Tabel 4.1
Karateristik responden menurut kelompok umur , jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari.
3. Analisa Univariat
Analisa ini ditunjuukan untuk melihat distribusi masing-masing
variabel penelitian, yaitu efikasi diri sebagai variabel bebas dan kepatuhan
sebagai variabel terikat, distribusi dari masing masing variabel dapat dilihat
pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.2
Efikasi Diri Frekuensi (f) Persentase (%)
Rendah 4 6.3
Sedang 7 10.9
Tinggi 53 82.8
Total 64 100
Distribusi Frekuensi Efikasi Diri di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat Dalam Tindakan Hand Hygiene
di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari.
B. Pembahasan Penelitian
1. Efikasi Diri Perawat Dalam Tindakan Hand Hygiene di Ruang Rawat
Inap RSUD Wonosari.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan mayoritas perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Wonosari memiliki efikasi diri yang tinggi sebesar 82,8%
sebanyak 53 responden, perawat dengan efikasi diri yang sedang sebesar
10,9% sebanyak 7 responden, dan perawat dengan efikasi diri yang rendah
sebesar 6,3% sebanyak 4 responden.
Proses terbentuknya efikasi diri salah satunya dari kognitif atau
pengetahuan. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang
berasal dari pikirannya. Kemudian pemikiran tersebut memberikan arahan
bagi tindakan yang dilakukan. Jika semakin tinggi pengetahuan, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan yang dimilikinya akan memberikan konstribusi
terhadap terbentuknya efikasi diri yang tinggi dan efikasi diri yang tinggi
tidak dapat lepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti
pengalaman individu sebelumnya, pengalaman orang lain yang sama,
persuasi sosial maupun keadaan fisiologis dan emosional (Hanif, 2018).
Hasil penelitian oleh Hartari (2019) dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Dan Self Efficacy Pasien Tb Paru Dengan Pencegahan
Penularan Tb Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bukit Tinggi” menunjukan
hasil uji statistik di peroleh nilai p value = 0.035 (p<α) maka dapat
disimpulkan adanya hubungan Self Efficacy (Efikasi Diri) pasien TB Paru
dengan pencegahan penularan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Bukittinggi Tahun 2019, Dari hasil analisis diperoleh OR = 6.000 artinya
responden dengan Efikasi Diri tinggi memiliki peluang 6.000 kali untuk baik
dalam melakukan perilaku pencegahan penularan TB Paru dibandingkan
dengan Efikasi Rendah, dijelaskan bahwa samakin tinggi efikasi diri maka
akan semakin patuh seseorang melakukan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
Self-efficacy yaitu keyakinan individu akan kemampuan yang ia
miliki untuk dapat melakukan tugas-tugas tertentu yang dibutuhkan sehingga
bisa mendapatkan hasil yang sesuai. Self-efficacy berfokus pada keyakinan
responden dengan harapan responden mampu untuk melakukan peningkatan
perilaku seperti kepatuhan telah ditentukan dan juga bisa melakukannya
dengan baik (Wulandary & Sianturi, 2017) Self-efficacy dapat membantu
seseorang untuk terus berusaha dan memiliki komitmen untuk patuh dalam
menjalankan tugas-tugas yang mencakup kehidupan mereka (Asrori, 2017).
Bandura (1994) dalam teorinya mengembangkan Sefl- efficacy sebagai teori
sosial kognitif yang didefinisikan sebagai salah satu keyakinan yang dapat
menentukan cara berfikir seseorang, memotivasi dirinya dan bagaimana
seseorang itu bisa mengambil keputusan yang diinginkannya (Handayani,
2018).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Octaviani (2018)
efikasi diri ini terbukti mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan
tindakan perawatan diri. Dikemukakan bahwa efikasi diri bertindak sebagai
mediator antara perubahan dalam kualitas hidup, gejala dan fungsi fisiologis
pada kepatuhan berobat dan rehabilitasi paru. Pengukuran efikasi diri
dirancang untuk menguji keyakinan individu untuk melakukan kegiatan yang
dipilih sebagai usaha yang diinginkan. Efikasi diri dapat memberikan
prediksi terhadap kepatuhan seseorang dalam melakukan perawatan dirinya
sendiri (Hanif, 2018).
Pada penelitian Anindita et al (2019) efikasi diri yang baik
cenderung memiliki perilaku yang patuh dalam melaksanakan latihan fisik.
Apabila efikasi diri seseorang semakin baik, maka individu akan patuh dalam
melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan atau diatur oleh instansi.
Penelitian yang dilakukan Ropyanto (2017) efikasi diri didasari oleh individu
yang mampu menerima akan mengenai penyakit serta perubahan kapasitas,
fokus dalam kontrol, kemauan belajar, melakukan tindakan dan
kewaspadaan. Peningkatan efikasi diri ditunjukkan pada perawat yang dapat
meningkatkan efikasi diri untuk melaksanakan akifitas sesuai ketentuan.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh responden memiliki efikasi diri
yang tinggi.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti tidak mengalami kesulitan
apapun, pengumpulan data dilakukan secara online dengan menggunakan google
form sehingga memudahkan responden untuk mengisi kuesioner dengan waktu
yang fleksibel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada penelitian ini mayoritas perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari
memiliki efikasi diri yang tinggi sebesar 82,8% sebanyak 53 responden,
perawat dengan efikasi diri yang sedang sebesar 10,9% sebanyak 7
responden, dan perawat dengan efikasi diri yang rendah sebesar 6,3%
sebanyak 4 responden.
2. Pada penelitian ini mayoritas perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari
patuh sebesar 93,8% sebanyak 60 responden, perawat tidak patuh sebesar
6,3% sebanyak 4 responden.
3. Terdapat hubungan antara efikasi diri dengan kepatuhan perawat dalam
tindakan hand hygiene di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari yang ditandai
dengan nilai signifikansi p value sebesar 0,000 < 0,05.
B. Saran
1. Bagi RSUD Wonosari dan Bidang Keperawatan
Instansi atau rumah sakit diharapkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya terkhusus dibidang
keperawatan dengan mendorong mengikuti seminar-seminar di bidang
profesi perawat yang tertuang didalam perencanaan Rumah Sakit di point
peningkatan kompetensi pegawai atau SDM. Selain itu pihak Rumah Sakit
juga mendorong dan merencanakan perbaikan serta meningkatkan fasilitas-
fasilitas penunjang pelayanan di RSUD Wonosari dengan menyesuaikan
standar fasilitas yang mengacu pada standar fasilitas yang ada di Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Rumah Sakit no 43 tahun 2019, dengan
berkoordinasi dan bersinergi dengan dinas Kesehatan kabupaten Gunung
Kidul terutama di bidang SDK, dan diharapkan dapat mengoptimalkan
penerapan SOP seperti hand hygiene.