PENDAHULUAN
A. Latar belakang
diterima dan diakui sebagai suatu profesi pada Lokakarya Nasional Keperawatan.
Sejak itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional,
keperawatan. Walaupun sudah banyak hal positif yang dicapai, tetapi gambaran
keperawatan, yang dapat ditinjau dari aspek struktur dan proses pelayanan
keperawatan. Pada aspek struktur faktor utama yang berperan adalah jenis tenaga
keperawatan yang masih rendah ( SPK ). Pada aspek proses, faktor utama yang
secara profesional. Pada beberapa rumah sakit digunakan metode fungsional yaitu
metode penetapan tugas perawat berdasarkan fungsi, misalnya memberi obat dan
klien yang baik, karena seorang klien akan dirawat oleh banyak perawat, tetapi
tidak diketahui perawat mana yang bertanggung jawab penuh terhadap klien
tersebut, dan perawat pun tidak mengetahui dengan pasti perkembangan kondisi
asuhan TIM yang bagi sebagian rumah sakit hal ini merupakan sesuatu yang baru,
karena terputusnya asuhan keperawatan dimana tim yang merawat klien pada shif
siang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap klien pada sore harinya dan
seterusnya.
Dengan gambaran seperti ini dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini
layanan keperawatan yang ada di rumah sakit masih bersifat okupasi. Artinya
didasarkan pada tanggung jawab moral dan tidak adanya analisis dan sintesis
Nurachmah (2000).
kesehatan di rumah sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu
pelayanan, terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra
telah ditetapkan serta dikelola oleh manajer dengan kemampuan dan ketrampilan
yang menyebabkan rendahnya mutu asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek
keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga
Sampai dengan saat ini Rumah Sakit Bhayangkara Makassar masih terus
ruang rawat jalan (17 jenis poliklinik), IGD dan ruang rawat inap dengan berbagai
kelas (VIP = 42 tempat tidur, kelas I = 10 tempat tidur, kelas II = 144 tempat
tidur, kelas III = 48 tempat tidur dan 12 tempat tidur untuk ruang khusus/ICU),
total tempat tidur 256, serta sarana penunjang lainnya (laboratorium klinik,
Profesioanl peran dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting,
sebagai mana mestinya, seperti belum dilakukan penerimaan pasien baru, pre dan
post conference, case confrence, belum ada alokasi pasien yang menjadi
tanggungjawab tim, kegiatan operan belum terstruktur dan belum nampak adanya
Makassar secara umum yaitu pencapai BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2011
sebesar 81,69 % sesuai dengan standar depkes, Nilai rata-rata lama perawatan
pasien di rumah sakit ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2012 mencapai
5,29 hari. Begitupun angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-
rata tempat tidur tidak terisi pada tahun 2012 mencapai angka 1,09 hari
(memenuhi target standar). Jika diamati dari angka pencapaian BTO (Bed Turn
Over) yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur,
pada tahun 2012 sebesar 5,17 (memenuhi target standar) artinya intensitas keluar
masuk pasien Rumah Sakit Bhayangkara Makassar tergolong baik. Jumlah pasien
meninggal ≥ 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2012 sebesar 1,70 terjadi
dengan pendekatan Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS) dan
teori berubah.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Bhayangkara Makassar.
keperawatan.
rumah sakit.
TINJAUAN PUSTAKA
dari definisi tersebut yaitu (1) kepemimpinan menyangkut orang yaitu bawahan
tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok, (3) pemimpin
formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam
selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer
individu yang dapat menjadi pemimpin yang efektif yang berdasarkan riset dapat
diidentifikasi adalah adanya ciri-ciri intelektual, emosional, fisik dan ciri pribadi
lain, hal ini menunjukan bahwa pemimpin lebih cerdas dari pengikutnya
1. Kepemimpinan otoriter
2. Kepemimpinan partisipatif
bawahannya.
3. Kepemimpinan delegatif
bawahannya.
4. Kepemimpinan situasional
membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik
(Monica : 1998).
yang pertama-tama di ambil dari teori (apa yang terbukti efektif melalui sejumlah
besar penelitian) dan kemudian intuisi (apa yang terbukti efektif melalui
kebutuhan dari sistem lain dan dalam memilih prioritas, mengidentifikasi elemen
orang dan situasi yang penting dalam mengemban tujuan-tujuan khusus, mengkaji
dengan cara mengaktivasi sebuah sistem. Segala sesuatu yang dilakukan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan harus didasarkan pada strategi yang memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi, untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai
terdiri dari :
1. Pengenalan masalah
terjadi secara nyata (actual) dalam suatu situasi dan apa yang seseorang
2. Defenisi masalah
3. Analisa masalah
perilaku kepemimpinan yang tepat akan didasarkan pada apa yang bisa
a. Pengertian
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
rangkaian kegiatan input, proses, dan output. Marquis & Huston (2010)
keperawatan.
b. Fungsi-fungsi manajemen
profesional juga.
jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari
kegiatan tersebut.
dibutuhkan.
a) Struktur organisasi
sistem penugasan.
b) Pengelompokan kegiatan
c) Koordinasi kegiatan
kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
e) Kelompok kerja
asuhan keperawatan.
apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang
koordinasi.
di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kepala ruang
masalah adalah :
diterapkan
ruang rawat inap. Selain itu perlu dilakukan koordinasi dengan unit
keperawatan adalah :
terkait.
kerja
a) Audit struktur
b) Audit proses
c) Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat
rumah sakit.
kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal ini
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
antara perawat dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lain-
pelayanan kesehatan. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari
cara yaitu:
bawahan.
c) Diagonal yaitu komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih
Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan
b) Case conference
d) Visit dokter
evaluasi.
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer
staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis,
dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam
perkembangan, (3) kebijaksanaan, (4) gaji dan upah, dan (5) kondisi kerja
(Nursalam : 2011).
Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat area penting
yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan dan area
(Depkes RI : 2004)
keperawatan.
tenaga keperawatan.
terpadu,
yang bermutu.
sesuai kebutuhan.
rawat.
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
optimal.
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
sebagai:
a. Comferter
dengan klien.
melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta
juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan
c. Communication
d. Rehabilitator
fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.
keperawatan di suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek
antara lain adanya : visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal
kesadaran dan motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen
wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga
suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga teknik yang dapat dilakukan dalam
Teknik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang
efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang
sesungguhnya.
dan buruk, merupakan cara bagaimana kita memandang dunia dan perilaku
orang lain.
pelayanan konsumen.
konseptual.
f. Kluster efektifitas pribadi yang terdiri dari pengendalian diri, daya tahan
BAB III
PERENCANAAN
A. Ruang lingkup kegiatan
supervisi.
B. Target residensi
rumah sakit)
Rumah Sakit.
C. Waktu pelaksanaan
Residensi akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret s/d 30 Mei 2012, dari
hari Selasa, Rabu dan Kamis : Pukul 08.00 s.d 15.00. (jadual kegiatan terlampir)
D. Pengumplan data
1. Sumber data
Sumber diperoleh dari Kauryanwat, Kepala Ruang Rawat Inap, Ketua
Tim (Katim), perawat pelaksana dan bagian SDM dan rekam medis.
dokumen terkait. Data yang diperoleh menjadi gambaran kasar yang perlu
kepala ruang dan perawat pelaksana di ruang rawat inap dan kemudian
data kasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Analisis univariat
nilai > mean data dikategorikan dalam kinerja optimal dan jika ≤ mean data
1. Tahap persiapan
d. Mempelajari data input, proses dan output dari aspek manajemen yang
akan dikaji.
waktu, sumber daya dan kewenangan dilakukan prioritas masalah yang akan
pertanyaan apa, siapa, bagaimana, dimana dan berapa lama tujuan dapat
tercapai.
a. Konsultasi pembimbing
b. Presentasi hasil akhir laporan residensi
c. Penyerahan laporan ke rumah sakit tempat residensi.
G. Hasil Pengkajian
Djongaya menjadi Rumah Sakit yang diberi nama Rumah Sakit AKRI
Kepala Rumah Sakit kedua adalah Letkol. Pol. Dr. Ida Bagus Putra
Djungutan, Sp.B (Alm) sejak tahun 1985 hingga tahun 1991, kemudian
Kepala Rumah Sakit ketiga dijabat oleh Letkol. Pol. Purn. Dr. Roesman
Roesli, Sp.PD dari tahun 1991 hingga tahun 1993, selanjutnya pada tahun
1993 Kepala Rumah Sakit keempat dijabat oleh Kombes. Pol. Drg. Peter
kelima dengan masa jabatan dari tahun 2007 hingga tahun 2008, kemudian
Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi, Sp.JP, DFM menjabat Kepala
Rumah Sakit yang keenam dari tahun 2008 hingga tahun 2010,
Kombes. Pol. Dr. Didi Agus Mintadi, Sp.JP, DFM kepada Kepala Rumah
Sakit yang ketujuh yaitu Kombes. Pol. Dr. Purwadi, SSt Mk., MS., MARS
Mappaoudang Makassar.
paviliun tahun 1973, kemudian tahun 1977 dengan dukungan dana dari
tahun 1996 peresmian ruang Outopsi dan Mushola, tahun 1997 peresmian
ruang ICU dan ruang Operasi dan di tahun 2000 rumah sakit mendapat
meningkatkan pelayanan.
Makassar memiliki ruang rawat jalan (17 jenis poliklinik), IGD dan ruang
tempat tidur, kelas II = 144 tempat tidur, kelas III = 48 tempat tidur dan 12
tempat tidur untuk ruang khusus/ICU), total tempat tidur 256, serta sarana
1) Visi
Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara terbaik di kawasan Timur
Polri.
c. Struktur organisasi
a) Klinik umum
c) Klinik bedah
d) Klinik KIA
e) Klinik jiwa
f) Klinik mata
h) Klinik Anak
i) Klinik Kebidanan
j) Klinik Ortopedi
k) Klinik Syaraf
m) Klinik Paru
n) Klinik THT
o) Klinik Jantung
Tabel 3.1 Indikator Kinerja Unit Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar; Maret 2012
Jenis Jan Peb Mar Apr Mei Jn Jul Agu Sep Okt Nop D
88
BOR 84.68% 85.89% 83.67% 83.85% 84.34% 82.50% 79.19% 64.70% 78.96% 81.87% 82.31%
%
LOS 5.39 5.55 5.64 5.45 5.29 5.38 4.94 5.19 5.15 4.98 5.03 5
TOI 0.92 0.84 1 0.94 0.89 0.99 1.29 2.35 1.27 1 0.98 0
BTO 5.14 4.68 5.02 5.16 5.46 5.32 4.97 4.64 4.98 5.46 5.38 5
1
GDR 2.30 % 3.32 % 2.14 % 2.94 % 2.58 % 3.13 % 3.58 % 3.27 % 2.52 % 3.36 % 3.66 %
%
2
NDR 1.02 % 1.97 % 1.47 % 1.57 % 1.09 % 1.89 % 2.76 % 1.99 % 1.93 % 2.03 % 2%
%
(Avarage Length of Stay) pada tahun 2012 mencapai 5,29 hari. Begitupun
angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat
tidur tidak terisi pada tahun 2012 mencapai angka 1,09 hari (memenuhi
target standar). Jika diamati dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over)
yaitu keluar masuknya pasien perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur,
pada tahun 2012 sebesar 5,17 (memenuhi target standar) artinya intensitas
Jumlah pasien meninggal ≥ 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun
Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2012 sebesar 2,59. (Subagrenmin;
Maret 2012).
Penyakit Jan Peb Mar Apr Me Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
GEA 106 87 151 111 124 143 113 121 98 157 230 155
TYPOID 123 136 86 88 87 83 76 53 40 59 80 137
DHF 101 49 36 29 27 24 - - - 19 - -
dilakukan mulai dari tanggal 3 s/d 12 April 2012. Data yang diperoleh
kebidanan.
f) RS memiliki komitmen pengembangan SDM dan memberikan
terkomputerisasi
keperawatan di ruangan.
masih kurang.
keperawatan
3) Opportunity/Peluang
4) Threath/ Tantangan
yang terdiri dari 17 Kepala Ruangan (Karu), 23 Ketua Tim (Katim) dan 43
a) Fungsi perencanaan
Hasil wawancara :
Hasil kuesioner :
(a) Pemahaman visi dan misi rumah sakit dan misi, falsafah
Analisis :
dan proses perubahaan yang terjadi saat ini dan akan datang.
Hasil wawancara :
Hasil kuesioner :
nilai profesional.
b. Sedangkan ketua tim 69,6 % membuat rencana
Analisis :
Masalah :
yaitu:
pelayanan keperawatan
(b) Belum optimalnya penyusunan rencana kegiatan
Hasil wawancara :
keperawatan.
Hasil kuesioner :
keperawatan.
Analisis :
Hasil wawancara :
Hasil kuesioner :
tenaga.
b. 80 % karu dan 52,2 %Ketua tim belum memahami
Hasil observasi :
Analisis :
tim (Sitorus;2006).
Hasil wawancana :
Hasil kuesioner :
Hasil observasi :
case confrence.
Analisis :
Masalah :
diruangan.
kerja perawat.
c) Fungsi Pengarahan
Supervisi
Hasil wawancara :
supervisi.
b. Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan
Hasil kuesioner :
karu.
Hasil observasi :
Analisis :
Masalah :
d) Fungsi Pengendalian
Komite Keperawatan.
(b) Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan
Hasil kuesioner :
cara penilaiannya.
(b) Informasi karu sebanyak 70 % belum melakukan observasi
keperawatan.
keperawatan diruangan.
Analisis :
1996).
Hasil wawancara :
Hasil kuesioner :
Hasil observasi :
terhadap perawat.
(c) Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah
Analisis :
(Gillies : 1996).
Masalah :
efektif.
Hasil wawancara :
melanjutkan pendidikan.
Hasil Keusioner :
(a) Dari hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak
Hasil wawancara :
Hasil kuesioner :
(a) 80% kepala ruangan menyatakan belum melakukan pre dan post
conference.
(b) 87% katim menyatakan kegiatan operan sudah berjalan tetapi
Hasil observasi :
dengan baik dan belum dilakukan kegiatan pre dan post conference.
Analisis :
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat
Hasil wawancara :
belum dilakukan.
(b) Selama melakukan residensi belum terlihat adanya kegiatan
asuhan keperawatan.
d. Prioritas Masalah
masalah
perawat
yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling
No Fungsi Masalah
Manajemen
1 2 3
1. Perencanaan Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi
misi ruangan disebabkan belum dipahaminya
pentingnya visi misi bidang keperawatan
dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan
perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan
dalam memberikan pelayanan keperawatan
Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan
diruang rawat inap karena belum dipahaminya
pentingnya rencana jangka pendek serta cara
penyusunannya
2. Pengorganisasian Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan
rentang kendali/ mekanisme kerja dalam
organisasi, pembuatan jadual dinas dan alokasi
pasien berdasarkan klasifikasi pasien akibat belum
adanya pedoman penerapan MPKP diruangan.
Belum optimalnya perencanaan kebutuhan tenaga
perawat disebabkan karena belum dipahaminya
perhitungan beban kerja perawat.
Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan
asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena
belum dipahaminya penerapan MPKP
3. Pengarahan Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik
disebabkan karena belum dipahaminya materi dan
mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya
pemahaman pentingnya supervisi dalam
mempertahankan mutu asuhan keperawatan
4. Pengendalian Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan
pengukuran mutu pelayanan keperawatan
disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi
pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan
Belum optimalnya penerapan standar asuhan
keperawatan disebabkan karena budaya dan
pengawasan keharusan menggunakan SAK dan
SOP dan pendomentasian belum efektif
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Belum adanya visi bidang 3 2 3 3 5 270 9
keperawatan dan visi misi ruangan
disebabkan belum dipahaminya
pentingnya visi misi bidang
keperawatan dijabarkan lagi kedalam
visi misi ruangan perawatan sebagai
pedoman kerja staf perawatan dalam
memberikan pelayanan keperawatan
2. Belum optimalnya rencana kegiatan 4 3 3 3 4 432 4
perawatan diruang rawat inap karena
belum dipahaminya pentingnya
rencana jangka pendek serta cara
penyusunannya
B. Fungsi Pengorganisasian
3. Belum optimalnya pemahaman uraian 4 3 3 4 2 288 7
tugas dan rentang kendali/ mekanisme
kerja dalam organisasi, pembuatan
jadual dinas dan alokasi pasien
yang paling besar, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah:
keperawatan (576)
keperawatan (432)
pertanyaan yang mencakup apa, siapa, dimana, berapa lama tujuan dapat
pembobotan.
1) Masalah
3) Masalah
dokumentasi.
keperawatan ?
pendokumentasian askep?
4) Masalah
keperawatan.
selama 2 (dua) hari kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat
asuhan keperawatan?
5) Masalah
6) Masalah
keperawatan ?
keperawatan.
7) Masalah
keperawatan .
8) Masalah
cara penyusunannya.
9) Masalah
10) Masalah
11) Masalah
karir perawat.
meningkatan kinerjanya
keperawatan (90)
BAB IV
IMPLEMENTASI
dilaksanakan pada hari Senin 23 April 2012. Dari hasil diskusi tersebut
MPKP diruangan
3. Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan
penyusunannya.
Selanjutnya dari 4 masalah diatas selanjutnya dilakukan analisis bersama
Output:
Proses:
Input : Pengembangan
Pre tes
Struktur : ruangan rawat inap
Input materi, Pengamalan belajar :
Struktur organisasi ruangan pengembangan
kognitif, afektif, psikomotor
Kebutuhan tenaga MPKP pemula
Praktik lapangan
SDM Peningkatan kinerja
Penyusunan instrumen dokumentasi
Sistem penugasan Tim MPKP
MPKP
Logistik/peralatan Diskusi/ bimbingan teknis penerapan
Proses MPKP
Nilai-nilai profesionalisme Outcome:
Analisis
Laporan Residensi_ Program pengembangan
Magister ruangan
Ilmu Keperawatan FK-Unhas’2012 98
Kualitas Askep
percontohan
meningkat
Desiminasi pengambil kebijakan
Kepuasan
Plan of Action (POA)
perawat/pasien/
Implementasi
tenaga kesehatan
Evaluasi dan tindaklanjut
lain meningkat
C. Perencanaan kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan masalah tersebut diatas
pembimbing lahan
b. Menyusun kerangka acuan pelaksanaan kegiatan
c. Mempersiapkan materi / bahan bacaan, dokumen-dokumen yang
pasien
b. Menyusun kerangka acuan pelaksanaan kegiatan
c. Mempersiapkan materi
d. Menyusun pedoman perhitungan tenaga
3. Sosialisasi Tupoksi
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:
1. Melakukan penyegaran/pelatihan tentang pelaksanaan MAKP diruang rawat
Bhayarangkara Makassar
b) Tujuan Khusus
Tersedianya tenaga keperawatan dan kebidanan meliputi :
(1) Jumlah, kualitas dan kualifikasi
(2) perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan
(3) Pengembangan karir staf keperawatan
2) Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Metode Douglas
observasi terus-menerus.
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah: 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11
orang perawat)
Klasifikasi Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan
Kriteria Ketergantungan Jumlah Klien Perhari Sesuai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst
Perawatan Minimal:
Ketergantungan:
a) dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
(I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat
d) Bila klien hanya mempunyai satu criteria dari klasifikasi tersebut maka
Hasil Perhitungan
AXBXC F
= = H
(C – D) X E G
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
pelayanan, yaitu:
Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan
Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau
(kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari
kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam
perhari)
cadangan)
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah
Keperawatan langsung
87 orang (2 orang)
diruangan :
1) Rentang kendali/ mekanisme kerja diruang MPKP :
a) Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap
tim diketuai oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui test.
pelaksana.
dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang
tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling
pasien.
Bila ketua tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka
Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga
untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien di
No Nama Sn Sl Rb Km Jm Sb Mg Sn
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Karu P P P P P P P P
Tim I
2 Katim P P P P P P P P
3 PA. A M M M M - L P P
4. PA. B P P P P L S P S
5. PA. C S L S S S S S L
6. PA.D S* S* S* L M* M* M* M
7. PA.E P S L S S S S S*
Tim II
8. Katim P P P P P P L P
9. PA. F S S S S* L P P P
10. PA. G M* M* M* M* - L P P
11. PA. H P P P P P L S S
12. PA. I P P P L S* S* S* S
14. PA. J S S S L M M M M*
Jumlah 7 6 6 5 4 4 4 6
Pagi
Jumlah 4 3 4 3 3 5 4 4
Sore
Jumlah 2 2 2 2 2 2 2 2
Mlm
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh
ketua tim berdasarkan jadwal dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas
pagi ke dinas sore.
Contoh di atas menunjukkan:
• Dinas pagi tanggal 7 Mei 2012 adalah Tono, Henny, Tito, dan Hartini. Tono
merawat Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat
asosiet karena Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam
• Dinas sore tanggal 6 Mei 2012 adalah Ulfa dan Pustie
• Dinas malam tanggal 6 Mei 2012 adalah Ujang
BAB V
1. Fungsi perencanaan
manajemen dan pengelolaan askep tetapi lebih bersifat rutinitas dan responsif
ruangan hal ini disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang
Masih rendahnya pemahaman kepala ruangan dan ketua tim dalam kegiatan
manajemen, dan sejalan dengan pendapat Gibson (1996) dalam teori sifat
adanya ciri-ciri intelektual, emosional, fisik dan ciri pribadi lain, hal ini
tim baik secara kognitif maupun kinerja pada fungsi perencanaan. Hal ini
yang ada.
Perubahan sistem pengelolaan Rumah Sakit yang terjadi saat ini menuju
beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah keterkaitan antara visi,
mengelola Rumah Sakit, untuk itu diperlukan budaya organisasi yang kuat.
tidak mudah untuk dilaksanakan, tetapi harus mulai dipersiapkan dengan cara
Dengan kondisi di mana Kepala Ruangan dan Ketua Tim dengan kemampuan
yang belum optimal tentang perencanaan Rumah Sakit secara umum maupun
dilakukan bisa menjadi salah arah atau tidak efektif, apalagi pada tahun ini
maka rencana bisnis harus berbasis klinis, ini artinya tanpa adanya sosialisasi
dan komunikasi yang baik dari manajemen dan manajer operasional yang
2. Fungsi Pengorganisasian
belum tercantum nama pasien tiap tim dan nama katim, belum tergambar
kepala ruangan dan staf perawatan khususnya di ruang percontohan. Hal ini
shif dan alokasi pasien. Daftar pasien sudah tercantum nama pasien tiap tim,
Profesional sebagai sebuah sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai
mengacu pada data dan informasi rumah sakit berdasarkan kapasitas tempat
dengan beban kerja perawatan, belum adanya alokasi pasien dan pembuatan
jadual dinas sesuai dengan rasio kebutuhan pasien. Tidak tersedianya data
faktor ekstrinsik yang berasal dari aspek administrasi dan sistem informasi
mana untuk data – data yang diperlukan bidang keperawatan tidak secara
pelopran ataupun Bidang SDM dan Rekam Medis) dan data mentah yang
sebuah ruang rawat inap dengan jumlah tenaga keperawatan dan fasilitas yang
dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat
memimpin tipe organisasi yang sesuai dengan tujuan, rencana dan program
3. Fungsi pengarahan
keperawatan.
bahwa Kepala Ruang harus dapat mengarahkan perawat dan staf untuk
tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat
mengelola waktu yang masih belum efektif. Waktu adalah sumber daya yang
yang dapat digunakan oleh Kepala Ruang dalam mengelola waktu antara lain :
adalah merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dikerjakan oleh
manajer keperawatan dari level rendah sampai tertinggi. Apabila fungsi ini
tidak dilakukan maka tujuan keperawatan tidak akan tercapai. Dalam hal
menjadi kurang. Menurut Gillies (1996) fungsi Kepala Ruang meliputi empat
area penting yaitu area personil, area lingkungan dan peralatan, asuhan
lain yang dapat dilakukan adalah menilai keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan. Apabila fungsi ini tidak dilakukan maka siklus perbaikan mutu
tidak akan terjadi, karena tidak ada proses umpan balik dari manajer tingkat
tinggi. Jika kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan baik maka akan
4. Fungsi pengendalian
optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum dilakukannya penilain mutu umum,
dilaksanakan.
keperawatan sesuai rencana, apakah individu, cara atau waktu yang tepat
teguran pada perawat yang melakukan kesalahan dalam bekerja tetapi masih
belum optimal dalam melakukan upaya tindak lanjut hasil evaluasi. Akan
kepala ruang biasanya tidak lebih dari 1 sampai 3 menit untuk tiap dokumen,
ruang.
mutu pelayanan. Adanya umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi
mutu pelayanan. Adanya umpan balik dan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi
perawat yang dilakukan Kepala Ruang yang dapat memotivasi perawat untuk
dengan baik.
antar tenaga yang ada di organisasi, keselarasan ini dapat terjalin antar
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lain maupun bagian lain di Rumah
dengan bagian lain ataupun perasaan lebih penting dari bagian lain,
dan sikap antar staf. Kurangnya koordinasi dengan Tim Pengendalian Mutu
sehingga diperlukan kerjasama yang baik antar bagian yang terkait sehinggga
menyadari bahwa latihan adalah proses yang terus menerus dan bukan proses
sesaat, sehingga upaya tindak lanjut harus selalu dilakukan agar produktivitas
manajer kurang bermanfaat bagi staf perawatan, karena mereka tidak dapat
mempraktikan apa yang sudah dipelajari dan tidak dapat menilai keberhasilan
penerapan MPKP.
2. Compensatory Reward
akan tetapi upaya peningkatan SDM perawat belum optimal hal ini dipengaruhi
Hal Ini tercermin dari belum pernah dilakukan kegiatan pelatihan atau desiminasi
Pengembangan karier salah satunya adalah pembinaan teknis atau pelatihan, yang
pendidikan berkelanjutan formal dan non formal. Untuk itu diharapkan divisi
kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru. Pengelolaan
tenaga keperawatan adalah hal yang mutlak harus dilakukan oleh setiap pimpinan
keperawatan untuk mendukung tercapainya hasil kerja atau kinerja yang optimal
secara efisien dan efektif dalam rangka peningkatan dan mempertahankan kualitas
pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus menerus. Untuk itu setiap
selain kinerja yang optimal secara efisian dan efektif juga diperoleh kepuasan
merupakan suatu proses pemikiran dan penentuan kebijakan dari hal-hal yang
akan dilaksanakan oleh pimpinan untuk masa yang akan datang dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan yang tepat. Dalam upaya efisiensi dan
3. Profesional Relationshif
Kegiatan serah terima antar shif/operan sudah dilakukan akan tetapi belum
optimal karena operan hanya dilakukan di ruang perawat dan hasil obsevasi saat
operan komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada tindakan medis saja
belum dilakukan secara terjadual dan belum ada prosedur conference kasus,
Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar
Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
melakukan layanan berdasarkan rutinitas dan atas instruksi dokter. Hal ini
memerlukan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim. Hal ini dapat
standar di ruang MPKP. Dokumentasi merupakan salah satu aspek terpenting dari
jaringan yang runut antara pasien, fasilitas pelayanan, pemberi perawatan, dan
pembayar, dokumentasi juga merupakan bukti bahwa tanggung jawab hukum dan
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini. Semua ruangan
SAK dan SOP, akan tetapi tingkat kepatuhan dalam penggunakan SAK dan SOP
Kegiatan yang telah dilakukan dalam residensi kedua khususnya pada unit
pelayanan pelanggan. Untuk itu salah satu kegiatan yang dilakukan pada palihan
B. Kesimpulan
serta kepala ruang dan peserta pelatihan, dengan indikator dari 17 peserta
3 %, dan dari hasil pelatihan terjadi peningkatan 2 (dua) kali lipat pemahaman
peserta pada pre test adalah 30% dan nilai post test 70 %.
3. Terjadi peningkatan kinerja kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
dalam kegiatan manajemen di ruang MPKP percontohan, hal ini dapat dilihat
yang ditemukan pada residensi pertama dimana dari 12 masalah pokok yang
uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi, mampu
SAK dan SOP, belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran
C. Saran
pihak olehnya itu diharapkan dukungan khususnya Direktur RS, dan dalam
dilakukan:
pelaksanaan
rumah sakit.
2. MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
jangka panjang.
d. Evaluasi metode tim-primer dilakukan setiap bulan, dan kinerja ketua tim
bagian penting dalam upaya peningkatan citra rumah sakit, maka diharapkan