PUSKESMAS TRENGGALEK
KABUPATEN TRENGGALEK
TAHUN 2017
BAB I
ANALISIS MASALAH
2
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat
dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif
dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia
ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat,
mandiri, aktif dan produktif secara sosial dan ekonomi sehingga
untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi pengembangan kelompok lanjut usia.
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang
mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial.
Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia
adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini
ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan
riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak
pada lanjut usia terutama adalah penyakit tidak menular antara
lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Masalah
utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan
pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya
peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping
upaya penyembuhan dan pemulihan.
Di wilayah kerja Puskesmas Trenggalek, jumlah penduduk
lansia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2015, proporsi penduduk lansia mencapai 14,55%. Masalah utama
bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan, terbatasnya akses pelayanan kesehatan baik
disebabkan oleh faktor keterbatasan lansia dalam mobilisasi
maupun akses pelayanan kesehatan yang dirasa cukup jauh. Oleh
karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan
kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan.
3
PIRAMIDA PENDUDUK WIL. KERJA
PUSKESMAS TRENGGALEK TAHUN 2015
>60 14.55
55-59 5.79
50-54 7.28
45-49 7.68
40-44 7.47
35-39 7.15
30-34 7.34
25-29 6.77
20-24 7.03
15-19 7.50
10-14 7.27
5-9 7.20
0-4 6.98
4
5 Penyakit Paru Obstruktif Kronis 13,9
(PPOK)
Sumber : SP2TP Puskesmas Trenggalek, 2015
5
BAB II
PENDEKATAN STRATEGIS
6
sangat rendah yaitu <50% sehingga saat dibahas melalui MMD
Tahun 2016 disepakati bahwa akan dibentuk posyandu lansia baru.
Sesuai Standart Pelayanan Minimal yang ditetapkan dengan
Permenkes No. 43 Tahun 2016 bahwa setiap warga negara
Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara
usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam
kurun waktu satu tahun. Dalam melaksanakan standar tersebut
Puskesmas Trenggalek mengintegrasikan UKP dan UKM dalam
kegiatan inovasi “GELAS MEMPESONA HATI” yang meliputi
kegiatan terpadu pada lansia.
7
BAB III
PELAKSANAAN DAN PENERAPAN
8
6. GELAS TIMAH (Tindak ke Rumah) dengan Koodinator
Penanggung Jawab Program Perkesmas
9
- Membantu penggerakan sasaran
kegiatan GELAS
- Bekerja sama dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
serta rencana tindak lanjut kegiatan
GELAS
5. TOKOH Membantu penggerakan masyarakat dalam
MASARAKAT pelaksanaan kegiatan GELAS
Membantu sosialisasi kegiatan GELAS
kepada masyarakat di wilayahnya
1. GELAS EMAS
a. Pengertian
GELAS EMAS (Energik, Mandiri, Aktif dan Semangat)
adalah kegiatan lansia yang berupa senam bersama. Baik
dilaksanaan bersamaan dengan posyandu ataupun
dilaksanakan secara rutin sesuai jadwal yang disepakati.
b.
c. Tujuan
Meningkatnya kesehatan dan kebugaran jasmani dan
rohani pada lansia untuk dapat mendukung lansia dalam
melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bergantung orang
lain.
10
d. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan GELAS EMAS adalah :
1. 100% posyandu lassia melaksanakan senam lansia
2. Setiap posyandu lansia mempunyai 1 kader terlatih
menjadi
3. instruktur senam lansia
e. Langkah-langkah kegiatan
1) Kegiatan GELAS EMAS di posyandu lansia
Kegiatan dilakukan sebelum pelaksanaan posyandu
Lansia. Instruktur Senam bisa dari Petugas
Puskesmas, Kader posyandu lansia atau lansia yang
sudah dilatih sebelumnya.
2) Kegiatan GELAS EMAS di Puskesmas
Di Puskesmas Trenggalek ada 2 klub senam yaitu klub
senam “Senja Mandiri” dan klub senam “Sehati”. Klub
prolanis “Senja Mandiri” terbentuk sejak tahun 2016
dilaksanakan setiap sebulan sekali pada minggu ke-4
dan saat ini beranggotakan 60 orang. Sedangkan klub
“Sehati” dibentuk mulai bulan Januari 2017 dan
beranggotakan 35 orang dengan pelaksanaan kegiatan
senam sebulan 2 kali pada minggu ke-2 dan ke-4.
11
JUMLAH POSYANDU LANSIA JUMLAH KLUB SENAM
YANG MELAKSANAKAN PUSKESMAS TRENGGALEK
SENAM LANSIA
3
15
2
10 2
11
5 1
1 5 0 1
0 0
2015 2016 2017 2015 2016 2017
20
15
15
10
5 7
0
0
2015 2016 2017
12
ada kader yang bisa melaksanakan senam bersama di
posyandu lansia secara mandiri namun dengan adanya
Program GELAS EMAS, hampir setiap posyandu lansia
mempunyai kader terlatih untuk melaksanakan senam
secara mandiri.
2. GELAS PERAK
a. Pengertian
GELAS PERAK (Perluas Akses Layanan Kesehatan)
adalah kegiatan perluasan akses layanan kesehatan para
lansia yaitu dengan menambah jumlah posyandu lansia
dari setiap Desa/Kelurahan wilayah kerja Puskesmas
Trenggalek.
b. Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina
sendiri kesehatannya
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
lansia secara optimal
3. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan untuk lansia
c. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan GELAS PERAK adalah :
1. 40% pra lansia diskrining kesehatannya
2. 70% lansia diskrining kesehatannya
d. Langkah-Langkah
13
Pembentukan posyandu lansia baru di wilayah
tentunya melalui beberapa tahapan yang berawal dari
kebutuhan masyarakat. Tahapan pembentukan posyandu
lansia yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Hasil Survei Mawas Diri (SMD) Tahun 2016 di 6
desa/kelurahan wilayah kerja Puskesmas Trenggalek
didapatkan dari semua desa/kelurahan akses layanan
kesehatan untuk lansia masih sangat rendah yaitu
<50%
2. Pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD)Tahun 2016 menyimpulkan bahwa rendahnya
akses layanan kesehatan pada lansia disebabkan
Puskesmas jauh dari tempat tinggal dan jika tidak
sakit lansia tidak akan kontrol kesehatan secara rutin.
Oleh karena itu hasil MMD disepakati bahwa akan
dibentuk posyandu lansia baru
3. Kepala Desa/Lurah menindaklanjuti dengan
musyawarah bersama warga dan petugas dari
Puskesmas untuk menentukan lokasi posyandu dan
kader posyandu lansia.
4. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang
dibukanya posyandu lansia beserta jadwal buka
posyandu lansia
3. GELAS PERUNGGU
a. Pengertian
GELAS PERUNGGU (Persingkat Waktu Tunggu) adalah
Upaya Pelayanan Kesehatan Perorangan untuk Lansia di
Puskesmas Trenggalek yang dilayani dengan Sistem One
Stop Service. Pelayanan ini memberikan kemudahan
14
pada lansia yang berobat ke Puskemas Trenggalek karena
mulai dari pendaftaran, pemeriksaan umum, konsultasi,
pemeriksaan laboratorium, pengambilan obat dan
pembayaran dilakukan di satu tempat.
b. Tujuan
Tercapainya pelayanan kesehatan perorangan yang
memberikan kenyamanan bagi lansia baik dari waktu
tunggu maupun mendukung keterbatasan fisik lansia.
c. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan GELAS PERUNGGU ADALAH :
1. 90% pelanggan merasa puas dengan pelayanan
kesehatan di Poli Lansia
d. Langkah-Langkah
Perkembangan Poli lansia dari awal terbentuk
hingga saat ini mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Perubahan tersebut tentunya dihasilkan dari
proses Trial and Error pelaksanaan poli lansia yang
dievaluasi secara berkesinambungan. Poli lansia dibuka
pada bulan September 2015 yang sebelumnya melalui
beberapa tahapan, antara lain :
1) Dilaksanakannya survey kepuasan pelanggan di
masing-masing poli yang ada di Puskesmas Trenggalek
pada bulan Mei 2015. Hasilnya pelayanan pemeriksaan
umum (BP) khususnya lansia banyak mendapatkan
keluhan karena waktu tunggu yang cukup lama.
2) Melakukan rapat internal Puskesmas untuk mengatasi
permasalahan tersebut dan didapatkan hasil
dibentuknya poli lansia untuk mengurai antrian di Poli
BP. Poli lansia dibuka pada hari Senin dan Rabu
15
dengan pertimbangan jumlah petugas yang masih
terbatas.
3) Puskesmas mensosialisasikan pembukaan Poli Lansia
kepada masyarakat melalui minilokakarya lintas
sektor, pengiriman surat edaran ke Desa/Kelurahan
wilayah kerja serta diumumkan dalam kegiatan-
kegiatan masyarakat seperti posyandu, pertemuan
kader, MMD dll.
pengobatan, pemberian obat, konsultasi dan
pembayaran dilakukan di satu tempat. Dengan komitmen
di GELAS PERUNGGU diharapkan evaluasi yang
dilakukan secara terus menerus tentang pelayanan di poli
lansia dapat menjadi masukan untuk bisa memberikan
pelayanan terbaik untuk mencapai derajat kesehatan
lansia yang optimal.
4. GELAS BEZI
a. Pengertian
GELAS BEZI (Beri Layanan Gizi) adalah kegiatan yang
mendukung pelayanan kesehatan pada lansia berupa
konsultasi gizi baik dilaksanakan di dalam gedung
maupun diluar gedung. Selain konsultasi, Program Gelas
Besi juga membina para kader posyandu lansia dalam
penyediaan PMT-Penyuluhan di Posyandu Lansia setiap
bulan.
b. Tujuan
Meningkatnya pengetahuan lansia tentang pengaturan
makanan yang berhubungan dengan penyakit-penyakit
yang belum maupun sudah diderita sehingga dapat
mendukung kualitas hidupnya.
16
c. Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan GELAS BEZI ADALAH :
1. 85% pasien di poli lansia mendapatkan konsultasi gizi
2. 50% pengunjung posyandu lansia pernah mendapatkan
konsultasi gizi.
d. Langkah-Langkah
1) Konsultasi gizi di dalam Gedung dilakukan di poli
lansia. Pasien yang mendapatkan konsultasi bisa
berasal dari rujukan Dokter maupun dari inisiatif atau
keinginan sendiri dari pasien. Konsultasi dilakukan
secara perorangan, pasien biasanya didampingi
keluarga untuk membantu mengingatkan dalam
mempraktekkan di rumah. Evaluasi hasil konseling
secara berkala juga dapat dilakukan karena umumnya
lansia dengan penyakit degeneratif akan disarankan
untuk kontrol secara rutin ke Puskesmas.
2) Konsultasi gizi di luar Gedung dilakukan di posyandu
lansia. Kegiatan ini dilakukan bersama Tim GELAS
dalam kunjungan yang sudah dijadwalkan. Konsultasi
dilakukan petugas gizi di meja 4 sesuai dengan hasil
pemeriksaan yang dilakukan seperti tekanan darah dan
gula darah. Untuk konsultasi gizi bisa juga dilakukan
kader posyandu lansia yang sudah dilatih di Puskesmas
5. GELAS GRANIT
a. Pengertian
GELAS GRANIT (Gigi Bersih dan Rapi Kini Hingga
Nanti) adalah kegiatan yang mendukung pelayanan
kesehatan pada lansia berupa screening gigi pada
17
lansia. Kegiatan ini dilaksanakan di poli lansia dan di
posyandu lansia.
b. Tujuan
Meningkatnya kondisi kesehatan lansia yang ditunjang
dengan masuknya nutrisi dari makanan dengan baik
karena fungsi gigi berjalan sebagaimana mestinya.
c. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan GELAS GRANIT adalah :
1. 85% pasien lansia di poli lansia diskreening giginya
2. 85% pengunjung posyandu lansia diskreening
giginya
d. Langkah-Langkah
1) Pemeriksaan Gigi di poli lansia merupakan
pelayanan tambahan yang didapatkan oleh semua
lansia yang berobat di poli lansia Puskesmas
Trenggalek. Petugas memeriksa kondisi gigi terlebih
dahulu, untuk pengambilan tindakan sebagai
tindak lanjut akan dikomunikasikan kepada pasien.
Jika pasien menyetujui akan dilakukan akan tetapi
jika pasien tidak setuju tindakan tidak akan
dilakukan.
2) Pemeriksaan Gigi di Posyandu Lansia dilakukan
bersama dengan Tim Gelas. Kegiatan yang
dilakukan antara lain :
Ø DENIGILA (Deteksi Dini Gigi Lansia), kegiatan
ini dilakukan dengan tujuan melakukan
tindakan awal yang dapat mencegah terjadinya
kesakitan gigi. Dengan adanya deteksi dini atau
skreening awal, lansia diberikan gambaran
tentang kondisi giginya sehingga dapat
memutuskan apa yang terbaik untuk dilakukan.
Pelaksanaan DENIGILA juga melibatkan kader
18
posyandu lansia, melalui Pertemuan Bimbingan
Teknis Deteksi Dini Gigi Lansia, kader dibina
tentang cara melakukan screening gigi. Dalam
pelaksanaan screning dilengkapi pula dengan
Kartu DENIGILA.
6. GELAS TIMAH
a. Pengertian
GELAS TIMAH (Tindak ke Rumah) adalah kegiatan
yang dilakukan dengan mengunjungi lansia yang
mengalami permasalahan kesehatan. Kegiatan
dilakukan oleh petugas dan kerjasama dengan
kader maupun perangkat desa. Kunjungan bisa
dilakukan pada lansia yang mempunyai penyakit
degeneratif, lansia yang tidak mau ke posyandu
lansia maupun lansia yang mengalami kesulitan
dalam mobilisasi.
19
b. Tujuan
Meningkatnya kondisi kesehatan lansia dengan
adanya pemantauan kesehatan sampai ke rumah
c. Indikator Keberhasilan
Indikator kebrhasilan GELAS TIMAH adalah :
1. 80% lansia kondisi rawan dilakukan kunjungan
rumah
d. Langkah-Langkah
Kunjungan ke rumah dilakukan petugas dengan
dasar informasi dari Puskesmas (pasien yang
berobat ke Puskesmas dan memerlukan
pemantauan tindak lanjut) serta informasi dari
masyarakat sekitar. Saat mengunjungi pasien,
petugas bersama dengan kader dan perwakilan dari
desa sebagai bentuk kepedulian terhadap warga.
BAB IV
Dampak Sebelum dan Sesudah Pelayanan Inovasi
16
14 15
12
10
8
6 7
4
2 0
0
2015 2016 2017
21
Program GELAS EMAS, hampir setiap posyandu lansia
mempunyai kader terlatih untuk melaksanakan senam
secara mandiri.
12
490
7
5 248
156
22
sesuai yang dibutuhkan. Screening dilaksanakan oleh Tim
GELAS.
Hasil skreening kesehatan lansia adalah sbb :
1. Instrumen A
Instrumen A dilakukan untuk menilai aktifitas
keseharian yang dapat dilakukan oleh para lansia
sebagai alat ukur kualitas hidupnya. Metode yang
digunakan adalah wawancara langsung pada lansia
sesuai kuesioner Activity Daily Living. Nilai dari setiap
jawaban pertanyaan akan dijumlah dan skornya akan
menentukan termasuk dalam kategori Ketergantungan
Total, Ketergantungan Berat Ketergantungan Sedang,
Ketergantungan Ringan atau Mandiri.
DESA/ INSTRUMEN A
NO. POSYANDU DIPERIKSA
KELURAHAN KT KB KS KR M
1 SEHATI SUMBERGEDONG 38 1 37
2 VETERAN SUMBERGEDONG 39 7 32
3 ABIMANYU KELUTAN 16 3 13
4 SRIKANDI KELUTAN 10 6 4
6 BIMA TAMANAN 19 4 15
7 ARJUNA KARANGSOKO 11 1 10
9 LARASATI TAMANAN 39 2 37
Keterangan :
Skor 0-4 = Ketergantungan Total (KT)
Skor 5-8 = Ketergantungan Berat (KB)
Skor 9-11 = Ketergantungan Sedang (KS)
Skor 12-19 = Ketergantungan Ringan (KR)
23
Skor >20 = Mandiri
Dari hasil screening instrumen A, sebanyak 88,5 %
lansia termasuk kategori Mandiri dan 11,4% termasuk
kategori Ketergantungan ringan.
2. Instrumen B
Instrumen B dilakukan untuk menilai keseimbangan
para lansia yang menunjang mobilitasnya. Metode yang
digunakan adalah “Rhomberg Tes” dengan kriteria
penentuan yaitu Keseimbangan kurang dan
keseimbangan baik.
1 SEHATI SUMBERGEDONG 38 8 30
2 VETERAN SUMBERGEDONG 39 9 30
3 ABIMANYU KELUTAN 16 2 14
4 SRIKANDI KELUTAN 10 7 3
NDORO
5 NGANTRU 25 5 20
SUTAN
6 BIMA TAMANAN 19 3 16
7 ARJUNA KARANGSOKO 11 1 10
NGUDI
8 KARANGSOKO 39 9 10
WARAS
9 LARASATI TAMANAN 39 1 38
Keterangan :
+ = Keseimbangan Kurang (KK)
- = Ketergantungan Berat (KB)
24
Dari hasil screening instrumen B, sebanyak 19 % lansia
termasuk Keseimbangan kurang dan 72,4% termasuk
Keseimbangan baik.
3. Instrumen C
Instrumen C dilakukan untuk mengetahui fungsi
kognitif para lansia dengan menilai test-test fungsional
intelegensi dengan Tes MMSE, Mini Cog, Clock Drawing
Test dan Trial Making Test. Nilai dari masing-masing
test akan dijumlah dan skornya dikategorikan dalam
Penurunan Kognitif dan Kognitif Baik.
DESA/ INSTRUMEN C
NO. POSYANDU DIPERIKSA
KELURAHAN PK KOB
1 SEHATI SUMBERGEDONG 38 7 31
2 VETERAN SUMBERGEDONG 39 2 37
3 ABIMANYU KELUTAN 16 2 14
4 SRIKANDI KELUTAN 10 4 6
NDORO
5 NGANTRU 25 8 17
SUTAN
6 BIMA TAMANAN 19 7 12
7 ARJUNA KARANGSOKO 11 0 11
NGUDI
8 KARANGSOKO 39 10 29
WARAS
9 LARASATI TAMANAN 39 10 29
Keterangan :
Skor 1-23 = Penurunan Kognitif (KF)
Skor 24-30 = Kognitif Baik (KB)
25
Hasil Screening Instrumen C, 21% lansia mengalami
penurunan kognitif dan 78% lansia dalam kognitif baik.
4. Instrumen D
Instrumen D dilakukan untuk mengetahui adanya
penyakit dan handycap yang diderita para lansia.
Penilaian dilakukan dengan dengan wawancara dan
hasilnya dikategorikan menjadi Beresikodan Tidak
Beresiko.
INSTRUMEN D
NO. POSYANDU DESA DIPERIKSA
B TB
1 SEHATI SUMBERGEDONG 38 22 16
2 VETERAN SUMBERGEDONG 39 30 9
3 ABIMANYU KELUTAN 16 6 10
4 SRIKANDI KELUTAN 10 2 8
NDORO
5 NGANTRU 25 13 12
SUTAN
6 BIMA TAMANAN 19 7 12
7 ARJUNA KARANGSOKO 11 9 2
NGUDI
8 KARANGSOKO 39 4 35
WARAS
9 LARASATI TAMANAN 39 30 9
Keterangan :
+ = Beresiko (B)
- = Tidak Beresiko (TB)
Hasil Screening Instrumen D, 52% lansia termasuk
Beresiko dan 48% lansia ternasuk Tidak Beresiko.
5. Instrumen E
Instrumen E dilakukan untuk menilai emosi pada
lansia dengan menggunakan metode Hamilton
26
Depression Test. Dari setiap pertanyaan akan diskor
dan jumlahnya dikategorikan dalam Emosi normal,
Depresi Ringan, Depresi Sedang dan Depresi Berat.
INSTRUMEN E
NO. POSYANDU DESA DIPERIKSA
EN DR DS DB
1 SEHATI SUMBERGEDONG 38 38
2 VETERAN SUMBERGEDONG 39 39
3 ABIMANYU KELUTAN 16 16
4 SRIKANDI KELUTAN 10 10
6 BIMA TAMANAN 19 19
7 ARJUNA KARANGSOKO 11 11
9 LARASATI TAMANAN 39 39
Keterangan :
Skor 0-4 = Emosi Normal (EN)
Skor 5-8 = Depresi Ringan (DR)
Skor 9-11 = Depresi Sedang (DS)
Skor 12-15 = Depresi Berat (DB)
Hasil Screening instrumen E, 100 % lansia termasuk
kategori emosi normal
27
Dari grafik diatas dapat disimpulkan jumlah
kunjungan pasien lansia ke poli lansia cenderung
meningkat dari bulan ke bulan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pasien merasa nyamanan dan
percaya dengan pelayanan pengobatan di Poli Lansia
Puskesmas Trenggalek.
Sebagai wujud komitmen GELAS PERUNGGU pada
tahun 2017 di Puskesmas Trenggalek, Poli Lansia dilayani
di Rumah Sehat Lansia dengan tetap menggunakan
sistem One Stop Service serta tambahan pelayanan Poli
Gigi dan Poli Gizi.
28
Grafik diatas menunjukkan bahwa rata-rata 90%
pasien poli lansia telah mendapatkan konsultasi gizi.
Dengan konsultasi gizi diharapkan proses pengobatan
lansia bisa lebih optimal. Selain itu kondisi lansia akan
bisa dipantau melalui kepatuhan dietnya.
29
6) Hasil Kegiatan Gelas Timah
Berikut ini data kunjungan rumah lansia resiko
tinggi selama tahun 2016
15
14
13
12
11
8
7
5
2 0 1 2
2015 2016
30
BAB V
KEBERLANJUTAN
31
dapat mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri, aktif,
produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat
c. Perlu pelaksanaan berkelanjutan untuk dapat mencapai
tujuan GELAS MEMPESONA HATI dengan :
1. Promosi Kesehatan yang optimal
2. Pemberdayaan Masyarakat yang optimal
3. Kerja sama lintas program dalam Puskesmas
4. Komitmen semua pihak khususnya lintas sektor terkait
(Forpimcam, 3 pilar Desa/Kel, Organisasi Masyarakat,
Kader)
5. Dukungan dana baik dari pemerintah, swasta maupun
dunia usaha
32
f. Penggalangan dana dari berbagai unsur baik masyarakat
maupun pemerintah dan swasta untuk mendukung
pelayanan pada lansia
33