Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan dijelaskan hasil penelitian berupa gambaran umum lokasi penelitian,
karakteristik demografi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, beban
kerja, pendokumentasian asuhan keperawatan dan hubungan beban kerja dengan tingkat
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Manambai Abdulkadir
Sumbawa.

Hasil penelitian yang telah dilakukan dari bulan September hingga November di
Ruang Rawat Inap RS Manambai Abdulkadir Sumbawa yang berfokus pada hubungan beban
kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan jumlah responden 20 orang.

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara historis Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir pada awalnya
berdiri bernama Rumah Sakit Rujukan Provinsi Di Sumbawa. Rumah sakit ini mulai
dioperasikan bulan Oktober 2012 dan diresmikan tanggal 17 Desember 2012 oleh
Gubernur Nusa Tenggara Barat dengan status Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang tertuang dalam Peraturan
Gubernur Nusa Tenggara Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi di Sumbawa Nomor :
24 Tahun 2010.
Seiring tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
aman, nyaman dan terjangkau. Rumah Sakit Rujukan Provinsi Di Sumbawa berbenah
dalam semua hal, salah satunya adalah upaya peningkatan status rumah sakit, dari
kelas D menjadi kelas C. Pada Tanggal 6 Desember 2013 terbitlah Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.02.03/I/2159/2013 Tentang
Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi di Sumbawa, sebagai Rumah
Sakit Umum Kelas C.
Tahun 2014 Rumah Sakit Rujukan Provinsi Di Sumbawa mengalami
perubahan Nama dan Status. Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi di Sumbawa
bernama Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir, berdasarkan Keputusan Gubernur
Nusa Tenggara Barat Nomor: 440-288 tahun 2014, Tanggal 26 Maret 2014 Tentang
Perubahahan Nama Rumah Sakit. Sedangkan perubahan Status Rumah Sakit Rujukan
Provinsi Di Sumbawa, sesuai Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor
12 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, BAPPEDA dan Lembaga Teknis
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Maka Rumah Sakit H.L. Manambai
Abdulkadir yang semula berstatus Unit Pelaksana Teknis daerah (UPTD) dari Dinas
Kesehatan Propinsi NTB, berubah menjadi Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Tahun 2015 Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Rujukan Regional oleh Kementerian. Berdasarkan Surat Kementerian
Kesehatan RI Nomor: ir.02.01/i.i/559/2015, Tanggal 28 Januari 2015, Perihal : Data
Kondisi Rujukan Regional.
Tahun 2016 Rumah Sakit HL. Manambai Abdulkadir resmi berstatus Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Berdasarkan
Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor : 440- 470 Tahun 2016 Tanggal 10
Mei 2016, tentang Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir.

2. Karakteristik Demografi Responden


a. Rentang Usia Responden

Tabel 4.1 Rentang Usia Responden

No Rentang Usia Frekuensi Persentase Usia Usia


Maksimum Minimum
1 28 29 2 10%
2 30 31 5 25%
3 32 33 7 35% 28 tahun 37 tahun
4 34 35 2 10%
5 36 37 4 20%
20 100%

Berdasarkan data dalam Tabel 4.1, usia seluruh responden dalam penelitian ini
berada pada rentang 28 hinga 37 tahun. Berdasarkan hasil analisis data, jumlah
kelas atau usia responden menurut aturan Sturges dibagi dalam 5 (lima) kelas
dengan persentase usia responden terbanyak yaitu berada pada rentang 32 – 33
tahun atau sekitar 35% dari 20 orang responden. Usia minimum responden
berusia 28 tahun sejumlah 1 (satu) orang responden dan usia maksimum
responden berusia 37 tahun sejumlah 3 orang responden.

b. Jenjang Pendidikan Responden


Tabel 4.2 Jenjang Pendidikan Responden

No Jenjang Pendidikan Jumlah Frekuensi


1 D3 8 40%
2 Ners 12 60%
Total 20

Tabel 4.2 memberikan informasi tentang jenjang pendidikan responden


penelitian. Berdasarkan data tersebut sejumlah 12 orang atau sekitar 60%
responden telah berjenjang pendidikan Sarjana Keperawatan (S1) sedangkan
sisanya sejumlah 40% berjenjang pendidikan Diploma (D3).

c. Jenis Kelamin Responden


Tabel 4.3 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi


1 L 14
2 P 6
Total 20

Dalam Tabel 4.3 disajikan jumlah masing-masing responden berdasarkan jenis


kelamin responden. Berdasarkan data tersebut responden terbanyak adalah
berjenis kelamin laki-laki yaitu sekitar 70% dan 40% responden perempuan dari
20 orang responden. Data tersebut sekaligus menginformasikan bahwa
penyebaran angket dalam penelitian telah melibatkan perawat berjenis kelamin
perempuan dan laki-laki tanpa ada faktor deskriminasi terhadap jenis kelamin.

d. Status Perkawinan
Tabel 4.4 Frekuensi jesponden berdasarkan jenis kelamin

No Status Perkawinan Frekuensi


1 K 16
2 BK 4
Total 20
Responden dalam penelitian lebih dominan berstatus kawin bila dibandingkan
dengan yang berstatus belum kawin. Perbandingan tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 4.4, dimana jumlah responden kawin sebanyak 16 orang atau 80% dan
yang belum kawin berjumlah 4 orang responden.

3. Sebaran Data Penelitian


a. Beban Kerja
Tabel 4.5 Persentase Beban Kerja Perawat

No Rentang Frekuensi Persentase Kategori


1 40 52 0 0% Tidak Beban
2 27 39 14 70% Ringan
3 14 26 6 30% Sedang
4 0 13 0 0% Berat
Total 20 100%

Dalam Tabel 4.5 diketahui bahwa sebaran skor beban kerja berada pada dua
kategori, yaitu ringan dan sedang. Skor maksimum beban kerja berkategori
ringan berjumlah 31 dan skor minimum beban kerja berkategori sedang
berjumlah 19. Adapun modus skor beban kerja berjumlah 27 yang terdiri atas 6
orang responden. Bila diperhatikan, persentase beban kerja perawat secara umum
berada pada kategori ringan dengan perbandingan 7 banding 3.

b. Dokumen Asuhan Keperawatan


Tabel 4.6 Skor Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Persentas Kategor
No Rentang Frekuensi e i
1 18 24 0 0%
2 14 17 6 30% Cukup
3 0 13 14 70% Kurang
Modus
Total 20 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 frekuensi pendokumentasian asuhan keperawatan pasien


responden berada pada kategori kurang, dengan perbandingan 7 banding 3.
Dalam data tersebut juga ditemukan modus data asuhan keperawatan yaitu 12 dan
15.
c. Hubungan Beban Kerja dan Dokumen Asuhan Keperawatan
Berikut ditampilkan dalam Tabel 4.7 skor perolehan hasil pembagian kuisioner
kepada perawat rumah sakit tentang beban kerja dan dokumen asuhan
keperawatan.
Tabel 4.7 Skor beban kerja dan pendokumentasian asuhan keperawatan

Skor
No Responden
Beban Kerja (x) Dok. Asuhan Keperawatan (y)
1 29 10
2 25 9
3 27 12
4 27 11
5 26 11
6 25 12
7 25 3
8 20 4
9 19 6
10 27 8
11 28 11
12 27 13
13 29 13
14 28 14
15 27 14
16 31 16
17 27 15
18 28 12
19 29 15
20 29 15
Jumlah (Σ) 533 224
Rata-rata ( X ) 26,65 11,20

Berdasarkan data yang ditampilkan dalam Tabel 4.7 dapat digambar hubungan
antara beban kerja dan asuhan keperawatan. Gambar 4.1 menampilkan gambaran
hubungan berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap 20 orang responden
perawat.
Tabel
Persentas
4.8 No Rentang Frequensi e Kategori Skor
1 18 24 0 0%
2 14 17 6 30% Cukup
3 0 13 14 70% Kurang
Total 20 100%
penilaian Asuhan Keperawatan

4. Analisis Korelasi Beban Kerja dan Dokumen Asuhan Keperawatan


Dalam sajian data kuisioner beban kerja dan pendokumentasian asuhan
keperawatan terhadap 20 orang perawat (responden) memberikan gambaran adanya
hubungan yang positif antara beban kerja dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Untuk itu, perlu dilakukan analisis korelasi antara beban kerja dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Dalam peneltian ini, analisis korelasi
dilakukan melalui uji Spearman Rank berbantuan SPSS 21.

Correlations

Beban Kerja Dok. Asuhan


Keperawatan

Correlation Coefficient 1.000 .675**

Beban Kerja Sig. (2-tailed) . .001

N 20 20
Spearman's rho
**
Correlation Coefficient .675 1.000

Dok. Asuhan Keperawatan Sig. (2-tailed) .001 .

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Gambar 4.2 Hasil uji Spearman Rank dengan bantuan SPSS 21


Berdasarkan hasil uji yang ditampilkan dalam Gambar 4.2 diperoleh nilai koefisien
korelasi sebesar 0,675 dengan signifikansi pada level 0,01.
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penelitian akan dibahas beban kerja dan pendokumentasian asuhan
keperawatan di di Ruang Rawat Inap RS Manambai Abdulkadir Sumbawa serta
hubungan beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat
Inap R.S. H.L. Manambai Abdulkadir Sumbawa.
1. Identifikasi Beban Kerja di di Ruang Rawat Inap R.S. H.L. Manambai Abdulkadir
Sumbawa.
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diperoleh terhadap 20 orang
responden perawat di ruang rawat inap, beban kerja yang dirasakan oleh perawat
saat ini termasuk dalam kategori ringan dan sedang. Hal tersebut tentunya dirasa
cukup baik bila seandainya beban kerja yang dirasakan oleh pegawai berada dalam
kategori berat. Walaupun demikian, bila melihat perbadingan skor peroleh antara
kategori ringan dan sedang dalam Tabel 4. 5 tentu haruslah dipertimbangkan,
mengingat pengaruh beban kerja terhadap kinerja pegawai tentunya akan
memberikan dampak besar. Bila kinerja menurun maka dapat dipastikan akan
membawa dampak pada pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit.
Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri
seseorang sehingga menimbulkan stress. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat
keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume
kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya (Sunyoto, 2012: 64). Menurut
Hutabarat (2017) dalam bukunya yang berjudul ”Dasar-dasar pengetahuan
ergonomi” juga mendefinisikan Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah
kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan
dalam jangka waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat
adalah kondisi pasien yang selalu berubah, dan jumlah rata-rata jam perawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien melebihi dari
kemampuan seseorang. Dengan demikian, seorang pimpinan harus mampu
memperhatikan kondisi dan kemampuan perawat dalam menjalankan tugas sebagai
tenaga medis.
Dalam beberapa pernyataan yang diberikan oleh responden, kontak
langsung dengan pasien secara terus menerus selama jam kerja dirasa menjadi faktor
yang dirasa berat oleh rata-rata reseponden. Para responden menilai tidak hanya
pengetahuan yang perlu dipersiapkan untuk memberikan pelayanan maksimal
kepada pasien namun juga faktor waktu dan tenaga, mengingat ada kewajiban
pendokumentasian yang harus dilengkapi oleh perawat saat sedang menjalankan
misi penyelamatan terhadap pasien. .
2. Identifikasi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap R.S. H.L.
Manambai Abdulkadir Sumbawa.
Pekerjaan yang dikerjakan pegawai dapat memberikan beban tersendiri
bagi pelakunya baik beban fisik, mental, maupun sosial. Penilaian kinerja pegawai
merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan hasil kerja pegawai agar mereka
dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan lebih baik.
Kinerja pegawai dalam hal ini adalah perawat bukan sekedar dinilai dari
kesediaan tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan, tetapi harus mampu
membuat perencanaan, tindakan, dan pengevaluasian terhadap tindakan yang telah
dilakukan. Salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang tenaga
keperawatan adalah mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dalam rangka
memberikan gambaran kondisi pasien sebelum dilakukan tindakan.
Pendokumentasian menurut Hidayat (2007) memuat informasi yang
dibutuhkan untuk menentukan pengkajian, diagnosis, menyusun rencana,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang disusun secara
sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut juga disebutkan
dalam PERMENKES No. 269/menkes/per/11/2008 tentang Rekam Medis (Medial
Records), yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas berisikan catatan,
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayakan kesehatan. Dalam pasal 2
disebutkan setiap sarana pelayanan kesehatan melakukan pelayanan rawat jalan
maupun rawat inap wajib membuat rekam medis.
Hasil kuisioner yang diberikan kepada 20 orang responden memberikan
informasi bahwa kinerja perawat khususnya dalam melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan berada dalam kategori cukup dan kurang. Kurang baiknya
pendokumentasian asuhan keperawatan paling rendah ditemukan pada aspek
diagnosa keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon aktual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan
yang sedang ditanagani. Diagnosis keperawatan dibutuhkan untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan pada pasien dan melibatkan keluarga serta untuk menentukan
arah atau rencana asuhan keperawatan selanjutnya.
Kurangnya skor pada aspek diagnosa keperawatan dirasa cukup berat
untuk diterapkan secara utuh, megingat keterbatasan waktu dan tenaga yang ada di
rumah sakit. Hal tersebut juga dirasakan oleh Meidianta dan Mikhatun (2020)
implementasi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) di kota Samarinda
tergolong minim (hampir tidak berjalan).

3. Analisa hubungan Beban Kerja dan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di


Ruang Rawat Inap R.S. H.L.Manambai Abdulkadir Sumbawa.
Dalam Gambar 4.1 terlihat grafik hubungan beban kerja dengan aktifitas
pendokumentasian asuhan keperawatan. Melihat trand skor antara beban kerja dan
pendokumentasian asuhan keperawatan antara keduanya mempunyai hubungan
positif, yaitu terjadi peningkatan pendokumetasian asuhankeperawatan jika beban
kerja dikurangi, begitupun sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan grafik yang
ditampilkan dalam Gambar 4.2 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
beban kerja dengan aktifitas pendokumentasian asuhan keperawatan. Nursalam
(2011), baik tidaknya mutu dokumentasi proses keperawatan sangat dipengaruhi
oleh unsur masukan, proses pencatatan dan lingkungan dari institusi yang
bersangkutan.
Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap R.S., H.L.
Manambai Abdulkadir dengan kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel Y
adalah sedang karena didapatkan nilai penafsiran koefisien korelasi = 0,675..

Skor Beban Kerja dan Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Beban Kerja
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Gambar 4.1 Gambaran skor beban kerja dan pendokumentasian asuhan keperawatan
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian yang dilakukan masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, seperti kurangnya biaya untuk melakukan penelitian,
kurangnya sarana penunjang, kendala metode dan desain dalam penelitian, ukuran
sampel yang kecil, dan metodologi yang cacat. Semoga penelitian yang dilakukan ini
dapat memberikan maanaat bagi para pembaca
Daftar Pustaka

Sunyoto, Danang. (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Buku Seru

Hutabarat, Julianus. (2017). Dasar-dasar pengetahuan ergonomi. Malang: Media Nusa


Creative.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai