Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Program Literasi

1. Pengertian Literasi

Pengertian literasi secara sederhana dapat diartikan dengan

melek huruf, kemampuan baca tulis, dan kecakapan dalam membaca

dan menulis. Namun, tidak demikian untuk sekarang karena

kebutuhan akan pengetahuan pada setiap individu jauh berbeda.

Membaca dan menulis berkembang menjadi kemampuan membaca,

menulis, berbicara, menyimak dan memanfaatkan teknologi. Tuntutan

akan pengetahuan yang lebih dalam pendidikan di Indonesia sekarang,

menambah luas pengertian literasi. (Pangesti Widarti, dkk, 2016)

Pengertian literasi sekarang mempunyai arti yang lebih luas

yang mecakup berbagai bidang penting lainnya. Faktor yang

menyebabkan perkembangan pengertian literasi berawal akan tuntutan

dari perkembangan zaman, yang memerlukan kemampuan yang lebih,

tidak hanya kemampuan membaca dan menulis (Pangesti Widarti,

dkk, 2016). Karena hal itulah yang menyebabkan berkembangnya

pengertian literasi, konsep pengajaran literasi diartikan sebagai

kemampuan membaca dan menulis. Seseorang dapat disebut literat

apabila telah memiliki pengetahuan untuk digunakan dalam setiap

aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam

9
10

masyarakat dan pengetahuan yang dicapainya dengan membaca,

menulis yang memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri.

Pengertian literasi berkembang sejalan dengan perubahan

waktu dan telah bergerser dari pengertian yang sempit menuju ke

pengertian yang lebih luas mencakup bidang penting yang memiliki

arti kemampuan atau melek teknologi, politik, berpikir kritis, dan peka

terhadap lingkungan sekitar. Hal ini tentu telah berkembang dari

pengertian semula yang hanya diartikan sebagai kemampuan

membaca dan menulis. Mills dalam Yunus Abidin (2015:50)

menyatakan bahwa kita telah mengalami pergeseran sejarah budaya

teks cetak yang lebih luas, menuju satu titik di mana modus visual

lebih menonjol atas bantuan teknologi baru.

Semakin luasnya konsep literasi, istilah literasi pun mulai

banyak di pakai dalam berbagai bidang ilmu secara terintegrasi

dengan bidang kajian ilmu bahasa. Literasi kemudian dipandang

sebagai sebagai alat yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan

mencari informasi. Sejalan dengan perkembangan zaman dan

berkembang menurut bidang ilmunya masingmasing. Ada berbagai

bidang ilmu yang menetapkan komunikasi sebagai salah satu dimensi

literasi. Ini menunjukan bahwa kemampuan literasi apapun tidak dapat

dipisahkan dari bidang ilmu bahasa, sebab bahasa merupakan alat

utama untuk menyebarluaskan pengetahuan.

Dalam perkembangannya, literasi dalam berbagai bidang ilmu

tersebut menggunakan berbagai media sebagai alat komunikasi dan


11

pembentukan makna memahami secara kritis tidak hanya dilakukan

dengan menggunakan media berupa bahasa dalam bentuk cetak.

Bahasa lebih dipahami melalui berbagai media komunikasi seperti

gambar, video, film, performa dan berbagai media lain yang

mendukung literasi. Bosman dalam Yunus Abidin dkk (2017:2)

memberikan sebuah contoh yakni bahwa ensiklopedia britannica yang

telah dikenal dalam bentuk cetakan selama 244 tahun, kini telah

berubah menjadi sebuah kamus versi online berbantuan komponen

multimedia.

Konsep pengajaran literasi diartikan sebagai kemampuan

membaca dan menulis. Seseorang dapat dikatakan literat apabila telah

memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap

aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam

pengetahuan yang dicapai dengan cara membaca, menulis, dan

menyimpulkan memungkinkan untuk dapa dimanfaatkan bagi dirinya

sendiri, kemajuan dunia pendidikan dan masyarakat.

Menurut Depdiknas (2004), literasi diartikan sebagai

“keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan tidak untuk dapat

sekedar hidup dari segi finansial, tetapi juga sebagai suatu yang

dibutuhkan untuk mengembangkan diri secara sosial, ekonomi dan

budaya dalam kehidupan modern.” Dari pernyataan Depdiknas

tersebut literasi diarahkan kepada kemampuan seseorang dalam

mengembangkan dirinya di bidang sosial, ekonomi dan budaya dari

proses pembelajaran literasi.


12

Sejalan dengan berkembanganya teknologi informasi dan

komunikasi, pengertian literasi juga mengalami perkembangan

lanjutan di era modern ini, istilah iterasi dikenal dengan istilah

multiliterasi. C. Luke Kist, dalam Yunus Abidin (2015:52)

menyatakan “bahwa multiliterasi merupakan kemampuan memandang

pengetahuan (pembelajaran) secara integratif, tematik, multimodal,

dan interdisipliner. Berdasarkan pernyataan tersebut upaya

membangun makna dapat dilakukan dengan segala media yang dapat

didekati dengan literasi yang menyimpan makna sehingga

pengetahuan akan semakin berkembang yang dimana dapat di gali dan

ditemukan. Baguley, Pullen dan Shrot dalam Yunus Abidin (2015:56)

memandang multiliterasi sebagai cara untuk memahami secara lebih

luas kurikulum literasi yang dipelajari di sekolah formal yang

mendorong siswa agar mampu berpartisipasi secara produktif didalam

komunitas masyarakat. Multiliterasi merupakan sebuah rencana

dimana dapat digunakan untuk memahami berbagai jenis teks dan

berbagai media yang dihasilkan berbagai teknologi baru yang

memberikan pendidik peluang baru dalam menyajikan informasi

berupa pengetahuan terbaru kepada siswa dengan menggunakan

berbagai teks dan media.

Pembelajaran literasi di sekolah dilaksanakan untuk mencapai

tujuan tertentu. Pada awalnya, pembelajaran literasi di sekolah hanya

ditunjukkan agar siswa terampil dalam menguasai dimensi ilmu

bahasa. Ilmu bahasa yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa antara
13

lain mencakup fonem, morfem, grafofonemik, morfofonemik, dan

sintaksis. Dalam berkembangan selanjutnya, pembelajaran literasi

ditunjukkan agar siswa mampu menguasai dimensi kognitif literasi

mencakup proses pemahaman, proses menulis, dan konsep analisis

wacana tertulis.

Literasi merupakan kemampuan membaca, menulis, berbicara

menyimak dan memanfaatkan teknologi. Untuk itu literasi berperan

penting dalam perkembangan era globalisasi agar seseorang dapat

mengembangkan dirinya dibidang sosial, ekonomi dan budaya dari

proses pembelajaran literasi.

2. Komponen Literasi

Gerakan Literasi Sekolah lebih dari sekedar membaca dan

menulis, namun dapat mengembangkan keterampilan berfikir dalam

mengolah pengetahuan dari yang sudah diperoleh dalam membaca

menjadi bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Kemampuan ini

disebut sebagai Literasi informasi.

Ferguson dan Clay (2001) menjabarkan bahwa komponen

Literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi

perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual,

dalam konteks Indonesia, literasi dini diperlukan sebagai tahap

selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut:


14

a. Literasi Dini [Early Literacy (Clay,2001)]

Kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan

komunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosial dirumah.

b. Literasi Dasar (Basic Literacy)

Kemampuan untuk mendengarkan berbicara, membaca, menulis,

dan menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk

memperhitungkan, mempresepsikan informasi,

mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi.

c. Literasi Perpustakaan (Library Literacy)

Memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan

nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal,

memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi

pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan

perpustakaan, memahami penggunaan katalog hingga memiliki

pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang

menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau

mengatasi masalah.

d. Literasi Media (Media Literacy)

Kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang

berbeda, seperti media cetak, media elektronik, ( media radio,

media televisi), media digital, dan memahami tujuan

penggunaannya.
15

e. Literasi Teknologi (Technology Literacy)

Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi

seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta

etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi.

f. Literasi Visual (Visual Literacy)

Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi

teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan

belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara

kritis dan bermartabat.

Berdasarkan komponen-komponen literasi di atas, artinya masing-

masing individu harus memiliki kemampuan yang baik dalam literasi.

Enam poin literasi di atas berpengaruh dalam pelaksanaan literasi di

sekolah. pemangku kepentingan yang ada di sekolah memiliki peran

penting agar dapat memfasilitasi semua komponen literasi yang ada.

Komponen literasi dapat dikembangkan pada setiap peserta didik dan akan

menciptakan lingkungan yang literat di sekolah, tentu hal tersebut

menunjang keberhasilan penerapan pendidikan berbasis literasi. Dalam hal

ini, diperlukan juga pendekatan cara belajar dan mengajar yang

mengembangkan komponen-komponen literasi ini. Hal ini tentu saja agar

tercipta lingkungan literasi yang baik.

3. Gerakan Literasi Sekolah

Literasi dalam konteks gerakan literasi sekolah adalah kemampuan

mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui

aktivitas membaca, melihat, menyimak, menulis dan berkomunikasi.


16

Gerakan literasi sekolah yang dicanangkan pemerintah adalah upaya untuk

menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warga

sekolahnya literat sepanjang hayat. Kemendikbud (2016) menjelaskan

bahwa gerakan literasi sekolah merupakan suatu usaha atau kegiatan yang

bersifat partisipatif, dengan melibatkan warga sekolah serta pemangku

kepentingan dibawah koordinasi Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah. Karena dengan membaca peserta didik dapat memperoleh

informasi, membaca merupakan salah satu kegiatan literasi tidak dapat

dipisahkan dari dunia pendidikan dalam tahap belajar. Gerakan Literasi

Sekolah memiliki tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai

berikut.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah untuk mengembangkan

budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi

sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

b. Tujuan Khusus

1) Menumbuh kembangkan budaya literasi sekolah.

2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah

3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan

dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola

pengetahuan.

4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan

beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.


17

Menurut Fuad Hassan dalam Zubaedi (2017:242), pemicu bagi

bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca. Pendorong bagi

budaya baca ialah kebiasaan membaca, sedangkan membaca terpelihara

dengan tersedianya bahan bacaan yang baik dan menarik. Pernyataan ini

sejalan dengan program literasi yang dimana menjadi sarana peserta didik

dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkanya

dibangku sekolah untuk menumbuhkan minat baca.

Gerakan Literasi Sekolah merupakan gerakan penumbuhan budi

pekerti, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui 7 pembiasaan yang

salah satunya adalah gerakan literasi sekolah sebagaimana ditegaskan

dalam peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun

2016. Kegiatan ini salah satunya “kegiatan 15 menit membaca buku

nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk

menumbuhkan minat baca kepada peserta didik untuk meningkatkan

keterampilan membaca agar pengetahuan peserta didik bertambah dan

lebih baik dalam penyampaian pengetahuan tersebut. Materi baca bisa

berisi nilai-nilai seperti nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional,

dan global yang telah disampingkan sesuai dengan jenjang pendidikan dan

tahap perkembangan peserta didik.

Upaya meningkatkan kemampuan membaca peserta didik ini

menuntut pemerintah untuk meciptakan program baru untuk meningkatkan

minat baca peseta didik. Implementasi program tersebut dengan cara

menciptakan program Gerakan Literasi Sekolah yang dikembangkan oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan Literasi Sekolah ini


18

bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik untuk

meningkatkan minat baca dan menulis.

Gerakan Literasi Sekolah harus mendapatkan dukungan dan

perhatian khusus oleh semua pihak, hal ini dikarenakan gerakan tersebut

mendorong masyarakat dan peserta didik dalam aktivitas pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kebiasaan membaca dan menulis

yang pada akhirnya karya yang dihasilkan mampu memberikan kontribusi

positif terhadap dunia pendidikan dan lingkungan masyarakat.

B. Manajemen Program Literasi

1. Pengertian Manajemen

Menurut Afandi (2018:1) Manajemen adalah proses kerja sama

antar karyawan untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan

pelaksanaan fungsifungsi perencanaan, pengorganisasian, personalia,

pengarahan, kepemimpinan, dan pengawasan. Proses tersebut dapat

menentukan pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditentukan dengan

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber daya lainnya

untuk mencapai hasil lebih yang efisien dan efektif.

Menurut Feriyanto, Andri dan Shyta, Endang Triana. (2015)

mengatakan bahwa manajemen adalah inti dari administrasi hal tersebut

dikarenakan manajemen merupakan alat pelaksana administrasi dan

berperan sebagai alat untuk mencapai hasil melalui proses yang

dilakukan oleh anggota organisasi. Pengertian Manajemen menurut

Malayu S.P Hasibuan (2016:9) mengemukakan bahwa “manajemen


19

adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

tujuan tertentu”.

Dari definisi diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

manajemen merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengarahkan dan

mengawasi segala aktivitas kerja agar mencapai hasil yang diinginkan

dan bertujuan untuk pencapaian visi dan misi bersama.

2. Fungsi Manajemen

Menurut Amirullah (2015;8) fungsi manajemen pada umumnya dibagi

menjadi empat fungsi yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan dengan tujuan mencapai hasil yang

dinginkan secara efektif dan efisien.

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses pembentukan dan penentuan sasaran

serta tujuan yang ingin dicapai dengan kesepakatan bersama melalui

langkahlangkah strategis guna mencapai visi dan misi yang ada.

Melalui sebuah perencanaan, seorang manajer mendapatkan

gambaran yang diinginkan untuk melaksanakan proses tersebut.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses koordinasi terhadap setiap

sumber daya berupa individu ataupun kelompok untuk menerapkan

perencanaan yang telah di buat, mengkoordinasikan setiap individu

atau kelompok terhadap kegiatan-kegiatan yang telah disepakati.


20

c. Pengarahan

Pengarahan merupakan proses untuk memberikan motivasi dan

arahan kepada karyawan untuk menjaga semangat kerja mereka

dan juga dapat melaksanakan kegiatan tersebut secara efisien dan

efektif agar dapat mengurangi kendala human error yang sering

terjadi.

d. Pengendalian

Pengendalian merupakan pengawasan kegiatan untuk menjaga

kesesuaian kegiatan dengan visi dan misi yang telah disepakati,

dan juga menjaga kualitas atau standar pada kinerja karyawan

untuk dilakukan tindakan koreksi jika dibutuhkan.

3. Pengertian Manajemen Pendidikan

Menurut Bush dalam Bush dan Coleman (2000:4) menyatakan

"Manajemen pendidikan adalah suatu studi dan praktek yang dikaitkan

atau diarahkan dalam operasional organisasi pendidikan". Organisasi

pendidikan membutuhkan suatu bentuk pengaturan kegiatan. Pengaturan

kegiatan tersebut mengarah pada suatu sistem yang sistematis. Pengaturan

kegiatan yang sistematis itu akan dijadikan sebagai patokan dalam

pelaksanaan kegiatan operasional yang terwujud dalam suatu manajemen

pendidikan.

Seperti yang diungkap oleh Suharsimi (2008:4), menyatakan

"Manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan

yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia

yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan yang


21

telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien". Dari pernyataan

tersebut dapat ditarik kesimpulan awal, dalam suatu manajemen

diperlukan adanya kerjasama, sekelompok orang, dan tujuan yang akan

dicapai. Tentu dalam menjalani proses tersebut harus tepat sasaran dan

tepat guna. Lebih lanjut, yang dikelola dalam manajemen adalah semua

bentuk kegiatan yang dikelompokkan dalam komponen-komponen.

Komponen-komponen manajemen pendidikan meliputi: (1) manajemen

kesiswaan; (2) manajemen personil; (3) manajemen kurikulum; (4)

manajemen sarana; (5) manajemen pembiayaan: (6) manajemen lembaga-

lembaga pendidikan dan terakhir; (7) manajemen hubungan masyarakat

(Suharsimi,2008:4).

Sejalan hal di atas, menurut Hikmat (2009:21), “Manajemen

pendidikan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam usaha kerja

sama dua orang atau lebih clan atau usaha bersama untuk

mendayagunakan semua sumber (non material maupun material) secara

efektif, efisien dan rasional untuk menunjang tercapainya tujuan

pendidikan". Dari pernyataan tersebut selain kerjasama, sekelompok

orang, dan tujuan ditambahkan sumber daya organisasi, baik personil

maupun material. Beli au juga mengungkapkan manajemen pendidikan

manajer kepala sekolah memiliki tugas untuk(1) mengelola seluruh

program pendidikan; (2) mengelola aktivitas anak didik; (3) mengelola

personil lembaga pendidikan; (4) mengelola pengadministrasian; (5)

mengelola kebendaharaan lembaga pendidikan; (6) mengelola pelayanan


22

bantuan tenaga kependidikan; (7) mengelola hubungan lembaga

pendidikan dengan lingkungan masyarakat.

Menurut Suryosubroto (2004:27), Manajemen pendidikan

merupakan (1) berupa kerjasama personil pendidikan untuk mencapai

tujuan pendidikan. Tujuan umum yang dicapai dalam kerjasama itu adalah

pembentukan kepribadian murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

clan tingkat perkembangannya pada usia pendidikan; (2) suatu proses yang

merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan dimulai dari

perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengerahan, pelaksanaan,

pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuan;

(3) usaha untuk melakukan pengelolaan sistem pendidikan; (4) kegiatan

menghimpun, mengambil keputusan serta berkomunikasi dengan

organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pernyataan itu juga menyatakan hal yang sama dalam manajemen

pendidikan. Bahwa manajemen pendidikan membutuhkan kerjasama,

kelompok manusia, dan tujuan serta sumber daya yang akan dikelola

rnelalui komponen yang ada dalam manajemen tersebut. pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu bentuk

kerjasama sekelompok manusia, baik studi dan praktek operasional

penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien.

4. Fungsi Manajemen Literasi Sekolah

Berbicara mengenai fungsi-fungsi manajemen, bahwasanya fungsi-

fungsi manajemen merupakan berwujud kegiatan yang tertata dengan


23

urutan yang baik dan memiliki keterkaitan satu sama lainnya, kegiatan-

kegiatan ini nantinya harus dikerjakan oleh seseorang atau suatu kelompok

yang tergabung dalam suatu organisasi (Sudjana, 2004 : 49).

Secara rincinya penulis akan mengambil pengertian dari George R.

Terry (2018 : 17) terkait dengan fungsi manajemen dimana merupakan

kegiatan pengelola dengan menggunakan perencaan, pengorganisasian,

kepemimpinan, pengkoordanisasian, pengarahan dan pengawasan guna

mencapai sasaran secara efektif dan efisien yaitu diantaranya:

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan bisa berupa aksi memilih dan menghubungkan

fakta-fakta serta membuat dan memakai asumsi-asumsi menimpa

masa yang hendak tiba pada perihal memvisualisasikan serta

merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan sehingga perlu buat

menggapai hasil yang di idamkan. Perencanaan berarti memastikan

tadinya apa yang wajib dicoba serta bagaimana melaksanakannya.

Buat mendapatkan perencanaan yang kondusif, perlu dipertimbangkan

sebagai tipe aktivitas ialah :

1) Self-audit ataupun memastikan kondisi organisasi saat ini

2) Survey terhadap area

3) Objektives ataupun memastikan tujuan

4) Forecasting ataupun ramalan keadaan-keadaan yang hendak tiba

5) Melaksanakan tindakan-tindakan serta sumber penggerak

6) Evaluate ataupun pertimbangan-pertimbangan tindakan


24

7) Revise and Adjust ataupun ganti serta sesuai rencana-rencana

sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan serta keadaan-keadaan

yang berubah-ubah

8) Communicate atau berhubungan terus sepanjang perencanaan

(Abdullah, 2020)

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian merupakan penentuan, pengelompokan, dan

penyusunan berbagai macam aktivitas kegiatan yang dibutuhkan

untuk mencapai sebuah tujuan, penempatan orang-orang dalam

kegiatan ini (pegawai), terhadap aktivitas kegiatan ini, penyedian

berbagai macam faktor fisik untuk penyesuaian kerja dan penunjukan

hubungan wewenang, yang dilimpahkan pada setiap orang terhadap

hubunganya dalam sebuah aktivitas kegiatan yang diharapkan.

c. Actuating (Pelaksanaan atau Penggerakan)

Penggerakan merupakan membangkitkan ataupun mendorong anggota

kelompok agar semangat dan berusaha yang sungguh-sungguh guna

mencapai suatu tujuan dengan lapang dada serta sejalan dengan

perencanaan dan juga beberapa usaha yang dikoordinasikan oleh

pimpinan.

d. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan merupakan suatu rencana dalam manajemen terkait

proses yang harus di capai minimal sesuai dengan standarnya. Dalam

pengawasan apa yang diakukan yaitu : Pelaksanaan, menilai

pelaksanaan, dan apabila nantinya ada beberapa yang harus diperbaiki


25

maka perlu diperbaiki sehingga diharapkan nantinya sesuai dengan

harapan yaitu minimal sesuai dengan standar

C. Implementasi Manajemen Program Literasi

Menurut P Wiedarti (2016: 27) Gerakan program Literasi dibagi menjadi tiga

tahapan yaitu:

1. Pembiasaan

Pembiasaan bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan

terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan

minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan

literasi siswa. Fokus kegiatan dalam tahap pembiasaan antara lain:

a. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran

melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring (read aloud)

atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati (sustained silent

reading).

b. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya literasi antara lain

(1) menyediakan perpustakaan sekolah, sudut baca, dan area baca

yang nyaman; (2) pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun

sekolah); (3) penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital, maupun

multimodal yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah; (4)

pembuatan bahan kaya teks (print-rich materials).

Berdasarkan penjabarannya program literasi dalam tahap pembiasaan ini

ditandai dengan penumbuhan kegiatan minat membaca yang


26

menyenangkan di bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri

warga sekolah

2. Pengembangan

Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan

memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,

berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif

melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan. Fokus kegiatan dalam

tahap pengembangan antara lain:

a. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran

melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca

dalam hati, membaca bersama, dan membaca terpandu diikuti

kegiatan lain dengan tagihan nonakademik, contoh: membuat peta

cerita (story map), menggunakan graphic organizers, bincang buku.

b. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif sekolah yang kaya

literasi dan menciptakan ekosistem sekolah yang menghargai

keterbukaan dan kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai

kegiatan antara lain (1) memberikan penghargaan kepada capaian

perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta

didik. Penghargaan ini dapat dilakukan setiap upacara bendera Hari

Senin dan/atau peringatan lain; (2) kegiatankegiatan akademik lain

yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar

dikebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah, wisata

perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan masyarakat, dan lain

lain.)
27

c. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan

sekolah/perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat

atau sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan antara lain (1)

membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati membaca

bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading),

menonton film pendek, dan/atau membaca teks visual/digital (materi

dari internet); (2) peserta didik merespon teks (cetak/visual/digital),

fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan sederhana seperti

menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi, dan berbincang

tentang buku.

D. Kerangka Berpikir

Aktivitas manajemen terdiri dari perencanaan (Planning) ialah

langkah awal dalam menetapkan tujuan organisasi dengan memastikan

rencana aktivitas yang hendak dicoba. Pengorganisasian merupakan proses

menyatukan pekerja dan pekerjaanya guna membentuk struktur organisasi.

Actuating (pengarahan ataupun penggerakan) merupakan aksi membuat

kelompok ataupun orang bekerja cocok dengan tugasnya guna menggapai

tujuan yang lebih efisisen. Controling (pengawasan atau pengontrolan)

merupakan proses untuk mengantispasi kegagalan dan memelihara,

memperbaiki dan memberikan solusi secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan (Najib, dkk, 2016 : 12-13).

Secara umum, kemampuan membaca dan menulis seseorang adalah

kemampuan untuk mengolah dan memahami informasi saat melakukan

proses membaca dan menulis. Secara etimologis, istilah literasi berasal dari
28

kata latin “literatus” yang berarti pembelajar. Dalam hal ini membaca dan

menulis berkaitan erat dengan proses membaca atau menulis. Menurut

(Basyiroh, 2017), literasi berarti memahami, mengintegrasikan,

menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Membaca dan

menulis adalah keterampilan yang benar-benar meliputi membaca dan

menulis tanpa memandang latar belakang dan cara mencapainya.

Untuk memperjelas kerangka pikir diatas, maka dapat digambarkan

dalam sebuah paradigma penelitian sebagai berikut:

Program Literasi SMA Negeri


3 Sungai Penuh

manajemen faktor penghambat


pelaksanaan program
literasi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

E. Penelitian yang Relevan

Untuk melengkapi dan membantu penelitian ini, peneliti mencari bahan

penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Supadi (2021) yang berjudul

“Implementasi Program Literasi Sekolah di SMA (Studi Evaluasi)”. Data

penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara, serta studi dokumen.


29

Analisis data dilakukan dengan tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan atau verifikasi

data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak positif pelaksanaan

program GLS sudah dapat dipantau walaupun belum dilakukan

pengukuran secara akademik. Salah satu yang terkait dengan kesuksesan

KBM adalah peningkatan kesiapan peserta didik dalam mengikuti KBM,

peningkatan rasa percaya diri saat berbicara di depan umum dan menulis.

Kesenjangan dalam implementasi program pada kedua SMA tampak pada

disain sasaran dan instalasi implementasi program, meskipun keduanya

bermuara pada pengembangan keterampilan bahasa dan literasi peserta

didik. Selain itu, perlu ada penekanan yang lebih tegas dalam disain induk

bahwa terbentuknya lingkungan literat adalah tanggung jawab semua

warga sekolah. Terlepas dari kesenjangan yang terjadi dalam

pelaksanaannya kondisi sekolah telah memungkinkan terbentuknya

lingkungan literat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Candra Wicaksono (2019) yang

berjudul “Manajemen Literasi Sekolah Dalam Meningkatkan Minat Baca

di SD Negeri Sendangmulyo 04”. Hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa manajemen literasi sekolah di SDN Sendangmulyo 04 dalam

meningkatkan minat baca telah sesuai teori manajemen dan berjalan

dengan baik: (a) perencanaan berjalan secara baik dengan menetapkan

tujuan, menentukan sasaran program literasi, identifikasi potensi, dan

merancang program, (b) pengorganisasian dengan menyusun tim yang

melibatkan organisasi di sekolah dan sekaligus menyusun program-


30

program kegiatan literasi, (c) pergerakkan telah berjalan dengan adanya

bentuk-bentuk program kegiatan dan memberikan penghargaan kepada

warga sekolah, (d) pengawasan dilakukan dengan baik dengan adanya

monitoring langsung di masing-masing kegiatan literasi, menyusun

program pengawasan literasi, dan tindak lanjut, dan (e) minat baca para

siswa sudah baik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fifi dan Syahidul (2018) yang berjudul

“Pengembangan Program Literasi”. Tujuan dari artikel ilmiah ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengembangan program

literasi sekolah. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi

literatur sebuah penelitian kepustakaan melalui beberapa jurnal. Dari hasil

analisis dan telaah jurnal tersebut ditemukan bahwa untuk mendukung

gerakan literasi sekolah, kepala sekolah bertindak sebagai administrator

yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir program literasi sekolah

agar tetap berjalan dengan lancar. Kepala sekolah membentuk tim literasi

sekolah untuk mengembangkan dan menyepakati pedoman praktis dalam

menerapkan program literasi di sekolah. Pengembangan program literasi

sekolah membutuhkan kontribusi dari berbagai pemangku kepentingan dan

masyarakat untuk mendukung gerakan literasi sekolah sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai