SKRIPSI
Oleh :
HENDRA GUNAWAN
NIP. 71.20.1.13.062
Oleh :
HENDRA GUNAWAN
NIP. 71.20.1.13.062
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Widya Sepalanita M.kep, Sp.KMB Syamsul Ridjal, SKM, MM, M.Kes
NIP. 19980503 200501 2 005 NIP. 19530917 197701 1 001
Menyetujui
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : PO.71.20.1.13.062
2017
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir skripsi yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Hendra Gunawan
NIM. PO.71.20.1.13.062
iv
KATA PENGANTAR
kehadiran Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah Faktor-Faktor Yang
Dalam pembuatan ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang berperan
dalam membimbing dan memberikan saran serta koreksi yang berguna dalam
Maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Asmuni. HS, SKM, MM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Jambi
Kesehatan Jambi
ini.
v
5. Bapak Syamsul Ridjal SKM, MM, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang
6. Ibu Ns.Debbie Nomiko M.kep selaku dosen pembimbing akademik yang telah
8. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan moril dan
kekurangan dan kesalahan, untuk ini sangat diharapkan kritik dan saran yang
Penulis
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-
Nya pada hamba yang tak akan terhitung jumlahnya. Salah satu nikmat-Nya yaitu
selalu memberikan kemudahan disetiap kesulitan yang hamba lalui. Ya allah selalu
rangkul diri ini kedalam pelukan-Mu, kedalam ketenangan yang sebenarnya. Serta
sholawat beriring salam untuk baginda Rosullallah SWA yang telah membawa
pengetahuan dan pengajaran sesungguhnya.
Untuk ayah dan ibu ucapan terima kasih dan segala yang aku lakukan tak
akan cukup untuk membalas rasa kasih sayang yang begitu ikhlas tanpa ada harapan
untuk dibalas. Engkau selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu, engkau
rela hidup dalam keadaan yang sederhana atau mungkin kurang hanya karena ingin
mempertahankan senyum yang selalu ada pada anakmu. Ayah ibu, aku merasa
selalu ada doa-doamu yang mengiringi jalanku ketika allah memberikan
kemudahan, maafkan anakmu yang masih belum bisa melukis senyum-senyum
kecil untukmu. Semoga allah mengizinkan aku untuk membahagiakan engkau,
mungkin tidak didunia namun di akhirat. Amin ya allah.
Ibu dan bapak dosen terima kasih telah susah payah mendidik kami agar
kami menjadi orang yang berilmu. Semoga ilmu yang kami dapatkan bermanfaat
bagi kehidupan kami.
Terakhir untuk teman-teman senasib tapi tak sama, aku ucapkan maaf dan
terima kasih untuk semuanya. Hadirnya kalian untukku sudah tuhan atur agar kita
bisa saling melengkapi satu sama lain. Jika setelah ini kita sudah bisa bertatapan
muka untuk berkmunikasi, mungkin saling mendoakan adalah jalan yang tuhan
pilih untuk kita berkomunikasi selanjutnya.
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian .................................................... 35
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 36
BAB V PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 41
B. Pembahasan .............................................................................. 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 55
B. Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria diagnosis diabetes melitus menurut kada gula darah ........ 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Responden di
Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017 .................. 36
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap,
dan Petugas kesehatan dalam Monitoring Kadar Glukosa Darah
di Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017 ................................. 37
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pengetahuan
Terhadap Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah ..................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Sikap Terhadap
Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah ..................................... 39
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Petugas Kesehatan
Terhadap Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah ..................... 40
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
ABSTRAK
Keterangan
1 : Mahasiswa Prodi D-IV Jurkep Poltekkes Kemenkes Jambi
2 : Pembimbing Prodi D-IV Jurkep Poltekkes Kemenkes Jambi
xiv
ABSTRACK
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
(IDF 2014). Jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 366 juta jiwa di tahun
2011 meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan
bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035. Jumlah kematian yang
terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana setiap tujuh detik
terdapat satu kematian dari pasien diabetes melitus di dunia. Menurut WHO
(2013) sebanyak 80% pasien diabetes melitus di dunia berasal dari negara
6,9%. Data hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa kejadian diabetes melitus
7%. Jika estimasi jumlah penduduk Indonesia usia >15 tahun pada tahun 2013
1
2
yang terdiagnosis sebanyak 1,1% dan diabetes yang terdiagnosis dokter atau
terdiagnosis dokter tertinggi adalah Kota Jambi dan kota Sungai Penuh masing-
sedangkan untuk diabetes melitus yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi
terdapat di Sungai Penuh (2,2%), Kota Jambi (2,0%), dan kabupaten Tebo
(1,5%)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jambi tahun
2016, bahwa penderita diabetes melitus pada tahun 2016 sebanyak 10.612
(9,2%), diikuti Puskesmas Putri Ayu 1.075 penderita (8,7%), dan Puskesmas
farmakologis (obat/insulin).
monitoring gula darah dan kepatuhan minum obat terhadap kestabilan gula
darah dengan nilai t-hitung sebesar 4,986 dan nilai signifikan 0,00<0,05. Dalam
sampel 24 responden.
3
perilaku dan gaya hidup merupakan salah satu indikator tidak efektifnya
Wibisono (2012), bahwa banyak pasien yang telah lama menderita diabetes
melitus akan tetapi belum mampu merubah perilaku yang mengarah pada
pengaturan pola hidup yang baik. Terdapat beberapa faktor yang menghambat
disamping diet, aktivitas, dan obat. Perawat memeliki peranan yang penting
dalam memberikan asuhan pada klien dengan diabetes melitus dalam hal
menjalankan dietnya hanya dilakukan pada saat pasien tinggi kadar gulanya.
Sedangkan pasien yang sudah turun kadar gula darahnya dan kondisi badannya
sudah merasa baik, maka pasien tidak lagi menjalankan diet atau menjalani
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
glukosa darah.
Simpang IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah
Sipin tahun 2016 yang berjumlah 1.140 orang. Sampel dalam penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 1530 April 2017. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-
Square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin dan
berikut:
7
8
c. Diabetes gestasional
kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat
penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
d. Diabetes Spesifik
dengan:
3. Etiologi
yang kuat, indeks pada kembar monozigot sebesar 100%, pada saudara
kandung 40% dan 33% pada anak cucu. Rasio diabetes pada anak adalah
9
1:1 dan sekitar 90% membawa carier. Adanya kelainan sekresi insulin serta
2006).
terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini yaitu usia (resistensi insulin
4. Patofisiologi
terganggu merupakan karakteristik dari diabetes mellitus tipe II, ada cukup
biasanya tidak terjadi pada diabetes mellitus tipe II ini. Namun, diabetes
mellitus tipe II yang tidak terkontrol dapat menyebabkan lain masalah akut
tahun. Jika pasien mengalami gejala, mngkin hanya gejala ringan saja
pada kulit yang lama, infeksi vagina brulang, atau penglihatan kabur (jika
mengalami tanda dan gejala yang lambat dan seringkali tidak menyadari
lain. Kenaikan kadar glukosa darah pada penderita diabetes tipe II biasanya
tidak separah pada tipe I, tetapi gejala serupa terjadi, terutama poliuria dan
dan infeksi kulit. Jika insulin yang tersedia berkurang, terutama pada saat
stres fisik atau emosional, penderita diabetes tipe II dapat mengalami DKA,
ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan). Pasien dapat juga datang
Burke, 2008).
yang dianjurkan ADA yaitu bila terdapat salah satu atau lebih hasil
c. Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa
Tabel 2.1
Belum
Bukan
Pasti Diabetes
Diabetes
Diabetes Melitus
Melitus
Melitus
Plasma
Kadar Gula <100 100-199 200
Vena
Darah
Sewaktu Darah
<90 90-199 200
(mg/dl) Kapiler
Plasma
<100 100-125 126
Kadar Gula Vena
Darah Puasa Darah
(mg/dl) <90 90-99 >100
Kapiler
a. Komplikasi Akut
tersebut adalah:
bagi pasien. Kadar glukosa darah penderita DHS bisa sampai di atas
600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar tubuh melalui
dehidrasi.
b. Komplikasi Kronis
1) Retinopati diabetik
timbulnya kebutaan.
2) Glomeruloskelerosis diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Nefopati perifer
5) Penyakit makrovaskular
1. Pengertian
diabetes, dan pemantauan sendiri glukosa darah pasien (SMBG) telah secara
hal yang harus di monitor secara berkala adalah glukosa darah, glukosa
urine, keton darah, keton urine. Selain itu juga, pengkajian tambahan seperti
cek berat badan secara regular, pemerikasaan fisik teratur, dan pendidikan
pasien dan tim perawatan diabetes (Tommy L. Lin dan Scott W. Rypkema.
2010)
dengan ujung NH2 rantai HbA pada eritrosit. Oleh karena itu, HbA1c
diandalkan selama 2-3 bulan kedepan. Karena HbA1c pada orang sehat
kali atau lebih dalal sehari) direkomendasikan untuk pasien diabetes tipe
saat kunjungan ke klinik dan disertai dengan umpan balik yang sesuai.
c. Glukosa urine, hanya sedikit berkorelasi yang dengan glukosa darah dan
d. Badan keton dapat deteksi dari darah maupun urine pada keadaan
nyeri abdomen).
16
sebagai berikut:
b. Strip tes kimia yang dapat meresapkan tetesan darah yang berubah
warna yang dapat dibaca oleh mesin (Glucostix dan Chemstrip). Strip
Touch).
Gula Darah
sendiri. Ini adalah komponen kunci dari pengobatan untuk setiap rejimen
terapi insulin intensif (termasuk 2-4 suntikan per hari atau insulin pompa)
dan untuk manajemen diabetes selama kehamilan. Hal ini juga dianjurkan
diet dari petugas kesehatan sebaiknya selalu memantau kadar gula darah
hipoglikemia.
seperti luka yang sulit kering, sering kencing, cepat haus, penurunan
darah yang dapat dipilih sebelum sarapan, satu atau dua jam sesudah
sarapan, sebelum makan siang, satu atau dua jam sesudah makan siang,
sebelum makan malam, satu atau dua jam sesudah makan malam,
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
ada.
f. Evaluasi (evaluation)
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
D. Sikap
1. Pengertian
3. Tingkatan-tingkatan Sikap
sikap.
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang mungkin terjadi
E. Petugas Kesehatan
1. Pengertian
Menurut Potter & Perry (2007), adapun peran petugas kesehatan adalah:
a. Customer
b. Komunikator
pasien. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan tanpa komunikasi yang
baik.
c. Motivator
d. Fasilitator
agar terjadi kemudahan dalam mencapai suatu hal dan tujuan tertentu.
e. Konselor
perasaan klien.
F. Perilaku
dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
sikap, dan perilaku dari petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
dapat disebabkan karena pasien tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat
darah secara mandiri (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para tokoh
(reinforcing factors).
25
G. KerangkaTeori
Tabel 2.1
Kerangkateori
Faktor predisposisi
(predisposing)
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Kepercayaan
d. Keyakinan Diabetes Melitus
e. Nilai
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
variabel pemungkin, dan varibel penguat. Pada penelitian ini variabel yang
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Pengetahuan
Prilaku pasien DM dalam
Sikap monitoring kadar glukosa
darah
Petugas kesehatan
26
27
B. Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka konsep, peneliti menetapkan variabel-variabel
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Melalui 1. Pengetahuan Nominal
pasien DM tentang monitoring wawancara kurang : jika
kadar glukosa darah dengan cara jawaban benar
mengetahui pengertian, mean (5,51)
manfaat, dan tujuan 2. Pengetahuan
baik : jika
jawaban benar
mean (5,51)
Sikap Respon tertutup penderita DM Kuesioner Melalui 1 = Kurang baik, Nominal
terhadap monitoring kadar wawancara Jika jawaban
glukosa darah dengan median (23,00)
mengetahui frekuensi, gejala, 2 = Baik, Jika
dan prosedur jawaban
median (23,00)
Petugas Pelaksanaan monitoring kadar Kuesioner Melalui 1 = Kurang baik, Nominal
kesehatan glukosa darah yang dilakukan wawancara Jika jawaban
oleh petugas kesehatan menurut mean (2,96)
responden 2 = Baik, Jika
jawaban mean
(2,96)
Perilaku Serangkaian tindakan yang Kuesioner Melalui 1 = Kurang baik, Nominal
pasien dilakukan secara mandiri atau wawancara Jika jawaban
diabetes dengan petugas kesehatan dalam median (4,00)
melitus monitoring kadar glukosa darah 2 = Baik, Jika
monitoring dengan mengetahui gejala dan jawaban
kadar pencegahan median (4,00)
glukosa
darah
C. DesainPenelitian
simultan (dalam waktu bersamaan) dengan kata lain baik untuk variabel sebab
2012).
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang
berkunjung ke Puskesmas Simpang IV Sipin tahun 2017. Dalam hal ini jumlah
orang.
2. Sampel
Lameshow :
n= Z2 1-/2 P (1-P)
d (N-1) + Z21-/2 P (1-P)
2
Keterangan :
P = Perkiraan proporsi
Z21-/2 = 1,962
n= Z2 1-/2 P (1-P)
d (N-1) + Z21-/2 P (1-P)
2
n = 1.094
26,5879 = 41,14 dibulatkan menjadi 41 orang.
dengan cara purposive sampling yaitu dengan cara menunggu pasien diabetes
pada tanggal 15-30 April 2017 hingga mencapai jumlah sampel penelitian yang
Kriteria inklusi :
Kriteria ekslusi :
b. Pasien yang tercatat dengan diabetes melitus namun pada saat penelitian
(2009) yang dilampirkan pada hasil penelitian. Diketahui pada penelitian ini
umur yang paling minimal adalah 36 45 tahun dan umur yang paling
F. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
2. Instrumen Penelitian
a. Pengetahuan
nilai 0.
b. Sikap
c. Petugas kesehatan
pelayanan kesehatan.
nilai 0.
glukosa darah
32
maka diberi tanda checklist pada kolom dilakukan (nilai 1) dan jika
1. Pengolah Data
sebagai berikut:
a. Editing
jawaban yang diisi oleh responden, apakah data yang terkumpul lengkap,
jelas, konsisten dan keseragaman satuan data dapat dibaca. Jika kuesioner
b. Coding
menggunakan nilai mean (5,51), data variabel sikap tidak normal jadi
normal jadi menggunakan nilai mean (2,96), dan data pada variabel perilaku
tidak normal jadi menggunakan nilai median (4,00). Untuk coding pada
baik jika jawaban benar mean dan 2 = baik jika jawaban benar mean.
Untuk variabel sikap dan perilaku pasien diabetes melitus dilakukan coding
median.
c. Scoring
setiap varibel.
d. Entry data
Pada tahap ini setelah dilakukan pengkodean dan skoring maka data yang
e. Cleaning data
Dilakukan untuk memastikan bahwa semua data yang sudah entry dan tidak
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
data ke dalam bentuk penyajian baik bektuk textuler maupun bentuk tabular
34
2012).
b. Analisis Bivariat
analisis ini menggunakan uji statistic chi square dan derajat kemaknaan p
1. Data Geografi
perawatan yang terletak di Kecamatan Telanaipura Jl. Arif Rahman Hakim No.
2. Data Demografi
Jambi berdasarkan data terakhir tahun 2016 adalah 36.965 jiwa. Dengan rincian
18.565 jiwa. Adapun wilayah kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi
35
36
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Simpang
IV Sipin Kota Jambi Tahun 2017 (n=47 orang)
No Karakteristik Responden Umur Jumlah Persentase
1 Umur 36 45 tahun 3 6,4
46 55 tahun 8 17,0
56 65 tahun 25 53,2
55 tahun keatas 11 23,4
Jumlah 47 100
2 Jenis Kelamin Laki-laki 17 36,2
Perempuan 30 63,8
Jumlah 47 100
3 Pendidikan SD 8 17,0
SMP/MTS 12 25,5
SMA/SLTA 20 42,9
PT 7 14,6
Jumlah 47 100
4 Pekerjaan PNS 14 29,8
Pegawai swasta 9 19,1
Lain-lain 24 51,1
Jumlah 47 100
Rata-rata memiliki pekerjaan lain-lain (buruh atau ibu rumah tangga) yaitu
37
swasta (19,1%).
2. Analisis Bivariat
(94,4%). Hasil uji statistik chi-square diperoleh p-value 0,008 yang berarti
memiliki perilaku monitoring kadar glukosa darah yang kurang baik. Hasil
uji statistik chi-square diperoleh p-value 0,136 yang berarti tidak ada
value 1,00 yang berarti tidak ada hubungan yang berarti antara petugas
A. Keterbatasan Penelitian
Puskesmas Simpang IV Sipin Tahun 2017 yang terdiri dari variabel pengetahuan,
sikap, petugas kesehatan, dan perilaku pasien diabetes melitus dalam monitoring
dalam pengukurannya.
karena data primer yang diperoleh tergantung pada kejujuran responden dalam
Keterbatasan lain dalam penelitian ini yaitu hanya meneliti variabel pengetahuan,
sikap, peran petugas kesehatan, dan perilaku monitoring kadar glukosa darah tanpa
tenaga, dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti pada saat melakukan penelitian.
41
42
B. Pembahasan
kadar glukosa darah, hal ini di sebabkan bahwa rata- rata responden memiliki
sebagai dorongan awal bagi seseorang untuk berperilaku dan kebanyakan orang
akan memiliki perilaku yang baik setelah mempunyai pengetahuan yang baik.
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
keyakinan bahwa keputusan yang diambil atau akan diambil merupakan suatu
(59,6%) dan pasien diabetes memiliki sikap yang baik tentang perilaku
sikap yang kurang baik dalam perilaku monitoring kadar glukosa darah, yang
membuat pasien diabetes melitus susah mengaplikasikan sikap secara baik. Hal
(tend to behave).
yang positif maka akan berlansung lama. Sedangkan apabila perilaku didasari
44
oleh pengetahuan, sikap, dan kesadaran yang negatif maka perilaku tidak akan
suatu objek maka akan semakin besar pula kemauan dirinya untuk mengambil
petugas yang baik sebanyak 36 responden (76,6%) dan peran petugas yang
responden (40,4%).
telah melakukan peran yang baik terhadap pasien dibetes dalam melakukan
kegiatan yang terstruktur dan berkaitan dengan penyakit diabetes melitus yaitu
berupa penyuluhan dan senam pasien diabetes melitus yang dilakukan satu kali
dalam seminggu.
klien dengan diabetes melitus dalam hal monitoring kadar glukosa darah. Peran
(72,3%) dan pasien diabetes melitus yang memiliki perilaku yang baik tentang
melitus saja atau pada saat timbulnya gejala-gejala komplikasi akut diabetes
melitus berupa jika pasien merasa badan lemah, pusing, mual, badan gemetar,
luka yang lama sembuh, cepat haus, dan sering buang air kecil. Sedangkan pada
pasien yang kondisi kadar glukosa darah yang dalam kondisi stabil atau tidak
menjalankan perilaku monitoring kadar glukosa darah dengan baik dan teratur.
46
Hal ini dapat dikarenakan pasien tersebut mempunyai persepsi bahwa dirinya
dalam modifikasi perilaku dan gaya hidup merupakan salah satu indikator tidak
efektifnya edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan. Pasien yang telah
lama menderita diabetes melitus akan tetapi belum mampu merubah perilaku
yang mengarah pada pengaturan pola hidup yang baik. Terdapat beberapa
dengan pengetahuan baik tapi memiliki perilaku yang kurang baik terhadap
dari 18 responden dengan pengetahuan kurang baik tapi memiliki perilaku baik
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0,008 (p-value <
0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara Pengetahuan dengan
47
yaitu 12,00 hal ini berarti pasien diabetes melitus dengan pengetahuan baik
pemahaman yang baik tentang perilaku monitoring kadar glukosa darah yang
baik. Pasien diabetes melitus yang memiliki pengetahuan baik tetapi perilaku
monitoring kadar darah yang buruk, hal ini biasanya disebabkan kurangnya
glukosa darah serta masih rendahnya minat pasien diabetes melitus untuk
diabetes, dan pemantauan sendiri glukosa darah pasien (SMBG) telah secara
peran penting dalam menormalkan kadar glukosa darah, yang bertujuan untuk
pasien diabetes melitus tentang perilaku monitoring kadar glukosa darah yang
yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan baik dan juga
dengan cara memberikan leaflet, brosur, dan kegiatan promotif lainnya seperti
masih kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka akan berdampak kurang baik
lagi dan diingat materi-materi yang telah diberikan sebelumnya agar mereka
responden dengan sikap baik serta memiliki perilaku monitoring kadar glukosa
darah yang baik sebanyak 8 responden (42,1%) dan sikap yang baik tapi
sikap yang kurang baik tapi memiliki perilaku monitoring kadar glukosa darah
yang baik sebanyak 5 responden (17,9%) dan sikap kurang baik serta memiliki
50
responden (82,1%).
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0,099 (p-value >
0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara Sikap dengan
yaitu 3,34 hal ini berarti pasien diabetes melitus dengan sikap yang kurang baik
akan melakukan perilaku 3 kali kurang baik dalam monitoring kadar glukosa
darah.
yang baik tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku monitoring kadar glukosa
darah yang baik. Ini terbukti dari 19 responden yang memiliki sikap baik yang
menyatakan bahwa terdapat responden memiliki sikap yang baik dan kurang
baik dalam perilaku monitoring kadar glukosa darah. Hal ini apabila perilaku
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek kehidupan emosional atau
Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
positif tanggapan seseoran terhadap suatu objek maka akan semakin besar pula
kadar glukosa darah merupakan manajemen yang harus dilakukan untuk pasien
kadar glukosa darah yang baik. Dan diharapkan setelah mendapatkan informasi
sikap yang positif guna mencegah terjadinya komplikasi berlanjut atau tidak
terkontrolnya gula darah dalam jangka waktu yang lama. Kemudian agar
52
responden dengan peran petugas yang baik serta memiliki perilaku baik
responden dengan peran petugas yang baik tapi memiliki perilaku kurang baik
yang kurang baik tapi memiliki perilaku baik terhadap monitoring kadar
glukosa darah sebanyak 3 responden (27,7%) dan peran petugas yang kurang
baik serta memiliki perilaku kurang baik terhadap monitoring kadar glukosa
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 1,00 (p-value >
0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara Peran Petugas
OR (odd ratio) yaitu 3,34 hal ini berarti pasien diabetes melitus dengan peran
petugas kesehatan yang kurang baik akan melakukan perilaku 1 kali kurang
menyatakan bahwa petugas kesehatan memiliki peran yang baik dalam perilaku
monitoring kadar glukosa darah. Jika petugas kesehatan memiliki peran yang
baik dalam perilaku monitoring kadar gluksosa darah maka diharapkan ada
timbal balik dari pasien diabetes melitus berupa perilaku yang baik dalam
perilaku monitoring kadar glukosa darah akan tetapi hal ini tidak terjadi.
memiliki perilaku yang kurang baik dalam monitoring kadar glukosa darah
glukosa darah yang teratur hanya perlu dilakukan pada pasien diabetes melitus
yang kada gula tidak terkendali atau pasien diabetes yang sudah menunjukan
keluhan-keluhan saja.
kesehatan.
54
pasien tentang monitoring kadar glukosa darah agar timbulnya kesadaran atau
monitoring kadar glukosa darah yang baik dan selalu memberikan atau
A. Kesimpulan
6. Tidak ada hubungan antara sikap terhadap perilaku monitoring kadar glukosa
55
56
B. Saran
peran keluarga dan keaktifan pasien diabetes melitus dalam mencari informasi,
informasi dengan media yang mudah dipahami bagi pasien diabetes melitus di
Diharapkan agar dapat menambah lebih banyak lagi sumber bacaan mengenai
petugas kesehatan terhadap perilaku monitoring kadar glukosa darah yang baik.
Dinas Kesehatan Kota Jambi. (2015). Data Jumlah Penderita Diabetes di Seluruh
Puskesmas Kota Jambi.
Hidayat, A.A (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakata
: Salemba Medika
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf [22 Desember 2016]
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi
6, volume 1. Jakarta : EGC
Sudoyo, A.W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal
Publisher
PERNYATAAN INFORMAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk ikut
Tanda tangan saya di bawah ini menyatakan dan menunjukkan bahwa saya
ini.
( )
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PASIEN
DIABETES MELITUS MELAKUKAN MONITORING KADAR GLUKOSA
DARAH DI PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN TAHUN 2017
Kuesioner
I. Identitas
a. Nama initial :
b. Umur :
c. Jenis kelamin : (Laki-laki/Perempuan)
d. Alamat :
e. Pendidikan terakhir :
f. Pekerjaan :
II. PENGETAHUAN
Petunjuk : Berilah tanda pada jawaban yang dianggap paling benar
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Pasien diabetes yang mendapat insulin dianjurkan untuk cek gula
darah 2-4 kali/hari
2 Apakah pada pasien diabetes melitus dengan kondisi stabil/baik
dan tidak mendapatkan insulin, cek gula darah cukup dilakukan 2-
3 kali/minggu saja
3 Pada pasien diabetes yang melakukan aktivitas tinggi sebaiknya
pemeriksaan kadar gula darah
4 Bila mendapat terapi obat atau adanya perubahan obat diabetes
melitus diperlukan pemantauan kadar gula darah guna
penyesuaian dosis dan untuk mengetahui kinerja obat
5 Penderita diabetes melitus jika badan terasa lemah, mual, gemetar,
dan pusing saya harus melakukan cek gula darah
6 Penderita diabetes melitus yang mendapatkan diet, sebaiknya tetap
melakukan cek gula darah
7 Jika ada luka lama sembuh, cepat haus, sering buang air kecil, itu
merupakan tanda saya harus melakukan cek gula darah
8 Pada penyakit yang mengalami penurunan nafsu makan,
sebaiknya melakukan cek gula darah
9 Pada pasien diabetes melitus dengan kondisi tidak stabil/buruk
sebaiknya cek gula darah dilakukan secara rutin
10 Tiga waktu pemeriksaan kadar glukosa darah perhari sudah cukup
untuk memonitoring diabetes melitus
III. SIKAP
Petunjuk : Berilahtanda pada jawaban yang dianggap paling benar
Keterangan :
SS : Sangat Setuju RR : Ragu-ragu
S : Setuju TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S RR TS STS
1 Menurut saya pasien diabetes yang mendapat insulin, tetap
dianjurkan untuk cek gula darah 3-4 kali/hari
2 Menurut saya pasien diabetes melitus dengan kondisi
baik/stabil cek gula cukup dilakukan 2-3 kali/minggu
3 Menurut saya pasien diabetes melitus yang melakukan
aktivitas tinggi, harus melakukan cek gula untuk
mengetahui terjadinya penurunan gula darah
(hipoglikemia)
4 Menurut saya jika mendapat terapi obat atau perubahan
obat, sebaiknya juga melakukan cek gula darah agar
penerimaan dosis obat yang akan diterima tepat
5 Menurut saya penderita diabetes melitus, jika saya
merasakan badan terasa lemah, mual, gemetar, dan pusing
saya akan melakukan cek gula darah
6 Menurut saya jika mendapat diet diabetes melitus dari
petugas kesehatan, sebaiknya tetap melakukan cek gula
darah agar jumlah kandungan makanan yang diterima tepat
7 Menurut saya luka yang lama sembuh, cepat haus, sering
buang air kecil, maka saya akan melakukan cek gula darah
Pengetahuan Responden
No Pertanyaan Jawaban Jawaban
Benar Salah
N % N %
1 Pasien diabetes yang mendapat insulin dianjurkan untuk cek 2 4,3 45 95,7
gula darah 2-4 kali/hari
2 Apakah pada pasien diabetes melitus dengan kondisi stabil/baik 19 40,4 28 59,6
dan tidak mendapatkan insulin, cek gula darah cukup dilakukan
2-3 kali/minggu saja
3 Pada pasien diabetes yang melakukan aktivitas tinggi sebaiknya 27 57,4 20 42,6
pemeriksaan kadar gula darah
4 Bila mendapat terapi obat atau adanya perubahan obat diabetes 19 40,4 27 59,6
melitus diperlukan pemantauan kadar gula darah guna
penyesuaian dosis dan untuk mengetahui kinerja obat
5 Penderita diabetes melitus jika badan terasa lemah, mual, 44 93,6 3 6,4
gemetar, dan pusing saya harus melakukan cek gula darah
6 Penderita diabetes melitus yang mendapatkan diet, sebaiknya 31 66,0 16 34,0
tetap melakukan cek gula darah
7 Jika ada luka lama sembuh, cepat haus, sering buang air kecil, 36 76,6 11 23,4
itu merupakan tanda saya harus melakukan cek gula darah
8 Pada penyakit yang mengalami penurunan nafsu makan, 22 46,8 25 53,2
sebaiknya melakukan cek gula darah
9 Pada pasien diabetes melitus dengan kondisi tidak stabil/buruk 36 76,6 11 23,4
sebaiknya cek gula darah dilakukan secara rutin
10 Tiga waktu pemeriksaan kadar glukosa darah perhari sudah 13 27,7 34 72,3
cukup untuk memonitoring diabetes melitus
Petugas Kesehatan
No Pertanyaan Jawaban Jawaban
Benar Salah
N % N %
1 Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan/memberikan 41 87,2 6 12,8
infomasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kadar gula
darah secara berkala atau teratur
2 Apakah petugas kesehatan memberikan anjuran kepada anda 37 78,7 10 21,3
agar melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala
atau teratur
3 Apakah petugas kesehatan memberikan konsling setelah anda 35 74,5 12 25,5
memeriksakan kondisi kesehatan anda
4 Apakah petugas kesehatan memberikan peran yang sangat 27 57,5 20 42,5
penting bagi anda untuk melakukan pemeriksaan kadar gula
darah secara berkala atau teratur
Sikap
No Pertanyaan SS S RR TS STS
F % F % F % F % F %
1 Menurut saya pasien diabetes - - 2 4,3 - - 32 68,1 13 27,7
yang mendapat insulin, tetap
dianjurkan untuk cek gula
darah 3-4 kali/hari
2 Menurut saya pasien diabetes 1 2,1 15 31,9 11 23,4 20 42,6 - -
melitus dengan kondisi
baik/stabil cek gula cukup
dilakukan 2-3 kali/minggu
3 Menurut saya pasien diabetes - - 18 38,3 21 44,7 8 17,0 - -
melitus yang melakukan
aktivitas tinggi, harus
melakukan cek gula untuk
mengetahui terjadinya
penurunan gula darah
(hipoglikemia)
4 Menurut saya jika mendapat 1 2,1 26 55,3 17 36,2 3 6,4 - -
terapi obat atau perubahan
obat, sebaiknya juga
melakukan cek gula darah
agar penerimaan dosis obat
yang akan diterima tepat
5 Menurut saya penderita 13 27,7 32 68,1 1 2,1 1 2,1 - -
diabetes melitus, jika saya
merasakan badan terasa
lemah, mual, gemetar, dan
pusing saya akan melakukan
cek gula darah
6 Menurut saya jika mendapat 3 6,4 28 59,6 9 19,1 7 14,9 - -
diet diabetes melitus dari
petugas kesehatan, sebaiknya
tetap melakukan cek gula
darah agar jumlah kandungan
makanan yang diterima tepat
7 Menurut saya luka yang lama 6 12,8 37 78,7 4 8,5 - - - -
sembuh, cepat haus, sering
buang air kecil, maka saya
akan melakukan cek gula
darah
Perilaku Monitoring Kadar Glukosa Darah
No. PDM PDM PDM PDM PDM PDM PDM TOT Kode Perilaku
Res 1 2 3 4 5 6 7 Median
= 4,00
1 0 1 1 1 1 0 1 5 2 Baik
2 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
3 1 0 0 1 1 1 0 4 1 Kurang Baik
4 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
5 0 0 0 0 1 0 1 2 1 Kurang Baik
6 0 1 0 0 1 0 1 3 1 Kurang Baik
7 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
8 0 1 0 1 0 0 0 2 1 Kurang Baik
9 0 1 1 1 1 0 1 5 2 Baik
10 0 0 1 1 1 0 1 4 1 Kurang Baik
11 0 0 0 0 1 0 0 1 1 Kurang Baik
12 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
13 0 1 1 0 1 0 1 4 1 Kurang Baik
14 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang Baik
15 1 0 0 0 0 1 1 3 1 Kurang Baik
16 0 0 0 0 0 1 1 2 1 Kurang Baik
17 0 1 0 0 1 0 1 3 1 Kurang Baik
18 0 0 0 1 1 0 1 3 1 Kurang Baik
19 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
20 0 0 1 0 1 0 0 2 1 Kurang Baik
21 0 0 0 0 1 1 0 2 1 Kurang Baik
22 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
23 0 0 0 1 1 1 1 4 1 Kurang Baik
24 0 0 0 0 1 0 0 1 1 Kurang Baik
25 0 0 1 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
26 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
27 0 0 0 0 1 1 0 2 1 Kurang Baik
28 0 0 1 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
29 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
30 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
31 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
32 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
33 0 1 1 0 1 0 1 4 1 Kurang Baik
34 0 0 0 1 1 1 1 4 1 Kurang Baik
35 0 1 0 0 1 0 1 3 1 Kurang Baik
36 0 0 1 1 1 1 1 5 2 Baik
37 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
38 0 1 0 1 1 1 1 5 2 Baik
39 0 1 1 0 1 1 1 5 2 Baik
40 0 1 1 1 1 0 0 4 1 Kurang Baik
41 0 1 0 0 1 1 1 4 1 Kurang Baik
42 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
43 0 0 1 1 1 0 1 4 2 Baik
44 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
45 0 0 0 0 1 1 1 3 1 Kurang Baik
46 0 1 1 1 1 1 1 6 2 Baik
47 0 0 1 1 1 0 0 3 1 Kurang Baik
EXPLORE
Descriptives
Median 6.00
Variance 3.864
Minimum 1
Maximum 9
Range 8
Interquartile Range 3
Median 23.00
Variance 3.793
Minimum 19
Maximum 26
Range 7
Interquartile Range 3
Median 3.00
Variance 1.737
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 1
Median 4.00
Variance 1.888
Minimum 0
Maximum 6
Range 6
Interquartile Range 2
Cases
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Cases
hasilpetugaskesehatan *
47 100.0% 0 .0% 47 100.0%
hasilperilaku
Hasil petugaskesehatan * hasil perilaku
Crosstab
hasilperilaku
kurang
baik baik Total
baik Count 26 10 36
Total Count 34 13 47
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
.001 1 .974
Association
N of Valid Casesb 47
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.04.
N of Valid Cases 47
hasilperilaku
baik Count 11 8 19
Total Count 34 13 47
N of Valid Casesb 47
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.26.
Risk Estimate
N of Valid Cases 47
Hasil pengetahuan * hasil perilaku
Crosstab
hasilperilaku
Total Count 34 13 47
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
6.972 1 .008
Association
N of Valid Casesb 47
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.98.
N of Valid Cases 47