Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden

a. Distribusi jumlah responden berdasarkan karakteristik responden

Tabel 4.1.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Karakteristik responden pada keluarga
di Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau
Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-Laki 18 60,0
Perempuan 12 40,0
Umur
26-35 tahun 10 33,3
36-45 tahun 11 36,7
46-55 tahun 7 23,3
56-65 tahun 2 6,7
Pendidikan
SD 7 23,3
SMP 8 26,7
SMA 13 43,3
Perguruan Tinggi 2 6,7
Pekerjaan
Bekerja 21 70,0 42
Tidak Bekerja 9 30,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dari 30 jumlah responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (60%), sedangkan responden yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 12 orang (40%). Sedangkan paling banyak responden berumur antara

36-45 tahun sebanyak 11 orang (36,7%), sedangkan paling kurang responden yang berumur

antara 56-65 tahun sebanyak 2 orang (6,7%). Berdasarkan pendidikan paling banyak

responden dengan pendidikan SMA sebanyak 13 orang (43,3%), dan paling kurang

responden dengan perguruan tinggi sebanyak 2 orang (6,7%). Sedangkan berdasarkan

41
pekerjaan responden paling banyak dengan bekerja sebanyak 21 orang (70%), dan yang tidak

bekerja sebanyak 9 orang (30%).

2. Analisa univariat

a. Gambaran jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan keluarga

Tabel 4.2.
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau
Tingkat pengetahuan
Frekuensi Persentase
keluarga
Baik 11 36,7
Cukup 10 33,3
Kurang 9 30,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.2. pada hasil penelitian ini dari 30 jumlah responden

paling banyak dengan pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,7%), dan

paling kurang dengan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (30%).

b. Gambaran jumlah responden berdasarkan perilaku pencegahan penularan TB Paru

Tabel 4.3
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan perilaku pencegahan penularan TB Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau
Perilaku pencegahan
Frekuensi Persentase 49
penularan TB Paru
Mendukung 13 43,3
Tidak mendukung 17 56,7
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.3. pada hasil penelitian ini dari 30 jumlah responden

dengan perilaku pencegahan penularan TB Paru paling banyak dengan tidak

mendukung sebanyak 17 responden (56,7%), sedangkan yang mendukung

sebanyak 13 responden (43,3%).

3. Analisa bivariat

a. Analisa hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan

penularan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau.


Tabel 4.4.
Analisis hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan
penularan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau
Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru
Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang P
Keluarga N
n % n % n %
Mendukung 11 84,6 1 7,7 1 7,7 13
Tidak Mendukung 0 0 9 5,.9 8 47,1 17 0,000
Total 11 36.7 10 333 9 30,0 30
*Sumber : uji chi-square

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden yang pengetahuan keluarga

baik dengan perilaku pencegahan TB paru mendukung sebanyak 11 responden (84,6%)

dibandingkan dengan pengetahuan kurang dengan perilaku pencegahan TB paru mendukung

sebanyak 1 responden (7,7%). Sedangkan responden yang pengetahuan keluarga kurang

dengan perilaku pencegahan TB paru tidak mendukung sebanyak 8 responden (47,1%)

dibandingkan dengan pengetahuan cukup dengan perilaku pencegahan50TB paru tidak

mendukung sebanyak 9 responden (52,9%).

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai significancy

sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan tingkat

pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan penularan TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Meo-meo Kota Baubau”.

B. Pembahasan

a. Tingkat pengetahuan keluarga

Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa dari 30 jumlah responden paling

banyak dengan pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,7%), dan paling kurang dengan

pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (30%). Menurut asumsi peneliti pengetahuan

seseorang mempengaruhi perilaku individu. Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang

kesehatan maka akan semakin tinggi kesehatan. Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat

Notoatmodjo yang mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan tahap awal bagi


seseorang yang berbuat sesuatu seperti keyakinan atau kepercayaan, saran, dan dorongan/

motivasi. Pengetahuan yang baik dalam penelitian ini adalah wawasan atau pemahaman yang

dimiliki responden tentang penyakit TB dan upaya pencegahannya yang mencakup

pengertian, penyebab, penularan, tanda dan gejala, komplikasi, faktor risiko dan tindakan

pencegahan penyakit TB. Sedangkan pengetahuan yang cukup dalam penelitian ini dapat

diartikan bahwa responden memiliki pemahaman yang cukup tentang penyakit TB dan upaya

pencegahannya seperti pengertian, tanda gejala, penularan dan beberapa upaya pencegahan.

Pengetahuan yang kurang dalam penelitian ini adalah responden memiliki pemahaman yang

kurang tentang penyakit TB dan upaya pencegahannya seperti tentang pengertian,

komplikasi, faktor risiko dan beberapa upaya pencegahan. Hal ini dikarenakan responden

kurang mendapatkan informasi tentang penyakit tuberkulosis dari media massa maupun dari

Puskesmas karena responden jarang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan di Puskesmas.

Pengetahuan yang baik mengenai upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

akan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan

penyakit tuberkulosis. Masyarakat dengan pengetahuan yang baik diharapkan dapat

melakukan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang tepat. Kesadaran akan tumbuh pada

masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis jika warga mempunyai

pengetahuan yang baik.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maria, 2020) dengan judul hubungan

pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan penularan tuberculosis paru di wilayah

kerja Puskesmas Martapura II. menunjukkan bawah anggota keluarga yang memiliki

pengetahuan baik tentang pencegahan penularan TB Paru sebanyak 86,7% dan keluarga yang

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 13,3%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Andriani et.al., 2020) menunjukkan bahwa Hasil dari distribusi berdasarkan pengetahuan

ialah sebagian besar responden berada pada kategori baik dengan jumlah 30 responden
dengan presentasi (76,9%), kategori kurang yang berjumlah 6 responden dengan presentase
52
(15,4%) dan sebagian kecil pada katagori cukup berjumlah 3 orang dengan presentase

(7.7%).

Pengetahuan tentang TB paru Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Fitriani,

2011).

Menurut (Febriansyah, 2017) menjelaskan bahwa sumber informasi yang diperoleh

dari berbagai sumber maka seseorang cenderung mempunyai pengetahuan yang luas.

Pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahannya yang didapatkan oleh

responden berasal dari berbagai sumber, seperti buku, media massa, penyuluhan atau

pendidikan dan melalui kerabat. Adanya informasi baru mengenai suatu hal dari media massa

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi dan makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Faktor umur, minat dan

pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan individu, bertambahnya umur seseorang

menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Minat yang merupakan

kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu menjadikan seseorang untuk

mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Pengetahuan

yang diperoleh dapat digunakan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, apabila

berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi

cara tersebut (Habibah et.al., 2018).


53

Informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang

memiliki pendidikan yang rendah tapi jika mendapatkan informasi yang baik dari berbagai

media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Pengetahuan responden

tentang TB paru adalah sejauh mana responden mengetahui tentang pengertian, penyebab,

tanda dan gejala, pengobatan serta pencegahan penularan TB paru (Florida et.al., 2016).

b. Perilaku pencegahan penularan TB Paru

Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa dari 30 jumlah responden dengan perilaku

pencegahan penularan TB Paru paling banyak dengan tidak mendukung sebanyak 17

responden (56,7%), sedangkan yang mendukung sebanyak 13 responden (43,3%). Menurut

peneliti perilaku dapat terdiri dari pengetahuan dan tindakan, pengetahuan penderita TB Paru

yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap

perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penularan
54 bagi orang

disekelilingnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maria, 2020) dengan judul hubungan

pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan penularan tuberculosis paru di wilayah

kerja Puskesmas Martapura II. Menunjukkan Perilaku Keluarga dalam Pencegahan Penularan

TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura II menunjukan bahwa 83,3% memiliki

perilaku positif dan 16,7% memiliki perilaku negatif dalam pencegahan penularan penyakit

TB Paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriani et.al., 2020, menunjukkan bahwa

hasil penelitian dari 39 responden diketahui responden yang melakukan pencegahan yang

baik yaitu berjumlah 29 responden (74,3%) sedangkan yang memiliki perilaku cukup baik

yaitu berjumlah 10 responden (25,7%).


Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang

dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung (Florida et.al., 2016). Perilaku

terbentuk dalam diri seseorang berasal dari 2 faktor utama yakni faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri seseorang atau faktor lingkungan fisik maupun

non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Sedangkan faktor internal

adalah faktor yang datang dari dalam diri seseorang. Faktor internal dapat berupa perhatian,

sugesti dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Pencegahan penyakit merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan.

Perawatan pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan termasuk program

pendidikan kesehatan khusus, yang dibuat untuk membantu klien menurunkan risiko sakit,

mempertahankan fungsi yang maksimal, dan meningkatkan kebiasaan yang berhubungan

dengan kesehatan yang baik (Perry & Potter,2005). Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

dilakukan untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tuberkulosis.

55 yang pernah
Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis dalam penelitian ini adalah tindakan

dilakukan oleh responden dalam mencegah penyakit tuberkulosis.

Menurut (Aswar, 2016) Perilaku keluarga dalam pencegahan penularan TB paru

adalah meliputi tindakan keluarga untuk mencegah penularan TB paru yang meliputi

menjemur kasur, membuka pintu dan jendela tiap hari, memakai dan menyediakan masker,

imunisasi BCG untuk anak balita, menghindar dari hadapan penderita TB paru ketika batuk

dan lain-lain.

c. Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku pencegahan penularan TB

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang pengetahuan

keluarga baik dengan perilaku pencegahan TB paru mendukung sebanyak 11 responden

(84,6%) dibandingkan dengan pengetahuan kurang dengan perilaku pencegahan TB paru


mendukung sebanyak 1 responden (7,7%). Sedangkan responden yang pengetahuan

keluarga kurang dengan perilaku pencegahan TB paru tidak mendukung sebanyak 8

responden (47,1%) dibandingkan dengan pengetahuan cukup dengan perilaku pencegahan

TB paru tidak mendukung sebanyak 9 responden (52,9%). Hasil analisis dengan

menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai significancy sebesar 0,000 (p < 0,05), maka
56
dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku

pencegahan penularan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Meo-meo Kota Baubau”.

Menurut asumsi peneliti Perilaku melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung

dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Begitu pula dengan perilaku pasien TB Paru

dalam upaya pencegahan penularan penyakit TB paru. Jadi sebelum terbentuk perilaku

(upaya pencegahan penularan) ada beberapa hal yang melatar belakangi seperti

pengetahuan/informasi yang diperoleh dan pemahaman atas informasi yang didapat tersebut

sebelum ia melakukan tindakan konkrit berupa perbuatan pencegahan penularan penyakit TB

paru. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan yang dimiliki sangat berpengaruh

terhadap cerminan perilaku seseorang, namun pembentukkan perilaku itu sendiri tidak terjadi,

semata-mata berdasarkan pengetahuan-pengetahuan, tetapi masih dipengaruhi oleh banyak

faktor yang sangat kompleks.

Menurut peneliti adanya pengetahuan dapat menjawab permasalahan dan

memecahkan masalah yang dihadapi, dimana seseorang dengan pengetahuan baik dan tinggi

maka mampu berfikir lebih kritis dalam memahami segala sesuatu. Sebelum seorang

berprilaku harus terlebih dahulu mengetahui manfaat perilaku tersebut bagi dirinya ataupun

keluarganya. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan atau stimulus dalam menumbuhkan

perilaku setiap hari, sehingga pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku. Semakin banyak

informasi yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimillki dan

secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Pada penelitian ini didapatkan
pula responden dengan pengetahuan kurang dan cukup dengan perilaku pencegahan TB paru

mendukung sebanyak 1 responden (7,7%), hal ini disebabkan adanya factor lain yang

mempengaruhi keluarga tentang perilaku pencegahan penularan TB paru, yaitu adanya factor

sikap, kepercayaan, keyakinan, lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
57 sebaya, dan
fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, serta dukungan petugas kesehatan, teman

orang tua.

Dimana pula menurut Soekanto (2015) pengetahuan adalah hasil dari tahu, serta yaitu

domain penting dalam terbentuknya tindakan/perilaku seseorang (overt behaviour). Faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : faktor internal meliputi tingkat

pendidikan, pekerjaan dan umur sedangkan factor eksternalnya yaitu pengalaman, informasi,

sosial ekonomi, dan budaya (Lestari, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria (2020) bahwa hasil pengujian statistik

dengan menggunakan program komputer degan uji statistik Chi-Square didapatkan nilai ρ =

0,009 nilai ini lebih kecil dari nilai alpha p= 0,05 maka dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesa penelitian (H0 ditolak), yang berarti ada hubungan antara pengetahuan

keluarga dengan perilaku pencegahan penularan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas

Martapura. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Andriani et.al., 2020) menunjukkan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan pencegahan penularan penyakit

tuberculosis di wilayah kerja puskesmas Penana’e Kota Bima. Hasil uji korelasi Spearman

Rank diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,000.

Penyebaran tuberkulosis melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman

basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Penularan tuberkulosis paru terjadi

karena kuman dibatukkan atau dibersinkan ke luar menjadi droplet nuclei dalam udara yang

kemudian terhirup olah orang yang mengalami kontak langsung maupun tidak langsung

dengan penderita TB paru (Andriani et.al., 2020).


58

Pencegahan dapat dilakukan untuk menurunkan angka penularan penyakit TB paru

terhadap orang-orang lingkungan sekitar. Perilaku pencegahan penularan TB Paru dengan

penerapan pola hidup sehat. Pemahaman masyarakat terhadap TBC sangat kurang,

pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara

pengobatan akan berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penularan pada penderita TB

paru padahal pengetahuan tentang pencegahan penularan TB paru merupakan bekal utama

untuk mencegah penularan dan penyebaran penyakit Tuberkulosis Paru (Kurniasih dan

Widianingsih, 2013).

Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor

pendukung, dan faktor pendorong. Pengetahuan seseorang termasuk kedalam faktor

predisposisi. Seseorang yang tidak melakukan perilaku yang baik terhadap pencegahan

penularan TB paru bisa dikarenakan kurang mengetahui cara pencegahan penularan TB paru

(faktor predisposisi), atau karena tempat pengobatan yang jauh dari rumahnya, sehingga

jarang mengikuti penyuluhan terkait tentang TB paru (faktor pendukung), hal lain bisa

disebabkan oleh petugas kesehatannya yang kurang memperkenalkan penyakit TB paru dan

pencegahan penularannya (faktor pendorong) (Maria, 2020).

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun dari penelitian ini penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian

didapatkan adanya faktor confounding yang tidak dikendalikan pada penelitian ini yaitu:

sikap, kepercayaan, keyakinan, lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dukungan petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua.

Serta akan lebih baik jika penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara yang lebih

mendalam kepada responden sehingga lebih mendapatkan hasil yang lebih sesuai dan akurat.

Anda mungkin juga menyukai