Anda di halaman 1dari 14

HEALTHY

72
Volume 5 No. 2 Mei 2017

HUBUNGAN PENERAPAN MPKP TIM DENGAN TINGKAT KEPUASAN


PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

Abi Mas Udianto1), Badrul Munif2) dan Citra Indra Gustian3)


1) Dosen D3 Farmasi, STIKES Banyuwangi, email: abimas08@gmail.com
2) Dosen S1 Keperawatan, email: badrulmunif@yahoo.co.id
3) Mahasiswa S1 Keperawatan, STIKES Banyuwangi

ABSTRAK

Peningkatan mutu asuhan keperawatan di RSUD Blambangan Banyuwangi


memerlukan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan. Sistem pemberian
asuhan keperawatan dilaksanakan dengan menggunakan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) Tim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Tim dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Blambangan Banyuwangi.
Design penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ruang rawat inap dan semua pasien di RSUD Blambangan Banyuwangi
dalam satu periode kunjungan (N = 98). Sampel dalam penelitian ini adalah 4 ruang
rawat inap, serta pasien yang memenuhi kriteria inklusi (n = 79).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan MPKP Tim di ruang rawat
inap sebanyak 2 ruangan (50%) terlaksana dengan baik, dan 2 ruangan (50%)
terlaksana kurang baik. Tingkat kepuasan pasien adalah 66% puas, 28% cukup
puas,dan 6% kurang puas.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan SPSS
18 diperoleh nilai signifikansi 0,03 dengan taraf signifikansi 5 % menunjukkan nilai
0,03 < 0,05, maka dinyatakan bahwa terdapat hubungan penerapan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) Tim dengan tingkat kepuasan pasien.
Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) Tim dapat dilaksanakan dengan baik untuk meningkatkan tingkat
kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit, sehingga dapat di kembangkan penerapan
MPKP secara berkelanjutan.

Kata kunci : Penerapan MPKP tim, tingkat kepuasan pasien

PENDAHULUAN 2008). Kepuasan pasien ditentukan salah


Peningkatan mutu pelayanan satunya dengan pelayanan keperawatan.
keperawatan di rumah sakit ditentukan Menurut Azwar (2009) pasien merasa
dengan penerapan model praktik kurang puas terhadap pelayanan
keperawatan professional diantaranya keperawatan karena pelayanan tersebut
menggunakan model tim, model ini tidak optimal. Di RSUD Blambangan
memberikan rasa tanggung jawab yang Banyuwangi sejak diterapkanya model
lebih tinggi sehingga terjadi peningkatan praktik keperawatan professional tim
kinerja dan kepuasan pasien (Nursalam, awal tahun 2016, sebagian pasien masih
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 73

menyatakan ketidakpuasan terhadap tersebut juga memberikan informasi


pelayanan hal ini dibuktikan dengan bahwa keluhan utama adalah terhadap
masih adanya keluhan terhadap pelayanan perawat, yakni perawat tidak
pelayanan keperawatan. Namun dalam mau berkomunikasi dengan pasien
hal ini belum diketahui secara terperinci (80%), kurang perhatian (66,7%) dan
dimana ketidaksesuaian pelayanan tidak ramah (33,3%) (Dinas Infokom
terhadap kepuasan pasien tersebut Jatim, 2008).
terutama dalam penerapan model praktik Dari Studi Pendahuluan tentang
keperawatan professional tim. kepuasaan terhadap layanan keperawatan
Penelitian Rosenstein (2005), bulan September 2016 di ruang Mas Alit
dengan responden sebagian pasien yang sebanyak 10 pasien, 6 orang menyatakan
sedang menjalani rawat inap di salah satu puas, 3 orang menyatakan cukup puas,
rumah sakit di negara maju yaitu AS dan 1 orang menyatakan kurang puas. Di
(Amerika Serikat), sejumlah 150 pasien ruang Agung Wilis sebanyak 10 pasien,4
ditemukan bahwa sekitar 65% pasien orang menyatakan puas, 4 orang
memberikan persepsi negatif terhadap menyatakan cukup puas, dan 2 orang
pelayanan perawat di rumah sakit. 53% menyatakan kurang puas. Dari data
pasien mengatakan puas dengan Subag PEP (perencanaan, evaluasi,
pelayanan perawat dan sisanya pelaporan) bulan Agustus 2016
mengatakan tidak puas. Berdasarkan didapatkan masih adanya keluhan
penelitian yang dilakukan oleh Dona terhadap pelayanan keperawatan
Amelia, hasil evaluasi pelaksanaan sebanyak 5% dari seluruh jumlah
MPKP selama 6 bulan pada bulan kunjungan rawat inap yaitu sebanyak 25
Oktober 2010 di ruang rawat interne pengaduan. Keluhan pasien tentang
RSUD Achmad Mochtar Bukit Tinggi komunikasi perawat terhadap klien,
diperoleh hasil dimana kepuasan pasien ketanggapan perawat terhadap keluhan
sebelum pelaksanaan MPKP 66.76% yang disampaikan klien,dan tentang
meningkat menjadi 88.96% setelah performa perawat.
dilaksanakan MPKP. Evaluasi penerapan Model Praktik Keperawatan
asuhan keperawatan mulai dari Profesional (MPKP) dikembangkan di
pengkajian hingga evaluasi diperoleh Indonesia oleh Sitorus (1998) dengan
hasil 35.69% sebelum dilaksanakan mengikuti perkembangan yang ada di
MPKP dan meningkat menjadi 97.22% Indonesia yang terdiri atas tiga
setelah dilaksanakan MPKP. subkomponen, yaitu ketenagaan
Penelitian Wirawan (2007) perawatan,metode pemberian asuhan
tentang tingkat kepuasan pasien rawat keperawatan dan dokumentasi
inap terhadap asuhan keperawatan di keperawatan . Dengan penerapan Model
sebuah rumah sakit di Jawa Timur, Praktik Keperawatan Profesional
diperoleh informasi hanya 17% dari diharapkan perawat mempunyai
seluruh pasien rawat inap yang kemampuan critical thinking yang tinggi
mengatakan puas terhadap asuhan memahami pentingnya hubungan
keperawatan yang diterima, sedangkan perawat-pasien yang baik dalam Praktik
83% mengatakan tidak puas. Penelitian keperawatan. Implementasi MPKP harus
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 74

ditunjang dengan sumber daya manusia, atau keluarga terdekat. Kepuasan terdiri
sarana dan prasarana yang memadai. Saat dari lima dimensi yaitu Dimensi
ini praktik pelayanan keperawatan di tangibles, reliability, responsiveness,
banyak rumah sakit di Indonesia belum assurance, empaty (Nursalam, 2008).
mencerminkan praktik pelayanan Kepuasan pasien akan tercapai bila
profesional, metoda pemberian asuhan diperoleh hasil yang optimal bagi setiap
keperawatan yang dilaksanakan belum pasien dan pelayanan kesehatan
sepenuhnya berorientasi pada upaya memperhatikan pasien dan keluarganya,
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan ada perhatian terhadap keluhan, kondisi
lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas lingkungan fisik dan tanggap kepada
(Siswono,2002). kebutuhan pasien sehingga tercapai
Penerapan model asuhan keseimbangan yang sebaik-baiknya
keperawatan profesional tim, apabila antara tingkat rasa puas dan derita serta
tanggung jawab atau peran perawat baik jerih payah yang harus dialami guna
dalam hal ( dokumentasi, timbang terima, memperoleh hasil tersebut. Hubungan
supervisi, dan sentralisasi obat ) tidak yang baik antara pasien dan perawat
dijalankan dengan baik, yang berarti dapat dilakukan apabila menerapkan
menunjukkan kinerja kerja perawat juga suatu model asuhan keperawatan yang
menurun (Nursalam, 2002). Menurunnya baik. Dengan menerapkan model yang
kinerja kerja perawat dapat baik maka pelayanan pasien menjadi
mengakibatkan suatu pelayanan asuhan sempurna sehingga pasien dapat
keperawatan rendah dan pasien tidak terpenuhi kepuasannya.
puas. Pengelolaan pelayanan pasien di RSUD Blambangan Banyuwangi
ruang rawat inap, perawat merupakan adalah rumah sakit terbesar dan tertua di
bagian yang paling utama karena Kabupaten Banyuwangi yang mempunyai
merekalah yang langsung berhubungan tipe C. RSUD Blambangan terus
dengan klien dan keluarga selama 24 jam berbenah untuk meningkatkan kualitas
dirawat. Akhir-akhir ini terus layanan kepada pasien. Salah satu usaha
dikembangkan Model Praktik untuk peningkatan kualitas layanan
Keperawatan Profesional (MPKP), dan adalah dengan menerapkan MPKP model
telah diuji coba untuk diterapkan pada tim, Agar pelaksanaan MPKP tim
beberapa rumah sakit dengan harapan menjadi efektif perlu adanya suatu
nilai profesional dapat diaplikasikan koordinasi dari segala aspek yaitu
secara nyata, sehingga meningkatkan tanggung jawab perawat tim mengenai
mutu pelayanan keperawatan dan supervise, dokumentasi keperawatan,
kepuasaan pasien. sentralisasi obat, timbang terima, dan
Kepuasan atau ketidakpuasan ronde keperawatan. Dengan telah
adalah suatu keputusan penilaian. diterapkannya MPKP sudah lebih dari 1
Kepuasan dibentuk dari sebuah hasil dan semester berjalan, namun belum ada
sebuah referensi perbandingan, yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan MPKP
membandingkan hasil yang diterima serta tingkat kepuasan pasien yang
dengan suatu standart tertentu. Tingkat diberikan asuhan keperawatan belum
kepuasan pelayanan pasien dari persepsi diketahui.
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 75

Berdasarkan latar belakang anak-anak, maka di ruang Mas Alit yang


terrsebut diatas, peneliti terdorong untuk menjadi responden adalah orang tua
melakukan penelitian yang berjudul pendamping utama anak selama
”Hubungan penerapan Model Praktik menjalani perawatan diruangan.
Keperawatan Professional (MPKP) Tim besar sampel dalam penelitian ini
dengan Tingkat Kepuasan Pasien di adalah 79 orang. Pada penelitian ini
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum tehnik sampling yang digunakan adalah
Daerah Blambangan Banyuwangi. Tujuan non probality Sampling yaitu purposive
penelitian ini adalah untuk mengetahui sampling, yaitu suatu tehnik penetapan
Hubungan penerapan Model Praktik sampel diantara populasi sesuai dengan
Keperawatan Profesional (MPKP) tim yang dikehendakai peneliti. Untuk
terhadap tingkat kepuasan pasien di penetapan sampel pasien di ruang rawat
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum inap yang memenuhi kriteria inklusi
Daerah Blambangan Banyuwangi. sampai jumlah sampel terpenuhi.
Variabel dependent dalam penelitian ini
adalah tingkat kepuasan pasien dan
METODE PENELITIAN variabel independen dalam penelitian ini
Desain penelitian ini adalah Cross adalah penerapan MPKP Tim.
Sectional, yaitu jenis penelitian yang Instrumen untuk penerapan
menekankan waktu pengukuran/observasi MPKP tim menggunakan observasi
data variabel independen dan dependen dengan checklist, sedangkan untuk
dinilai secara simultan pada suatu saat. kepuasan pasien menggunakan kuesioner
Populasi dalam penelitian ini dengan skala likert. Setelah data
adalah Semua ruang rawat inap dan terkumpul selanjutnya adalah melakukan
semua pasien rawat inap di RSUD pengolahan data, dengan tahapan sebagai
Blambangan Banyuwangi dalam satu berikut: Editing, Coding, Scoring dan
periode kunjungan. Untuk ruangan NICU Intepretasi Data. Selanjutnya data
dan ICU tidak diikutsertakan dalam dianalisa dengan Uji statistik Chi Square
penelitian ini dengan pertimbangan menggunakan SPSS 18 for window untuk
kegawatan pasien yang dirawat dan mengetahui hubungan penerapan MPKP
pelayanan keperawatan diruangan tim dengan tingkat kepuasan pasien. Jika
tersebut terpapar dengan high technology. Sig < 0.05 maka Hi diterima artinya ada
Bila diikutkan dalam penelitian ini hubungan antara penerapan MPKP tim
dikhawatirkan akan mempengaruhi dengan tingkat kepuasan pasien.
keakuratan hasil penelitian. Sebaliknya jika Sig > 0.05 maka Hi
Untuk sampel pasien adalah ditolak artinya tidak ada hubungan antara
seluruh pasien di ruang rawat inap yang penerapan MPKP tim dengan tingkat
memenuhi kriteria inklusi. Ruang Mas kepuasan pasien.
Alit adalah ruangan yang merawat pasien
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 76

HASIL
1. Data Umum
a. Karakteristik Ruang Rawat Inap

JUMLAH TEMPAT TIDUR

25; 26% 21; 21%


Mas Alit
Agung Wilis
18; 18%
34; 35% Tawang Alun
Sritanjung

Diagram 1. Distribusi Jumlah Tempat Tidur di Ruang Rawat Inap RSUD


Blambangan Banyuwangi

Diagram 1 menunjukkan bahwa di ruang Tawang Alun yaitu sebanyak 34


hampir setengahnya tempat tidur terdapat tempat tidur atau 35 %.

b. Karakteristik Usia Responden

USIA RESPONDEN
5; 6% 15; 19%
11; 14%
20-30 tahun
31-40 tahun
22; 28%
26; 33% 41-50 tahun
51-60 tahun
> 60 tahun

Diagram 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Ruang Rawat Inap RSUD


Blambangan Banyuwangi

Diagram 2 menunjukkan hampir umur 41-50 tahun sebanyak 26 orang atau


setengahnya responden adalah kelompok 33%.
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 77

c. Karakteristik Jenis Kelamin Responden

JENIS KELAMIN

37; 47%
42; 53%
laki-laki perempuan

Diagram 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Rawat Inap


RSUD Blambangan Banyuwangi

Diagram 3 menunjukkan bahwa kelamin laki-laki sebanyak 42 orang atau


sebagian besar responden adalah jenis 53%.

d. Karakteristik Pendidikan Responden

PENDIDIKAN
18; 23% 10; 13%
SD
19; 24%
SMP
32; 40% SMA
Diploma/Sarjana

Diagram 4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Rawat Inap


RSUD Blambangan Banyuwangi

Diagram 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SMA sebanyak 32


hampir setengahnya responden dengan orang atau 40%.
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 78

e. Karakteristik Pekerjaan Responden

PEKERJAAN
2;3;3%
4% tidak bekerja
16; 20%
30; 38% buruh/tani
swasta
28; 35%
PNS
pensiunan

Diagram 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Rawat Inap


RSUD Blambangan Banyuwangi

Diagram 5 menunjukkan bahwa pekerjaan buruh/tani sebanyak 30 orang


hampir setengahnya responden memiliki atau 38%.

2. Data Khusus
a. Penerapan MPKP Tim di ruang rawat inap

PENERAPAN MPKP TIM

2; 50%
2; 50%
Baik Kurang baik

Diagram 6. Distribusi Penerapan MPKP Tim di Ruang Rawat Inap RSUD


Blambangan Banyuwangi

Berdasarkan diagram 6 diatas rawat inap setengahnya adalah baik yaitu


diketahui penerapan MPKP Tim di ruang sebanyak 2 ruangan atau 50%.
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 79

b. Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap

KEPUASAN PASIEN
5; 6%
22; 28% Baik
Cukup
52; 66%
Kurang

Diagram 7. Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Blambangan


Banyuwangi

Berdasarkan diagram 7 diatas adalah baik yaitu sebanyak 52 orang atau


diketahui sebagian besar kepuasan pasien 66%.

c. Hubungan Penerapan Mpkp Tim Dengan Kepuasan Pasien

Tabel 1. Hubungan penerapan MPKP Tim dengan kepuasan pasien


Kepuasan pasien
Baik Cukup Kurang Jumlah
Penerapan
MPKP tim
Baik 29 8 - 37

Kurang baik 23 14 5 42

Jumlah 52 22 5 79

Dari tabel 1 diatas dapat diketahui 23 orang, tetapi ada 5 orang kepuasannya
bahwa di ruang rawat inap yang kurang.
menerapkan MPKP tim dengan baik dan Analisa statistik yang digunakan
kepuasan pasiennya baik sebanyak 29 untuk menguji hubungan kedua variabel
orang. Sedangkan di ruang rawat inap adalah Perhitungan uji chi square
yang menerapkan MPKP tim kurang baik menggunakan SPSS 18 for windows
dan kepuasan pasiennya baik sebanyak diperoleh hasil sebagai berikut:
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 80

Tabel 2 Hasil uji statistik Chi Square Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.040a 2 .030

Likelihood Ratio 8.966 2 .011

Linear-by-Linear Association 6.667 1 .010

N of Valid Cases 79

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.34.

Hasil nilai signifikansi 0,03 keperawatan. MPKP metode tim adalah


dengan taraf signifikan 0,05. Angka 0,03 pengorganisasian pelayanan keperawatan
< 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima dengan menggunakan tim yang terdiri
dengan demikian ada hubungan atas kelompok klien dan perawat. Dalam
penerapan MPKP Tim dengan tingkat penerapannya metode tim memungkinkan
kepuasan pasien. pelayanan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antar tim,
PEMBAHASAN sehingga konflik mudah diatasi dan
1. Penerapan MPKP Tim memberi kepuasan kepada anggota tim.
Hasil penelitian yang (Satria, 2011). Ada beberapa faktor yang
dilakukan di Ruang Rawat Inap RSUD mempengaruhi pelaksanaan Model
Blambangan Banyuwangi sesuai Diagram Praktik Keperawatan Professional
6 bahwa penerapan MPKP tim (MPKP) di antaranya adalah faktor
setengahnya adalah baik yaitu sebanyak sarana prasarana, dokumentasi
2 ruang rawat inap (50%) dan keperawatan, ketenagaan, kualitas
setengahnya sebanyak 2 ruangan (50%) sumber daya keperawatan, dan supervisi.
penerapanya masih kurang baik. (Nursalam, 2011).
Model Praktik Keperawatan Berdasarkan hasil observasi
Profesional (MPKP) adalah suatu sistem menunjukkan sebanyak 2 ruang rawat
(struktur,proses dan nilai-nilai inap sudah menerapkan MPKP dengan
profesional) yang memungkinkan baik. Penerapan MPKP tim berjalan
perawat profesional mengatur pemberian dengan baik karena adanya koordinasi
asuhan keperawatan, termasuk yang baik antara anggota tim, ketua tim,
lingkungan untuk menopang pemberian dan kepala ruangan dalam melaksanakan
asuhan tersebut. Penerapan MPKP salah asuhan keperawatan terhadap pasien
satu usaha untuk memberikan pelayanan sehingga pelaksanaan MPKP bisa
keperawatan secara paripurna,dengan berjalan sinergis . Ketersediaan sarana
harapan terjadi peningkatan kualitas prasarana dan sumber daya keperawatan
pelayanan khususnya pelayanan yang berkualitas merupakan elemen yang
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 81

mendukung terlaksananya penerapan Professional (MPKP) dipengaruhi oleh


MPKP. Sebagian ruang rawat inap juga faktor sarana prasarana, ketenagaan,
sudah menerapkan asuhan keperawatan dokumentasi keperawatan, kualitas
sesuai dengan standar asuhan sumberdaya keperawatan dan supervisi.
keperawatan (SAK) yang terdokumentasi
dengan lengkap dan benar sesuai format
yang ada. Ini sudah sesuai teori bahwa 2. Kepuasan pasien rawat inap
pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Hasil penelitian yang dilakukan di
Professional (MPKP) dipengaruhi oleh Ruang Rawat Inap RSUD Blambangan
faktor sarana prasarana, ketenagaan, Banyuwangi sesuai Diagram 7 bahwa
dokumentasi keperawatan, dan kualitas kepuasan pasien di ruang rawat inap
sumberdaya keperawatan. sebagaian besar adalah baik yaitu
Berdasarkan hasil observasi sebanyak 52 orang (66%).
sebanyak 2 ruang rawat inap kurang baik Kepuasan terdiri dari lima
dalam menerapkan MPKP. Subsistem dimensi yaitu Dimensi tangibles,
hubungan professional mendapatkan poin reliability, responsiveness, assurance,
rendah yang meliputi pelaksanaan empaty (Nursalam, 2008). Kepuasan
dokumentasi keperawatan, ronde merupakan hasil penilaian perasaan
keperawatan, dan conference. individu yang lebih bersifat subjektif,
Kemampuan perawat dalam dalam hal maka hal ini menunjuk pada dimensi
manajemen keperawatan masih kurang, abstrak yang relatif. Para ahli telah
ini di karenakan jenjang pendidikan banyak mengembangkan model
perawat sebagian besar DIII keperawatan pengukuran yang dapat digunakan untuk
sebanyak 79%, sedangkan S1 mengkuantifikasi dimensi abstrak dari
keperawatan hanya 21%. Pelaksanaan suatu fenomena (dimensi keperibadian,
ronde keperawatan hampir tidak pernah sikap, atau perilaku) agar lebih mudah
dilakukan, sedangkan pelaksanaan pre dipahami. (Utama, 2007). Menurut
conferen maupun post conference belum Gunarsa (1995) dalam Suryawati (2006),
terlaksana dengan baik dan benar. banyak variabel nonmedik ikut
Supervisi penerapan MPKP tim juga menentukan kepuasan pasien antara lain:
masih kurang sehingga tidak diketahui tingkat pendidikan, latar belakang sosial
konsistensi penerapannya dan tidak ekonomi, budaya, lingkungan fisik,
segera diketahui bila masih banyak pekerjaan, kepribadian dan pengalaman
kekurangan. Untuk perbaikan penerapan hidup pasien. Kepuasan pasien
MPKP dan menjaga kualitas asuhan dipengaruhi juga oleh karakteristik
keperawatan di perlukan pendidikan dan individu pasien yaitu: umur, pendidikan,
pelatihan sumberdaya keperawatan secara pekerjaan, etnis, sosial ekonomi, dan
berkelanjutan untuk meningkatkan diagnosis penyakit
ketrampilan dan pengetahuan. Selain itu Dari hasil tabulasi kuesioner
juga perlu dilakukan supervisi terhadap kepuasan pasien didapatkan sebagian
penerapan MPKP secara berkala. besar responden kepuasannya adalah baik
Keadaan Ini sudah sesuai teori bahwa yaitu sebanyak 52 orang. Kepuasan
pelaksanaan Model Praktik Keperawatan pasien dapat tercapai dengan baik karena
kualitas layanan yang diperoleh sesuai
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 82

dengan apa yang diharapkan. Semua semakin tinggi selisih antara kebutuhan
dimensi kepuasan bisa terpenuhi meliputi pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai
kelengkapan peralatan medis dan non keinginan pasien dengan pelayanan yang
medis di ruang perawatan, kebersihan telah diterimanya, maka akan terjadi rasa
ruangan, penampilan perawat yang rapi ketidakpuasan pasien. Sesuai dengan
dan bersih, perawat yang komunikatif, diagram 4 pasien yang berpendidikan
sikap perawat yang ramah dan sopan, Diploma/Sarjana sebanyak 18 orang
kepedulian perawat yang tinggi, tanggap (23%) responden yang memiliki tingkat
terhadap keluhan pasien, serta perawat pendidikan tinggi relatif memiliki standar
memiliki empati yang kepada pasien. kepuasan atau harapan yang tinggi
Bila semua dimensi kepuasan sudah terhadap kualitas pelayanan sehingga saat
terpenuhi maka pasien akan merasa pelayanan yang diterima kualitasnya
nyaman dan aman selama menjalani relatif menurun, mereka akan kurang
perawatan di ruang rawat inap. Sesuai puas karena pelayanan tersebut tidak
diagram 4 pasien yang berpendidikan sesuai dengan standar mereka. Dalam hal
SMP sebanyak 19 orang (24%) dan ini daya tanggap perawat dan kepedulian
berpendidikan SD sebanyak 10 orang perawat terhadap keluhan pasien masih
(13%), responden yang memiliki tingkat dikeluhkan. Perawat yang kurang
pendidikan rendah relatif memiliki komunikatif dan kurang sopan dalam
standar kepuasan atau harapan yang tidak proses asuhan keperawatan masih
tinggi terhadap kualitas pelayanan dijumpai pada pelayanan rawat inap di
sehingga saat pelayanan yang diterima RSUD Blambangan sehingga pasien
kualitasnya relatif menurun seperti kalau kurang puas terhadap pelayanan
cairan infus mau habis harus lapor keperawatan. Kepuasan pasien akan terus
perawat, mereka akan tetap merasa puas meningkat seiring dengan peningkatan
karena pelayanan tersebut telah sesuai kualitas pelayanan keperawatan,terutama
dengan standar mereka. Ini sudah sesuai dalam hal komunikasi perawat terhadap
teori bahwa kepuasan seseorang pasien,ketanggapan dan kepedulian
ditentukan juga oleh faktor nonmedik perawat terhadap keluhan pasien serta
diantaranya adalah faktor pendidikan kesopanan dan keramahan perawat dalam
seseorang. melayani pasien.
Berdasarkan Diagram 7 bahwa
sebanyak 22 responden (28%) di ruang
rawat inap menyatakan cukup puas dan 3. Hubungan penerapan MPKP Tim
sebanyak 5 orang (6%) menyatakan dengan Tingkat Kepuasan pasien
kurang puas. Seseorang akan terpuaskan Berdasarkan hasil hitung
jika tidak ada selisih antara sesuatu atau SPSS nilai signifikansi = 0,03 dengan
kondisi yang diinginkan dengan kondisi taraf signifikansi 0,05 yang mempunyai
aktual. Semakin besar kekurangan dan arti Ho di tolak Hi di terima dengan
semakin banyak hal penting yang demikian ada hubungan penerapan
diinginkan, semakin besar rasa MPKP Tim dengan tingkat kepuasan
ketidakpuasan. Secara teoritis, definisi pasien.
tersebut dapatlah diartikan, bahwa MPKP adalah merupakan suatu
model yang yang memberikan
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 83

kesempatan bagi perawat untuk profesional tim bertujuan untuk


menunjukkan otonomi dan akuntabilitas meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
dalam memberikan asuhan keperawatan Berdasarkan penelitian oleh Hardianti di
kepada klien. Kepuasan adalah tingkat Ruang rawat inap RSUD Majene Tahun
keadaan yang dirasakan seseorang yang 2012 terdapat korelasi yang positif antara
merupakan hasil dari membandingkan penerapan Metode Tim (MPKP) dengan
penampilan atau outcome produk yang kinerja perawat pelaksana dan kepuasan
dirasakan dalam hubungannya dengan pasien Melalui model ini dapat
harapan seseorang, dengan demikian diterapkan rencana kebutuhan tenaga
tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari keperawatan secara profesional, metode
perbedaan antara penampilan yang pemberian asuhan keperawatan yang
dirasakan dan harapan (Kotler,2000). digunakan dan cara pendokumentasian
Kepuasan terdiri dari lima dimensi yaitu asuhan keperawatan. Model ini memberi
Dimensi tangibles, reliability, kesempatan para perawat profesional
responsiveness, assurance, empaty menerapkan otonominya dalam
(Nursalam, 2008). Penerapan model merancang, melaksanakan dan
praktik keperawatan profesional tim mengevaluasi asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu diberikan pada pasien. Dengan penerapan
asuhan keperawatan melalui penataan MPKP tim yang baik kinerja perawat
sistem pemberian asuhan keperawatan akan semakin baik sehingga pasien akan
sehingga dapat terwujud pelayanan merasa puas dengan pelayanan
keperawatan yang prima. Dengan perawatan.
pelayanan keperawatan yang prima Kepuasan pasien merupakan
diharapkan kepuasan pasien dapat cerminan mutu pelayanan rumah sakit.
tercapai dengan maksimal. Pengembangan penerapan MPKP harus
Berdasarkan tabel 1 didapatkan terus dilakukan untuk peningkatan mutu
bahwa pada ruang rawat inap yang pelayanan keperawatan. Dengan
menerapkan MPKP Tim dengan baik, meningkatkan Mutu pelayanan
kepuasan pasiennya cenderung baik yaitu keperawatan, diharapkan kepuasan pasien
sebanyak 29 orang. Sedangkan di ruang dapat tercapai dengan maksimal. Semua
rawat inap yang menerapkan MPKP tim dimensi kepuasan mencerminkan
kurang baik, kepuasan pasiennya baik performa perawat dan pelayanan asuhan
sebanyak 23 orang, tetapi ada 5 orang keperawatan kepada klien. Perbaikan dan
kepuasannya kurang. Kepuasan pasien pemenuhan sarana dan prasarana
dapat tercapai dengan optimal bagi setiap kesehatan di rumah sakit juga harus terus
pasien karena pelayanan keperawatan dilakukan, demikian juga dengan daya
memperhatikan pasien dan keluarganya, tanggap dan kepedulian perawat terhadap
ada perhatian terhadap keluhan, kondisi pasien harus terus ditingkatkan untuk
lingkungan fisik yang bersih serta aman mewujudkan pelayanan keperawatan
dan tanggap kepada kebutuhan pasien yang prima.
sehingga tercapai keseimbangan dimensi
kepuasan dengan sebaik-baiknya.
Penerapan model praktek keperawatan
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 84

KESIMPULAN Nurses, 124 Cases Studies, 3 Ed.


Dari hasil penelitian ini, dapat Philadelphia : JB Lippincott
disimpulkan sebagai berikut: Penerapan Notoatmodjo. S.(2010). Metodologi
MPKP Tim di ruang rawat inap RSUD Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Blambangan Banyuwangi setengahnya Rineka Cipta
terlaksana dengan baik yaitu sebanyak 2
Nugroho. W. (2008). Keperawatan
ruangan (50%) dan setengahnya
Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3.
terlaksana kurang baik sebanyak 2 Jakarta: EGC
ruangan (50%); Kepuasan pasien di ruang
rawat inap RSUD Blambangan Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan
Banyuwangi sebagian besar adalah baik Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi,
yaitu sebanyak 52 orang atau 66%; Ada
Tesis, dan Instrument Penelitian
hubungan penerapan MPKP Tim dengan Keperawatan. Bandung: Salemba
tingkat kepuasan pasien di ruang rawat Medika
inap RSUD Blambangan Banyuwangi.
Nursalam, (2008). Manajemen
Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 2,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
ACC/SCN. (2000). Fourth Report On
The World Nutrition Situation: Nursalam. (2010). Konsep dan
Nutrition Throughout The Life Cycle. Penerapan Metodologi Penelitian
Geneva, ACC/SCN In Collaboration Keperawatan. Jakarta: Info Medika
With IFPRI.
Nursalam. (2013). Konsep dan
Alimul H.A. (2003). Riset Keperawatan Penerapan Metodologi Penelitian
dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Keperawatan. Jakarta: Info Medika
Jakarta: Salemba Medika
Pohan, (2006). Jaminan Mutu Layanan
Amiyati. L.(2002). Model Praktik Kesehatan Dasar-Dasar Pengertian
Keperawatan Profesional di dan Penerapan. Jakarta: Penerbit
Indonesia : Seminar Nasional, Buku kedokteran EGC
PERSI, Jakarta : RSCM
Potter&Perry.(2005).BukuAjarFundamen
Arum. P. (2013). Kajian Penerapan talKeperawatan,Konsep,ProsesdanP
Model Praktik Keperawatan raktik.Jakarta:EGC.
Profesional. Jurnal Kesehatan ISSN
1979-7621. Rosenstein. (2005). Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan :
Jonathan. S.(2006). Metode Penelitian Pendekatan Berdasarkan
Kuantitatif dan Kualitatif. Pengalaman. Jakarta : EGC.
Yogyakarta. :Graha Ilmu.
Sastroasmoro. I, S.(2008). Dasar-Dasar
La Biondo.W & Haber.(2007). Konsep & Metodologi Penelitian Klinis.
Penerapan Metodologi Penelitian Jakarta: Cv. Sagung Seto
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika Sitorus, R. (2000). Model Praktek
Keperawatan Sebagai Upaya
Marquis, B.L & Huston, C (1998), Meningkatkan Profesionalisme
Management Decision Making For
HEALTHY
Volume 5 No. 2 Mei 2017 85

Dalam Pelayanan Perawatan, Sugiyono (2010). Statistik Non-


Bandung : Munas VI, PPNI Parametris Untuk Penelitian.
Bandung: Penerbit CV Alfabet
Sitorus. R.Y. (2006). Model Praktik
Keperawatan Profesional di Rumah Sugiyono (2009). Metode Penelitian
Sakit; Penataan Struktur dan Proses Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(Sistem) Pemberian Asuhan Bandung: Alfabeta
Keperawatan di Ruang Rawat,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Utama (2007). Memahami Fenomena
Kepuasan Pasien Rumah Sakit.
Suarli (2009). Manajemen Keperawatan. (http://www.usu digital
Jakarta: Penerbit Erlangga library).Diakses 10 November 2010
Wirawan (2008). Profil Kesehatan, Jawa
Timur : Dinas Infokom

Anda mungkin juga menyukai