Anda di halaman 1dari 10

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Jati Luhur Bekasi Tahun 2018

Fatharani Maulidina1) Nanny Harmani 2) Izza Suraya 3)

1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

*Alamat Korespondensi : Jl. Limau II Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12130

Abstrak
Di Indonesia penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini yakni
hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, di Bekasi sebesar 13,8%, dan di
Puskesmas Jatiluhur pada tahun 2016 sebesar 7,2% dan terjadinya peningkatan pada tahun 2017
sebesar 9,1%. Faktor risiko hipertensi antara lain faktor yang tidak dapat diubah (usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga) dan faktor yang dapat diubah (merokok, status gizi, aktifitas fisik,
stress, dan konsumsi makanan) yang dianggap sangat mempengaruhi kejadian hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jatiluhur Bekasi Tahun 2018. Penelitian ini merupakan
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan teknik kuota sampling. Pengambilan data
dilakukan menggunakan instrumen (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga,
dan merokok) dan pengukuran langsung (status gizi dan aktifitas fisik). Analisis yang digunakan
adalah univariat dan bivariat dengan uji Chi square. Hasil uji bivariat menunjukkan variabel yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi yaitu usia dengan Pvalue=0,000; PR=9,245 (95% CI
3,085 – 27,708), jenis kelamin dengan Pvalue=0,454; PR=1,169 (95% CI 0,833 – 1,640),
Pendidikan dengan Pvalue=0,000; PR=2,188 (95% CI 1,406 – 3,403), pekerjaan dengan
Pvalue=0,001; PR=1,830 (95% CI 1,307 – 2,562), riwayat keluarga dengan Pvalue=0,033;
PR=1,518 (95% CI 1,038 – 2,221), status gizi dengan Pvalue=0,003; PR=1,820 (95% CI 1,205 –
2,750), merokok dengan Pvalue=1,000; PR=1,000 (95% CI 0,732 – 1,404) dan aktifitas fisik
dengan Pvalue=0,197; PR=1,411 (95% CI 0,859 – 2,317). Variabel yang menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang signifikan yaitu faktor usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga dan
status gizi dengan kejadian hipertensi (Pvalue < 0,05).

Kata Kunci: Hipertensi, Faktor Risiko, Puskesmas Jatiluhur


1
Abstract
In Indonesia non-communicable diseases become a very serious health problem at this time,
namely hypertension. Hypertension risk factors include irreversible factors (age, gender, family
history) and modifiable factors (smoking, nutritional status, physical activity, stress, and food
consumption) which are considered to greatly affect the incidence of hypertension. This study aims
to determine the factors associated with the incidence of hypertension. This research is
quantitative with cross sectional approach. Done in the work area of Jatiluhur Bekasi health
center in July 2018. Data collection was carried out on 143 respondents who were patients who
visited the work area of the puskesmas using questionnaires and direct measurements. Quota
sampling technique. The analysis used is univariate and bivariate. Univariate test results showed
the proportion of hypertensive patients mostly were ertensi 40 years (71.3%), female gender
(57.3%), low education (61.5%), working (55.2%), having a history family (61.5), nutritional
status with overweight and obesity (62.2%), non-smoking (50.3%), and mild physical activity
(79.7%). The results of the bivariate test showed that the variables associated with the incidence
of hypertension were age (Pvalue = 0,000), education (Pvalue = 0,000), work (Pvalue = 0,001),
family history (Pvalue = 0,033), and nutritional status (Pvalue = 0,003), while variables that are
not related to the incidence of hypertension, namely sex (Pvalue = 0.454), smoking (Pvalue =
1,000) and physical activity (Pvalue = 0.197). To reduce the occurrence of hypertension, there
needs to be education to prevent such as providing counseling to the public about hypertension
and conducting blood pressure checks regularly.

Keywords: Hypertension, Risk Factors

Pendahuluan
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi Amerika sebesar 35%, selain itu prevalensi
penyebab utama kematian secara di dunia. hipertensi di negara maju maupun negara
Salah satu PTM yang menjadi masalah berkembang masih tergolong tinggi, adapun
kesehatan yang sangat serius saat ini yakni prevalensi hipertensi di negara maju adalah
hipertensi.. Hipertensi masih menjadi masalah sebesar 35% dari populasi dewasa dan
kesehatan karena merupakan penyakit the prevalensi hipertensi di negara berkembang
silent killer karena tidak terdapat tanda-tanda sebesar 40% dari populasi dewasa (WHO,
atau gejala yang dapat dilihat dari luar, yang 2014). Menurut Riset Kesehatan Dasar
akan menyebabkan beberapa komplikasi diketahui prevalensi hipertensi di Indonesia
seperti penyakit jantung, otak dan ginjal sebesar 25,8%, dengan prevalensi tertinggi
(WHO, 2011). terdapat di Bangka Belitung sebesar 30,9%,
Berdasarkan data WHO terdapat sekitar diikuti Kalimantan Selatan sebesar 30,8%,
600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Kalimantan Timur sebesar 29,6%, dan Jawa
Prevalensi tertinggi terdapat di Afrika, yaitu Barat merupakan provinsi yang menempati
sebesar 46% dari populasi dewasa, kemudian posisi ke empat sebesar 29,4% (Riskesdas,
prevalesi terendah terdapat di 2013). Berdasarkan profil kesehatan Kota

2
Bekasi pada tahun 2014, hipertensi termasuk dilakukan pada bulan Juli 2018 selama 3 hari
20 besar kasus penyakit tertinggi dengan pada tanggal 4-6 Juli 2018.
terbanyak ke 4 dengan jumlah kasus hipertensi Populasi penelitian ini adalah seluruh
sejumlah 36.807 kasus (13,8%) (Profil pengunjung Puskesmas Jatiluhur Bekasi.
Kesehatan Kota Bekasi, 2014), adapun data Teknik sampling yang digunakan dalam
dari Puskesmas Jati Luhur pada tahun 2016 penelitian ini adalah non probability sampling
diperoleh bahwa penderita hipertensi sejumlah dengan jenis quota sampling. Sampel dalam
2.214 kasus (7,2%) dan pada tahun 2017 penelitian adalah sebagian dari populasi yang
sejumlah 2.583 kasus (9,1%) (Profil Kesehatan berkunjung di Puskesmas Jati Luhur Bekasi
UPTD Puskesmas Jati Luhur, 2016). dengan jumlah 143 responden yang memenuhi
Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi kriteria inklusi yaitu pengujung di Puskesmas
2 golongan yaitu hipertensi yang tidak dapat Jatiluhur, pernah berobat ke Puskesmas
diubah dan hipertensi yang dapat diubah. Jatiluhur, bertempat tinggal di wilayah
Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat Puskesmas Jatiluhur, dan bersedia menjadi
diubah meliputi usia, jenis kelamin, responden penelitian. Serta kriteria eksklusi
pendidikan, pekerjaan dan riwayat keluarga. yaitu penyandang disabilitas dan pasien
Sedangkan faktor risiko hipertensi yang dapat rujukkan. Dalam penelitian ini jenis
diubah meliputi status gizi, merokok, aktifitas pengumpulan data yang digunakan adalah data
fisik, konsumsi alkohol, konsumsi garam dan primer. Pengumpulan data dilakukan dengan
konsumsi makanan tinggi lemak (Rusdi & cara yaitu pengukuran tekanan darah dengan
Isnawati, 2009). menggunakan Sphygnomanometer air raksa
Berdasarkan latar belakang tersebut, dan stetoskop, pengukuran status gizi dengan
maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk cara ukur Indeks Massa Tubuh yaitu
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan menggunakan microtoise untuk tinggi badan
dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja dan timbangan injak untuk berat badan.
Puskesmas Jatiluhur. Pengumpulan data seperti faktor usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat
Subyek Dan Metode keluarga, merokok dilakukan dengan
Penelitian ini merupakan penelitian wawancara yang menggunakan kuesioner yang
kuantitatif (analitik) dengan pendekatan desain berisi pertanyaan dan pengumpulan data
cross sectional. Sebagai variabel independen aktifitas fisik yang menggunakan kuesioner
adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, GPAQ (Global Physical Activity Quistionaire).
pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, Analisis data yang dilakukan yaitu
merokok dan aktifitas fisik. Dan variabel analisis univariat untuk menggambarkan
dependen adalah hipertensi. Penelitian ini distribusi frekuensi masing-masing variabel
dilakukan di wilayah kerja puskesmas yang diteliti, baik variabel independen (usia,
Jatiluhur, Bekasi Tahun 2018. Waktu jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat
penelitian dilaksanakan pada November 2017 - keluarga, status gizi, merokok dan aktifitas
Agustus 2018. Waktu pengumpulan data fisik) maupun variabel dependen (hipertensi).
Dan analisa bivariat dilakukan untuk menguji

3
hubungan variabel bebas (independen) dan Tabel 2
variabel terikat (dependen) melalui Uji Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Statistik Chi-Square dengan derajat Karakteristik Sosial Demografi
kepercayaan (Confident Interval / CI) = 95%, Karkateristik Sosial
n %
tingkat kemaknaan (α = 0,05) dan beta (β = Demografi
80%). Usia
≥ 40 tahun 102 71,3
Hasil < 40 tahun 41 28,7
Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
Perempuan 82 57,3
distribusi responden yang mengalami
Laki-laki 61 42,7
hipertensi yakni sebanyak 72 orang (50,3%) Pendidikan
(Tabel 1). Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat Rendah 88 61,5
distribusi responden yang berusia ≥40 tahun Tinggi 55 38,5
yakni sebanyak 102 orang (71,3%), responden Pekerjaan
yang berjenis kelamin perempuan yakni Tidak bekerja 64 44,8
sebanyak 82 orang (57,3%), responden yang Bekerja 79 55,2
berpendidikan rendah yakni sebanyak 88 orang Total 143 100
(61,5%), dan responden yang bekerja yakni
sebanyak 70 orang (55,2%) (Tabel 2). Tabel 3
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat distribusi Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor
responden yang memiliki riwayat keluarga Yang Berhubungan Dengan Kejadian
hipertensi yakni sebanyak 88 orang (61,5%), Hipertensi
responden yang status gizinya kelebihan berat Faktor Risiko n %
dan obesitas yakni sebesar 89 orang (62,2%), Riwayat Keluarga
responden yang tidak merokok yakni sebanyak Ada 88 61,5
Tidak 55 38,5
72 orang (50,3%), dan responden yang aktifitas
Status Gizi
fisiknya kurang yakni sebanyak 114 orang Kelebihan berat badan & 89 62,2
(79,7%) (Tabel 3). obesitas
Tidak kelebihan berat badan & 54 37,8
Tabel 1 tidak obesitas
Merokok
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Merokok 71 49,7
Kejadian Hipertensi Tidak Merokok 72 50,3
Kejadian Hipertensi n % Aktifitas Fisik
Hipertensi 72 50,3 Ringan 114 79,7
Tidak hipertensi 71 49,7 Sedang 29 20,3
Total 143 100 Total 143 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan


hubungan usia dengan kejadian hipertensi yang
usia nya ≥40 tahun (67,6%) lebih banyak
mengalami hipertensi dari pada responden usia

4
< 40 tahun (7,3%). Hasil Uji Chi-Square hubungan yang signifikan antara riwayat
menunjukkan ada hubungan yang signifikan keluarga dengan kejadian hipertensi (Pvalue =
antara usia dengan kejadian hipertensi (Pvalue 0,033). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio
= 0,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan responden dengan adanya
(PR) menunjukkan responden usia ≥ 40 tahun riwayat keluarga berpeluang 1,518 kali
berpeluang 9,245 kali mengalami hipertensi mengalami hipertensi daripada responden
dibandingkan responden usia < 40 tahun (95% dengan tidak adanya riwayat keluarga (95% CI
CI 3,085 – 27,708) (Tabel 4). 1,038 – 2,221) (Tabel 4).
Hubungan pendidikan dengan kejadian Hubungan status gizi dengan kejadian
hipertensi menunjukkan yang pendidikan hipertensi menunjukkan yang memiliki status
rendah (63,6%) lebih banyak mengalami gizi kelebihan berat badan dan obesitas
hipertensi daripada responden dengan (60,7%) lebih banyak mengalami hipertensi
pendidikan tinggi (29,1%). Hasil Uji Chi- daripada responden dengan status gizi tidak
Square menunjukkan ada hubungan yang kelebihan berat badan dan tidak obesitas
signifikan antara pendidikan dengan kejadian (33,3%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan
hipertensi (Pvalue = 0,000). Hasil perhitungan ada hubungan yang signifikan antara status
Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan responden gizi dengan kejadian hipertensi (Pvalue =
dengan pendidikan rendah berpeluang 2,188 0,003). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio
kali mengalami hipertensi daripada responden (PR) menunjukkan responden dengan status
dengan pendidikan tinggi (95% CI 1,406 – gizi kelebihan berat badan atau obesitas
3,403) (Tabel 4). berpeluang 1,820 kali mengalami hipertensi
Hubungan pekerjaan dengan kejadian daripada responden dengan status gizi tidak
hipertensi menunjukkan yang tidak bekerja kelebihan berat badan atau obesitas (95% CI
(67,2%) lebih banyak mengalami hipertensi 1,205 – 2,750) (Tabel 4).
daripada responden yang bekerja (36,7%). Hubungan jenis kelamin dengan
Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada kejadian hipertensi menunjukkan yang berjenis
hubungan yang signifikan antara pekerjaan kelamin perempuan (53,7%) lebih banyak
dengan kejadian hipertensi (Pvalue = 0,001). mengalami hipertensi daripada responden
Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR) berjenis kelamin laki-laki (45,9%). Hasil Uji
menunjukkan responden yang tidak bekerja Chi-Square menunjukkan tidak ada
berpeluang 1,830 kali mengalami hipertensi hubungan yang signifikan antara jenis
daripada responden yang bekerja (95% CI kelamin dengan kejadian hipertensi (Pvalue =
1,307 – 2,562) (Tabel 4). 0,454). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio
Hubungan riwayat keluarga dengan (PR) menunjukkan responden berjenis kelamin
kejadian hipertensi menunjukkan yang terdapat perempuan berpeluang 1,169 kali mengalami
adanya riwayat keluarga (58%) lebih banyak hipertensi dibandingkan responden berjenis
mengalami hipertensi dibandingkan responden kelamin laki-laki (95% CI 0,833 – 1,744)
dengan tidak adanya riwayat keluarga (38,2%). (Tabel 4).
Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada

5
Hubungan merokok dengan kejadian Hubungan aktifitas fisik dengan
hipertensi menunjukkan yang merokok kejadian hipertensi menunjukkan yang
(50,7%) lebih banyak mengalami hipertensi memiliki aktifitas fisik risngan (53,5%) lebih
dibandingkan responden yang tidak merokok banyak mengalami hipertensi daripada
(50%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan responden dengan aktifitas fisik sedang
tidak ada hubungan yang signifikan antara (37,9%). Hasil Uji Chi-Square menunjukkan
merokok dengan kejadian hipertensi (Pvalue = tidak ada hubungan yang signifikan antara
1,000). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi
(PR) menunjukkan responden yang merokok (Pvalue =0,197). Hasil perhitungan Prevalensi
berpeluang 1,014 kali mengalami hipertensi Rasio (PR) menunjukkan responden dengan
daripada responden yang tidak merokok (95% aktifitas ringan 1,411 kali mengalami hipertensi
CI 0,732 – 1,404) (Tabel 4). daripada responden dengan aktifitas fisik
sedang (95% CI 0,859 – 2,317) (Tabel 4).

Tabel 4
Uji Bivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi
Prevalensi Rasio
Tidak
Faktor-Faktor Hipertensi Total (95% Confidence Pvalue
Hipertensi
Interval )
n % n % n %
Usia
≥40 Tahun 69 67,6 33 32,4 102 100 9,245 0,000
<40 Tahun 3 7,3 38 92,7 41 100 (3,085 – 27,708)
Jenis Kelamin
Perempuan 44 53,7 38 40,7 82 100 1,169 0,454
Laki-laki 28 45,9 33 54,1 61 100 (0,833 – 1,744)
Pendidikan
Rendah 56 63,4 32 36,4 88 100 2,188 0,000
Tinggi 16 29,1 39 70,9 55 100 (1,406 – 3,403)
Pekerjaan
Tidak Bekerja 43 67,2 21 32,8 64 100 1,830 0,001
Bekerja 29 36,7 50 63,3 79 100 (1,307 – 2,562)
Riwayat Keluarga
Ada 51 58,0 37 42,0 88 100 1,518 0,033
Tidak 21 38,2 34 61,8 55 100 (1,038 – 2,221)
Status Gizi
Kelebihan berat badan & obesitas 54 60,7 35 39,3 89 100 1,820
0,003
Tidak kelebihan berat badan & 18 33,3 36 66,7 54 100 (1,205 – 2,750)
tidak obesitas
Merokok
Ya 36 50,7 35 49,3 50 100 1,014 1,000
Tidak 36 50 36 50 93 100 (0,732 – 1,404)
Aktifitas Fisik
Ringan 61 53,5 53 46,5 114 100 1,411 0,197
Sedang 11 37,9 18 62,1 29 100 (0,859 – 2,317)

6
Diskusi
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa mempengaruhi atau menambah pengetahuan
sebagian responden yang usia ≥ 40 tahun lebih seseorang akan berperilaku sesuai dengan
banyak mengalami kejadian hipertensi yaitu pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo,
sebanyak 69 orang (67,6%). Hasil uji Chi- 2010).
Square menunjukkan ada hubungan yang Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
signifikan antara usia dengan kejadian sebagian responden yang tidak bekerja yaitu
hipertensi (Pvalue = 0,000 ≤ α = 0,05). Hasil sebanyak 43 orang (67,2%) lebih banyak
perhitungan Prevalensi Rasio (PR) mengalami kejadian hipertensi. Hasil Uji Chi-
menunjukkan responden usia ≥ 40 tahun Square menunjukkan ada hubungan yang
berpeluang 9,245 kali mengalami hipertensi signifikan antara tidak bekerja dengan
dibandingkan responden usia < 40 tahun. kejadian hipertensi (Pvalue = 0,001 ≤ α =
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian 0,05). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR)
Rahayu (2010) dan Anggara & Prayitno (2012) menunjukkan responden yang tidak bekerja
Faktor usia sangat berpengaruh 1,830 kali mengalami hipertensi daripada
terhadap kejadian hipertensi karena dengan responden yang bekerja. Penelitian ini sejalan
bertambahnya usia maka risiko hipertensi dengan hasil penelitian Anggra dan Prayitno
menjadi lebih tinggi. Dengan bertambahnya (2012).
usia seseorang, maka tekanan darah seseorang Setiap gerakan tubuh akan
juga akan meningkat, ini bisa disebabkan oleh meningkatkan pengeluaran energy dan
beberapa faktor seperti perubahan alami pada kelebihan berat badan juga meningkatkan
jantung serta pembuluh darah seseorang, denyut jantung dan kadar insulin dalam darah
perubahan ini terjadi secara alami sebagai (Sheps, 2005).
proses penuaan (Sheps, 2005). Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian responden yang memiliki riwayat
sebagian responden yang berpendidikan rendah keluarga yaitu sebanyak 51 orang (58%) lebih
yaitu sebanyak 56 orang (63,6%) lebih banyak banyak mengalami kejadian hipertensi. Hasil
mengalami kejadian hipertensi. Hasil Uji Chi- Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan
Square menunjukkan ada hubungan yang yang signifikan antara riwayat keluarga
signifikan antara pendidikan dengan kejadian dengan kejadian hipertensi (Pvalue = 0,033 ≤ α
hipertensi (Pvalue = 0,000 ≤ α = 0,05). Hasil = 0,05). Hasil perhitungan Prevalensi Rasio
perhitungan Prevalensi Rasio (PR) (PR) menunjukkan responden dengan adanya
menunjukkan responden yang pendidikan riwayat keluarga berpeluang 1,518 kali
rendah 2,188 kali mengalami hipertensi mengalami hipertensi daripada responden
daripada responden yang pendidikan tinggi. dengan tidak adanya riwayat keluarga.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Anggara dan Prayitno (2012). Situmorang (2014) dan Kartikasari (2012).
Tingkat pendidikan seseorang akan Hipertensi cenderung merupakan
berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, penyakit keturunan, jika kedua orang tua kita
semakin banyak informasi dapat mempunyai hipertensi maka ada kemungkinan

7
kita mendapatkan penyakit tersebut sebanyak hipertensi. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan
60% (Depkes RI, 2006). Hal ini terjadi karena tidak ada hubungan yang signifikan antara
adanya pewarisan sifat melalui gen. faktor jenis kelamin dengan kejadian hipertensi
keturunan memiliki peran besar terhadap (Pvalue = 0,454 ≥ α = 0,05). Hasil perhitungan
munculnya hipertensi pada seseorang (Susanto, Prevalensi Rasio (PR) menunjukkan responden
2010). berjenis kelamin perempuan berpeluang 1,169
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa kali mengalami hipertensi dibandingkan
sebagian responden yang kelebihan berat responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini
badan dan obesitas yaitu sebanyak 54 orang sejalan dengan hasil penelitian Bestari (2016).
(60,7%) lebih banyak mengalami kejadian Perempuan memiliki kemungkinan
hipertensi. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan untuk mengalami hipertensi selama
ada hubungan yang signifikan antara status kehidupannya, dikarenakan saat usia 40 tahun
gizi dengan kejadian hipertensi (Pvalue =0,003 keatas perempuan lebih berisiko mengalami
≤ α = 0,05). Hasil perhitungan Prevalensi hipertensi. Kondisi ini dipengaruhi oleh
Rasio (PR) menunjukkan responden dengan hormon. Wanita yang memasuki masa
adanya status gizi yang indeks massa tubuh nya menopause, lebih berisiko untuk mengalami
memilik kelebihan berat badan dan obesitas kenaikan berat badan dan kenaiakn tekanan
berpeluang 1,820 kali mengalami hipertensi darah yang akan menigkatkan risiko terjadinya
daripada responden yang indeks massa hipertensi (Prasetyaningrum, 2014).
tubuhnya tidak memiliki kelebihan berat badan Terdapat hasil yang tidak berhubungan
dan tidak obesitas. Penelitian ini sejalan yaitu Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
dengan hasil penelitian Bestari (2016) dan sebagian responden yang merokok yaitu
Anggara & Prayitno (2012). sebanyak 36 orang (50,7%) lebih banyak
Kelebihan berat badan meningkatkan mengalami kejadian hipertensi. Hasil Uji Chi-
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin Square menunjukkan tidak ada hubungan
dalam darah. Semakin berat massa tubuh, yang signifikan antara merokok dengan
semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk kejadian hipertensi (Pvalue = 1,000 ≥ α = 0,05).
memasok oksigen dan makanan kejaringan Hasil perhitungan Prevalensi Rasio (PR)
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar menunjukkan responden yang merokok
melalui pembuluh darah menjadi meningkat berpeluang 1,000 kali mengalami hipertensi
sehingga member tekanan lebih besar pada daripada responden yang tidak merokok.
dinding arteri (Sheps, 2005). Risiko relative Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
untuk menderita hipertensi pada orang-orang Kurniasih & Setiawan (2011).
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Zat-zat kimia yang berada dalam
seorang yang badannya normal (Depkes RI, sebuah tembakau atau rokok, merupakan zat-
2006). zat yang dapat merusak lapisan dalam dinding
Berdasarkan table 4 dapat dilihat bahwa arteri, dimana ini bisa membuat arteri lebih
sebagian responden yang jenis kelamin rentan pada penumpukkan plak. Nikotin dalam
kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 orang tembakau juga membuat jantung lebih keras
(53,7%) lebih banyak mengalami kejadian karena menyempitkan pembuluh darah untuk

8
sementara dan meningkatkan frekuensi denyut dengan kejadian hipertensi yaitu jenis kelamin,
jantung serta tekanan darah. Ini terjadi karena merokok, dan aktifitas fisik.
peningkatan produksi hormone selama kita Disarankan dapat memberikan kegiatan
menggunakan tembakau. Selain itu serta informasi lebih mengenai faktor risiko
karbonmonoksida dalam asap rokok kejadian hipertensi melalui edukasi seperti
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini memberikan penyuluhan kepada masyarakat
dapat meningkatkan tekanan darah karena untuk mencegah terjadinya hipertensi atau
jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk penyakit tidak menular serta memiliki
memasok cukup oksigen ke seluruh organ dan kesadaran untuk mengubah gaya hidup dan
jaringan tubuh (Sheps, 2005). pola hidup yang lebih sehat lagi agar tidak
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa terjadinya komplikasi, seperti melakukan
sebagian responden yang aktifitas fisiknya aktifitas fisik sedang atau olahraga teratur
ringan yaitu sebanyak 61 orang (53,5%) lebih minimal 30 menit, dan menjaga berat badan.
banyak mengalami kejadian hipertensi. Hasil
Uji Chi-Square menunjukkan tidak ada Ucapan Terimakasih
hubungan yang signifikan antara aktifitas Peneliti mengucapkan terimakasih
fisik dengan kejadian hipertensi (Pvalue = kepada pihak Puskesmas Jatiluhur Bekasi yang
0,197 ≥ α = 0,05). Hasil perhitungan Prevalensi memberikan izin untuk dilakukan penelitian
Rasio (PR) menunjukkan responden dengan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan
aktiftas fisik ringan berpeluang 1,411 kali kejadian hipertensi yang berada di wilayah
mengalami hipertensi daripada responden kerja puskesmas Jatiluhur Bekasi.
dengan aktifitas sedang. Hasil penelitian lain
yang dilakukan Situmorang (2014). Daftar pustaka
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan Anggara, F. H., & Prayitno, N. (2012). Faktor-
risiko menderita hipertensi karena Faktor yang Berhubungan dengan
meningkatnya risiko kelebihan berat badan. Kejadian Tekanan Darah di Puskesmas
Orang yang tidak aktif juga cenderung Telaga Murni, Cikarang Barat. Jurnal
mempunyai frekuensi denyut jantung yang Ilmiah Kesehatan , 20-25.
lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja Arifin, M. H., Weta, I. W., & Ratnawati, N. L.
lebih keras pada tiap kontraksinya. Semakin (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubung
keras dan sering otot jantung harus memompa, Dengan Kejadian Hipertensi Pada
semakin besar tekanan yang dibebankan pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah
arteri (Sheps, 2005). Kerja UPT Puskesmas Petang I
Kabupaten Badung Tahun 2016. E-
Kesimpulan Jurnal Medik , 1-23.
Variabel yang berhubungan dengan Bestari, U. D. (2016). Faktor-Faktor yang
kejadian hipertensi yaitu usia, pendidikan, Berhubungan dengan Kejadian
pekerjaan, riwayat keluarga dan status gizi. Hipertensi di Puskesmas Kecamatan
sedangkan variabel yang tidak berhubungan Palmerah Jakarta Barat Tahun 2016.
Skripsi. Jakarta: UHAMKA.

9
Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi Penyakit Rusdi, & Isnawati, N. (2009). Awas Anda Bisa
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Mati Cepat Akibat Hipertensi dan
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Diabetes. Power Books.
Teknis Penemuan dan Tatalaksana Sastroasmoro, S. (2010). Dasar-Dsar
Penyakit Hipertensi. Jakarta: Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Direktorat Pengendalian Penyakit Sagung Seto.
Tidak Menular Direktorat Jenderal PP Sheps, S. G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi
& PL. Mengatasi Tekanan Darah Tingii.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Jakarta: PT Duta Prima.
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Situmorang, P. R. (2015). Faktor-Faktor yang
Penelitian dan Pengembangan Berhubungan dengan Kejadian
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi pada Penderita Rawat Inap
Dinas Kesehatan Kota Bekasi. (2014). Profil di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
Kesehatan Kota Bekasi Tahun 2014. Medan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
Bekasi: Dinkes Kota Bekasi. Keperawatan , 67-72.
Dinas Kesehatan UPTD Puskesmas Jatiluhur. Sulistiyowati. (2010). Faktor-Faktor yang
(2016). Profil Kesehatan UPTD Berhubungan dengan Kejadian
Puskesmas Jatiluhur Tahun 2016. Hipertensi di Kampung Botton. Skripsi.
Bekasi: Dinkes UPTD Puskesmas Semarang: Universitas Negeri
Jatiluhur. Semarang. Sumantri, D. H. (2011).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Metodologi Penelitian Kesehatan.
(2011). Pedoman Praktis Memantau Jakarta: Kencana.
Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Sumantri, D. H. (2011). Metodologi Penelitian
Kementerian Kesehatan Republik Kesehatan. Jakarta: Kencana .
Indonesia. Sundari, L., & Bangsawan, M. (2015). Faktor-
Marliani, L., & S, H. T. (2007). 100 Questions Faktor yang Berhubungan dengan
& Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Kejadian Hipertensi. Jurnal
Media Komputindo. Keperawatan , 216-223.
Notoatmodjo, P. D. (2010). Metodologi World Health Organization (WHO). (2014).
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Global target 6: A 25% relative
Cipta. reduction in the prevalence of raised
Prasetyaningrum, Y. I. (2014). Hipertensi blood pressure or contain the
Bukan Untuk Ditakuti. FMedia (Imprint prevalence of raised blood pressure,
Agro Media Pustaka). according to national circumstances.
Rahayu, E. T. (2006). Faktor-Faktor yang Geneva: World Health Organization.
Berhubungan dengan Kejadian World Health Organization (WHO). (2010).
Hipertensi pada Penduduk usia 25-64 Global Physical Activity Quistionarre.
Tahun di Wilayah DKI Jakarta pada Geneva: World Health Organization.
Tahun 2006. Skirpsi. Jakarta:
UHAMKA.

10

Anda mungkin juga menyukai