Anda di halaman 1dari 94

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar belakang Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan sebaik-baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan bahwa gambaran mutu pelayanan keperawatan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia belum memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien. (Sitorus;2006) Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi tanggung jawab manajer. Kepala Ruang adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan dan ikut bertanggungjawab dalam menghasilkan pelayanan yang bermutu. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem penugasan dan pembinaan (Depkes RI. 2004). Sistem atau metode yang dirancang harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan populasi klien. Strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai kualitas pelayanan keperawatan antara lain : Total Quality Management sebagai filosofi dan proses,

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

adanya dukungan kualitas manajemen dan informasi, dan bencmarking. (Nursalam,2011). Secara operasional manajemen keperawatan merupakan bentuk

kepemimpinan dan pengelolaan oleh departemen/ divisi/ bidang/ seksi keperawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah dan manajemen bawah. Dalam pelaksanaannya manajer keperawatan harus memiliki beberapa faktor yaitu: 1) kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin (keterampilan kepemimpinan), 2) kemampuan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (pengorganisasian dan pengawasan), dan 3) kemampuan menerapkan pengetahuan. (Swansburg ; 2000). Menurut Nurachmah (2000), bagi seorang manajer keperawatan harus memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, (kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan

melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat. struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan dari pimpinan rumah sakit. (Annonymous). Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan menurunnya minat masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan di rumah sakit diantaranya adalah: 1) faktor pasien, 2) faktor organisasi unit penyedia pelayanan kesehatan (dalam hal ini rumah sakit), 3) faktor pelayanan klinis terkait kemampuan dokter dan perawat, 4) faktor pelayanan administrasi atau manajemen rumah sakit, dan 5) faktor lingkungan. (Azwar;1996). Untuk itu diperlukan pengembangan yang

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada. Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan masyarakat akan mencari sarana kesehatan alternatif. Setiap rumah sakit harus meningkatkan penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang. Upaya penyelenggaraan menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari peran penting pelayanan keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang posisi kunci dalam membangun citra rumah sakit. (Nursalam; 2011) Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa adalah rumah sakit tipe D milik pemerintah kabupaten Luwu dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 109 buah dan 233 karyawan. Meskipun kabupaten Luwu merupakan kabupaten induk, hasil pemekaran menjadi 4 (empat) kabupaten/kota, rumah sakit ini yang memiliki usia paling muda dikawasan Luwu Raya baru mulai didayagunakan pada tahun 2005, dan saat ini terus melakukan pembenahan sarana dan prasarana untuk mendukung pencapaian visinya. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari SDM & Rekam Medik tentang indikator mutu pelayanan secara umum diperoleh informasi pencapai BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2010 sebesar 66,2 % dan tahun 2011 sebesar 45,3 % terjadi penurunan 23,9 % . Nilai rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2010 mencapai 8,53 hari (di luar target standar), pada tahun 2011 mencapai 3 hari (sesuai standar). Begitupun angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat tidur tidak terisi, pada tahun 2010 sebesar 23,76 hari (tidak memenuhi target standar), pada tahun 2011 mencapai angka 4 hari (tidak memenuhi target standar). Jika diamati

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over) yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur, pada tahun 2011 sebesar 45,2 (tidak memenuhi target standar) artinya intensitas keluar masuk pasien RSUD Batara Guru Belopa Belopa tergolong rendah. Jumlah pasien meninggal Jumlah pasien meninggal 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2010 sebesar 2,47 terjadi penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,005 sedangkan jumlah pasien meninggal seluruhnya Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2010 sebesar 16,71 mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,015. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012). Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Batara Guru Belopa masih memerlukan pembenahan manajemen pelayanan khususnya manajemen

pelayanan keperawatan. Rumah sait ini berpeluang untuk berkembang dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan Visi Terwujudnya Rumah Sakit Yang Maju, Mandiri Dan Berdaya Saing Melalui Pelayanan Bermutu serta memiliki Misi : memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, melaksanakan prinsip pelayanan prima dengan mengutamakan kepuasan pelanggan, meningkatkan profesionalisme SDM, menerapkan konsep manajemen mutu (TQM), menyediakan infrastruktur yang memadai, membentuk budaya organisasi, meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012). Dari kondisi-kondisi diatas jelas bahwa RSUD Batara Guru Belopa merupakan tempat belajar yang baik dalam program akademik residensi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin jurusan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Kegiatan residensi ditujukan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mengaplikasikan teori dan konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam membantu rumah sakit untuk menyelesaikan masalah melalui upaya mengidentifikasi permasalahan pelayanan keperawatan dengan pendekatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS) atau Fish Bone Analysis dan diharapkan mampu berperan sebagai change agent dengan menerapkan suatu teori berubah. B. Tujuan 1. Tujuan umum Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada unit pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya manajemen pelayanan

keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi. b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi. c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang telah ditetapkan. d. Mengusulkan dan menetapkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi rumah sakit. e. Menyusun perencanaan pemecahan masalah dengan melibatkan pihak rumah sakit. f. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit. g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

h. Merencanakan

tindak

lanjut

dari

hasil

yang

dicapai

untuk

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit. C. Manfaat 1. Bagi program studi Magister Ilmu Keperawatan peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, manfaat residensi adalah peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen secara nyata di rumah sakit. 2. Bagi Rumah Batara Guru Belopa, diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional yaitu pembuatan instrument sekaligus uji coba penghitungan beban kerja pada perawat, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu pelayanan keperawatan. 3. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam

mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di rumah sakit.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan dalam keperawatan Kepemimpinan merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus mampu memastikan keterampilan bahwa yang bawahan dimiliki melaksanakan dan komitmen pekerjaannya terhadap berdasarkan untuk

pekerjaan

menghasilkan keluaran yang terbaik. Oleh karena itu, kepemimpinan timbul sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administrative (perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan), keterampilan teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan interpersonal. (Nurahmah; 2005). Robbins menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu : 1) ambisi dan energi, 2) hasrat untuk memimpin, 3) kejujuran dan integritas, 4) kepercayaan diri, 5) kecerdasan, dan 6) pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya. (Robbins; 2001) Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan

keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai individu. Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer keperawatan mampu memperlihatkan keterampilan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1) kepiawaian dalam menggunakan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

posisi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3) ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4) mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5) mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi. (Gillies, 1996). Pada hakekatnya pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut. Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial yang mengarah ke pemberdayaan. Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah organisasi tergantung pada gaya kepemimpinan. Ada 4 gaya kepemimpin menurut Malayu S.P Hasibuan yaitu : 1. Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. 2. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan pada pemimpin dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan bawahannya. 3. Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan ewenang kepada bawahannya secara lengkap, dengan demikian bawahan dapat mengambil keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

dalam

melaksanankan

pekerjaannya,

sepenuhnya

diserahkan

kepada

bawahannya. 4. Kepemimpinan Situasional Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang efekif harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan terhadap perbedaanperbedaan diantara bawahan dan situasi. (Hasibuan ; 2005) Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. (Nurahmah; 2005). Kegiatan tersebut meliputi : 1) perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5) koordinasi, diperlukan sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6) evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya. (Monica ;1998). Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada pemikiran yang metodis, yang pertama-tama di ambil dari teori (apa yang terbukti efektif melalui sejumlah besar penelitian) dan kemudian intuisi (apa yang terbukti efektif melalui penelitian tentang pengalaman diri (Monica, 1998). Penggunaan metode ilmiah dalam manajemen adalah untuk membantu pemimpin dalam mengkaji beberapa kebutuhan dari sistem lain dan dalam memilih prioritas, mengidentifikasi elemen

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

orang dan situasi yang penting dalam mengemban tujuan-tujuan khusus, mengkaji secara kritis kekuatan dari orang-orang tersebut dan mengembangkan strategi yang melibatkan kekuatan-kekuatan tersebut dalam pekerjaan (Monica, 1998). Tujuan prioritas dari seorang pemimpin adalah mencapai tujuan-tujuan dengan cara mengaktivasi sebuah sistem. Segala sesuatu yang dilakukan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan harus didasarkan pada strategi yang memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai metode penyelesaian masalah (Monica, 1998). Metode penyelesaian masalah terdiri dari : 1. Pengenalan masalah Suatu masalah diidentifikasi melalui perbedaan antar apa yang sedang terjadi secara nyata (actual) dalam suatu situasi dan apa yang seseorang inginkan untuk terjadi (optimal) (Monica, 1998). 2. Defenisi masalah Setelah suatu situasi dikaji untuk menentukan area prioritas kebutuhan, untuk mengidentifikasi apakah kelompoknya sejalan dengan kebutuhan ini (actual), dan untuk mengidentifikasi apakah keinginan seseorang relatif sesuai dengan kebutuhan ini (optimal), maka kemudian dapat ditetapkan suatu masalah (Monica, 1998). 3. Analisa masalah Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah haruslah di analisa. Analisis akan menghasilkan tiga tujuan: 1) mengapa masalah terjadi; 2) menganalisa kemampuan kelompok untuk mencapai tujuan (tingkat kematangan); 3) menspesifikasi perilaku kepemimpinan yang tepat, yang diindikasikan oleh tingkat kematangan kelompok, yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan kelompok untuk mencapai tujuan. Keputusan perilaku kepemimpinan yang tepat akan didasarkan pada apa yang bisa berhasil menurut penelitian. (Monica, 1998).

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

10

B. Pilar-Pilar Nilai Professional Pelayanan Keperawatan 1. Pilar I : Manajemen keperawatan (management approach) a. Pengertian Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1996). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan manajemen yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya. Menurut Gillies (1996) proses manajemen adalah merupakan rangkaian kegiatan input, proses, dan output. Marquis & Huston (2010) menyatakan proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning, organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keperawatan adalah keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja, koordinasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan terdiri dari manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan. Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen (management approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama. Oleh karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga merupakan praktek yang professional. Dalam manajemen asuhan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

11

keperawatan ada tiga komponen penting yaitu manajemen sumber daya manusia dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat, sistem klasifikasi kebutuhan klien dan metode proses keperawatan. b. Fungsi-fungsi manajemen
1) Perencanaan kegiatan keperawatan

Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan oleh kepala ruang sebagai pemikiran atau konsep-konsep tindakan tertulis seorang manajer. Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan. Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi dan tujuan organisasi, sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritasnya. Perencanaan diartikan sebagai rincian kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu berlangsung. (Nursalam ;2011) Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang profesional juga. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

12

jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat satu jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah

perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan tahunan. Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program kendali mutu yang akan disusun untuk pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Disamping itu kepala ruang merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf pada permulaan dan akhir minggu. Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevalkuasi kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan dari kegiatan tersebut. Adapun langkah-langkah perencanaan kebutuhan tenaga

keperawatan menurut Gillies (1996) meliputi : a) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan dan asuhan keperawatan yang akan diberikan. b) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan c) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan. d) Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

13

e) Melakukan seleksi calon-calon yang ada. f) Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff. g) Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan.
2) Pengorganisasian kegiatan keperawatan

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orangorang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi : pola struktur organisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi. Prinsipprinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatauan komando, rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian

bermanfaat untuk : penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan/ kelompok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi. (Sitorus;2006). Kepala ruang bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap meliputi : a) Struktur organisasi Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

14

b) Pengelompokan kegiatan Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode

keperawatan primer, dan metode moduler. (Sitorus;2006) c) Koordinasi kegiatan Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap. d) Evaluasi kegiatan Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang berkewajiban untuk member arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar penampilan kerja. e) Kelompok kerja Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

15

3) Pengarahan kegiatan keperawatan

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Kegiatan saling memberi motivasi merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kepala ruang adalah selalu memberikan reinforcement terhadap hal-hal yang positif, memberikan termotivasi, umpan mungkin balik, memanggil yang perawat dicapai yang kurang diberikan

prestasi

perlu

penghargaan. Di ruang rawat inap terdiri dari personil berbagai latar belakang yang dapat menjadikan masalah/konflik. Masalah/konflik yang terjadi tidak dibiarkan berkepanjangan dan harus diselesaikan secara konstruktif. Pendekatan yang digunakan kepala ruang dalam menyelesaikan masalah adalah : a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan

melakukan klarifikasi pada pihak-pihak yang berkonflik b) Mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya konflik tersebut c) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan d) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan e) Menerapkan alternatif terpilih f) Melakukan evaluasi peredaan konflik

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

16

Pendelegasian tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ruangan Pendelegasian digolongkan menjadi 2 jenis yaitu terencana dan insidentil. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang memang otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang rawat inap, bentuknya dapat pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim, kepada penanggung jawab shift. Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu personil ruang rawat inap berhalangan hadir, maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Komunikasi yang efektif dapat dilakukan baik lisan maupun tertulis. Komunikasi lisan diselenggarakan melalui proses : operan, konferens, konsultasi, dan informal antar staf. Komunikasi tertulis diselenggarakan melalui media yaitu papan tulis, buku laporan ruangan, atau pesan-pesan khusus tertulis. Kolaborasi dan koordinasi dilakukan oleh kepala ruang dengan semangat kemitraan dengan tim keswa, seperti konsultasi dengan tim medis terkait dengan program pengobatan, psikolog, pekerja sosial, tim penunjang pelayanan di ruang rawat inap. Selain itu perlu dilakukan koordinasi dengan unit atau bidang lain seperti : instalasi gizi, instalasi farmasi, instalasi IPRS, bidang pelayanan medik, bidang penunjang medik, bidang kesekretariatan, serta unit rawat jalan dan rawat darurat.
4) Pengawasan kegiatan keperawatan

Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya. Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumbersumber yang memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan (Standar Asuhan Keperawatan), dan fasilitas. Sumber-sumber tersebut

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

17

dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna, sehingga tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya yang seminimal mungkin. Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit tersebut, khususnya pelayanan keperawatan diperlukan supervisi keperawatan. Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan tersebut adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien dan keluarganya. Jadi supervisi difokuskan pada kebutuhan, ketrampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan tugasnya. Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah, menengah dan atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut supervisor. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan fungsi supervisi adalah kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala seksi, kepala bidang dan wakil direktur keperawatan. Maka semua manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai supervisor. Tanggung jawab supervisor dalam manajemen pelayanan keperawatan adalah : a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan b) Menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan,bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait. d) Memantapkan kemampuan perawat. e) Pastikan praktek keperawatan profesional dijalankan. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

18

agar peran dan fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam

pelayanan keperawatan, akibatnya perawat pelaksana mengambil keputusan tentang tindakan keperawatan tanpa penilaian dan pengalaman yang matang sehingga kualitas asuhan keperawatan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya dapat terjadi kecelakaan, kegagalan terapi, salah pengertian atau malpraktek. Proses supervisi praktek keperawatan meliputi tiga elemen yaitu: a) Standar praktek keperawatan, sebagai acuan b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan, sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian atau kesenjangan. c) Tindak lanjut, baik berupa upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki. Adapun area yang disupervisi adalah : a) Pengetahuan dan pengertian tentang pasien dan diri sendiri b) Ketrampilan yang dilakukan sesuai dengan standar c) Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan. Cara supervisi yang dilakukan dapat secara langsung dan tidak langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung, dimana supervisor terlibat langsung dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Supervisi tidak langsung dapat dilaksanakan dengan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Disini ada kesenjangan fakta dimana supervisor tidak terlibat langsung dilapangan.
5) Pengendalian kegiatan keperawatan

Adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan mempertahankan kualitas.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

19

Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam

pengendalian / pengontrolan meliputi : a) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja b) Melakukan pengukuran prestasi kerja c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar d) Mengambil tindakan korektif Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu : a) Audit struktur b) Audit proses c) Audit hasil Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia,

lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik, pelanggan (internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan menggunakan cek list. Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menemukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat restrospektif, concurrent, atau peer review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

20

keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan. Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa BOR, ALOS, TOI, Angka infeksi nosokomial (NI), angka dekubitus dan sebagainya. 2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward) Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan setting tertentu. Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan, pengembangan organisasi. staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi (Frank, 1998 dalam Huber, 2000). Jernigan (1998. dalam Huber. 2000) mengidentifikasi ada delapan proses yang berhubungan dengan manajemen SDM, yaitu:

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

21

rekruitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching. retensi dan produktifitas, pengembangan staf, dan hubungan pekerja (labor relations). Fungsi dan proses manajemen sumber daya manusia secara bersama-sama akan membentuk suatu elemen yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talen/bakat dan potensi seseorang dalam organisasi. Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu

dipertahankan, dikembangkan. dan ditingkatkan melalui manajemen SDM perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM di rumah sakit adalah unluk menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan memberikan kepuasan bagi staf dan pasien. Pengembangan SDM digambarkan sebagai suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal ini juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan karena melalui manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan kompensasi berupa penghargaan (compensatory-reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan. Manajemen SDM di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru. 3. Pilar III: Hubungan Profesional (Professional Relationship) Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga) (Cameron, 1997 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003, Hal 29). Pada pelaksanaan hubungan profesional bisa saja terjadi secara internal artinya hubungan yanu terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lainlain. Sedangkan hubungan profesional secara ekstemal adalah hubungan yang

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

22

terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan tersebut merupakan suatu siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari komunikasi secara profesional di dalam bekerjasama secara tim. Menurut Gillies (1994) hubungan profesional yang terjadi di antara tim tergantung pada kemampuan memimpin. Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional ada beberapa cara yaitu: a) Horisontal yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama manajer. b) Vertikal yaitu komunikasi yang lerjadi antara pimpinan atas dengan bawahan. c) Diagonal yaitu komunikasi yam: terjadi antara berbagai jenjang dan masih dalam lingkungan yang sama (Cameron. 1997 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003). Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat pelaksana. Sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesi lain. Kegiatan hubungan profesional yang terjadi di ruang Model Praktek Keperawatan Profesional yaitu : a) b) c) d) Rapat perawat ruangan Case conference Rapat tim kesehatan Visit dokter

4. Pilar IV Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient Care Delivery System) Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu. Patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

23

Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah proses keperawatan. Suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan. perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan masalah pasien (Keliat. 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan

keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan. C. Peran manajer keperawatan Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) komunikasi, (2) potensial

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

24

perkembangan, (3) kebijaksanaan, (4) gaji dan upah, dan (5) kondisi kerja. (Nursalam, 2011). 1. Peran dan fungsi bidang keperawatan Adapun peran dan fungsi bidang pelayanan keperawatan di rumah sakit (Depkes RI;2004) a. Mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di unit-unit pelayanan keperawatan. b. Mengkoordinasikan tenaga keperawatan khususnya yang ditugaskan dalam bidang pelayanan keperawatan. c. Menetapkan dan menerapkan filosofi, tujuan dan standar keperawatan pasien dalam pelayanan keperawatan. d. Menyususn perencanaan pelayanan keperawatan, sesuai dengan lingkup kewenangannya dan perencanaan implementasi untuk setiap tingkat tenaga keperawatan. e. Mengkoordinasikan fungsi-fungsi bidang pelayanan keperawatan dengan fungsi bidang pelayanan yang lain agar dapat memberikan pelayanan terpadu, f. Estimasi tuntutan kebutuhan bidang pelayanan keperawatan dan mengusulkan kebijakan serta prosedur untuk menjaga kestabilan kemampuan staf yang adekuat. g. Mengembangkan metoda kerja bagi staf keperawatan sehingga dapat bekerja sama dengan staf lain di rumah sakit. h. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan personalia rumah sakit, menerapkan kebijakan yang telah ditentukan serta mengevaluasi hasilnya. i. Mengembangkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan baik perawatan pasien maupun pelayanan keperawatan. j. Estimasi kebutuhan tenaga keperawatan, menetapkan standar ketenagaan, baik kuantitas maupun kualitas untuk memelihara pelayan keperawatan yang bermutu.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

25

k. Estimasi kebutuhan fasilitas keperawatan, pengadaan perlengkapan maupun perlatan serta sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya. l. Partisipasi dalam perencanaan anggaran pendapatan dan biaya tahunan rumah sakit, terutama yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan. m. Mengambil inisiatif dan partisipasi dalam penelitian bidang keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit. n. Menyelenggarakan program pembinaan dan latihan yang

berkesinambungan bagi tenaga keperawatan di rumah sakit. o. Partisipasi dalam program bimbingan siswa/mahasiswa tenaga kesehatan untuk pengalaman praktek p. Menciptakan dan melaksanakan sistem dan prosedur evaluasi pelayanan keperawatan pada unit-unit keperawatan 2. Peran kepala ruangan Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut Depkes (2004), adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: 1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan. 2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan. 3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien. b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi: 1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat. 2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian). 3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

26

4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart. 5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat. 6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal. 7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat. 8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan. 10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya. 11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program. 12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan. 13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung. 14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung 15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas wewenangnya 16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

27

17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan benar 18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit 19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan 20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara

kebersihan ruangan dan lingkungan 21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan 22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan

berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya 23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis 24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi: 1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan. 2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat obatan secara efektif dan efisien. 3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

28

3. Peran Perawat Pelaksana Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung. Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai: a. Comferter Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien. Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien. b. Protector dan Advocat Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan. Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hakhaknya bila dibutuhkan. Perawat

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

29

juga melindungi hak hak klien melalui caracara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak - hak klien. c. Communication Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan perlindungan keputusan pada dengan dari klien dan keluarga, terhadap memberikan kesehatannya,

klien

ancaman

mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lainlain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. d. Rehabilitator Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal. Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005) D. Kompetensi dan penilaian kinerja manajemen Menurut Nurachmah (2005), bagi seorang manajer keperawatan, maka harus memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

30

(kemampuan

menjalankan

peran

sebagai

pemimpin)

dan

kemampuan

melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat, struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan dari pimpinan Rumah Sakit. Kegiatan penilaian kompetensi biasanya dilakukan dengan menggunakan wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga dilakukan dengan cara sejumlah ahli manajemen berkumpul untuk menganalisis suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis atau pengukuran kompetensi, yaitu: 1. Teknik insiden kritis Teknik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang sesungguhnya. 2. Analisis Repertory Grid Teknik ini didasarkan pada teori gagasan personal, yang dapat

mengidentifikasi dimensi yang membedakan antara standar kinerja yang baik dan buruk, merupakan cara bagaimana kita memandang dunia dan perilaku orang lain. 3. Penilaian kompetensi kerja Mengacu pada penelitian Mc Clelland tentang variabel kompetensi yang dapat memperkirakan tingkat kinerja suatu pekerjaan. Penilaian kompetensi menggunakan 20 indikator kompetensi yang paling sering dipakai untuk memperkirakan keberhasilan yang dikelompokkan dalam enam kluster, yaitu :

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

31

a. Kluster prestasi yang terdiri dari : orientasi pencapaian, kepedulian akan kualitas dan keteraturan serta inisiatif. b. Kluster pelayanan yang terdiri dari : pemahaman interpersonal, orientasi pelayanan konsumen. c. Kluster pengaruh yang terdiri dari : dampak dan pengaruh, kesadaran organisasional dan membangun hubungan / jejaring. d. Kluster Manajerial yang terdiri dari : pengarahan, kerjasama kelompok dan rasa kerjasama, mengembangkan orang lain, dan kepemimpinan tim. e. Kluster pemikiran kognitif / pemecahan masalah yang terdiri dari kepiawaian teknis, pencarian informasi, berpikir analiltis, dan berpikir konseptual. f. Kluster efektifitas pribadi yang terdiri dari pengendalian diri, daya tahan terhadap stres, rasa percaya diri, komitmen terhadap organisasi dan fleksibilitas. (Dharma,S. 2005).

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

32

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI RESIDENSI A. Gambaran lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa merupakan rumah sakit tipe C milik pemerintah Kabupaten Luwu terletak di JL. Tomakaka Belopa. B. Sejarah Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu diresmikan Gubernur Sulawesi Selatan pada tanggal 4 Agustus 2005 dan telah dibuka secara resmi dan diaktifkan pada tanggal 28 September 2005. Struktur Organisasinya terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2005 tentang

Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Luwu. Dalam rangka pencapaian visi misi, pengelola rumah sakit terus melakukan pengembangan sarana dan prasarana termasuk penyelesaiaan gedung IRD sebagai program unggulan rumah sakit. C. Visi & Misi Rumah Sakit Batara Guru Belopa 1. Visi Terwujudnya Rumah Sakit yang maju, mandiri dan berdaya saing melalui pelayanan kesehatan bermutu 2. Misi a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk masyarakat . b. Melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan prima dengan mengutamakan kepuasan pelanggan. c. Meningkatkan profesionalisme SDM. d. Menerapkan konsep manajemen mutu (TQM). e. Menyediakan infrastruktur yang memadai. f. Membentuk budaya organisasi. a. Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

33

3. Tujuan a. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana b. Mewujudkan pelayanan yang proaktif c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia 4. Nilai dasar a. Jujur b. Kekeluargaan c. Kerjasama tim d. Religius e. Ulet f. Ramah D. Misi, Falsafah dan Tujuan Bidang Keperawatan Rumah Sakit Batara Guru Belopa 1. Misi a. Melaksanakan model praktek keperawatan profesional dalam rangka sesuai Standar Asuhan Keperawatan dalam rangka peningkatan mutu asuhan keperawatan kepada pasien b. Peningkatan kualitas perawat profesional yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa c. Melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif yang didukung sarana dan prasarana yang memadai dengan pembelajaran yang memadai d. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan dan bagian yang terkait dilingkungan RSUD Batara Guru Belopa e. Meningkatkan kesejahteraan perawat.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

34

2. Falsafah a. Manusia adalah individu yang holistik memiliki kebutuhan bio-psikososial-spritual yang unik. Kebutuhan ini harus selalu menjadi

pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan b. Keperawatan adalah bantuan kepada manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama dan status sosialnya disetiap tempat pelayanan kesehatan c. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari seluruh anggota tim, pasien dan keluarganya d. Perawat bertanggungjawab dan bertanggung gugat, serta memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan keperawatan e. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan 3. Tujuan a. Tujuan umum Memberikan pelayanan keperawatan yang paripurna, bermutu,

komunikatif, cepat dan tepat bagi pasien, keluarga dan masyarakat. b. Tujuan khusus 1) Memberikan asuhan keperawatan yang profesional sesuai standar asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan serta meningkatkan kemampuan pasien dalam upaya pemeliharaan kesehatan 2) Menciptakan iklim kerja yang harmonis, dinamis dan penuh kekeluargaan 3) Menciptakan pembelajaran yang terus menerus baik formal dan informal untuk peningkatan kualitas SDM perawat.
Sumber : SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

35

E. Struktur Organisasi 1. Struktur organisasi rumah sakit Berdasarkan PERDA Nomor. 4 Tahun 2005, serta PP 41 Tahun 2007 maka RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu mempunyai Struktur Organisasi dan tata kerja RSUD Batara Guru Belopa sebagai berikut :

DIREKTUR

Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bag. Hukum & Kepegawaian

Bagian Tata Usaha

Sub Bag Perencanaan & pelaporan

Sub Bag. Umum & Keuangan

Bid.Pelayanan Medik & Keperawatan

Bid.Pengembangan SDM & Rekam Medik

Bid.Pengawasan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana

Seksi Pelayanan & Penunjang Medik

Seksi Rekam Medik

Seksi Pemeliharaan Sarana & Prasarana

Seksi Pembinaan & Pengendalian Keperawatan

Seksi Pengembangan SDM

Seksi Pengawasan & Pengendalian Pelayanan

Sumber : SDM & Rekam Medik; RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

36

Uraian tugas : a. Direktur RSUD Batara Guru Belopa dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok Direktur RSUD Batara Guru Belopa adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dalam Direktur RSUD Batara Guru Belopa

tugasnya,

menyelenggarakan fungsi : 1) Perumusan Kebijaksanaan tekhnis RSUD Batara Guru Belopa; 2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah RSUD Batara Guru Belopa; 3) Pembinaan dan Pelaksanaan tugas Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa; dan 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. b. Bagian Tata Usaha/Sekretaris Sekretaris berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur. Bagian Tata Usaha ini terdiri atas : 1) Sub Bagian Umum dan Keuangan, yang melaksanakan pengelolaan keuangan rumah sakit; 2) Sub bagian Hukum dan Kepegawaian, yang melaksanakan

pengawasan dan tugas lainnya di bidang hukum dan kepegawaian; 3) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan, yang melaksanakan pelayanan teknis dan admimistrasi di bidang perencanaan dan pelaporan. c. Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan Bidang pelayanan medik dan keperawatan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang bertanggungjawab kepada direktur dan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

37

mengkoordinasikan tugas-tugas pelayanan medik dan keperawatan. Bidang ini terdiri atas : 1) Seksi Pembinaan dan Pengendalian Perawatan, yang membantu kepala bidang melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi keperawatan; 2) Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik, yang melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan penunjang medik; d. Bidang Pengembangan SDM dan Rekam Medis Bidang pengembangan SDM dan Rekam Medis dipimpin oleh kepala bidang yang membantu direktur dalam pelaksanaan

pengembangan SDM dan Rekam Medis. Bidang ini terbagi atas : 1) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengembangan SDM; 2) Seksi Rekam Medik, melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi di bidang rekam medik. e. Bidang Pengawasan dan Pemeliharaan sarana dan prasarana Bidang pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dipimpin oleh seorang kepala bidang yang melaksanakan fungsi-fungsi pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Bidang ini terdiri atas : 1) Seksi Pemeliharaan sarana dan Prasarana, yang melaksanakan tugastugas pemeliharaan sarana dan prasarana; 2) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan, yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan pengendalian pelayanan. f. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan fungsional terdiri atas tenaga ahli dalam jenjang fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

38

Selain struktur tersebut di atas, terdapat pula struktur lain yang mendukung pelaksanaan pelayanan di rumah sakit yaitu; Komite Medik dan Staf Medik Fungsional serta Instalasi-instalasi Penunjang. 2. Struktur organisasi keperawatan
DIREKTUR

Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan

Sub Seksi Pembinaan Keperawatan

Sub Seksi Etika,Mutu & Diklat Keperawatan

Koor. Rawat Jalan Kebidanan Kelas III Anak Kelas III Anak

IRD OK ICU

VIP Kelas I Kelas II Kelas III Bedah

Sumber : Seksi Pembinaan dan Pengendalian Perawatan, Maret 2012

F. Unggulan Rumah Sakit Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, ada beberapa unggulan pelayanan yakni : 1. Unit Rawat Inap, dengan pelayanan gratis kelas III Kesehatan gratis ) 2. Unit Rawat Jalan, dengan Pelayanan Gratis Rawat Jalan tingkat pertama dan rujukan. 3. Pelayanan Dokter Spesialis ( Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan, Anak ) ( Jamkesmas dan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

39

4. Pelayanan Fisioterapi 5. Pelayanan Radiologi 6. Pelayanan Bedah 7. Pelayanan Laboratorium dan administrsai G. Sumber Daya Manusia Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat di RSUD Batara Guru Belopa Belopa memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan non kesehatan dapat dilihat pada table 2.1 Tabel 3.1. No. A. 1. 2. 3. B. 1. 2. 3. 4. 5. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. D. Distribusi Sumber Daya Manusia di RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012. Jumlah Jenis Tenaga Orang % Tenaga medis 17 7,3 Dokter Umum 11 64,7 Dokter Spesialis 3 17,6 Dokter Gigi 3 17,6 Tenaga Keperawatan 118 50,6 S1 Keperawatan/Ners 5 4,24 D III Keperawatan 83 70,3 SPK 5 4,24 Kebidanan 19 16,1 Keperawatan gigi 6 5,08 Tenaga kesehatan lain 98 42,1 Apoteker 7 7,14 Farmasi 9 9,18 Gizi 6 6,12 Fisioterapi 8 8,16 Radiologi 5 5,1 Analis kesehatan 11 11,2 Kesmas 23 23,5 Rekam medik 5 5,1 Teknik elektromedik 2 2,04 Tenaga non kesehatan 22 9,44 TOTAL 233 100

Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

40

H. Fasilitas pelayanan kesehatan Peralatan medis dan keperawatan di Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat masih membutuhkan tambahan peralatan yang lebih memadai guna menunjang pelayanan yang berkualitas. Adapun alat kedokteran yang telah tersedia adalah sebagai berikut : 1. Peralatan Kamar Operasi 2. Peralatan Kebidanan dan Kandungan 3. Peralatan Penyakit Dalam 4. Peralatan Anak 5. Peralatan UGD 6. Peralatan Gigi dan mulut 7. Peralatan Laboratorium 8. Peralatan Radiologi 9. Peralatan Kamar Jenazah 10. Peralatan Fisioteraphy Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit kepada masyarakat merupakan wujud dalam peningkatan mutu / kualitas kesehatan yang dimiliki oleh Rumah Sakit. Hal tersebut dapat tercermin/terwujud dari mutu pelayanan medis dan administrasi secara cepat, mudah dan ramah sehingga memberi kepuasan dalam hal pemberian pelayanan serta penanganan kesehatan kepada pasien yang ditangani oleh Dokter spesialis. Adapun jenis pelayanan yang diberikan yakni : 1. Pelayanan Administrasi: 1. Kepegawaian 2. Umum dan Perlengkapan 3. Keuangan 4. Medical Record ( Rekam Medik) 2. Pelayanan Rawat Inap 1. Rawat Inap Penyakit Dalam

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

41

2. Rawat Inap Bedah 3. Rawat Kebidanan dan Kandungan 4. Rawat Inap Anak 3. Pelayanan Rawat Jalan. 1. Pelayanan Umum 2. Penyakit Dalam 3. Bedah 4. Anak 5. Kebidanan dan Kandungan (Obgyn) 6. Gigi dan Mulut 4. Pelayanan Penunjang Medik 1. Laboratorium 2. Farmasi 3. Radiologi 4. Fisiterapy 5. Gizi 6. Loundry 5. Pelayanan IGD Dari fasilitas serta pelayanan yang diberikan RSU Belopa kepada masyarakat saat ini belum optimal oleh karena keterbatasan sarana dan prasarana peralatan serta keterbatasan gedung keperawatan (rawat inap) yang belum lengkap diantaranya sebagai berikut : a. Penyelesaian Pembangunan gedung IGD yang belum rampung. b. Ruang Perawatan Inap . c. Keterbatasan peralatan Medik. d. Dana operasional Rumah Sakit masih kurang. e. RSU Batara Guru Belopa saat ini memiliki spesialis Kebidanan dan kandungan statusnya belum definitif (MOU). f. Kurangnya Kendaraan Dinas Operasional

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

42

Tabel 3.2 Kapasitas Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 Ruangan Kelas III Bangsal Interna Kelas III Bangsal Anak Kelas III Bangsal Bedah Kelas III Bangsal Kebidanan Kelas III ICU Kelas I Anak Kelas II Anak Kelas I Kelas II VIP TOTAL TT 27 16 16 11 3 1 4 11 12 8 109 Jumlah % 24,8 14,7 14,7 10,1 2,75 0,92 3,67 10,1 11 7,34 100

Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012

I. Penampilan Kerja RSUD Batara Guru Belopa Kinerja unit rawat inap RSUD Batara Guru Belopa tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Indikator Kinerja Unit Ruangan Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Indikator Gross Death Rate (GDR) Net Death Rate (NDR) Average Length of Stay (LOS/hari) Bed Occupancy Rate (BOR) Turn Over Interval (TOI/hari) Bed Trurn Over (BTO/hari) Tahun 2010 2011 16,71 0,005 2,47 0,015 8,53 3 69,2 45,2 23,76 4 36,4 45,2 Standar Depkes 6-9 hari 60 - 80 %. 1 - 3 hari 40-50 hari

Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012

Dari tabel 2.3 diatas di atas diperoleh informasi bahwa Gross Death Rate (GDR) dari tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan angka kematian yang cukup signifikans sebesar 16,705, pasien yang meninggal 48 jam (Net Death Rate) juga mengalami penurunan sebesar 2,455. Pencapaian Average Length of Stay

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

43

(ALOS) atau rata-rata lama rawat seorang pasien mengalami penurunan sebesar 5,53, pencapain BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 24 %. Pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat tidur tidak terisi, pada tahun 2010 sebesar 23,76 hari (tidak memenuhi target standar), pada tahun 2010 mencapai angka 4,0 hari (belum memenuhi target standar). Hal ini menggambarkan bahwa mutu pelayanan kesehatanRSUD Batara Guru Belopa masih perlu ditingkatkan melalui optimalisasi fungsi-fungsi manajemen keparawatan dalam rangka pencapaian visi dan misinya.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

44

BAB IV HASIL PENGKAJIAN A. Pengkajian Kegiatan Manajemen Keperawatan Instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengetahui penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu management approach, compensatory reward, professional relationship dan patient care delivery. Metode yang digunakan adalah wawacara, observasi, focus grup diskusi (FGD) dan penelusuran dokumen terkait. Sumber diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan, Ketua Komite Keperawatan ,Kepala Ruang Rawat Inap, Ketua Tim (Katim), perawat pelaksana dan bagian SDM dan rekam medis. Data yang

diperoleh menjadi gambaran makro untuk dieksplorasi, dianalisis dan divalidasi sehingga dapat diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan diruangan. B. Analisis SWOT Gambaran Umum RSUD Batara Guru Belopa 1. Strenght/ Kekuatan : a. Mempunyai visi dan misi yang mendukung pencapaian tujuan organisasi b. Adanya dukungan kuat pemerintah daerah kabupaten Luwu dalam pengembangan RS c. Lokasi RSUD Batara Guru Belopa mudah dijangkau dengan berbagai jenis alat transportasi, lingkungan yang cukup luas, nyaman dan menyenangkan d. RS mencanangkan sebagai pusat Traumatic centre dikawasan Luwu Raya e. Memiliki komite keperawatan f. Sebagai tempat praktek mahasiswa serta tempat penelitian dari berbagai perguruan tinggi kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

45

g. Telah menetapkan metode penugasan tim pelayanan keperawatan h. Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan beberapa unggulan pelayanan yakni Unit Rawat Inap, dengan pelayanan gratis kelas III ( Jamkesmas dan Kesehatan gratis ) dan Unit Rawat Jalan dengan Pelayanan Gratis Rawat Jalan tingkat rujukan. i. RS memiliki komitmen pengembangan SDM dan memberikan pertama dan

kesempatan kepada perawat untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini dapat dilihat saat terdapat 29 perawat yang sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan + Ners. 2. Weakness/Kelemahan a. Sistem administrasi dan pendomentasian askep yang belum

terkomputerisasi b. Keterbatasan sarana dan prasarana medik dan non medic c. Secara kuantitas dan kualitatif tenaga perawat di rumah sakit masih kurang. Hal ini dapat dilihat jumlah perawat tetap 112 orang dengan kualifikasi tingkat pendidikan yaitu S1 + Ners 5 (4,24 %), D.III keperawatan 83 (70,3 %) dan SPK 4,24 % dan bidan 19 (16,1 %). d. Masih kurangnya pelatihan manajemen keperawatan e. Belum adanya sistem jenjang karir perawat di rumah sakit f. Belum efektifnya peran komite keperawatan di rumah sakit g. Belum maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan sebagai pendekatan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan, hal ini dapat dilihat dari pendokumentasian yang belum lengkap dan masih banyak yang bekerja didasarkan pada instruksi medis dan rutinitas kegiatan di ruangan h. Kualitas asuhan keperawatan diruangan belum optimal hal ini dapat dilihat dengan belum efektifnya penerapan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

46

3. Opportunity/Peluang a. RSUD Batara Guru Belopa merupakan satuan unit kerja pemerintah kabupaten Luwu dimana pada tahun 2012 akan ditetapkan sebagai PPKBLUD b. Sumber daya tenaga keperawatan sebagian besar usia produktif, sehingga memiliki peluang besar dalam pengembangan SDM c. Pemanfaatan sarana kesehatan akan semakin meningkatan seiring dengan program pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah provinsi Sulawesi Selatan d. Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi wilayah kabupaten Luwu yang berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga kemampuan untuk mengakses sarana kesehatan juga semakin tinggi e. Semakin berkembangnya pemukiman di wilayah ibu kota Kabupaten Luwu f. Adanya kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan/ keperawatan dengan demikian turut mempengaruhi perkembangan pelayanan dan kegiatan penelitian. 4. Threath/ Tantangan a. Regulasi perumahsakitan yang semakin ketat dalam penerapan standar ketenagaan dan standar pelayanan b. Semakin kompetitifnya persaingan rumah sakit dengan mencetuskan beberapa pelayanan unggulan dengan sarana dan prasarana yang berbasis teknologi. c. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hak-haknya atas

pelayanan kesehatan yang harus berkualitas dan aman. d. Keterbatasan sumberdaya manusia yang berkualitas subspesialis e. Liberalisasi dibidang perumahsakitan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

47

C. Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan Dari hasil kuesioner dan observasi dokumen penerapan fungsi-fungsi manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap RSUD Batara Guru Belopa didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penampilan Kerja Kepala Ruangan Dalam Penerapan Pilar Nilai Profesional Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa, April 2012 Pilar Nilai Profesional Management approach : 1. Fungsi Perencanaan 2. Fungsi Pengorganisasian 3. Fungsi Pengarahan 4. Fungsi pengendalian Compensatory rewad Profesional relationship Patient Care Devilery Sumber : data primer Penampilan kinerja Cukup Total Optimal f % f % 4 50 8 100 4 50 8 100 4 50 8 100 4 50 8 100 4 50 8 100 8 100 8 100 8 100 8 100

Kurang optimal f % 4 50 4 50 4 50 4 50 4 50 0 0 0 0

Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 8 kepala ruangan penampilan kerja penerapan nilai professional pada pilar manajemen keperawatan dari fungsi perencanaan sampai fungsi pengendalian yang memiliki kinerja kurang optimal dan cukup optimal masing-masing sebanyak 50 %. Demikian halnya pada pilar compensatory rewad antara yang memiliki kinerja cukup optimal dan kurang optimal masing-masing 50 %. Sedangkan pada pilar profesional relationship dan Patient Care Devilery menunjukkan 100 % dengan kinerja cukup optimal. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penampilan Kerja Ketua Tim Dalam Penerapan Pilar Nilai Profesional Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa, April 2012 Pilar Nilai Profesional Management approach : 1. Fungsi Perencanaan Penampilan kinerja Kurang Cukup Total optimal Optimal f % f % f % 5 50 5 50 10 100

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

48

2. Fungsi Pengorganisasian 3. Fungsi Pengarahan 4. Fungsi pengendalian Compensatory rewad Profesional relationship Patient Care Devilery Sumber : data primer A. Pembahasan 1. Management approach a. Fungsi perencanaan 1) Visi, misi organisasi

3 5 4 0 6 5

30 50 40 0 60 50

7 5 6 10 4 5

70 50 60 100 100 50

10 10 10 10 10 10

100 100 100 100 100 100

Berdasarkan hasil wawancara menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa penyusunan visi dan misi rumah sakit dilakukan melalui rapat kerja dengan semua manajemen rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala ruangan dan

disosialisasikan kepada seluruh perawat melalui rapat keperawatan. Demikian halnya dengan penyusunan misi, falsafah dan tujuan bidang keperawatan ditetapkan oleh Tim penyusun yang dibentuk berdasarkan surat keputusan direktur RS dan ditindaklanjuti dengan SK pemberlakuannya dan selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh perawat. Visi misi rumah sakit sejalan dengan misi Bidang Keperawatan, akan tetapi belum ditetapkan visi Bidang keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa mereka sudah tahu dan memahami visi dan misi rumah sakit dan misi Bidang Keperawatan. Pemahaman visi dan misi rumah sakit dan misi bidang Keperawatan juga dipahami oleh Ketua tim (Katim) yang didukung dengan hasil kuesioner 100 % mengatakan telah memahaminya dan 60% menyatakan memahami falsafah dan tujuan perawatan ruangan. Namun untuk perawat pelaksana yang belum memahami visi dan misi

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

49

rumah sakit dan misi Bidang Keperawatan sebanyak 25.4 %. Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa saat ini belum ditetapkan visi misi ruangan karena sudah ada misi bidang keperawatan sebagai pedoman dalam melakukan tugas dan fungsinya dan penetapan visi misi ruangan merupakan kebijakan rumah sakit. Masalah : belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan.

2) Program dan Rencana Jangka Pendek Hasil wawancara proses penyusunan rencana strategik bidang keperawatan yang berlaku 5 tahun dirumuskan dalam rapat kerja yang melibatkan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan komite keperawatan. Hal ini didukung oleh kuesioner kepala ruangan yang 87.8 menyatakan diikutkan dalam penyusunannya. Hasil kuesioner rencana kegiatan kepala ruangan terdapat 50% belum membuat rencana harian, sebanyak 37.5 % belum membuat rencana bulanan dan 100 % telah membuat rencana tahunan. Sedangkan ketua tim terdapat 40 % belum membuat rencana kerja harian dan 40 % belum membuat rencana bulanan. Hasil wawancara alasan belum membuat rencana bulanan dan harian karena aktivitas perawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan rutinitas tugas, disamping belum dipahaminya pentingnya serta cara pembuatan rencana kegiatan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

50

Masalah : Belum optimalnya

rencana kegiatan perawatan

diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya. 3) Ketenagaan a) Kuantitatif Berdasarkan Pembinaan dan hasil wawancara dengan Kepala dalam Seksi proses

Pengendalian

Keperawatan

ketenagaan dilibatkan oleh rumah sakit mulai dari recruitment, seleksi, rotasi, dan mutasi. Perencanaan kebutuhan disetiap unit mengacu pada perencanaan makro dan belum mengacu pada perhitungan tingkat ketergantungan pasien. Perencanaan meliputi jumlah dan kualifiaksi tenaga berdasarkan standar ketenagaan. Analisa kebutuhan tenaga mengacu pada data dan informasi rumah sakit tentang beban kerja, kapasitas tempat tidur, BOR. Hasil analisa disampaikan kepada bidang pelayanan sebagai acuan perencanaan makro. Sistem recruitment mengacu pada pedoman manajemen SDM recruitment RSUD Batara Guru Belopa. Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 75 % menyatakan kekurangan tenaga keperawatan, akan tetapi hanya 12.5 % yang menyatakan menyusun rencana kebutuhan tenaga. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa perencanaan tenaga merupakan tugas Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dan Bidang Pengembangan SDM. Informasi yang diperoleh dari kuesioner kepala ruangan sebanyak 62,5 % menyatakan bahwa perencanaan pemenuhan kebutuhan tenaga belum mempertimbangkan beban kerja dengan klasifikasi. Menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pembiyaan rumah

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

51

sakit, pada saat ini RSUD melakukan rekruitmen tenaga magang yang nantinya akan diangkat menjadi tenaga honorer. Masalah : belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan. b) Kualitatif Dalam upaya peningkatan SDM perawat secara kualitatif pihak manajemen RS Batara Guru Belopa telah menyusun perencanaan dan pembinaan karir perawat termasuk perencanaan promosi. Pola pengembangan karir menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan adalah perencanaan makro disusun oleh pimpinan keperawatan struktural sedangkan perencanaan mikro oleh pimpinan keperawatan fungsional, akan tetapi upaya peningkatan SDM perawat belum optimal hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan peraturan kepegawaian Pemerintah Kabupaten Luwu. Dari hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak 62,5 % mengatakan belum mengetahui pengembangan jenjang karir fungsional, demikian halnya dengan ketua Tim yang belum mengetahui pengembangan karirnya sebanyak 70 %. Dari hasil wawancana mereka juga belum mengetahui program pengembangan SDM bagi perawat tetapi pihak rumah sakit mengizinkan setiap perawat yang akan melanjutkan pendidikan. Upaya rumah sakit untuk mengoptimalkan kepala ruangan dan ketua tim menerapkan fungsi-fungsi manajemen belum maksimal dimana 100 % dari hasil kuesioner mengatakan belum pernah mengikuti pendidikan dan latihan manajemen pelayanan keperawatan. Menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa sudah ada perencanaan berkaitan dengan pengembangan kompetensi klinis dan manajemen bagi perawat

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

52

akan tetapi realisasinya belum optimal disesuaikan dengan prioritas kebutuhan pelayanan dan ketersediaan dana rumah sakit, misalnya kemampuan perawat IRD dalam penanganan

kegawatdaruratan dengan mengikutikan pelatihan BTCLS. Untuk itu dalam upaya peningkatan layanan keperawatan dilakukan pertemuan secara periodik setiap bulan dengan kepala ruangan dan Katim. Masalah : belum optimalnya pengembangan SDM tenaga tenaga keperawatan. 4) Fasilitas Dalam perencanaan fasilitas dan sarana penunjang kegiatan pelayanan keperawatan, menunjukkan bahwa kepala ruangan

dilibatkan dengan mengajukan kebutuhan ke Kepala Seksi Pembinaan Dan Pengendalian Keperawatan. Hasil wawancara dengan kepala ruangan diperoleh informasi bahwa mereka sudah membuat

perencanan kebutuhan fasilitas ruangan tetapi kendalanya adalah keterbatasan dana RS sehingga belum semua dapat terlealisasi. Hal ini didung oleh hasil kuesioner perawat pelaksanan dimana mengatakan fasilitas pelayanan keperawatan belum 93.7%

memadai.

Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan Dan Pengendalian Keperawatan bahwa perencanaan kebutuhan fasilitas dilaksanakan oleh Tim pengadaan yang ditetapkan oleh SK direktur yang melibatkan kepala ruangan, dengan mengacu pada pedoman standar peralatan keperawatan Depkes RI akan tetapi karena disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu sehingga penyediaan fasilitas belum sesuai standar yang ditetapkan. Masalah : belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

53

b. Pengorganisasian 1) Struktur organisasi Pada struktur organisasi rumah sakit menunjukkan bahwa

struktur organisasi bidang keperawatan berada di bawah Bidang Pelayanan Medik dan keperawatan. Dalam menjalankan tugasnya

Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dibantu oleh dua Sub Seksi yaitu Sub Seksi Pembinaan Askep dan Sub Seksi Etika, Mutu dan Diklat Keperawatan yang mempunyai tanggung jawab masingmasing. Secara organisasi struktur ini cukup memudahkan dalam koordinasi dan komunikasi akan terapi kurang menunjang outonomi bidang keperawatan. Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa untuk menunjang outonomi bidang keperawatan maka dibentuk komite keperawatan. Struktur organisasi Ruang Rawat Inap menggunakan sistem penugasan tim-modifikasi keperawatan yang dipimpin oleh kepala ruangan yang membawahi dua ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada

sekelompok pasien. Informasi pada kuesioner kepala ruangan sebanyak 87.5 % menyatakan struktur organisasi ruangan efektif dalam dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak 37.5 % menyatakan uraian tugas Katim dan perawat pelaksana belum jelas dan sebanyak 37.5 % menyatakan belum melakukan sosialisasi uraian tugas Katim dan perawat pelaksana. Hal ini didukung oleh kuesioner Katim yang menyatakan belum memahami uraian tugasnya sebanya 30 % dan perawat pelaksana yang belum memahami uraian tugasnya sebanyak 20.6 %.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

54

Mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan juga belum optimal dimana sebanyak 80 % ketua tim belum memahami sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan. Sedangka kepala ruangan yang menyatakan belum ada kejelasan rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan sebanyak 25 %. Masalah : belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan. 2) Penyusunan Jadual Dinas/Shif Dari hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa semua kepala ruangan telah menyusun daftar dinas/shif setiap minggu akan tetapi belum penetapan jadual shif belum mempertimbangkan tingkat ketergantungan pasien dan tingkat perawat. Hasil kuesioner ketua tim menunjukkan bahwa sebanyak 60 % belum memahami penentuan klasifikasi ketergantungan pasien. Hasil observasi jadual dinas belum ada pembagian alokasi pasien ke perawat pelaksana dan jadual shif sore/malam belum mencamtumkan penanggungjawab shif. Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa hambatan dalam

penyusunan jadual dinas adalah keterbatasan tenaga dan sebagian besar berlatar belakang pendidikan vokasional. Masalah : belum optimalnya pemahaman perawat tentang halhal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas. 3) Metode Penugasan/Pengorganisasian Perawatan Pasien Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa metode penugasan diruang rawat inap adalah metode kombinasi tim-modifikasi namun belum berjalan optimal hal ini disebabkan salah satunya adalah belum

pernah dilakukan pelatihan penerapan MPKP. Informasi dari ketua

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

55

Komite Keperawatan bahwa belum ada pedoman penerapan MPKP menyebabkan Tim yang dibentuk belum memahami tugas dan tanggungjawabnya serta mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang MPKP. Hal ini didukung informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala perawatan dan ketua tim bahwa penerapan metode penugasan asuhan keperawatan belum berjalan efektif. Pemahaman MPKP juga masih belum baik dimana hasil kuesioner diperoleh informasi sebanyak 63.5% pengetahuan perawat tentang MPKP masih kurang. Penggunaan klasifikasi tingkat ketergantungan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan juga belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh data dimana 93.7 % perawat pelaksana mengatakan belum dilakukan dan 87.3 memahami penilaian ketergantungan pasien. Demikian halnya dengan metode penugasan yang diterapkan juga masih bervariasi dimana sebanyak 19 % perawat pelaksana % mengatakan belum

mengatakan metode penugasan yang digunakan adalah metode fungsional, 36.5 % metode tim, 44.4 % yang menyatakan menggunakan metode Primary Nurse (PN). Penilaian terhadap ketepatan penggunaan metode penugasan sebanyak 19 % perawat pelaksana menyatakan tidak tepat dan 66.7 menyatakan tidak tahu. Hasil observasi selama melakukan residensi penerapan prinsipprinsip dasar dalam MPKP juga belum berlajan sebagai mana mestinya, seperti belum dilakukan pre dan postconference, belum ada alokasi pasien yang menjadi tanggungjawab tim, kegiatan operan belum terstruktur dan belum nampak adanya perbedaan aktifitas pelayanan antara ketua tim dengan anggota tim.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

56

Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP. c. Pengarahan 1) Supervisi Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang

dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fungsi supervisi kepala ruangan belum berjalan dengan baik hal ini didukung oleh data kuesioner sebanyak 62.5 % belum melakukan supervise dan 75 % supervisinya belum terjadual dan sebanyak 87.5 % supervisi belum terstruktur, pada saat melakukan supervise 62.5% mengatakan belum memperikan umpan balik. Hal ini didukung oleh informasi dari Katim bahwa 60 % kepala ruangan belum melakukan supervisi dan belum memberikan bimbingan/ umpan balik saat disupervisi. Hal

yang sama pada fungsi supervisi Katim ke perawat pelaksana dimana 80 % menyatakan belum melakukan supervisi ke perawat yang menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan hasil kuesioner perawat pelaksana sebanyak 52.4% yang menyakan belum mendapatkan bimbingan dari Kepala ruangan dan sebanyak 76.2 % Katim belum memberikan bimbingan ke perawat pelaksana dalam timnya. Hasil wawancara sebagian besar kepala ruangan belum melakukan supervise karena belum memahami materi dan mekanisme supervisi dan Selama ini kegiatan supervisi hanya dilakukan pada pendokumentasian askep dan kedisiplinan staf perawatan. Masalah : kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan. 2) Pendelegasian

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

57

Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil wawancara Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian

Keperawatan bahwa prinsip pendelegasian yang diterapkan mengacu pada hirarki struktur organisasi, sehingga jika Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan diluar jam kerja atau

sedang melakukan tugas luar maka salah satu kepala ruangan ditunjuk sebagai pengganti yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur dan berkewajiban untuk laporan sesuai dengan Juklis laporan. Untuk tingkat manjemen dibawahnya secara otomatis pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana yang berkompeten. Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan telah melakukan pendelegasian,, hal ini berbeda dengan hasil kuesioner Katim dimana 70 % menyatakan belum melaukan pendelegasian ke perawat pelaksana.Prinsip-prinsip pendelegasian kepala ruangan juga belum berjalan dengan baik dimana kepala ruangan belum

mempertimbangkan kompetensi perawat dalam pemberian tugas dan 42,9 % perawat pelaksana mengatakan pendelegasian yang dilakukan kepala ruangan dilakukan secara lisan karena belum ada format Surat Pendelegasian Tugas. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 62.5 % menyatakan pendelegasian dilakukan secara lisan, akan tetapi semuanya telah melakukan evaluasi dan monitoring hasil peleksanaan tugas pendelegasian. Masalah : belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya. d. Pengendalian

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

58

Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi : menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur

prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar, mengambil tindakan korektif. 1) Mutu Pelayanan Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa pengendalian mutu keperawatan dibawah koordinasi Komite Keperawatan dalam hal ini adalah Sub Komite Mutu Pelayanan Keperawatan sebagai perpanjangan tangan dari Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan. Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan bahwa dalam upaya peningkatan mutu ditetapkan Indikator Mutu Klinik yang meliputi data infeksi karena jarum infus (Flebitis) , data kejadian infeksi luka operasi (ILO) dan data dekubitus (Decubitus Ulcer Rate). Data yang dilaporkan masing-masing kepala ruangan yang kemudian diolah dan dianalisis sebagai acuan dalam mengukur kualitas pelayanan keperawatan secara nyata di RSUD Batara Guru Belopa. Akan tetapi penerapan program ini belum berjalan dengan baik yang salah satu penyebabnya adalah sosialisasi program belum optimal. Hambatan dalam peningkatan mutu pelayanan adalah belum optimalnya kegiatan pelatihan klinik bagi perawat dan hambatan instrumen/ fasilitas perawatan Hal ini didukung oleh hasil kuesioner sebanyak 50 % Kepala Ruangan menyatakan kinerja tim pengendali mutu keperawatan belum optimal karena belum ada pedoman pengendalian mutu keperawatan di ruangan, sebanyak 62.5. % karu dan 80 % katim menyatakan belum

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

59

melaksanaan penilaian indikator mutu keperawatan dan tindak lanjut evaluasi mutu pelayanan keperawatan. Akan tetapi sudah dibudayakan melaporkan kejadian yang tak diharapkan (KTD) meskipun belum ada protoko laporan KTD diruangan dan tindak lanjut selama melakukan tindakan keperawatan. Kinerja Katim dalam fungsi pengendalian mutu pelayanan keperawatan cukup optimal dimana sebanyak 70 % telah melakukan observasi pelaksanaan asuhan keperawatan, akan tetapi capaian masih rendah pada fungsi melalakukan pengawasan SOP hanya 10 %, dan belum ada yang melakukan evaluasi secara berkala terhadap SAK dan SOP berkala. Untuk menilai mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui survey kepuasan pasien/keluarga, perawat dan dokter. Akan tetapi dari hasil kuesioner baru 62.5 % yang pernah melakukan survey kepuasan pasien/keluarga tetapi belum dilakukan secara berkala, dan belum pernah dilakukan survey kepuasan perawat dan dokter terhadap hasil pelayanan keperawatan. Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah pernah dibuat instrument pengukuran kepuasan pasien akan tetapi belum berjalan dengan baik. Survei masalah keperawatan sangat penting sebagai bahan informasi dalam perencanaan fasilitas layanan keperawatan dan pengembangan SDM perawat khususnya melalui pelatihan, akan tetapi dari hasil kuesioner belum dilakukan survey masalah keperawatan. Masalah : belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum adanya panduang pelaksanaan. 2) Audit Standar Keperawatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

60

Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa setiap ruangan telah dilengkapi pedoman SAK dan SOP, namun hasil observasi perawat masih kurang memanfaatkan SAK dan SOP dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini didukung oleh kuesioner perawat pelaksana yang menyatakan belum menggunakan SAK dan SOP saat melakukan asuhan keperawatan sebanyak 55.6 %. Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 50 % belum melakukan audit SAK dan SOP, dengan alasan belum ada pedoman audit SAK dan SOP dan belum pernah dilakukan evaluasi SAK dan SOP sesuai dengan perkembangan Iptek keperawatan. Penerapan proses keperaewatan sebagai pedoman kerja perawat juga belum optimal dimana, hasil kuesioner perawat pelaksana menunjukkan 33.3 % berdasarkan rutinitas dan 66.7 atas instruksi dokter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masih mengalami hambatan dalam penerapan asuhan keperawatan dimana 28.6 % menyatakan mengalami kendala dalam pengkajian, hambatan

merumuskan diganosa keperawatan sebanyak 44.4 %, hambatan menyusun rencana 44.4 %, dan hambatan imlementasi hanya 44.4 %. Kemampuan perawat pelaksana untuk menerapkan standar proses keperawatan memerlukan bantuan dan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim. Hasil kuesioner sebanyak 50 % katim dan 52.4% kepala ruangan belum melakukan bimbingan perawat pelaksanan dalam pelaksanan asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan memiliki nilai legalitas dan hokum juga sebagai alat komunikasi antar perawat dan tim kesehatan. Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah menggunakan format baku akan tetapi pendokumentasiannya belum dilakukan dengan baik. Pada saat pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

61

belum

dilakukan

pencatatan

dengan

lengkap

dan

diagnosa

keperawatan hanya dicatat pada saat pasien masuk ke ruangan saja tidak dilakukan follow up lagi. Hal ini berbeda dengan hasil kuesioner dimana hanya 9.5 % perawat pelaksana yang menyatakan tidak mendokumentasikan asuhan keperawatan setelah melakukan tindakan, dan informasi dari kuesioner dimana 87.5 % kepala ruangan menyatakan melakukan audit dokumentasi keperawatan,meskipun proses audit hanya dengan memeriksa kelengkapan pencatatan karena belum ada panduan audit dokumentasi keperawatan. Hal ini berbeda dengan informasi dari perawat pelaksana dimana 46 % menyatakan audit dokumentasi belum berjalan hal ini didukung oleh data katim sebanyak 50 % katim menyatakan belum memonitor dokumentasi asuhan keperawatan dengan rutin. Masalah: belum optimalnya penerapan standar asuhan

keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif.

e. Compensatory rewad Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Dan Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah ada instrument penilaian kinerja perawat dan penilaian dilakukan secara periodik sebagai laporan dari kepala ruangan. Bentuk penilaian kinerja mempunyai 2 katogori yaitu penilaian beban kerja dan attitude. Disamping penilaian dengan menggunakan format DP3 yang dilakukan setiap enam bulan bagi staf perawat berstatus PNS. Hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi bahwa penilaian kinerja sudah berjalan dengan baik sebanyak 87.5 % hal ini berbeda dengan data dan sebaliknya ketua tim 100 % belum melakukan penilaian kinerja kepada anggota timnya.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

62

Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa untuk memotivasi staf perawat melakukan tugasnya dengan baik dilakukan pengembangan jenjang karir tertuang dalam program mutasi dan rotasi. Salah satu cara meningkatkan motivasi adalah meralui reward dan punishment, pola yang dikembagkan adalah bagi perawat dengan prestasi kerja baik diprioritaskan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sedangkan punishment ditetapkan sesuai dengan peraturan kepegawaian. Fungsi motivasi kepala ruangan dari hasil kuesioner 100 % menyatakan memberikan motivasi Katim dalam meningkatan mutu

pelayanan keperawatan, demikian halnya dengan Katim sebanyak 70 % menyatakan memberikan motivasi ke perawat pelaksana. Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 50 % mengatakan tidak memberikan reward kepada staf perawat yang berprestasi dan sebaliknya sebanyak 100 % mengatakan ada punishment kepada staf dengan kinerja buruk. Hal ini didukung informasi pada kuesioner dimana sebanyak 50 % katim dan 92.1 % perawat pelaksana mengatakan tidak ada reward / penghargaan pada perawat dengan kinerja baik dan sebanyak 54 % perawat pelaksana menyatakan mendapatkan punishment bagi perawat dengan kinerja buruk. Salah satu sumber motivasi kinerja staf adalah adanya kejelasan pengembangan karir, akan terapi hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 75 % menyatakan belum melakukan pengembangan karir perawat. Hal ini didukung oleh data kuesioner sebanyak 70 % katim dan 93.7 % perawat pelaksana belum mengetahui pengembangan karirnya. Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa pengembangan karir perawat merupakan tanggungjawab dan fungsi dari Kepala Seksi Pembinaan Dan

Pengendalian Keperawatan dan pengembangan SDM.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

63

Masalah : belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karis perawat f. Profesional relationshif Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa komunikasi divisi keperawatan dilakukan dalam bentuk pertemuan rutin setiap bulan dengan kepala ruangan untuk membahas berbagai hambatan sekaligus membahas kebutuhan setiap ruangan dan pertemuan berkala dengan manajemen rumah sakit. Diluar jadual pertemuan rutin Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan juga senantiasa terbuka untuk menerima berbagai informasi dari staf perawatan untuk alasan ini sehingga ruangan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan berada diruang perawatan sehingga setiap saat dapat menjalin komunikasi dan memberikan informasi kepada staf perawatan. Informasi diatas sesuai hasil wawancara kepala ruangan yang menyatakan setiap bulan dilakukan pertemuan kepala ruangan yang dan komunikasi kepala ruangan dengan Katim dan perawat pelaksana sudah berjalan dengan baik, sudah dilakukan pertemuan rapat setiap bulan untuk membahas permasalahan yang ada. Hasil kuesioner 100% kepala ruangan menyatakan memimpin rapat staf diruangan secara periodik dan mengikuti rapat TIM kesehatan dan manajemen rumah sakit secara berkala. Komunikasi dengan tim kesehatan lain juga sudah berjalan dengan baik dimana 100 % kepala ruangan dan ketua tim menyatakan mengikuti visite dokter dan melakukan kolaborasi. Hal yang sama dengan kegiatan serah terima antar shif/operan sudah dilakukan akan tetapi belum optimal karena operan hanya dilakukan di ruang perawat dan hasil obsevasi saat operan komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada tindakan medis saja untuk tindakan keperawatan masih sangat kurang dilakukan dan pelaksanaannya belum teroganisir dengan baik. Sedangkan kegiatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

64

conference kasus sebanyak 50 % kepala ruangan menyatakan sudah melakukan akan tetapi hasil wawancara belum dilakukan secara terjadual dan belum ada prosedur conference kasus. Masalah : belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan. g. Patient Care Devilery Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu. Patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. Dari hasil kuesioner dimana ketua tim cukup optimal dalam melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan, tetapi dalam menetapkan diagnose keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien hanya 50 %, menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa standar renpra 50 % , melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh perawat pelaksana hanya 30 % dan melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari sangat optimal dimana 100 menyatakan membuat catatan perkembangan pasien. Hasil maksimalnya menyatakan kuesioner perawat proses pelaksana menunjukkan dimana rutinitas belum 33.3 dan % 66.7

pemanfaatan melakukan

keperawatan berdasarkan

layanan

menyatakan atas instruksi dokter. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner perawat pelaksana menunjukkan 33.3 % berdasarkan rutinitas dan 66.7 atas instruksi dokter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masih mengalami hambatan dalam penerapan asuhan keperawatan dimana 28.6 % menyatakan mengalami kendala dalam pengkajian, hambatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

65

merumuskan diganosa keperawatan sebanyak 44.4 %, hambatan menyusun rencana 44.4 %, dan hambatan imlementasi hanya44.4 % Untuk melaksanan tindakan dengan baik dan benar perawat pelaksana memerlukan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim. Hasil kuesioner ketua tim sebanyak 60 % menyatakan belum membimbing perawat secara langsung melakukan asuhan keperawatan khususnya tindakan yang kompleks/rumit. Hal ini didukung oleh keusioner dari perawat pelaksana sebanyak 50.8 % menyatakan tidak mendapat bimbingan dari katim saat melakukan tindakan keperawatan. Akan tetapi berbeda dengan kuesioner kepala ruangan sebanyak 100 % menyatakan melakukan bimbingan staf perawat melakukan tindakan

keperawatan kompleks. Sedangkan kegiatan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga dan discharge planning sudah berjalan dengan baik. Masalah : belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan.

B. Prioritas Masalah Dalam rangka memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas, maka dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap

masalah yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut : 1. Magnitude(M) : kecenderungan dan seringnya kejadian masalah 2. Severity (S) 3. Manageable (Mn) 4. Nursing consern (Nc) : besarnya kerugian yang ditimbulkan : bisa di pecahkan : melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

66

5. Affordability (Af)

: ketersediaan sumber daya

Aspek aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu : 1. Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak ditemukan (prevalensinya tinggi) 2. Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan suatu masalah lebih serius 3. Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini dapat terpecahkan(menemukan jalan keluar) 4. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat 5. Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan rentang nilai 1 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara : M x S x Mn xNc x Af Tabel 4.1 Daftar Masalah Manajemen Pada Residen I di RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012 No Fungsi Manajemen 1 2 1. Perencanaan Masalah 3 Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

67

pasien dan belum ketenagaan

optimalnya

perhitungan

Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit 1 2. 2 Pengorganisasian 3 Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang halhal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP 3. Pengarahan Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya 4. Pengendalian Belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum adanya panduang pelaksanaan Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif 5. 6. Compensatory rewad Profesional Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karis perawat Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

68

relationship

melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan Care Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan

7.

Patient Devilery

Setelah diidentifikasi 15 masalah selanjutnya dilakukan pembobotan untuk menentukan prioritas masalah, dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Prioritas masalah manajemen keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa Pembobotan No
1

Masalah
2

Mg
3

Sv Mn NC Af
4 5 6 7

Total
8

Prioritas
9

A. 1.

Fungsi Perencanaan Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang 3 2 3 3 5 270 8

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

69

keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan 2. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan 3 3 3 3 3 243 9

3.

128

12

4.

Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit Fungsi Pengorganisasian Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/

72

14

5.

108

13

B. 6.

288

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

70

mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan 7. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas efesiensi dan efektifitas dalam pembuatan jadual dinas masing-masing ruangan Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP Fungsi Pengarahan
2 3 4 5 6 7 8 9

405

8.

2000

C.
1

Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya 10. Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan D. Fungsi pengendalian 9.

216

10

768

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

71

11. Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan optimalnya 12. Belum penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan sak dan sop dan pendomentasian belum efektif E. Compensatory rewad 13. Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat Profesional relationship optimalnya 14. Belum kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan Patient Care Devilery optimalnya 15. Belum manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan

192

11

576

48

15

324

432

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

72

Berdasarkan pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor yang paling besar maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah : 1. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP (2000) 2. Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan (768) 3. Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan sak dan sop dan pendomentasian belum efektif (576) 4. Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan (432) 5. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas efesiensi dan efektifitas dalam pembuatan jadual dinas masing-masing ruangan (405) 6. Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan (324) 7. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan (288) 8. Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan (270) 9. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya (243) 10. Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya (216) 11. Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan (192) 12. Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan (128) 13. Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit (108)

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

73

14. Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat (72) 15. Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat (48) C. Tujuan dan Alternatif Pemecahan Masalah Tujuan dan alternatif pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang mencakup apa,siapa, dimana, berapa lama tujuan dapat dicapai. Pada residensi pertama ini dilakukan analisis alternatif pemecahan masalah terhadap 4 (empat) masalah berdasarkan prioritas masalah hasil pembobotan. Rumusan tujuan dan alternatif pemecahan masalah sesuai masing-masing permasalahan sebagaimana dibawah ini : 1. Masalah Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP Tujuan dan alternatif pemecahan masalah a. Apakah dengan pelatihan penerapan MPKP metode penugasan tim selama 5 (lima) hari bersama dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dan ketua komite keperawatan perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi rawat inap? b. Apakah dengan menetapkan ruangan percontohan MPKP Pemula dengan metode penugasan tim akan meningkatkan kinerja perawat dalam perawat mengapalikasikan MPKP diruang

melakukan asuhan keperawatan ? 2. Masalah Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan. Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

74

a. Apakah dengan melakukan desiminasi/ penyegaran selama 3 (tiga) hari kepada kepala ruangan dan ketua tim tentang supervisi akan dapat meningkatkan kemampuan kepala ruangan dan ketua tim melaksanakan supervisi dalam dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan? b. Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat pelaksana akan meningkatkan pemahaman perawat pelaksana akan pentingnya supervisi dalam memecahkan masalah yang dihadapi? 3. Masalah Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif. Tujuan dan alternatif pemecahan masalah : a. Apakah dengan melakukan desiminasi selama 1 (satu) hari kepada Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan, ketua komite

keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim tentang pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian dapat meningkatan kepatuhan perawat menggunakan SAK dan SOP dan pendokumentasian asuhan keperawatan ? b. Apakah dengan memberikan informasi tentang pengawasan kepada perawat pelaksana akan meningkatan kepatuhan staf keperawatan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian? 4. Masalah Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara

penyusunannya. Tujuan dan alternatif pemecahan masalah : a. Apakah dengan merumuskan ketentuan jangka pendeka selama 2 pendokumentasian rencana

(dua) hari bersama-sama Kepala Seksi

Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dan Komite Keperawatan akan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

75

memicu perawat untuk melaksanakan kegiatan harian dan bulanan?

pendokumentasian rencana

b. Apakah dengan memberikan informasi tentang kepada kepala ruangan, ketuan tima dan perawat pelaksana tentang perencanaan kegiatan perawatan jangka pendek dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran perawat membuat rencana kegiatan harian dan bulanan?

D. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah Seleksi alternatif pemecahan masalah menggunakan pembobotan CARL, yaitu : C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif, A =

Accessability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif, R = Readiness, artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif, L = Leverage, artinya daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah, dengan memberikan

rentang nilai 1-5, yaitu : 5 = sangat mampu, 4 = mampu, 3 = cukup mampu, 2 = kurang mampu dan 1 = tidak mampu. Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan adalah yang

memperoleh nilai total tertinggi sebagaimana tabel 4.3.

Tabel 4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Manajemen Keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa No. 1. 2 3. 4. Alternatif Pemecahan Masalah Pelatihan MPKP penugasan tim metode C 4 4 4 4 A 4 3 3 2 R 4 4 3 3 L 4 4 4 4 Skor 256 192 144 96

Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula Desiminasi supervisi bagi kepala ruangan dan ketua Tim Sosialisasi supervisi keperawatan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

76

kepada staf perawatan 5. Desiminasi rumusan pengawasan dan mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep Sosialisasi mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep kepada staf keperawatan Menyusun pendokumentasian harian dan bulanan rumusan rencana 4 2 4 4 128

6.

72

7.

81

8.

Sosialisasi pendokumentasian rencana harian dan bulanan kepada staf keperawatan

54

Melalui pembobotan maka dari 4 (empat) masalah diperoleh 8 (delapan) alternatif pemecahan masalah dengan urutan prioritasnya, sebagai berikut : 1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim (256) 2. Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula (192) 3. Desiminasi supervisi bagi kepala ruangan dan ketua Tim (144) 4. Desiminasi rumusan pengawasan dan mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep (128) 5. Sosialisasi supervisi keperawatan kepada staf perawatan (96) 6. Menyusun rumusan pendokumentasian rencana harian dan bulanan (81) 7. Sosialisasi mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep kepada staf keperawatan (72) 8. Sosialisasi pendokumentasian rencana harian dan bulanan kepada staf keperawatan (54) Dari hasil pembobotan diatas maka ditetapkan dapat diidentifikasi alternatif pemecahan masalah dengan urutan prioritasnya, mengingat keterbatasan waktu,

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

77

sumber daya dan kewenangan maka pada residensi kedua alternatif pemecahan masalah yang akan dipecahkan adalah prioritas 1 (satu) dan 2 (dua) yaitu : 1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim 2. Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula E. Rencana kegiatan Adapun rencana kegiatan sebagai alternatif pemecahan masalah yang akan dipecahkan : 1. Sosialisasi Pedoman Penerapan MPKP a. Sasaran Seluruh perawat yang bertugas di ruang perawatan baik rawat inap maupun rawat intensif (secara bergiliran) b. Waktu dan Tempat Sosialisasi penerapan MPKP dilaksanakan satu hari c. Materi sosialisasi 1) 2) 3) 4) 5) Konsep metoda penugasan primary-team Proses asuhan keperawatan pada ruang MPKP Uraian tugas perawat pada ruang MPKP Protap operan Protap pre dan post conference

2. Pelatihan MPKP a. Sasaran 1) Kepala Ruangan 2) Ketua Tim 3) Perawat Pelaksana b. Kriteria Sasaran 1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan 2) Memiliki kemauan untuk berubah 3) Disiplin dan memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya c. Waktu dan Tempat

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

78

Pelatihan diselenggarakan di RSUD Batara Guru Belopa selama 5 (lima) hari, dari jam 08.00 s/d 14.00 wita ( 30 jam pelajaran) d. Metoda Pelatihan 1) 2) 3) 4) 5) Ceramah, tanya jawab Diskusi kelompok Role Play Studi Kasus Asuhan Keperawatan Peninjauan Lapangan

e. Materi Pelatihan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Manajemen keperawatan Manajemen asuhan keperawatan Kepemimpinan dalam keperawatan Penentuan kebutuhan tenaga keperawatan Penentuan kebutuhan peralatan keperawatan Komunikasi terapeutik Etika keperawatan Nilai-nilai profesional praktik keperawatan Proses keperawatan

10) Pemeriksaan fisik 11) Dokumentasi Keperawatan 12) Konsep metoda penugasan primary-team 13) Proses asuhan keperawatan pada ruang MPKP 14) Uraian tugas perawat pada ruang MPKP 15) Protap operan 16) Protap pre dan post conference f. Nara Sumber 1) Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan 2) Komite / Divisi Keperawatan 3) Mahasiswa residensi

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

79

4)

Nara sumber luar jika diperlukan

3. Penilaian Kesiapan Penerapan MPKP di Ruang Perawatan a. Sasaran 1) 2) Ruang rawat inap Ruang rawat intensif

b. Waktu dan Tempat Penilaian dilakukan selama 1 minggu oleh Tim MPKP di masingmasing ruang perawatan yang perawatnya telah mengikuti pelatihan MPKP c. Metoda Penilaian 1) 2) Wawancara Survey / Observasi

d. Media / Instrumen yang digunakan 1) 2) Pedoman wawancara Pedoman observasi

e. Kriteria evaluasi Dikatakan siap menerapkan MPKP dan diusulkan sebagai unit percontohan MPKP, bila : 1) Jumlah tenaga sesuai beban kerja / tingkat ketergantungan pasien berdasarkan hasil perhitungan tim MPKP dan atau telah mendapat rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan jumlah dan jenis tenaga keperawatan sesuai standar ketenagaan keperawatan 2) SDM keperawatan seperti Kepala Ruangan, Ketua Tim dan beberapa pelaksana perawatan minimal 6 orang telah mengikuti pelatihan MPKP 3) Peralatan di ruang perawatan telah mencukupi dan atau telah mendapat rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

80

jumlah dan jenis peralatan keperawatan sesuai standar kebutuhan peralatan. 4. Monitoring dan Evaluasi a. Sasaran 1) Kepala Ruangan 2) Ketua Tim / Perawat Primer 3) Anggota Tim / Perawat Asosiet b. Metoda 1) Wawancara 2) Focus group discussions 3) Observasi 4) Analisa surat / kotak saran 5) Kuesioner c. Waktu 1) Selama melakukan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan secara kontinyu minimal 1 kali per minggu 2) Bila ditemukan/dilaporkan kejadian luar biasa d. Indikator (Apa yang akan dimonitor) 1) Kompetensi tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan 2) Pelaksanaan pengelolaan asuhan keperawatan dengan metoda primary-team 3) Fasilitas dan sarana pendukung lainnya dalam penerapan MPKP 4) Kepuasan pasien 5) Kepuasan perawat Tabel 4.4 Rencana Kegiatan Pelatihan MPKP di RSUD Batara Guru Belopa No 1 Kegiatan 2 Target waktu 3 Sasaran 4 Hasil yang diharapkan 5

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

81

1.

Penyusunan MPKP

modul

23 27 April 2012

2.

Penyusunan instrumen evaluasi

1 s/d 3 Mei 2012

3.

Pre tes

4 Mei 2012

Mahasiswa Residen dan divisi keperawatan Mahasiswa Residen dan divisi keperawatan Peserta

Tersusunnya modul pelatihan MPKP

Format evaluasi

4. 5.

Pemberian materi

7-9 Mei Peserta 2012 Studi Kasus Asuhan 10 Mei 2012 Peserta Keperawatan

6.

Presentasi kasus

10 Mei 2012 Peserta

7.

Praktek pasien

klasifikasi

10 Mei 2012

Peserta

1 8.

2 3 4 Latihan pembuatan 10 Mei 2012 Peserta jadual shift

9.

Praktek operan

11 Mei 2012 Peserta

10

Praktik conference

pre-post 11 Mei 2012 Peserta

Diperolehnya informasi awal pengetahuan peserta Peserta memahami manajemen MPKP Peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan MPKP dalam penanganan kasus Mengetahui kemampuan peserta dalam penanganan kasus dengan pendekatan manajemen keperawatan Peserta mampu mende monstrasikan perhitungan klasifikasi pasien 5 Peserta mampu mendemonstrasikan pembuatan jadual shift Peserta mampu mendemonstrasikan kegiatan operan Peserta mampu mendemonstrasikan kegiatan pre dan post conference

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

82

11.

Post tes

11Mei 2012

Peserta

Diperolehnya informasi peningkatan kemampuan peserta setelah pelatihn

BAB V PENUTUP

Demikian hasil pengkajian pada tahap residensi pertama ini kami laporkan sebagai pedoman pelaksanaan pada tahapan residensi kedua. Penulis menyadari

bahwa hasil pengkajian residensi pertama ini masih memiliki kelemahan olehnya itu sumbangsih pemikiran khususnya dari pihak manajemen rumah sakit lokasi residen

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

83

dan supervisor sangat diharapkan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Tahapan residensi pertama ini merupakan langkah awal dalam upaya pemecahan masalah manajemen keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa, sehingga diharapkan dukungan khususnya dari Direktur RSUD Batara Guru Belopa dan divisi keperawatan pada tahap implementasi residensi kedua dalam rangka optimalisasi kinerja perawat dalam menerapkan manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap. Akhirnya dengan mengharap petunjuk dan rahmat Allah SWT, semoga diberikan jalan keluar dan kemudahan dalam melakukan kegiatan yang telah direncanakan dalam residensi pertama ini.

Makassar, April 2012

Mahasiswa Residensi

Hairuddin Safaat

DAFTAR PUSTAKA Annonymous. Manejemen Pelayanan Keperawatan. Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (PPKC). Modul Pelatihan Manajemen Bidang Keperawtan. Online 1 Mei 2008. Available from: http://www.innappni. or.id/index.php?name=News&file=article&sid=134 Azwar, A., (1996)., Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

84

Dharma,S. Manajemen Kinerja, (2005), Falasafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Jogjakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2001)., Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Cetakan : I, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta. SDM dan Rekam Medik RSUD Batara Guru Belopa Belopa. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa; 2011. (tidak dipublikasikan) Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan Sistem, penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan IAPKP., Bandung. Hasibuan,SP., (2005).,Malayu,H. Manajemen Sumber Daya Manusia., Edisi revisi Cetakan ke tujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia. Persepsi Kepala Ruangan Dan Perawat Pelaksana Tentang Permasalahan Manajemen Dalam Menerapkan Pendokumentasian Proses Keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Volume 6 No 2 September 2002. Jakarta : FIK UI La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998),. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta Marquis, B.L, dan C.J.Houston.,Alih Bahasa Widyawati,Wilda Eka Handayani, Fruriolina Ariani., (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori & Aplikasi Edisi 4, EGC, Jakarta Nurahmah, E. (2005). Leadership Dalam Keperawatan.,Artikel FK UI, tidak diterbitkan Nursalam M. Nurs (Honours)., (2011) Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional., Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing, Concepts, Proccess And Practise. St.Louis : Mosby Year Book Inc. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; (2012) Buku Pedoman Kerja Mahasiswa; Residen Manajemen Keperawatan, Semester Ganjil 2012/2013. (tidak dipublikasikan) Robbins, Stephen, P. (2001) Perilaku Organisasi. Jilid 2 ( Edisi Bahasa Indonesia). Prenhallindo ; Jakarta. Sitorus. R. (2006) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit . Penataan Struktur dan Proses Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

85

Sub Direktorat Keperawatan. (2004) Jenjang Karir Perawat. Departemen Kesehatan RI.Jakarta Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba. Suharyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta

Lampiran 3 JADUAL PELAKSANAAN RESIDENSI DI RSUD BATARA GURU BELOPA BELOPA KABUPATEN LUWU PERIODE : 29 Maret s/d 31 Mei 2012 No Kegiatan Tanggal Keterangan 1. Tahap Persiapan : a. Survei awal lokasi residensi 12 Maret 2012 RSU Batara Guru b. Penyusunan proposal 13 s/d 23 Maret 2012 Belopa

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

86

c. Penyusunan instrumen 2. Tahap Residensi I a. Penerimaan/ sosialisasi program residensi b. Pengkajian : - Sosialisasi instrumen - Pengumpulan data - Verifikasi data c. Perumusan masalah : - Tabulasi dan analisa data - Identifikasi masalah - Menetapkan prioritas masalah d. Pengembangan perencanaan - Penyusunan rencana startegik - Matrix POA e. Konsultasi f. Presentasi rencana program 3. Tahap Residensi II a. Tahap Persiapan - Preplanning dan mempersiapkan kebutuhan pelaksanaan program - Konsultasi - Sosisalisasi dan kontrak implementasi program b. Pelaksanaan kegiatan - Implementasi c. Evaluasi hasil d. Penyusunan laporan akhir/ konsultasi e. Presentasi Hasil Pelaksanaan Program No Kegiatan 4. Penyerahan laporan residensi a. Perbaikan/ konsultasi b. Penyerahan laporan

17 s/d 26 Maret 2012

Rampung 26 Maret 2012 Residensi I : 29 Maret s/d 19 April 2012

29 Maret 2012 3 s/d 7 April 2012

9 s/d 11 April 2012

11 s/d 12 April 2012

13 s/d 16 April 2012 19 April 2012 20 s/d 23 April 2012 Residensi II tanggal 20 April s/d 31 Mei 2012

24 s/d 25 April 2012 26 April 2012

1 s/d 17 Mei 2012 22 s/d 24 Mei 2012 25 s/d 30 Mei 2012 31 Mei 2012 Tanggal 4 s/ 16 Juni 2012 19 Juni 2012 Keterangan Penyerahan laporan ke pihak RS dan Program Studi

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

87

Makassar, Menyetujui Pembimbing Residensi Mahasiswa

Maret 2012

Dr. Elly Sjattar, S.Kp. M. Kes Supervisor

Hairuddin Safaat

Hapsah, S.Kep, Ns., M.Kep

Lampiran 5

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB NO A. URAIAN TUGAS Supervisor Utama KET

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

88

B.

C.

1. Mengevaluasi Konsep, Teori serta Prinsip Manajemen yang digunakan dalam pengelolaan masalah pelayanan kesehatan 2. Mengevaluasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang diangkat oleh mahasiswa terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi 3. Mengevaluasi prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi 4. Mengevaluasi alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit 5. Mengevaluasi laporan Proposan Awal 6. Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian 7. Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi Supervisor 1.Mengevaluasi Konsep, Teori serta Prinsip Manajemen yang digunakan dalam pengelolaan masalah pelayanan kesehatan 2.Mengevaluasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang diangkat oleh mahasiswa terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi 3.Mengevaluasi prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi 4.Mengevaluasi alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit 5.Mengevaluasi pelaksanaan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit 6.Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan 7.Mengevaluasi perencanaan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit 8.Mengevaluasi laporan Proposan Awal 9.Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian 10. Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi Co Supervisor 1.Mengevaluasi pelaksanaan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit 2.Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan 3.Mengevaluasi perencanaan tindak lanjut dari hasil yang dicapai

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

89

berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit 4.Mengevaluasi laporan Proposan Awal 5.Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian 6.Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi

Lampiran 6 FORMAT EVALUASI RESIDENSI

FORM 3. a EVALUASI PRESENTASI DAN DISKUSI

PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

90

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

TANGGAL TEMPAT PENILAI NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

: : : ASPEK YANG DI NILAI SKOR 1 2 3 4 5 6 7

Penyaji Mempersiapkan Presentasi Dengan Baik Penyaji Menerangkan Dengan Jelas Penyaji Mendorong Peserta Untuk Diskusi Kemampuan Menjawab Dan Menganalisa Pertanyaan Audiensi Penyaji Menggunakan Waktu Dengan Baik Kelompok Saling Berkontribusi Pada Saat Penyajian Kemampuan Menyimpulkan Kesepakatan Bersama

Nama Mahasiswa. 1. .. 2. .. Penilai,

( )

Keterangan : Nilai = ( Jumlah Nilai/49) X 100 %

Form 3. b Laporan Rencana Penyelesaian Masalah

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

91

FORMAT EVALUASI PENYUSUNAN MAKALAH PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TANGGAL TOPIK TEMPAT NO 1. URAIAN Latar Belakang ditulis secara sistematis dan menjelaskan Fenomena Yang menjadi Topik Pembahasan Analisis dituliskan secara tajam dengan membandingkan teori/konsep dan fakta serta menampilkan perasalahan yang menjadi pokok bahasan secara jelas Alternative penyelesaian masalah relevan dengan permasalahan dan bersifat operasional Menggunakan bahasa Indonesia yang baik Cara penulisan makalah mengikuti ketentuan penulisan ilmiah (cara menulis kutipan dan referensi ) atau pedoman skripsi Total Nilai : : : NILAI MAKSIMAL NILAI YANG DIPEROLEH KETERANGAN

20

2.

30

3.

30

4. 5.

10

10

Nama Mahasiswa : 1. . 2. .

Penilaian,

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

92

( )

Form 3.c Kinerja Selama Residensi FORMAT EVALUASI KINERJA (SIKAP DAN PERILAKU) PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TANGGAL : TEMPAT : PENILAI : SKOR NO ASPEK YANG DI NILAI 1 2 3 4 5 6 1. Penugasan Prinsip Dasar Keilmuan (40 %) a. Mempunyai Rujukan b. Menganalisis Sesuatu c. Menyampaikan Pentingnya Dibahas d. Merencanakan Usulan Penyelesaiaan Pembahasan e. Menulis Indikator Keberhasilan Penyelesaian Butir Diatas 2. Komunikasi Tulisan (30 %) a. Jelas Alur Pikir b. Menggunakan Bahasa Yang Baik c. Menyampaikan Secara Objektif d. Mempunyai Rujukan Dalam Penulisan e. Rujukan Ditulis Mengacu Pada APA 3. Sikap (30 %) a. Peka Terhadap Masalah Sosial/Budaya b. Mengedepankan Norma/ Etik Dalam Penyelesaian Masalah

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

93

c. Menyampaikan Tanggung Jawab Professi 4. Total Nilai Nama Mahasiswa. 1. .. 2. .. Penilai,

( ) Keterangan : Nilai = ( Jumlah Nilai/49) X 100 %

Laporan Residensi | Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012

94

Anda mungkin juga menyukai