SKRIPSI
Disusun oleh:
Untuk Adikku Dian, Woro, Ningrum dan Dina yang senatiasa memberiku
semangat untuk menjalani hari-hariku. Keluargaku
yang di Artgopeni dan Puring yang telah banyak
mendukungku
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmat-Nya,
sehingga skripsi yang berjudul "Hubungan antara Kepuasan Kerja Perawat dengan
Skripsi ini digunakan sebagai salah satu syarat memperoleh derajat Sarjana
peran pembimbing dan bantuan semua pihak maka usulan penelitian ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.K (K), selaku Dekan FK UGM,
2. Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., PhD., selaku Wakil Dekan Bidang
3. Lely Lusmilasari, SKp. M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
FK UGM dan selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan
4. Ibu Sri Werdati, SKM., M.Kes., selaku dosen pembimbing I atas bimbingan,
5. Ibu Fitri Haryanti S. SKp., M.Kes., selaku dosen pembimbing II atas bimbingan
dan sarannya,
iv
6. Bapak Purwanta, SKp, MKes., selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan kritikan untuk perbaikan dalam usulan penelitian ini.
7. Direktur dan staf keperawatan RSUD Kebumen yang telah membantu kelancaran
8. Bapak, ibu, kakak, adik-adik dan keluargaku di Argopeni dan Puring atas
11. Rekan-rekan mahasiswa PSIK A FK UGM angkatan 2004 atas dukungan dan
sarannya,
Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis buat ini tentu saja masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Keaslian Penelitian 6
vi
G. Uji Validitas dan Reliabilitas .. 34
H. Cara Pengumpulan Data 39
I. Analisis Data 40 J.
Jalannya Penelitian ... 43
K. Kelemahan Penelitian ...... 44
B. Pembahasan
1. Kepuasan kerja perawat . 57
2. Mutu pelayanan keperawatan ... 62
3. Hubungan antara kepuasan kerja perawat
dengan mutu pelayana n keperawatan 64
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA PERAWAT DENGAN
MUTU PELAYANAN KEPERAWTAN
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS AIKMEL
INTISARI
Latar belakang : Rumah sakit sebagai salah satu organisasi dalam bidang jasa harus mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi pasiennya. Perawat merupakan ujung
tombak pelayanan kesehatan di puskesmas karena selama 24 jam perawat selalu berinteraksi
dengan pasien. Pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik-buruknya
mutu dan citra puskesmas. Kepuasan kerja menjadi masalah yang menarik dan penting,
karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri (puskesmas), dan
masyarakat. Oleh karena itu, kepuasan kerja harus dipenuhi agar dapat memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan mutu
pelayanan keperawatan
Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional.
Sampel penelitian ini adalah tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap dan pasien
rawat inap. Sampel penelitia n ini diambil dengan teknik total sampling untuk tenaga perawat
sebesar 20 orang. Sedangkan untuk pasien rawat inap dengan proporsional yaitu 20 pasien
untuk setiap ruang rawat inap. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan observasi.
Data-data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dan korelasi Spearman Rho.
Hasil : Sebagian besar perawat, yaitu sebanyak (53,06%) mempunyai kategori puas dalam
tingkat kepuasan kerja. Aspek pekerjaan (54,14%), rekan kerja (53,06%), supervisi (63,26%)
dipersepsikan dalam kategori puas oleh perawat sedangkan aspek gaji (63,26%) dan promosi
(46,93%) dipersepsikan tidak puas oleh perawat Sama halnya dengan kepuasan kerja
perawat, mutu pelayanan keperawatan juga mempunyai kategori baik. Sebanyak 73,33%
pasien mempunyai persepsi yang baik terhadap mutu pelayanan keperawatan dan untuk
pengukuran Standar Asuhan keperawatan, mutu pelayanan keperawatanya termasuk dalam
kategori baik (77,94%)
Kesimpulan: Sebagian besar perawat mempunyai kategori puas dalam tingkat kepuasan
kerja dan mutu pelayanan keperawatan dikategorikan baik menurut persepsi pasien dan
pengukuran Standar Asuhan Keperawatan. Tidak ada hubungan antara kepuasan kerja
perawat dengan mutu pelayanan keperawatan.
xi
RELATIONSHIP BETWEEN NURSE JOB SATISFACTION AND
NURSING SERVICE QUALITY
IN IN-PATIENT WARD OF PUSKESMAS AIKMEL
ABSTRACT
Background: Hospital is organizations in the service sector. It should be able to give a good
health service for the patient. Nurses play important roles for the health service of a hospital
because they always interact with the patient for 24 hours. The nursing service is one of
factors that determine good or bad quality and the image of a hospital. The job satisfaction
becomes the interesting and crucial problem because it has been proven that job satisfaction
has given many advantages for the individual need, industries (hospital), and society.
Therefore, job satisfaction should be fullfilled in order to give the best service for the patient.
Objective: To found out the relationship between the nurse job satisfaction and the nursing
service quality
Method: The research was quantitative study that used cross sectional design. The samples are
nurses who work in in-patient ward and patient. The samples are 47 nurse, were taken by using
total sampling technique, whereas the patient were taken proportionally, each in in-
patient ward was taken 20 patient. The data was taken by using questiona ires and
observation. Then, the data was analyzed by using the descriptive statistic technique and
Sperman Rho correlation
Result: Most of the nurses (53,06%), had satisfied category within the job satisfaction. The
occupation (54,14%), work patners (53,06%), supervision (63,26%) aspects were perceived as
satisfied category by the nurses, whereas the salary (63,26%) and promotion (46,93%) aspect
were perceived unsatisfied by the nurses. Same with nurse job satisfaction, the nurse
service quality also had good category. There were 73,33% patient having good perception to
the nursing service quality. Beside that, based on Nursing Standard, the nursing service
quality was included into good category (75,19%)
Conclusion: Most of the nurses have satisfied category in the job satisfaction level and
nursing service quality was good perceived by the patients and the measurement of Nursing
Standard. There was no relationship between nurse job satisfaction and nursing service
quality.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai salah satu organisasi dalam bidang jasa harus mampu
Puskesmas. Mutu Puskesmas sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi yang
paling dominan adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang terlibat
secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien adalah dokter, perawat,
dan bidan. Diantara tenaga tersebut, tenaga yang terbanyak adalah perawat.(Depkes,
2002)
merupakan salah satu faktor penentu baik-buruknya mutu dan citra Puskesmas. Oleh
karena itu, kepuasan kerja harus dipenuhi agar dapat memberikan pelayanan yang
Kepuasan kerja menjadi masalah yang menarik dan penting, karena terbukti
dalam rangka usaha peningkatan produksi (jasa pelayanan) dan pengurangan biaya
tentu akan menikmati hasil kapasitas maksimum dari industri serta naiknya nilai
signifikan antara kepuasan kerja perawat dengan mutu pelayanan keperawatan yang
positif antara kepuasan kerja dengan perilaku pelayanan prososial perawat. Kepuasan
kerja berefek pada job performance perawat, yang secara tidak langsung
mempengaruhi mutu pelayanannya (Seo et all; Tzeng and Ketefian cit willem, 2005).
termasuk pelayanan keperawatan akan terus meningkat baik dalam aspek mutu
masyarakat secara umum, dan peningkatan daya emban ekonomi masyarakat serta
menuntut adanya peningkatan kualitas jasa yang diberikan pada pasien memacu
Puskesmas Aikmel untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya. Hal ini sesuai
dengan salah satu misi Puskesmas Aikmel yaitu meningkatkan mutu dan cakupan
yang merupakan Puskesma rujukan untuk wilayah Kabupaten Lombok Timur dan
sekitarnya. Berdasarkan Surat Keputusan Perda No. 3 Tahun 2002, Puskesmas Aikmel
berubah menjadi Badan Pengelolaan (Esselon II). SK Menteri Kesehatan RI NO. 233/
4
yaitu 4 hari meningkat menjadi 4,7 hari pada tahun 2006. Angka Kematian pasien 48
jam dirawat (Net Death Ratio = NDR) pada tahun 2005 mengalami peningkatan dari
1,3 0/00 menjadi 1,4 0/00. Turn Over Interval (TOI) tidak mengalami perubahan dari
tahun 2005 yaitu sebesar 2%. Jumlah pasien yang masuk pada tahun 2005 adalah
9479 pasien, pada tahun 2006 meningkat menjadi 9978 pasien, sedangkan rata-rata
pasien masuk sehari adalah 26 pasien dan rata-rata pasien yang dirawat sehat pada
tahun 2006 adalah 22 pasien. Adanya peningkatan jumlah pasien ini memungkinkan
beban kerja perawat juga meningkat. Beban kerja yang tinggi akan mempengaruhi
2016 adalah BOR 71%, LOS 4,7 hari, BTO 52 kali dan TOI 2%. Apabila dilihat dari
data tersebut dapat dikatakan Puskesmas Aikmel sudah cukup baik, namun ukuran-
ukuran tersebut belumlah menunjukkan adanya kepuasan pasien jika dilihat dari tidak
banyak pilihan pelayanan kesehatan.. Selain itu, sejak tahun 2015 Puskesmas Aikmel
manajemen rumah sakit harus ditata dengan baik agar kehadiran mahasiswa yang
tanggal September 2017 ternyata masih didapatkan beberapa keluhan pasien rawat
inap yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan antara lain : pasien merasa
perawat kurang tanggap, masih ada perawat yang bersikap kurang ramah dan
B. Rumusan Masalah
"Apakah ada hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan mutu pelayanan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap Puskesmas Aikmel.
keperawatan
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis:
Manfaat Praktis:
3. Bagi Penulis
merupakan hal yang pertama di Puskesmas Aikmel Sepengetahuan penulis belum ada
penelitian yang meneliti tentang hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan
mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Puskesmas Aikmel. Penelitian yang
menggunakan variabel serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain:
1. Prabowo (2002), "Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat Dan Penerapan Standar
penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif. Subyek penelitian ini adalah tenaga
perawat yang bekerja di bangsal rawat inap dan rekam medis pasien yang dirawat
minimal 3 hari di RSUD Bantul Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah
persepsi tentang iklim organisasi di ruang rawat inap RSUD Bantul cukup puas.
jenis penelitian, tempat penelitian, dan intrumen penelitian. Penelitian yang akan
dilakukan ini sama-sama meneliti tentang kepuasan kerja perawat dan penulis
keperawatan.
cross sectional survey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
Jenis penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan yang sama pada penelitian sebelumnya, tetapi teknik sampling yang
3. Tumbol (2001), yang berjudul " Hubungan Antara Keadilan Di Tempat Kerja
Sakit Umum Daerah DR. Sam Ratulangi Tondano", menggunakan jenis penelitian
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keadilan di tempat kerja
dan bidan di RSUD Tondano sebanyak 76 orang (total populasi), status Pegawai
Negeri Sipil, dan lama kerja lebih dari 6 bulan. Hasil penelitiannya menunjukkan
prososial perawat.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu
penulis akan meggunakan perawat dan pasien sebagai subjek penelitian. Variabel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Menurut Anoraga (2006) kepuasan kerja merupakan sikap yang positif yang
menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan
situasi kerja, termasuk didalamnya upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi
karyawan memandang pekerjaan mereka Hal ini nampak dalam sikap positif para
kerjanya
pekerjaan. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja semacam ini melihat
kepuasan kerja itu sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya.
Jadi, determinasi kepuasan kerja menurut batasan ini meliputi perbedaan individu
Teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja antara lain dikemukakan oleh
As'ad (2004), yaitu teori dua faktor. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan
atau "hygiene fators" dan yang lain dinamakan 'satisfiers" atau "motivator'.
Hygiene fator meliputi hal- hal seperti : gaji, pengawasan, hubungan antar pribadi,
kondisi kerja, dan status. Jumlah tertentu dari hygiene factors diperlukan untuk
keamanan dan berkelompok. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi seseorang akan
tidak puas. Seseorang hanya terpuaskan jika terdapat jumlah yang memadai untuk
merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya
atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila
yang didapat ternyata lebih besar dari apa yang diinginkan, maka orang akan
Menurut teori keadilan (Equity Theory) yang dikembangkan pertama kali oleh
Seeorang merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya
keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas
suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang
Tolak ukur tingkat kepuasan kerja yang mutlak tidak ada, karena setiap
hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja, dan turnover kecil, maka secara
kepuasan kerja adalah : balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat
karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja,
waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu,
sebagainya
sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Muchlas (1999), aspek kerja yang dianggap
1) Upah
besar kepuasan kerja terpenuhi. Tidak semua orang mencari kepuasan dari
uang. Banyak diantara mereka yang rela digaji lebih sedikit untuk pekerjaan
yang lokasinya disukai, atau pekerjaan yang kurang menuntut waktu dan
tenaga. Jadi, kepuasan kerja itu tidak terletak pada besarnya uang yang
3) Promosi
4) Supervisi
karyawan merasa bahwa mereka bagian yang integral dari organisasi dan para
memberikan kepuasan.
2. Perawat
Menurut PPNI (2000) perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan
yang telah lulus pendidikan baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan
2007). Sedangkan menurut Doenges (2000) keperawatan adalah ilmu dan kiat
yang berkenaan dengan masalah- masalah fisik, psikologis, sosiologis, dan spiritual
dari individu. Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
serta ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun
3. Asuhan Keperawatan
bantuan yang diberikan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
spesifik, yaitu :
a. Pengkajian
Ada tiga model yang paling umum digunakan yaitu : divisi diagnosa dari
Doeges dan Moorhouse, pola kesehatan fungsional dari gordon, dan pola
(NANDA).
b. Identifikasi Masalah
dan kebutuhan pasien. Lebih spesifik disebutkan sebagai suatu proses analisis
dibuat tentang makna dan data yang sudah dikumpulkan dalam upaya untuk
bukan proses penyakit. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan tidak sama
Terdiri dari dua proses : 1) identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan
dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah
keperawatan yang paling tepat. Pasien dan / atau orang terdekat dilibatkan
d. Implementasi
keperawatan berikutnya.
e. Evaluasi
pasien saat ini dan didasarkan pada hasil yang diharapkan yang dibuat pada
siapa saja yang terlibat dalam perawatan pasien. Proses ini adalah proses yang
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk bio-psiko-
kelompok khusus, individu dan sebagainya, pada setiap tingkat, dalam siklus
hidupnya.
dikoordinatori dan menjadi tanggung jawab kepala ruang rawat yang berperan
Apabila kualitas pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang
19
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas
dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf( bebas dari bahaya,
pelanggan
komponen sistem harus terukur. Komponen input antara lain adalah jumlah
perawat dan klien dalam pelayanan yang meliputi interaksi saat pengkajian,
antara lain Bed Occupancy Rate (BOR), Turn Over Interval (TOI), Length of Stay
(LOS), komplikasi dan kepuasan klien, ketiga komponen tersebut diatas saling
semakin tinggi kualitas prosesnya dan pada akhirnya kualitas outcome juga
dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu (quality control).
Kegaiatannya dapat dilaksanakan dalam dua tingkat yaitu tingkat rumah sakit dan
tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan cara
mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Pada tingkat ruangan, selain ada individu
ruangan yang duduk sebagai wakil pada tim gugus kendali mutu rumah sakit,
maka seyogyanya dibentuk pula tim ruangan yang disebut tim sirkulasi kualitas.
Tim sirkulus kualitas yang terdiri dari tiga sampai empat orang perawat ruangan
akan diambil dan dilaksanakan oleh ruangan. Sementara itu, tim ini akan
dimanfaatkan secara wajar, berhasil guna dan berdaya guna, c) Aman bagi pasien
1993.
dikatakan bahwa mutu pelayanannya juga harus dianggap baik (Depkes RI,
yaitu Standar Asuhan Keperawatan yang dibuat oleh Dirjen Pelayanan Medis
tersebut.
instrumen C. Ketiga instrumen ini saling terkait dan dapat digunakan di semua
rumah sakit, yaitu RS khusus dan RSU klas A, B dan C baik RS Pemerintah
Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria yang telah
ditentukan ; (1) Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat
berkas rekam medik pasien dikembalikan pada bagian Medical Record RS,
(3) Khusus untuk kamar operasi dan ruang gawat darurat penilaian dilakukan
setelah pasien dipindahkan ke ruang lain atau pulang, (4) Rekam Medik
setiap ruangan. Aspek yang dinilai dalam instrumen A ini adalah ; Pengkajian
(pasien, atau keluarga yang terpilih) harus memenuhi kriteria yang telah
ditentukan ; (1) Sukarela, (2) Dapat membaca dan menulis, (3) Pasien yang
telah ditetapkan pulang dan telah di rawat minimal 3 hari pada periode
evaluasi, (4) Jumlah responden minimal 20 orang tiap ruangan. Aspek yang
dinilai dalam instrumen B ini adalah ; data umum, data pelayanan, dan saran
dinilai dalam instrumen ini adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan
standar asuhan keperawatan. (2) perawat yang dinilai (observee) yang sedang
B. Landasan Teori
theory karena lebih mencerminkan konsep tingkah laku yang multiple determinism.
kerja yang menantang, promosi, supervisi dan rekan kerja. Disamping itu juga
seseorang adalah upah/gaji, pekerjaan yang meliputi : umur, jenis kelamin, status,
dasar pendidikan, dan lama kerja juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan
(Muchlas, 1999)
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
25
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.
melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan ada lima dimensi yang perlu
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit, telah disusun
tahun 2005. Instrumen evaluasi standar asuhan keperawatan terdiri dari (1) pedoman
angket yang ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh gambaran
disebut instrumen C. Penulis hanya akan mene liti instrumen B (persepsi pasien
tindakan keperawatan).
26
Karakteristik Perawat
§ Umur
§ Jenis kelamin
§ Lama kerja
§ Dasar pendidikan
§ Status karyawan
Kepuasan
Mutu Pelayanan Keperawatan
Kerja perawat
Karakteristik pasien
§ Umur
§ Jenis kelamin
§ Pendidikan
§ Pekerjaan
Kepuasan Kerja
Mutu Pelayanan Keperawatan
Perawat
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis alternatif (Ha) : ada hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan
2. Hipotesis nol (Ho) : tidak ada hubungan antara kepuasan kerja perawat dengan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Puskesmas Aikmel dan akan
Populasi dari penelitian ini adala h semua perawat yang bekerja di ruang rawat
Sampel penelitian ini adalah tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap
dan pasien rawat inap yang telah ditetapkan pulang dan telah
Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik total sampling untuk tenaga
perawat sebesar 20 orang. Sedangkan untuk pasien rawat inap dengan proporsional
yaitu untuk setiap ruang rawat inap ditentukan 20 pasien rawat inap selama 1 bulan
(September)..
a. Inklusi :
3) Perawat pelaksana
b. Ekslusi :
a. Sukarela
b. Dapat berkomunikasi
c. Pasien yang telah ditetapkan pulang dan telah dirawat minimal 3 hari, pada
periode evaluasi.
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
dipengaruhi oleh karakteristik individu (umur, lama kerja, dasar pendidikan, dan
status karyawan) dan lingkungan kerja (upah, promosi, pekerjaan, supervisi, dan
dimodifikasi oleh peneliti dan ditetapkan dengan skala ordinal yaitu sangat puas
30
bila mean 80-100%, puas bila mean 65-79%, tidak puas bila mean 45-64% dan
tidak sedang cuti, tidak dalam keadaan sakit, dan tidak sedang menjalankan tugas
belajar.
3. Upah adalah jumlah imbalan yang berupa uang yang diterima dan dianggap upah
atau gaji.
perawat.
5. Supervisi adalah staf keperawatan, kepala atau wakil kepala seksi yang diberi
7. Rekan kerja adalah para perawat lain yang bekerja sama dalam satu pekerjaan
Standar Asuhan Keperawatan yang dibuat oleh Depkes RI tahun 2005 dan
ditetapkan dengan skala ordinal yaitu sangat rendah bila nilainya 0-19,99,
31
rendah bila nilainya 20-39,99, sedang bila nilainya 40-59,99, baik bila nilanya
ditetapkan dengan skala ordinal yaitu sangat baik bila mean 80-100%, baik
bila mean 65-79%, buruk bila mean 45-64% dan sangat buruk bila meannya <
45%.
kerapihan, dan kenyamanan ruangan pada ruang rawat inap serta kerapihan dan
memberikan pelayanan pemeriksaan dan perawatan pasien yang cepat dan tepat
waktu.
cepat tanggap dan kemampuan perawat memberikan informasi yang jelas, mudah
13. Empathy adalah persepsi kualitas pasien pada perawat dalam memberikan
status sosial.
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner pendahuluan yang berisi tentang data karakteristik yang diadopsi dari
Prabowo (2002), yaitu : umur, lama kerja, dasar pendidikan, dan status karyawan.
dilakukan pada bentuk dan sebagian isi dari MSQ yang disesuaikan dengan
kepentingan penelitian Kuesioner terdiri dari 27 item dengan skala likert 4 point;
Sangat setuju , nilainya 4 pada item yang favorable, item yang tidak favorable
diukur terbalik. Kuesioner ini, mengukur variabel kepuasan kerja sebagai variabel
bebas dengan sub variabel : upah, promosi, pekerjaan, supervisi, dan rekan kerja.
atau keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan di rumah sakit. Aspek yang
Jumlah jawaban ya
Persentase = x 100%
dengan standar asuhan keperawatan atau prosedur. Aspek yang dinilai dalam
Total
Persentase = x 100%
b. Kuesioner yang berisi data karakteristik pasien dan kuesioner tentang mutu
(2000) dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 26 item dengan
skala likert 4 point; Sangat tidak setuju, nilainya 1; Tidak setuju, nilainya 2;
Setuju , nilainya 3; Sangat setuju , nilainya 4 pada item yang favorable, item
Jumlah 36 17 53
dengan skor total. Item pernyataan yang mempunyai koefisien korelasi (r) yang tinggi
dengan skor total menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi
(Notoadmojo, 2005). Item pernyataan dinyatakan valid jika r = 0,3. Teknik korelasi
yang digunakan adalah teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan
komputer atau secara manual dengan menggunakan rumus korelasi product moment
Keterangan:
r = Koefisien validitas
y = skor total
n = Jumlah responden
perlu dilihat pada tabel nilai product moment . Apabila nilai r hitung lebih besar r
Sebaliknya untuk pernyataan yang tidak memenuhi taraf significant maka harus
Uji reliabilitas dilakukan pada kuesioner kepuasan kerja, hasil penelitian yang
reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2005).
Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Uji reliabilitas kepuasan
= k [ 1 - 2s2j ]
k-1 sx
Keterangan:
k = Banyaknya belahan
36
Instrumen dianggap reliabel jika nilai cronbach Alphanya 0,6 (Nugroho, 2005).
bukan merupakan sampel penelitian, yaitu ruang rawat inap melati, ruang rawat inap
cempaka, dan ruang rawat inap anggrek. Kuesioner kepuasan kerja perawat
2017.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa kuesiner kepuasan kerja perawat dari 27
item terdapat 14 item yang valid dengan nilai alpha 0,752 dan nilai hasil korelasi
persepsi pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan dari 26 item terdapat 19 item
yang valid dengan nilai alpha 0,852 dan nilai hasil korelasi untuk uji validitas
keperawatan dilakukan uji pemahaman, yaitu tiap item yang tidak valid direvisi ulang
dan dikonsultasikan kepada ahli dan dilakukan diskusi kelompok. Setelah dilakukan
diskusi kelompok, maka seluruh item kuesioner digunakan untuk pengambilan data.
37
Jumlah 33 20 53
Dari hasil diskusi dengan perawat tentang aspek pekerjaan didapatkan hasil
sebagai berikut :
"ya sibuk mba, apalagi kalo pasiennya banyak ya cape, tapi karena sudah
menjadi tugas saya ya tetep dilakukan. Kalo saya si puas mba, soalnya saya senang
bisa membantu pasien."
( Perawat 1 )
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien . hal ini, sesuai dengan hasil
berikut :
Hasil diskusi terkait aspek gaji dapat dilihat dari ptikan hasil diskusi sebagai
berikut :
"Gaji ya nggak pas-pasan lah mas, Cuma kurang aja kalo bisa ya dinaikkin.
Tapi kalo kompensasi tentang insentif ya memang kurang."
( Perawat 8 )
Hasil petikan diskusi tentang aspek promosi dengan responden adalah sebagai
berikut :
"Kalo promosi untuk perawat saya rasa kurang si mas, jarang ada promosi
untuk perawat."
( Perawat 4 )
berikut :
Dalam tahap ini dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu
mendapatkan ijin penelitian dari Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Hamzar Lombok
Timur, Bappeda Kabupaten Lombok Timur, Puskesmas Aikmel,
Lembar kuesioner dibagikan kepada responden yang telah memenuhi kriteria yang
Setelah kuesioner diisi seluruhnya, maka peneliti akan meminta kuesioner itu
kembali dan meneliti kelengkapan data responden. Jika ditemukan data yang tidak
I. Analisis Data
responden, kepuasan kerja perawat dan mutu pelayanan keperawatan akan disajikan
persentase.
Untuk kuesioner MSQ yang dimodifikasi oleh peneliti, masing- masing skor
responden dari tiap item pernyataan atau pertanyaan dijumlahkan dan dicocokkan
dengan standar lalu dikelompokkan dalam kategori tingkat kepuasan kerja. Tingkat
kepuasan kerja yang dipakai yaitu sangat puas bila mean 80-100%, puas bila mean
65-79%, tidak puas bila mean 45-64% dan sangat tidak puas bila meannya < 45%.
Analis data dari hasil kuesioner ditabulasikan, kemudian menghitung nilai dengan
cara memberi bobot setiap aspek yang diteliti dengan menggunakan rumus yang telah
ditentukan :
Jumlah jawaban ya
Persentase = x 100%
Total
Persentase = x 100%
(1997), maka dikatakan sangat rendah bila nilainya 0-19,99, rendah bila nilainya 20-
39,99, sedang bila nilainya 40-59,99, baik bila nilanya 60-79,99 dan sangat baik bila
nilainya 80-100.
masing skor responden dari tiap item pernyataan atau pertanyaan dijumlahkan dan
pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan yang dipakai yaitu sangat baik bila
mean 80-100%, baik bila mean 65-79%, buruk bila mean 45-64% dan sangat buruk
dikemukan oleh Spearman. Dalam korelasi tata jenjang, jenis data yang dikorelasikan
42
adalah data ordinal, sumber data untuk kedua variabel dapat berasal dari sumber yang
tidak sama dan data tersebut tidak harus membentuk distribusi normal (Sugiyono,
2006).Taraf signifikansi yang ditetapkan peneliti adalah 5%. Adapun rumus korelasi
1 - 6 ? D2
? =
N ( N2 - 1 )
Keterangan:
N = banyaknya subjek
koefisien korelasi dari Sugiyono (2006) sebagai berikut: 0,000 - 0,199 berarti
memiliki korelasi sangat lemah, skor 0,200 -0,399 berarti korelasi lemah, skor 0,400 -
0,599 berarti korelasi sedang, skor 0,600 - 0,799 berarti korelasi kuat, dan skor 0,800
sebagai berikut:
Zh = ?
1
n-1
J. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap ini dilaksanakan dari bulan Juli hingga Desember 2017. Pada tahap ini,
kepada kedua pembimbing. Proposal yang telah disetujui diseminarkan pada ujian
perijinan untuk uji coba instrumen dan pengambilan data. Pengajuan ijin penelitian
dilakuka mulai dari Dekan Fakultas, Rektor Universitas, Bappeda Kabupaten dan
Puskesmas Aikmel.
2. Tahap Pelaksanaan
oleh observer yang ditunjuk oleh pihak Puskesmas Aikmel dan dilakukan
selama 1 bulan.
Setelah data diolah dan dianalisis, data disajikan dalam bentuk tabel kemudian
hasil penelitian.
3. Tahap akhir
J. Kelemahan Penelitian
1. Instrumen yang digunakan dilakukan uji pemahaman dan tidak dilakuakn uji
yang sama, sehingga memerlukan sampel yang besar, sedangkan sampel yang
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Distribusi Perawat
Jumlah responden seluruhnya 109 orang, terdiri atas 49 orang perawat ruang
rawat inap dan 60 orang pasien rawat inap di RSUD Kebumen. Karakteristik perawat
terdiri dari umur, lama kerja, jenis kelamin, dasar pendidikan, dan status karyawan.
Tabel 3. Menunjukkan umur responden sebagian besar antara 25-30 tahun yaitu
sebanyak 5,1%. Responden sebagian besar mempunyai lama kerja 1-5 tahun yaitu
sebanyak 42,8%. Jenis kelamin responden sebagian besar wanita sebanyak 71,4%.
Pendidian terahir responden sebagian besar Akper yaitu sebesar 75,5%, status
Berdasarkan tabel 4 tingkat kepuasan kerja dalam kategori puas ditemukan pada
paling banyak pada perawat yang berusia 25-30 tahun yaitu sebanyak 12 orang
(24,5%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji Chi Square didapatkan p =
0,974 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan tabel 5 tingkat kepuasan kerja dalam kategori puas paling banyak
ditemukan pada perawat dengan lama kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 12 orang
(24,5%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji Chi Square didapatkan p =
47
0,861 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
Berdasarkan tabel 6. tingkat kepuasan kerja dalam kategori puas sebagian besar
ditemukan pada perawat yang berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 19 orang
(38,8%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji Chi Square didapatkan p =
0,760 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
37 orang (75,5%). Tingkat kepuasan kerja dalam kategori puas sebagian besar
ditemukan pada perawat yang berpendidikan Akper yaitu sebanyak 19 orang (38,8%).
Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji Chi Square didapatkan p = 0,801 (p <
0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara dasar
Berdasarkan tabel 8 tingkat kepuasan kerja dalam kategori puas sebagian besar
ditemukan pada perawat yang mempunyai status karyawan sebagai PNS/Capeg PNS
yaitu sebanyak 14 orang (28,6%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji
49
Chi Square didapatkan p = 0,542 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada
terhadap pekerjaan paling banyak dalam kategori puas yaitu 28 orang (57,14%) dan
paling sedikit mempersepsikan dalam kategori sangat tidak puas yaitu 0%. Kepuasan
terhadap rekan kerja dipersepsikan dalam kategori puas oleh paling banyak responden
yaitu 26 orang (53,06%) dan tidak ada responden yang mempersepsikan dalam
kategori sangat tidak puas. Kepuasan terhadap supervisi dipersepsikan dalam kategori
puas oleh paling banyak responden yaitu 31 orang (63,26%) dan tidak ada responden
kategoei tidak puas oleh paling banyak responden yaitu 31 orang (63,26%) dan tidak
promosi dipersepsikan dalam kategori tidak puas oleh paling banyak responden yaitu
23 orang (46,93%) dan paling sedikit mempersepsikan dalam kategori sangat puas
Tabel 11. Distribusi Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Ruang Rawat Inap
Puskesmas Aikmel Bulan September 2017
Berdasarkan tabel 11. distribusi tingkat kepuasan kerja di ruang rawat inap peristi
adalah dalam kategori puas sedangkan ruang rawat inap teratai dan dahlia termasuk
a. Distribusi pasien
Jumlah responden seluruhnya 109 orang, terdiri atas 49 orang perawat ruang
rawat inap dan 60 orang pasien rawat inap di Puskesmas Aikmel Karakteristik pasien
terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama dirawat.
Tabel 13 menunjukkan umur responden sebagian besar antara 26-36 tahun yaitu
sebanyak 63,3%. Pendidikan terakhir responden sebagian besar SLTA yaitu sebesar
dalam kategori baik sebagian besar ditemukan pada pasien yang berusia 26-36 tahun
yaitu sebanyak 21 orang (35%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji Chi
Square didapatkan p = 0,508 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan
dalam kategori baik sebagian besar ditemukan pada pasien yang berjenis kelamin
dengan uji Chi Square didapatkan p = 0,214 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan persepsi terhadap mutu
pelayanan
dalam kategori baik sebagian besar ditemukan pada pasien yang mempunyai
hubungan dengan uji Chi Square didapatkan p = 0,120 (p < 0,05). Dapat diartikan
bahwa tidak ada hub ungan yang bermakna antara pendidikan dengan persepsi
dalam kategori baik sebagian besar ditemukan pada pasien mempunyai pekerjaan
SWASTA dan lain- lain (buruh dan tani) yaitu sebanyak 22 orang (36,7%) dan 20
54
orang (33,3%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan uji Chi Square
didapatkan p = 0,120 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang
dalam kategori baik sebagian besar ditemukan pada pasien yang dirawat selama 3-7
hari yaitu sebanyak 40 orang (66,7%). Setelah dilakukan analisis hubungan dengan
uji Chi Square didapatkan p = 0,000 (p < 0,05). Dapat diartikan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara lama dirawat dengan persepsi terhadap mutu pelayanan
55
Persepsi pasien terhadap dimensi tangible paling banyak dalam kategori baik yaitu 44
orang (73,33%) dan paling sedikit mempersepsikan dalam kategori sangat buruk
yaitu 0%. Persepsi pasien terhadap dimensi reliability dipersepsikan dalam kategori
baik oleh paling banyak responden yaitu 40 orang (66,67%) dan tidak ada responden
yang mempersepsikan dalam kategori sangat buruk. Persepsi pasien terhadap dimensi
responsiness dipersepsikan dalam kategori puas oleh paling banyak responden yaitu
38 orang (63,33%) dan paling sedikit mempersepsikan dalam kategori sangat buruk
dipersepsikan dalam kategori baik oleh paling banyak responden yaitu 41 orang
(68,33%) dan tidak responden yang mempersepsikan dalam kategori sangat buruk.
56
Persepsi pasien terhadap dimensi emphaty dipersepsikan dalam kategori buruk oleh
paling banyak responden yaitu 24 orang (40%) dan tidak responden yang
rawat inap (teratai, peristi, dan dahlia) dinilai dengan kuesioner persepsi pasien
dilihat dari persepsi pasien terhadap mutu pela yanan keperawatan dan instrumen
57
SAK (instrumen B dan C) didapat ? = 0,4375. Pada uji tersebut mempunyai nilai
positif , ha l ini berarti bahwa semakin tinggi kepuasan kerja perawat maka mutu
pelayanan keperawatannya semakin baik. Nilai signifikansi Z hitung < Z tabel (0,5-
0,5.0.05) yaitu 0,4375 < 1,96 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa Ho diterima
atau tidak ada hubungan yang bermakna antara kepuasan kerja perawat dengan mutu
pelayanan keperawatan.
B. Pembahasan
responden (53,06%) mempunyai kategori puas dalam tingkat kepuasan kerja dan
pekerjaan, rekan kerja, supervis i, upah dan promosi bervariasi. Pekerjaan, rekan
kerja, dan supervisi dipersepsikan dalam kategori puas oleh perawat yaitu 57,14%,
53,06%, dan 63,26%, sedangkan untuk upah dan promosi dipersepsikan dalam
kategosri tidak puas oleh 63,26% dan 46,93% (tabel 7). Muchlas (1999) menjelaskan
menganggap hal itu penting, individu yang lain menganggap tidak penting. Teori dua
faktor dari As'ad (2004) juga dapat menjelaskan hal ini. Faktor motivator seperti
promosi masih dipersepsikan tidak puas meskipun pekerjaan dan rekan kerja
dipersepsikan dalam kategori puas. Faktor motivator yang belum terpenuhi belum
dapat membuat kepuasan kerja terhadap perawat. Unsur faktor hygiene berdasarkan
58
dalam kategori puas oleh 63,26% perawat dan sub variabel upah dipersepsikan dalam
kategori tidak puas oleh 63,26% perawat. Perbaikan faktor hygiene akan membuat
faktor motivator
kategori puas yaitu 28 orang (57,14%). Hal tersebut didukung oleh penelitian
Kusdijanto (2000), yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja dengan nilai p = 0,000. Pekerjaan yang
hal tersebut dapat direalisasikan. Jika perawat menghadapi tantangan pekerjaan yang
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan sebagian besar perawat yang
"ya sibuk mba, apalagi kalo pasiennya banyak ya cape, tapi karena sudah
menjadi tugas saya ya tetep dilakukan. Kalo saya si puas mba, soalnya saya senang
bisa membantu pasien."
( Perawat 1 )
59
Kepuasan terhadap rekan kerja dipersepsikan dalam kategori puas oleh paling
menunnjukkan hubungan yang signifikan antara rekan kerja dengan kepuasan kerja
dengan nilai p = 0,0497. Adanya hubungan yang baik dengan rekan kerja akan
menciptakan suasana kerja kerja yang kondusif sehingga perawat merasa nyaman
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Hal in sesuai dengan hasil
hubungan yang signifikan antara supervisi dan kepuasan kerja perawat. Apabila
penyelia memberikan umpan balik tentang hasil supervisi yang dilakukan, maka
perawat mempunyai pedoman dan motivasi yang lebih baik dalam melaksanakan
Kepuasan terhadap upah dipersepsikan dalam kategori tidak puas oleh paling
tidak ada hubungan yang signifikan antara upah dan kepuasan kerja . Hal ini berbeda
dengan penelitian Putri (1999) itu menjelaskan bahwa upah merupakan faktor yang