Anda di halaman 1dari 19

48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Puskesmas Menteng merupakan salah satu Puskemas yang ada di wilayah Kecamatan Jekan Raya, terletak di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Palangka, sebelah selatan

berbatasan dengan Kelurahan Kereng Bangkirai, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Langkai dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sebangau, kurang lebih berjarak 3,5 km dari pusat kota Palangka Raya, tepatnya berada di kelurahan Menteng yang meliputi 175 RT dan 52 RW dengan luas wilayah kerja 9.341 km2.

2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk yang besar merupakan modal

pembangunan dan juga merupakan beban dalam pembangunan, oleh karena itu pembangunan diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jumlah penduduk terbanyak adalah 40.026 jiwa dengan jumlah KK 10.624 KK.

49

3. Visi, Misi dan Strategi UPTD Puskesmas Menteng a. Visi Pelayanan Kesehatan yang Berkesinambungan Menuju Masyarakat Sehat yang Mandiri. b. Misi 1) Memberikan pelayanan sesuai dengan standar mutu pelayanan kesehatan 2) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara

berkesinambungan c. Strategi 1) Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas induk 2) Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif dalam bentuk klinik sehat 3) Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling 4) Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder 5) Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan

4. Gambaran Pola Penyakit Terbesar di Puskesmas Menteng Gambaran pola penyakit terbesar di UPTD Puskesmas Menteng Tahun 2012 menunjukkan bahwa ISPA masih

50

mendominasi. Penyakit tekanan darah tinggi berada di urutan ke 4 dari 10 penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Menteng. Berikut ini adalah grafik 10 besar penyakit di UPTD Puskesmas Menteng Tahun 2012.

672, 3% 762, 3% 1365, 6% 646, 3%

ISPA Penyakit Sistem Otot Jaringan Pengikat Pharingitis Hipertensi

1441, 7% 1629, 8% 1822, 8% 1912, 9%

8525, 40%

Gastritis Penyakit Kulit Alergi Ginggivitis dan Penyakit Periodental

2698, 13%

Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Penyakit Peredaran Darah, ParuParu dan Penyakit Jantung Lain Diare

Sumber : Data SIMPUS UPTD Puskesmas Menteng Tahun 2012

Gambar 2. 10 Besar Penyakit di UPTD Puskesmas Menteng

B. Analisis Univariat Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Menteng Palangka Raya pada tanggal 18 April 8 Mei 2013 selama 20 hari kerja. Sampel pada penelitian ini merupakan pasien hipertensi yang berkunjung di Poli Umum Puskesmas Menteng Palangka Raya berjumlah 38 orang dengan menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data karakteristik sampel yang meliputi umur, jenis

51

kelamin, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, kemudian diberikan kuesioner kebiasaan minum kopi dan setelah itu dilakukan

pengukuran lingkar perut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 38 orang sampel yang berkunjung di Poli Umum Puskesmas Menteng Palangka Raya, didapat hasil sebagai berikut : 1. Gambaran Umum Sampel a. Umur Umur sampel berkisar antara 20 - 59 tahun dengan umur rata rata 47 tahun. Distribusi sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur No 1 2 3 Interval Umur 20 44 45 54 55 59 Total n 10 21 7 38 % 26,3 55,3 18,4 100

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa sampel yang terbanyak adalah pada rentang umur 45 - 54 tahun yaitu sebesar 55,3%. Umur 54 tahun menurut Departemen Kesehatan RI dikatakan masa presenium yaitu masa memasuki usia lanjut dimana pada masa ini terjadi kemunduran fungsi organ-organ tubuh, sehingga sangat rentan terserang penyakit degeneratif, salah satunya hipertensi (Sustrani, 2006).

52

Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur 50 - 60 tahun. Dengan bertambahnya umur seseorang maka risiko hipertensi akan meningkat (Marliani, 2007).

b. Jenis Kelamin Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total n 13 25 38 % 34,2 65,8 100

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa sampel yang terbanyak dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 65,8%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada laki - laki bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang perempuan setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah perempuan. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

c. Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil wawancara bahwa pendidikan

sampel dimulai dari tingkat SD sampai dengan sarjana.

53

Distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 8.


Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5 Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Total n 4 6 12 3 13 38 % 10,5 15,8 31,6 7,9 34,2 100

Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa sampel yang terbanyak dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu sebesar 34,2%. Berdasarkan hasil wawancara pula bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin besar pengetahuan yang dimiliki untuk ingin mengetahui informasi tentang hipertensi sehingga tekanan darah akan dikontrol secara rutin untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi atau akibat yang lebih buruk.

d. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan pada sampel penelitian ini adalah IRT, PNS, wiraswasta yang meliputi pedagang, karyawan dan buruh.

54

Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel 9.


Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No 1 2 3

Jenis Pekerjaan Wiraswasta IRT PNS Total

n 16 8 14 38

% 42,1 21,1 36,8 100

Berdasarkan tabel 9, diketahui bahwa sampel yang terbanyak dengan jenis pekerjaan wiraswasta yaitu sebesar 42,1%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada seorang pekerja karena salah satu faktor risikonya adalah berkaitan erat dengan cara hidup seperti bagaimana perilaku cara stress dalam akan

menghadapi

permasalahan

dan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer serta curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis (Anggraini, et al., 2009).

e. Tekanan Darah Pada penelitian ini, hasil pengukuran tekanan darah sampel untuk sistolik berkisar antara 140 190 mmHg dan untuk diastolik berkisar antara 80 110 mmHg. Sampel yang termasuk hipertensi grade I apabila sistolik berkisar antara 140 150 mmHg dan sistolik 80 90 mmHg. Sedangkan yang termasuk hipertensi grade II apabila sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg.

55

Distribusi sampel berdasarkan tekanan darah dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Tekanan Darah No 1 2 Tekanan Darah Hipertensi Grade I Hipertensi Grade II Total n 16 22 38 % 42,1 57,9 100

Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa sampel yang terbanyak dengan hipertensi grade II yaitu sebesar 57,9%. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai hipertensi, umumnya tekanan diastolik meningkat mengikuti pertambahan umur. Akan tetapi, tekanan darah sistolik peningkatannya lebih nyata pada usia lanjut (Armilawaty, et al., 2007).

f. Kebiasaan Minum Kopi Kandungan terbesar dalam kopi yaitu kafein yang memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut terutama pada penderita hipertensi. Sampel pada penelitian ini diketahui memiliki riwayat sebagai peminum kopi sebelum didiagnosa menderita hipertensi yaitu dengan mengkonsumsi kopi sebanyak 1 3 cangkir per hari dan selain itu ada juga sampel yang sama sekali tidak minum kopi karena memang tidak suka kopi.

56

Distribusi sampel berdasarkan kebiasaan minum kopi dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Minum Kopi No 1 2 Kebiasaan Minum Kopi Bukan peminum Kopi Peminum Kopi Tingkat Ringan Total n 14 24 38 % 36,8 63,2 100

Berdasarkan

tabel

11,

diketahui

bahwa

sampel

terbanyak adalah sebagai peminum kopi tingkat ringan yaitu sebesar 63,2%.

g. Lingkar Perut Hasil pengukuran lingkar perut sampel pada penelitian ini berkisar antara 69 110,5 cm dengan rata rata 88,2 cm. Distribusi sampel berdasarkan lingkar perut dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Lingkar Perut No 1 2 Lingkar Perut Risiko Rendah Risiko Tinggi Total Laki-Laki n % 7 18,4 6 15,8 13 Perempuan n % 4 10,5 21 55,3 25

Berdasarkan tabel 12, diketahui bahwa sampel yang terbanyak dengan lingkar perut risiko tinggi berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 55,3%. Lingkar perut digunakan sebagai indikator pelengkap untuk mendeteksi risiko kesehatan pada berat normal dan kelebihan berat serta untuk mencerminkan obesitas sentral.

57

Seseorang dikatakan obesitas sentral apabila memiliki lingkar perut > 90 cm untuk laki-laki dan > 80 cm untuk perempuan (Endang, 2009).

C. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi Kebiasaan minum kopi mempengaruhi tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi. Hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Hubungan antara Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi No 1 2 Kebiasaan Minum Kopi Bukan peminum Kopi Peminum Kopi Tingkat Ringan Jumlah Kejadian Hipertensi Grade I Grade II n % n % 3 13 16 21,4 54,2 42,1 11 11 22 78,6 45,8 57,9 Jumlah n 14 24 38 % 100 0,049 100 100 pvalue

Dari 16 sampel dengan kejadian hipertensi grade I, 54,2% memiliki kebiasaan minum kopi tingkat ringan dan 21,4% bukan peminum kopi. Dari 22 sampel dengan kejadian hipertensi grade II, 45,8% memiliki kebiasaan minum kopi tingkat ringan dan 78,6% bukan peminum kopi. Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi (p-value = 0,049).

58

Jenis kopi yang didapatkan pada penelitian ini ada dua yaitu kopi murni dan kopi tidak murni. Kopi murni adalah kopi hitam yang diseduh tanpa menggunakan campuran susu atau krim. Tiap cangkir kopi yang dikonsumsi oleh sampel mengandung 1-2 sdt kopi hitam. Takaran kopi yang digunakan oleh subjek penelitian ini sebagian besar menggunakan 2 sdt. Takaran ini berhubungan dengan kekentalan kopi. Semakin kental kopi, maka kandungan kafein semakin tinggi. Sedangkan kopi tidak murni yang dikonsumsi sampel pada penelitian ini adalah kopi instan yang merupakan campuran kopi, krimer dan gula. Tiap 1 sdm krimer mengandung 10 mg kalori, 2 gr karbohidrat, 500 mg gula, 500 mg lemak dan 5 mg natrium. Rendahnya kandungan gizi yang terdapat dalam krimer ini tidak banyak mempengaruhi tekanan darah, walaupun di dalamnya terkandung natrium yang diketahui dapat meningkatkan tekanan darah jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan (Wanyika, et al., 2010). Kandungan terbesar dalam kopi yaitu kafein, memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut, terutama pada penderita hipertensi. Peningkatan tekanan darah ini melalui mekanisme biologi antara lain kafein saraf mengikat simpatik reseptor adenosin,

mengaktifasi

sistem

dengan

meningkatkan

konsentrasi cathecolamines dalam plasma dan menstimulasi kelenjar adrenalin serta meningkatkan produksi kortisol. Hal ini

59

berdampak pada vasokontriksi dan meningkatkan total resistensi perifer yang akan menyebabkan tekanan darah naik (Uiterwaal, et al., 2007). Kandungan kafein pada kopi berbeda-beda tergantung pada jenis kopi, asal kopi, iklim daerah kopi dibudidayakan dan proses pengolahan kopi. Kopi yang diproduksi dan

diperdagangkan di indonesia sebagian besar adalah kopi robusta. Jenis kopi ini memiliki kandungan kafein (2-3%) yang lebih tinggi dibandingkan kopi arabika (1-1,3%). Kandungan kafein tiap cangkir kopi adalah 60,4 - 80 mg (Kenneth, 2009). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Krummel (2004), bahwa kandungan utama kopi yang bersifat stimulan (perangsang) yang mencandu. Kandungan kafein pada biji kopi bervariasi menurut jenisnya. Kafein terdapat pada biji, daun atau di bagian lain kopi. Kafein mempengaruhi sistem kardiovaskuler seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Satu cangkir (250 ml) kopi rata-rata mengandung 100-150 miligram kafein, dimana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 10 mmHg. Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya (Rusdi, et al., 2009).

60

2. Hubungan antara Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi Lingkar perut adalah parameter penting untuk menentukan risiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi. Semakin besar lingkar perut seseorang, risiko terjadinya penyakit jantung dan hipertensi pada orang tersebut lebih besar (Endang, 2009). Hubungan antara lingkar perut dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Hubungan antara Lingkar Perut dengan Kejadian Hipertensi No 1 2 Lingkar Perut Risiko Rendah Risiko Tinggi Jumlah Kejadian Hipertensi Grade I Grade II n % n % 8 72,7 3 27,3 8 29,6 19 70,4 16 42,1 22 57,9 Jumlah n 11 27 38 % 100 100 100 p-value 0,028

Dari 16 sampel dengan kejadian hipertensi grade I, 29,6% memiliki risiko tinggi dan 72,7% memiliki risiko rendah. Dari 22 sampel dengan kejadian hipertensi grade II, 70,4% memiliki risiko tinggi dan 27,3% memiliki risiko rendah. Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact Test diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara lingkar perut dengan kejadian hipertensi (p-value = 0,028). Hasil pengukuran lingkar perut sampel mayoritas

mengalami obesitas sentral, ini terjadi karena penumpukan lemak atau cairan di rongga perut. Hal ini umumnya terjadi pada seseorang yang tidak dapat mengontrol pola makan disertai kurangnya aktivitas. Setiap penambahan 5 cm pada lingkar

61

pinggang atau perut, risiko kematian dini akan meningkat dari 13 17% (Endang, 2009). Beberapa penelitian lain telah membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas sentral lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang berat badan normal. Hal inilah yang dijadikan landasan bahwa orang yang memiliki berat badan lebih maka akan peluang lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan yang memiliki berat badan normal (Rusdi, et al., 2009).

62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan 1. Sampel terbanyak pada rentang umur 45 54 tahun sebesar 55,3%. 2. Sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan sebesar 65,85%. 3. Sebagian besar tingkat pendidikan sampel adalah sarjana sebesar 34,2%. 4. Sebagian besar jenis pekerjaan sampel adalah wiraswasta sebesar 42,1%. 5. Sebagian besar kebiasaan minum kopi sampel sebagai peminum kopi tingkat ringan yaitu sebesar 63,2%. 6. Sebagian besar lingkar perut sampel memiliki risiko tinggi yaitu sebesar 71,1%. 7. Sebagian besar sampel termasuk penderita hipertensi grade II yaitu sebesar 57,9%. 8. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi (p-value = 0,049). 9. Ada hubungan yang bermakna antara lingkar perut dengan kejadian hipertensi (p-value = 0,028).

63

B. Saran 1. Bagi Puskesmas Menteng Perlunya dilakukan penyuluhan oleh tenaga promosi

kesehatan di Puskesmas 1 bulan sekali mengenai pola makan yang baik dan hidup sehat kepada pengunjung Puskesmas Menteng Palangka Raya. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah variabel lain yang berhubungan dengan hipertensi seperti faktor genetik dan usia, dengan menggunakan rancangan penelitian case control.

64

DAFTAR PUSTAKA
Adrogue HJ., 2007. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension. N Egl JMed, Volume 356, pp. 1966-1978. Anggara, Anies, Marin, Sri., 2011. Kopi Si Hitam Menguntungkan. In: Budi Daya dan Pemasaran. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. Anggraini, D.A., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., & Siahaan, S.S., 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Kelompok Lansia. Anies, 2006. Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Anonim, 2010. Coffee Beans Varieties Of Coffee: Arabica and Robusta. [Online] Available at: http://www.talkaboutcoffee.com/coffee_beans.html [Accessed 8 Mei 2011]. Armilawaty, H. Amalia, R. Amirudin, 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Makassar: FKM UNHAS. Cahyono, B., 2011. Sukses Berkebun Kopi. Jakarta: Mina. Cahyono, J., 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kasinus. Chobanian, A.V., 2003. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The Sevent Report of the National Joint Committee. Dalimartha, S., 2008. Care Your Self Hypertensi. Jakarta: Penebar Plus. Depkes, 2007. Pedoman Pengukuran Dan Pemeriksaan. [Online] Available.at: http//www.litbang.depkes.go.id/riskesdas/download/PedomanPenguk uran.pdf [Accessed 20 Desember 2012].

Endang, 2009. Mencegah Penyakit Akibat Kegemukan Dengan Asupan Nutrisi.[Online] Available at:http://id.scribd.com/doc/48303776/KTIRANI [Accessed 20 Desember 2012]. Kemenkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kemenkes RI. Kenneth, PC., 2009. Caffeine and Health Research. New York: Nova Science Publishers, pp. 162. Klag, MJ., N.Y. Wang, L.A. Meoni, F.L. Brancati, L.A. Cooper, K.Y. Liang, 2002. Coffe Intake and Risk of Hypertension. Arch Intern Med, Volume 162, pp. 657-662.

65

Krummel DA., 2004. Medical Nutrition Therapy for Cardiovascular Disease. In: krause's food, nutrition and diet therapy. 11 th ed. Philadelphia: Saunders, pp. 151, 866, 850, 968, 871, 872, 873. Mansjoer, A., 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius. Marliani, 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Gramedia. Misnadiarly, 2007. Obesitas Sebagai Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor T. Noordzij, M., C.S.P.M. Uiterwaal, L.R. Arends, F.J. Kok, D.E. Grobbee, J.M. Geleijnse, H.C. Boshuizen, 2005. Blood Pressure Response to Chronic Intake of Coffe and Caffeine: a Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Journal of Hypertension, Volume 23, pp. 921-28. Rahyani, 2007. Faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bagking Periode Januari-Juni 2007. [Online] Available at: http://www.scribd.com/2012/02/files-of-drsmed-faktor-yang berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi.pdf [Accessed 17 Desember 2012]. Riskesdas, 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rohaendi, 2008. Hipertensi dan Faktor Resiko. [Online] Available at: http://www.hipertensi/penatalaksanaan-hipertensi-terkini-html. [Accessed 17 Desember 2012]. Rusdi, Isnawati, Nurlaela, 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi. Yogyakarta: Power Books Publishing. Saryono, 2008. Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Sustrani, L., 2006. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sutanto, 2009. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Paradigma Indonesia. Uiterwaal, C., M. Verschuren, M. Bueno, M. Ocke, J.M. Geleijnse, H.C. Boshuijen, 2007. Coffee Intake and Incidence of Hypertension. Am J Clin Nutr, Volume 85, pp. 718-23. Wanyika, H.N., E.G. Gatebe, L.M. Gitu, E.K. Ngumba, C.W. Maritim, 2010. Determination of Caffeine Content of Tea and Instant Coffee Brands Found in the Kenyan Market. African Journal of Science, Volume 4, pp. 353-358. Wolff, H. P., 2008. Hipertensi. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer, Gramedia.

66

Anda mungkin juga menyukai