KAJIAN TEORI
dengan memiliki tujuan untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang literat
melalui budaya membaca dan menulis. Hal tersebut dilandasi karena faktor
kemampuan membaca dan menulis masyakat Indonesia masih kurang, hal tersebut
(PISA) dan dari Progress in International Reading Literacy study PIRLS. Rassol
kognitif yang terdiri dari kegiatan membaca dan menulis serta diukur dalam bentuk
keluarga, pihak sekolah dan lingkungan sekitar agar terjalin ekosistem literasi agar
minat baca peserta didik untuk mengasai pengetahuan dengan baik dengan
melibatkan kolaborasi warga sekolah dan peserta didik. Hal ini selaras dengan
11
12
tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh
Literasi Sekolah di SMP menjelaskan pengertian GLS merupakan sebuah upaya yang
menit membaca(guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,
setiap orang dan merupakan dasar untuk sepanjang hayat. Kegiatan literasi merupakan
aktivitas membaca dan menulis yang terkait dengan pengetahuan membaca dan
menginterpretasikan makna teks melalui situasi sosial, dan historis, serta kultural.
atau berbicara.
Menurut Kern (2000: 23) ada tujuh prinsip pendidikan literasi, yaitu: (a)
melibatkan pemecahan masalah, (f) literasi melibatkan refleksi diri, (g) dan
masalah, refleksi diri serta penngunaan bahasa sangat penting dimiliki oleh setiap
peserta didik. Ada banyak cara untuk mengajarkan pendidikan literasi pada
peserta didik, salah satunya yakni dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Dijelaskan dalam Desain Induk GLS memiliki dua tujuan yakni secara
khusus dan umum. Tujuan secara umum yakni menumbuh kembangkan budi
14
menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak
dari KTSP menjadi Kurikulum 2013. Tujuan dari kegiatan literasi yakni
tindakan nyata dari peran pioner pendidikan yang mampu menyentuh langsung
kepada anak bangsa/peserta didik yakni dari orang tua/keluarga dan juga instansi
(2016) menyatakan bahwa, kita perlu gerakan yang bottom up, yang berasal dari
bawah dan bukan dari pemerintah yang top down”. Sehingga perlu adanya
Dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi dijelaskan Clay dan Freguson
(2001) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini,
literasa dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi
Freguson (2001) dalam Desain Induk Gerakan Literasi, yaitu kemampuan utuk
menyimak, memahami bahasa lisan, dan komunikasi melalui gambar dan lisan
Literasi Media yakni, kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang
berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi),
keras (hardwere), peranti lunak (softwere), serta etika dan etiket dalam
Literasi Visual (Visual Literacy), yakni pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar
dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat.
Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak,
audiotori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola
dengan baik. Dan pihak yang akan berperan aktif yakni sebagai berikut :
17
Tabel 2.1
Komponen Literasi
yang berbeda dari setiap komponen literasi. Seperti yang dijelaskan oleh
Wulandari (2017) bahwa, komponen dari literasi terdiri dari 6 kemampuan yang
berbeda, seperti literasi media yang menuntut agar siswa dapat memiliki
dengan literasi viusal yang menghendaki pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi. Hal ini membuktikan bahwa literasi tidak hanya
didefenisikan sebagai aktivitas membaca dan menulis saja namun lebih dari itu
praktik-praktik yang baik dalam Gerakan Literasi Sekolah menekankan enam poin
tahap perkembangan yang dapat diprediksi; kedua, program literasi yang baik
literasi mengembangkan budaya lisan dan yang terakhir, kegiatan literasi perlu
GLS, untuk itu Pendidik/ Guru dan pimpinan sekolah perlu bekerja sama untuk
menurut Beerrs, dkk (2009) yang dikutip dalam Desain Induk Gerakan Literasi
Fisik Ramah Literasi, lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan
dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah
SMP Tazkia IIBS Malang. Di sekolah tersebut memiliki lingkungan yang baik
Dalam Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah juga disebutkan bahwa, sekolah
peserta didik dipajang pada seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala
sekolah/yayasan dan guru. Selain itu peserta didik juga dapat mengakses buku
19
dan bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas, area kantor dan area lain
sekolah, hal tersebut akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah
Afektif Sebagai Model Komunikasi dan Interaksi yang Literat, lingkungan sosial
dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen
sekolah. Hal tersebut dapat dikembangkan melalui pengakuan atas capaian peserta
prestasi semua aspek peserta didik khususnya dalam bentuk literasi. Prestasi yang
dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan
kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-
masing.
Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi di lingkungan keluarga akan
berkaitan erat dengan perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Salah
satunya yakni pihak sekolah memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk
pembelajaran literasi seperti menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru
bahwa, tahapan pelaksanaan GLS terbagi menjadi tiga tahap, yakni tahap pembiasaan
kegiatan menanggapi buku pengayaan, dan tahap pembelajaran yakni dengan tujuan
Kegiatan literasi pada tahap pembiasaan meliputi dua jenis kegiatan membaca
untuk kesenangan, yakni membaca dalam hati dan membacakan nyaring oleh guru.
1) Tujuan
2) Prinsip-prinsip
adalah buku nonpelajaran; c) peserta didik dapat diminta mebawa bukunya sendiri
dari rumah; d) buku yang dibaca/dibacakan merupakan pilihan dari peserta didik
tentang buku yang dibaca; g) kegiatan membaca dalam suasana santai, tenang dan
3) Jenis Kegiatan
Pada tahap pembiasaan terbagi menjadi dua jenis kegiatan, yang akan
Tabel 2.2
Membaca Dalam Hati
Tahap Membaca Kegiatan
b. Membaca Nyaring
Tabel 2.3
Membaca Nyaring
Tahap Membaca Kegiatan
Sebelum membaca 1) Guru memilih buku/cerita yang
Tahap sebelum membaca bermanfaat dan menarik untuk
penting dilakukan untuk; dibacakan karena kandungan nilai
mengenali teks yang akan moral, sastra, keindahan, relevansi
dibaca, membangun makna, dengan kondisi anak dll.
menggali informasi tersirat, dan 2) Apabila buku yang akan dibaca cukup
untuk menebak isi. tebal, guru dapat mengalokasikan
beberapa pertemuan untuk membacakan
buku tersebut sampai selesai. Alternatif
lain, guru dapat memilih bagian dari
sebuah buku untuk dibacakan.
3) Guru sudah membaca buku yang akan
dibacakan sebelumnya agar dapat
mengidentifikasi proses dan strategi yang
akan digunakan dalam membaca nyaring.
Guru dapat menandai bagian yang perlu
diberi penekanan dan ilustrasi,
tempatbjeda untuk bertanya dll.
23
Menurut Anderson dan Kratthwol (2001) dalam buku Desain Induk GLS
1) Tujuan
Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru
berpikir kritis, analitis, kreatif dan inovatif; dan d) Mendorong peserta didik
untuk selalu mencari keterkaitan antara buku yang dibaca dengan diri sendiri
2) Prinsip-prinsip
Buku yang dibaca adalah buku selain buku teks pelajaran; b) Kegiatan
membaca buku pada tahap ini dapat diikuti oleh tugas-tugas presentasi singkat,
fokus pada sikap peserta didik selama kegiatan; d) Kegiatan membaca buku
3) Jenis Kegiatan
buku yang dibaca di jurnal membaca harian; b) Menanggapi isi buku secara
Menggunakan iklim literasi sekolah. Berikut contoh dari tabel jurnal membaca
harian:
25
Tabel 2.4
Jurnal Membaca Harian
mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks yang dapat berupa buku
laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali
kelas.
1) Tujuan
tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan
buku pelajaran.
26
2) Prinsip-prinsip
prinsip yang perlu dipertimbangkan, antara lain; a) buku yang dibaca berupa
multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak
12 buku bagi siswa SMP; b) ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait
3) Jenis Kegiatan
antara lain; a) lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran
fisik, sosial dan afektif, akademik disertai beragam bacaan cetak, visual,
Kreativitas akan dapat tercipta ketika adanya keinginan dalam diri serta
pengembangan kreativitas dan daya berpikir kritis siswa. Disamping itu, peran
guru sebagai distributor ilmu kepada peserta didik juga harus mengembangkan
terhadap kreativitas peserta didik. Hal ini selaras dengan ketetapan MPR-RI No.
rakyat melalui ketetapan MPR tentang Garis Besar haluan Negara (GBHN)
dan efesiensi kerja. Perilaku kreatif beasal dari pemikiran kreatif.oleh karena itu,
produktif, disamping dari pemikiran logis dan penalaran. Dengan adanya kegiatan
berliterasi, peserta ddik akan dipacu agar terus berpikir kritis dang menghasilkan
didik melakukan proses kritis dari membaca buku bacaan sebagai referensi
kemudian dituangkan dalam bentuk gagasan tertulis. Seperti yang dijelaskan oleh
menulis merupakan sarana atau wahana berharga untuk belajar dalam berbagai
28
cara, sebagai contoh menulis dapat membantu peserta didik mengenang dan
mengukur pemahaman siswa tentang suatu topik serta mendorong siswa untuk
pengetahuan sebelumnya.