Anda di halaman 1dari 93

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

PASIEN DIABETES MELITUS MELAKUKAN MONITORING


KADAR GLUKOSA DARAH DI PUSKESMAS SIMPANG IV
SIPIN KOTA JAMBI TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh :
HENDRA GUNAWAN
NIP. 71.20.1.13.062

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PASIEN DIABETES MELITUS MELAKUKAN MONITORING
KADAR GLUKOSA DARAH DI PUSKESMAS SIMPANG IV
SIPIN KOTA JAMBI TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Keperawatan (S.Tr.Kep)

Oleh :
HENDRA GUNAWAN
NIP. 71.20.1.13.062

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2017
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skirpsi Ini Telah Diperiksa, Disetujui, Dan Dipertahankan Dihadapan


Tim Penguji Skripsi Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Jambi

Jambi, 20 Juli 2017

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Widya Sepalanita M.kep, Sp.KMB Syamsul Ridjal, SKM, MM, M.Kes
NIP. 19980503 200501 2 005 NIP. 19530917 197701 1 001

Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi

Ernawati, Skp, M.Kep


NIP. 19690723 199503 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI


PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAMBI

Skripsi Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Prodi D-Iv Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi

Jambi, 20 Juni 2017

Jabatan Nama Tanda Tangan

1. Penguji I : Ns. Widya Sepalanita M.kep, Sp.KMB

2. Penguji II : Syamsul Ridjal, SKM, MM, M.Kes

3. Penguji Utama : Arvida Bar, S.Pd, MKM

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hendra Gunawan

NIM : PO.71.20.1.13.062

Program Studi : D-IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Pasien Diabetes Melitus Melakukan Monitoring Kadar

Glukosa Darah di Puskesmas Simpang Iv Sipin Tahun

2017

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir skripsi yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Jambi, Juli 2017


Yang membuat pernyataan

Hendra Gunawan
NIM. PO.71.20.1.13.062

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Dengan mengucap Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadiran Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Melakukan

Monitoring Kadar Glukosa Darah Di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun

2017. Guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan

Diploma (D-IV) di Politeknik Kesehatan Jambi.

Dalam pembuatan ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang berperan

dalam membimbing dan memberikan saran serta koreksi yang berguna dalam

penyusunan skripsi ini.

Maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Asmuni. HS, SKM, MM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Jambi

2. Ibu Ernawati S.Kp, M.Kep selaku ketua jurusan keperawatan Politeknik

Kesehatan Jambi

3. Bapak Kaimuddin S.Pd, M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jambi

4. Ibu Ns.Widya Sepalanita S.Kep, M.kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing 1

yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini.

v
5. Bapak Syamsul Ridjal SKM, MM, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

6. Ibu Ns.Debbie Nomiko M.kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberi arahan kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini.

7. Bapak/ibu dosen beserta staf jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Jambi.

8. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan moril dan

materil kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan Skripsi ini

Dengan penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan dan kesalahan, untuk ini sangat diharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak untuk perbaikan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang

membaca dan bagi pengembang ilmu keperawatan.

Jambi, Januari 2017

Penulis

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-
Nya pada hamba yang tak akan terhitung jumlahnya. Salah satu nikmat-Nya yaitu
selalu memberikan kemudahan disetiap kesulitan yang hamba lalui. Ya allah selalu
rangkul diri ini kedalam pelukan-Mu, kedalam ketenangan yang sebenarnya. Serta
sholawat beriring salam untuk baginda Rosullallah SWA yang telah membawa
pengetahuan dan pengajaran sesungguhnya.
Untuk ayah dan ibu ucapan terima kasih dan segala yang aku lakukan tak
akan cukup untuk membalas rasa kasih sayang yang begitu ikhlas tanpa ada harapan
untuk dibalas. Engkau selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu, engkau
rela hidup dalam keadaan yang sederhana atau mungkin kurang hanya karena ingin
mempertahankan senyum yang selalu ada pada anakmu. Ayah ibu, aku merasa
selalu ada doa-doamu yang mengiringi jalanku ketika allah memberikan
kemudahan, maafkan anakmu yang masih belum bisa melukis senyum-senyum
kecil untukmu. Semoga allah mengizinkan aku untuk membahagiakan engkau,
mungkin tidak didunia namun di akhirat. Amin ya allah.
Ibu dan bapak dosen terima kasih telah susah payah mendidik kami agar
kami menjadi orang yang berilmu. Semoga ilmu yang kami dapatkan bermanfaat
bagi kehidupan kami.
Terakhir untuk teman-teman senasib tapi tak sama, aku ucapkan maaf dan
terima kasih untuk semuanya. Hadirnya kalian untukku sudah tuhan atur agar kita
bisa saling melengkapi satu sama lain. Jika setelah ini kita sudah bisa bertatapan
muka untuk berkmunikasi, mungkin saling mendoakan adalah jalan yang tuhan
pilih untuk kita berkomunikasi selanjutnya.

Jangan takut kita akan kekurangan materi dimasa depan


Tapi takutlah kita akan kekurangan rasa iman dalam hati ini

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN KEASLIAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... xiii
ABSTRAK ...................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaan Penelitian................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Diabetes Melitus ......................................................... 6
B. Monitoring Kadar Glukosa Darah ............................................ 13
C. Pengetahuan ............................................................................. 18
D. Sikap......................................................................................... 20
E. Petugas Kesehatan .................................................................... 22
F. Perilaku .................................................................................... 23
G. Kerangka Teori......................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep ..................................................................... 26
B. Definisi Operasional................................................................. 27
C. Desain Penelitian ...................................................................... 27
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................. 28
E. Populasi Dan Sampel ............................................................... 28
F. Pengumpulan Data ................................................................... 30
G. Pengolahan Dan Analisis Data ................................................. 32

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian .................................................... 35
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 36
BAB V PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 41
B. Pembahasan .............................................................................. 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 55
B. Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut kada gula darah ........ 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden di
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017 .................. 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap,
dan Petugas kesehatan dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah
di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017 ................................. 37
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan
Terhadap Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah ..................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Sikap Terhadap
Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah ..................................... 39
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Petugas Kesehatan
Terhadap Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah ..................... 40

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 25


Bagan 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 26

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 : Hasil Penelitian
Lampiran 3 : Surat izin penelitian dari Poltekkes Kemenkes Jambi
Lampiran 4 : Surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Jambi
Lampiran 5 : Surat selesai penelitian dari Puskesmas Simpang IV Sipin
Kota Jambi
Lampiran 6 : Lembar Konsultasi

xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendra Gunawan

Tempat/Tanggal Lahir : Muara Lati, 20 Oktober 1995

Status : Belum kawin

Nama Bapak : Ibnu Hajar

Nama Ibu : Rohana

Riwayat Pendidikan : SDN 137/VII Tanjung Gagak II Tamat 2007

SMP Negeri 19 Sarolangun Tamat 2010

MAN 2 Sarolangun Tamat 2013

Jurusan D-IV Keperawatan - Sekarang

xiii
ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


PASIEN DIABETES MELITUS MELAKUKAN MONITORING KADAR
GLUKOSA DARAH DI PUKESMAS SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI
TAHUN 2017

Hendra Gunawan1, Widya Sepalanita2, Syamsul Ridjal2

XV + 56 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 6 lampiran

Monitoring kadar glukosa darah merupakan manajemen diabetes melitus


dalam upaya deteksi dini untuk pengontrolan kadar glukosa darah yang optimal dan
menyesuaikan rejimen pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien diabetes melitus
melakukan monitoring kadar glukosa darah di puskesmas simpang IV sipin.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
sebanyak 47 responden pada bulan April 2017. Data penelitian dianalisis secara
univariat dan bivariat.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat ada hubungan bermakna
antara pengetahuan terhadap perilaku monitoring kadar glukosa darah dan tidak ada
hubungan yang bermakna antara sikap dan peran petugas kesehatan terhadap
perilaku monitoring kadar glukosa darah.
Disarankan bagi puskesmas simpang IV sipin untuk meningkatkan kegiatan
penyuluhan mengenai pentingnya melakukan monitoring kadar glukosa darah dan
melibatkan peranan atau dukungan keluarga dalam perilaku monitoring kadar
glukosa darah, dan bagi peneliti lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
data awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Peran Petugas Kesehatan, Perilaku


Monitoring Kadar Glukosa Darah
Daftar Pustaka : 20 (2007 - 2017)

Keterangan
1 : Mahasiswa Prodi D-IV Jurkep Poltekkes Kemenkes Jambi
2 : Pembimbing Prodi D-IV Jurkep Poltekkes Kemenkes Jambi

xiv
ABSTRACK

FACTORS RELATED OF PATIENTS WITH DIABETES MELITUS


BEHAVIOR TO MONITORING GLUCOSE LEVELS IN SIMPANG IV SIPIN
LOCAL GOVERMENT CLINIC JAMBI IN 2017
Hendra Gunawan1, Widya Sepalanita2, Syamsul Ridjal2

XV + 56 pages + 5 tabels +2 drafts + 6 attacments

Monitoring glucose levels is diabetes melitus manajement to initial


detection for optimal controlling blood glucose levels and adjust regimen
treatment. The purpose of this research is to know about factors related of patients
with diabetes melitus behaviour to monitoring glucoe levels in simpang IV sipin
local govermnent clinic.
The methode of this research is quantitative research with cross sectional
design. For the sampling was used purposive sampling with number of sampling is
47 responden in April 2017. This research is analysed with univariat and bivariat
analysis.
This reseacrh showed, there are significant relation between knowledge
with monitoring blood gluscose levels behavior and there are no significant relation
between attitude and the role of health staff to monitoring blood glucose levels
behavior.
This research are suggested for simpang IV sipin local goverment clinic to
increase health promotion about monitoring blood glucose levels and to involving
role or support to monitoring blood glucose levels behavior and for other
researchers, this research can used as the first data to do advanced research.

Keywords: Knowledge, Attitude, The Role of Helath Staff, Monitoring Blood


Glucose Levels behavior
Reference : 20 (2007-2017)
Noted :
1. Student diploma IV program nursing polytechnic kemenke jambi
2. Adviser diploma IV program nursing polytechnic kemenke jambi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jumlah pasien diabetes melitus di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan

adanya peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation

(IDF 2014). Jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 366 juta jiwa di tahun

2011 meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan

bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035. Jumlah kematian yang

terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana setiap tujuh detik

terdapat satu kematian dari pasien diabetes melitus di dunia. Menurut WHO

(2013) sebanyak 80% pasien diabetes melitus di dunia berasal dari negara

berkembang salah satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah pasien

diabetes melitus yang terjadi secara konsisten menunjukkan bahwa penyakit

diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

khusus dalam pelayanan kesehatan di masyarakat. Indonesia menduduki tempat

ke-4 terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152% (Indodiabetes, 2012).

Proporsi diabetes melitus di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar

6,9%. Data hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa kejadian diabetes melitus

di daerah perkotaan sebesar 6,8%. Sedangkan pada daerah pedesaan sebesar

7%. Jika estimasi jumlah penduduk Indonesia usia >15 tahun pada tahun 2013

adalah 176.689.336 orang maka diperkirakan jumlah absolut penderita diabetes

mellitus adalah sekitar 12 juta orang.

1
2

Menurut Riskesdas (2013), Prevalensi diabetes melitus di provinsi Jambi

yang terdiagnosis sebanyak 1,1% dan diabetes yang terdiagnosis dokter atau

gejala 1,2%. Daerah yang tertinggi jumlah penderita diabetes melitus

terdiagnosis dokter tertinggi adalah Kota Jambi dan kota Sungai Penuh masing-

masing 2,0% diikuti kabupaten Tebo dan Bungo masing-masing 1,3%,

sedangkan untuk diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi

terdapat di Sungai Penuh (2,2%), Kota Jambi (2,0%), dan kabupaten Tebo

(1,5%)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun

2016, bahwa penderita diabetes melitus pada tahun 2016 sebanyak 10.612

orang. Jumlah penderita diabetes melitus tertinggi pada 20 Puskesmas Kota

Jambi yaitu terdapat di Puskesmas Simpang IV Sipin sebanyak 1.140 penderita

(9,2%), diikuti Puskesmas Putri Ayu 1.075 penderita (8,7%), dan Puskesmas

Kebun Handil 1.064 penderita (8,6%).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2014,

penatalaksanaan dalam pengendalian kadar gula darah bagi pasien diabetes

mellitus meliputi 5 pilar yaitu edukasi (self-management), terapi gizi medis

(diit), aktivitas fisik/latihan jasmani, monitoring kadar glukosa darah, intervensi

farmakologis (obat/insulin).

Menurut penelitian yang dilakukan Rahmani (2014), terdapat pengaruh

monitoring gula darah dan kepatuhan minum obat terhadap kestabilan gula

darah dengan nilai t-hitung sebesar 4,986 dan nilai signifikan 0,00<0,05. Dalam

penelitian ini perhitungan sampel secara purposive sampling dengan jumlah

sampel 24 responden.
3

Ketidakmampuan pasien diabetes melitus dalam melakukan modifikasi

perilaku dan gaya hidup merupakan salah satu indikator tidak efektifnya

edukasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Payne, 2012). Menurut

Wibisono (2012), bahwa banyak pasien yang telah lama menderita diabetes

melitus akan tetapi belum mampu merubah perilaku yang mengarah pada

pengaturan pola hidup yang baik. Terdapat beberapa faktor yang menghambat

keberhasilan edukasi yaitu lingkungan keluarga yang tidak memberikan

reinforcement kepada gaya hidup pasien, pemahaman yang salah mengenai

kesembuhan dan faktor motivasi yang rendah.

Dalam penelitian Rahmani (2014), Menyatakan bahwa monitoring kadar

glukosa darah merupakan manajemen yang harus dilakukan untuk pasien

diabetes melitus dalam penatalaksanaan klien dengan diabetes melitus

disamping diet, aktivitas, dan obat. Perawat memeliki peranan yang penting

dalam memberikan asuhan pada klien dengan diabetes melitus dalam hal

monitoring kadar glukosa darah. Peran petugas kesehatan adalah membantu

klien dalam melakukan monitoring tersebut, kolaborasi dalam

penatalaksanaannya jika hasil monitoring tidak normal dan memberikan

pendidikan kesehatan tentang pentinnya monitoring kadar glukosa darah.

Data lain terkait tingkat kepatuhan pasien diperoleh dari penelitian

Isabella (2008) yang menunjukkan ternyata kepatuhan pasien dalam

menjalankan dietnya hanya dilakukan pada saat pasien tinggi kadar gulanya.

Sedangkan pasien yang sudah turun kadar gula darahnya dan kondisi badannya

sudah merasa baik, maka pasien tidak lagi menjalankan diet atau menjalani

monitoring kadar glukosa darah dengan baik.


4

Dari gambaran di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien diabetes melitus melakukan

monitoring kadar glukosa darah di Wilayah Kerja Puskesmas Simpamg IV

Sipin Kota Jambi Tahun 2017.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan perilaku pasien

diabetes melitus melakukan monitoring kadar glukosa darah di wilayah kerja

Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan

pengtetahuan, sikap, dan petugas kesehatan tehadap perilaku pasien

diabetes melitus melakukan monitoring kadar glukosa darah di wilayah

kerja Puskesmas Simpang IV Sipin tahun 2017

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan petugas kesehatan

terhadap perilaku pasien diabetes melitus dalam monitoring kadar

glukosa darah di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV sipin 2017.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

pasien diabetes melitus dalam monitoring kadar glukosa darah di

wilayah kerja Puskesmas Simpang IV sipin 2017.


5

c. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku pasien

diabetes melitus dalam monitoring kadar glukosa darah di wilayah kerja

Puskesmas Simpang IV sipin 2017.

d. Untuk mengetahui hubungan antara petugas kesehatan dengan perilaku

pasien diabetes melitus dalam monitoring kadar glukosa darah di

wilayah kerja Puskesmas Simpang IV sipin 2017

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Puskesmas Simpang IV Sipin

Sebagai masukan bagi petugas kesehatan untuk perancanaan program

kesehatan dan meningkatkan hubugan perannya dalam perilaku pasien

diabetes melitus dalam melakukan monitoring kadar glukosa darah.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Sebagai masukan dan acuan bagi perawat dalam perkembangan intervensi

pengendalian kadar glukosa darah.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai masukan dan acuan bagi peneliti selanjutnya yang melaksanakan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan monitoring kadar

glukosa darah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain cross sectional yang

bertujuan ingin mengetahui hubugan pengetahuan, sikap, dan petugas kesehatan

dalam melakukan monitoring kadar glukosa darah di Wilayah Kerja Puskesmas

Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien diabetes melitus yang berkunjung ke Puskesmas Simpang IV


6

Sipin tahun 2016 yang berjumlah 1.140 orang. Sampel dalam penelitian ini

adalah sebagian dari populasi dengan pengambilan sampel secara purposive

sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang

dilaksanakan pada tanggal 1530 April 2017. Analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-

Square.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010 dalam

Perkeni (2011), Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes mellitus adalah

suatu sindrom klinis kelainan metabolic, ditandai oleh adanya hiperglikemia

yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin dan

keduanya (Sudoyo, 2009).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes menurut Perkeni (2011), adalah sebagai

berikut:

a. Diabetes Melitus tipe I

Diabetes melitus tipe I atau yang sering disebut Insulin

Dependent Diabetes Melitus adalah jenis diabetes yang disebabkan

karena kekurangan hormon insulin akibat dari kerusakan pankreas

(organ yang membuat hormon tersebut). Kerusakan pankreas ini bisa

dilatar belakangi masalh genetik (keturunan) ataupun kerusakan karena

kegagalan sistem kekebalan tubuh (autoimun). Hal yang paling

menonjol menonjol dari penderita penyakit ini adalah penderit biasanya

7
8

berusia kurang dari 30 tahun (meskipun sebenarnya gejala penyakit ini

dapat timbul pada usia berapa pun).

b. Diabetes melitus tipe II

Diabetes melitus tipe II terjadi akibat oleh retensi insulin.

Diabetes melitus tipe II selalu dihubungkan dengan bentuk sindrom

retensi insulin lainnya (Hiperlipidemia, Hipertensi, Akantosis

Nigrikans, Hiperandrogenisme Ovarium, Penyakit perlemakan Hati).

c. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama

kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat

penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak

ditangani dengan benar.

d. Diabetes Spesifik

Banyak faktor lain yang bisa menyebabkan seseorang

mengalami diabetes melitus. Faktor-faktor tersebut dapat berkaitan

dengan:

1) Penyakit pada pankreas: tumor, infeksi, peradangan, pengaruh obat-

obatan atau bahkan kimia.

2) Infeksi secara umum sindroma khusus yang berkaitan dengan

diabetes seperti Syndrom Down.

3. Etiologi

Penyebab diabetes tipe II penyakitnya mempunyai pola familial

yang kuat, indeks pada kembar monozigot sebesar 100%, pada saudara

kandung 40% dan 33% pada anak cucu. Rasio diabetes pada anak adalah
9

1:1 dan sekitar 90% membawa carier. Adanya kelainan sekresi insulin serta

kerja insulin. Adanya penggabungan abnormal antara kompleks reseptor

insulin dengan sistem transport glukosa. Sebagian besar 80% mengalami

obesitas yang menyebabkan kegagalan toleransi glukosa (Price and Wilson,

2006).

Menurut Smeltzer & Bare. (2008), faktor genetik diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu,

terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses

terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini yaitu usia (resistensi insulin

cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, riwayat,

keluarga, dan kelompok etnik.

4. Patofisiologi

Smeltzer & Bare (2008), mengatakan meskipun sekresi insulin yang

terganggu merupakan karakteristik dari diabetes mellitus tipe II, ada cukup

insulin yang dihasilkan untuk mencegah pemecahan lemak dan menyertai

produksi badan keton. Oleh karena itu, Diabetic ketoacidosis (DKA)

biasanya tidak terjadi pada diabetes mellitus tipe II ini. Namun, diabetes

mellitus tipe II yang tidak terkontrol dapat menyebabkan lain masalah akut

yaitu hyperosmolar hiperglikemic nonketotic sindrom (HHNS). Karena

diabetes mellitus tipe II ini ditandai dngan progresif intoleransi glukosa

yang lambat, tanda awalnya mungkin tidak terdeteksi selama bertahun-

tahun. Jika pasien mengalami gejala, mngkin hanya gejala ringan saja

termasuk kelelahan, emosional, poliuria, polidipsia, penyembuhan luka


10

pada kulit yang lama, infeksi vagina brulang, atau penglihatan kabur (jika

kadar glukosa sangat tinggi).

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Tipe II

Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II, pada awalnya

mengalami tanda dan gejala yang lambat dan seringkali tidak menyadari

penyakinya sampai mencari perawatan kesehatan untuk beberapa masalah

lain. Kenaikan kadar glukosa darah pada penderita diabetes tipe II biasanya

tidak separah pada tipe I, tetapi gejala serupa terjadi, terutama poliuria dan

polidipsia. Polifagia tidak sering terlihat, dan juga jarang mengalami

penurunan berat badan. Manifestasi lain dari peningkatan kadar glukosa

darah pada diabetes tipe II seperti; penglihatan kabur, kelelahan, parestesia,

dan infeksi kulit. Jika insulin yang tersedia berkurang, terutama pada saat

stres fisik atau emosional, penderita diabetes tipe II dapat mengalami DKA,

tetapi kejadian ini jarang terjadi (LeMone & Burke, 2008).

Gambaran klinis 80% kelebihan berat badan, 20% datang dengan

komplikasi (penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal

ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan). Pasien dapat juga datang

dengan polyuria dan polydipsia yang timbul perlahan-lahan (LeMone &

Burke, 2008).

6. Diagnosis Diabetes Mellitus

Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut PERKENI (2011), atau

yang dianjurkan ADA yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil

pemeriksaan gula darah di bawah ini:


11

a. Kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl.

b. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.

c. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa

75 gram pada tes toleransi glukosa oral.

Tabel 2.1

Kriteria diagnosis diabetes mellitus

Belum
Bukan
Pasti Diabetes
Diabetes
Diabetes Melitus
Melitus
Melitus
Plasma
Kadar Gula <100 100-199 200
Vena
Darah
Sewaktu Darah
<90 90-199 200
(mg/dl) Kapiler
Plasma
<100 100-125 126
Kadar Gula Vena
Darah Puasa Darah
(mg/dl) <90 90-99 >100
Kapiler

Sumber: Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe

II di Indonesia (PERKENI, 2011).

7. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe II

a. Komplikasi Akut

Menurut Smeltzer & Bare (2008), ada 3 komplikasi akut pada

diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan

keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi

tersebut adalah:

1) Hipoglikemia (reaksi insulin)

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu


12

sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat

terjadi setiap saat pada siang atau malam hari.

2) Koma Hiperosmolar nonketotik

Hiper Osmolar Non Ketotik (HONK) atau Diabetic

Hyperosmolar Syndrome (DHS) merupakan keadaan gawat darurat

bagi pasien. Kadar glukosa darah penderita DHS bisa sampai di atas

600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar tubuh melalui

kencing yang akan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh atau

dehidrasi.

b. Komplikasi Kronis

Menurut Price and Wilson (2006), komplikasi kronis diabetes

mellitus dapat dibagi menjadi 3 tipe; mikrovaskular, makrovaskular dan

Neuropati perifer yang dapat berupa penyakit sebagai berikut:

1) Retinopati diabetik

Merupakan penyebab utama kebutaan dan disebabkan oleh

mikroangiopati yang mendasarinya. Manifestasi awal adalah adanya

mikroaneurisma arteriol retina selanjutnya terjadi perdarahan,

neovaskularisasi, dan jaringan parut retina yang menyebabkan

timbulnya kebutaan.

2) Glomeruloskelerosis diabetik

Merupakan penyakit utama penyakit ginjal stadium akhir yang

merupakan 30% penyakit baru. Perkembangan nefropati diabetik

berlangsung dalam tahapan stadium perubahan struktur dan fungsi

awal berupa hipertropi ginjal.


13

3) Nefropati diabetik

Nefropati diabetik dapat melibatkan saraf perifer, saraf cranial, atau

saraf otonom dan merupakan suatu komplikasi jangka panjang yang

lazim terjadi pada diabetes tipe I maupun diabetes tipe II.

4) Nefopati perifer

Merupakan suatu penyebab utama bulserasi yang sulit dikontrol

pada kaki penderita diabetes. Gangguan atau hilangnya sensasi

menyebabkan hilangnya rasa nyeri dengan kerusakan kulit akibat

trauma dan penekanan dari sepatu yang sempit.

5) Penyakit makrovaskular

Penyakit ini mengacu pada aterosklerosis dengan berkembangnya

penyakit arterikoronari, stroke, penyakit pembuluh darah perifer,

dan meningkatnya resiko infeksi diabetes.

6) Penyakit pembuluh darah perifer

Penyakit ini yang menyebabkan timbulnya gangren kaki pada

pendrita diabetes dan merupakan penyebab utama amputasi kaki

nontraumatik. Sebanyak 75% penderita diabetes meninggal akibat

penyakit pempubuluh darah seperti infark miokard, stroke, gagal

ginjal, dan gangren ekstremitas bawah.

B. Monitoring Kadar Glukosa Darah

1. Pengertian

Pemantauan glukosa darah adalah landasan dari manajemen

diabetes, dan pemantauan sendiri glukosa darah pasien (SMBG) telah secara

dramatis mengubah perawatan diabetes. Dengan sering SMBG


14

memungkinkan penderita diabetes untuk menyesuaikan rejimen pengobatan

untuk mendapatkan kontrol glukosa darah yang optimal. Hal ini

memungkinkan untuk deteksi dinipencegahan hipoglikemia dan

hiperglikemia dan memainkan peran penting dalam menormalkan kadar

glukosa darah, yang bertujuan untuk pecegahan atau dapat mengurangi

risiko komplikasi diabetes jangka panjang (Smeltzer & Bare. 2008).

Menurut Tammy L. Lin & Scott W. Rypkema (2010), ada beberapa

hal yang harus di monitor secara berkala adalah glukosa darah, glukosa

urine, keton darah, keton urine. Selain itu juga, pengkajian tambahan seperti

cek berat badan secara regular, pemerikasaan fisik teratur, dan pendidikan

tentang diit, kemampuan monitoring diri, injeksi, pengetahuanumum

tentang diabetes dan perubahan-perubahan dalam diabetes.

Indek-indeks monitoring pada pengontrolan diabetes melitus

memberikan umpan balik yang berharga, menfasilitasi optimalisasi

perawatan, dan mendorong terbentuknya kesatuan yang penting antara

pasien dan tim perawatan diabetes (Tommy L. Lin dan Scott W. Rypkema.

2010)

a. Hemoglobin A1c (HbA1c), suatu glikohemoglobin yang karakteristiknya

paling bagus, dibentuk oleh kombinasi irreversible antara glukosa

dengan ujung NH2 rantai HbA pada eritrosit. Oleh karena itu, HbA1c

merupakan pengukuran profil glukosa darah yang terintegrasi dan dapat

diandalkan selama 2-3 bulan kedepan. Karena HbA1c pada orang sehat

kurang lebih 4-6%, hasil pengukuran yang disepakati sebagai target

pada pasien diabetes adalah kurang dari 7%.


15

b. Glukosa darah yang dipantau sendiri (SBMG self-monitored blood

glucose), merupakan alat yang sangat penting dalam penatalaksanaan

dan edukasi diabetes (tetapi kurang digunakan). SBMG (sampai empat

kali atau lebih dalal sehari) direkomendasikan untuk pasien diabetes tipe

1. Frekuensi yang optimal belum dapat ditentukan untuk pasien diabetes

tipe 2, tetapi SBMG teratur tetap direkomendasikan. Frekuensi minimal

dan waktu pelaksanaan SBMG dapat disesuaikan pada pasien yang

memiliki sumber daya terbatas. Hasil SBMG sebaiknya ditinjau ulang

saat kunjungan ke klinik dan disertai dengan umpan balik yang sesuai.

c. Glukosa urine, hanya sedikit berkorelasi yang dengan glukosa darah dan

bergantung pada ambang glukosa ginjal (150-300mgdl), dan sebaiknya

hanya digunakan untuk melakukan pengawasan terapi diabetes bila

SBMG tidak dapat dipraktikan.

d. Badan keton dapat deteksi dari darah maupun urine pada keadaan

produksi yang berlebihan (misalnya, KAD, kelaparan, intoksikasi

alkohol). Keton dalam darah (blood keton) digunakan untuk

menegakkan diagnosis KAD. Ketonuria cendrung menggambarkan

ketonemia, dan oleh karena itu, pengawasan keton urine menggunakan

ketosix atau tablet ace-test disarankan untuk dilakukan pada semua

pasien diabetes pada saat menderita demam atau hiperglikemia menetap

atau bila timbul tanda-tanda ancaman KAD (misalnya mual, muntah,

nyeri abdomen).
16

2. Peralatan Monitoring Kadar Gula Darah

Menurut LeMone & Burke (2008), peralatan yang dibutuhkan untuk

melakukan pemantauan kadar glukosa darah mandiri (SMBG) adalah

sebagai berikut:

a. Beberapa jenis lancet untuk melakukan fingerstick untuk mendapatkan

tetesan darah (seperti Autolet, Penlet, atau Soft Touch).

b. Strip tes kimia yang dapat meresapkan tetesan darah yang berubah

warna yang dapat dibaca oleh mesin (Glucostix dan Chemstrip). Strip

juga dapat dibaca dengan membandingkan warna dengan bagan warna

pada sisi wadah.

c. Alat monitor glukosa darah (mis; Glucometer, Accucheck atau One

Touch).

3. Kriteria Penderita Diabetes Yang Melakukan Melakukan Monitoring Kadar

Gula Darah

Menurut Smeltzer & Bare (2008), untuk semua orang dengan

diabetes, SMBG berguna untuk mengelola monitoring kadar glukosa darah

sendiri. Ini adalah komponen kunci dari pengobatan untuk setiap rejimen

terapi insulin intensif (termasuk 2-4 suntikan per hari atau insulin pompa)

dan untuk manajemen diabetes selama kehamilan. Hal ini juga dianjurkan

untuk pasien dengan diabetes yang tidak stabil, kecenderungan untuk

ketosis parah atau hipoglikemia, dan hipoglikemia tanpa peringatan gejala.


17

4. Penatalaksanaan Monitoring Kadar Gula Darah (Smeltzer & Bare, 2008)

a. Penderita diabetes yang mendapatkan insulin sebelum makan

setidaknya melakukan 2-4 kali/hari untuk menentukan dosis pada setiap

mau makan dan sebelum tidur.

b. Pada penderita diabetes melitus yang melakukan aktivitas tinggi

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah guna

mencegah terjadinya hipoglikemia.

c. Pada penderita diabetes melitus dengan kendali buruk/tidak stabil

dilakukan pemeriksaan kadar gula darah setiap hari guna mengetahui

adanya hipoglikemia atau hiperglikemia.

d. Sebelum mendapat perubahan terapi farmakologi atau obat sebaiknya

melakukan pemeriksaan kadar gula darah guna untuk mengetahui dosis

yang akan diterima atau mengetahui kefektifan obat tersebut.

e. Pada penderita diabetes melitus yang mengalami mual, gemetar, pusing,

penglihatan kabur, atau badan terasa lemas sebaiknya melakukan

pemeriksaan kadar gula darah guna untuk mengetahui adanya

penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)

f. Pasien diabetes melitus yang dianjurkan untuk perubahan atau mendapat

diet dari petugas kesehatan sebaiknya selalu memantau kadar gula darah

guna mengetahui jumlah kandungan karbohidrat, protein, kalori atau

lainnya yang akan di konsumsi guna untuk mencegah keabnormalan

kadar gula darah atau terjadinya komplikasi akut.


18

g. Pada penderita diabetes melitus dengan kondisi stabil/baik tidak

mendapatkan insulin sebaiknya melakukan pemeriksaan kadar gula

darah 2-3 kali/minggu guna untuk pencegahan komplikasi kronik.

h. Pada pasien yang mengalami sakit atau penurunan nafsu makan

sebaiknya melakukan pemantauan kadar gula darah untuk mencegah

hipoglikemia.

i. Pemeriksaan fisik yang ditemukan adanya tanda-tanda diabetes melitus

seperti luka yang sulit kering, sering kencing, cepat haus, penurunan

berat badan sebaiknya melakukan pemeriksaan kadar gula darah yang

bertujuan untuk menentukan diagnosis.

Menurut smelzer et al (2008), ada 8 waktu pemeriksaan kadar gula

darah yang dapat dipilih sebelum sarapan, satu atau dua jam sesudah

sarapan, sebelum makan siang, satu atau dua jam sesudah makan siang,

sebelum makan malam, satu atau dua jam sesudah makan malam,

sebelum tidur, dan pada pukul 2 atau 3 pagi.

Jika dari 8 waktu pemeriksaan kadar gula darah tidak dapat

dilakukan maka setidaknya lakukan 3 waktu yaitu sebelum makan, 2

jam setelah makan, dan sebelum tidur malam.

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behaviour).


19

2. Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum,

rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.


20

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kapada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya

dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, dan dapat

menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengkuruan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden.

D. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan reaski atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2012).


21

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai tiga komponen yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap hal tertentu

c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

3. Tingkatan-tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (objek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang

terhadap monitoring kadar glukosa darah dapat dilihat dari kesediaan

dan perhatian orang itu terhadap hal-hal yang mengenai monitoring

kadar glukosa darah.

b. Merespons (responding), diartikan mejawab bila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

c. Menghargai (valuing), diartikan mengajak oaring lain untuk

mendiskusikan atau mengerjakan suatu masalah ini adalah salah satu

indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang mungkin terjadi

merupakan sikap yang paling tinggi.


22

E. Petugas Kesehatan

1. Pengertian

Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang dimaksud

petugas kesehatan atau petugas kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan

kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.

Menurut PP Nomor 32 Tahun 1996, maka yang dimaksud petugas

dalam kaitannya dengan tenaga kesehatan adalah dokter, dokter gigi,

perawat, bidan, keteknisian medis.

2. Peran Petugas Kesehatan

Menurut Potter & Perry (2007), adapun peran petugas kesehatan adalah:

a. Customer

Sebagai customer, petugas kesehatan harus melakukan tindakan

mengenai monitoring kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus

baik yang mendapatkan insulin mau yang tidak mendapatkan insulin,

serta bentuk promosi kesehatan lainnya yang berkaitan dengan

pelaksanaan monitoring kadar glukosa darah.

b. Komunikator

Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran yang

lain yaitu berupa pelayanan mencakup komunikasi pada pasien atau

keluarga, komunikasi antar profesi kesehatan lainnya. Memberikan

perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan pasien dan

kleuarga atau mengajarkan sesuatu mengenai permasalahan pada


23

pasien. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan tanpa komunikasi yang

baik.

c. Motivator

Sebagai motivator yaitu pemberi motivasi atau dorongan yang dapat

menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu untuk bergerak,

berperilaku, dan beraktifitas dalam mencapai tujuannya.

d. Fasilitator

Fasilitator adalah orang atau suatu institusi yang memberikan

kemudahan atau menyediakan fasilitas. Sebagai petugas kesehatan

berperan dalam hal menjembetani atau menfasilitasi kedua belah pihak

agar terjadi kemudahan dalam mencapai suatu hal dan tujuan tertentu.

e. Konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain

dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui

pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan, atau perasaan-

perasaan klien.

F. Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo (2007). Ada 3

faktor-faktor yan mempengaruhi perilaku yaitu sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana


24

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,

dan sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang

atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,

sikap, dan perilaku dari petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seseorang pasien diabetes melitus yang tidak mau melakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah secara mandiri atau di pelayanan kesehatan

dapat disebabkan karena pasien tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat

melakukan monitoring kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus

(predisposing factors). Atau juga barangkali rumahnya jauh dari puskesmas

tempat memonitor atau ketidakmampuan pasien diabetes melitus kadar glukosa

darah secara mandiri (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para tokoh

masyarakat lain disekitarnya sangat jarang mendapatkan informasi tentang

pendidikan melakukan monitoring kadar glukosa darah pasien diabetes melitus

(reinforcing factors).
25

G. KerangkaTeori

Tabel 2.1
Kerangkateori
Faktor predisposisi
(predisposing)
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Kepercayaan
d. Keyakinan Diabetes Melitus
e. Nilai

Faktor pemungkin Defisiensi Insulin


(Enabling)
a. Ketersediaan sarana
kesehatan Monitoring
b. Keterjangkauan sumber kadar glukosa Terapi DM
darah
daya kesehatan
c. Prioritas dan komitmen
masyarakat/pemerintah
terhadap kesehatan Terlaksanan/dilakukan Tidak dilakukan
d. Keterampilan yang Dengan baik dengan baik
berkaitan dengan
kesehatan Kadar guladarah
terkontrol Kadar guladarah
tidaktekontrol
Faktor penguat
(reinforcing)
Kompilakasi akut
a. Petugas kesehatan dan kronis
b. Keluarga
c. Teman
d. Guru

Sumber : Modifikasi teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo


(2007) dan Smeltzer & Bare (2008)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teoritis menyatakan

bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu variabel predisposisi,

variabel pemungkin, dan varibel penguat. Pada penelitian ini variabel yang

diambil adalah variabel predisposisi (pengetahuan dan sikap), variabel

pemungkin, dan variabel penguat (petugas kesehatan) dengan alasan ingin

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien diabetes

melitus dalam melakukan monitoring kadar glukosa darah. Sedangkan variabel

lainnya tidak di teliti karena keterbatasan waktu dan sarana prasarana.

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

Pengetahuan
Prilaku pasien DM dalam
Sikap monitoring kadar glukosa
darah
Petugas kesehatan

26
27

B. Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka konsep, peneliti menetapkan variabel-variabel

penelitian tersebut pada penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Melalui 1. Pengetahuan Nominal
pasien DM tentang monitoring wawancara kurang : jika
kadar glukosa darah dengan cara jawaban benar
mengetahui pengertian, mean (5,51)
manfaat, dan tujuan 2. Pengetahuan
baik : jika
jawaban benar
mean (5,51)
Sikap Respon tertutup penderita DM Kuesioner Melalui 1 = Kurang baik, Nominal
terhadap monitoring kadar wawancara Jika jawaban
glukosa darah dengan median (23,00)
mengetahui frekuensi, gejala, 2 = Baik, Jika
dan prosedur jawaban
median (23,00)
Petugas Pelaksanaan monitoring kadar Kuesioner Melalui 1 = Kurang baik, Nominal
kesehatan glukosa darah yang dilakukan wawancara Jika jawaban
oleh petugas kesehatan menurut mean (2,96)
responden 2 = Baik, Jika
jawaban mean
(2,96)
Perilaku Serangkaian tindakan yang Kuesioner Melalui 1 = Kurang baik, Nominal
pasien dilakukan secara mandiri atau wawancara Jika jawaban
diabetes dengan petugas kesehatan dalam median (4,00)
melitus monitoring kadar glukosa darah 2 = Baik, Jika
monitoring dengan mengetahui gejala dan jawaban
kadar pencegahan median (4,00)
glukosa
darah

C. DesainPenelitian

Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan menggunakan metode cross

sectional yaitu model pendekatan yang menggunakan pengumpulan data secara


28

simultan (dalam waktu bersamaan) dengan kata lain baik untuk variabel sebab

maupun variabel akibat dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoadmodjo,

2012).

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi

pada bulan April 2017.

E. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang

berkunjung ke Puskesmas Simpang IV Sipin tahun 2017. Dalam hal ini jumlah

populasi di estimasikan berdasarkan jumlah pasien diabetes melitus yang

berkunjung ke Puskesmas Simpang IV Sipin tahun 2016 yang berjumlah 1.140

orang.

2. Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien diabetes

melitus yang berkunjung ke Puskesmas Simpang IV Sipin tahun 2017.

Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan sampel menurut

Lameshow :

n= Z2 1-/2 P (1-P)
d (N-1) + Z21-/2 P (1-P)
2

Keterangan :

P = Perkiraan proporsi

d = Presisi mutlak = 15%


29

N = Total populasi = 1.140 orang

Z21-/2 = 1,962

Jadi, perhitungan sampelnya adalah :

n= Z2 1-/2 P (1-P)
d (N-1) + Z21-/2 P (1-P)
2

n= 1,962 x 0,5(0,5) x 1.140


0,152 x (1.140-1) + 1,962 x 0,5(0,5)

n= 3,8416 x 0,25 x 1.140


0,0225 x 1.139 + 3,8416 x 0,25

n = 1.094
26,5879 = 41,14 dibulatkan menjadi 41 orang.

Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 41 orang dan ditambahkan

5% angka drop out menjadi 47 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan cara purposive sampling yaitu dengan cara menunggu pasien diabetes

melitus yang berkunjung ke Puskesmas Simpang IV Sipin yang dilaksanakan

pada tanggal 15-30 April 2017 hingga mencapai jumlah sampel penelitian yang

berjumlah 47 orang pasien diabetes melitus dan menggunakan kousioner yang

diberikan kepada pasien diabetes melitus dengan memperhatikan kriteria

inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

Kriteria inklusi :

a. Bersedia menjadi responden penelitian.

b. Dapat membaca dan menulis.

c. Pasien diabetes melitus yang tercatat di Puskesmas Simpang IV Sipin dan

datang pada saat penelitian.


30

Kriteria ekslusi :

a. Terdapat gangguan komunikasi.

b. Pasien yang tercatat dengan diabetes melitus namun pada saat penelitian

pasien datang bukan datang dengan diagnosa diabetes melitus.

Dalam penelitian ini kategori umur dikelompokan menurut depkes RI

(2009) yang dilampirkan pada hasil penelitian. Diketahui pada penelitian ini

umur yang paling minimal adalah 36 45 tahun dan umur yang paling

maksimal adalah 65 tahun keatas.

F. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer didapat dengan cara wawancara untuk mendapatkan data

tentang pengetahuan, sikap, dan petugas kesehatan yang terkait

perilaku pasien diabetes melitus dalam monitoring kadar glukosa darah.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang penelitian yang diperoleh

dari Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi, meliputi jumlah pasien

diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah di

Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi tahun 2017.


31

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner berisikan daftar

pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, petugas kesehatan, dan perilaku

pasien diabetes melitus dalam monitoring kadar glukosa darah.

a. Pengetahuan

Pertanyaan untuk pengetahuan pasien tentang perilaku dalam monitoring

kadar glukosa darah terdiri dari 10 pertanyaan.

Jika menjawab Ya diberi nilai 1, sedangkan bila menjawab Tidak diberi

nilai 0.

b. Sikap

Kuesioner terdiri dari 7 pertanyaan tentang sikap pasien.

Skor alternatif jawaban untuk pertanyaan positif yang bersifat

favorableadalah: 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Ragu-

Ragu, 4 = Setuju, 5 = Sangat Setuju.

c. Petugas kesehatan

Pertanyaan untuk respon pasien terhadap petugas kesehatan dalam

pelayanan kesehatan.

Kuesioner terdiri dari 4 pertanyaan tentang petugas kesehatan.

Jika menjawab Ya diberi nilai 1, sedangkan bila menjawab Tidak diberi

nilai 0.

d. Perilaku pasien diabetes melitus dalam melakukan monitoring kadar

glukosa darah
32

Kuesioner perilaku pasien terdiri dari 7 pertanyaan. Jika kegiatan dilakukan

maka diberi tanda checklist pada kolom dilakukan (nilai 1) dan jika

kegiatan tersebut tidak dilaksanakan maka diberi tanda checklist pada

kolom tidak dilakukan (nilai 0).

G. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolah Data

Setelah data yang ditetapkan melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner dan seluruh responden terkumpul, selanjutnya dengan

bantuan fasilitas komputer data tersebut diolah melalui tahapan-tahapan

sebagai berikut:

a. Editing

Mengecek kembali kuesioner yang telah dikumpulkan dengan meneliti

jawaban yang diisi oleh responden, apakah data yang terkumpul lengkap,

jelas, konsisten dan keseragaman satuan data dapat dibaca. Jika kuesioner

yang terkumpul tidak memenuhi syarat seperti pengisian atau kewajaran

pengisian, maka kuesioner tersebut disisihkan dan kemudian

diklasifikasikan kembali kelapangan.

b. Coding

Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan dan memberi kode untuk

masing-masing kelas secara mutually exclusive (pengukuran tidak tumpeng

tindih) dan exhausive (pengukuran harus meliputi seluruh kemungkinan

ukuran). Distribusi data pada variabel pengetahuan normal jadi


33

menggunakan nilai mean (5,51), data variabel sikap tidak normal jadi

menggunakan nilai median (23,00), data pada variabel petugas kesehatan

normal jadi menggunakan nilai mean (2,96), dan data pada variabel perilaku

tidak normal jadi menggunakan nilai median (4,00). Untuk coding pada

variabel pengetahuan dan petugas kesehatan dilakukan coding 1 = kurang

baik jika jawaban benar mean dan 2 = baik jika jawaban benar mean.

Untuk variabel sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dilakukan coding

1 = kurang baik jika jawaban benar median, 2 = baik jika jawaban

median.

c. Scoring

Scoring dilakukan dengan menetapakan skor (nilai) pada setiap pertanyaan

atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner dan pada saat pengkategorian

setiap varibel.

d. Entry data

Pada tahap ini setelah dilakukan pengkodean dan skoring maka data yang

telah dilakukan dalam computer dengan menggunkan program computer.

e. Cleaning data

Dilakukan untuk memastikan bahwa semua data yang sudah entry dan tidak

ada kesalahan dalam memasukkan data tersebut untuk dianalisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Dilakukan untuk menyederhanakan, untuk memudahkan interpretasi

data ke dalam bentuk penyajian baik bektuk textuler maupun bentuk tabular
34

dari tampilan distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diletiti.

Selain itu tampilan analisis univariat juga bertujuan untuk memperoleh

gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti (Notatmodjo:

2012).

b. Analisis Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan

yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen,

analisis ini menggunakan uji statistic chi square dan derajat kemaknaan p

0,05. Sehingga apabila hasil perhitungan menunjukan nilai p alpa (0,05),

maka dikatakan secara statistik kedua variabel yang diteliti terdapat

hubungan yang bermakna.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

1. Data Geografi

Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi merupakan puskesmas

perawatan yang terletak di Kecamatan Telanaipura Jl. Arif Rahman Hakim No.

45 RT 18. Adapun luas Wilayah Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi

adalah 72 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batanghari

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Legok (Sungai Putri)

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Buluran Kenali

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Baru

2. Data Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota

Jambi berdasarkan data terakhir tahun 2016 adalah 36.965 jiwa. Dengan rincian

jumlah penduduk laki-laki 18.905 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah

18.565 jiwa. Adapun wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi

terbagi menjadi 4 Kelurahan yaitu: Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan

Telanaipura, Kelurahan Selamat, dan Kelurahan Simpang IV Sipin.

35
36

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Simpang
IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017 (n=47 orang)
No Karakteristik Responden Umur Jumlah Persentase
1 Umur 36 45 tahun 3 6,4
46 55 tahun 8 17,0
56 65 tahun 25 53,2
55 tahun keatas 11 23,4
Jumlah 47 100
2 Jenis Kelamin Laki-laki 17 36,2
Perempuan 30 63,8
Jumlah 47 100
3 Pendidikan SD 8 17,0
SMP/MTS 12 25,5
SMA/SLTA 20 42,9
PT 7 14,6
Jumlah 47 100
4 Pekerjaan PNS 14 29,8
Pegawai swasta 9 19,1
Lain-lain 24 51,1
Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden umur responden

terbanyak berumur 56 65 tahun (53,2%) dan umur responden yang paling

sedikit berumur 36 45 tahun (6,4%). Sedangkan jenis kelamin responden

terbanyak adalah perempuan (63,8%) dan paling sedikit adalah laki-laki

(36,2%). Pendidikan responden terbanyak yaitu berpendidikan SMA/SLTA

(42,9%) dan pendidikan paling sedikit adalah perguruan tinggi (14,6%).

Rata-rata memiliki pekerjaan lain-lain (buruh atau ibu rumah tangga) yaitu
37

sebanyak 24 responden (51,1%) dan pekerjaan paling sedikit pegawai

swasta (19,1%).

b. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Peran Petugas Kesahatan


Terhadap Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Melakukan
Monitoring Kadar Glukosa Darah di Puskesmas Simpang IV Sipin
Tahun 2017.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap,
dan Petugas kesehatan dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah di
Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017.

No Variabel Penelitian Hasil Ukur Jumlah persentase


1 Pengetahuan Kurang 18 38,3
Baik 29 61,7
Jumlah 47 100
2 Sikap Kurang Baik 28 59,6
Baik 19 40,4
Jumlah 47 100
3 Petugas kesehatan Kurang Baik 11 23,4
Baik 36 76,6
Jumlah 47 100
4 Perilaku pasien DM Kurang Baik 34 72,3
dalam monitoring kadar Baik 13 27,7
glukosa darah
Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 4.2 deketahui dari 47 responden 29 orang (61,7%)

memiliki pengetahuan baik dan rata-rata reponden (59,6%) memiliki sikap

baik dalam melakukan monitoring kada glukosa darah. Sebagian besar

(76,6%) responden mengatakan peran petugas kesehatan baik dan di dalam

perilaku monitoring kadar glukosa darah pasien diabetes melitus

kebanyakan memiliki perilaku yang buruk (72,3%).


38

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Pasien Diabetes Melitus


dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang IV Sipin 2017.
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan
Terhadap Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah

Pengetahuan Perilaku monitoring P


glukosa darah Value
Kurang Baik Total
baik
N % N % N %
Kurang 17 94,4 1 5,6 18 100 0,008
Baik 17 58,6 12 41,4 29 100
Jumlah 34 72,3 13 27,7 47 100

Berdasarkan distribusi dari 47 responden, diketahui dari 29 responden

dengan pengetahuan baik yang memiliki perilaku monitoring kadar glukosa

darah kurang baik sebanyak 17 responden (58,6%). Sedangkan dari 18

responden dengan pengetahuan kurang baik yang memiliki perilaku

monitoring kadar glukosa darah kurang baik sebanyak 17 responden

(94,4%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh p-value 0,008 yang berarti

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pasien diabetes melitus

terhadap perilaku monitoring kadar glukosa darah di Puskesmas Simpang

IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017.


39

b. Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam


Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang IV Sipin 2017.
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Sikap Terhadap
Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah

Sikap Perilaku monitoring P


glukosa darah Value
Kurang Baik Total
baik
N % N % N %
Kurang 23 82,1 5 17,9 28 100 0,136
Baik 11 57,9 8 42,1 19 100
Jumlah 34 72,3 13 27,7 47 100

Berdasarkan distribusi dari 47 responden, diketahui dari 28 responden

dengan sikap kurang baik sebanyak 23 responden (82,1%) memiliki

perilaku monitoring kadar glukosa darah yang kurang. Sedangkan dari 19

responden dengan sikap yang baik sebanyak 11 responden (57,9%)

memiliki perilaku monitoring kadar glukosa darah yang kurang baik. Hasil

uji statistik chi-square diperoleh p-value 0,136 yang berarti tidak ada

hubungan yang berarti antara sikap terhadap perilaku pasien diabetes

melitus dalam melakukan monitoring kadar glukosa darah di Puskesmas

Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017.


40

c. Hubungan Petugas Kesehatan Dengan Perilaku Pasien Diabetes


Melitus Terhadap Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang IV Sipin 2017.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Petugas Kesehatan
Terhadap Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah

Petugas Perilaku monitoring P


kesehatan glukosa darah Value
Kurang Baik Total
baik
N % N % N %
Kurang 8 72,3 3 27,7 11 100 1,00
Baik 26 72,2 10 27,8 36 100
Jumlah 34 72,3 13 27,7 47 100

Berdasarkan distribusi dari 47 responden, diketahui dari 11 responden

dengan peran petugas kesehatan yang kurang baik sebanyak 8 responden

(72,3%) memiliki perilaku yang baik dalam monitoring kadar glukosa

darah. Sedangkan dari 36 responden dengan peran petugas kesehatan yang

baik sebanyak 26 responden (72,2%) memiliki perilaku kurang baik dalam

monitoring kadar glukosa darah. Hasil uji statistik chi-square diperoleh p-

value 1,00 yang berarti tidak ada hubungan yang berarti antara petugas

kesehatan terhadap perilaku pasien diabetes melitus dalam melakukan

monitoring kadar glukosa darah di Puskesmas Simpang IV Sipin Kota

Jambi Tahun 2017.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat analitic

correlations dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk

mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pasien Diabetes

Melitus dalam Melakukan Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017 yang terdiri dari variabel pengetahuan,

sikap, petugas kesehatan, dan perilaku pasien diabetes melitus dalam monitoring

kadar glukosa darah. Keterbatasan pada variabel ini menggunakan kuesioner

sebagai alat ukurnya yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada responden

dalam pengukurannya.

Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan pada hasil yang diperoleh

karena data primer yang diperoleh tergantung pada kejujuran responden dalam

menggunakan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan yang ada pada lembar

kuesioner yang digunakan sebagai alat instrument dalam penelitian ini.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti variabel pengetahuan,

sikap, peran petugas kesehatan, dan perilaku monitoring kadar glukosa darah tanpa

meneliti variabel lain yang berhubungan dikarenakan keterbatasan waktu, biaya,

tenaga, dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti pada saat melakukan penelitian.

41
42

B. Pembahasan

1. Gambaran Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus dalam Melakukan


Monitoring Kadar Glukosa Darah di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun
2017.
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden sebagian besar pasien

diabetes melitus memiliki pengetahuan yang baik dalam monitoring kadar

glukosa darah sebanyak 29 responden (61,7%) dan pasien pasien diabetes

melitus memiliki pengetahuan yang kurang baik dalam monitoring kadar

glukosa darah sebanyak 18 responden (38,3%).

Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar pasien

diabetes melitus memiliki pengetahuan yang baik tentang perilaku monitoring

kadar glukosa darah, hal ini di sebabkan bahwa rata- rata responden memiliki

tingkat pendidikan SMA/SLTA (42,9%) dan seringnya pasien mendapat

informasi dari petugas kesehatan di puskesmas. Pengetahuan mempunyai peran

sebagai dorongan awal bagi seseorang untuk berperilaku dan kebanyakan orang

akan memiliki perilaku yang baik setelah mempunyai pengetahuan yang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2010),

menyatakan bahwa pengetahuan itu sendiri itu dipengaruhi oleh pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.

Menurut Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa seseorang dalam

pengambilan sebuah diperlukan beberapa tingkatan berupa rasa tahu,


43

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dapat menyusun atau

merancanakan, dan melakukan evaluasi. Hal ini dapat menumbuhkan

keyakinan bahwa keputusan yang diambil atau akan diambil merupakan suatu

yang tepat untuk dirinya.

2. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus dalam Melakukan Monitoring


Kadar Glukosa Darah di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017.
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden sebagian besar pasien

diabetes melitus memiliki sikap yang kurang baik sebanyak 28 responden

(59,6%) dan pasien diabetes memiliki sikap yang baik tentang perilaku

monitoring kadar glukosa darah sebanyak 19 responden (40,4%).

Pada penelitian ini sebagian besar pasien diabetes melitus mempunyai

sikap yang kurang baik dalam perilaku monitoring kadar glukosa darah, yang

membuat pasien diabetes melitus susah mengaplikasikan sikap secara baik. Hal

ini di sebabkan kurangnya kesadaran pasien tentang pentingnya perilaku

monitoring kadar glukosa darah.

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan

bahwa dalam membentuk sikap pada seseorang di perlukan beberapa

komponen-komponen yaitu keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek,

evaluasi terhadap hal tertentu, dan kecendrungan seseorang untuk bertindak

(tend to behave).

Hasil penelitian dapat didukung oleh teori Notoatmodjo (2007),

menyatakan bahwa apabila perilaku didasari pengetahuan, sikap, dan kesadaran

yang positif maka akan berlansung lama. Sedangkan apabila perilaku didasari
44

oleh pengetahuan, sikap, dan kesadaran yang negatif maka perilaku tidak akan

berlansung lama. Setiap diri seseorang memiliki sikap yang berbeda-beda

dalam menanggapi suatu objek, semakin positif tanggapan seseoran terhadap

suatu objek maka akan semakin besar pula kemauan dirinya untuk mengambil

tindakan terhadap objek tersebut.

3. Gambaran Peran Petugas Kesehatan Pasien Diabetes Melitus dalam


Melakukan Monitoring Kadar Glukosa Darah di Puskesmas Simpang IV
Sipin Tahun 2017.
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden sebagian besar peran

petugas yang baik sebanyak 36 responden (76,6%) dan peran petugas yang

kurang baik tentang perilaku monitoring kadar glukosa darah sebanyak 19

responden (40,4%).

Pada penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar petugas kesehatan

telah melakukan peran yang baik terhadap pasien dibetes dalam melakukan

monitoring kadar glukosa darah. Petugas kesehatan telah melakukan kegiatan-

kegiatan yang terstruktur dan berkaitan dengan penyakit diabetes melitus yaitu

berupa penyuluhan dan senam pasien diabetes melitus yang dilakukan satu kali

dalam seminggu.

Menurut hasil penelitian Rahmani (2014), menyatakan petugas

kesehatan memeliki peranan yang penting dalam memberikan asuhan pada

klien dengan diabetes melitus dalam hal monitoring kadar glukosa darah. Peran

petugas kesehatan adalah membantu klien dalam melakukan monitoring

tersebut, kolaborasi dalam penatalaksanaannya jika hasil monitoring tidak


45

normal dan memberikan pendidikan kesehatan tentang pentinnya monitoring

kadar glukosa darah.

Menurut Potter & Perry (2007), menyatakan bahwa petugas kesehatan

mempunya peranan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat khususnya di puskesmas. Peran petugas ini mencakup customer,

komunikator, motivator, fasilitator, dan konselor terhadap perilaku-perilaku

atau penatalaksanaan tindakan yang akan diambil untuk keperluan

memperbaiki atau meningkatkan status kesehatannya.

4. Gambaran Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Melakukan


Monitoring Kadar Glukosa Darah di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun
2017.
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden sebagian besar pasien

diabetes melitus memiliki perilaku yang kurang baik sebanyak 34 responden

(72,3%) dan pasien diabetes melitus yang memiliki perilaku yang baik tentang

monitoring kadar glukosa darah sebanyak 19 responden (40,4%).

Berdasarkan peneliti ini, ditemukan bahwa sebagian besar pasien

diabetes melitus untuk menjalankan monitoring kadar glukosa darah hanya

dilakukan pada saat pasien mengalami keluahan-keluhan dari penyakit diabetes

melitus saja atau pada saat timbulnya gejala-gejala komplikasi akut diabetes

melitus berupa jika pasien merasa badan lemah, pusing, mual, badan gemetar,

luka yang lama sembuh, cepat haus, dan sering buang air kecil. Sedangkan pada

pasien yang kondisi kadar glukosa darah yang dalam kondisi stabil atau tidak

ada munculnya keluhan-keluhan dari penyakitnya, maka pasien tidak lagi

menjalankan perilaku monitoring kadar glukosa darah dengan baik dan teratur.
46

Hal ini dapat dikarenakan pasien tersebut mempunyai persepsi bahwa dirinya

sudah baik sehingga monitoring kadar glukosa darah dapat diabaikan.

Menurut Payne (2012), ketidakmampuan pasien diabetes melitus

dalam modifikasi perilaku dan gaya hidup merupakan salah satu indikator tidak

efektifnya edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan. Pasien yang telah

lama menderita diabetes melitus akan tetapi belum mampu merubah perilaku

yang mengarah pada pengaturan pola hidup yang baik. Terdapat beberapa

faktor yang menghambat keberhasilan edukasi yaitu lingkungan keluarga yang

tidak memberikan reinforcement kepada gaya hidup pasien, pemahaman yang

salah mengenai kesembuhan dan faktor motivasi yang rendah.

5. Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Pasien Diabetes Melitus


dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang IV Sipin 2017.
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden, diketahui dari 29

responden dengan pengetahuan baik serta memiliki perilaku baik terhadap

monitoring kadar glukosa darah sebanyak 12 responden (41,4%) dan responden

dengan pengetahuan baik tapi memiliki perilaku yang kurang baik terhadap

monitoring kadar glukosa darah sebanyak 17 responden (58,6%). Sedangkan

dari 18 responden dengan pengetahuan kurang baik tapi memiliki perilaku baik

terhadap monitoring kadar glukosa darah sebanyak 1 responden (5,6%) dan

responden dengan pengetahuan kurang serta memiliki perilaku kurang baik

terhadap monitoring kadar glukosa darah sebanyak 17 responden (94,4%).

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0,008 (p-value <

0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan dengan
47

Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin 2017. Dengan OR (odd ratio)

yaitu 12,00 hal ini berarti pasien diabetes melitus dengan pengetahuan baik

mempunyai peluang 12 kali untuk memperoleh perilaku monitoring kadar

glukosa darah yang baik.

Menurut asumsi peneliti, diketahui bahwa sebagian besar memiliki

pengetahuan yang baik. Hal ini menyebabkan sebagian responden mempunyai

pemahaman yang baik tentang perilaku monitoring kadar glukosa darah yang

baik. Pasien diabetes melitus yang memiliki pengetahuan baik tetapi perilaku

monitoring kadar darah yang buruk, hal ini biasanya disebabkan kurangnya

kesadaran pasien diabetes melitus terhadap pentingnya monitoring kadar

glukosa darah serta masih rendahnya minat pasien diabetes melitus untuk

mencari tambahan informasi untuk menigkatkan pengetahuannya agar

terciptanya perilaku yang baik. Monitoring kadar glukosa darah merupakan

manajemen yang sangat penting dalam menentukan penatalaksanaan yang tepat

untuk klien disamping diet, aktivitas dan obat.

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

indera pengliatan, pendengaran, penciuman, dan pengecap. Pengetahuan akan

memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan

dan dalam berperilaku (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pengetahuan yang baik akan memberikan dampak perilaku

yang baik pula terhadap keberadaan masyarakat yang mengalami masalah


48

kesehatan, hal ini menyangkut bagaimana masyarakat memperlakukan diri

mereka yang mengalami masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ananda, dkk (2012),

tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus

dengan pengendalian kadar glukosa darah pada pasien dm tipe II di RSU

Muhammadyah Surakarta. Hasil penelitiannya menunujukan bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengendalian kadar glukosa

darah di RSU Muhammadyah Surakarta. Dimana hasil penelitian tersebut

menyatakan kelompok responden yang mempunyai pengetahuan baik cendrung

lebih terkendali dibandingkan dengan responden yang mempunyai

pengetahuan kurang. Penelitian ini menunjukan bahwa responden yang

mempunyai pengetahuan yang baik memiliki penanganan atau perilaku yang

lebih baik terhadap penyakit yang diderita.

Monitoring kadar glukosa darah adalah landasan dari manajemen

diabetes, dan pemantauan sendiri glukosa darah pasien (SMBG) telah secara

dramatis mengubah perawatan diabetes. Dengan sering SMBG memungkinkan

penderita diabetes untuk menyesuaikan rejimen pengobatan untuk

mendapatkan kontrol glukosa darah yang optimal. Hal ini memungkinkan

untuk deteksi dinipencegahan hipoglikemia dan hiperglikemia dan memainkan

peran penting dalam menormalkan kadar glukosa darah, yang bertujuan untuk

pecegahan atau dapat mengurangi risiko komplikasi diabetes jangka panjang

(Smeltzer & Bare, 2008).


49

Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menigkatkan pengetahuan

pasien diabetes melitus tentang perilaku monitoring kadar glukosa darah yang

baik adalah dilakukan dengan penyuluhan yang teratur mengenai pentingnya

monitoring kadar glukosa darah, menjelaskan dengan menggunakan Bahasa

yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga

dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti

melakukan diskusi bersama responden.

Selain itu diharapkan responden untuk aktif mencari informasi tentang

monitoring kadar glukosa darah agar menambah pengetahuan responden yang

masih kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka akan berdampak kurang baik

pada tingkat pengetahuan mereka. Bagi responden yang telah mempunyai

pengetahuan yang baik, harus selalu dipertahankan, mencari informasi lebih

lagi dan diingat materi-materi yang telah diberikan sebelumnya agar mereka

mengetahui masalah serta komplikasi jika tidak melakukan monitoring kadar

glukosa darah dengan baik.

6. Hubungan Sikap Terhadap Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam


Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
IV Sipin 2017.
Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden, diketahui dari 19

responden dengan sikap baik serta memiliki perilaku monitoring kadar glukosa

darah yang baik sebanyak 8 responden (42,1%) dan sikap yang baik tapi

memiliki perilaku kurang baik sebanyak 11 responden (57,9%). Sedangkan

sikap yang kurang baik tapi memiliki perilaku monitoring kadar glukosa darah

yang baik sebanyak 5 responden (17,9%) dan sikap kurang baik serta memiliki
50

perilaku monitoring kadar glukosa darah yang kurang baik sebanyak 23

responden (82,1%).

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0,099 (p-value >

0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara Sikap dengan

Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah di

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin 2017. Dengan OR (odd ratio)

yaitu 3,34 hal ini berarti pasien diabetes melitus dengan sikap yang kurang baik

akan melakukan perilaku 3 kali kurang baik dalam monitoring kadar glukosa

darah.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sikap pasien diabetes melitus

yang baik tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku monitoring kadar glukosa

darah yang baik. Ini terbukti dari 19 responden yang memiliki sikap baik yang

melakukan perilaku monitoring kadar glukosa yang baik hanya 8 responden.

Sedangkan dari 28 responden yang memiliki sikap kurang baik terhadap

perilaku monitoring kadar glukosa darah hanya 5 responden yang melakukan

perilaku monitoring kadar glukosa darah dengan baik.

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa terdapat responden memiliki sikap yang baik dan kurang

baik dalam perilaku monitoring kadar glukosa darah. Hal ini apabila perilaku

monitoring kadar glukosa darah didasari pengetahuan, sikap, dan kesadaran

yang positif maka akan berlansung lama, sebaliknya apabila perilaku

monitoring kadar glukosa darah didasari pengetahuan, sikap, dan kesadaran

yang kurang maka tidak akan berlansung lama.


51

Hasil penelitian ini didukung oleh teori Notoatmodjo (2007), yang

menyatakan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek kehidupan emosional atau

evaluasi terhadap terhadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak.

Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.

Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

dan emosi memegang peran yang penting.

Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa setiap diri seseorang

memilki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu objek, semakin

positif tanggapan seseoran terhadap suatu objek maka akan semakin besar pula

kemauan dirinya untuk mengambil tindakan terhadap objek tersebut.

Dalam penelitian Rahmani (2014), menyatakan bahwa monitoring

kadar glukosa darah merupakan manajemen yang harus dilakukan untuk pasien

diabetes melitus dalam penatalaksanaan klien dangan diabetes melitus

disamping diet, aktivitas, dan obat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah sikap pasien diabetes

melitus dapat dilakukan dengan berbagai hal, seperti diadakannya penyuluhan,

pemberian informasi tentang monitoring kadar glukosa darah secara efektif

antara lain dengan pemberian informasi tentang tentang perilaku monitoring

kadar glukosa darah yang baik. Dan diharapkan setelah mendapatkan informasi

tentang monitoring kadar glukosa darah dapat membentuk atau membangun

sikap yang positif guna mencegah terjadinya komplikasi berlanjut atau tidak

terkontrolnya gula darah dalam jangka waktu yang lama. Kemudian agar
52

informasi yang diberikan mudah dipahami dapat dilakukan dengan

menggunakan leaflet, baleho, ataupun gambar-gambar tentang kesehatan

khususnya tentang pentingnya perilaku monitoring kadar glukosa darah.

7. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Perilaku Pasien Diabetes

Melitus dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang IV Sipin 2017.

Berdasarkan hasil penelitian dari 47 responden, diketahui dari 36

responden dengan peran petugas yang baik serta memiliki perilaku baik

terhadap monitoring kadar glukosa darah sebanyak 10 responden (27,8%) dan

responden dengan peran petugas yang baik tapi memiliki perilaku kurang baik

terhadap monitoring sebanyak 26 responden (72,2%). Sedangkan peran petugas

yang kurang baik tapi memiliki perilaku baik terhadap monitoring kadar

glukosa darah sebanyak 3 responden (27,7%) dan peran petugas yang kurang

baik serta memiliki perilaku kurang baik terhadap monitoring kadar glukosa

darah sebanyak 8 responden (72,3%).

Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 1,00 (p-value >

0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara Peran Petugas

Kesehatan dengan Perilaku Pasien Diabetes Melitus dalam Monitoring Kadar

Glukosa Darah di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin 2017. Dengan

OR (odd ratio) yaitu 3,34 hal ini berarti pasien diabetes melitus dengan peran

petugas kesehatan yang kurang baik akan melakukan perilaku 1 kali kurang

baik dalam monitoring kadar glukosa darah.


53

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan penelitian ini tersebut

menyatakan bahwa petugas kesehatan memiliki peran yang baik dalam perilaku

monitoring kadar glukosa darah. Jika petugas kesehatan memiliki peran yang

baik dalam perilaku monitoring kadar gluksosa darah maka diharapkan ada

timbal balik dari pasien diabetes melitus berupa perilaku yang baik dalam

perilaku monitoring kadar glukosa darah akan tetapi hal ini tidak terjadi.

Menurut peneliti penyebab faktor yang menyebabkan sebagian besar masih

memiliki perilaku yang kurang baik dalam monitoring kadar glukosa darah

masih adalah kurangnya kesadaran atau keyakinan pasien tersebut terhadap

monitoring kadar glukosa darah, dan menganggap bahwa pemantauan kadar

glukosa darah yang teratur hanya perlu dilakukan pada pasien diabetes melitus

yang kada gula tidak terkendali atau pasien diabetes yang sudah menunjukan

keluhan-keluhan saja.

Menurut Depkes RI (2005), menyatakan bahwa petugas kesehatan

mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat khususnya di Puskesmas. Peran peran petugas kesehatan ini

mencakup dalam upaya Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif.

Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah

rangkaian kegiatan yang berlandasan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan dimana individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

dapat hidup sehat dengan cara memilihara, melindungi, dan menigkatkan

kesehatan.
54

Beberapa upaya untuk meningkatkan efektifnya peran petugas

kesehatan yaitu dapat dilakukan dengan meningkatkan motivasi terhadap

pasien tentang monitoring kadar glukosa darah agar timbulnya kesadaran atau

keyakakinan pasien diabetes melitus dan melibatkan dukungan keluarga dalam

pembentukan perilaku perilaku yaitu untuk mengingatkan pasien untuk

pemantauan kadar glukosa darah yang berada diluar pelayanan kesehatan.

Dengan demikian status kesehatan pasien diabetes melitus dapat meningkat

dalam perilaku monitoring kadar glukosa darah. Untuk petugas kesehatan

diharapkan selalu aktif dalam pemberian informasi tentang pentingnya perilaku

monitoring kadar glukosa darah yang baik dan selalu memberikan atau

melaporkan setiap adanya perubahan atau peningkatan status kesehatan di

alami pasien tersebut. Penyampaian informasi dapat dilakukan pada pasien

diabetes melitus yang berkunjung ke puskesmas.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Melakukan

Monitoring Kadar Glukosa Darah di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebanyak 18 responden (38,3%) memiliki pengetahuan kurang baik dalam

perilaku monitoring kadar glukosa darah.

2. Sebanyak 28 responden (59,6%) memiliki sikap kurang baik dalam perilaku

monitoring kadar glukosa darah.

3. Sebanyak 11 responden (23,4%) menyatakan peran petugas kesehatan kurang

baik dalam perilaku monitoring kadar glukosa darah.

4. Sebanyak 34 responden (72,3%) memiliki perilaku kurang baik dalam perilaku

monitoring kadar glukosa darah.

5. Ada hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku monitoring kadar glukosa

darah, dengan nilai p-value 0,008.

6. Tidak ada hubungan antara sikap terhadap perilaku monitoring kadar glukosa

darah, dengan nilai p-value 0,136.

55
56

7. Tidak ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap perilaku

monitoring kadar glukosa darah, dengan nilai p-value 1,00.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Simpang IV Sipin

Diharapkan agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan khususnya tentang

pentingnya melakukan monitoring kadar glukosa darah dengan melibatkan

peran keluarga dan keaktifan pasien diabetes melitus dalam mencari informasi,

serta meningkatkan kenyamanan pasien diabetes dengan memberikan

informasi dengan media yang mudah dipahami bagi pasien diabetes melitus di

puskesmas. Serta dengan kegiatan promotif lainnya seperti melakukan diskusi

bersama pasien diabetes melitus

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Diharapkan agar dapat menambah lebih banyak lagi sumber bacaan mengenai

perilaku monitoring kadar glukosa darah serta untuk menambah wawasan

dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai pengetahuan, sikap, dan peran

petugas kesehatan terhadap perilaku monitoring kadar glukosa darah yang baik.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dapat menjadi sumber tambahan untuk melakukan penelitian yang

berhubungan dengan perilaku monitoring kadar glukosa darah.


Daftar Pustaka

American Diabetes Association (ADA). (2014). Standards of Medical Care in


Diabetes.
https://care.diabetesjournals.org/content/37/suplement_1/S14.ful.pdf.
[diakses 5 Januari 2017]

Ananda, Dkk (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Dm Dengan


Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Dm Tipe II di RSU PKU
Muhammadiyah Surakarta

Brashers, V.L (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen.


Jakarta : EGC

Damayanti, S. (2014). Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta : Nuha Medika

Dinas Kesehatan Kota Jambi. (2015). Data Jumlah Penderita Diabetes di Seluruh
Puskesmas Kota Jambi.

Hidayat, A.A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakata
: Salemba Medika

Indofatin Diabetes. (2013). Diakses dari :

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf [22 Desember 2016]

Isabella. (2008). Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien Terhadap Penatalaksanaan


Diabetes Melitus. Jakarta : FIK UI
Jazilah (2010). Hubungan Tingkat Pengetahaun, Sikap dan Praktik (PSP) Penderita
Diabetes Melitus Mengenai Pengelolaan Diabetes Melitus dengan Kendali
Kadar Glukosa Darah. Sains Kesehatan Program Pasca Sarjana
Universitas Gajah Mada.

LeMone, et al. (2008). Medical Surgical Nursing. Critical Thinking in Client


Care.New jersey : Prentice Hall Health

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe II


di Indonesia.

Price & Wilson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi
6, volume 1. Jakarta : EGC

Rahmani, D.A(2014). Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Melitus


Tipe 2 di Puskesmas Depok III Kabupaten Sleman. Stikes Aisyiah.
Yogyakarta

Riskesdas. (2013). Laporan Riskesdas 2013. Diakses dari :


http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesda
s2013.PDF [diakses 5 Desember 2016]

Smeltzer, et.al (2008). Text Book Of Medical-Surgical Nursing. Ten edition

Sudoyo, A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal
Publisher

WHO. (2014). Diabetes. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/.


[diakses 6 Januari 2017]
Yanesti (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus di Klinik Bhakti Husada
Purwakarta
Lampiran 1

PERNYATAAN INFORMAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk ikut

serta berpartisipasi sebagai informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

Program Studi D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi yang

berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pasien Diabetes

Melitus Melakukan Monitoring Kadar Glukosa Darah Di Puskesmas Simpang IV

Sipin Tahun 2017.

Tanda tangan saya di bawah ini menyatakan dan menunjukkan bahwa saya

telah diberikan informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini.

Jambi, April 2017

( )
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN
DIABETES MELITUS MELAKUKAN MONITORING KADAR GLUKOSA
DARAH DI PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN TAHUN 2017

Kuesioner
I. Identitas
a. Nama initial :
b. Umur :
c. Jenis kelamin : (Laki-laki/Perempuan)
d. Alamat :
e. Pendidikan terakhir :
f. Pekerjaan :

II. PENGETAHUAN
Petunjuk : Berilah tanda pada jawaban yang dianggap paling benar
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Pasien diabetes yang mendapat insulin dianjurkan untuk cek gula
darah 2-4 kali/hari
2 Apakah pada pasien diabetes melitus dengan kondisi stabil/baik
dan tidak mendapatkan insulin, cek gula darah cukup dilakukan 2-
3 kali/minggu saja
3 Pada pasien diabetes yang melakukan aktivitas tinggi sebaiknya
pemeriksaan kadar gula darah
4 Bila mendapat terapi obat atau adanya perubahan obat diabetes
melitus diperlukan pemantauan kadar gula darah guna
penyesuaian dosis dan untuk mengetahui kinerja obat
5 Penderita diabetes melitus jika badan terasa lemah, mual, gemetar,
dan pusing saya harus melakukan cek gula darah
6 Penderita diabetes melitus yang mendapatkan diet, sebaiknya tetap
melakukan cek gula darah
7 Jika ada luka lama sembuh, cepat haus, sering buang air kecil, itu
merupakan tanda saya harus melakukan cek gula darah
8 Pada penyakit yang mengalami penurunan nafsu makan,
sebaiknya melakukan cek gula darah
9 Pada pasien diabetes melitus dengan kondisi tidak stabil/buruk
sebaiknya cek gula darah dilakukan secara rutin
10 Tiga waktu pemeriksaan kadar glukosa darah perhari sudah cukup
untuk memonitoring diabetes melitus
III. SIKAP
Petunjuk : Berilahtanda pada jawaban yang dianggap paling benar
Keterangan :
SS : Sangat Setuju RR : Ragu-ragu
S : Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Menurut saya pasien diabetes yang mendapat insulin, tetap
dianjurkan untuk cek gula darah 3-4 kali/hari
2 Menurut saya pasien diabetes melitus dengan kondisi
baik/stabil cek gula cukup dilakukan 2-3 kali/minggu
3 Menurut saya pasien diabetes melitus yang melakukan
aktivitas tinggi, harus melakukan cek gula untuk
mengetahui terjadinya penurunan gula darah
(hipoglikemia)
4 Menurut saya jika mendapat terapi obat atau perubahan
obat, sebaiknya juga melakukan cek gula darah agar
penerimaan dosis obat yang akan diterima tepat
5 Menurut saya penderita diabetes melitus, jika saya
merasakan badan terasa lemah, mual, gemetar, dan pusing
saya akan melakukan cek gula darah
6 Menurut saya jika mendapat diet diabetes melitus dari
petugas kesehatan, sebaiknya tetap melakukan cek gula
darah agar jumlah kandungan makanan yang diterima tepat
7 Menurut saya luka yang lama sembuh, cepat haus, sering
buang air kecil, maka saya akan melakukan cek gula darah

IV. PETUGAS KESEHATAN


Petunjuk : Berilahtanda pada jawaban yang dianggap paling benar
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan
infomasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kadar gula
darah secara berkala atau teratur
2 Apakah petugas kesehatan memberikan anjuran kepada anda agar
melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala atau teratur
3 Apakah petugas kesehatan memberikan konsling setelah anda
memeriksakan kondisi kesehatan anda
4 Apakah petugas kesehatan memberikan peran yang sangat penting
bagi anda untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara
berkala atau teratur
V. PERILAKU
Petunjuk : Berilahtanda pada jawaban yang dianggap paling benar

No Pertanyaan DILAKUKAN TIDAK


DILAKUKAN
1 Sebagai penderita diabetes melitus yang
mendapat insulin saya melakukan pemeriksaan
kadar gula darah 2-4 kali/hari
2 Sebagai penderita diabetes melitus yang tidak
mendapat insulin saya melakukan pemeriksaan
kadar gula darah 2-3 kali/minggu
3 Bila saya melakukan aktivitas tinggi sebagai
penderita diabetes melitus akan melakukan cek
gula darah
4 Jika mendapat terapi obat atau perubahan obat
diabetes melitus saya melakukan cek gula darah
guna untuk mengetahui dosis dan reaksi yang
diterima tepat
5 Bila saya penderita diabetes melitus merasakan
badan lemah, pusing, mual, atau gemetar saya
melakukan cek gula darah
6 Sayaharusmelakukancekguladarahrutinjikamen
dapat diet diabetes melitus
7 Jikaterjadiluka lama sembuh, cepathaus, dan
sering buang air kecil saya harus melakukan cek
gula darah
Lampiran 2

Pengetahuan Responden
No Pertanyaan Jawaban Jawaban
Benar Salah
N % N %
1 Pasien diabetes yang mendapat insulin dianjurkan untuk cek 2 4,3 45 95,7
gula darah 2-4 kali/hari
2 Apakah pada pasien diabetes melitus dengan kondisi stabil/baik 19 40,4 28 59,6
dan tidak mendapatkan insulin, cek gula darah cukup dilakukan
2-3 kali/minggu saja
3 Pada pasien diabetes yang melakukan aktivitas tinggi sebaiknya 27 57,4 20 42,6
pemeriksaan kadar gula darah
4 Bila mendapat terapi obat atau adanya perubahan obat diabetes 19 40,4 27 59,6
melitus diperlukan pemantauan kadar gula darah guna
penyesuaian dosis dan untuk mengetahui kinerja obat
5 Penderita diabetes melitus jika badan terasa lemah, mual, 44 93,6 3 6,4
gemetar, dan pusing saya harus melakukan cek gula darah
6 Penderita diabetes melitus yang mendapatkan diet, sebaiknya 31 66,0 16 34,0
tetap melakukan cek gula darah
7 Jika ada luka lama sembuh, cepat haus, sering buang air kecil, 36 76,6 11 23,4
itu merupakan tanda saya harus melakukan cek gula darah
8 Pada penyakit yang mengalami penurunan nafsu makan, 22 46,8 25 53,2
sebaiknya melakukan cek gula darah
9 Pada pasien diabetes melitus dengan kondisi tidak stabil/buruk 36 76,6 11 23,4
sebaiknya cek gula darah dilakukan secara rutin
10 Tiga waktu pemeriksaan kadar glukosa darah perhari sudah 13 27,7 34 72,3
cukup untuk memonitoring diabetes melitus

Petugas Kesehatan
No Pertanyaan Jawaban Jawaban
Benar Salah
N % N %
1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan 41 87,2 6 12,8
infomasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kadar gula
darah secara berkala atau teratur
2 Apakah petugas kesehatan memberikan anjuran kepada anda 37 78,7 10 21,3
agar melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala
atau teratur
3 Apakah petugas kesehatan memberikan konsling setelah anda 35 74,5 12 25,5
memeriksakan kondisi kesehatan anda
4 Apakah petugas kesehatan memberikan peran yang sangat 27 57,5 20 42,5
penting bagi anda untuk melakukan pemeriksaan kadar gula
darah secara berkala atau teratur
Sikap
No Pertanyaan SS S RR TS STS
F % F % F % F % F %
1 Menurut saya pasien diabetes - - 2 4,3 - - 32 68,1 13 27,7
yang mendapat insulin, tetap
dianjurkan untuk cek gula
darah 3-4 kali/hari
2 Menurut saya pasien diabetes 1 2,1 15 31,9 11 23,4 20 42,6 - -
melitus dengan kondisi
baik/stabil cek gula cukup
dilakukan 2-3 kali/minggu
3 Menurut saya pasien diabetes - - 18 38,3 21 44,7 8 17,0 - -
melitus yang melakukan
aktivitas tinggi, harus
melakukan cek gula untuk
mengetahui terjadinya
penurunan gula darah
(hipoglikemia)
4 Menurut saya jika mendapat 1 2,1 26 55,3 17 36,2 3 6,4 - -
terapi obat atau perubahan
obat, sebaiknya juga
melakukan cek gula darah
agar penerimaan dosis obat
yang akan diterima tepat
5 Menurut saya penderita 13 27,7 32 68,1 1 2,1 1 2,1 - -
diabetes melitus, jika saya
merasakan badan terasa
lemah, mual, gemetar, dan
pusing saya akan melakukan
cek gula darah
6 Menurut saya jika mendapat 3 6,4 28 59,6 9 19,1 7 14,9 - -
diet diabetes melitus dari
petugas kesehatan, sebaiknya
tetap melakukan cek gula
darah agar jumlah kandungan
makanan yang diterima tepat
7 Menurut saya luka yang lama 6 12,8 37 78,7 4 8,5 - - - -
sembuh, cepat haus, sering
buang air kecil, maka saya
akan melakukan cek gula
darah
Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah
No. PDM PDM PDM PDM PDM PDM PDM TOT Kode Perilaku
Res 1 2 3 4 5 6 7 Median
= 4,00
1 0 1 1 1 1 0 1 5 2 Baik
2 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
3 1 0 0 1 1 1 0 4 1 Kurang Baik
4 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
5 0 0 0 0 1 0 1 2 1 Kurang Baik
6 0 1 0 0 1 0 1 3 1 Kurang Baik
7 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
8 0 1 0 1 0 0 0 2 1 Kurang Baik
9 0 1 1 1 1 0 1 5 2 Baik
10 0 0 1 1 1 0 1 4 1 Kurang Baik
11 0 0 0 0 1 0 0 1 1 Kurang Baik
12 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
13 0 1 1 0 1 0 1 4 1 Kurang Baik
14 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang Baik
15 1 0 0 0 0 1 1 3 1 Kurang Baik
16 0 0 0 0 0 1 1 2 1 Kurang Baik
17 0 1 0 0 1 0 1 3 1 Kurang Baik
18 0 0 0 1 1 0 1 3 1 Kurang Baik
19 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
20 0 0 1 0 1 0 0 2 1 Kurang Baik
21 0 0 0 0 1 1 0 2 1 Kurang Baik
22 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
23 0 0 0 1 1 1 1 4 1 Kurang Baik
24 0 0 0 0 1 0 0 1 1 Kurang Baik
25 0 0 1 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
26 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
27 0 0 0 0 1 1 0 2 1 Kurang Baik
28 0 0 1 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
29 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
30 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
31 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
32 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
33 0 1 1 0 1 0 1 4 1 Kurang Baik
34 0 0 0 1 1 1 1 4 1 Kurang Baik
35 0 1 0 0 1 0 1 3 1 Kurang Baik
36 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
37 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
38 0 1 0 1 1 1 1 5 2 Baik
39 0 1 1 0 1 1 1 5 2 Baik
40 0 1 1 1 1 0 0 4 1 Kurang Baik
41 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
42 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
43 0 0 1 1 1 0 1 4 2 Baik
44 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
45 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
46 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
47 0 0 1 1 1 0 0 3 1 Kurang Baik
EXPLORE
Descriptives

Statistic Std. Error

Skor pengetahuan Mean 5.51 .287

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.93


Mean
Upper Bound 6.09

5% Trimmed Mean 5.57

Median 6.00

Variance 3.864

Std. Deviation 1.966

Minimum 1

Maximum 9

Range 8

Interquartile Range 3

Skewness -.564 .347

Kurtosis -.628 .681

Skor sikap Mean 23.11 .284

95% Confidence Interval for Lower Bound 22.53


Mean Upper Bound 23.68

5% Trimmed Mean 23.17

Median 23.00

Variance 3.793

Std. Deviation 1.948

Minimum 19

Maximum 26

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness -.082 .347

Kurtosis -.715 .681


2.96 .192
skorpetugaskesehatan Mean

95% Confidence Interval for Lower Bound 2.57


Mean Upper Bound 3.34

5% Trimmed Mean 3.06

Median 3.00

Variance 1.737

Std. Deviation 1.318

Minimum 0

Maximum 4

Range 4

Interquartile Range 1

Skewness -1.346 .347

Kurtosis .799 .681

Skor perilaku Mean 3.64 .200

95% Confidence Interval for Lower Bound 3.23


Mean Upper Bound 4.04

5% Trimmed Mean 3.68

Median 4.00

Variance 1.888

Std. Deviation 1.374

Minimum 0

Maximum 6

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness -.355 .347

Kurtosis .055 .681


Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Skor pengetahuan 47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

Skor sikap 47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

Skor petugas kesehatan 47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

Skor perilaku 47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor pengetahuan .215 47 .000 .917 47 .003

Skor sikap .118 47 .106 .940 47 .019

Skor petugas kesehatan .279 47 .000 .739 47 .000

skorperilaku .178 47 .001 .944 47 .025

a. Lilliefors Significance Correction


Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasilpengetahuan * hasilperilaku 47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

hasilsikap * hasilperilaku 47 100.0% 0 .0% 47 100.0%

hasilpetugaskesehatan *
47 100.0% 0 .0% 47 100.0%
hasilperilaku
Hasil petugaskesehatan * hasil perilaku
Crosstab

hasilperilaku

kurang
baik baik Total

hasilpetugaskesehatan kurang baik Count 8 3 11

% within hasilpetugaskesehatan 72.7% 27.3% 100.0%

% within hasilperilaku 23.5% 23.1% 23.4%

% of Total 17.0% 6.4% 23.4%

baik Count 26 10 36

% within hasilpetugaskesehatan 72.2% 27.8% 100.0%

% within hasilperilaku 76.5% 76.9% 76.6%

% of Total 55.3% 21.3% 76.6%

Total Count 34 13 47

% within hasilpetugaskesehatan 72.3% 27.7% 100.0%

% within hasilperilaku 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 72.3% 27.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .001a 1 .974

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .001 1 .974

Fisher's Exact Test 1.000 .647

Linear-by-Linear
.001 1 .974
Association

N of Valid Casesb 47

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.04.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


hasilpetugaskesehatan (kurang 1.026 .226 4.662
baik / baik)

For cohort hasilperilaku =


1.007 .665 1.525
kurang baik

For cohort hasilperilaku = baik .982 .327 2.948

N of Valid Cases 47

Hasil sikap * hasil perilaku


Crosstab

hasilperilaku

kurang baik baik Total

hasilsikap kurang baik Count 23 5 28

% within hasilsikap 82.1% 17.9% 100.0%

% within hasilperilaku 67.6% 38.5% 59.6%

% of Total 48.9% 10.6% 59.6%

baik Count 11 8 19

% within hasilsikap 57.9% 42.1% 100.0%

% within hasilperilaku 32.4% 61.5% 40.4%

% of Total 23.4% 17.0% 40.4%

Total Count 34 13 47

% within hasilsikap 72.3% 27.7% 100.0%

% within hasilperilaku 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 72.3% 27.7% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.326a 1 .068

Continuity Correctionb 2.225 1 .136

Likelihood Ratio 3.292 1 .070

Fisher's Exact Test .099 .069

Linear-by-Linear Association 3.255 1 .071

N of Valid Casesb 47

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for hasilsikap


3.345 .886 12.629
(kurang baik / baik)

For cohort hasilperilaku =


1.419 .932 2.161
kurang baik

For cohort hasilperilaku = baik .424 .163 1.100

N of Valid Cases 47
Hasil pengetahuan * hasil perilaku
Crosstab

hasilperilaku

kurang baik baik Total

hasilpengetahuan pengetahuan kurang Count 17 1 18

% within hasilpengetahuan 94.4% 5.6% 100.0%

% within hasilperilaku 50.0% 7.7% 38.3%

% of Total 36.2% 2.1% 38.3%

pengetahuan baik Count 17 12 29

% within hasilpengetahuan 58.6% 41.4% 100.0%

% within hasilperilaku 50.0% 92.3% 61.7%

% of Total 36.2% 25.5% 61.7%

Total Count 34 13 47

% within hasilpengetahuan 72.3% 27.7% 100.0%

% within hasilperilaku 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 72.3% 27.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.123a 1 .008

Continuity Correctionb 5.446 1 .020

Likelihood Ratio 8.372 1 .004

Fisher's Exact Test .008 .007

Linear-by-Linear
6.972 1 .008
Association

N of Valid Casesb 47

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.98.

b. Computed only for a 2x2 table


Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


hasilpengetahuan (pengetahuan 12.000 1.401 102.803
kurang / pengetahuan baik)

For cohort hasilperilaku =


1.611 1.163 2.231
kurang baik

For cohort hasilperilaku = baik .134 .019 .947

N of Valid Cases 47

Anda mungkin juga menyukai