Anda di halaman 1dari 18

Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem Pemberian Pelayanan

Keperawatan Profesional di RSUD Cibabat: Studi Fenomenologi

Oyoh1, Irman Somantri2, Nanan Sekarwana3


1
STIKES Jend. A. Yani, 2Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, 3Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran
Email: oyoh.dieq@gmail.com

Abstrak

Pelayanan kesehatan bermutu merupakan salah satu wujud dari tuntutan masyarakat di era globalisasi
saat ini. Implementasi Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) sebagai salah satu
upaya dalam peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit. Penerapan SP2KP yang tidak sesuai standar akan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian yang mengkaji tentang pengalaman perawat
dalam melaksanakan SP2KP masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perawat
dalam pelaksanaan SP2KP. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara indepth interview. Partisipan adalah perawat yang terlibat dalam
pelaksanaan SP2KP di ruang penyakit dalam yang berjumlah 7 partisipan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive. Analisis dilakukan dengan metode Colaizzi. Dari hasil penelitian teridentifikasi 5
tema, yaitu: 1) Ketidaksamaan persepsi tentang SP2KP. 2) Hambatan melaksanakan SP2KP dengan baik.
3) Tanggung jawab dan tuntutan organisasi, 4) Hambatan menyeimbangkan tanggung jawab dan tuntutan
organisasi. 5) Perlu peningkatan keterampilan profesional dan reward. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan SP2KP belum berjalan optimal karena beberapa kendala diantaranya: kurangnya komitmen dan
dukungan dari berbagai pihak, perspektif antar perawat yang masih beragam dan unik. Untuk itu hendaknya
pihak menejemen rumah sakit meningkatkan dukungan terhadap perawat SP2KP, melakukan penyelelarasan
perspektif antar perawat, melakukan supervisi dan pengawasan dalam pelaksanaan SP2KP di ruangan,
melengkapi fasilitas sesuai kebutuhan pasien dan merekrut perawat agar jumlah tenaga perawat sesuai dengan
jumlah pasien, sehingga pelaksanaan SP2KP bisa berjalan optimal dan mutu pelayanan rumah sakit lebih
meningkat.

Kata kunci : Fenomenologi, perawat, SP2KP.

Nurse Experience in the Implementation of Professional Nursing Services


System at Cibabat Hospital: Phenomenology Study

Abstract
Quality health services is one manifestation of the demands of society in this current era of globalization.
Implementation of Professional Nursing Services System (SP2KP) as one of the efforts in improving the quality
of service in the Hospital. Implementation of SP2KP that does not meet the standards will affect the quality
of health services. Researches on the experience of nurses in implementing SP2KP are barely conducted.
Therefore, this study aims to explore the experience of nurses in the implementation of SP2KP. This research
uses qualitative method with phenomenology approach. Data collection is collected by in-depth interview.
Participants were nurses who are involved in the implementation of SP2KP in the internal disease room which
amounted to 7 participants. Sampling is collected by purposive method. The analysis was done by using Colaizzi
method. As a result, there were identified 5 themes, namely: 1) Inequality of perceptions about SP2KP. 2)
Obstacles to implement SP2KP well. 3) Responsibilities and demands of the organization, 4) Obstacles to
balance organizational responsibilities and demands. 5) Need improvement of professional skill and reward. The
results showed that the implementation of SP2KP has not run optimally because of several obstacles such as:
lack of commitment and support from various parties, nurse perspectives are still diverse and unique. As a
solution for the problem, the hospital management should increase the support to SP2KP nurses, to align the
perspectives between nurses, to supervise and supervise SP2KP implementation in the room, to complete the
facilities according to the needs of the patients and to recruit the nurses so that the number of nurses in
accordance with the number of patients, so that the SP2KP implementation can run optimally and the quality of
hospital services will increase.

Keywords: Phenomenology, nurse, SP2KP.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 1


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

Pendahuluan efektif

Rumah sakit dituntut untuk memberikan


pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat
(Keputusan Menteri Kesehatan No. 129
Tahun 2008; Standar Kompetensi Perawat
Indonesia 2012; Nursalam 2016). Pelayanan
kesehatan bermutu merupakan salah satu
wujud dari tuntutan masyarakat di era
globalisasi saat ini. Masyarakat yang
semakin kritis dan terdidik kian menguatkan
agar pelayanan kesehatan lebih responsif
atas kebutuhan masyarakat. Salah satu mutu
pelayanan kesehatan yang harus
ditingkatkan secara berkesinambungan
adalah mutu pelayanan keperawatan di
rumah sakit (Kuntoro, 2010; Depkes RI,
2012; nursalam 2016). Setiap upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit
harus juga disertai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan (Mulyono dkk, 2013;
Budi,2009; Swanburg, Russel C. 2000).
Keperawatan sebagai profesi dan tenaga
profesional bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki
secara mandiri maupun bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lain (Gustini, 2007;
Kuntoro, 2010; Nursalam 2016). Oleh
karena itu pelayanan keperawatan harus
dikelola secara profesional demi
peningkatan mutu pelayanan yang
merupakan salah satu indikator manajemen
pelayanan keperawatan di rumah sakit
(Kemenkes, RI.2010; Hidayah, N, 2014).
Demitercapainya kualitas pelayanan
keperawatan dengan standar rumah sakit
kelas dunia atau bertaraf internasional, maka
pelayanan keperawatan didasarkan pada
profesionalisme, ilmu pengetahuan, aspek
legal dan etik. Untuk itu diselenggarakan
program penerapan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional
(SP2KP) untuk mendukung sistem
pelayanan kesehatan secara komprehensif
(Kemenkes RI, 2012). SP2KP sebagai salah
satu upaya dalam peningkatan indikator
mutu pelayanan keperawatan (Depkes RI,
2009).
SP2KP adalah Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional
merupakan upaya untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan sehingga menjadi
2 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
dan efisien. SP2KP mempunyai lingkup yang
meliputi aplikasi nilai-nilai profesional dalam
praktik keperawatan, manajemen dan
pemberian asuhan keperawatan serta
pengembangan profesional diri. SP2KP
memperlihatkan pelayanan yang lebih
terstruktur dan terorganisir yang lebih
profesional dan lebih baik dalam memberikan
tingkat pelayanan asuhan keperawatan
terhadap klien (Somantri, 2015; Budi, 2009;
Rantung, 2013).
Salah satu evaluasi outcome (hasil) dari
penerapan SP2KP adalah meningkatkan
kepuasan pasien (Kemenkes, 2012). Namun
dalam pelaksanaanya menurut hasil
monitoring-evaluasi Kemenkes RI,
implementasi Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (SP2KP) di
22 provinsi diperoleh gambaran bahwa
penyelenggaraan pelayanan keperawatan RS
masih sangat bervariasi; belum adanya
kesamaan persepsi perawat mengenai SP2KP,
manajemen pelayanan keperawatan masih
belum berorientasi pada mutu pelayanan serta
belum kuatnya peran bidang dan komite
keperawatan dalam pelaksanaan SP2KP
(Kemenkes, 2012).
Hasil beberapa penelitian sebelumnya
melaporkan bahwa ruang rawat inap yang
menggunakan SP2KP mengalami peningkatan
pada kepuasan pasien dan perawat, adanya
peningkatan kinerja perawat, adanya
peningkatan dalam penerapan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK), adanya penurunan
Infeksi Nosokomial (INOS), manajemen dan
asuhan keperawatan menjadi lebih baik,
penerapan SP2KP berdampak positif terhadap
pemberian pelayanan keperawatan
(Kemenkes, 2012; Somantri, 2015; Wati,
Ernawaty & Nurju’ah, 2011; Sitorus &
Panjaitan, 2011).
Banyak rumah sakit yang menerapkan
model dan sistem SP2KP. Menurut hasil
penelitian Rantung, dkk (2013) bahwa
manajemen dan pemberian asuhan
keperawatan lebih baik diruangan SP2KP dari
pada non-SP2KP. Pelaksanaan komponen
SP2KP sangat penting untuk dilaksanakan
terutama oleh perawat pelaksana yang
memberikan asuhan keperawatan secara
langsung kepada pasien. Pelayanan
keperawatan di rumah sakit, menuntut adanya
peningkatan kualitas serta profesionalisme

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 3


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

sumber daya manusia keperawatan desain fenomenologi untuk mengetahui


(Rantung, Robin & Hamel (2013). “pengalaman perawat dalam melaksanakan
Berdasarkan studi pendahuluan jumlah Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
tenaga pelaksana keperawatan yang ada
di Ruang rawat inap C3 (ruang perawatan Profesional (SP2KP) Di RSUD Cibabat
penyakit dalam kelas II) sebanyak 25 orang Cimahi tahun 2017”.
yang aktif dengan latar belakang pendidikan
S1 sebanyak 4 orang, DIV 1 orang, dan DIII
20 orang. Hasil wawancara dengan bidang Metode Penelitian
keperawatan mengatakan bahwadalamrangka
meningkatkan mutu pelayanan terutama Penelitian ini menggunakan rancangan
pelayanan keperawatan di RSUD Cibabat (design) penelitian deskriptif kualitatif
Ciamhi telah diterapkan Sistem Pemberian dengan pendekatan fenomenologi yaitu untuk
Pelayanan Keperawatan Professional menggali dan memahami makna yang terjadi
(SP2KP) pada beberapa ruangan sejak tahun pada perawat yang bekerja di ruang
2009 salah satunya di ruang rawat inap C3, perawatan dengan menggunakan sistem
akan tetapi di ruang C3 saat ini penerapan pemberian pelayanan keperawatan
proses keperawatan profesional masih belum profesional (SP2KP) dan berupaya
optimal, mayoritas perawat yang masih mengungkapkan serta memahami realitas
banyak DIII keperawatan, metode penelitian berdasarkan perspektif subjek
pemberian asuhan keperawatan yang penelitian. (Anselm S, Juliet C, 2009;
dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi Streubert, H.J. & Carpenter,
pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, D.R. 2011; Creswell, 2013). Penelitian ini
melainkan lebih berorientasi pada mengekplorasi pengalaman perawat dalam
pelaksanaan tugas. pelaksanaan SP2KP di ruang perawatan C3
Hasil wawancara dengan 5 orang RSUD Cibabat Cimahi. Instrumen utama
perawat pelaksana di ruang rawat inap C3 dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti
diperoleh informasi bahwa perawat 1 dan yang dibantu dengan alat bantu pengumpul
2 belum memahami mengenai SP2KP. data berupa pedoman wawancara, camera
Dalam melaksanakan SP2KP perawat dan buku catatan (Basrowi & Suwandi.
hanya mengerjakan instruksi dari kepala 2008; Hamid, 2008; Maleong, 2011).
ruangan tanpa mengetahui cara pemberian Tehnik pengumpulan data dilakukan
asuhan keperawatan yang sesuai SP2KP. dengan cara wawancara mendalam (in-depth
Perawat 3 dan 4 mengatakan di ruangan interview) agar partisipan menceritakan
belum dilaksanakannya ronde keperawatan, pengalamannya selama bertugas di ruang
supervisi belum berjalan, pemahaman perawat C3 RSUD Cibabat Cimahi dan direkam
mengenai SP2KP masih berbeda. Perawat menggunakan voice recorder. Penelitian
5 mengatakan dalam pelaksanaan SP2KP kualitatif fenomenologi ini melibatkan
kurangnya jumlah tenaga keperawatan, tujuh Partisipan yaitu perawat yang bekerja
dalam timbang terima masih belum optimal di ruang perawatan C3 RSUD Cibabat-
pelaksanaannya, kurangnya sarana dan pra Cimahi (1 laki – laki dan 6 perempuan),
sarana dalam melaksanakan kegiatan di Usia partisipan berkisar antara 32 tahun
ruangan. sampai dengan 45 tahun yang dipilih
Berdasarkan penjelasan di atas ada menggunakan tehnik purposive sampling,
kemungkinan bahwa penerapan SP2KP dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
masih belum optimal, sehingga perlu Telah mendapatkan pelatihan/sosialisasi
diketahui secara mendalam. Untuk SP2KP, masa kerja > 1 tahun di ruang C3.
mengetahui atau memahami secara Analisis hasil wawancara menggunakan
mendalam mengenai pengalaman perawat metode analisis Colaizzi dengan tahapan:
dalam melaksanakan SP2KP dibutuhkan Mendengarkan hasil wawancara verbal
metode pengkajian mendalam. Hal ini dapat partisipan dari rekaman, membuat transkrip,
dipenuhi dengan metode penelitian kumpulkan semua transkrip, membaca
kualitatif. Berdasarkan latar belakang keseluruhan transkrip dari semua partisipan
tersebut, peneliti merasa perlu menggunakan berulangkali, sehingga dapat: menentukan
pendekatan kualitatif dengan intisari pernyataan yang signifikan,

330 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

menggarisbawahi pernyataan yang baik, 3) tanggung jawab dan tuntutan


signifikan, significant statements, theme
cluster, thema, menulis deskripsi yang sudah
sempurna, validasi deskripsi dengan
partisipan, menyatukan data baru dalam
deskripsi final, integrasi thema dalam
deskripsi naratif (Colaizzi, dalam Polit D.F.,
& Beck C.T., 2010). hasil penelitian ini
dipaparkan dalam bentuk deskripsi naratif
(West,. Richard,. Turner,. & Lynn H.
(2008).).

Hasil Penelitian
Hasil peneltian fenomenologi yang telah
dilaksanakan melalui proses data secara
induktif dari hasil wawancara mendalam dan
catatan lapangan, ditemukan thema-thema
esensialyangselanjutnyadideskripsikandalam
bentuk naratif pada penyajian hasil
penelitian berikut ini. Penyajian hasil
penelitian ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu gambaran karakteristik partisipan
dan pemaparan hasil penelitian
pengalaman perawat dalam melaksanakan
sistem pemberian pelayanan keperawatan
professional (SP2KP). Paparan hasil
penelitian mencangkup deskripsi
hasil wawancara mendalam yang disusun
berdasarkan thema – thema yang ditemukan.
Partisipan yang terlibat dalam penelitian
ini sebanyak tujuh orang. Enam orang
berjenis kelamin perempuan dan satu orang
berjenis kelamin laki – laki. Usia partisipan
berkisar antara 32 tahun sampai dengan
45 tahun. Pendidikan terakhir diploma dan
sarjana keperawatan. Lama kerja di ruang
C3 bervariasi antara 3 tahun sampai dengan
11
tahun.
Dari hasil analisa data, peneliti
mendapatkan 5 thema yang menjelaskan
permasalahan penelitian. Peneliti akan
menggambarakan keseluruhan thema yang
teridentifikasi berdasarkan jawaban-jawaban
partisipan yang mengacu pada tujuan
penelitian.
Thema-thema yang didapat dari hasil
penelitian dengan judul “pengalaman
perawat dalam melaksanakan sistem
pemberian pelayanan keperawatan
profesional (SP2KP) dengan metode tim”
adalah sebagai berikut:
1) Ketidaksamaan persepsi tentang SP2KP,
2) Hambatan melaksanakan SP2KP dengan
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 331
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
organisasi, 4) Hambatan menyeimbangkan
tanggung jawab dan tuntutan organisasi, 5)
Perlu peningkatan keterampilan profesional
dan reward.

Thema 1) Ketidaksamaan persepsi tentang


SP2KP. Perawat di ruangan dalam
melaksanakan SP2KP masih berbeda
persepsinya mengenai SP2KP, seperti yang di
ungkapkan partisipan berikut ini;
“…..ini kan kami punya tugas masing –
masing, tapi apa....anu persepsinya masih
belum sama mba oyoh….masih beda – beda
gitu… kadang menurut katim begini nanti
anggota tim beda lagi….terus kadang ketua
tim yang satu dengan ketua tim yang lainnya
masih belum sama ngasih arahannya…..”(P1)
Perbedaan persepsipun dirasakan oleh
partisipan yang dinas siang dan dinas malam.
partisipan berpikir yang penting pasien
mendapat pelayanan dan pulang dengan
sembuh. Seperti yang diungkapkan partisipan
berikut ini:
“…..sebenarnya kita itu karu, katim dan
anggota tim punya tugas sendiri – sendiri,
hanya saja masih berbeda – beda persepsi
mba, kadang kata katim begini nanti teh
anggota tim melaksanakan tugasnya ada yang
sesuai arahan, ada tidak sesuai arahan, apalagi
kalau pelaksanaan tugasnya pada waktu engga
ada karu atau katim……ya katanya yang
penting mah pasien pulang dengan
sembuh…..begitu…..”(P 2)
“…..karu, katim dan anggota tim punya
tugas masing – masing mba. Tapi persepsi
antar katim dan anggota tim masih belum
sama persepsinya mba…..”(P3)
Thema 2) Hambatan melaksanakan
SP2KP. Dalam pelaksanaan SP2KP perawat
mengalami beberapa hambatan, seperti yang
diungkapka oleh patisipan berikut ini:
“…belum semua kegiatan SP2KP
terlaksana terutama yang ronde
keperawatan….selama ruangan ini menjadi
SP2KP, belum pernah melakukan ronde
keperawatan….engga ada anggarannya mba..
…” (P 1)
Selain ronde keperawatan, juga terungkap
supervisi, dan evaluasi ruangan yang belum
teratur pelaksanaannya menjadi hambatan
dalam pelaksanaan SP2KP. Seperti yang
diungkapkan partisipan berikut ini:

332 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

“…dalam pelaksanaan Sp2KP masih ada jalan keluar masuk perawat ngantar pasien
kegiatan yang belum terlaksana… misalnya dari ruangan lain….”(P 7)
ronde keperawatan….terus pelaksanaan
supervise juga masih belum optimal….” (P “……coba kalau ada dukungan penuh
mengenai SP2KP ini dari atasan, ada
4) “…kadang dua bulan sekali…..kadang pengawasan ketat. Mungkin pelayanan kita
tiga bulan baru dievaluasi…masih belum kepasien bisa jauh lebih baik lagi, karena
tentu jadual evaluasinya….” (P 3) “… kita tahu apa aja yang harus diperbaikinya…
evaluasinya kadang dua bulan ..”(P6)
sekali….kadang tiga bulan sekali….gimana “.....saya rasa kalau saja semua unsur yang
pas waktunya aja…”(P 6)
terlibat bisa komitment.....lebih fokus pada
tujuan....pelaksanaan SP2KP ini bisa
Thema 3) Tanggung Jawab dan tuntutan berjalan
organisasi. Dalam pelalsanaan SP2KP
Perawat melaksanakannya karena tanggung optimal....” (P3)
jawab dan tuntutan organisasi. Seperti yang
diungkapkan oleh partisipan berikut ini: Thema 5) Perlu peningkatan keterampilan
“.....memberatkan memang…tapi kan ini profesional dan reward. Dibutuhkan
tanggung jawab kita perawat.......kalau kita keterampilan profesional dan reward
kembali ke system yang lama berarti kita dalam pelaksanaan SP2KP. Seperti yang
mengalami kemunduran dalam melakukan diungkapkan partisipan berikut ini;
pelayanan keperawatan terhadap pasien… “ dari manajemen rumah sakit mungkin
.”(P 1) kita harusnya ada refreshing ilmu, terutama
“….yah….harus dilakukan dengan ikhlas mengenai SP2KP ini, dan engga hanya kita
walaupun lebih cape dari pada dinas di perawat diruangan yang pelatihan SP2KP
ruangan biasa…udah jadi kewajiban kita…. tapi harusnya para pengambil kebijakan juga
melakukan perbaikan sistem”( P4) ikut pelatihan biar tahu jadi ketika kita ada
Disamping karena tanggung jawab, kendala dalam proses pelaksanaanya, para
SP2KP juga dilaksanakan karena persiapan pengambil kebijakan bisa lebih responsif.
akreditasi sebagai tuntutan organisasi. Seperti ”(P 5)
yang diungkapkan oleh partisipan berikut Karena beban kerja yang meningkat
ini: “….karena akreditasi jadi banyak hal dalam pelaksanaan SP2KP, selain butuh
yang harus diperbaiki, kekurangan – keterampilan profesional juga dibutuhkan
kekurangan harus dibenahi termasuk system adanya reward atau penghargaan khusus
dalam pemberian pelayanan keperawatan di bagi perawat SP2KP. Seperti yang
ruangan….” (P3) “…..ya….karena…ada… diungkapkan partisipan berikut ini;
pengawasan dari “…..ya….harapannya sih… ada
manajemen sih walaupun kadang – kadang rewardnya bagi perawat SP2KP, karena kan
supervisinya…….”(P5). beban kerjanya lebih banyak, jadi lebih cape
dibandingkan perawat non SP2KP….”(P4)
Thema 4) Hambatan menyeimbangkan “…..harusnya mah ada penghargaan
tanggung jawab dan tuntutan organisasi. khusus, reward atau insentifnya di
SelamapelaksanaanS2KPPerawatmengalami tambah…. (P6)
hambatan dalam menyeimbangkan tanggung “….ya….inginnyamah, kita itu mendapat
jawab dan tuntutan organisasi, seperti yang penghargaan finansial...........”(P 7)
diungkapkan partisipan berikut ini;
“…..dari hasil perhitungan, memang kita
masih kekurangan tenaga perawat, kita udh Pembahasan
coba mengajukan ke pimpinan agar ruangan
kita di tambah tenaga perawatnya…..”(P 1) Pembahasan ini menjelaskan tentang
“.…kadang kalau mau melakukan interpretasi hasil penelitian yang telah
tindakan ke pasien harus gentian karena dilakukan dan memberi makna penelitian
alatnya masih terbatas, ini juga ruangannya terhadap perkembangan ilmu keperawatan.
yang kurang nyaman buat pasien karena Interpretasi hasil penelitian dilakukan
dipake akses dengan membandingkan hasil penelitian
yang telah didapatkan dengan konsep, teori
maupun hasil penelitian orang lain
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 333
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
yang sesuai

334 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

dengan konteks penelitian untuk dilakukan


analisis. Pembahasan menampilkan temuan melaksanakan SP2KP dengan baik, di
penelitian, teori yang sesuai dengan konteks dapatkan sub tema antara lain: Dalam
penelitian dan jurnal riview, diskusi dan penerapan pelayanan ASKEP di ruangan
pendapat peneliti. SP2KP, Pelaksanaan kegiatan SP2KP, Lama
hari rawat pasien, evaluasi ruangan, beban
kerja. Berdasarkan hasil penelitian, informan
1. Ketidaksamaan persepsi tentang menyatakan senang dalam menerapkan
SP2KP. SP2KP karena bisa memberikan asuhan
Temuan penelitian menunjukan persepsi keperawatan yang terbaik kepada klien
partisipan terhadap sistem
pemberian pelayanan keperawatan namun karena berbagai kendala terutama
profesional (SP2KP) masih berbeda antara reward yang belum didapatkan dan
perawat yang satu dengan yang lainnya. dirasakan oleh perawat SP2KP maka
Persepsi partisipan baik pada sub tema menjadikan motivasi dari perawat kadang-
Definisi SP2KP, tujuan diadakannya ruang kadang menurun dalam menerapkan
SP2KP, kajian ruangan sebelum SP2KP. Hal ini mungkin saja terjadi,
pelaksanaan SP2KP dan persepsi partisipan apalagi RSUD Cibabat Cimahi belum
kurang baik pada sub tema menerapkan SP2KP di semua ruangan
tugas Karu, Katim, Perawat Pelaksana. sehingga tampak sekali perbedaan pelayanan
Informasi mengenai SP2KP ini penting asuhan keperawatan yang diberikan ke
didapatkan oleh para perawat SP2KP karena pasien antara ruang SP2KP dan non-
merupakan bagian dari langkah – langkah SP2KP. Tentu beban yang dirasakan oleh
dalam pelaksanaan SP2KP (Nursalam, perawat di ruang SP2KP lebih berat karena
2016) dan perawat SP2KP harus memiliki mereka dituntut untuk mampu memberikan
nilai-nilai intelektual yang berarti dalam asuhan keperawatan yang benar-benar
memberikan ataupun mendokumentasikan profesional dengan program- program yang
asuhan keperawatan kepada klien harus telah direncanakan oleh kepala ruang selaku
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah menejer ruangan. Wajar saja jika perawat
sesuai kiat dan ilmu keperawatan, sehingga SP2KP juga menginginkan penghargaan
bisa bekerja dengan profesional (Sitorus, atau reward yang lebih atas beban kerja yang
2011). Profesionalisme dalam keperawatan mereka miliki. Dalam subsistem dari SP2KP
didasarkan pada pemahaman adanya dijelaskan salah satunya tentang system
suatu landasan ilmiah yang spesifik dan kompensasi dan penghargaan yang
menjadi dasar pada praktek keperawatan, memungkinkan perawat mendapatkan
disertai dengan adanya kemampuan tenaga kompensasi dan penghargaan sesuai dengan
keperawatan untuk melaksanakan praktek sifat layanannya yang profesional (Hoffart &
keperawatan tersebut dan diterapkan untuk Woods, 1996). Untuk menangani hal ini
kesejahteraan manusia (Manurung, S. 2011; seharusnya evaluasi dilaksanakan
Marquis, Bessie L and Huston, Carol J. sebagaimana mestinya sehingga pihak
2003). Pengetahuan atau kognitif menejemen rumah sakit mengetahui
merupakan faktor yang sangat penting untuk kekurangan dalam penerapan SP2KP di
terbentuknya tindakan seseorang sebab dari ruangan dan mengetahui apa yang perawat
pengetahuan dan penelitian ternyata inginkan dan mengusahakan untuk
prilakunya yang disadari oleh pengetahuan memberikan sesuai yang perawat inginkan
akan lebih lenggang dari pada perilaku yang selama itu untuk menunjang jalannya
tidak didasari oleh pengatahuan pelayanan asuhan keperawatan profesional.
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam,
2009: prinsip dokumentasi yang efektif 3. Tanggung Jawab dan tuntutan
organisasi
yaitu proses dan hasil dokumentasi
dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan, SP2KP ini terlaksana salah satunya
adalah karena adanya tanggung jawab peran
pendidikan dan pengalaman perawat. sebagai seorang perawat. tanggung jawab
peran ini ditunjukan dalam bentuk kesadaran
2. Hambatan melaksanakan SP2KP bahwa SP2KP penting sebagai salah satu
dengan baik. bentuk tugas perawat dalam melaksankan /
Hasil penelitian pada tema hambatan

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 333


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

melakukan perbaikan-perbaikan di tatanan keperawatan


perawat. kesadaran perawat ini akan
membuat perawat berpikir terbuka (open
mindedness). Pikiran terbuka inilah yang
diidentifikasi oleh Higuchi et al. (1999)
dalam Rohmiyati, A. (2009) sebagai saalah
satu cara meningkatkan kemampuan berpikir
kritis perawat. Dengan memiliki
kemampuan berpikir kritis yang baik, maka
pelaksanaan SP2KP yang dilaksaanakan
perawat akan menjadi jauh lebih baik.
Tuntutan organisasi menjadi salah satu
faktor pendorong pelaksanaaan SP2KP.
faktor tuntutan organisasai terjadi karena
adanya akreditasi, peraturan kemenkes atau
karena adanya pengawasan dari pengawas
keperawatan / dari manajemen.
Implementasi SP2KP harus ditunjang
dengan pengawasan dari atasan dalam hal ini
dari pihak manajemen rumah sakit, sumber
daya manusia, serta sarana dan prasarana
yang memadai. (Juniar, E., Neny, L.W.,
Nurju’ah. 2011). Untuk mempertahankan
kualitas asuhan dan pelayanan keperawatan
maka pengawasan dan pengendalian harus
diterapkan secara disiplin di ruang SP2KP.
Upaya ini diharapkan kualitas asuhan
meningkat sampai dengan dengan bisa
memenuhi tuntutan standart yang ada.
Pengawasan dilakukan dengan metode
langsung maupun tidak langsung agar
kegiatan pelayanan dilakukan sesuai dengan
yang seharusnya (Sitorus, 2011; Nursalam,
2016; Rohmiyati, 2009; rantung, 2013).
4. Hambatan menyeimbangkan
tanggung jawab dan tuntutan organisasi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
hambatan menyeimbangkan tanggung
jawab dan tuntutan organisasi diantaranya
karena: Perbandingan antara jumlah perawat
dan jumlah pasien di ruang SP2KP yang
masih belum sesuai dengan yang idealnya,
kurangnya standar sarana dan pra sarana di
ruangan / harus dilengkapi, belum
optimalnya dukungan dari manajemen bagi
perawat SP2KP dan belum optimalnya
komitment yang terlibat. Hal-hal tersebut
merupakan hal-hal pokok yang penting
untuk menunjang keberhasilan dari
penerapan SP2KP di ruangan sehingga
asuhan keperawatan dapat terlaksana sesuai
standart yang telah ditetapkan. Jelas sekali
kita tahu untuk mendapatkan keberhasilan
yang optimal dalam pemberian asuhan
334 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
diperlukan keterampilan khusus dengan baik seperti rencana yang telah
sesuai dengan masalah keperawatan dibuat. Maka pihak rumah sakit seharusnya
yang terjadi pada klien, sehingga juga melengkapi fasilitas serta sarana pra-
asuhan keperawatan yang diberikan sarana di ruangan SP2KP sehingga kegiatan
juga akan memakan banyak waktu berjalan sesuai rencana yang telah
dari perawat dan dengan jumlah ditentukan. Karena apa bila tenaga dan
pasien yang banyak tentu sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai
membutuhkan banyak waktu untuk dengan standar yang
pemberian asuhan keperawatan
sehingga tentu saja jika jumlah
perawat dalam suatu ruangan tidak
sesuai dengan jumlah pasien maka
asuhan keperawatan yang diberikan
tidak dapat optimal dan masalah klien
tidak terselesaikan.
Bila jumlah perawat tidak sesuai
dengan jumlah tenaga yang
dibutuhkan, tidak ada waktu lagi
perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan renpra.
Waktu perawat hanya cukup untuk
melakukan tindakan kolaborasi dan
perawat tidak sempat melakukan
tindakan terapi keperawatan,
menganalisis tindakan observasi, dan
pemberian pendidikan kesehatan.
Faktor umum yang mempengaruhi
pelaksanaan SP2KP adalah
banyaknya tindakan administratif
yang dilakukan perawat, separuh
waktu perawat digunakan untuk
pendokumentasian (Indah. dkk.
(2014). jumlah pasien tiap perawat
juga menjadi pertimbangan sebagai
faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan dalam pelayanan
keperawatan (Potter, Patricia A., RN.
MSN et al (1993); Steffy R. dkk
2013).
Fasilitas atau sarana-prasarana
sangat penting untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan yang telah
diprogramkan oleh ruangan kepada
pasien sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan dapat lebih optimal
dan diharapkan masalah keperawatan
pasien dapat lebih cepat terselesaikan.
Implementasi SP2KP harus ditunjang
dengan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana yang memadai (Juniar,
E., Neny, L.W., Nurju’ah. 2011). Jika
sarana yang dibutuhkan dalam
pelaksaan kegiatan kurang tersedia
maka pelaksanaan kegiatan tersebut
tentu akan mengalami hambatan
akibatnya kegiatan tidak bisa berjalan
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 335
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

telah ditetapkan (standard of personnel


and facilities), serta jika dana yang tersedia adanya reward bagi perawat. partisipan
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulit menyampaikan keinginannya agar
untuk meningkatkan kualitas pelayanan penerapan SP2KP berdampak pada reward
profesional (Asmuji, 2012; Didinus, Indar / penghargaan finansial yang layak. Seperti
& Hamzah, 2013; Lusiani, 2006). fakta lain menurut Siagian S P (2012), bahwa
yang mempengaruhi pelaksanaan SP2KP penghargaan yang diterima oleh seseorang
adalah kelengkapan alat, standar prosedur dari organisasi atas jasa / prestasi kerja yang
operasional (SPO), kuantitas dan kualitas telah diberikan dapat berupa gaji / upah,
sumberdaya perawat, (rantung. dkk. 2013; promosi jabatan atau dalam bentuk lainnya.
Nursalam 2016). Beer M (2010), menambahkan selain upah
dan gaji penghargaan finansial juga dapat
berupa jaminan sosial seperti program
5. Perlu peningkatan keterampilan pensiun, asuransi kesehatan dan liburan.
profesional dan reward. Reward dipandang sebagai penghargaan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa atas keberhasilan seseorang yang dapat
Perlunya peningkatan keterampilan
profesional dan reward dalam pelaksanaan menunjukan prestasi kerja yang tinggi dalam
SP2KP, diantaranya: lebih komitmen dalam menjalankan pekerjaannya (Letvaks, S.
pelaksanaan SP2KP, adanya Reward khusus 2008).
bagi perawat SP2KP, serta perlu adanya pendidikan dan pelatihan juga menjadi
pendidikan dan pelatihan SP2KP bagi semua subtema dari perlu peningkatan
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan keterampilan profesional dan reward.
SP2KP. Perawat merupakan salah satu perawat menyatakan
bagian dari sistem layanan kesehatan di keinginannyauntukmendapatkanpendidikaan
rumah sakit, sehingga dalam menjalankan dan pelatihan tentang SP2KP agar persepsi
tugasnya tidak bisa dilepaskan dari peran mereka sama. pendidikan dan pelatian
pebuat kebijakan. karena itu partisipan tentang SP2KP berperan penting dalam
berharap agar para pengambil kebijakan dan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan
semua perawat yang terlibat dalam profesional. Pendidikan dan pelatihan
pelaksanaan SP2KP bisa lebih sebagai upaya dalam mengembangkan
berkomitment. sehingga pelaksanaan SP2KP sumber daya manusia terutama untuk
bisa lebih baik dan lebih berkualitas serta mengembangkan kemampuan intelektual
berdampat positif terhadap pelayanan dan kepribadian manusia. Oleh karena itu
keperawatan di rumah sakit. untuk memperoleh hasil yang maksimal
dalam pengembangan pegawai diperlukan
Seperti menurut Letvaks, S. (2008) program pendidikan dan pelatihan yang
komitmen merupakan nilai sentral dalam
mewujudkan soliditas organisasi. Hasil sesuai dengan analisa jabatan agar pegawai
penelitian Alfi & Sumiyati, (2014): Tentang mengetahui tujuan pendidikan dan pelatihan
komitmen mendapatkan hasil : Komitmen yang dijalankannya. Hal ini seperti yang
tinggi dari anggota organisasi berkorelasi dilaporkan oleh (Yanti I R & Warsito E B,
positif dengan tingginya motivasi dan 2013; Manurung, S, 2011), bahwa pengguna
meningkatnya kinerja, Komitmen tinggi program pendidikan yang ditujukan untuk
berkorelasi positif dengan kemandirian dan pelayanan keperawatan signifikan
“Self Control”, Komitmen tinggi berkorelasi berpengaruh terhadap kualiatas pelayanan
positif dengan kesetiaan terhadap organisasi, keperawatan dan manajemen dokumentasi
Komitmen tinggi berkorelasi dengan tidak keperawatan. studi lain yang dilakukan
terlibatnya anggota dengan aktifitas kolektif tahun 2006 dengan tujuan mengkaji dampak
yang mengurangi kualitas dan kuantitas sebuah rogram pendidikan atas kualitas
kontribusinya. Lebih lanjut Alfi & Sumiyati, pendokumentasian keperawatan di ruangan,
(2014) menjelaskan bahwa secara umum termasuk fitur karakteristik dan faktor yang
komitmen kuat terhadap organisasi terbukti, berhubungan. Hasilnya terjadi peninggkatan
meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi yang signifikan terhadap mutu pelayanan
absensi dan meningkatkan kinerja. keperawatan (Soeprijadi, 2006).
Suarli, S & Yayan Bahtiar (2008)
Dalam pelaksanaan SP2KP dibutuhkan menyatakan tingkat pendidikan
mempengaruhi pelaksanaan sistem
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 335
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
pemberian

336 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

pelayanan keperawatan profesional. Hasil pendidikan pada tingkat universitas”.


penelitian Yanti I R & Warsito E B, (2013) Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor
menunjukan bahwa pelaksanaan kerja yang sangat penting untuk terbentuknya
perawat dipengaruhi oleh pendidikan. tindakan seseorang sebab dari pengetahuan
Menurut Siagian (20012), Pendidikan dan penelitian ternyata prilakunya yang
merupakan salah satu karakteristik data disadari oleh pengetahuan akan lebih
demografi yang penting dipertimbangkan lenggang dari pada perilaku yang tidak
karena dapat berpengaruh terhadap persepsi didasari oleh pengatahuan (Notoatmodjo,
seseorang mengenai pelaksanaan sistem 2010).
pemberian pelayanan keperawatan, semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin besar
keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan Simpulan
sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional. Pengalaman perawat dalam melaksanakan
Menurut Adrew E.Sikula dalam SP2KP terungkap 5 thema, penelitian
Mangkunegara (20014), tingkat pendidikan ini menemukan wawasan baru dalam
adalah suatu proses jangka panjang yang pelaksanaan SP2KP berupa; Ketidaksamaan
menggunakan prosedur sistematis yang persepsi tentang SP2KP, hambatan
terorganis, mempelajari pengetahuan melaksanakan SP2KP dengan baik,
konseptual dan teoritis untuk tujuan- tanggung jawab dan tuntutan organisasi,
tujuan umum. Begitu juga pendapat hambatan menyeimbangkan tanggung
Notoatmojo (2010) pendidikan adalah jawab dan tuntutan organisasi, perlu
proses penyampaian informasi kepada peningkatan keterampilan profesional dan
seseorang untuk mendapatkan perubahan reward. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
perilaku. Hasibuan, M. (2013) menambah pembelajaran bagi perawat dan semua
bahwa tingkat pendidikan seseorang pihak yang terkait dalam melaksanakan
karyawan dapat meningkatkan daya saing SP2KP di ruangan. Pendidikan dan pelatihan
perusahaan dan memperbaiki kinerja SP2KP, mengoptimalkan supervisi,
perusahaan. melengkapi sarana dan prasarana ruangan,
Semakin tinggi pendidikan seseorang menyeimbangkan antara jumlah perawat
maka semakin besar keinginannya di ruang SP2KP dengan pasien yang ada
untuk memanfaatkan pengetahuan dan di ruangan tersebut, mempasilitasi ronde
keterampilan yang dimiliki (Siagian 2012). keperawatan, memberikan kebijakan adanya
pendidikan sangat mempengaruhi pelaksanan reward khusus bagi perawat SP2KP baik
sistem pemberian pelayanan keperawatan dalam bentuk finansial ataupun dalam
profesional, semakin tinggi pendidikan bentuk yg lainnya seperti: Motivasi,
seseorang semakit besar keingginan perawat pendalaman penanganan kasus pasien, dan
untuk meningkatkan keterampilan yang sebagainy menjadi hal penting dalam
dimilikinya. Menurut Sunaryo. (2004)., pelaksanaan SP2KP di ruangan.
kompetensi yang dimiliki oleh seorang
perawat ditentukan oleh latar belakang
pendidikan, peran, jenis praktek. Jadi dapat Daftar Pustaka
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
mempunyai pengaruh terhadap kompotensi Alfi & Sumiyati, (2014). Pengaruh
yang dimiliki oleh perawat pelaksana. Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Kompetensi tersebut mempengaruhi Karyawan Pt. Bank Mandiri. Tbk. Area
pelaksaan yang dihasilkan oleh perawat Cirebon (Yos
pelaksana. Sudarso).http://antologi.upi.edu/file/
Menurut Henderson (1980), “agar Jurnal_Pengaruh_Komitmen_Organisasi_
perawat yang praktik dipandang sebagai Terhadap_Kinerja_Karyawan.
seorang ahli dibidangnya dan menggunakan
pendekatan ilmiah untuk mengembangkan Anselm S, Juliet C, (2009). Dasar-Dasar
praktik keperawatan, perawat harus Penelitian Kualitatif; Tata Langkah dan
mengikuti Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta:

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 337


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

Pustaka Pelajar. Depkes R.I., (2008). Peraturan


Menteri
Asmuji. (2012). Manjemen keperawatan
konsep & Aplikasi. Jakarta : perpustakaan
nasional ; katalok dalam terbitan (KDT).

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami


penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Beer M, (2010). High Commitment High


Performance. San Fransisco: Johnn Wiley &
Sonc, Inc.

Budi. (2009). Sistem Pemberian Pelayanan


Keperawatan Profesional di RS. Presentasi
disajikan dalam Workshop Bidang
Keperawatan RS se Jawa Timur di
Surabaya. Tanggal 25 Juli 2009, diambil 23
Maret 2010.

Creswell, J.W. (2013). Research design


pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed
(Edisi ketiga). Penerjemah; Achmad Fawaid.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Didinus, Indar & Hamzah. (2013). Faktor-


faktor yang berhubungan dengan kinerja
perawat di ruang rawat ianp rumah sakit
ibnu sina YBW –UMI. Jurna Bagian AKK
FKM Universitas Hasanudin.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


DEPKES RI. (2009). Modul Sistem
pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional. Jakarta: Departemen
Kesehatan.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


DEPKES RI. (2012). Modul Sistem
pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional. Jakarta: Departemen
Kesehatan.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


DEPKES RI. (2009). Modul Sistem
pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional. Jakarta: Departemen
Kesehatan.

DEPKES RI, (2012). Peraturan Menteri


Kesehatan Republic Indonesia Nomor: 659/
Menkes/PER/VIII/2009 Tantang Rumah
Sakit Indonesia Kelas Dunia. Jakarta:
Depkes RI.
338 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
Kesehatan Republic Indonesia Nomor:
129/Menkes/SK/II/2008. Tentang setandar
pelayanan minimal RS. Jakarta: Depkes RI.

Gustini, (2007). Pelayanan Keperawatan,


Artikel ilmiah: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

Hamid, A.Y. (2008). Buku ajar riset


keperawatan: Konsep, etika & instrumentasi
(Edisi 2). Jakarta : EGC.

Hasibuan, M. (2013). Manajemen Sumber


Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoffart, N. & Woods, C.Q. (1996 ). Elements


of a nursing professional practice models.
Journal of professional nursing, 12(6), 354–
364.
Hidayah, N (2014). Manajemen Model
Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Tim
Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di
Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan, VII(2).

Indah, dkk, (2014). Analisis Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Pelaksanan
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang
Rawat Inap Rsud Raden Mattaher Jambi, Jmj,
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016, Hal: 54 –
75.https://media.neliti.com/media/
publications/70420-ID-analisis-faktor-
faktor-yang-berhubungan.pdf.

Juniar, E., Neny, L.W., Nurju’ah. (2011)


Analisa Pelaksanaan Pemberian Pelayanan
Keperawatan Di Ruang Murai I Dan Murai II
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal
Ners Indonesia, 1(2),http://ejournal.unri.
ac.id/index.php.JNI/ article/download/635/628.

Kuntoro, A (2010). Buku Ajar Manajemen


Keperawatan.Yogjakarta: Nuha Medika.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Modul
: Peningkatan Kemampuan Teknis Perawat
dalam Sistem pemberian pelayanan
keperawatan profesional di Rumah Sakit.
Jakarta : Direktorat bina pelayanan
keperawatan & tehnisian medik direktur
jenderal bina upaya kesehatan.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 339


2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

Kemenkes, RI. (2010). Modul Pelatihan Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku


Sistem pemberian pelayanan keperawatan
propesional (SP2KP). Bandung: Direktorat kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
bina pelayanan keperawatan & tehnisian
medik direktur jendral bina upaya kesehatan. Polit,. D.F., & Beck.C,T.,., (2010). Nursing
research : Generating and assesing evidence
Letvaks, S. (2008). Faktors Influencing for nursing practice (8th edition).
work produktifity and intent to stay in Philadelphia
nursing. Nursing economics. diunduh pada : Lippincott Williams & Wilkins.
http://
findarticles.com/p/articles/mi_m0FSW/is 3 Potter, Patricia A., RN. MSN et al (1993),
26/ai n 27507458/?tag=content;coll. Fundamental of Nursing, Concept, Process
& Practice, Third Edition, Mosby Year
Lusiani. (2006). Hubungan karakteristik Book, St. Louis, 1993.
individu dan sistim penghargaan dengan
kinerja perawat menurut persepsi perawat Rantung, dkk. (2013). Perbedaan
pelaksana di RS Sumber Waras Jakarta. pendokumentasian asuhan keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ruang SP2KP dan non-SP2KP di Irna A dan
Indonesia. Irna F RSUP dr.Kondou Manado, Jurnal
Keperawatan, 1(1), http://ejournal.unsrat.
Manurung, S.(2011). Keperawatan ac.id/index.php/jkp/article/view/2241.
Profesional. Jakarta : Trans Info Media. Rohmiyati, A. (2009). Studi Fenomenologi
Mulyono, Wati, Lya, dkk. (2013). “Analisa : Pengalaman Perawat dalam menerapkan
Pelaksanaan Pemberian Pelayanan MPKP di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Keperawatan di Ruang Murai I dan Amino Gondhohutomo Semarang, Journal
Murai II R S U D Arifin Achmad Pripinsi Ners Indonesia.
Riau”. Jumal Ners Indonesia, 1(2);http://
ejournal.unri.ac.id/index.php.JNI/article/ Sitorus & Panjaitan (2011). Manajemen
download/635/628. keperawatan : Manajemen Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta: Agung seto.
Maleong, (2011). Metodologi penelitian
kalitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Siagian,S.P. (2012). Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta : Rhineka Cipta.
Mangkunegara, (2014), Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Steffy R. dkk (2013). Ejournal Keperawatan
Bandung.:Remaja Rosdakarya, (E-Kp). “Perbedaan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan Ruangan Sp2kp dan
Manurung, S. (2011). Keperawatan Non-Sp2kp di Irina A dan Irina F Rsup Prof.
Profesional. Jakarta : Trans Info Media. Dr. R. D. Kandou Manado”. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran:
Marquis, Bessie L and Huston, Carol Universitas Sam Ratulangi Manado, 1(1).
J. Alih Bahasa Widayawati, dkk.
(2003). Kepemimpinan dan Manajemen Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar
Keperawatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Kepemimpinan dan Manajemen
EGC. Keperawatan Perawatan Klinis. Jakarta:
EGC.
Nursalam, (2016). Manajemen Keperawatan
dan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan, Streubert, H.J. & Carpenter, D.R. (2011).
Jakarta: Salemba Medika. Qualitative research in nursing, advancing
the humanistic imperative. five Edition.
Nursalam, (2009). Proses Dan Dokumentasi Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Keperawatan Konsep dan Praktik, Jakarta:
Salemba Medika. Soamantri I, (2011). Gambaran Pengetahuan
Perawat Pelaksana RS Jiwa Provinsi
Jawa Barat Tentang pelaksanaan Model
340 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember
2017
Oyoh: Pengalaman Perawat dalam Pelaksanaan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional

Praktek Keperawatan Profesional. Majalah Wati, Ernawaty & Nurju’ah. (2011).


Keperawatan UNPAD, 13, 189–195. Analisa pelaksanaan pemberian pelayanan
. keperawatan diruang Murai I dan Murai II
Soeprijadi, (2006). Faktor-faktor yang RSUD Arifin Achmad Propinsi riau , jurnal
mempengaruhi pelaksanaan dokumentasi Ners Indonesia, 1(2).
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat di Rumah Sakit Grhasia Propinsi West,. Richard,. Turner,. & Lynn H. (2008).
DIY. PSIK: FK. http://jurnal.unimus.ac.id/ Pengantar teori analisis dan aplikasi edisi 3.
index.php/JMK/article/view/1006/1055. Jakarta : Salemba Medika.
Suarli, S & Yayan Bahtiar. (2008). Manajemen Yanti I R & Warsito E B, (2013). Hubungan
Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan
Jakarta: Erlangga. Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi
Proses Asuhan Keperawatan. Jurnal
Standar Kompetensi Perawat Indonesia. Managemen Keperawatan, 1(2) : 107–114.
(2012), diakses tanggal 3 mei 2016 www. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/
hpeq.dikti.go.id. article/view/1006/1055.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk
keperawatan. Jakarta:EGC.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 341


2017

Anda mungkin juga menyukai