Ordinal
melakukan
upaya dalam
mencegah
kekambuha
n penyakit
hipertensi <
mean (kode
0).
BAB IV
METODE PENELITIAN
38
40
mengklarifikasi
jawaban-jawaban
yang
ada
menurut
41
x 100
N
Keterangan :
P : Persentase
X : Jumlah soal
N : Jumlah Responden
4.9 Definisi operasional
4.9.1 Hipertensi atau tekanan darah tinggi berdasarkan kategori JNC 7
didefinisikan sebagai tekanan darah 140/90 mmHg atau
sedang
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
___________Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
B. Hasil Penelitian
a. Gambaran Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten,
Tahun 2013. dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol.
43
Pengetahuan
Baik
Jumlah
34
Persentase
38,64%
54
88
61,36%
100%
Kurang baik
Jumlah
baik
sejumlah
34
responden
(38,64%)
sisanya
yang
berkaitan
dengan
upaya
dalam mencegah
44
tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit hipertensi dengan titik potong
(cut if point) mean 7,5 diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3
Distribusi frekuensi responden menurut sikap Penderita Hipertensi dalam
Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Tahun 2013
No
Sikap
Jumlah
Persentase
1
Positif
34
38,64%
2
Negatif
Jumlah
54
88
61,36%
100%
45
Tabel 4.
Distribusi frekuensi responden menurut tindakan Penderita Hipertensi dalam
Upaya Mencegah Tidak terkontrolnya tekanan darah di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Tahun 2013
No
1
2
Tindakan
Melakukan
Tidak melakukan
Jumlah
Jumlah
32
Persentase
36,36%
56
88
63,64%
100%
Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa responden yang baik upayanya dalam
mencegah tidak terkontrolnya tekanan pada penyakit hipertensi berjumlah 32
responden (36,36%) dan responden yang kurang baik dalam upaya
pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 56 responden
(63,64%).
BAB VI
PEMBAHASAN
46
Lawrence
Green
dalam
Notoatmodjo
(2002)
peningkatan
tertutup
suatu
stimulus/objek.
Sedangkan
menurut
Newcomb
48
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh
Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Tahun 2013.
dalam Upaya Mencapai Tekanan Darah Terkontrol sebagai berikut:
50
1.
2.
3.
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan terjadinya
penyakit hipertensi dengan mengikuti penyuluhan kesehatan yang diberikan
oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar penyakit hipertensi
secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
51
Arora. 2008
5 langkah mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi. Jakarta : Bhauana
Ilmu Populer.
Bustan. 2000
Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Gunawan Lany. 2000
Hipertensi Tekanan darah tinggi. Yogjakarta : Kanisus
52
53
Umur
Alamat
54
NIM
Judul
Peneliti
Responden
KUESIONER PENELITIAN
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Hipertensi
Dalam Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit
Hipertensi Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Cibeber,
Kota Cilegon, Banten,Tahun 2013
A. Identitas
Petunjuk pengisian
55
c. Umur
d. Pendidikan
e. Alamat
Salah (0)
Salah (0)
Salah (0)
Salah (0)
Salah (0)
56
Salah (0)
7. Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
tinggi
Benar (1)
Salah (0)
Salah (0)
9. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan
adalah usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1)
Salah (0)
10. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bisa mengurangi risiko terjadinya
penyakit hipertensi
Benar (1)
Salah (0)
C. Aspek Sikap
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda () pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan
S : Setuju
TS
: Tidak Setuju
No
Pertanyaan
1
Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam jangka
TS
57
Kurang
istirahat
dan
banyak
beban
pikian
dapat
10
Pernyataan
Melakukan
Tidak
melakukan
3
4
5
6
7
9
10
KUNCI JAWABAN
1. Setuju
2. Setuju
3. Setuju
4. Setuju
5. Tidak Setuju
6. Setuju
7. Tidak Setuju
8. Setuju
9. Setuju
10. Setuju
C. Tindakan Penderita Hipertensi dalam Upaya Mencegah Kekambuhan
Penyakit Hipertensi
1. Melakukan
2. Melakukan
3. Melakukan
4. Melakukan
5. Melakukan
6. Melakukan
7. Melakukan
8. Melakukan
9. Melakukan
10. Melakukan
LEMBAR PENGESAHAN
60
61