Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Caring Petugas Kesehatan Di Poli Kebidanan

Puskesmas Tanjung Kota Sungai Penuh

Berdasarkan caring bidan di poli kebidanan Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung dari 45 responden menunjukkan bahwa sebagian

besar bidan sudah caring baik yaitu sebesar 80%, sedangkan 20% sisanya

menunjukkan bidan cukup caring. Walaupun pada wawancara awal

dengan 10 responden pasien poli kebidanan di Puskesmas Tanjung masih

ada yang mengungkapkan bahwa tenaga bidan yang menunjukkan

kurang caring, sehingga data kunjungan di Puskesmas Tanjung pada poli

kebidanan rendah, ada beberapa faktor lainnya yang menyebabkan

rendahnya kunjungan pada poli kebidanan di Puskesmas Tanjung, seperti

kurangnya sarana dan prasaran serta jarak yang cukup jauh antara rumah

warga dengan Puskesmas.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Iwan Setyo

Lesmana (2021) Berdasarkan caring perawat di puskesmas Teluk Bogam

dari 60 responden menunjukkan bahwa sebagian besar bidan

menunjukkan caring baik yaitu sebesar 68,3%, sedangkan 31,7% sisanya

menunjukkan caring bidan yang cukup.

Hal yang sama juga disampaikan dalam penelitian Anis Agustina

(2017) yang menunjukkan bahwa hampir seluruhnya tenaga kesehatan

51
52

berperilaku caring baik kepada pasiennya sebanyak 33 orang (82,5%)

dan juga penelitian oleh Eka Putri Umayah (2017) juga menunjukkan

bahwa mayoritas caring bidan yang baik dalam klasifikasi tinggi yaitu

sebanyak 44 orang (77,2%).

Caring adalah sentral dalam praktik kebidanan karena caring

merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana seorang bidan

professional dalam bekerja harus lebih perhatian dan bertanggung jawab

kepada kliennya, (Kusnanto, 2019). Caring membuat perhatian, motivasi

dan arahan bagi klien untuk melakukan sesuatu. Caring sebagai salah

satu syarat utama untuk coping, dengan caring perawat mampu

mengetahui intervensi yang baik dan tepat yang dapat digunakan sebagai

acuan dalam memberikan pelayanan kebidanan selanjutnya (Kusnanto,

2019).

Tujuan perilaku caring adalah memberikan asuhan fisik dengan

memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dengan

menunjukkan perhatian, perasaan empati dan cinta yang merupakan

kehendak kebidanan (Gadow & Woddings, 1984 dalam Kusnanto, 2019).

Caring digambarkan sebagai suatu dasar dalam kesatuan nilai-nilai

kemanusian yang universal, dimana caring digambarkan sebagai moral

ideal kebidanan yang meliputi keinginan dan kesungguhan untuk

merawat serta tindakan untuk merawat (Watson dalam (Kusnanto, 2019).

Dari 20 pertanyaan kuesioner caring yang diberikan kepada 45

orang pasien poli kebidanan, 3 (tiga) nilai terendah terdapat pada point 2,
53

13 dan 17. Pada pertanyaan point ke-2 yaitu Bidan poli kebidanan

menemui pasien untuk menawarkan bantuan (misalnya; menghilangkan

rasa sakit, memberikan kompres, dll), kemudian pada pernyataan ke-13,

yaitu bidan poli kebidanan menunjukkan sikap sabar dalam melakukan

proses asuhan kebidanan pada pasien. Pada pertanyaan point ke-17, yaitu

bidan poli kebidanan menghormati hak-hak pasien. Untuk itu bidan harus

selalu menunjukkan sikap sabar dan perhatian pada pasien yang

memerlukan asuhan kebidanan.

Meskipun persentase yang mempresentasikan bidan berperilaku

caring baik lebih tinggi dari pada bidan yang berperilaku cukup caring,

namun masih ada beberapa bidan yang berperilaku cukup caring. Asumsi

peneliti jumlah ini relatif banyak, hal ini menandakan bahwa belum

seluruh bidan di poli kebidanan di Puskesmas Tanjung berperilaku caring

kepada pasiennya.

2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien Poli Kebidanan di

Puskemas Tanjung Kota Sungai Penuh

Berdasarkan tingkat kepuasan pasien poli kebidanan Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung dari 45 responden menunjukkan bahwa

sebagian besar pasien merasa sangat puas (93,33%) dan sisanya 6,67

merasa puas. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Iwan Setyo Lesmana

(2021) dari 60 responden menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pasien

merasa cukup puas yaitu sebesar 56,7%, sedangkan 38,3% sangat puas

dan 5% kurang puas. Kepuasan pasien secara subjektif dikaitkan dengan


54

kualitas dari suatu layanan yang didapatkan dan secara objektif dikaitkan

dengan kejadian yang telah lampau, pendidikan, dan keadaan psikologi,

serta lingkungan (Kusnanto, 2019).

Kepuasan pasien bergantung pada jasa pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh tenaga kesehatan, apakah sudah sesuai dengan yang

diharapkan atau belum. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan

kesehatan akan menyampaikan hasil dari pelayanan yang diterimanya

dan bersikap berdasarkan kepuasannya. Kepuasan pelayanan kesehatan

dibuat berdasarkan penilaian konsumen terkait mutu, dan kinerja hasil,

terhadap manfaat yang diterima dari produk atau jasa layanan. Dengan

demikian, kepuasan terbentuk karena perbandingan antara kinerja atau

hasil yang dirasakan dengan harapan (Kusnanto, 2019).

Peneliti berasumsi bahwa kepuasan pasien dapat terwujud dari

pelayanan kesehatan kebidanan yang baik. Kualitas atau mutu pelayanan

dapat dinilai dari tindakan ataupun sikap tenaga kesehatan yang telah

memberikan asuhan. Pasien akan mengganggap pelayanan itu baik jika

mereka merasakan kepuasan dari berbagai aspek. Kepuasan pasien yang

lainnya juga didapatkan dari hasil komunikasi antar pasien yang

menyebarluaskan tentang pelayanan asuhan kebidanan disuatu instansi

yang baik dan memuaskan. Lebih-lebih di era informasi tekhnologi

seperti sekarang ini media sosial sebagai media yang sangat cepat

menyebarkan informasi.
55

B. Analisis Bivariat

Hubungan Perilaku Caring Bidan Terhadap Kepuasan Pasien Poli

Kebidanan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tahun 2022

Dari Hasil uji chi square didapakan p value = 0.000 berarti p < 0,05

hal ini menujukkan adanya hubungan yang signifikan antara caring bidan

dengan tingkat kepuasan pasien poli kebidanan di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa caring

seorang bidan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien.

Hasil ini sejalan dengan peneitian Fitri Mailani (2017), yang

berjudul hubungan perilaku carring perawat dengan tingkat kepuasan

pasien BPJS di RSUD DR. Rasidin Padang. Didapatkan hasil sebagian

besar 39 (46,4%) perilaku caring perawat buruk, lebih dari separuh 50

(59,5%) responden tidak puas dengan perilaku caring perawat, terdapat

hubungan bermakna antara perilaku caring perawat dengan tingkat

kepuasan pada pasien BPJS (p value = 0,001) (Mailani & Fitri, 2017).

Dapat disimpulkan bahwa semakin baik perilaku caring perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien maka tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan keperawatan akan semakin baik juga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susihar (2010)

tentang hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien

rawat inap di RS Fatmawati Cilandak, hasil penelitian menunjukkan

terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan

tingkat kepuasan pasien rawat inap (p value= 0,000). Selain itu, hasil
56

penelitian Ani Agustina (2017) menunjukkan bahwa adanya hubungan

bermakna antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dengan

diperoleh nilai p value=0,001 (p<0,05) yang artinya secara statistik ada

hubungan antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien rawat

inap kelas III di RSUD A. W. Sjahranie Samarinda. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilkafah dan Harniah (2017)

yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku caring

perawat dengan kepuasan pasien. Dan penelitian oleh Eka Putri Umayah

(2017) yang menyatakan terdapat hubungan perilaku caring perawat

dengan kepuasan pasien. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan

penelitian oleh Wolf (2003) yang menyatakan terdapat hubungan positif

antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien dengan nilai

(r=0,53).

Hasi penelitian Firmansyah et al., 2019 menyatakan bahwa

semakin baik perilaku caring bidan dalam memberikan pelayanan asuhan

kebidanan, klien atau keluarga semakin senang dalam menerima

pelayanan, berarti hubungan terapeutik bidan klien semakin terbina.

Pelayanan kebidanan yang baik dan kepuasan pasien bisa dijadikan salah

satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan di puskesmas, kepuasan

pasien akan terpenuhi bila pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan

harapan pasien. kepuasan pasien secara subjektif dikaitkan dengan kualitas

dari suatu layanan yang didapatkan dan secara objektif dikaitkan dengan

kejadian yang telah lampau, pendidikan, dan keadaan psikologi, serta


57

lingkungan. Kepuasan pasien bergantung pada jasa pelayanan kebidanan

yang diberikan oleh bidan, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan

atau belum (Kusnanto, 2019).

Asumsi peneliti bahwa semakin bidan berperilaku caring dalam

memberikan pelayanan kebidanan kepada pasien maka tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan akan semakin tinggi juga, sedangkan bidan

yang memiliki perilaku kurang caring maka kepuasan pasein terhadap

pelayanan akan rendah juga. Hal ini didukung karena bidan yang

berperilaku caring memiliki pemahaman positif terhadap pentingnya

perilaku caring kepada pasien, dimana hal tersebut akan memberikan

efek/pengaruh bagi kesembuhan kliennya Sehingga bidan berperilaku

peduli terhadap pasiennya dan hal tersebut akan memberikan efek terhadap

kepuasan pasien. Caring adalah suatu moral imperative (bentuk moral)

sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan

memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan

martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia (Sobel dalam

Dwiyanti, 2010).

Anda mungkin juga menyukai