Anda di halaman 1dari 17

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Rumah sakit jiwa ini merupakan rumah sakit jiwa kelas A milik pemerintah
daerah Provinsi Kalimantan Selatan, yang beralamatkan di jalan Gubernur
Syarkawi No. 1 RT. 01 Km. 3,9 Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan.

Secara geografis Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum terletak di Wilayah


Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Rumah
Sakit ini terletak 500 meter dari jalan Gubernur Syarkawi km. 3.9 arah timur.
Jalan Gubernur Syarkawi merupakan jalan lintas Kalimantan Selatan –
Kalimantan Tengah. Rumah sakit ini didirikan pada area kurang lebih 10
hektar, tanah yang ditempati merupakan tanak milik pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan. Luas bangunan pada saat ini adalah 11.530 m2. Kapasitas
tempat tidur dari tahun ke tahun di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum yaitu
kapasitas Th. 2008 : 75 TT, kapasitas Th. 2009 : 200 TT, kapasitas Th. 2010 :
300 TT, kapasitas Th. 2011 : 320 TT, kapasitas Th. 2012 : 409 TT, kapasitas
Th. 2013 : 484 TT, kapasitas Th. 2014 : 549 TT. (Profil RSJ Sambang Lihum
Tahun 2014)

Visi dan misi Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
yaitu : Visinya yaitu menjadi pusat pelayanan profesional kesehatan jiwa,
sedangkan misinya yaitu menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
holistik, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional, dan
bermutu, meningkatkan upaya pencegahan, promosi dan penanggulangan
gangguan jiwa dan masalah psikososial dimasyarakat melalui jejaring
pelayanan kesehatan jiwa, menyediakan dan mengembangkan fasilitas
pendidikan, pelatihan dan penelitian dalam bidang pelayanan keseahatan jiwa
untuk meningkatkan kualitas SDM, mewujudkan sistem manajemen keuangan
dan pengelolaan sumber daya secara efisien dan akuntabel.

Tugas pokok rumah sakit jiwa sambang lihum yaitu, melaksanakan upaya
kesehatan jiwa dan rehabilitasi napza secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan upaya promosi, pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi. Fungsi rumah sakit jiwa sambang lihum yaitu, pelayanan
kesehatan jiwa dan rehabilitasi napza secara promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, pelayanan rawat inap dan rawat jalan, pelayanan penunjang
medis dan non medis, pelayanan rujukan, fasilitas pendididkan dan tenaga
kesehatan jiwa, pengelolaan urusan ketataushaan.

Tabel 4.1 Jumlah ketenagaan medis di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016.
No Tenaga PNS Kontrak Jumlah
.
1 Tenaga medis 17 6 23
2 Tenaga keperawatan 110 146 256
3 Tenaga kefarmasian 6 9 15
4 Tenaga kesehatan masyarakat 14 2 16
5 Tenaga gizi 11 7 18
6 Tenaga fisioterapi 3 0 3
7 Tenaga ketekhnisan 14 0 14
8 Sarjana non kesehatan 14 17 31
9 D3 non kesehatan 2 3 5
10 Tenaga SLTA 23 48 71
11 Tenaga SLTP/SD 15 5 20
Total 229 243 472
Fasilitas pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi
Kalimantan Selatan meliputi sebagai berikut Instalasi rawat jalan, Intalasi
rawat inap, Instalasi gawat darurat/intensif, Instalasi napza/narkoba, Instalasi
psikologi, Instalasi rehab medik, Instalasi rehab mental, Instalasi
elektromedik, Instalasi laboratorium, Instalasi farmasi, Instalasi gizi, Instalasi
loundry, Instalasi penyuluhan dan kesehatan dan Instalasi diklat dan
perpustakaan.

4.2 Karakteristik Responden


4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, jenis
kelamin dan hubungan keluarga pasien.
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.
No Umur Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 21 - 30 5 16,7
2 31 - 40 6 20,0
3 41 - 50 14 46,7
4 51 - 60 5 16,7
5 61 - 70 0 0
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden paling


banyak di Rumah sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi
Kalimantan Selatan berumur 41-50 tahun sebanyak 14 orang
(46,7%)
4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin.
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Laki- laki 20 66,7
2 Perempuan 10 33,3
Total 30 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden jenis


kelamin laki-laki dengan jumlah 20 orang (66,7%).

4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga


Pasien
Karakteristik responden berdasarkan hubungan keluarga
pasien dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan


Keluarga Pasien.
No Hubungan Frekuensi (f) Persentasi (%)
Keluarga
1 Suami 7 23,3
2 Istri 3 10,0
3 Anak 5 16,7
4 Orang tua 12 40,0
5 Saudara 3 10,0
Total 30 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hubungan keluarga pasien


sebagian besar adalah orang tua dengan jumlah 12 orang
(40,0%)
4.2.2 Analisa Univariat
4.2.2.1 Gambaran pemberdayaan Keluarga di Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pemberdayaan keluarga
merawat pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2018.
No Pemberdayaan Frekuensi (f) Persentasi (%)
Keluarga
1 Baik 7 23,3
2 Cukup 23 76,7
3 Kurang 0 0
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden memiliki tingkat pemberdayaan keluarga cukup
dengan jumlah 23 orang (76,7%).

4.2.2.2 Gambaran peran keluarga di Rumah Sakit Jiwa Sambang


Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi peran keluarga merawat pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018.
No Peran Frekuensi (f) Persentasi (%)
Keluarga
1 Baik 19 63,3
2 Cukup 11 36,7
3 Kurang 0 0
Total 30 100
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga
memiliki peran yang baik dalam merawat klien skizofrenia
dengan jumlah 19 orang (63,3%).

4.2.3 Analisa Bivariat


Pada analisa bivariat akan dijabarkan hasil uji statistik antara variabel
bebas dan terikat yaitu pemberdayaan keluarga dan peran keluarga
dalam merawat klien dengan skizofrenia. Hasil uji Spearman Rank ini
kemudian menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis ditolak.

Tabel 4.7 Tabulasi silang hubungan pemberdayaan keluarga dengan


peran keluarga dalam merawat klien dengan skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2018.
Peran Keluarga
Pemberdaya Jumlah
Baik Cukup Kurang
an Keluarga
N % N % N % N %
Baik 1 14,2 6 85,8 0 0 7 100
Cukup Baik 18 78,2 5 21,8 0 0 23 100
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 100
 value 0.007 < α 0,05 r = -0,484

Pada tabel 4.7 menunjukan bahwa yang mempunyai pemberdayaan


keluarga baik dengan peran keluarga cukup sebanyak 6 orang
(85,8%). Sedangkan pemberdayaan keluarga baik dengan peran
keluarga baik sebanyak 1 orang (14,2%).

Hasil uji statistik Spearman Rank menunjukkan bahwa korelasi


pemberdayaan keluarga dan peran keluarga sebesar 0,007. Dan
menunjukkan bahwa nilai p value 0,007 < α 0,05 sehingga
diinterpretasikan ada hubungan antara pemberdayaan keluarga dengan
peran keluarga dalam merawat klien dengan skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018.
Nilai korelasi Spearman Rank sebesar -0,484 menunjukkan bahwa
kekuatan korelasi antar variabel adalah sedang ,dengan arah korelasi
negatif (-) yaitu semakin baik pemberdayaan keluarga semakin cukup
peran keluarga yang telah dilakukan.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pemberdayaan Keluarga Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
menunjukan bahwa 23 responden (76,7%) memiliki pemberdayaan
keluarga yang cukup.

Ketersediaan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan jiwa,


merupakan hal yang penting bagi keluarga dalam melakukan
perawatan terhadap klien dengan skizofrenia, kemudahan akses ke
pelayanan kesehatan jiwa.

Pada karakteristik umur, responden yang memiliki pemberdayaan


keluarga cukup baik pada pasien skizofrenia pada kategori umur 41-50
tahun sebanyak 10 orang (33,3%). Usia responden berada pada tahap
perkembangan dewasa lanjut. Pada fase dewasa lanjut tugas
perkembangan adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan. Usia merupakan salah satu faktor seseorang melakukan atau
menentukan suatu hal, sikap dan kematangan secara fisik, psikis
maupun sosial. Umur akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan
tindakan, karena dengan bertambahnya umur orang akan menjadi lebih
dewasa dalam memberikan tanggapan suatu hal. Dengan
bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik
dan psikologi. Analisa ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2008)
taraf berfikir seseorang akan lebih matang sejalan dengan
bertambahnya umur.

Sedangkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin diketahui sebagian


besar adalah laki – laki dengan 15 responden (50,0%). Sehingga jenis
kelamin juga mempengaruhi pemberdayaan keluarga pada pasien
skizofrenia. Berdasakan karakteristik hubungan keluarga pasien
sebagian besar responden adalah orang tua dengan jumlah 9 responden
(30,0%).

Pemberdayaan keluarga dalam merawat klien skizofrenia sangat


penting untuk megoptimalkan kemampuan keluarga dalam merawat
klien.

Karena pemberdayaan yang dilakukan dapat membantu keluarga


meningkatkan keberdayaannya dalam proses perawatan klien dengan
skizofrenia secara mandiri, sehingga dapat menekan angka
kekambuhan dan keluarga menjalankan tugas dan fungsi keluarga
dalam kesehatan dengan baik

4.3.2 Peran Keluarga Pada klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa


Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan menunjukan bahwa 19 responden
(63,3%) memiliki peran keluarga yang baik.
Pada karakteristik umur merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi peran keluarga pada klien skizofrenia, karena peran
keluarga baik dapat mengurangi penderita skizofrenia. Berdasarkan
hasil penelitian mengenai karakteristik umur responden diketahui lebih
banyak pada kategori umur 41 – 50 tahun sebanyak 8 responden
(26,7%). Hal ini disebabkan karena umur akan mempengaruhi
seseorang dalam melakukan tindakan, karena dengan bertambahnya
umur seseorang akan lebih dewasa dalam memberikan tanggapan
mengenai suatu hal.

Pada karakteristik jenis kelamin diketahui sebagian besar adalah laki –


laki 13 orang (43,3%) menjawab mendapatkan peran keluarga yang
baik.

Berdasakan karakteristik hubungan keluarga pasien sebagian besar


responden adalah orang tua dengan jumlah 9 responden (30,0%). Oleh
karena itu kebanyakan penderita skizofrenia terjadi pada anak,
sehingga peran keluarga sangat diperlukan untuk berperan aktif serta
memberikan pengetahuan tentang penyakit dan memberikan
perhatian. Semakin meningkatnya peran keluarga terhadap klien
skizofrenia akan mengurangi penderita skizofrenia pada anggota
keluarganya.

Peran serta keluarga dalam merawat pasien skizofrenia sangat penting


dikarenakan keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien
dan merupakan perawat utama bagi pasien.
Pengetahuan yang kurang dalam hal merawat pasien gangguan jiwa
diakibatkan oleh minimnya informasi yang diperoleh keluarga,
sedangkan keluarga harus berperan aktif dalam merawat klien
skizofrenia. Peran keluarga yang baik akan mengurangi penderita
skizofrenia.

Peran keluarga adalah melakukan pengawasan serta mendukung


kegiatan pasien skizofrenia seperti makan, mandi, memasak, serta
membawa pasien skizofrenia berobat, serta dapat mengontrol ekspresi
keluarga.

Menurut peneliti informasi merupakan sumber pengetahuan,


pengetahuan seseorang akan bertambah jika banyak menerima
informasi. Informasi sangatlah penting, karena dengan adanya
informasi maka peran keluarga akan berjalan dengan baik. Maka
keluarga menjadi tahu tentang perkembangan masalah kesehatan
keluarganya terutama yang mengalami gangguan jiwa dan menambah
penegtahuan keluarga bagaimana cara mengatasi penderita skizofrenia,
semakin banyak informasi yang keluarga peroleh semakin baik
keluarga merawat pasien skizofrenia.

Sehingga menurut peneliti untuk menjalan peran keluarga pada klien


skizofrenia diperlukan ada tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yaitu, mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil
keputusan untuk melakuakan tindakan yang tepat, memberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah
yang sehat, menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut memang ada banyak faktor yang
mempengaruhi peran keluarga pada klien skizofrenia yaitu informasi
bagaimana cara mengambil keputusan.

4.3.3 Hubungan Pemberdayaan Keluarga Dengan Peran Keluarga


dalam Merawat Klien Dengan Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Hasil analisa Spearman’s rho berdasarkan tabel 4.7 diatas
menunjukan bahwa yang mempunyai pemberdayaan keluarga cukup
baik dengan peran keluarga baik sebanyak 18 orang (75,0%).
Sedangkan pemberdayaan keluarga baik dengan peran keluarga baik
sebanyak 1 orang (16,7%).

Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa korelasi


pemberdayaan keluarga dan peran keluarga sebesar 0,007. Dan
menunjukkan bahwa nilai p value 0,007 < α 0,05 sehingga
diinterpretasikan ada hubungan antara pemberdayaan keluarga dengan
peran keluarga dalam merawat klien dengan skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018.

Nilai korelasi Spearman Rank sebesar -0,484 menunjukkan bahwa


kekuatan korelasi antar variabel adalah sedang ,dengan arah korelasi
negatif (-) yaitu semakin baik pemberdayaan keluarga semakin cukup
peran keluarga yang telah dilakukan. Hasil penelitian ini mempunyai
sedikit perbedaan dengan penelitian sulistiowati (2013) dalam
penelitian ini didapatkan bahwa adanya peningkatan kemampuan keluarga
secara kognitif maupun psikomotor dalam merawat pasien gangguan jiwa
dirumah setelah diberikan pemberdayaan keluarga berupa pendidikan
kesehatan pada keluarga. Nilai p value pada kemampuan kognitif keluarga
dalam merawat adalah sebesar 0.52 sedangkan pada kemampuan psikomotor
nilai p value sebesar 0.41 sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Hasil
rata-rata kemampuan kognitif keluarga mengalami peningkatan sebesar 10.01
setelah diberikan pendidikan kesehatan, sedangkan hasil rata-rata
kemampuan psikomotor keluarga mengalami peningkatan sebesar 8.12
setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Karena bagaimanapun peran keluarga dalam proses perawatan klien tetaplah


yang terpenting, karena keluarga adalah orang-orang yang berada di sekitar
pasien dan paling sering berinteraksi dengan klien. Dengan dukungan dan
peran serta keluargalah klien mendapatkan motivasi untuk proses
penyembuhannya.

Keluarga merupakan unit yang terpenting dalam anggota keluarga


sebagai pendidik dan penasehat terbaik, dari keluarga inilah
pendidikan yang diberikan kepada individu dan anggota keluarga
lainnya. Sehingga untuk membangun kebudayaan yang pastinya
dimulai dari keluarga.

Menurut Ardian (2014), beberapa keluarga menunjukan


ketidakberdayaan menghadapi anggota keluarga yang sakit atau
mengalami masalah kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena masalah
penyakit/sakit yang diderita anggota keluarga berlangsung lama dan
menghabiskan kemampuan keluarga memberikan bantuan, kurangnya
akses informasi dan pelayanan kesehatan pada keluarga, kurangnya
pemahaman keluarga dan persepsi yang tidak benar tentang masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga.

Sedangkan pada penelitian ini didapati adanya pemberdayaan yang baik


namun peran keluarga masih kurang tapi bisa dikatakan sudah cukup dengan
hasil presentase korelasi 85,8% pada 6 responden, ini karena adanya
beberapa keluarga yang masih belum optimal dalam menjalankan perannya
meski sudah mendapatkan pemberdayaan yang baik, ini bisa saja karena ada
factor lain yang mempengaruhi peran keluarga seperti latar belakang
keluarga yang dalam hal ini mempunyai kebiasaan atau tradisi mempercayai
pengobatan tradisional dengan di dapatinya 60% responden menjawab masih
melakukan obat tradisional sebagai alternatif. Dalam penelitian subu (2015)
Razali, Khan dan Hasanah, dikutip dalam Jorm, (2000), Pasien dengan
gangguan jiwa mencari obat tradisional sebagai bagian dari regimen
pengobatan mereka terutama di negara-negara berkembang karena
mereka percaya bahwa penyakit mereka adalah hasil dari kekuatan
supranatural. Di Malaysia, keyakinan kekuatan spiritual ini telah
menghasilkan pemanfaatan yang lebih besar pada dukun.

Oleh karena itu, Staples (1990) menegaskan bahwa, Selain kesadaran,


keyakinan, dan sikap, pemberdayaan membutuhkan pengetahuan praktis,
informasi yang solid, kompeten, keterampilan, sumber daya, peluang asli,
dan hasil yang nyata.

Berdasarkan pernyataan diatas untuk meningkatkan pemberdayaan


tentu perlu adanya pengetahuan dan informasi yang solid, salah
satunya dengan adanya pendidikan kesehatan.

Nurbani (2009) dalam penelitian sulistiowati (2013), juga


menyampaikan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan pada
keluarga (caregiver) dapat menurunkan ansietas secara bermakna
dimana psikoedukasi keluarga dapat digunakan sebagai terapi yang
dilakukan untuk mengatasi masalah psikososial di rumah sakit
umumnya dalam menurunkan ansietas dan beban. Terapi bagi
penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan rehabilitasi
medis, namun diperlukan peran keluarga dan masyarakat guna
resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.

Maka dari itu meski di dapati pemberdayaan keluarga sudah baik tentu
masih sangat diperlukan dalam meningkatkan kemampuan keluarga
dan kesadaran keluarga bahwa keluarga berperan penting dalam proses
perawatan klien. Untuk memicu peran serta keluarga dalam
memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan motivasi pada
penderita skizofrenia sehingga perawatan pada penderita skizofrenia
tidak hanya diperoleh di rumah sakit melainkan perawatan yang
diterapkan di tengah-tengah keluarga dapat optimal. Pengetahuan
keluarga dan pengalaman yang cukup dapat membantu penanganan
penderita skizofrenia.

Munurut Sunarti (2008) dalam Ardian (2014) menjelaskan bahwa


ruang lingkup pemberdayaan keluarga meliputi beberapa aspek salah
satunya yaitu, fungsi, peran dan tugas keluarga. Peningkatan kapasitas
dan potensi keluarga dalam memenuhi fungsi kesehatan dan perawatan
kesehatan keluarga, melaksakana peran keluarga baik peran formal
maupun informal, serta mampu melaksanakan tugas kesehatan
keluarga sesuai tahap perkembangan keluarga.

Pemberdayaan keluarga dengan peran keluarga merawat klien dengan


skizofrenia tentunya berkaitan erat, karena pemberdayaan keluarga
dapat menentukan tingkat keberdayaan suatu keluarga dalam
menjalankan perannya dalam proses perawatan klien dengan
skizofrenia.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan
antara pemberdayaan keluarga dengan peran keluarga dalam merawat
klien dengan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan.

4.4 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan penelitian ini antara lain :
4.4.1 Pada saat melakukan penelitian, peneliti membagikan kuesioner
kepada responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
ada beberapa responden menolak untuk mengisi kuesioner maka
peneliti menghargai dan menghormati keputusan responden.
4.4.2 Pada saat responden mengisi kuesioner, responden masuk ke ruangan
dan tidak dapat melanjutkan mengisi kuesioner ketika nomor
antriannya di panggil, maka responden di diskualifikasi dari sampel
penelitian.

4.5 Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bidang ilmu keperawatan jiwa
dan dapat menjadi masukan bagi perawat dalam memberikan intervensi
terhadap pasien skizofrenia sehingga pemberdayaan keluarga meningkat dan
keluarga dapat berperan secara optimal untuk mengurangi penderita
skizofrenia. Selanjutnya, tentunya sebagai tenaga kesehatan kita dituntut
untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
kesehatan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
5.1.1 Pemberdayaan keluarga merawat klien dengan skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018
sebagian besar pemberdayaan keluarga dikategorikan cukup sebanyak
23 responden (76,7%) .
5.2.2 peran keluarga dalam merawat klien dengan skizofrenia di Rumah
Sakit jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018
sebagian besar peran keluarga dikategorikan baik sebanyak 19
responden (63,3%).
5.1.3 Ada hubungan antara pemberdayaan keluarga dengan peran keluarga
dalam merawat klien dengan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan :
5.2.1 Bagi Keluarga
5.2.1.1 Perlu penjelasan terus-menerus kepada keluarga pasien
tentang skizofrenia, sehingga dapat meningkatkan kualitas
perilaku keluarga dalam meningkatkan peran dalam merawat
anggota keluarganya.
5.2.2 Bagi Profesi Perawat
Perlunya peranan petugas kesehatan untuk selalu memberikan upaya
dalam memberdayakan keluarga dan mematuhi instruksi dari perawat
agar keluarga pasien dapat ikut berperan aktif dalam merawat klien.
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
Setiap perawat memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga
pasien skizofrenia dan pemberian informasi melalui pembagian leaflet
tentang skizofrenia.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi
dan wawasan buat mahasiswa yang ingin lebih mendalami skizofrenia.
5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian
terhadap faktor lain seperti faktor sosial, latar belakang keluarga yang
dapat mempengaruhi peran keluarga pada perawatan pasien
skizofrenia. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan variabel
terkait seperti pengetahuan, sikap maupun kebutuhan dalam perawatan
pasien skizofrenia

Anda mungkin juga menyukai