Disusun Oleh:
181148201029
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA) (Kemenkes
RI, 2011). Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi, yang terutama menyerang
parenkim paru. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare, 2002). Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Meskipun jumlah kematian
akibat Tuberculosis menurun 22% antara tahun antara tahun 2000-2015, namun
tuberculosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi didunia pada
tahun 2016. Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia
dan menjadi salah satu tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals)
(Susenes, 2017).
Menurut Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 menunjukkan
9 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB Paru. Pada tahun 2014 mengalami
kenaikan menjadi 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB Paru. Pada tahun 2014,
jumlah kasus TB Paru terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia
Tenggara (28%) dan wilayah Mediterania Timur (17%) (WHO, 2015) sedangkan data
World Health Organization, jumlah kasus baru tuberkulosis (TBC) pada tahun 2015
mencapai 10,4 juta jiwa, meningkat dari sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah
temuan TB Paru terbesar adalah di India sebanyak 2,8 kasus, diikuti Indonesia sebanyak
1,02 juta kasus dan Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus. Pada tahun 2016 diketahui
terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC yang setara dengan 120 kasus per 100.000
penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China,
Philipina dan Pakistan. Sementara itu jumlah kasus baru TB Paru di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah kasus baru TB Paru tahun 2017 pada laki-laki sebesar 245.298 dan perempuan
sebesar 175.696 atau 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan.
Menurut Data rekam medik Rumah Sakit Abdul Wahab sjahranie didapatkan
jumlah pasien Tuberkulosis sebanyak 553 orang dari 33.241 pasien yang di rawat atau
sekitar 1,66% dari seluruh pasien pada tahun 2017.
Tuberculosis (TB) Paru akan menimbulkan dampak secara langsung bagi
penderita yaitu kelemahan fisik, batuk terus menerus, sesak napas, nyeri dada, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, keringat dimalam hari dan panas tinggi
sedangkan dampak bagi keluarga yaitu penderita TB Paru yang tidak diobati akan
menularkan kuman TB pada keluarganya, dan akan sangat sulit jika penderita TB tinggal
dalam satu rumah dengan banyak orang (Jurnal Ilmu Keperawatan).
Dalam konteks pengendalian tuberkulosis paru atau TB paru, kepatuhan terhadap
pengobatan dapat didefinisikan sebagai tingkat ketaatan pasien yang memiliki riwayat
pengambilan obat terapeutik terhadap resep pengobatan. Kepatuhan rata-rata pasien pada
pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di Negara maju hanya 50 %
sedangkan di Negara berkembang, jumlahnya jauh lebih rendah. Berdasarkan Global
Tuberculosis Control WHO Report 2007, Indonesia sebagai Negara yang sedang
berkembang, berada di peringkat ketiga jumlah kasus tuberkulosis tersebar di dunia
(528.000 kasus) setelah India dan Cina. Dalam laporan serupa tahun 2009, Indonesia
mengalami kemajuan menjadi peringkatan kelima (429.730 kasus) setelah India, Cina,
Afrika Selatan dan Nigeria.
Tingkat kepatuhan pemakaian obat TB paru sangatlah penting, karena bila
pengobatan tidak dilakukan secara teratur dan tidak sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan maka akan dapat timbul kekebalan (resistence) kuman tuberkulosis terhadap
Obat Anti tuberkulosis (OAT) secara meluas atau disebut dengan Multi Drugs
Resistence (MDR). Keberhasilan pengobatan TB Paru sangat dipengaruhi akan
kepatuhan dalam berobat dan permasalahan kepatuhan pasien penyakit TB Paru banyak
dipengaruhi faktor. Faktor yang dapat memengaruhi tingkat kepatuhan seseorang untuk
meminum obat, yaitu: usia, pekerjaan, waktu luang, pengawasan, jenis obat, dosis obat,
pengetahuan, sikap dan penyuluhan dari petugas kesehatan.
Keberhasilan pengobatan tuberkulosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan memengaruhi
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan
muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberkolosis yang
resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar
pengendalian obat tuberkulosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya
angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis (Amin&Bahar, 2007).
Pengetahuan dan sikap menjadi faktor kepatuhan seseorang dalam minum obat.
Demikian pula ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah pengetahuan,
faktor komunikasi, fasilitas kesehatan, faktor penderita termasuk persepsi dan motivasi
individu. Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan seseorang. Pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Pasek&Made, 2013).
Dukungan keluarga berpengaruh pada kepatuhan minum obat pada pasien
tuberkulosis dalam fase intensif. Kecenderungan penderita untuk bosan dan putus
berobat saat pengobatan karena sudah memakan waktu yang lama merupakan salah satu
faktor ketidakpatuhan itu sendiri. Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan
sosial. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan
(suami/istri), orang tua, anak dan sanak keluarga. Secara fungsional dukungan sosial
mencakup dukungan emosional dengan mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi
nasihat atau informasi dan pemberi bantuan material.
Petugas kesehatan dapat memantau terjadinya efek samping dengan cara
mengajarkan kepada pasien unuk mengenal keluhan dan gejala umum efek samping serta
menganjurkan mereka segera melaporkan kondisinya kepada petugas kesehatan. Selain
daripada hal tersebut, petugas kesehatan harus selalu melakukan pemeriksaan dan aktif
menanyakan keluhan pasien pada saat mereka datang ke fasyankes untuk mengambil
obat. Seorang petugas kesehatan harus memberikan dorongan motivasi kepada penderita
tuberkulosis paru untuk teratur berobat (Kemenkes, 2014).
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya angka
kegagalan pengobatan penderita TB paru, sehingga akan meningkatkan resiko kesakitan,
kematian, dan menyebabkan semakin banyak ditemukan penderita TB paru dengan Basil
Tahan Asam (BTA) yang resisten dengan pengobatan standar. Pasien yang resisten
tersebut akan menjadi sumber penularan kuman yang resisten di masyarakat. Hal ini
tentunya akan mempersulit pemberantasan penyakit TB paru di Indonesia serta
memperberat beban pemerintah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan dukungan keluarga dan petugas kesehatan dalam kepatuhan
minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru di Rumah Sakit Abdul Wahab
sjahranie.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan petugas
kesehatan dalam kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru di
Rumah Sakit Abdul Wahab sjahranie.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran dukungan yang diberikan keluarga pada pasien TB paru.
b. Mengetahui gambaran dukungan yang diberikan petugas kesehatan pada pasien
TB paru.
c. Menggambarkan karakteristik keluarga penderita TB paru di wilayah kerja
Rumah Sakit Abdul Wahab sjahranie (umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan).
d. Menganalisis tingkat pengetahuan pasien TB paru terkait kepatuhan dalam
minum OAT.
e. Mengidentifikasi pengetahuan pengobatan pasien TB paru di RS Abdul Wahab
Sjahranie.
f. Membuktikan hubungan dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan
terkait kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru di Rumah
Sakit Abdul Wahab sjahranie.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan memperkaya wawasan dalam bidang kefarmasian, tenaga kesehatan
lainnya serta masyarakat umum untuk dijadikan sumber informasi terkait dengan
kepatuhan pasien TB paru dalam minum OAT.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
memperkaya wawasan dalam bidang kefarmasian, tenaga kesehatan lainnya serta
masyarakat umum untuk dijadikan sumber informasi terkait dengan kepatuhan
pasien TB paru dalam minum OAT.
2. Dukungan Keluarga
a. Pengertian
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat
penerima dukungan akan merasa disayangi, dihargai, dan tentram (Taylor, 2006).
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam menentukan kepatuhan
pengobatan, jika dukungan kluarga diberikan pada pasien TB Paru maka akan
memotivasi pasien tersebut untuk patuh dalam pengobatannya dan meminum obat
yang telah diberikan oleh petugas keschatan. Sejumlah orang lain yang potensial
memberikan dukungan tersebut disebut sebagai significant other, misalnya
sebagai seorang istri significant other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua,
dan saudara-saudara.
Friedman (1998), berpendapat orang yang hidup dalam lingkungan yang
bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki
lingkungan suportif. Dalam hal ini, penting sekali bagi pasien TB Paru untuk
berada dalam lingkungan keluarga yang mendukung kesehatannya, sehingga
pasien TB Paru akan selalu terpantau kesehatannya. Dukungan keluarga mengacu
kepada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu
yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan bisa digunakan atau tidak
digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
b. Sumber Dukungan
Sumber dukungan keluarga dapat berupa:
1. Dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami (memberikan
kepedulian, cinta dan memberikan kenyamanan), orang tua, mertua dan
dukungan dari keluarga kandung.
2. Dukungan keluarga eksternal, yaitu dukungan keluarga eksternal bagi
keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).
c. Jenis Dukungan
Menurut Friedman (1998), dan Bomar (2004), menjelaskan 4 jenis
dukungan keluarga, yaitu:
1. Dukungan emosional: yaitu mengkomunikasikan cinta, peduli, percaya pada
anggota keluarganya (pasien TBC). Keluarga sebagai sebuah tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Jenis dukungan ini dilakukan melibatkan ekspresi rasa
empati, peduli terhadap seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman,
membuat individu merasa lebih baik. Individu memperoleh kembali
keyakinan diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat mengalami
stres. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social support jenis ini
akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
2. Dukungan instrumental: yaitu membantu orang secara langsung mencakup
memberi uang dan tugas rumah. Dukungan instrumental ini mengacu pada
penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis. Taylor (2006) menyatakan pemberian dukungan
instrumental meliputi penyediaan pertolongan finansial maupun penyediaan
barang dan jasa lainnya. Jenis dukungan ini relevan untuk kalangan ekonomi
rendah. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
diantaranya kesehatan pasien TBC dalam hal ketaatan pasien TBC dalam
berobat dengan membantu biaya berobat, istirahat, serta terhindarnya pasien
TBC dari kelelahan.
3. Dukungan informasi: Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah memberikan
nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian informasi. Keluarga berfungsi
sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) infomasi tentang dunia.
Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menckan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumban gkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Keluarga menceritakan cara menolong agar dapat mendefinisikan suatu
informasi untuk mengetahui hal-hal untuk orang lain. Diantaranya
memberikan nasehat terkait pentingnya pengobatan yang sedang dijalani dan
akibat dari tidak patuh dalam minum obat.
4. Dukungan penghargaan: jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan
penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu lain. Dalam hal ini keluarga bertindak
sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi
perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
Membantu orang belajar tentang dirinya sendiri dan menjadi seseorang pada
situasi yang sama atau pengalaman yang serupa, mirip dalam berbagai cara
penting atau membuat perasaan dirinya didukung oleh karena berbagai
gagasan dan perasaan.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan gambaran dari struktur penelitian yang dijabarkan dalam
bentuk skema. Kerangka konsep ini terdiri dari variable bebas (independen) dan variable
terikat (dependen). Kerangka konsep dari penelitian ini adalah uraian dari hubungan
dukungan keluarga dan petugas kesehatan dalam kepatuhan minum obat anti
tuberkulosis pada pasien TB paru di Rumah Sakit Abdul Wahab sjahranie.
Variable Independen
Keterangan:
Beauty A.L. (2016). Hubungan Antara Persepsi dan Dukungan Keluarga dengan
Dita P. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosis Paru di Ruang Seruni
Sirait H, Sirait A, & Saragih L.F. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Teladan Medan. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan. Vol 5
No 1 Juni.
Pameswari P, Halim A, & Yustika L. (2016). Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada
Mulia Madiun.
Indiyah (2018). Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita
Ulfah M. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada