PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru, pada tahun
2002 sebanyak 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif dalam dahak.
Regional WHO jumlah terbesar kasus TB Paru di dunia ada di benua Afrika
dan Asia, bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Asia Afrika ditemukan kasus TB Paru 2 kali lebih besar dari
dan 2,3 juta setiap bulan. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa
625.000 orang dan angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per
Paru setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB
setelah jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
tiap tahunnya. Di Provinsi Sulawesii Tenggara tahun 2016 jumlah kasus baru
2.830 kasus dari total 5.763 kasus dan keberhasilan pengobatan sebanyak
Untuk Kota Baubau, jumlah penderita TB Paru terdapat sebanyak 118 kasus
fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan
obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan (Smeltzer
Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang
yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya
kuman tuberkulosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan
penyakit tuberkulosis.
terhirup olah orang yang mengalami kontak langsung maupun tidak langsung
sebagian besar terjadi pada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
bosan karena harus minum obat dalam waktu yang lama seseorang penderita
selesai hal ini dikarenakan penderita belum memahami bahwa obat harus
mengenai pentingnya keteraturan minum obat serta akibat efek samping dari
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, misalnya
Dari hasil pra survey pada tahun 2015 di Wilayah kerjaa Puskesmas
Paru berjumlah 21, pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu klien yang
Hasil penelitian ini , pada tahun 2021 dengan judul "Hubungan Tingkat
Kerja Puskesmas Meo-meo Tahun 2021 " memberikan hasil bahwa terdapat
TB Paru dengan p value 0,000, dengan OR: 4.21 dimana pada pasien dengan
pengetahuan yang kurang baik mememiliki peluang 4 kali lebih besar dengan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka hal itu menjadi dasar bagi
B. Rumusan Masalah
tingginya kasus TB paru di Indonesia 3-4% secara nasional tiap tahunnya dan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tahun 2021.
E. Manfaat Penelitian
2. Aplikatif
bahan referensi atau bacaan bagi peneliti lain dikemudian hari terutama
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Teoritis
1. TB Paru
a. Pengertian
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer dan Bare,
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam
b. Etiologi
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.Kuman ini tahan hidup pada udara kering
es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
c. Patofisiologi
Basil TB dalam
makrofag alveolus
Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen
Sel T spesifik Respons imun seluler
gagal atau inadekuat
Makrofag aktif.
Membunuh/menghambat TB-aktif
basil TB (penyakit)
nuclei yang ukurannya kurang dari 5 mikro meter akan menembus lapisan
menempel pada saluran nafas atas. Sistem imun tubuh akan berespon
Dari penyebaran tersebut sel T spesifik dalam tubuh akan membunuh atau
menyebabkan nyeri dada yang serius terutama ketika sedang batuk dan
bernafas.
4) Malaise, akibat adanya rasa nyeri di dada dan tidak nafsu makan
nafsu makan.
malam hari adalah salah satu cara tubuh melindungi dari penyakit.
(Sudoyono, 2006)
e. Penatalaksanaan
konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R),
Panduan Fase
Klasifikasi dan Tipe Penderita Fase Awal
OAT Lanjutan
Kategori I - BTA (+) paru 2 HRZS (E) 4 RH
- Sakit berat : BTA (-) luar paru 2 RHZS (E) 4R3H3
Kategori II Pengobatan Ulang :
- Kambuh BTA (+) 2 RHZES/1RHZE 4 RH
- Gagal 2 RHZES/1RHZE 4R3H3
Kategori III - TB paru BTA (-) 2 RHZ 4 RH
- TB luar paru 2 RHZ/2R3H3Z3 4R3H3
Keterangan : 2 RHZ : tiap hari selama 2 bulan
Dosis
Obat
Setiap Hari Dua Kali/Minggu Tiga Kali/Minggu
ISONIAZID 5 mg/kg max 300 mg 15 mg/kg max 900 mg 15 mg/kg max 900 mg
RIFAMPISIN 10 mg/kg max 600 mg 10 mg/kg max 600 mg 10 mg/kg max 900 mg
PIRAZINAMID 15-30 mg/kg max 2 g 50-70 mg/kg max 4 g 50-70 mg/kg max 3 g
ETAMBUTOL 15-30 mg/kg max 2,5 g 50 mg/kg max 4 g 25-30 mg/kg
STREPTOMISIN 15 mg/kg max 300 1 g 25-30 mg/kg max 1,5mg 25-30 mg/kg max 1 mg
Dilakukan jika :
a) Semua pasien yang mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap
positif
konservatif
yaitu:
a. Pencegahan penularan
4) Makan-makanan bergizi
teratur.
diperlukan
3) Memberikan makanan bergizi
jam/hari
c. Akibat lanjut
d. Pengobatan
6 bulan asalkan pasien makan obat secara teratur sesuai dengan anjuran
dokter.
minum obat
a. Faktor Umur
umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-
50tahun.
Dibenua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996
penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada
paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-
terjangkitnya TB paru.
3.Tingkat Pendidikan
maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan
jenis pekerjaannya.
4.Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debudi daerah
UMR akan mengkonsumsi makanan dengankadar gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang
kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB
Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang
kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan
5.Kebiasaan Merokok
terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok diIndonesia
per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di
berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok
KERANGKA TEORI
Kerangka konsep adalah suatu uraian atau hubungan antara konsep satu
terhadap konsep yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka konsep
Gambar 2.1
B. Hipotesis
Tahun 2021.
Tahun 2021.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mempelajari dinamika korelasi antara faktor faktor risiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
1. Lokasi Penelitian
dari tahun 2015 ke tahun 2017 meningkat dan belum pernah dilakukannya
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Tahun 2021.
C. Rancangan Penelitian
antara faktor faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach)
(Notoatmodjo, 2010).
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
E. Variabel Penelitian
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. Variabel dalam
suatu penelitian ada dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Definisi Operasional
Cara Skala
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur Ukur
1 TB paru Penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru.
2. Pengetahuan Segala sesuatu yang Angket Kuisoner 0. Baik (> 56%) Ordinal
diketahui akseptor TB 1. Kurang baik
paru, meliputi: (< 56%)
a. Pengertian TB Paru
b. Penyebab TB Paru (Arikunto, 2002)
c. Tanda dan Gejala TB
Paru
d. Penularan TB paru
e. Pencegahan TB paru
f. Pengobatan
G. Alat Ukur
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih baik. Salah satu bentuk
instrumen penelitian adalah angket, yang berisi nama, subjek dan beberapa gejala
a. Variabel Pengetahuan
b. Variabel sikap
H. Pengumpulan Data
dikelompok sesuai dengan variabel yang diteliti dalam bentuk tabulasi yang
SPS. Setalah diperoleh hasil penelitian, maka kemudian disusun laporan hasil
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh
pengisian.
2. Coding
a. Variabel Pengetahuan
b. Variabel sikap
3. Prosessing
pengkodean, maka selanjutnya memproses data agar data yang sudah di-
J. Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
1. Analisa Univariat
tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil kuisioner yang telah diisi
2. Analisa Bivariat
dilakukan dengan uji hipotesis dilakukan dengan uji analisis uji chi