PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan Literasi Sekolah merupakan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi,
penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan,
dunia usaha, dll.), dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Gerakan Literasi Sekolah adalah
gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk
mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan
kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,
yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk,
selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan
berdasarkan Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan
keterampilan reseptif maupun produktif.
Dalam pelaksanaannya, pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asesmen agar
dampak keberadaan Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui dan terus-menerus dikembangkan.
Gerakan Literasi Sekolah diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah, pemangku
kepentingan, dan masyarakat untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan
gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.
C. Sasaran
Sasaran Gerakan Literasi Sekolah adalah seluruh warga sekolah ( peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan ) terutama peserta didik.
1
D. Dasar Hukum Literasi
Dasar hukum dalam pembinaan pendidikan karakter antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
4. Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;
5. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan;
6. Permendiknas RI Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi;
7. Program kerja MI Salafiyah Gombong tahun pelajaran 2022/2023.
2
BAB II
PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH
3
memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap
materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi
maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak
manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.
Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk
berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga negara
global (global citizen).Dalam konteks Indonesia, kelima keterampilan tersebut perlu diawali
dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata, sadar dan memaknai materi
cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan menceritakan kembali (narrative
skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami oleh masyarakat karena menjamurnya
lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita dan balita dengan cara yang kurang sesuai
dengan tahapan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, perlu diberi perhatian terhadap
keberlangsungan pendidikan literasi usia dini berlanjut ke literasi dasar.
Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah,
guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengem- bangan
komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang
keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik
terpajan dengan kelima komponen literasi akan menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi
dengan literasi visual. Sebagai langkah awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan
paradigma semua pemangku kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini.
4
menulis surat untuk wali kota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan
yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada peserta didik.
5. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting Kelas berbasis literasi yang kuat akan
melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di
kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat
agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk
menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati
perbedaan pandangan satu sama lain.
6. Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolah Penting bagi pendidik untuk tidak hanya
menerima perbedaan, namun juga merayakannya melalui agenda literasi di sekolah. Buku-
buku yang disediakan untuk bahan bacaan peserta didik perlu merefleksikan kekayaan
budaya Indonesia agar peserta didik dapat terpajan pada pengalaman multikultural sebanyak
mungkin
5
membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf sekolah. Dengan demikian, setiap orang
dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai sukarelawan dalam
gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya
literat.
3. Lingkungan Akademik
Lingkungan fisik dan sosial akan dapat dibangun bila lingkungan akademik tercipta. Ini
dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Pimpinan sekolah
dapat membentuk tim literasi. Tim ini bertugas untuk membuat perencanaan dan asesmen
program. Adanya Tim Literasi Sekolah bisa memastikan terciptanya suasana akademik yang
kondusif, yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar.
Sekolah harus memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi.
Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku
dengan nyaring selama 15--30 menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal 3 kali
seminggu. Waktu untuk kegiatan berliterasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk
kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu
diberikan kesempatan mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan
kapasitas literasi.
6
& Krathwol, 2001). Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata
pelajaran).
7
BAB III
RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN LITERASI MI SALAFIYAH GOMBONG
A. Pembiasaan
1. Membaca dalam membangun kebiasaan Kelas I s/d 1) Peserta didik membaca diam dengan memilih buku sesuai minat dan
hati membaca, misalnya Kelas VI keinginannya.
berkonsentrasi, 2) Guru memberikan contoh dengan bersama-sama membaca dalam hati pada
meningkatkan kemampuan saat yang sama.
serta kelancaran membaca 3) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu
melalui kegiatan membaca yang ditetapkan (15-30 menit). Guru Kelas
untuk kesenangan. 4) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya kegiatan
membaca.
5) Tidak ada tugas atau catatan akademik yang perlu dilaporkan/diserahkan.
6) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
2. Membaca nyaring membangkitkan minat Kelas IV 1) Materi bacaan yang dipilih sesuai dengan atau sedikit di atas tingkat Guru Kelas
baca peserta didik; s/d Kelas VI membaca mandiri.
meningkatkan 2) Guru membaca materi bacaan dulu.
pengetahuan pada anak- 3) Mengidentifikasi proses dan strategi yang akan digunakan
anak; memperkenalkan 4) Guru perlu mengantisipasi di bagian mana dalam bacaan “pengetahuan
banyak kosakata baru dasar” perlu dibangun.
kepada anak-anak; 5) Pada tahap sebelum membaca, guru memilih buku/cerita yang bermanfaat
mendorong anak-anak dan menarik untuk dibacakan karena kandungan nilai moral, sastra,
8
untuk berpartisipasi aktif keindahan, relevansi dengan kondisi anak, dll.
dalam proses 6) Pada tahap membaca, guru sebaiknya tidak membaca terlau cepat. Apabila
pembelajaran; kapasitas memungkinkan gunakan suara yang berbeda untuk pelaku yang berbeda.
memori atau daya ingat Jeda diperlukan untuk membuat peserta didik yang sedang menyimak lebih
anak dapat ditingkatkan terlibat.
dengan cara meminta anak 7) Untuk kegiatan pembiasaan budaya membaca, peserta didik dapat diarahkan
untuk mengingat cerita untuk membaca cerita menarik lain di hadapan teman sekelas ataupun
yang telah dibacakan atau diadakan kompetisi/lomba membaca cerita bagi peserta didik.
sampai sejauh mana cerita
telah disampaikan.
B. Pengembangan
1. Berbincang/ Meningkatkan kemampuan Kelas IV 1) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu
menganalisis siswa untuk menganalisis s/d Kelas VI yang ditetapkan (15-30 menit).
elemen-elemen elemen cerita 2) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
Guru Kelas
cerita kegiatan membaca.
IV, V, VI
3) Memberi tagihan analisis elemen cerita
4) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
2. Membuat jurnal Meningkatkan kemampuan Kelas IV 1) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu Guru Kelas
tanggapan terhadap siswa untuk memahami isi s/d Kelas VI yang ditetapkan (15-30 menit). IV, V, VI
cerita. bacaan 2) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
kegiatan membaca.
9
3) Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa
4) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
3. Kegiatan seni peran Meningkatkan kemampuan Kelas IV 1) Peserta didik memilih satu buku, majalah, atau surat kabar selama waktu
bebasis tanggapan siswa untuk s/d Kelas VI yang ditetapkan (15-30 menit).
terhadap cerita mengkomunikasikan isi 2) Jam beker dipasang sebagai pengingat waktu mulai dan berakhirnya
Guru Kelas
cerita/bacaan kegiatan membaca.
IV, V, VI
3) Memberi tagihan berupa jurnal tanggapan terhadap siswa
4) Seluruh komponen sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga
kependidikan, pustakawan) berpartisipasi.
C. Pembelajaran
Pembelajaran berbasis menumbuhkan semangat Kelas IV 1) Guru mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi
literasi rasa ingin tahu dan cinta s/d Kelas VI ketergantungan kepada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
pengetahuan peserta didik 2) Siswa membaca teks yang telah disediakan guru.
Guru Kelas
3) Memberi tagihan sesuai dengan LK yang disiapkan guru
4) Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
5) Membuat simpulan dan pemajangan
10