Anda di halaman 1dari 31

PEMIKIRAN KRITIS PADA GAYA KEPEMIMPINAN

KEPALA RUANG RAWAT INAP DI RSIA SEPATAN MULIA

(Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kepemimpinan Dalam Keperawatan)

Dosen pengampu Mata Ajar :


Dr. Muhammad Hadi, SKM., M.Kep

DISUSUN OLEH:
RATNA KOMALA
20200920100049

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, atas segala kusa dan karunia yang
di berikanPertama-tama penulis panjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi persyaratan dimata pelajaran Kepemimpinan Dalam Keperawatan.
Tentunya dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak membutuhkan masukan
dan saran, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM., M.Kep selaku dosen pengampu mata ajar
kepemimpinan dalam keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis membutuhkan masukan dalam bentuk kritik dan
saran dari pembaca guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan yang ada.

Jakarta, 16 Januari 2021

(Irma Gita Wardani)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Manajemen..................................................................................................................4
B. Manajemen Dalam Keperawatan.................................................................................................7
C. Konsep Kepemimpinan.................................................................................................................9
D. Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.....................................................14
E. Konsep Berfikir Kritis Dalam Keperawatan.............................................................................17
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisa Kepemimpinan Kepala Unit Kamar Operasi RS Yarsi.............................................20
B. Identifikasi Perilaku kepemimpinan Positif Kepala IBS RS Yarsi........................................23
C. Identifikasi Perilaku kepemimpinan Negatif Kepala IBS RS Yarsi......................................24
D. Perencanaan Realistis dan Inovatif untuk Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan
Kepala IBS RS Yarsi ..................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................27

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Frederick W. Taylor adalah salah seorang tokoh dari bidang ilmu manajemen. Pada
awal tahun 1900-an, ia mengemukakan bahwa teori manajemen diibaratkan sebagai
suatu mesin. Penekanan utamanya adalah produksi yang efisien dan cepat. Motivasi
pekerja dan manajemen dipengaruhi kepuasan dalam bekerja sama untuk meningkatkan
produksi. Taylor dalam bukunya The Principles of Scientific Management (1911)
menganjurkan bahwa pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk menentukan jalan
terbaik dalam melaksanakan setiap tugas. Prinsip yang dianut adalah menghasilkan
produksi semaksimal mungkin dengan pengeluaran energi yang minimal. Manajemen
ilmiah ini membutuhkan revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, semua kegiatan harus direncanakan
sebaik mungkin baik dari segi keuntungan maupun kerugiannya berdasarkan parameter-
parameter ilmiah yang telah ditetapkan (Nursalam, 2014).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain
(Gillies, 1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan semua
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang
telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa
manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau
seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa
pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah proses yang dinamis, yang
senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses
mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan
dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi (Mugianti, 2016).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Sedangkan
Kurniadi (2013) mengatakan manajemen keperawatan adalah pola kerja yang
menerapkan tahapan pendekatan yang sistematik, dimana pekerjaan itu dimulai dengan

4
membuat perencanaan, melakukan pengorganisasian dan pengarahan diikuti
pengendalian serta diakhiri evaluasi.
Perawat sebagai profesi merupakan tenaga yang sangat vital dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien. Kemampuan
dan keterampilan seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan akan berhasil
apabila memiliki tujuan dan pengetahuan tentang manajemen keperawatan ditunjang
oleh kemampuan untuk memimpin. Kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu karasteristik organisasi (kepemimpinan),
karasteristik individu (motivasi) dan karasteristik pekerjaan (beban kerja) dan budaya
ikut mempengaruhi. Soft skills dan gaya kepemimpinan akan berhasil apabila dapat
menghasilkan perubahan, menyelesaikan masalah, konflik peran, menanggulangi
permintaan, mengenali kesempatan dan mengurangi keterbatasan yang dialami oleh
kepala unit, (Nursalam 2015).
Melakukan penilaian kinerja harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja. Menurut Gibson, Ivancevicevich & Donally (1987, dalam Kurniadi, 2013) ada
beberapa hal yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor individu, organisasi, dan
psikologis. Faktor individu meliputi kemampuan dan keterampilan, latar belakang/social,
budaya dan demografi. Faktor organisasi terdiri dari kepemimpinan, imbalan, supervisi
dan disain pekerjaan. Sedangkan faktor psikologis terdiri dari persepsi, sikap,
kepribadian.
Perawat dalam melakukan tugasnya sangat tergantung pada kemampuan manajerial
kepala unit. Penelitian Rahmawati (2013) mengungkapkan bahwa fungsi perencanaan
kepala unit tidak baik mempunyai resiko ketidakpuasan perawat pelaksana, fungsi
pengorganisasian tidak baik mempunyai resiko tidak puas perawat pelaksana, dan
penelitian Verawati (2014) didapatkan hasil sebagian besar reponden 18 (60%) dari 30
orang responden menyatakan fungsi pengorganisasian kepala unit kurang berhasil dan
perawat pelaksana yang kurang puas dengan pekerjaannya 20 orang (66,7%),
menunjukan ada hubungan antara fungsi pengorganisasian dengan kepuasan kerja
perawat pelaksana. Sedangkan penelitian oleh Sigit (2009) menemukan bahwa fungsi
pengarahan jika dilakukan secara konsisten oleh kepala unit berpeluang meningkatkan
kepuasan kerja sebesar 67,40%. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki kepala unit
semakin baik penyelenggaraan fungsi manajemennya.
Salah satu kepala unit yang memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan fungsi
manajemennya adalah kepala instalasi bedah sentral di rumah sakit Yarsi Cempaka

5
Putih. Dimana rumah sakit Yarsi memiliki Instalasi Bedah Sentral (IBS) yang besar dan
terdapat ditiga lantai (Lantai 1, lantai 6 dan lantai 10). Lantai 1 khusus kamar operasi
yang untuk keperluan unit IGD, Lantai 6 kamar operasi umum, Lantai 10 adalah kamar
operasi untuk pasien Obgyn. Kamar operasi dikepalai oleh kepala instalasi unit. Total
perawat kamar operasi ada 10 orang, terdiri dari 1 orang kepala instalasi, 4 orang Ketua
Tim/Pj shift dan 5 orang perawat pelaksana. Dengan ruangan yang besar dan tim yang
banyak sangat diperlukan sistem manajerial yang baik dan professional dari kepala
instalasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dari kondisi Instalasi Bedah Sentral di Rumah Sakit
Yarsi, penulis ingin menganalisis kepemimpinan keperawatan dengan pendekatan
Critical Thinking.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu menganalisis
kepemimpinan keperawatan di Instalasi Bedah Sentral RS Yarsi dengan pendekatan
“Critical Thinking”
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis Karasteristik kepemimpinan dengan critical thingking kepala
Instalasi Bedah Sentral.
b. Mampu mengetahui konsep dasar manajemen dan kepemimpinan.
c. Mampu mengetahui fungsi manajemen dan kepemimpinan.
d. Mampu mengetahui teori manajemen dan kepemimpinan.
e. Mampu mengetahui konsep manajemen dalam keperawatan.
f. Mampu mengetahui proses manajemen dalam keperawatan.
g. Mampu mengetahui wewenang kepemimpinan.
h. Mampu mengetahui karakteristik kepemimpinan.
i. Mampu mengetahui gaya kepemimpinan.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Manajemen
1. Defenisi
Secara umum definisi manajemen ialah sebuah seni untuk mengatur sesuatu,
baik orang ataupun pekerjaan. Pengertian manajemen adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan suatu organisasi dengan cara bekerja dalam
team. Dalam sebuah penerapannya manajemen memiliki subjek dan objek. Subjek
adalah orang yang mengatur sedangkan objek adalah yang diatur.
Manajemen merupakan suatu metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Mendefenisikan manajemen adalah suatu proses dalam menyelesaikan
masalah pekerjaan melalui orang lain. Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan
sesuatu melalui orang lain. Manajemen diperlukan bila terdapat sekumpulan individu
(yang umumnya memiliki perbedaan karakteristik) dan sejumlah sumber daya yang
harus dikelola agar tujuan organisasi dapat tercapai. Gillies (2009)

2. Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam
manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-
tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Menurut Gillies (2009) terdiri dari empat
fungsi manajemen, yaitu:
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan. Rencana dapat berupa
rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang
tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu
organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana
bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan

7
menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas
dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan. Kegiatan
dalam fungsi perencanaan:
1) Menetapkan tujuan dan target bisnis.
2) Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut.
3) Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
b. Fungsi Pengorganisasian
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang
tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan
efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan dalam fungsi
pengorganisasian:
1) Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan
menetapkan prosedur yang diperlukan.
2) Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggungjawab.
3) Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber
daya manusia/tenaga kerja.
c. Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam fungsi pengarahan dan implementasi:
1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan.
2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
d. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai
dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam

8
lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Kegiatan dalam fungsi pengawasan dan
pengendalian:
1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan
3) Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait
dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

3. Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang
berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari: Pembagian kerja (Division
of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility), Disiplin
(Discipline), Kesatuan perintah (Unity of command), Kesatuan pengarahan (Unity of
direction), Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri,
Penggajian pegawai, Pemusatan (Centralization), Hirarki (tingkatan), Ketertiban
(Order), Keadilan dan kejujuran, Stabilitas kondisi karyawan, Prakarsa (Inisiative),
Semangat kesatuan, semangat korps.

4. Manajemen risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi
yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau
semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-
risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum). Manajemen risiko keuangan, di sisi lain,
terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan.

9
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang
dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Disisi lain
pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia,
khususnya, bagi manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko
dapat diklasifikasi menjadi: Risiko Operasional, Risiko Hazard, Risiko Finansial,
Risiko Strategik. Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan
Manajemen Risiko Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk Management).

B. Manajemen Dalam Keperawatan


1. Konsep Dasar Menejemen Keperawatan
Organisasi kesehatan ditetapkan di setiap tatanan pelayanan dan bertujuan
membantu mengorganisasikan berbagai kegiatan yang mengarah pada pencapaian
tujuan institusi dengan penerapan struktur organisasinya. Fungsi organisasi
pelayanan kesehatan ini adalah mengakomodasi berbagai kegiatan dan
mengorganisaikan para pelaku organisasi di dalamnya. Hal ini berlaku pula pada
tenaga keperawatan yang dituntut untuk bekerja secara sinergis dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Rocchiccioli & Tilbury, 1998 dalam
Simamora 2012).
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang menjadi bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Berdasarkan
pengertian ini, keperawatan termasuk kedalam organisasi pelayanan kesehatan, yang
tentunya senantiasa terlibat dalam penerapan manajeman dalam pencapaian tujuan
keperawatan. Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk
melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur dan menggerakkan para perawat untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen
asuhan keperawatan. Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan keperawatan
yang efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan mengarah pada kegiatan
keperawatan yang efektif dan efisien, manajemen dalam keperawatan perlu

10
dijelaskan berdasarkan fungsinya atau dikenal sebagai fungsi-fungsi manajemen
yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan kepemimpinan.

2. Prinsip Manajemen dalam Keperawatan


Prinsip merupakan dasar, namun tidak bersifat mutlak karena prinsip bukanlah
umum. Dalam hubungannya dengan manajemen, prinsip bersifat fleksibel. Menurut
Simamora, 2012 menjabarkan prinsip manajemen dalam keperawatan meliputi
sebagai berikut:
a. Pembagian Kerja
b. Wewenang dan tanggung jawab
c. Disiplin
d. Kesatuan Perintah
e. Kesatuan Pengarahan
f. Penggajian
g. Pemusatan
h. Hierarki
i. Ketertiban
j. Keadilan dan Kejujuran
k. Stabilitas
l. Prakarsa

3. Kegiatan Dalam Fungsi Manajemen Keperawatan


Beberapa kegiatan yang terkait dengan setiap fungsi manajemen adalah sebagai
berikut (Simamora, 2012):
a. Fungsi Perencanaan
1) Menetapkan tujuan dan target keperawatan.
2) Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target keperawatan.
3) Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan dalam pemberian layanan
keperawatan.
b. Fungsi Pengorganisasian
1) Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan
menetapkan prosedur yang diperlukan dalam asuhan keperawatan
2) Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan
dan tanggung jawab

11
3) Kegiatan perekrutan, penyeleksian, palatihan, dan pengembangan sumber daya
manusia keperawatan
c. Fungsi Pengimplementasian
1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan dan pemberian
motivasi kepada perawat untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan keperawatan
2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pelayanan asuhan
keperawatan
3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
d. Fungsi pengawasan
1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target asuhan
keperawatan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan
3) Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan
pencapaian tujuan dan target asuhan keperawatan.

C. KONSEP KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini
akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam praktik sehari-hari, sering diartikan sama antara pemimpin dan
kepemimpinan, padahal kedua kata tersebut memiliki pengertian berbeda. Pemimpin
adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau
sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk
mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan
sesuatu. Masalah yang selalu terdapat ketika membahas fungsi kepemimpinan adalah
hubunga yang melembaga antara pemimpin dan yang dipimpin menurut rules of game
yang telah disepakati bersama (Umam, 2012).
Didalam keperawatan kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan
seorang pemimpin (perawat) dalam mempengaruhi perawat-perawat lain yang berada
dibawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan tanggung jawab dalam

12
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda dalam kepemimpinan, namun
ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu dapat diterapkan dan ditingkatkan.
Adapun pemimpin berdasarkan Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai
pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata
lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah:
a. Ing Ngarsa Sung Tuladha: Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang
dipimpinnya.
b. Ing Madya Mangun Karsa: Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
c. Tut Wuri Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk
bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan umum.
Pimpinan yang efektif harus mampu:
a. Memahami langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan.
b. Mengerti model keputusan yang akan diambil.
c. Menentukan keputusan yang harus diambil secara individu atau kelompok.

2. Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh
mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain:
a. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya

13
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian. Keith Devis
merumuskan empat sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain: kecerdasan, kedewasaan dan keluasan
hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi, sikap hubungan
kemanusiaan.
b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori
ini memiliki kecenderungan kearah 2 hal, Pertama (teori Y) yang disebut dengan
konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Kedua (teori X) disebut struktur inisiasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
Ada 10 sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin antara lain memiliki
kekuatan fisik dan mental, paham arah dan tujuan, antuasiasme, ramah tamah dan
efektif, memiliki integritas (terpercaya), memiliki keahlian tehnis, cepat dan tepat
dalam pengambilan keputusan, cerdas, cakap mengajar, setia.
c. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
d. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan
harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan
bawahan.
e. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

14
3. Unsur-Unsur Kepemimpinan
Menurut Ralph Stogdill (2009) mengindentifikasikan hal-hal yang membuat
seseorang menjadi pemimpin berhasil yaitu:
a. Intelegensia dan pendidikan
b. Kondisi fisik
c. Kepribadian
d. Status sosial dan pengalaman
e. Orientasi pada tugas atau pekerjaan
Unsur-unsur kepemimpinan itu adalah
a. Unsur yang penting
1) Kemampuan memutuskan
2) Kapasitas intelektual
3) Orientasi pada prestasi kerja
4) Kepercayaan diri dan kemampuan menajemen untuk membangun tim
b. Unsur yang cukup penting
1) Kemampuan menciptakan kerjasama
2) Semangat kerja dan inisiatif
3) Membutuhkan banyak uang
4) Membutuhkan keamanan kerja
5) Kematangan pribadi
c. Unsur yang kurang penting
Gender perbedaan pria dan wanita.

4. Sifat Kepemimpinan Yang Efektif


Menurut Edwin Ghiselli, dalam penelitiannya telah menunjukan sifat-sifat tertentu
yang dapat mempengaruhi kepemimpinan, yaitu
a. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisitor ability)
b. Kebutuhan akan prestasu dalam bekerja
c. Kecerdasan
d. Ketegasan (decisiveness)
e. Kepercayaan diri
f. Inisiatif
Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan 4 ciri atau sifat utama yang mempunyai
pengaruh terhadap kesuskesan kepemimpinan suatu organisasi:

15
a. Kecerdasan
b. Kedewasaan diri dan dorongan berprestasi
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
d. Sikap-sikap hubungan manusiawi

5. Wewenang Kepemimpinan
Apabila seorang pemimpin ingin mencapai tujuannya dengan efektif maka ia
haruslah mempunyai wewenang untuk memimpin para staf/bawahannya dalam usaha
mencapai tujuan tertentu. Wewenang ini disebut wewenang kepemimpinan yang
merupakan hak untuk bertindak atau mempengaruhi tingkah laku orang yang
dipimpinnya. Ada dua konsep yang mendasar pada wewenang kepemimpinan ini
yaitu top down authority dan bottom up authority.

6. Gaya Atau Tipe Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan didefinisikan “sebagai kombinasi yang berbeda dari
perilaku tugas dan hubungan yang digunakan untuk memengaruhi orang lain untuk
menyelesaikan tujuan”. Beberapa gaya kepemimpinan telah diuraikan:
a. Kepemimpinan karismatik. Dicirikan dengan suatu hubungan emosional antara
pemimpin dan anggota kelompok yang pemimpinnya “menginspirasi orang lain
dengan mendapatkan komitmen emosional dari pengikut dan dengan
membangkitkan rasa setia dan antusiasme yang kuat.
b. Kepemimpinan otoriter. Pemimpin membuat keputusan untuk kelompok. Gaya
kepemimpinan seperti ini juga disebut sebagai kepemimpinan direktif atau
otoraktif. Kepemimpinan otoriter disamakan dengan kediktatoran dan
mengisyaratkan bahwa kelompok tidak mampu membuat keputusannya sendiri.
Pemimpin menentukan kebijakan, memberikan perintah dan arahan kepada
anggota kelompok.
c. Kepemimpinan demokratis atau partisipatif. Pemimpin bertindak sebagai
katalisator atau fasilitator, secara aktif memandu kelompok kearah pencapaian
tujuan kelompok.
Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuan . Berikut ini 5 tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh Sondang P. Siagian,
antara lain demokratis, militeristis, otokratis, paternalistis, kharismatik.

16
Sedangkan menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam suatu organisasi antara lain:
1) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik
ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus
pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, factor karyawan
dan factor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih
otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
mengunginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
a) Sistem Otoriter-Eksploitatif
b) Sistem Benevolent-Authoritative
c) Sistem Konsultatif
d) Sistem Partisipatif
3) Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi penghargaan, Robert House mengemukakan empat
gaya kepemimpinan yaitu direktif, suportif, partisipatif, berorientasi tujuan.
4) Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
Berikut adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dan
ciri-ciri pada setiap gaya kepemimpinan tersebut antara lain: instruksi, konsultasi,
partisipasi, delegasi.

7. Figur Kepemimpinan
Figur kepemimpinan dalam hal ini diistilahkan harus mempunyai karakter “raja
pandita” yang dapat diartikan, raja: memiliki ilmu dan wawasan substitusi dan
pandita: memiliki ilmu dan wawasan keagamaan/moralitas. Untuk menjadi raja
pandita kiranya harus memiliki karakter berpendidikan dan berpengalaman.

D. Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Perawat dapat mengemban peran kepemimpinan dalam lingkungan kerja mereka,
profesi mereka, dan komunitas mereka, meskipun mereka memiliki atau tidak memili
posisi kepemimpinan yang ditetapkan. Sebagai pemimpin ditempat kerja, mereka dapat

17
membantu dalam perbaikan kualitas perawatan pasien. Sebagai pemimpin di profesi,
perawatan tidak hanya dapat membantu perbaikan perawatan klien, tetapi perbaikan
lingkungan kerja perawat dan profeisonal kesehatan lain. Karena pengetahuan dan
keterampilan khusus mereka, perawat juga dapat mengemban peran kepemimpinan
dikomunitas, membantu perubahan yang meningatkan kesejahteraan fisik, psikologis,
dan sosial dalam masyarakat sebagai suatu kesatuan.
Fungsi perawat sebagai manajer berbeda-beda dalam tipe organisasi yang berbeda.
Namun dalam kaitannya dalam manajemen keperawatan, kepemimpinan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian anggota organisasi serta proses
penggunaan semua sumber daya organisasi baik perawat dan tenaga kesehatan lain untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut,
unsur-unsur kepemimpinan dalam pendekatan manajemen baik dikeperawatan terdiri
dari empat unsur utama yang sudah dijelaskan, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
pemimpin dan pengendalian, dengan menerapkan otoritas dan memikul taggung gugat.
(Stoner, 1984 dalam Umam, 2012). Hal ini sekaligus mengisyaratkan adanya hubungan
yang erat antara kepemimpinan dan manajemen.
Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan kepemimpinan dengan manajemen
keperawatan tersebut diatas. Hal ini juga dapat diidentifikasi berdasarkan pada gaya
kepemimpian yang diterapkan. Pada gaya kepemimpinan transaksional, manajer
berfokus pada tugas dari hari ke hari dalam mencapai tujuan organisasi. Pemimpin
transaksional memahami dan memenuhi kebutuhan kelompok. Hubungan dengan
pengikut dilandaskan pada pertukaran beberapa sumber yang dihargai pengikut. Intensif
ini digunakan untuk meningkatkan kesetiaan dan performa. Sebagai contoh, untuk
memastikan jumlah staf yang adekuat pada sif malam, para manajer bernegosiasi dengan
staf perawat, yaitu bagi mereka yang bekerja sif malam akan mendapatkan libur pada
akhir pekan. Manajer dalam hal ini memberikan motivasi, stimulasi intelektual,
pemberian penghargaan pada pencapaian pegawai. Hal ini mendorong perawat
meningkatkan kontribusi pada kualitas perawatan melebihi keahlian klinik mereka.
Berbeda dengan kepemimpinan transformasional yang sudah dikembangkan tahun 1980-
an. Suatu survey pada 2.500 pemimpin diperawatan kesehatan mengidentifikasi enam
faktor dalam kepemimpinan yang akan mempengaruhi perubahan-perubahan ini pada
abad ke-21: menguasai perubahan, berfikir sistem, visi bersama, perbaikan kualitas
secara terus-menerus, kemampuan untuk mengidentifikasi kembali perawatan kesehatan,
dan komitmen untuk melayani publik dan komunitas.

18
Tentunya manajer dalam hal ini untuk mencapai tujuan-tujuan organisai dalam
peningkatan pelayan keperawatan tidak akan lepas dari fungsi-fungsi kepemimpinan
dalam layanan asuahan keperawatan dimana seorang manajer mengatur serta
mengendalikan kegiatan, mengkordinasikan tenaga keperawatan, menetapkan dan
menerapkan filosofi, menyusun rencana kegiatan, mengembangkan metode pelayanan
keperawatan, mengendalian, melakukan pengawasan pada perawat dan tentunya
mengevaluasi segala bentuk kegiatan. Seberapa jauh keberhasilan perawat dalam
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi.

1. Peran Kepala unit Sebagai Pemimpin


Menurut Depkes RI 2015, “Kepala unit adalah seorang tenaga perawat
profersional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di satu Unit”.
Adapun tanggung jawab kepala unit menurut Gillies (2009) adalah peran kepala
unit harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang
berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari
kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.
Tanggung jawab kepala rungan dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya
meliputi:
1) Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi, orientasi,
pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan penyediaan
ketenagaan staf keperawatan.
2) Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan
dalam pelayanan keperawatan.
3) Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan
keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team dan persiapan
untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
4) Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan keperawatan.

2. Fungsi Kepala Ruang


Adapun fungsi kepala unit menurut Marquis dan Houston (2009) sebagai berikut:
a. Perencanaan: dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan,
dan peraturan-peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka

19
panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya-
biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana
perubahan.
b. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan
perencanaan, dan menetapkan metode
Ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:
1) Perencanaan dan pengorganisasian
2) Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3) Pemberian bimbingan
4) Mendorong kerjasama dan partisipatif
5) Kegiatan koordinasi
6) Evaluasi hasil kerja.

E. Konsep Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika
yang berarti: bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang
berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa inggris) yang berarti
standar, atran atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan
aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (MZ.
Kenzie).
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi,
fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara
terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional
terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan,
isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah,
pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir
kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional
terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan.
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubunan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan
yang didalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis,

20
pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Karakteristik berpikir kritis antara lain: konseptualisasi, rasional dan beralasan, reflektif,
bagian dari suatu sikap, kemandirian berpikir, berpikir adil dan terbuka, pengambilan
keputusan berdasarkan keyakinan.
1) Model Berfikir Kritis
Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa and Colleagues
(1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six
Rs” yaitu: remembering (mengingat), repeating (mengulang), reasoning (memberi
alasan/rasional), reorganizing (reorganisasi), relating (berhubungan), reflecting
(memantulkan / merenungkan).
2) Lima Model Berfikir Kritis
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan
dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan
gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk
mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut. Asumsi
berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan berkerja
bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu
sebagai berikut.
a) Asumsi pertama
Berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh komponen esensial dalam
keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berfikir kritis
melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang ketiganya merupakan keseluruhan
komponen penting bagi perawat profesional yang berkerja bersama-sama berpikir
tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa perasaan adalah hal yang sangat tidak
mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan berkerja
merupakan tahap penting dalam memulai praktik profesional.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu
tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu
tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai
status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas

21
3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke
depan.
b) Asumsi yang kedua
Mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa dipisahkan
dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan
mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar
mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan dalam
berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
c) Asumsi yang ketiga
Bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka dalam dunia
keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat
berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan
suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan model sama yang
digunakan setiap hari. Berpikir kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang
asing, karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis


Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan keputusan,
yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat
digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang seharusnya
ada”.  Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa
individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya
dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.

22
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Kepemimpinan Kepala Unit Kamar Operasi RS Yarsi


1. Profil RS Yarsi
a. Sejarah Berdirinya
Rumah sakit Yarsi mulai beroperasi sejak 2017. RS YARSI yang akan
menerapkan standar syariah ini berlokasi di jantung ibukota, tepatnya di Jalan
Letjen R. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
b. Visi, Misi, Motto dan Budaya Kerja RS Mulya
1) Visi
“Menjadi Rumah Sakit berlandaskan Islam dengan pelayanan kesehatan
bermutu tinggi dan bertaraf Internasional.”
2) Misi
a) Memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan profesional
sesuai Islam.
b) Mengembangkan pelayanan medis unggulan sebagai pusat rujukan yang
didukung oleh perkembangan IPTEK sesuai Islam.
c) Membangun dan membina hubungan baik dengan stakeholder sesuai
dengan Islam.
d) Menjamin Iingkungan kerja yang baik di bidang pelayanan kedokteran
dan kesehatan sesama tenaga profesional, dengan pasien dan keluarganya.
e) Membuka kesempatan yang luas kepada tenaga kesehatan untuk
mendapatkan kesempatan pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan sesuai dengan Islam.
f) Memberikan kesempatan menjadi sarana pendidikan dan penelitian
kedokteran.
3) Motto
“Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiin”

2. Pelayanan RS Yarsi
a. Pelayanan Medik
Untuk kamar rawat Inap tersedia 450 tempat tidur yang dibagi dalam 6
kelas Mulai dari kelas tiga hingga President Suites. Tidak itu saja, bagi keluarga

23
pasien disediakan 19 kamar Guest House. Untuk Rawat Jalan terdapat 35
poliklinik di lantai 3 dan 15 poliklinik di Annex Building. Tersedia 10 Klinik
Gigi Executive dan 80 klinik Reguler. Sebagai penunjang pelayanan tersedia
fasiltas pelayanan radiologi dan patologi dengan pelayanan 24 jam.
Bagi pasien yang membutuhkan fasilitas bedah, Rumah Sakit YARSI
memiliki 5 Instalasi Bedah Sentral, 1 Kamar Operasi di Instalasi Gawat Darurat
dan 1 Kamar Operasi di lantai pelayanan Obstetri Ginekologi untuk pasien
melahirkan. Selain itu tersedia Ruang Isolasi level 5 yang dapat digunakan untuk
perawatan pasien menular dan tertular.
b. Sumber daya manusia (human resource)
1) Tenaga medis
- Dokter spesialis : 35 orang
- Dokter Umum : 12 orang
- Dokter gigi : 6 orang
2) Tenaga perawat
- Perawat Ners : 35 orang
- Perawat D3 : 48 orang
- Bidan D3 : 24 orang
3) Apoteker : 8 orang
4) Radiografer : 3 orang
5) Analis laboratorium : 5 orang
6) Asisten Apoteker : 6 orang
7) Staf non tenaga kesehatan : 32 orang

3. Analisa Kepemimpinan
a. Total recall
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana
untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Total recall juga membutuhkan
kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan
menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing
individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Setiap
Kepala Unit memiliki job description yang diberikan oleh rumah sakit, dan sebagai

24
kepala unit sudah seharusnya memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawab yang harus dijalankan oleh stafnya.
Dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap kepala instalasi bedah sentral
RS Yarsi belum sepenuhnya melakukan tugasnya sesuai dengan job description
nya, kepala IBS belum melakukan supervisi secara kontinyu terhadap ketua tim/pj.
shift IBS. Kepala IBS masih lebih sering melakukan tugas fungsional dibandingkan
tugas manajerial sebagai kepala unit. Seharusnya kepala unit kembali pada acuan
job description nya saat melakukan fungsi tugasnya dan kewajiban serta wewenang
kepala unit.
Sebagai kepala IBS dalam hal ini harus mengetahui perannya, ia harus
menerapkan kepemimpinan yang sesuai pada kondisi saat ini, menjadi pemimpin
yang demokratis, professional terbuka kepada anggota. Sebagai kepala unit harus
mengingat kembali kompetensi yang harus dimilikinya sebagai pemimpin yaitu
harus pandai berkomunikasi, memiliki dasar kepemimpinan, bernegosiasi,
berkeperibadian, dan pandai merencanakan ruangan baik SDM, sarana dan
prasarana, dengan pemahaman kembali kompetensi yang harus ia terapkan maka ia
dapat memainkan perannya sebagai pemimpin di IBS, terkadang kurang tegas
dalam bersikap misalnya terhadap aturan pertukaran jadwal dinas yang tidak sesuai
jadwal dinas awal, aturan mengenai pertukaran dinas sudah diatur oleh rumah sakit
bahwa jika akan melakukan pertukaran dinas harus lapor kepada kepala unit
terlebih dahulu baru melakukan tukaran dinas. Adanya beberapa pelaksana yang
kurang patuh dengan jam datang dinas dan suka terlambat datang. Seharusnya
kepala IBS lebih tegas dalam menerapkan aturan pertukaran jadwal dinas dan
ketepatan kehadiran dinas tersebut. Kepala IBS dapat juga berkoordinasi dengan
Bagian SDM RS Yarsi.
b. Habits
Kebiasan yang dilakukan oleh kepala IBS RS Yarsi dinilai kurang sesuai
dengan ciri-ciri seorang pemimpin, sebagai pemimpin sebaiknya dia rutin
melakukan supervisi terahadap ketua tim dan pelaksananya, bukan selalu
melakukan pekerjaan yang harusnya dilakukan oleh ketua tim atau pelaksana.
Kepala IBS juga harusnya melakukan bimbingan terhadap perawat-perawat yang
berada dibawah tanggung jawabnya dan memastikan bahwa mereka mampu
melakukan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar. Kepala IBS juga harus
bisa menempatkan diri kapan saatnya menjadi teman dan kapan saat nya menjadi

25
atasan yang memiliki jiwa kepmimpinan, sehingga akan tercipta suasana kerja yang
teratur dan disiplin.
c. Inquiry
Pada kondisi inquiry ini kepala unit dapat menerapkan konsep berpikir kritis
yang disampaikan oleh Perry (2017), harus truth seeking, open mindeness,
analyticity, systemticity, self confident, inquisitiveness, dan maturity. Dalam hal
maturity ini kepala IBS perlu meningkatkan kemampuan leadershipnya dengan
mengikuti pelatihan-pelatihan leadership dan manajerial agar kepala ruang lebih
mampu dalam memposisikan diri dan mengikuti perkembangan manajemen kepala
unit melalui pelatihan terupdate.
d. New Ideas creativity
Kondisi saat ini kepala IBS harus dapat menunjukan adanya perubahan-
perubahan pada dirinya agar muncul rasa segan dari para staff nya, diantaranya
melakukan rapat terjadwal dengan staffnya dalam mengembangkan ruangan baik
sarana ruangan maupun alat-alat medis. Melakukan evaluasi staff dengan cara
pendekatan secara personal.
e. Knowing how you think
Kepala unit harus dapat menganalisa kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
Kepala unit harus memiliki wibawa pemimpin agar organisasi yang dipimpinya
dapat berjalan dengan baik. Mengatur perencanaan dengan baik dengan penerapan
filosofi, tujuan, sasaran, kebjaksanaan dan peraturan peraturan. Kepala instalasi
harus memiliki ketegasan dalam mengambil sebuah sikap demi kedisplinan
staffnya.

B. Identifikasi Perilaku kepemimpinan Positif Kepala IBS RS Yarsi


Sosok pemimpin Kepala IBS RS Yarsi memiliki daya tarik tersendiri bagi staffnya.
Ada beberapa dimensi yang menggambarkan kepribadian pemimpin menurut Draft dan
Lane (2008), yaitu salah satunya: Emotional stability. Dimensi ini mengacu pada tingkat
ketenangan seseorang. Pemimpin yang memiliki emosional yang stabil mampu
menangani stress dengan baik
a. Melaksanakan fungsi perencanaan
Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan. Kepala unit
menunjukan RAT (Rencana Anggranan Tahuan) yang dibuat dan di dalamnya salah

26
satunya berisi tentang perencanaan perlatan yang diperlukan dalam pelayanan. Sudah
dilakukan secara optimal oleh Kepala IBS RS Yarsi.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan
Mengatur dan mengkoordinasi kegiatan pelayanan di IBS RS Yarsi, sudah mampu
dilakukan oleh kepala IBS tersebut.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan
Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam daftar penilaian kinerja bagi
pelaksanaan keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tangung
jawabnya.

C. Identifikasi Perilaku kepemimpinan Negatif Kepala IBS RS Yarsi


a. Melaksanakan Fungsi Perencanaan.
1) Tidak merencanakan dengan baik jenis kegiatan dalam mengembangkan dan
memperbaiki pores asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai
kebutuhan pasien.
2) Penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan dan peraturan peraturan tidak
diterapkan dengan baik.
3) Membuat perencanaan organisasi namun tidak terstruktur dengan baik tidak
bersinergi dengan visi-misi yang ada
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan
1) Membuat penugasan dengan tidak terstruktur sesuai dengan kompetensi perawat
sehingga proses pemberian asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik.
2) Memberikan orientasi dan bimbingan kepada perawat pemula dengan
menugaskan kepada perawat yang dia percayakan namun sesungguhnya perawat
tersebut belum menguasai secara penuh akan kopentisinya terkait dengan
pendidikannya.
3) Hubungan kerjasama yang tidak baik antara kepala unit dan anggotanya dimana
kepala unit dalam menerapkan sikap caringnya hanya kepada beberapa perawat
saja.
c. Melaksanakan fungsi pengawasan
1) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-
obatan belum optimal secara efektif dan efisien oleh Kepala IBS RS Yarsi.
2) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di IBS masih kurang
27
3) Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada namun tidak terstruktur dengan baik
4) Hasil evaluasi kinerja tidak didokumentasikan dengan baik hanya menegur secara
lisan tanpa memberikan ketegasan yang kuat bila ada pelanggaran.

D. Perencanaan Realistis dan Inovatif untuk Meningkatkan Kemampuan


Kepemimpinan Kepala IBS RS Yarsi
Dalam membuat suatu perencanaan dimana pada permasalahan yang terjadi pada
Kepala IBS RS Yarsi tentunya kita menggunakan pendekatan, yaitu dengan cara
berkomunikasi dengan baik dengan membangun kepercayaan kepada kepala unit
tersebut. Setelah hubungan saling percaya terbangun, kemudian dengan sikap caring
menjelaskan tentang apa yang dilakukan selama ini merupakan sesuatu yang dibawah
standar, memberikan edukasi dan motivasi yang positif diluar dari konteks anggota dan
leader, jika hal tersebut gagal maka sebaiknya berkordinasi kepada komite keperawatan
untuk segera dilakukan analisis secara mendalam tentang kemampuan kepemimpinan
kepala unit untuk dilakukan uji kompetensi untuk seorang kepala unit.
Kepala instalasi dapat diberikan pelatihan tentang kepemimpinan untuk
meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang pemimpin dalam keperawatan. Adapun
tugas rancangan kepala instalasi:
1. Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di instalasinya.
2. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawat dan tenaga lain sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan/ peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).
3. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain
yang bekerja di IBS RS Yarsi untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standart.
4. Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan pihak
yang terlibat dalam pelayanan IBS RS Yarsi.
5. Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaan
sesuai kebutuhan pasien agar pelayanan optimal.
6. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang
diperlukan di IBS RS Yarsi.
7. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
8. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventaris peralatan

28
9. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga dalam batas
wewenangnya.
10. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindung selama pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
11. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan
keperawatan dan kegiatan yang dilakukan secara tepat dan benar.
12. Menciptakan dan memelihara suasana kerja antara petugas kesehatan lain, pasien dan
keluarga pasien
13. Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan
dan lingkungan.
14. Memelihara buku register dan berkas catatan medis.
15. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta
kegiatan lain di IBS RS Yarsi.
16. Mengajukan diklat bagi tenaga keperawatan untuk menunjang kompetensi yang ada.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arwani, 2009, Kepemimpinan Keperawatan, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta
Badman, EL & Badman, B (1988), Fundamental Critical Thinking In Nursing, Norwalk:
Appeton and Lange.
Daft, Richard L. (2008) Manajemen.Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI.
Gillies, 2009. Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Balatin Pratama
Kurniadi, Anwar. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nursalam, 2014 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Russel c.swansburg. 2008. Pengantar Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan. Jakarta :
EGC
Simamora H.Roumond. 2012. Buku ajarManajemen Keperawatan. Jakarta : EGC
Soejitno, S, 2006. Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Jakarta. Bagian Penyusunan
Program dan Laporan Ditjen Pelayanan Medik Depkes RI
Suarli dan Bachtiar, (2008). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga
Sumijatun, 2009. Manajemen Keperawatan Konsep Dasar Dan Aplikasi Pengambil
Keputusan Klinik. Jakarta Timur : Trans info media
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2013 Dasar Dasar Menejemen Cetakan Kesebelas, Jakarta:
PT Bumi aksar

30

Anda mungkin juga menyukai