Anda di halaman 1dari 12

MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828

Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

HUBUNGAN FAKTOR KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS HALONG

Ivy Violan Lawalata


Program Studi Kesehatan Masyakat, Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku;
ivylawalata@gmnail.com
Bellytra Talarima (Korespondensi)*
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia
Maluku; bellytra.talarima@gmail.com
Dolvina Sahulatta
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia
Maluku
ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure is the cause of death and high illness. Hypertension
as a chronic disease is influenced by several factors. The risk factors for hypertension are
divided into non-modifiable risk factors and modifiable risk factors. The purpose of this study
was to determine the factors associated with the incidence of hypertension in the elderly in the
working area of the Halong Public Health Center. This study uses an analytical survey method
with a cross sectional research design. The sample size was 73 people with purposive sampling
technique. The results of the physical activity test with the incidence of hypertension in the
elderly obtained a p-value=0.03, smoking habits p-value=0.04, genetic factors p-value=0.03,
obesity p-value=0.00. This it can be concluded that there is a relationship between physical
activity, smoking habits, genetic factors and obesity with the incidence of hypertension in the
elderly in the working area of the Halong Public Health Center. This research is expected to be
an illustration to the public to prevent hypertension.

Keyword : Genetics, Hypertension, Obesity, Physical Activity, Smoking Habits.


ABSTRAK

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang
tinggi. Hipertensi sebagai salah satu penyakit kronis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
risiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang
berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Halong.
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan desain penelitian cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 73 orang dengan teknik sampling purposive sampling. Hasil uji
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia diperoleh nilai p-value=0.03, kebiasaan
merokok p-value=0.04, faktor genetik p-value=0.03, obesitas p-value=0.00. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik, kebiasaan merokok, genetik dan
obesitas dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puksemsas Halong. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi gambaran kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi.

Kata kunci : Aktifitas Fisik, Genetik, Hipertensi, Kebiasaan Merokok, Obesitas.

7
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

PENDAHULUAN kasus hipertensi di Indonesia adalah


Hipertensi merupakan salah satu sebesar 63.309.620 orang, dengan
masalah kesehatan yang cukup berbahaya kematian akibat hipertensi sebesar 427.218
di seluruh dunia karena hipertensi orang. Prevalensi hipertensi berdasarkan
merupakan faktor risiko utama yang usia penduduk ≥18 tahun (34,1%) yaitu 31-
mengarah kepada penyakit kardiovaskuler 44 tahun (31,6%), usia45-54 tahun (45,3%),
seperti serangan jantung, gagal jantung, dan usia 55-64 tahun (55,2%)(5)
stroke dan penyakit ginjal yang mana pada
tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan Provinsi Maluku menduduki angka
stroke menjadi dua penyebab kematian prevalensi kejadian hipertensi sebanyak
utama di dunia(1) 4,6%. Hal ini menunjukkan intervensi
penurunan angka kejadian hipertensi masih
Kejadian hipertensi di seluruh dunia dibutuhkan di Maluku. Berdasarkan data
mencapai lebih dari 1,3 milyar orang, yang Dinas Kesehatan Provinsi Maluku tahun
mana angka tersebut menggambarkan 31% 2014, Kota Ambon menempati urutan ke-9
jumlah penduduk dewasa di dunia yang yaitu sebanyak 9.050 kasus pada umur 60
mengalami peningkatan sebesar 5,1% lebih tahun. Menurut jenis kelamin penyakit
besar dibanding prevalensi global pada hipertensi pada usia lanjut cenderung lebih
tahun 2000-2010(2). Pada rentang tahun tinggi pada laki-laki yaitu 11.424 (11,18%),
yang sama, kejadian hipertensi ini lebih sedangkan pada perempuan (11,11%). Dan
tinggi terjadi pada penduduk di negara prevalensi penyakit hipertensi pada usia
berkembang dibandingkan negara maju lanjut cenderung meningkat di Kota Ambon
bahkan nyaris sebanyak 75% penderita (7,7%)(6)
dengan hipertensi tinggal di negara
berkembang yang mengakibatkan Berdasarkan data yang didapatkan dari
terjadinya peningkatan sebesar 8,1%(3) Puskesmas Halong, untuk data kasus
penyakit hipertensi yang melakukan
Pada umumnya, kejadian hipertensi pemeriksaan di Puskesmas Halong pada
banyak terjadi pada penduduk berusia lanjut tahun 2019 sebanyak 179 kasus dan pada
namun tidak menutup kemungkinan tahun 2020 sebanyak 184 kasus, dengan
penduduk usia remaja hingga dewasa juga yang mengalami hipertensi terbanyak terjadi
dapat mengalami penyakit hipertensi pada usia diatas 60 tahun.
tersebut. Remaja dan dewasa muda yang
berada pada kisaran usia 15-25 tahun Berdasarkan latar belakang yang telah
memiliki angka prevalensi hipertensi 1 dari dipaparkan diatas, maka yang menjadi
10 orang. Hipertensi kini telah menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
penyakit degeneratif yang diturunkan “Apakah ada hubungan antara faktor
kepada anggota keluarga yang memiliki aktivitas fisik, kebiasaan merokok, genetik
riwayat kejadian hipertensi(4) dan obesitas dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Halong tahun
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2021”.
2018 memperlihatkan bahwa prevalensi
hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8% Tujuan Penelitian ini adalah untuk Untuk
menjadi 34,1% dengan estimasi jumlah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

8
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

dengan kejadian hipertensi yang terdiri dari ada hubungan, Pengolahan data ini
faktor aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dilakukan dengan sistem komputerisasi.
faktor genetik dan obesitas.

METODE PENELITIAN HASIL


a) Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan metode
Analitik dengan pendekatan Cross Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Sectional. Dimana studi Cross Sectional Jenis Kelamin Dalam Kejadian Hipertensi
merupakan salah satu studi observasional Pada Lansia di Wilayah Puskesmas Halong
untuk menentukan hubungan antara faktor Tahun 2021
risiko dan penyakit. Dalam penelitian Cross
Sectional ini peneliti mencari hubungan
antar variabel dependen dan variabel
independen. Populasi pada penelitian ini Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
adalah semua lansia yang berada di Laki-laki 30 41.1
wilayah kerja Puskesmas Halong Perempuan 43 58.9
khususnya di Dusun Halong Batu-Batu yang Total 73 100
berjumlah 260 orang. Sampel dalam Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
penelitian ini yaitu semua lansia yang bahwa jenis kelamin responden yang paling
berada di wilayah kerja Puskesmas Halong banyak adalah perempuan yaitu sebanyak
sebanyak 73 kasus. Kegiatan pengukuran 43 responden (58.9%) sedangkan yang
dan pengamatan variabel penelitian paling sedikit jenis kelamin laki-laki dengan
menggunakan kuesioner berupa daftar jumlah 30 responden (41.1%).
pertanyaan yang di gunakan sebagai alat Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
untuk pemandu wawancara dan Umur Dalam Kejadian Hipertensi Pada
pengumpulan data penelitian yang terdiri Lansia di Wilayah Puskesmas Halong
karakteristik responden berdasarkan umur, Tahun 2021
jenis kelamin, pekerjaan dan tekanan darah.
Kelompok
Analisa univariat dilakukan untuk Umur Frekuensi Persentase
mendapatkan analisis deskriptif yang (Tahun)
berupa tabel distribusi frekuensi dan rata- 50-59 29 39.7
rata ada masing-masing variabel 60-74 37 50.7
independen (aktivitas fisik, kebiasaan 75-90 5 6.8
merokok, genetic dan obesitas) dan juga >90 2 2.7
variabel dependen (kejadian hipertensi). Total 73 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
Analisa bivariat dilakukan dengan
bahwa responden paling banyak berada
menggunakan analisis statistik chi-square
pada kelompok umur 60-74 tahun yaitu
untuk mengetahui hubungan antara variabel
sebanyak 37 responden (50.7%) sedangkan
independen dan variabel dependen dengan
yang paling sedikit berada pada kelompok
batas kemaknaan 95%, α = 0,05 atau 5 %
umur >90 tahun dengan jumlah 2
sehingga jika nilai p ≤ 0,05 maka secara
responden (2.7%).
statistik disebut bermakna atau ada
hubungan, jika nilai p > 0,05 maka hasil Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
hitungan disebut tidak bermakna atau tidak Pendidikan Dalam Kejadian Hipertensi

9
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

Pada Lansia di Wilayah Puskesmas Halong Tekanan


Frekuensi Persentase
Tahun 2021 Darah
Hipertensi 50 68.5
Pendidikan Frekuensi Persentase Tidak
SD 9 12.3 23 31.5
Hipertensi
SMP 8 11.0 Total 73 100
SMA 36 49.3 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
Strata 1 16 21.9 bahwa responden yang hipertensi sebanyak
Diploma 3 4.1 50 responden (68.5%), dan yang tidak
Tidak Sekolah 1 1.4 hipertensi sebanyak 23 responden (31.5%).
Total 73 100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan b) Analisis Univariat
bahwa responden yang memiliki tingkat
pendidikan paling banyak berada pada SMA Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan
yaitu sebanyak 36 responden (49.3%) Aktivitas Fisik Dalam Kejadian Hipertensi
sedangkan yang paling sedikit adalah tidak Pada Lansia di Wilayah Puskesmas Halong
sekolah dengan jumlah 1 responden (1.4%). Tahun 2021

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase


Pekerjaan Dalam Kejadian Hipertensi Pada Ya 39 53.4
Lansia di Wilayah Puskesmas Halong Tidak 34 46.6
Tahun 2021 Total 73 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
Pekerjaan Frekuensi Persentase bahwa dari 73 responden yang melakukan
Petani 2 2.7 aktivitas fisik sebanyak 39 responden
Pensiunan 23 31.5 (53.4%) dan yang tidak melakukan aktivitas
Buruh 1 1.4 fisik sebanyak 34 responden (46.6%).
PNS 8 11.0
Wiraswasta 4 5.5 Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan
Kebiasaan Merokok Dalam Kejadian
Tidak Bekerja 19 26.0
Hipertensi Pada Lansia di Wilayah
Lainnya 16 21.9
Puskesmas Halong Tahun 2021
Total 73 100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan Kebiasaan
bahwa responden berdasarkan pekerjaan Frekuensi Persentase
Merokok
paling banyak adalah pensiunan yaitu Ya 23 31.5
sebanyak 23 responden (31.5%) sedangkan Tidak 50 68.5
yang paling sedikit adalah buruh dengan Total 73 100
jumlah 1 responden (1.4%) Berdasarkan tabel 7 menunjukkan
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan bahwa dari 73 responden yang mempunyai
Umur Dalam Kejadian Hipertensi Pada kebiasaan merokok sebanyak 23 responden
Lansia di Wilayah Puskesmas Halong (31.5%) dan yang tidak mempunyai
Tahun 2021 kebiasaan merokok atau sudah berhenti
merokok sebanyak 50 responden (68.5%).

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan


Faktor Genetik Dalam Kejadian Hipertensi

10
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

Pada Lansia di Wilayah Puskesmas Halong hipertensi sebanyak 22 responden (30.1%)


Tahun 2021 dan responden yang tidak melakukan
aktivitas fisik, dan memiliki hipertensi
Genetik Frekuensi Persentase sebanyak 28 responden (38.4%).
Ya 27 37.0 Sedangkan, responden yang melakukan
Tidak 46 63.0 aktivitas fisik dan tidak memiliki hipertensi
Total 73 100 sebanyak 17 responden (23.3%) dan
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan responden yang tidak melakukan aktivitas
bahwa dari 73 responden yang memiliki fisik dan tidak memiliki hipertensi sebanyak
faktor genetik penyebab hipertensi 6 responden (8.2%).
sebanyak 27 responden (37.0%) dan yang
tidak memiliki faktor genetik penyebab Dari hasil uji statistik dengan
hipertensi sebanyak 46 responden (63.0%). menggunakan uji Chi-square didapatkan
nilai p=0,03 (p<0,05), yang artinya bahwa
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
Obesitas Dalam Kejadian Hipertensi Pada demikian dapat disimpulkan bahwa ada
Lansia di Wilayah Puskesmas Halong hubungan antara aktivitas fisik dengan
Tahun 2021 kejadian hipertensi pada lansia di wilayah
kerja Puskesmas Halong.
Obesitas Frekuensi Persentase
Ya 43 58.9 Tabel 11. Hubungan Kebiasaan Merokok
Tidak 30 41.1 Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
Total 73 100 Wilayah Kerja Puskesmas Halong Tahun
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan 2021
bahwa dari 73 responden yang mengalami
obesitas sebanyak 43 responden (58.9%) Kebia Tidak
Hiperte p
dan yang tidak mengalami obesitas saan Hiperte Total
nsi valu
sebanyak 30 responden (41.1%). Mero nsi
e
kok n % n % N %
c). Analisis Bivariat 2 27. 2 31.
Ya 3 4.1
0 4 3 5
Tabel 10. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan 3 41. 2 27. 5 68.
Tidak 0.04
Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Wilayah 0 1 0 4 0 5
Kerja Puskesmas Halong Tahun 2021 5 68. 2 31. 7 10
Total
0 5 3 5 3 0.0
Tidak Berdasarkan tabel 11 menunjukkan
Aktivi Hiperte p
Hiperte Total bahwa responden yang memiliki kebiasaan
tas nsi valu
nsi merokok, dan memiliki hipertensi sebanyak
Fisik e
n % n % N % 20 responden (27.4%) dan responden yang
2 30. 1 23. 3 tidak memiliki kebiasaan merokok, dan
Ya 53.4
2 1 7 3 9 memiliki hipertensi sebanyak 30 responden
2 38. 3 (41.1%). Sedangkan, responden yang
Tidak 6 8.2 46.6 0.03
8 4 4 memiliki kebiasaan merokok dan tidak
5 68. 2 31. 7 100. memiliki hipertensi sebanyak 3 responden
Total
0 5 3 5 3 0 (4.1%) dan responden yang tidak memiliki
Berdasarkan tabel 4.10 kebiasaan merokok dan tidak memiliki
menunjukkan bahwa responden yang hipertensi sebanyak 20 responden (27.4%).
melakukan aktivitas fisik, dan memiliki
11
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

Dari hasil uji statistik dengan Tabel 13. Hubungan Obesitas Dengan
menggunakan uji Chi-square didapatkan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Wilayah
nilai p=0,04 (p<0,05), yang artinya bahwa Kerja Puskesmas Halong Tahun 2021
H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada Tidak
Hiperte p
hubungan antara kebiasaan merokok Obesit Hiperte Total
nsi valu
dengan kejadian hipertensi pada lansia di as nsi
e
wilayah kerja Puskesmas Halong. n % n % N %
3 49. 4 58.
Tabel 12. Hubungan Faktor Genetik Ya 7 9.6
6 3 3 9
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di 1 19. 1 21. 3 41.
Wilayah Kerja Puskesmas Halong Tahun Tidak 0.00
4 2 6 9 0 1
2021 5 68. 2 31. 7 10
Total
0 5 3 5 0 0.0
Tidak Berdasarkan tabel 13 menunjukkan
Hiperte p
Gen Hiperte Total bahwa responden yang mengalami
nsi valu
etik nsi obesitas, tetapi memiliki hipertensi
e
n % n % N % sebanyak 36 responden (49.3%) dan
2 31. 2 responden yang tidak mengalami obesitas,
Ya 4 5.5 37.0
3 5 7 tetapi memiliki hipertensi sebanyak 14
Tida 2 37. 1 26. 4 responden (19.2%). Sedangkan, responden
63.0 0.03
k 7 0 9 0 6 yang mengalami obesitas dan tidak memiliki
5 68. 2 31. 7 100. hipertensi sebanyak 7 responden (49.6%)
Total
0 5 3 5 3 0 dan responden yang tidak mengalami
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan obesitas dan tidak memiliki hipertensi
bahwa responden yang memiliki faktor sebanyak 16 responden (21.9%).
genetik, dan memiliki hipertensi sebanyak
23 responden (31.5%) dan responden yang Dari hasil uji statistik dengan
tidak memiliki faktor genetik, dan memiliki menggunakan uji Chi-square didapatkan
hipertensi sebanyak 27 responden (37.0%). nilai p=0,00 (p<0,05), yang artinya bahwa
Sedangkan, responden yang memiliki faktor H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan
genetik dan tidak memiliki hipertensi demikian dapat disimpulkan bahwa ada
sebanyak 4 responden (5.5%) dan hubungan antara obesitas dengan kejadian
responden yang tidak memiliki faktor hipertensi pada lansia di wilayah kerja
genetik dan tidak memiliki hipertensi Puskesmas Halong.
sebanyak 19 responden (26.0%).
PEMBAHASAN
Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-square didapatkan Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
nilai p=0,03 (p<0,05), yang artinya bahwa Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan Wilayah Kerja Puskesmas Halong
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara faktor genetik dengan Berdasarkan tabel 9 menunjukkan
kejadian hipertensi pada lansia di wilayah bahwa responden yang melakukan aktivitas
kerja Puskesmas Halong. fisik, dan memiliki hipertensi sebanyak 22
responden (30.1%) dan responden yang
tidak melakukan aktivitas fisik, dan memiliki
hipertensi sebanyak 28 responden (38.4%).

12
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

Sedangkan, responden yang melakukan dengan yang melakukan aktivitas fisik


aktivitas fisik dan tidak memiliki hipertensi sedang dan berat(7)
sebanyak 17 responden (23.3%) dan
responden yang tidak melakukan aktivitas Aktivitas fisik seperti berjalan selama 30
fisik dan tidak memiliki hipertensi sebanyak menit setiap hari akan menstabilkan
6 responden (8.2%). Dari hasil uji statistik tekanan darah diastolik jika dilakukan
dengan menggunakan uji Chi-square secara teratur. Latihan berjalan merupakan
didapatkan nilai p=0,03 (p<0,05), yang respon awal peningkatan intensitas kerja
artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. jantung secara linier yang akan terlihat jelas
pada tekanan darah diastolik. Penurunan
Aktivitas fisik adalah aktivitas yang tekanan darah setelah latihan berjalan
dilakukan individu untuk memenuhi disebabkan karena beberapa mekanisme
kebutuhan sehari-harinya seperti mandi, penurunan sistem syaraf simpatis,
makan, mencuci dan sebagainya. Selain penurunan resistensi total perifer vaskuler
dari itu, aktivitas yang harus sering dan penurunan curah jantung sehingga
dilakukan adalah berolahraga. Olahraga meningkatnya sensitivitas barorefleks dan
yang dimaksud tidak harus jenis berat, menurunnya volume plasma, hal ini lah
berjalan kaki selama 30 menit perhari yang akan menyebabkan penurunan
merupakan bentuk olahraga ringan yang tekanan darah diastolik
dapat dilakukan Hasil penelitian Hasanudin
(2018) menunjukkan bahwa kurangnya Berdasarkan data yang didapatkan di
aktivitas fisik maka dapat berisiko pada lapangan, aktivitas fisik yang sering
tingginya tekanan darah, masyarakat di dilakukan oleh responden yaitu, mencuci
wilayah Tlogosuryo RT/RW rutin melakukan pakaian, memasak, mencuci piring dan
aktivitas fisik seperti naik/ turun tangga, berkebun. Dari hasil penelitian yang
aktivitas hygiene pagi dan sore serta dilakukan terdapat 28 responden (38.4%)
menyempatkan diri untuk berjalan kaki. yang tidak melakukan aktivitas fisik
Penelitian Budiono (2015) menyebutkan sehingga dapat memicu responden
bahwa ada hubungan antara aktivitas mengalami hipertensi. Kurangnya aktivitas
fisik dengan status kesehatan hipertensi fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
pada masyarakat di Desa Naben, karena bertambahnya risiko untuk menjadi
Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
Dapat disimpulkan bahwa kurangnya cenderung mempunyai detak jantung lebih
aktivitas fisik cepat dan otot jantung mereka harus
membuat organ tubuh dan pasokan darah bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
maupun oksigen menjadi tersendat semakin keras dan sering jantung harus
sehingga meningkatkan tekanan darah. memompa semakin besar pula kekuatan
Aktivitas olahraga atau aktivitas fisik secara yang mendesak arteri. Selain itu juga dari
rutin dapat menurunkan dan menstabilkan 50 responden yang mengalami hipertensi
tekanan darah. Hal sejalan dengan 22 responden (30.1%) diantaranya sudah
penelitian yang dilakukan oleh Tori R (2017) melakukan aktifitas fisik tetapi memiliki
yang menyatakan bahwa terdapat hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian tingginya faktor kebiasaan merokok yang
hipertensi, dengan diperoleh nilai OR=2,255 susah untuk dihilangkan, selain karena
yang berarti subjek yang melakukan aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap
aktivitas fisik ringan berisiko mengalami hipertensi begitupun juga merokok yang
hipertensi sebesar 2,255 kali dibandingkan dapat menjadi penyebab seseorang
mengalami hipertensi. Hal ini sesuai dengan
13
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

hasil penelitian, didapati bahwa responden Rokok mengandung kurang lebih 4.000
dengan hipertensi yang memiliki kebiasaan jenis bahan kimia, dengan 40 jenis
merokok sebanyak 20 orang. Selain faktor diantaranya bersifat karsinogenik dan
kebiasaan merokok, hipertensi juga dapat setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi
terjadi karena adanya faktor genetik atau kesehatan. Racun utama pada rokok adalah
faktor keturunan. Didapati hasil bahwa tar, nikotin, dan karbondioksida (CO). Selain
terdapat 23 responden yang memiliki faktor itu, dalam sebatang rokok juga
genetik penyebab hipertensi. mengandung bahan-bahan kimia lainnya
yang tak kalah beracunnya. Kandungan
Berdasarkan hasil teori dan penelitian rokok yaitu nikotin dapat menstimulus
terkait maka penulis berpendapat bahwa pelepasan katekolamin. Katekolamin yang
aktivitas fisik sangat berperan penting, mengalami peningkatan dapat
karena jika lansia rajin melakukan aktivitas menyebabkan peningkatan denyut jantung,
fisik secara rutin maka itu dapat mencegah iritabilitas miokardial serta terjadi
adanya penyakit hipertensi. Sehingga dapat vasokontriksi yang dapat meningkatkan
disimpulkan bahwa aktivitas fisik tekanan darah(8)
berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Halong. yang dilakukan oleh Ramadhani
Firmansyah dan Rustam (2017) Dari hasil
Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan penelitian variabel penelitian kebiasaan
Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja merokok dengan tekanan darah pada
Puskesmas Halong pasien hipertensi didapatkan nilai p-value
0,014 <α (0.05), hal ini menunjukan ada
Berdasarkan tabel 10 menunjukkan hubungan antara kebiasaan merokok
bahwa responden yang memiliki kebiasaan dengan tekanan darah pada pasien
merokok, dan memiliki hipertensi sebanyak hipertensi di Puskesmas Pembina
20 responden (27.4%) dan responden yang Palembang tahun 2016. Nilai OR=3,515, hal
tidak memiliki kebiasaan merokok, dan ini menunjukkan bahwa pasien yang
memiliki hipertensi sebanyak 30 responden merokok beresiko 3,515 kali untuk tidak
(41.1%). Sedangkan, responden yang terkontrolnya tekanan darah dibandingkan
memiliki kebiasaan merokok dan tidak dengan pasien yang bukan perokok. Hasil
memiliki hipertensi sebanyak 3 responden penelitian ini juga didukung oleh penelitian
(4.1%) dan responden yang tidak memiliki yang dilakukan oleh Lilies Sundari (2015)
kebiasaan merokok dan tidak memiliki dengan judul “Faktor-Faktor Yang
hipertensi sebanyak 20 responden (27.4%). Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi”.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Hasilnya terdapat hubungan antara
uji Chi-square didapatkan nilai p=0,04 merokok dengan kejadian hipertensi yang
(p<0,05), yang artinya bahwa H0 ditolak nilai p-value nya adalah 0.04(9)
dan Ha diterima.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
Kebiasaan merokok dapat terdapat 20 (27.4%) responden yang masih
menyebabkan gangguan kardiovaskuler memiliki kebiasaan merokok. Dari hasil uji
pada lansia sebagaimana dengan teori statistic diperoleh nilai p-value=0.04 dengan
yang dikemukakan oleh Sri Agustian,dkk nilai OR=4,444, yang artinya responden
2014 yaitu penyebab terjadinya hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok beresiko
adalah terdiri dari berbagai faktor seperti 4,444 kali mempunyai penyebab terjadinya
stres, kegemukan, merokok, hipernatriumia. hipertensi dibandingkan dengan responden
14
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

yang tidak memiliki kebiasaan merokok genetik dan tidak memiliki hipertensi
dengan derajat kepercayaan (CI95%)= sebanyak 19 responden (26.0%). Dari hasil
0.094-0.821. Hal ini dikarenakan adanya uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
kandungan rokok yaitu nikotin yang dapat square didapatkan nilai p=0,03 (p≤0,05),
menstimulus pelepasan katekolamin. yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha
Katekolamin yang mengalami peningkatan diterima.
dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi Hipertensi dapat disebabkan oleh
vasokontriksi yang dapat meningkatkan adanya faktor genetik pada keluarga yang
tekanan darah. Selain itu juga terdapat 30 mempunyai hipertensi, hal tersebut terjadi
(41.1%) responden yang tidak memiliki karena adanya hubungan dengan
kebiasaan merokok tetapi mengalami meningkatnya kadar sodium individu. Orang
hipertensi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan yang mempunyai riwayat genetik dua kali
lansia yang kurang melakukan aktivitas fisik lebih besar terjadi hipertensi dibandingkan
juga karena adanya faktor lain yang dapat pada keluarga keluarga yang tidak
menjadi penyebab hipertensi yaitu obesitas. mempunyai riwayat hipertensi. Faktor
Penderita obesitas dengan hipertensi genetik memang memiliki peran yang besar
memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut
volume darah yang lebih tinggi jika terbukti dengan ditemukannya bahwa
dibandingkan dengan penderita yang kejadian hipertensi lebih banyak terjadi
memiliki berat badan normal. Hal ini sesuai pada kembar monozigot (berasal dari satu
dengan hasil yang didapatkan di tempat sel telur) disbanding heterozigot (berasal
penelitian bahwa responden yang dari sel telur yang berbeda). Jika memiliki
mengalami obesitas yang menderita riwayat genetik hipertensi dan tidak
hipertensi sebanyak 36 orang, hal ini terjadi melakukan penanganan atau pengobatan
karena pola makan yang tidak teratur. maka ada kemungkinan lingkungan akan
Berdasarkan hasil teori dan penelitian menyebabkan hipertensi berkembang
terkait, maka peneliti berpendapat bahwa dalam waktu 30 tahun, akan muncul tanda-
kebiasaan merokok dapat menjadi salah tanda dan gejala hipertensi dengan
satu penyebab terjadinya hipertensi. Oleh berbagai komplikasi(10)
karena itu faktor kebiasaan merokok
berhubungan dengan kejadian hipertensi di Penelitian ini sejalan dengan penelitian
wilayah kerja Puskesmas Halong. yang dilakukan oleh M. Hasan Azahri
(2017) Hasil analisis chi-square didapatkan
Hubungan Genetik Dengan Kejadian p value = 0,002 < p (0.05), berarti ada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas hubungan antara keturunan atau genetik
Halong dengan kejadian hipertensi. Nilai Odds ratio
(OR) = 3,686, berarti responden yang
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan mempunyai riwayat keluarga hipertensi
bahwa responden yang memiliki faktor mempunyai peluang sebanyak 3,6 kali
genetik, dan memiliki hipertensi sebanyak untuk terkena penyakit hipertensi
23 responden (31.5%) dan responden yang dibandingkan dengan responden yang tidak
tidak memiliki faktor genetik, dan memiliki mempunyai riwayat keluarga hipertensi
hipertensi sebanyak 27 responden (37.0%). dengan tingkat kepercayaan (95% CI) =
Sedangkan, responden yang memiliki faktor 1.650 - 8.231. Penelitian ini juga didukung
genetik dan tidak memiliki hipertensi oleh penelitian yang dilakukan oleh Nanang
sebanyak 4 responden (5.5%) dan Dismiantoni dkk (2020) dengan judul
responden yang tidak memiliki faktor “Hubungan Merokok dan Riwayat
15
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

Keturunan Dengan Kejadian Hipertensi) dan hipertensi sebanyak 7 responden (49.6%)


diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara dan responden yang tidak mengalami
faktor genetik dengan kejadian hipertensi obesitas dan tidak memiliki hipertensi
dan diperoleh nilai p value= 0.023.(11) sebanyak 16 responden (21.9%). Dari hasil
uji statistik dengan menggunakan uji Chi-
Dari hasil penelitian yang dilakukan dari square didapatkan nilai p=0,00 (p≤0,05),
50 responden yang mengalami hipertensi, yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha
terdapat 23 (31.5%) responden yang diterima.
memiliki riwayat keturunan hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara yang Faktor lain yang dapat menyebabkan
dilakukan riwayat hipertensi didapatkan hipertensi adalah kegemukan atau obesitas.
karena ada orang tua responden yang Obesitas terjadi ketilka indeks massa tubuh
memang memiliki riwayat hipertensi. Dari seseorang berada pada nilai ≥30. Penderita
hasil uji statistik diperoleh nilai p-value obesitas dengan hipertensi memiliki daya
0.037 dengan nilai OR=4,046 dengan pompa jantung dan sirkulasi volume darah
artian responden yang memiliki riwayat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
keluarga hipertensi mempunyai peluang penderita yang memiliki berat badan normal
4,046 kali untuk terkena penyakit hipertensi Dibanding dengan orang kurus, orang yang
dibandingkan dengan responden yang tidak gemuk lebih besar peluangnya terkena
memiliki riwayat keluarga hipertensi dengan hipertensi(12). Kegemukan merupakan ciri
tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.203- khas dari populasi hipertensi. Sering kali
13.613. Selain itu juga terdapat 27 (37.0%) kenaikan volume darah dan beban pada
responden yang tidak memiliki riwayat tubuh yang bertambah berhubungan
keluarga hipertensi tetapi terkena dengan hipertensi, karena semakin besar
hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena bebannya, semakin berat juga kerja jantung
kurangnya aktivitas fisik, dan juga karena dalam memompah darah keseluruh tubuh.
mengalami obesitas. Jika berat badan bertambah, terdapat
kecenderungan pengeluaran insulin yang
Berdasarkan hasil teori dan penelitian bertambah. Dengan bertambahnya insulin,
terkait maka peneliti berpendapat bahwa penyerapan natrium dalam ginjal akan
genetik juga dapat menjadi faktor penyebab berkurang. Dengan bertambahnya natrium
terjadi hipertensi. Oleh karena itu terdapat dalam tubuh, volume cairan dalam tubuh
hubungan antara faktor genetik dengan juga akan bertambah. Semakin banyak
kejadian hipertensi pada lansia di wilayah cairan termasuk darah yang ditahan,
kerja Puskesmas Halong. tekanan darah akan semakin tinggi (13)
Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hipertensi Pada Lansia di Wilayah Kerja yang dilakukan oleh Emira Tasya
Puskesmas Halong Ramadhani dan Yuli Sulistyorini (2018).
Hasil penelitian menunjukkan pada uji
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan korelasi spearman terdapat hubungan
bahwa responden yang mengalami antara kasus hipertensi dan kasus obesitas
obesitas, tetapi memiliki hipertensi dengan p = 0,000 (p<0,05). Kuat korelasi
sebanyak 36 responden (49.3%) dan menunjukkan kuat hubungan sedang dan
responden yang tidak mengalami obesitas, arah hubungan positif dengan hasil
tetapi memiliki hipertensi sebanyak 14 correlation coefficient = 0,490. Penelitian ini
responden (19.2%). Sedangkan, responden juga didukung oleh penelitian yang
yang mengalami obesitas dan tidak memiliki dilakukan oleh Suharto dkk (2020) dengan
16
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

hasil penelitian yang menyatakan bahwa yang dapat diubah seperti menjaga pola
obesitas menjadi salah satu faktor yang erat konsumsi makan, tidak merokok atau
kaitannya dengan kejadian hipertensi dan berhenti merokok dan tidak mengonsumsi
diperoleh nilai p-value 0.01 < p 0.05 dengan alkohol serta selau mengontrol tekanan
artian bahwa obesitas memiliki hubungan darah dan olahraga teratur yang sesuai
dengan kejadian hipertensi(14) dengan umur.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
terdapat 36 (49.3%) responden yang REFERENSI
memiliki obesitas dan terkena hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan 1. WHO. Prevalensi dan Karakteristik
bahwa responden sangat jarang untuk Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda
mengatur pola makan. Dari hasil uji statistik di Indonesia. Tarumanagara Med J
diperoleh nilai p-value=0.00 dengan nilai [Internet]. 2013;1(2):395–402.
OR (95 CI=1.993-17.336) yang didapat Available from:
yaitu 5,878 dengan artian bahwa responden http://www.depkes.go.id/resources/do
yang memiliki obesitas mempunyai peluang wnload/general/Hasil Riskesdas
5,878 kali terkena hipertensi daripada 2013.pdf
responden yang tidak memiliki faktor 2. Bloch KV, Klein CH, Szklo M,
obesitas. Selain itu terdapat 14 (19.2%) Kuschnir MCC, De Azevedo Abreu
responden yang tidak memiliki obesitas G, Barufaldi LA, et al. ERICA:
tetapi terkena hipertensi. Hal ini bisa terjadi Prevalences of hypertension and
karena faktor penyebab lain seperti memiliki obesity in Brazilian adolescents. Rev
kebiasaan merokok dan juga responden Saude Publica. 2016;50(suppl 1):1s-
memiliki riwayat keluarga hipertensi. 12s.
Berdasarkan hasil teori dan penelitian
terkait, peneliti berpendapat bahwa obesitas 3. Mills KT, Bundy JD, Kelly TN, Reed
merupakan salah satu faktor penyebab JE, Kearney PM, Reynolds K, et al.
utama seseorang dapat terkena hipertensi. Global Disparities of Hypertension
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Prevalence and Control: A
obesitas mempunyai hubungan dengan Systematic Analysis of Population-
kejadian hipertensi pada lansia di wilayah Based Studies From 90 Countries.
kerja Puskesmas Halong. 101161/CIRCULATIONAHA1150189
12 PMID 27502908; PMCID
PMC4979614. 2016;Aug
KESIMPULAN 9;(6):134(6):441-50.
Berdasarkan hasil penelitian 4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan
tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal Indonesia 2018 Kemenkes RI. 2019.
sebagai berikut: Hasil uji chi-square 207 p.
menunjukkan ada hubungan antara faktor
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, faktor 5. Riset Kesehatan Dasar 2018.
genetic dan obesitas dengan kejadian
hipertensi pada lansia di wilayah kerja 6. Maluku Profil Kesehatan Profinsi.
Puskesmas Halong. Bagi lansia, dengan 2014.
bertambahnya umur yang mulai rentan
terhadap berbagai penyakit termasuk 7. Putra Apriadi Siregar, Saidah
hipertensi. Hendaknya melakukan Fatimah Sari Simanjuntak FHBG.
pencegahan hipertensi dari faktor resiko lain Aktivitas Fisik , Konsumsi Makanan
17
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 3 Nomor 2, Agustus 2021

Asin dan Kejadian Hipertensi Korespondensi A, Biostatistika D,


Masyarakat Pesisir Kota Medan Fakultas K, et al. FAKTOR
Physical Activity , Consumption of PROTEKTIF KEJADIAN DIARE
Salty Foods and the Occurrence of. J PADA BALITA DI SURABAYA The
Ilm Kesehat. 2020;2(1):1–8. Protective Factor of Diarrhea
Incidence in Toddler in Surabaya.
8. Agustina S, Sari SM, Savita R. 2018;6(September 2017):51–9.
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Hipertensi Pada Lansia di
Atas Umur 65 Tahun. J Kesehat
Komunitas. 2014;2(4):180–6.

9. Firmansyah MR, Rustam R.


Hubungan Merokok dan Konsumsi
Kopi dengan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi. J Kesehat.
2017;8(2):263.

10. Setiawan GW, Wungouw HIS.


Kualitas Hidup Penderita Hipertensi.
e-Biomedik (eBM). 2013;1(1):760–4.

11. Ilmiah Kesehatan Sandi Husada J,


dismiantoni N, triswanti N,
Kriswiastiny R. ARTIKEL
PENELITIAN Hubungan Merokok
Dan Riwayat Keturunan Dengan
Kejadian Hipertensi Relationship
between Smoking and Hereditary
History with Hypertension Artikel info
Artikel history. Juni [Internet].
2019;11(1):30–6. Available from:
https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH

12. Prisilia Alva Seke D. HUBUNGAN


KEJADIAN STRES DENGAN
PENYAKIT HIPERTENSI PADA
LANSIA DI BALAI PENYANTUNAN
LANJUT USIA SENJAH CERAH
KECAMATAN MAPANGET KOTA
MANADO Prisilia. e-journal
keperawatan. 2016;Volume
Nom(Agustus):31–48.

13. Hipertensi K, Penderita P, Inap R.


Penelitian. 2015;1(1):71–4.

14. Ainsyah RW, Farid M, Lusno D,


18
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/mhj

Anda mungkin juga menyukai