Anda di halaman 1dari 168

PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS

SE-KOTA KENDARI TAHUN 2016

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat


Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

DESI ARWANTI
J1A1 12 019

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbilaalamiin, Subhanallahi

wabihamdih wasubhanallahiladzim, tiada kata yang paling pantas diucapkan

selain beribu rasa syukur yang memenuhi seluruh jiwa penulis yang lemah tanpa

daya atas segala nikmat dan kehendak-Nya. Jika bukan karena rahmat, kehendak,

hidayah dan karunia-Nya, maka tentulah tugas akhir ini tidak akan terselesaikan

dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda kekasih

Allah, Rasulullah Muhammad SAW sebagai pendidik terbaik sepanjang

peradaban manusia.

Skripsi ini berjudul Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Di Puskesmas

se-Kota Kendari Tahun 2016 yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan proposal hingga

penyelesaian skripsi ini, penulis senantiasa mendapat bantuan, bimbingan,

pengarahan, petunjuk dan doa dari berbagai pihak yang memungkinkan skripsi ini

dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya, penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya kepada

Bapak Dr.Yusuf Sabilu, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Ainurafiq,SKM.,

M.Kes selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini .

v
Dari lubuk hati terdalam penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak

terhingga, cinta, kasih dan sayang yang terdalam kepada kedua orang tua penulis,

Ayahanda yang tersayang Ansari dan Ibunda yang tercinta Warniti, S.Pd yang

dengan sabar, ikhlas dan penuh pengorbanan serta tanpa rasa lelah merawat dan

membesarkan penulis hingga sekarang, yang selalu memberikan restu, dukungan

serta harapan, cinta dan kasih sayangnya, yang selalu memanjatkan doa kepada

sang pencipta agar perjalanan studi putra-putrinya serta masa depan berjalan

dengan lancar dan sukses. Ketahuilah, anakmu ini sungguh mencintai dan

menyayangi ayah dan ibu lebih dari apapun di dunia ini. Selain itu, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada saudara dan saudariku terkasih Mujahdin, ST.,

Makhlukddin, ST., Wafiq Asizah dan Alipya Aziziy yang dengan penuh

keikhlasan selalu memberikan doa, dukungan, nasehat, semangat dan motivasi

kepada penulis. Semoga penulis menjadi salah satu alasan kalian tersenyum dan

bahagia dan tetap menjadi kebanggan keluarga.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo Kendari.

3. Para Pembantu Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo

Kendari.

4. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo Kendari.

vi
5. Ibu Hariati Lestari, SKM., M.Kes, Bapak Sahrudin, SKM., M.Kes, dan Ibu

Karma Ibrahim, SKM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan banyak

pengetahuan serta memberikan motivasi kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo yang telah mendidik dan

membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepala Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi tenggara yang telah

memberikan izin penelitian kepada penulis.

8. Ibu dr. Hj. Maryam Rufiah MR., M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Kendari dan ibu Erny, SKM., M.Kes selaku kepala seksi P2PL Dinkes Kota

Kendari yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk pengambilan data

sekunder terkait penelitian dan ibu Sitti Israwati Aga, SKM selaku

Koordinator Surveilans Dinas Kesehatan Kota dan seluruh petugas Surveilans

Puskesmas se-Kota Kendari atas waktu yang diluangkan dan telah banyak

memberikan bantuan dan arahan.

9. Sahabat-sahabatku Diah Windari, S.KM, Destri Muliastri, Asmaul Husna,

Nursasmita Ningsih, Kartini, S.KM, Fiola Finandakasih, S.KM, Tiara

Hastuti, S.KM, Nur Tri Fitriani Ahmad Putri, S.KM, Ratih Dewi Anggraeni,

S.KM., Putri Puspita Dewi, S.KM, Ismawati, S.KM, Dina Wunari Wa Ode,

S.KM, Dita Anugrah Pratiwi, S.KM, Ardillah Fauziah, S.KM. Terima kasih

atas canda tawa selama ini, dan terima kasih telah menjadi sahabatku dari

awal kita bertemu di semester 1 sampai sekarang.

vii
10. Teman-teman peminatan epidemiologi 2012 yang penulis tidak bisa sebutkan

namanya satu per satu. Terima kasih banyak atas segala bentuk dukungan

moril dan materil serta doa dan semangatnya. Tetap semangat meraih

kesuksesan.

11. Seluruh senior dan adik-adik junior yang telah memberikan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan studi.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Kendari, April 2016

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv
ABSTRAK xvi
ABSTRACT xvii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 8
E. Ruang Lingkup Penelitian 7
F. Defini dan Istilah, Glosaruim 7
G. Organisasi dan Sistematika 8

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauana Peneliti Sebelum 9
B. Tinjauan Umum Tentang Surveilans Episemiologi 11
C. Tinjauan Umum Tentang Surveilans Puskesmas 24
D. Tinjauan Umum Tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) 30
E. Kerangka Konsep Dan Definisi Konsep 32

III. METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 37
B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti 37
C. Lokasi Penelitian 37
D. Sumber Data 37
E. Teknik Pengumpulata Data 41
F. Teknik Analisis Data 42
G. Pengecekan Validitas Data 43
H. Jadwal Penelitian 44

ix
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 45
B. Hasil Penelitian 61
C. Pembahasan 82

V. PENUTUP
A. Kesimpulan 93
B. Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 98
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


1. Indikator Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 16
2. Hubungan Variabel, Informasi, Informan, dan Metode 39
3. Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan Tahun 47
2014
4. Jumlah Penduduk kota Kendari menurut kecamatan dan 50
Jenis Kelamin Tahun 2014
5. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari 52
6. Jumlah Puskesmas menurut Kecamatan di Kota Kendari 52
Tahun 2014

xi
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


1. Surveilans Terpadu Penyakit (STP) 30
2. Bagan Kerangka Konseptual 34
3. Peta Administrasi Kota Kendari Tahun 2015 46

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Pedoman Wawancara 100
2. Lembar Observasi 104
3. Content Analisis 106
4. Informed consent 140
5. Distribusi informan pada Puskesmas se-Kota Kendari tahun 141
2016
6. Dokumentasi 143
7. Surat izin penelitian dari Badan Riset Daerah Provinsi 151
Sulawesi Tenggara
8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 152

xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan singkatan Arti

( Kurung Pembuka
) Kurung Penutup
0
C Derajat Celsius
% Persen
< Lebih Kecil
> Lebih Besar
Sama dengan Lebih Besar
/ per
Kurang Lebih

A
ARI Acute Respiratory Infections
AC Air Conditioner

B
BPS Badan Pusat Statistik
BAPPEDA Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah

D
Ditjen Direktur Jendral
Dkk Dinas Kesehatan Kota
Depkes Departemen Kesehatan
Dinkes Dinas Kesehatan

K
Kemenkes Kementerian Kesehatan
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KLB Kejadian Luar Biasa

M
MENKES Menteri Kesehatan

xiv
Lambang dan singkatan Arti

MNTE Maternal and Neonatal Tetanus Elimination

P
P2 Pemberantasan Penyakit
P2MPL Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan
Permenkes Peraturan Menteri Kesehata
Polindes Poliklinik Desa
Pustu Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
PWS Pemantauan Wilayah Setempat

R
RI Republik Indonesia
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

S
Sultra Sulawesi Tenggara
SKD Sistem Kewaspadaan Dini
STP Surveilans Terpadu Penyakit
SP2TP Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Penyakit

T
TCG Tim Gerak Cepat

U
UPT Unit Pelayanan Terpadu

W
WHO World Health Organization
W2 Laporan Mingguan

xv
PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS
SE-KOTA KENDARI TAHUN 2016

Oleh :

Desi Arwanti
J1A1 12 019

ABSTRAK

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan. Pelaksanaan surveilans epidemiologi merupakan
salah satu upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular maupun penyakit
tidak menular, mengurangi kesakitan, mencegah kematian, penyembuhan
penderita dan mencegah terjadinya peningkatan penyakit. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit dan
permasalahannya di Puskesmas se-Kota Kendari tahun 2016 dilihat dari
pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi data serta diseminasi
informasi. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan
dalam penelitian ini adalah seluruh petugas surveilans Puskesmas tahun 2016 di
Kendari dan koordinator surveilans Dinas Kesehatan Kota Kendari. Hasil
penelitian menunjukan pelaksanaan surveilans meliputi pengumpulan data yang
dilakukan hanya mencakup data kesakitan berupa laporan penyakit dan
pemakaian obat dari Poli Umum, Pustu dan laporan masyarakat setempat.
Pengolahan data surveilans dilakaukan secara manual dan hanya memanfaatkan
komputer disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan teks laporan belum sampai
pada penyajian pemetaan data dengan pemanfaatan progam Geographycal
Information System (GIS). Analisis dan interpretasi data dilakukan berdasarkan
variabel epidemiologi (orang, waktu dan tempat) yang dilakukan secara manual.
Penyebarluasan data belum efektif karena pelaksanaannya belum sepenuhnya
memanfaatkan teknologi yang ada dan tidak rutin dilakukan setiap bulan. Namun,
ketersedian tenaga kerja, pelatihan dalam mendukung keterampilan petugas
surveilans, serta sarana dan prasana yang terdapat di setiap Puskesmas belum
berjalan efektif sehingga menghambat pelaksanaan surveilans.

Kata kunci : Surveilans, Penyakit Menular dan Tidak Menular, Puskesmas.

xvi
IMPLEMENTATION OF EPIDEMIOLOGICAL SURVEILLANCE THROUGHOUT
LOCAL GOVERNMENT CLINIC OF KENDARI CITY IN 2016

By :

Desi Arwanti
J1A1 12 019

ABSTRACT

PHC is a technical implementation unit of the City Health Office that responsible for organizing
the health development in one or a part of the district area. Epidemiological surveillance
implementation is one of effort to overcome the problem of communicable diseases and non-
communicable diseases, reducing the pain, death preventing, healing the patients and preventing
of disease progression. The purpose of this study was to describe the implementation of the
Epidemiological Surveillance of diseases and its problems Throughout Local Government Clinic
of Kendari City In 2016 views of data collecting, data processing, data analysis and
interpretation and dissemination of information. The type of this study was qualitative study with
case study approach. Informants in this study were all of surveillance officer of Local
Government Clinic in 2016 in Kendari and surveillance coordinator of Kendari City Health
Office. The results showed the surveillance implementation includes data collected cover only
morbidity data in the form of reports of illness and drug use from the General Clinic, sub local
government clinic, and local communities report. Surveillance data processing manually and
only use the computer that presented in form of tables, charts, and text of the report is not yet at
the presentation of the data mapping with utilization the program of Geographic Information
System (GIS). Data Analysis and interpretation conducted manually based on epidemiological
variables (people, time and place). Dissemination of data was not effective yet because its
implementation is not fully utilizing the existing technology and was not routinely performed
every month. However, the availability of officer, training in support of surveillance officers
skill, and facilities and infrastructures in every local government clinic was not effective yet thus
hampering surveillance implementation.

Keywords: Surveillance, Communicable and Non-Communicable Diseases, Local Government


Clinic.

xvii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI

No.1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans

Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses

pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan

terus menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang

membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau

kebijakan (Mahfudhoh, 2015).

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator,

yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka

kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga banyak program-program

kesehatan yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan,

seperti program Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan

program Pemberantasan Penyakit Menular (Depkes RI, 2010).

Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak

menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,

sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar

daerah, misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara.

Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah

diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit

1
2

saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Beberapa penyakit tidak menular

yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung

koroner, hipertensi, kanker, diabetes mellitus, kecelakaan dan sebagainya

(Kemenkes, 2003).

Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular,

penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta

penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans

penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah

kerja Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar

program dan sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi,

Nasional dan internasional.

Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu

(SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas

(SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami

beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga

dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa,

penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit

saluran pernapasan dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu

dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang

Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan

Upaya Penanggulangan, Keputusan Menteri Kesehatan

N0.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem


3

Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indinesia Nomo 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans

Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya

pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular (Kemnkes,

2003).

Surveilans merupakan batu loncatan dalam kegiatan kesehatan

masyarakat. Karena dengan surveilans kita akan mendapatkan data yang

akurat tentang kejadian kesehatan di masyarakat (Heryana, 2015).

Surveilans kesehatan masyarakat digunakan untuk mengetahui status

kesehatan masyarakat, memantau perkembangan kesehatan masyarakat,

menentukan prioritas kesehatan, mengevaluasi program kesehatan dan

mengembangkan penelitian kesehatan (Mahfudhoh, 2015).

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan

terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi

yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau

masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan

penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,

pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara

program kesehatan (Imari, 2011).

Surveilans epidemiologi dalam penyelenggaraannya memiliki banyak

indikator kerja, sehingga membutuhkan banyak kegiatan perekaman,

pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang diperoleh dari berbagai unit

sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan data


4

akan memberikan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan kinerja

surveilans. Oleh karena itu, diperlukan penyelengaraan sistem surveilans yang

sesedikit mungkin indikator kerja serta sesederhana mungkin, tetapi tetap

dapat mengukur kualitas penyelengaraan surveilans dalam memberikan

informasi. Indikator yang paling sering digunakan adalah kelengkapan

laporan, ketepatan waktu laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi

informasi, dan terbitnya buletin epidemiologi (Weraman, 2010).

Surveilans Nasional saat ini fungsinya belum dapat memuaskan

program serta sektor terkait yang dapat melakukan tindakan pencegahan dan

pemberantasan. Hal tersebut dikarenakan, semakin gemparnya otonomi daerah

di kabupaten. Dengan adanya otonomi daerah tersebut di kabupaten biasanya

provinsi pun untuk meminta data surveilans kadang-kadang mengalami

kesulitan padahal surveilans ini tidak mengenal batas wilayah sehingga sistem

pengumpulan data mengendor. Di beberapa kabupaten harus memerlukan ijin

ke BAPPEDA atau badan administratif untuk mendapatkan data KLB susah

padahal idealnya suatu data surveilans bisa langsung diakses kapan saja. Hal

ini dikarenakan, adanya semacam hirarki yang akan mempertaruhkan prestisi

kepala daerah. Oleh karena itu, diperlukan suatu surveilans epidemiologi yang

mampu memberikan dukungan upaya program dalam lingkup Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) yang merupakan sarana pelayanan kesehatan yang

mempunyai tugas pelayanan, pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan

secara paripurna bekerja sama dengan Kabupaten/Kota melalui Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan surveilans dengan baik,


5

teratur, sistematis dan berkesinambungan sehingga pencegahan dan

penanggulangan penyakit dapat berjalan secara.

Studi pendahuluan awal yang telah dilakukan terdapat permasalahan

sistem informasi di Puskesmas Kota Kendari yaitu kelengkapan laporan

informasi yang dihasilkan dalam surveilans penyakit yang sekarang ini belum

sepenuhnya dapat dipercaya, pengiriman ketepatan waktu laporan data

surveilans yang dilakukan tiap Puskesmas Kota Kendari belum maksimal, dan

kurangnya penyebaran informasi serta penertiban buletin epidemiologi dalam

penyelenggaran surveilans epidemiologi. Jadi, secara umum pelaksanaan

surveilans di Puskesmas Kota Kendari belum berjalan dengan optimal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik mengambil judul

Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit Di Puskesmas se-Kota

Kendari Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan surveilans epidemiologi

di Puskesmas se-Kota Kendari Tahun 2016 ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui secara mendalam gambaran Pelaksanaan surveilans

epidemiologi di Puskesmas se-Kota Kendari Tahun 2016.


6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui secara mendalam pelaksanaan surveilans epidemiologi di

Puskesmas se-Kota Kendari tahun 2016 berdasarkan proses

pengumpulan data.

b. Mengetahui secara mendalam pelaksanaan surveilans epidemiologi di

Puskesmas se-Kota Kendari tahun 2016 berdasarkan proses

pengolahan data.

c. Mengetahui secara mendalam pelaksanaan surveilans epidemiologi di

Puskesmas se-Kota Kendari tahun 2016 berdasarkan proses analisis

data dan interpretasi data.

d. Mengetahui secara mendalam perbedaan pelaksanaan surveilans

epidemiologi di Puskesmas se-Kota Kendari tahun 2016 berdasarkan

penyebarluasan informasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi dunia

kesehatan dalam menentukan kebijakan melalui kegiatan syrveilans

khususnya dalam upaya perencanaan dan pengambilan keputusan program

pencegahan penyakit di Puskesmas Kota Kendari.

2. Manfaat bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk

pengambilan kebijakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan


7

program pencegahan masalah penyakit menular dan tidak menular melalui

kegiatan surveilans epidemiologi.

3. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan mengenai sistem surveilans epidemiologi kesehatan dan

sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan

penelitian ini.

E. Ruang lingkup / Batasan penelitian

1. Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Kendari dan

Puskesmas Se-Kota Kendari dan sampel penelitian pada Koordinator

Surveilans Dinas Kesehatan Kota Kendari dan Koordinator Surveilans Se-

Kota Kendari.

2. Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan yaitu pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data, dan diseminasi informasi.

F. Definisi dan Istilah, Glosarium

1. STP adalah singkatan dari Surveilans Terpadu Penyakit merupakan

pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular dan surveilans

epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan

surveilans epidemiologi rutin terpadu beberapa penyakit yang bersumber

data Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah

penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian,

permasalahan, dan atau faktor risiko kesehatan.


8

2. SP2TP adalah singkatan dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas merupakan tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap

untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan

kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.

G. Organisasi / sistematika

Proposal penelitian ini berjudul Pelaksanaan surveilans epidemiologi

di Puskesmas Se-Kota Kendari Tahun 2016, yang dibimbing oleh

Pembimbing I Dr. Yusuf Sabilu, M.Si dan Pembimbing II Ainurafiq, SKM.,

M.kes serta tim penguji oleh Hariati Lestari, SKM., M.Kes, Sahrudin, SKM.,

M.Kes dan Karma Ibrahim, SKM., M.Kes.


9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Vindarianti latif (2011) meneliti mengenai Pelaksanaan Surveilans

Epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) di Puskesmas Waetuno

Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi Tahun 2010. Jenis penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif bersifat studi kasus. Subjek penelitian

adalah Koordinator P2M Puskesmas Waetuno, Kepala Puskesmas Waetuno,

Petugas Poli Umum, dan staf P2M Puskesmas. Hasil dari penelitian ini bahwa

pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas Waetuno Kecematan

Wangi-Wangi belum berjalan dengan optimal dikarenakan kurang berperan

aktifnya petugas Pukesmas.

Nur kalsum (2011) meneliti mengenai Pelaksanaan Surveilans

Epidemiologi Tuberkulosis (TB) di Wilayah Kerja Puskesmas

Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe Tahun 2010. Jenis penelitian adalah

kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan teknik pengumpulan data

menggunakan wawancara mendalam, pengamatan observasi, dan pengamatan

dokumen. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan surveilans epidemiologi

yang meliputi pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu secara aktif

dan pasif, pengolahan data menggunakan komputer, analisis data yang belum

maksimal dikarenakan keterampilan dan pengetahuan petugas yang masih

kurang, penyebarluasan informasi yang belum efektif dikarenakan hanya

menggunakan dua media yaitu pelaporan rutin dan minlok, proses umpan

balik belum tepat sasaran yaitu hanya berupa undangan, investigasi penyakit

9
10

yang dilakukan oleh petugas P2TB, tindakan penanggulangan hanya

dilakukan ketika terjadi KLB berupa pemberian obat dan evaluasi kegiatan

yang dilakukan setiap akhir tahun.

Etty Sugiasih (2012) meneliti Mengenai Gambaran Pelaksanaan

Surveilans Campak Di Puskesmas Cepu Dan Tunjungan Kabupaten Blora

Tahun 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif

dan informan dalam penelitian ini adalah petugas pelaksana surveilans dan

petugas surveilans dinas kesehatan. Instrument yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pedoman wawancara, kemudian dianalisis dengan

metode content analysis. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan

pada kegiatan surveilans yang meliputi: pengumpulan data, pengolahan dan

penyajian data, analisis dan, interpretasi data,penyebarluasan informasi dan

umpan balik. Sedangkan kegiatan evaluasi dari kedua puskesmas sama.

Andi Nur Janna (2012) meneliti Mengenai Gambaran Pelaksanaan

Surveilans Epidemiologi Malaria Di Kabupaten Mamuju Utara. Jenis

penelitianya itu observasional deskriptif dan sampel berjumlah 14 orang

(exhaustive sampling). Hasil penelitian menunjukkan komponen input yaitu

pengetahuan petugas sudah cukup baik (79%), 64,3% berpendidikan D3,

92,9% memiliki tugas rangkap, dan 85,7% memiliki lama kerja <5 tahun serta

64,3% belum mengikuti pelatihan surveilans. Dana berasaldari BOK dan

belum maksimalnya ketersediaan sarana penunjang yang dimiliki oleh petugas

surveilans malaria.Tahapan proses pelaksanaan surveilans malaria meliputi

pengumpulan data belum lengkap, pengolahan, analisa data dan interpretasi


11

telah dilakukan oleh semua petugas surveilans sesuai dengan buku pedoman,

57,1% petugas surveilans malaria belum mendapatkan umpan balik berupa

buletin epidemiologi. Komponen outputya itu ketepatan dan kelengkapan

laporan masih ada puskesmas yang memiliki ketepatan dan kelengkapan

laporan dibawah standard Depkes RI (80%). Diharapkan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten untuk memberikan pelatihan dan umpan balik berupa

buletin epidemiologi malaria secara menyeluruh kepada semua petugas

surveilans malaria di tingkat puskesmas.

B. Tinjauan Umum Surveilans Epidemiologi

1. Pengertian

WHO mendefinisikan surveilens adalah pengukuran sistematis

kesehatan dan lingkungan parameter, rekaman, dan transmisi

data/perbandingan dan interpretasi data untuk mendeteksi kemungkinan

perubahan dalam status kesehatan dan lingkungan penduduk (Hikmawati,

2011).

Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan,

pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistematik dan terus

menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk

dapat mengambil tindakan.

Mencermati pemahaman seperti tersebut diatas, Kementerian

Kesehatan (Indonesia) menekankan pentingnya surveilans sebagai suatu

kegiatan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi

epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan


12

pengolahan data. Surveilans epidemiologi didefinisikan sebagai kegiatan

analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau

masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya

peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan

tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif

dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran

informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan (Imari,

2011).

Surveilans Kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan pengamatan

yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang

kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi

terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan

untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan

tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien (Permenkes, 2014).

2. Tujuan Surveilans Epidemiologi

a. Tujuan umum

Memperoleh informasi epidemiologi penyakit tertentu dan

mendistribusikan informasi tersebut kepada pihak terkait, pusat kajian,

dan pusat penelitian serta unit surveilans yang lain untuk bisa

ditindaklanjuti.

b. Tujuan khusus

1. Mengumpulkan data kesakitan, data laboratorium dan Kejadian

Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan di puskesmas, rumah


13

sakit, dan laboratorium sebagai sumber data Surveilans Terpadu

Penyakit (STP).

2. Mendistribusikan data kesakitan, data laboratorium, serta KLB

penyakit dan keracunan tersebut kepada unit surveilans Dinas

kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi, dan Ditjen P2MPL.

3. Melaksanakan pengolahan dan penyajian data penyakit dalam

bentuk tabel, grafik, peta, dan analisis epidemiologi lebih lanjut

pada surveilans Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Propinsi, dan

Ditjen P2MPL.

4. Mendistribusikan hasil pengolahan dan penyajian data penyakit

beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi

program terkait di puskesmas, rumah sakit, laboratorium,

kabupaten/Kota, propinsi, nasional, pusat penelitian, pusat kajian,

perguruan tinggi, dan sektor terkait lainnya. (Weraman, 2010)

3. Ruang Lingkup Penyelengaraan Surveilans Epidemiologi

Masalah kesehatan disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu

secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan

oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan

komprehensif dengan kerjasama yang antar sektor dan antar program

sehingga ruang lingkup surveilans epidemiologi meliputi: (Buton, 2008).

a. Surveilans epidemiologi penyakit menular

Analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan

faktor risiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular. Menurut


14

Permenkes (2014) Surveilans penyakit menular yang dilakukan

meliputi :

1) Surveilans penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (AFP,

Campak, Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus)

2) Surveilans penyakit demam berdarah

3) Surveilans penyakit filariasis

4) Surveilans penyakit tuberculosis

5) Surveilans penyakit diare

6) Surveilans penyakit tifoid

7) Surveilans penyakit kecacingan dan penyakit perut lainnya

8) Surveilans penyakit kusta

9) Surveilans penyakit frambusia

10) Surveilans penyakit HIV/AIDS

11) Surveilans penyakit Hepatitis

12) Surveilans penyakit menular seksual

13) Surveilans penyakit pneumonia, termasuk penyakit infeksi saluran

pernapasan akut berat (severe acute respiratory infection)

b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

tidak menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya

pemberantasan penyakit tidak menular. Menurut Permenkes (2014)

Surveilans tidak penyakit menular yang dilakukan meliputi :


15

1) Surveilans penyakit jantung dan pembuluh darah

2) Surveilans diabetes mellitus dan penyakit metabolic

3) Surveilans penyakit kanker

4) Surveilas kronis dan degeneratif

5) Surveilans gangguan mental

6) Surveilans gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

dan faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program

kesehatan tertentu.

e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra

Merupakan Analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program

kesehatan matra.

4. Indikator Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Kinerja penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Kesehatan diukur dengan indikator masukan, proses dan keluaran. Ketiga

indikator tersebut merupakan satu kesatuan, dimana kelemahan salah satu

indikator tersebut menunjukkan kinerja sistem surveilans yang belum

memadai. Indikator-indikator tersebuat adalah sebagai berikut:


16

Tabel.1. Indikator Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Masukan Tindakan Indikator


Tenaga 1. Pusat Unit utama Departemen Kesehatan
memiliki :
a. 1 tenaga epidemiologi ahli (S3)
b. 8 tenaga epidemiologi ahli (S2)
c. 16 tenaga epidemiologi ahli (S1)
d. 32 tenaga epidemiologi terampil
UPT Departemen Kesehatan
memiliki :
a. 2 tenaga epidemiologi ahli (S2)
b. 4 tenaga epidemiologi ahli (S1)
c. 4 tenaga epidemiologi terampil
d. 1 tenaga dokter umum
2. Propinsi a. 1 tenaga epidemiologi ahli (S2)
b. 2 tenaga epidemiologi ahli (S1)
c. 2 tenaga epidemiologi terampil
d. 1 tenaga dokter umum
3. Kabupaten/Kota a. 1 tenaga epidemiologi ahli (S2)
b. 2 tenaga epidemiologi ahli (S1)
atau terampil
c. 1 tenaga dokter umum
4. Rumah Sakit a. 1 tenaga epidemiologi ahli
b. 1 tenaga epidemiologi terampil
5. Puskesmas 1 tenaga epidemiologi terampil
Sarana 1. Pusat, Propinsi a. 1 paket jaringan elektromedia
b. 1 paket alat komunikasi
(telepon,faksimili, SSB dan
telekomunikasi lainnya)
c. 1 paket kepustakaan
d. 1 paket pedoman pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan
program aplikasi computer
e. 4 paket peralatan pelaksanaan
surveilans epidemiologi
f. 1 roda empat, 1 roda dua
2. Kabupaten/Kota a. 1 paket jaringan elektromedia
b. 1 paket alat komunikasi
(telepon,faksimili, SSB dan
telekomunikasi lainnya)
c. 1 paket kepustakaan
d. 1 paket pedoman pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan
program aplikasi computer
e. 1 paket formulir
17

f. 2 paket peralatan pelaksanaan


surveilans epidemiologi
g. 1 roda empat, 1 roda dua
3. Puskesmas dan a. 1 paket computer
Rumah Sakit b. 1 paket alat komunikasi
(telepon,faksimili, SSB)
c. 1 paket kepustakaan
d. 1 paket pedoman pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan
program aplikasi computer
e. 1 paket formulir
f. 1 paket peralatan pelaksanaan
surveilans epidemiologi
g. 1 roda dua
Proses 1. Pusat a. Kelengkapan laporan unit
Kegiatan pelapor dan sumber data awal
Surveilans sebesar 80% atau lebih
b. Ketepatan laporan unit pelapor
dan sumber data awal sebesar
80% atau lebih
c. Penerbitan buletin kajian
epidemiologi sebesar 12 kali
atau lebih setahun
d. Umpan balik sebesar 80% atau
lebih
2. Propinsi a. Kelengkapan laporan unit
pelapor dan sumber data awal
sebesar 80% atau lebih
b. Ketepatan laporan unit pelapor
dan sumber data awal sebesar
80% atau lebih
c. Penerbitan buletin kajian
epidemiologi sebesar 12 kali
atau lebih setahun
d. Umpan balik sebesar 80% atau
lebih
3. Kabupaten/Kota a. Kelengkapan laporan unit
pelapor sebesar 80% atau lebih
b. Ketepatan laporan unit pelapor
sebesar 80% atau lebih
c. Penerbitan buletin kajian
epidemiologi sebesar 4 kali atau
lebih setahun
d. Umpan balik sebesar 80% atau
lebih
Keluaran 1. Pusat Profil Surveilans Epidemiologi
18

Nasional sebesar 1 kali setahun


Profil Surveilans Epidemiologi
Propinsi sebesar 1 kali setahun
Profil Surveilans Epidemiologi
Kabupaten/Kota sebesar 1 kali
setahun
Sumber: Inspektorat Jenderal Depkes RI, 2003

Selanjutnya Indikator Surveilans Kesehatan dijabarkan dalam

Indikator Kinerja Penyelenggaraan terpadu Penyakit sebagai berikut:

a. Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebesar 90%.

b. Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Kota sebesar 80%.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator Epidemiologi

STP sebesar 80%.

d. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

ke Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%.

e. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke

Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 90%.

f. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen

PPM & PL Depkes sebesar 100%.

g. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen

PPM & PL Depkes sebesar 90%.

h. Distribusi data dan informasi bulanan Kabupaten/Kota, propinsi dan

nasional sebesar 100%.


19

i. Umpan balik laporan bulanan Kabupaten/Kota, propinsi dan nasional

sebesar 100%.

j. Penerbitan buletin Epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali

setahun.

k. Penerbitan buletin Epidemologi di propinsi dan nasional adalah

sebesar 12 kali setahun.

l. Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi

Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah satu kali setahun.

5. Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

Penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan wajib

dilakukan oleh setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan

propinsi, instansi kesehatan Kabupaten/Kota dan lembaga masyarakat dan

swasta baik secara fungsional atau struktural.

Pada pedoman penyelengaraan Surveilans Epidemiologi

Kesehatan, mekanisme kerja surveilans terdiri atas :

a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.

b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data

c. Analisis dan intreprestasi data

d. Studi epidemiologi

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.

g. Umpan balik
20

Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah sebagai

berikut : (Masrochah, 2006).

a. Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan

1) Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan

surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan

dan atau faktor risiko kesehatan.

2) Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan

surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan ,

faktor risiko atau situasi khusus kesehatan

3) Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk

mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi

atau wilayah yang lebih luas.

4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi pada periode tertentu serta populasi atau wilayah

tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi

penyakit, permasalahan dan atau faktor risiko kesehatan.

b. Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data

1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara

mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data

lainnya.
21

2) Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima

data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau

sumber data lainnya.

c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan

1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada

ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau

wabah dan atau bencana

2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu

pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau

wabah dan atau bencana.

d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan

1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis

atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.

2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan

laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

6. Kegiatan Pokok Surveilans

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data

Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan, kematian, dan

faktor risiko.
22

Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain

individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,Unit statistik dan demografi,

dan sebagainya.

Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara,

pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. Dalam

melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan instrumen

sebagai alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans

yang akan dilakukan dan memuat semua variabel data yang

diperlukan.

2) Pengolahan data

Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang,

selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi,

pengkodean, alih bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan

variabel tempat, waktu, dan orang.

Hasil pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut

variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau

berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan

dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan

proporsi).

Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik

suatu penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah

penyajian hasil olahan data dalam bentuk yang informatif, dan


23

menarik. Hal ini akan membantu pengguna data untuk memahami

keadaan yang disajikan.

3) Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode

epidemiologi deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan

informasi yang sesuai dengan tujuan surveilans yang ditetapkan.

Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk

mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah

kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu,

tempat dan orang. Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi

analitik dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang

dapat mempengaruhi peningkatan kejadian kesakitan atau masalah

kesehatan. Untuk mempermudah melakukan analisis dengan metode

epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu statistik.

Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran

masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian,

dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus

didukung dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada.

4) Diseminasi Informasi

Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin,

surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi

ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana

teknologi informasi yang mudah diakses.


24

Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila petugas

surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil

analisis (Permenkes, 2014).

C. Tinjauan Umum Surveilans Epidemiologi Puskesmas

Surveilans Epidemiologi dapat dimulai dari tingkat desa, data berasal

dari Polindes dan Pustu. Polindes dan Pustu memberikan data penderita baik

penyakit menular maupun penyakit tidak menular kepada Puskesmas untuk

dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

1. Penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas

a. Pengorganisasian

Sesuai dengan peran dan fungsinya maka setiap pemegang

program surveilans mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai

berikut:

1) Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap

penderita, kesling, perilaku masyarakat dan peribahan kondisi.

2) Analisis KLB.

3) Penyuluhan kesehatan secara intensif.

4) Pencatatan dan pelaporan (Kemenkes, 2004)

b. Sasaran

Sasaran Surveilans Terpadu Penyakit (STP) meliputi beberapa

penyakit menular dan penyakit tidak menular dengan variabel menurut

sumber data, variabel data dan waktu.


25

1) Sasaran Menurut Data dan Jenis Penyakit Puskesmas

Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu

Penyakit Berbasis Puskesmas meliputi kolera, diare, diare

berdarah, tifus perutklinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC

paru, kusta PB, kusta MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus,

hepatitis klinis, malaria klinis,malaria vivax, malaria falsifarum,

malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia,

sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.

2) Sasaran Menurut Variabel Data

a) Variabel Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan umur, setiap kasus digolongkan pada golongan

umur 0 7 hari, 8 28 hari, > 1 tahun, 1-4 tahun, 5- 9 tahun, 10

- 14 tahun, 15-19 tahun, 20 - 44 tahun, 45 54 tahun, 55 59

tahun, 60 69 tahun,70 tahun lebih dan total menurut jenis

kelamin

b) Variabel Waktu Kunjungan Kasus

Setiap kasus dikelompokkan menurut periode waktu

mingguan dan bulanan.

c) Variabel Total Kunjungan

Setiap laporan disertakan data total kunjungan berobat

setiap jenis penyakit dan total kunjungan berobat atau total

kunjungan pelayanan.
26

d) Variabel Kelengkapan dan Ketepatan Laporan

Setiap laporan disertai data kelengkapan dan ketepatan

waktu laporan sumber data surveilans. Kelengkapan dan

ketepatan laporan surveilans Kabupaten/Kota terdiri dari

kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas,

Rumah Sakit dan Laboratorium.Kelengkapan dan ketepatan

laporan surveilans Propinsi dan Nasional terdiri dari

kelengkapan dan ketepatan laporan unit pelayanan Puskesmas,

Rumah Sakit dan Laboratorium serta Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (Kemenkes, 2003).

Beberapa Indikator Surveilans, sebagaimana indikator

surveilans lainnya antara lain : Kelengkapan laporan, jumlah

dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat

dihasilkan, terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan

nasional, pemanfaatan informasi epidemiologi dalam

manajemen program kesehatan, menurunnya frekuensi kejadian

luar biasa penyakit, dan meningkatnya dalam kajian SKD

penyakit (indonesian-publichealth.com, diakses tanggal 13

Desember 2015).

2. Pelaksanaan Surveilans Terpadu Penyakit Bersumber Puskesmas

a. Data Surveilans Terpadu Penyakit diperoleh dari data harian pelayanan

kesehatan yang disusun dalam sistem perekaman data yang ditetapkan

oleh masing-masing Puskesmas.


27

b. Puskesmas mengirimkan data Surveilans Terpadu Penyakit bulanan

serta data PWS penyakit potensial KLB mingguan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas Sentinel juga mengirimkan

data Surveilans Terpadu Penyakit bulanan tersebut ke Dinas Kesehatan

Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes.

c. Masing-masing Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas

Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM&PL Depkes melakukan analisis

dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan peta yang bermakna

secara epidemiologi, menarik kesimpulan dan menyusun rekomendasi

serta mendistribusikannya kepada unit-unit yang membutuhkannya.

(Kemenkes No.1479, 2003)

3. Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di

Puskesmas

Untuk berlangsungnya penyelenggaran surveilans epidemiologi di

puskesmas maka Puskesmas (STP Puskesmas) memiliki peran sebagai

berikut :

a. Pelaksana surveilans epidemiologi nasional diwilayah puskesmas.

b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah

kesehatan.

c. Melakukan koordinasi surveilans epidemiologi dengan praktek dokter,

bidan swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada diwilayah

kerjanya.
28

d. Melakukan kordinasi surveilans epidemiologi antar puskesmas yang

berbatasan.

e. Melakukan SKD-KLB dan penyelidikan KLB di wilayah puskesmas.

f. Melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah

kesehatan spesifik local (Kemenkes No.1116, 2003).

Surveilans Terpadu Penyakit (STP) dapat dimulai dari tingkat desa,

data berasal dari Polindes dan Pustu. Polindes dan Pustu memberikan data

penderita baik penyakit menular maupun tidak menular kepada Puskesmas

untuk dilanjutkan ke Dinas Kesahatan Kabupaten. STP mencatat semua

kegiatan program yang sedang dikerjakan oleh pengelola program yang

ada sehingga mendapatkan prioritas yang sesuai dengan permasalahan

yang ada pada setiap pengelola program.

Pemantauan terhadap semua program yang ada di tingkat

puskesmas seharusnya dilakukan oleh petugas kesehatan yang

bertanggungjawab terhadap Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

(SP2TP). Diharapkan keberlangsungannya dapat dilakukan setiap hari

sampai kepada laporan tahunan. Proses penataan SP2TP ini dimulai dari

masyarakat dangan menghimpu semua data sesuia dengan program

puskesmas, baik dilakukan di luar puskesmas maupun dalam puskesmas

sehingga akan menjadi satu kesatuan laporan yang dapat mendeteksi

penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi menurut waktu, tempat atau

orang.
29

Selanjutnya, dapat dianalisis semua penyakit menular dan tidak

menular, baik yang berisiko KLB atau tidak sehingga bisa dilakukan

tindakan yang tepat waktu. Melalui data puskesmas dapat dianalisis

perkembangan penyakit secara alamiah dangan memperhitungkan faktor

risiko kejadian seperti perubahan ekologi (Weraman, 2010).

Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh

petugas surveilans puskesmas dengan serangkaian kegiatan berupa

pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data penyakit,

yang dikumpulkan dari setiap desa siaga. Petugas surveilans puskesmas

diharuskan:

1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya

melakukan Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan

data W2 (laporan mingguan). Melalui PWS ini diharapkan akan

terlihat bagaimana perkembangan kasus penyakit setiap saat.

2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan

terlihat daerah-daerah yang mempunyai risiko terhadap muncul

dan berkembangnya suatu penyakit. Sehingga secara tajam

intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.

3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk

memecahkan kan permasalah penyakit di wilayahnya.

4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan

respon cepat jika terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB

penyakit di wilayahnya.
30

5) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota secara berkala (mingguan/bulanan/tahunan).

Kementerian
Kesehatan

1. Mengolah
Profil Distribusi SKD Data STP
(tahun) Data Ke KLB 2. Analisis dan
Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi Rekomendasi
(bulan) 3. Umpan Balik
4. Distribusi
Data STP

Dinas Kesehatan Kab/Kota

Data STP
1. PWS Mingguan
2. STP bulanan
3. STP Sentinel (bl) Puskesmas Lab
RS
4. STP KLB
5. STP
alur laporan Pemanfaatan data STP

Gambar . 2 Surveilans Terpadu Penyakit (STP)

(Imari, 2011)

D. Tinjauan Umum Tentang Kejadian Luar Biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah

timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang

bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,

dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

1. Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)

Suatu kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dapat dikatakan KLB

apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :


31

a) Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu

daerah.

b) Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun

waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis

penyakitnya.

c) Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan

dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu

menurut jenis penyakitnya.

d) Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka

rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

e) Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun

menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-

rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.

f) Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1

(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh

persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu

penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

g) Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu

periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu

periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama (Permenkes, 2010).


32

2. Kegiatan SKD-KLB di Puskesmas

Kegiatan SKD_KLB merupakan akselerasi atau intensifikasi

aktivitas surveilans penyakit potensial KLB yang telah dilaksanakan, yaitu

dengan meningkatkan kelengkapan dan ketepatan laporan mingguan W2

serta adanya penyajian dan analisis data yang teratur secara periodic dari

setiap indikator penyakit menular yang dilaksanakan SKD.

Kegiatan pokok dalam pelaksanaan SKD-KLB pada tingkat

puskesmas meliputi :

a) Pengumpulan dan pengolahan data

b) Penyajian secara analisis data

c) Kesimpulan dan tindak lanjut (Dinkes, 2010).

E. Kerangka Konsep Dan Definisi Konsep


1. Kerangka konsep

Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah

kerjanya (Permenkes, 2014).

Kegiatan pokok Puskesmas salah satunya adalah melaksanakan

usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Surveilans

epidemiologi merupakan salah satu alat penting dalam program

pencegahan dan pemberantasan penyakit.


33

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis

dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan

penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar melakukan

penanggrulangan secara efektif dan efesien melalui proses pengumpulan

data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelengara

program kesehatan (Weraman, 2010).

Epidemiologi surveilans dalam pelaksanaan kegiatannya, secara

teratur dan terencana melakukan berbagai kegiatan pokok utama

surveilans yakni (1) pengumpulan data, (2) pengelolaan data, (3) analisis

dan interpretasi data, dan (4) Diseminasi informasi (Permenkes, 2014).

Program pemberantasan penyakit baik penyakit menular maupun

penyakit tidak menular secara khusus telah dimulai sejak tahun 1987

sampai sekarang, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian akibat penyakit menular, namun kelihatannya

angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang

telah dilaporkan berdasarkan penelitian WHO. Oleh karena itu, diperlukan

suatu surveilans epidemiologi yang mampu memberikan dukungan upaya

program dalam lingkup Puskesmas secara paripurna bekerja sama dengan

Kabupaten/Kota melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam

menyelenggarakan surveilans dengan baik, teratur, sistematis dan

berkesinambungan sehingga pencegahan dan penanggulangan penyakit


34

dapat berjalan secara optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

bagan berikut ini :

Pengumpulan Data

Pengolahan Data
Surveilans
Epidemiologi
Analisis Data dan
Interpretasi Data

Diseminasi Informasi

Keterangan: : Variabel yang diteliti

Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual

2. Definisi konsep

Surveilans adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan secara

cermat dan terus menerus terhadap berbagai faktor yang menentukan

kejadian dan penyebaran penyakit atau gangguan kesehatan, yang melupiti

pengumpulan data, analisa, interpretasi dan penyebarluasan informasi data,

sebagai bahan untuk penanggulangan dan pencegahan. Dalam hal ini

surveilans mempunyai arti sebagai sistem informasi kesehatan rutin.

Berdasarkan teori yang ada, maka dirumuskan definisi konsep dalam

penelitian yang akan dilakukan yakni sebagai berikut:


35

a. Pengumpulan Data

Di dalam surveilans, kegiatan pengumpulan data merupakan salah

satu kegiatan yang utama. Data yang dikumpulkan meliputi data

epidemiologi yang jelas, tepat, dapat dipercaya dengan validitas dan

reliabilitas yang tinggi dan ada hubungannya dengan penyakit yang

mengalami surveilans. Jenis dan bentuk data yang dikumpulkan sesuai

dengan tujuan surveilans (Noor, 2008).

b. Pengolahan data

Pengolahan data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk mentah (row data)

yang perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data

yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, grafik maupun

bentuk peta atau bentuk lainnya (Noor, 2008).

c. Analisis data

Analisis data surveilans menggunakan pendekatan desktiptif

dengan determinan epidemiologi, yaitu orang, tempat dan waktu. Da

lam melakukan analisis data surveilans dibutuhkan data penunjang

diluar informasi yang telah dikumpulkan misalnya data kependudukan,

data geografis, data sosial budaya agar penarikan keputusan lebih

komprehensif (Hikmawati, 2011).


36

d. Diseminasi InformasI

Diseminasi atau penyebarluasan informasi merupakan tahapan

lanjut setelah analisis dan interpretasi data. Diseminasi dapat

disampaikan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja surveilans,

keakuratan data dan peningkatan sumber daya manusia yang bekerja di

bidang kesehatan. Disamping itu, desiminasi juga bermanfaat untuk

action pemecahan masalah (Hikmawati, 2011).


37

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan berupa studi kasus dengan tujuan agar peneliti dapat memperoleh

informasi secara mendalam mengenai gambaran pelaksanaan surveilans

epidemiologi di Puskesmas se-Kota Kendari Tahun 2016.

B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti berperan sebagai

instrument utama penelitian, dimana informan kunci dan informan biasa

sebagai instrument pendukung dengan menggunakan alat bantu panduan

wawancara dan alat rekam suara dan video (kamera digital/HP). Peneliti

berperan sebagai pengamat untuk mengobservasi secara langsung, sekaligus

sebagai partisipan untuk melakukan interaksi dengan obyek penelitian

dilapangan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Kendari

dan Puskesmas Kota Kendari. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa berdasarkan observasi terdapat beberapa masalah yang

terkait dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit.

D. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari informan kunci dan informan

biasa, dengan kriteria sebagai berikut :

37
38

1. Informan kunci adalah seseorang yang dapat memberikan informasi secara

jelas dan terpercaya, memiliki pengalaman pribadi dalam program

surveilans epidemiologi, usia orang bersangkutan telah dewasa, memiliki

pengetahuan yang luas mengenai surveilans epidemiologi serta

mengetahui perkembangan dan terlibat langsung dalam program tersebut.

Informan kunci dalam penelitian ini sebanyak 1 orang yaitu

Koordinator Surveilans Dinas Kesehatan Kota Kendari, dengan

pertimbangan bahwa orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang

luas mengenai surveilans epidemiologi, dapat dipercaya untuk dapat

menjadi sumber informasi yang baik dan jelas karena dia terlibat langsung

dalam semua komponen kegiatan surveilans epidemiologi, serta mampu

mengemukakan pendapat secara baik dan benar.

2. Informan biasa adalah mereka yang memiliki keterlibatan dalam program

surveilans. Informan biasa sebanyak 15 orang yakni surveilans Puskesmas

Se-Kota Kendari, yang dianggap dapat memberikan informasi yang baik

serta mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar tentang

kegiatan surveilans epidemiologi dalam wilayah kerjanya karena dia

terlibat dalam beberapa komponen kegiatan surveilans epidemiologi.

Sasaran penggunaan dan pengumpulan data menggunakan

triangulasi sumber (dokumen/arsip, hasil wawancara, dan hasil observasi) :

1) Informan kunci dalam penelitian ini adalah Koordinator Surveilans

Dinas Kesehatan Kota Kendari.


39

2) Informan biasa dalam penelitian ini ada 15 orang yakni Koordinator

surveilans Puskesmas Se-Kota Kendari.

3) Format laporan hasil kegiatan surveilans epidemiologi dari

Puskesmas Kota Kendari.

Hubungan antara variabel, informasi, informan serta metode

penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut :

Tabel 2. Hubungan Variabel, Informasi, Informan, dan Metode

Variabel Informasi Informan Metode


Surveilans Surveilans epidemiologi 1. Koordinator
Epidemiologi dilakukan secara terus- surveilans
Wawancara
menerus,tepat dan terpadu. Dinkes Kota
Kendari dan
2. Koordinator Observasi
surveilans
puskesmas

Pengumpulan 1. Jenis data yang dikumpulkan


Data antara lain laporan penyakit,
laporan KLB/wabah, hasil
pemeriksaan laboratorium,
penyelidikan kasus/KLB,
pemakaian obat dan kondisi
lingkungan
2. Identitas penderita yang
dikumpulkan secara lengkap
berdasarkan orang, waktu dan
tempat. 1. Koordinator Wawancara
3. Kapan data dikumpulkan surveilans
dan
(setiap hari/minggu/bulan). Dinkes Kota
4. Sumber-sumber data surveilans Kendari Observasi
(unit pelayanan kesehatan, 2. Koordinator
laporan laboratorium, laporan surveilans
rekam medis, poliklinik desa, puskesmas
puskesmas pembantu, dan
laporan wabah)
5. Alat yang digunakan untuk
40

pengumpulan data .
6. Masalah dan kendala yang
terjadi dalam proses
pengumpulan data surveilans.
Pengolahan Data 1. Sistematika pengolahan data
surveilans epidemiologi
berdasarkan orang, waktu dan
tempat.
2. Teknik pengolahan data Wawancara
surveilans (teks, tabel dan 1. Koordinator dan
grafik serta spot map). surveilans
3. Metode pengolahan data puskesmas Observasi
surveilans ( manual dan
komputerisasi).
4. Kendala dan masalah yang
terjadi dalam pengolahan data
surveilans.
Analisis dan 1. Mengetahui seberapa lama
Interpretasi Data bergelut dalam bidang analisis
data surveilans.
2. Data yang disediakan dalam
keadaan siap dianalisis dan apa
yang dianalisis setelah data
siap untuk di analisis (terjadi
peningkatan atau penurunan
kasus setiap bulan/tahun dan
membandingkan kasus yang
tercatat pada tahun-tahun 1. Koordinator Wawancara
sebelumnya). surveilans dan
3. Hubungan kasus dengan faktor puskesmas
Observasi
risiko.
4. Alat bantu yang digunakan
dalam menganalisis data dan
jenis pengukuran data yang
digunakan (rate, proporsi, dan
rasio).
5. Masalah dan kendala yag
terjadi dalam menganalisis data
surveilans.
Penyebarluasan 1. Waktu yang tepat untuk
Data/Informasi penyebaran hasil kegiatan 1. Koordinator
surveilans epidemiologi. surveilans
2. Metode penyebaran hasil Dinkes Kota
kegiatan surveilans Kendari
41

epidemiologi. 2. Koordinator Wawancara


3. Media yang digunakan pada surveilans dan
penyebarluasan informasi puskesmas Observasi
surveilans.
4. Kepada siapa saja dilakukan
penyebaran informasi.
5. Masalah dan kendala yang
terjadi dalam penyebaran
data/informasi surveilans.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan

data/informasi yaitu :

1. Wawancara mendalam adalah metode pengumpulan data yang dilakukuan

dengan cara melakukan dialog langsung dengan informan yaitu informan

kunci dan informan biasa.

2. Pengamatan/ observasi terlibat dimana peneliti sebagai instrumen

penelitian langsung untuk melihat pelaksanaan pencatatan dan pelaporan

terpadu puskesmas, kemudian dikomparasikan dengan hasil wawancara

yang dilakukan, untuk melihat kenyataan yang ada dilapangan secara

langsung.

3. Pemeriksaan dokumen dan arsip, hal ini ditujukan kepada peneliti dalam

menelusuri/memeriksa arsip dan dokumen STP (Surveilans Terpadu

Penyakit) dipuskesmas, untuk mencari relevansi antara teori, hasil

wawancara dan kebenaran yang ada dilapangan.


42

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dilakukan secara

manual sesuai dengan petunjuk pengelolaan data kualitatif serta sesuai dengan

tujuan penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode content

analysis kemudian di interpretasikan dan disajikan dalam bentuk narasi.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yakni dilakukan

melalui tiga alur sebagai berikut :

1. Reduksi data

Analisis pada tahap ini merupakan proses pemilihan, pemusatan,

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

digunakan di lapangan. Dengan kata lain, pada tahap ini dilakukan analisis

untuk menggolong-golongkan, direduksi data yang tidak perlu,

mengarahkan dan mengorganisasi data.

2. Penyajian data

Alur analisis yang kedua ini adalah menyajikan data yang telah

dianalisis pada alur pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk teks

narasi.

3. Penarikan kesimpulan

Analisis pada alur ini adalah mencari makna benda-benda dan peristiwa

yang muncul dari data (Klarifikasi data), serta memfokuskan pada abstraksi data

yang tertuang dalam bagan. (Bungin, 2007).

Data dari hasil penelitian setelah diraduksi dan disajikan, langkah

terakhir adalah penarikan kesimpulan. Hasil dari data-data yang telah

didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan


43

serta diuji kebenarannya, kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang besar atau tidakya hasil

laporan penelitian. Kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang

muncul dari data yang harus diuji validitasnya yaitu kebenarannya,

kekokohannya dan kecocokannya.

G. Pengecekan Validitas Temuan

Peneliti menerapkan teknik observasi mendalam dengan melihat

triangulasi (sumber, metode, teori). Kemudian dilakukan pengecekan dengan

proses transferability (temuan dapat ditransfer ke latar lain), atau dengan kata

lain hasil temuan dapat diungkapkan dengan mengemukakan teori-teori

relevan.

Teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan dari penggunaan

triangulasi yakni:

1. Triangulasi sumber seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil

observasi dari informan kunci dan informan biasa.

2. Triangulasi metode seperti wawancara mendalam dan metode observasi.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang

ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

3. Triangulasi teori digunakan untuk memastikan bahwa data yang

dikumpulkan sudah memenuhi syarat, kemudian dilakukan pengecekan

dengan proses transferability (temuan dapat ditransfer ke latar lain), atau

dengan kata lain hasil temuan dapat diungkapkan dengan mengemukakan

teori-teori relevan.
44

Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Studi
1
kepustakaan
Penyusunan
2
Proposal
Konsultasi
3
Proposal
4 Seminar Proposal
Perbaikan
5
Proposal
Pelaksanaan
6
Penelitian
7 Analisis Data

8 Konsultasi Hasil

9 Seminar Hasil

10 Perbaikan Hasil

11 Ujian Skripsi

12 Perbaikan Skripsi

Keterangan :

: Proposal

: Hasil

: Skripsi
45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Geografi

1) Luas Wilayah

Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau

Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di daratan Pulau Sulawesi

mengelilingi Teluk Kendari. Terdapat satu pulau pada wilayah

Kota Kendari yang dikenal sebagai Pulau Bungkutoko. Luas

wilayah daratan Kota Kendari 267,37 Km2 atau 0,7 persen dari

luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kota Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi

Tenggara, secara astronomis terletak di bagian selatan garis

khatulistiwa berada di antara 3o54`40`` dan 4o5`05`` Lintang

Selatan (LS) dan membentang dari Barat ke Timur diantara

122o 26`33 dan 122o39`14`` Bujur Timur (BT).

Sepintas tentang posisi geografisnya, Kota Kendari

memiliki batas-batas sebelah Utara: Kabupaten Konawe; sebelah

Timur: Laut Kendari; sebelah Selatan: Kabupaten Konawe

Selatan; sebelah Barat: Kabupaten Konawe Selatan. Kota Kendari

terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6

45
46

Tahun 1995 yang disahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan

status Kotamadya Daerah Tingkat II Kendari.

Gambar 4. Peta Administrasi Kota Kendari Tahun 2015


(Sumber: Data Sekunder BAPPEDA)

Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam.

Kecamatan Baruga merupakan wilayah kecamatan yang paling

luas (17,95%), selanjutnya Kecamatan Abeli (16,40%), Kecamatan

Puuwatu (14,86%), Kecamatan Poasia (14,12%), Kecamatan Kambu

(9,21%), Kecamatan Mandonga (7,77%), Kecamatan Kendari Barat

(7,15%), Kecamatan Kendari (5,86%), Kecamatan Wua-Wua

(4,17%), dan Kecamatan Kadia (2,51%).


47

Tabel 3. Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan Tahun


2014

Kecamatan Luas (km) Persentase (%)


Mandonga 20.77 7.77
Baruga 48.00 17.95
Puuwatu 39.72 14.86
Kadia 6.71 2.51
Wua-wua 11.16 4.17
Poasia 37.74 14.12
Abeli 43.85 16.40
Kambu 24.63 9.21
Kendari 15.68 5.86
Kendari Barat 19.11 7.15
Jumlah 295.89 100.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2015

2) Ketinggian Wilayah

Dilihat berdasarkan ketinggian wilayah kota Kendari di atas

permukaan laut, Kecamatan Mandonga merupakan wilayah tertinggi

berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Selanjutnya

wilayah Kecamatan Abeli dan Kendari Barat berada pada ketinggian

3 meter di atas permukaan laut.

b. Iklim

Iklim sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kota

Kendari hanya dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim

hujan. Keadaan musim sangat dipengaruhi oleh arus angin yang

bertiup di atas wilayahnya. Menurut data yang diperoleh dari Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim

Kendari tahun 2014 terjadi 172 hari hujan dengan curah hujan

2.263,6 mm dan 2.102,6 jam penyinaran matahari.


48

Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perbedaan

ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan dan daerah pesisir

mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing

tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota

Kendari merupakan daerah bersuhu tropis. Menurut data yang

diperoleh dari Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, selama tahun 2014 rata-rata

suhu udara maksimum 31,8oC dan rata-rata suhu udara minimum

23,4oC. Tekanan udara rata-rata 1.010,5 millibar dengan kelembaban

udara rata-rata 82 persen. Rata-rata Kecepatan angin selama tahun

2014 mencapai 5,60 knot.

c. Kependudukan

Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk

yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus Penduduk telah

dilaksanakan sebanyak 6 kali sejak Indonesia merdeka yaitu pada

tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Metode pengumpulan

data dalam sensus dilakukan dengan wawancara antara petugas sensus

dengan responden. Pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk

yang berdomisili di seluruh wilayah teritorial Indonesia termasuk

warga negara asing kecuali anggota Korps Diplomatik negara sahabat

beserta keluarganya. Bagi penduduk yang bertempat tinggal tetap,

dicacah dimana mereka biasa tinggal. Akan tetapi jika sedang

bertugas ke luar wilayah lebih dari 6 bulan, tidak dicacah di tempat


49

tinggalnya. Sebaliknya, seseorang atau keluarga menempati suatu

bangunan belum mencapai 6 bulan tetapi bermaksud menetap disana,

dicacah di tempat tersebut.

Untuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah di

tempat dimana mereka ditemukan petugas sensus biasanya pada

malam Hari Sensus. Termasuk penduduk yang tidak bertempat

tinggal tetap adalah tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia,

penghuni perahu/rumah apung, masyarakat terpencil/terasing dan

pengungsi.

1) Jumlah penduduk

Penduduk kota Kendari berdasarkan Sensus Penduduk 2000

berjumlah 205.240 jiwa. Ketika dilakukan Survei Penduduk Antar

Sensus (Supas) pada tahun 2005, diketahui jumlah penduduk kota

Kendari meningkat menjadi 226.056 jiwa. Jumlah penduduk

berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebanyak

289.966 jiwa. Jumlah Penduduk Tahun 2015 adalah sebesar

335.889 jiwa.

Penduduk tersebut tersebar dengan persebaran yang tidak

merata. Pada tahun 2014, sebanyak 14,80 persen penduduk kota

Kendari tinggal di wilayah Kendari Barat, hanya 6,68 persen

tinggal di Kecamatan Baruga dan selebihnya tersebar pada 8

kecamatan dengan persebaran yang bervariasi. Di samping itu,

dilakukan penghitungan kepadatan penduduk pada masing-masing


50

wilayah Kecamatan. Kepadatan penduduk adalah banyaknya

penduduk per km persegi. Kadia merupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 6.775 jiwa per

km2 sedangkan Baruga merupakan kecamatan dengan kepadatan

penduduk paling rendah yaitu sebesar 467 jiwa per km2.

Bila dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di Kota Kendari

terdapat lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan.

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya

penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada

suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan

banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 perempuan. Rasio jenis

kelamin penduduk Kota Kendari sebesar 101,71 atau dengan kata

lain, terdapat 102 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk

perempuan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk kota Kendari menurut kecamatan


dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis kelamin
Kecamatan Total
Laki-laki Perempuan
Mandonga 20 956 20 935 41 891
Baruga 11 528 11 179 22 437
Puuwatu 16 517 15 626 32 143
Kadia 22 613 22 847 45 460
Wua-wua 14 369 13 903 28 272
Poasia 14 739 14 193 28 932
Abeli 13 278 12 713 25 991
Kambu 25 866 15 567 31 433
Kendari 14 871 14 734 29 605
Kendari Barat 24 904 24 821 49 725
Jumlah 169 371 166 518 335 889
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2015
51

2) Laju pertumbuhan Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang

menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam

jangka waktu tertentu. Secara umum, laju pertumbuhan penduduk

kota Kendari sebesar 3,51 persen per tahun.

d. Fasilitas Kesehatan

Pembangunan kesehatan di Kota Kendari dititik beratkan pada

peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula

halnya pelaksanaan program Keluarga Berencana diarahkan untuk

menciptakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

Peningkatan mutu tersebut salah satunya melalui ketersediaan

fasilitas kesehatan diantaranya Rumah Sakit, Puskesmas dan

Puskesmas Pembantu Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan

perawatan kesehatan, biasanya berada dibawah pengawasan

dokter/tenaga medis, termasuk rumah sakit khusus seperti rumah sakit

perawatan paru-paru dan RS jantung. Puskesmas adalah unit pelayanan

kesehatan milik pemerintah yang bertanggungjawab terhadap

pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan. Tim

Puskesmas sesuai jadwal dapat melakukan kegiatan puskesmas

keliling ke tempat-tempat tertentu dalam wilayah kerjanya, untuk

mendekatkan pelayanan dengan masyarakat. Puskesmas Pembantu

(pustu) yaitu unit pelayanan kesehatan masyarakat yang membantu

kegiatan Puskesmas di sebagian dari wilayah kerja.


52

Keberadaan tenaga kesehata utamanya dokter di tengah

masyarakat akan sangat mempengaruhi derajat dan status kesehatan.

Oleh karena itu, banyaknya dokter (di Fasilitas Kesehatan) dalam

jumlah penduduk tertentu merupakan suatu indikator penting dalam

pembangunan kesehatan. Indikator yang biasa digunakan adalah dokter

per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014, di Kota Kendari terdapat 57

dokter spesialis, 107 dokter umum, 34 dokter gigi dan 1 dokter

spesialis gigi.

Tabel 5. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari

Fasilitas Kesehatan
Tahun
Rumas Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu
2010 12 14 18
2011 13 14 16
2012 13 15 17
2013 12 15 17
2014 12 15 17
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2015

Tabel 6. Jumlah Puskesmas menurut Kecamatan di Kota Kendari


Tahun 2014

Kecamatan Puskesmas
Mandonga Labibia
Baruga Lepo-lepo
Puuwatu Puuwatu
Kadia Perumnas dan Jatiraya
Wua-wua Mekar dan Wua-wua
Poasia Poasia
Abeli Abeli dan Nambo
Kambu Mokoau
Kendari Mata dan Kadia
Kendari Barat Benu-benua dan Kemaraya
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari, 2015
53

2. Gambaran Umum Informan Penelitian

Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari satu orang yaitu

Koordinator Surveilans Epidemiologi Dinas Kesehatan Kota Kendari

berinisial SIA, berjenis kelamin perempuan, berumur 34 tahun dan

berpendidikan terakhir S1 Kesehatan Masyarakat.

Informan biasa dalam penelitian ini terdiri dari 15 orang yaitu

petugas Surveilans Epidemiologi Puskesmas se-Kota Kendari.

a. HS adalah petugas Surveilans di Puskesmas Nambo, berjenis kelamin

perempuan, berumur 33 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

b. M adalah petugas Surveilans di Puskesmas Abeli, berjenis kelamin

perempuan, berumur 33 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

c. AK adalah petugas Surveilans di Puskesmas Poasia, berjenis kelamin

perempuan, berumur 32 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

d. IV adalah petugas Surveilans di Puskesmas Mekar, berjenis kelamin

laki-laki, berumur 36 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

e. JK adalah petugas Surveilans di Puskesmas Benu-benua, berjenis

kelamin perempuan, berumur 32 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.
54

f. K adalah petugas Surveilans di Puskesmas Kandai, berjenis kelamin

perempuan, berumur 32 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

g. Y adalah petugas Surveilans di Puskesmas Jati Raya, berjenis kelamin

perempuan, berumur 34 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

h. IF adalah petugas Surveilans di Puskesmas Mokoau, berjenis kelamin

laki-laki, berumur 36 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

i. H adalah petugas Surveilans di Puskesmas Lepo-lepo, berjenis kelamin

perempuan, berumur 34 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

j. RL adalah petugas Surveilans di Puskesmas Perumnas, berjenis

kelamin perempuan, berumur 51 tahun, berpendidikan terakhir D3

Keperawatan.

k. WS adalah petugas Surveilans di Puskesmas Kemaraya, berjenis

kelamin perempuan, berumur 37 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

l. HKT adalah petugas Surveilans di Puskesmas Puuwatu, berjenis

kelamin perempuan, berumur 33 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.
55

m. SR adalah petugas Surveilans di Puskesmas Wua-wua, berjenis

kelamin perempuan, berumur 26 tahun, berpendidikan terakhir D3

Keperawatan.

n. AS adalah petugas Surveilans di Puskesmas Labibia, berjenis kelamin

perempuan, berumur 35 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

o. HA adalah petugas Surveilans di Puskesmas Mata, berjenis kelamin

perempuan, berumur 34 tahun, berpendidikan terakhir Sarjana

Keperawatan.

3. Gambaran Penelitian

Penelitian di lakukan mulai tanggal 15 Maret 2016, langkah awal

yang di lakukan adalah dengan mengantarkan surat izin penelitian dari

Litbang pada tempat yang di jadikan sebagai lokasi penelitian yaitu

seluruh Puskesmas di Kota Kendari Dinkes Kota. Tujuan yang paling

utama adalah Dinkes Kota. Setibanya di Dinkes Kota peneliti

memasukkan surat ke bagian adminstrasi untuk di disposisi kemudian

dibuatkan surat pengantar penelitian ke Puskesmas se-Kota Kendari.

Pada tanggal 17 Maret 2016 peneliti memilih Puskesmas Nambo dan

Puskesmas Abeli sebagai puskemas pertama untuk melakukan penelitian

dikarenakan lokasi kedua Puskesmas tersebut searah, sehingga peneliti

dapat mengefesienkan waktu. Tepat pada pukul 09.10 WITA, peneliti

datang lebih siang sebab berdasarkan informasi bahwa Kepala Tata Usaha

Puskesmas Nambo biasanya datang pukul 09.00 WITA. Dan tidak lama
56

kemudian ruangan tata usaha terbuka, tetapi kata seorang Staf Tata Usaha

mengatakan bahwa Kepala Tata Usaha Puskemas Nambo tidak hadir

dikarenakan ada urusan lain yang mendesak, dan Staf Tata Usaha

mengantar peneliti memasukkan surat tersebut ke Kepala Puskesmas

Nambo. Dan pada hari itu juga setelah di konfirmasi oleh Kepala

Puskesmas Nambo peneliti di antar ke petugas Surveilans Puskesmas

Nambo untuk diwawancarai sebagai salah satu informan biasa. Kemudian

peneliti melanjutkan penelitian ke Puskesmas Abeli. Setalah tiba dilokasi

peneliti langsung bertemu dengan Kepala Tata Usaha Puskesmas Abeli

dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti serta menyerahkan surat

izin penelitian. Selanjutkan peneliti diarahkan ke ruangan P2M untuk

bertemu dengan petugas sunveilans puskesmas, hanya saja petugas

surveilans tersebut tidak ada ditempat.

Keesokan harinya tanggal 18 Maret 2016, peneliti kembali ke

Puskesmas Abeli untuk bertemu sekaligus mewawancarai petugas

Surveilans. Setelah peneliti melakukan wawancara di Puskesmas Abeli

kemudian peneliti melanjutkan penelitian di Puskesmas Poasia. Setibanya

di Puskesmas Poasia terlebih dahulu peneliti bertemu dengan Kepala Tata

Usaha Puskesmas Poasia, setelah surat izin penelitian di disposisi peneliti

diarahkan ke ruangan Bank Data untuk menyampaikan keperluan peneliti

selanjutnya peneliti diarahkan ke petugas Surveilans Puskesmas Poasia.

Pada tanggal 19 Maret 2016 peneliti melanjutkan penelitian ke

Puskesmas Mekar. Setibanya di Puskesmas Mekar ternyata Kepala Tata


57

Usaha belum datang. Sembari menunggu kedatangan Kepala Tata Usaha

Puskemas Mekar peneliti meneruskan penelitian ke Puskesmas Jati Raya.

Setibanya di Puskesmas Jati Raya petugas Surveilans tidak berada di

tempat dan peneliti membuat janji untuk kembali pada hari senin.

Kemudian peneliti melanjutkan lagi ke Puskesmas Benu-benua,

sesampainya di Puskesmas Benua-benua terlebih dahulu peneliti bertemu

Kepala Tata Usaha untuk memasukkan surat izin penelitian dan mengantar

peneliti ke petugas Surveilans Puskesmas Benu-benua untuk melakukan

wawancara. Selanjutnya peneliti melanjutkan ke Puskesmas berikutnya

yaitu Puskesmas Kandai. Setibanya di Puskesmas Kandai peneliti menuju

ruangan Tata Usaha untuk bertemu Kepala Tata Usaha, hanya saja kata

seorang staf Tata Usaha bahwa beliau tidak berada ditempat dan meminta

peniliti untuk kembali pada hari senin. Kemudian peneliti kembali lagi ke

Puskesmas Mekar untuk bertemu Kepala Tata Usaha dan mewawancarai

petugas Surveilans Puskesmas Mekar.

Pada tanggal 21 Maret 2016 tepat hari senin peneliti kembali ke

Puskesmas Kandai dan Puskesmas Jati Raya untuk melakukan wawancara

dengan petugas Surveilans sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Setelah

melakukan wawancara di kedua Puskesmas tersebut dengan sisa waktu

yang ada peneliti melanjutkan penelitian di Puskesmas Mokoau. Setibanya

di Puskesmas Mokoau, Kepala Tata Usaha dan petugas Surveilans berada

ditempat dan peneliti langsung melakukan wawancara.


58

Tanggal 22 Maret 2016, datang dengan niat untuk mewawancarai

petugas Surveilans Puskesmas Kemaraya, hanya saja kata Kepala Tata

Usaha Puskesmas Kemaraya menyarankan peneliti untuk datang kembali

keesokan harinya dikarenaka petugas Surveilans Puskesmas Kemaraya

tidak dapat hadir. Kemudian peneliti melanjutkan penelitian ke Puskesmas

Perumnas. Sesampainya di Puskesmas Perumnas Kepala Tata Usaha

meminta peneliti untuk menunggu beberapa menit dikarenakan petugas

Surveilans masih dalam perjalanan menuju Puskesmas. Setelah beberapa

menit akhirnya petugas Surveilans tiba di Puskesmas Perumnas dan

peneliti langsung meminta izin untuk melakukan wawancara. Dengan

memanfaatkan sisa waktu yang ada peneliti meneruskan penelitian ke

Puskesmas Lepo-lepo, sesampainya di Puskesmas Lepo-lepo peneliti

langsung bertemu dan meminta izin melakukan penelitian kepada Kepala

Tata Usaha. Selanjutnya Kepala Tata Usaha mengarahkan peneliti ke

ruangan P2M untuk bertemu dengan petugas Surveilans. Tetapi, saat itu

petugas Surveilans belum bersedia untuk diwawancarai dikarenakan beliau

sedang istirahat makan siang, sehingga peneliti di minta untuk menunggu.

Setelah beberapa lama menunggu akhir petugas Surveilans kembali ke

ruangan dan peneliti mulai melakukan wawancara.

Keesokan harinya tanggal 23 Maret 2016, peneliti datang lebih awal

ke Puskesmas Kemaraya sebab kemarin tanggal 22 Maret 2016 pada saat

peneliti ke puskesmas Kepala Tata Usaha memerintahkan untuk datang

lebih awal agar bisa bertemu petugas Surevilans lebih cepat. Tidak lama
59

menunggu petugas Surveilans Puskesmas Kemaraya datang dan peneliti

langsung meminta kesediaan beliau untuk diwawancarai sebagai informan

biasa. Selanjutnya peneliti meneruskan penelitian ke Puskesmas Puuwatu,

setibanya di puskesmas peneliti ke ruangan Tata Usaha untuk

menyerahkan surat izin penelitian, tetapi Kepala Tata Usaha tidak berada

di ruangan yang ada hanya petugas Surveilans dan staf Tata Usaha

sehingga peneliti berinisatif terlebih dahulu meminta kesediaan petugas

Surveilans untuk diwawancarai. Akhirnya beliau bersedia dan peneliti

langsung melakukan wawancara. Setalah melakukan wawancara peneliti

disarankan menunggu Kepala Tata Usaha untuk menyerahkan surat izin

penelitian secara langsung.

Kamis 24 Maret 2016, peneliti bermaksud melanjutkan penelitian di

Puskesmas Labibia akan tetapi setibanya di puskesmas Kepala Tata Usaha

dan petugas Surveilans sedang turun lapangan melakukan fogging.

Sehingga peneliti membuat janji untuk kembali pada tanggal 28 Maret

2016 berhubung keesokan harinya pada tanggal 25 Maret 2016 adalah hari

libur nasional. Kemudian untuk memanfaatkan waktu peneliti melanjutkan

penelitian ke Puskesmas Wua-wua dan sesampainya di puskesmas

sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu peneliti bertemu Kepala

Tata Usaha untuk memasukkan surat izin penelitian yang selanjutnya

peneliti diarahkan ke ruangan P2M. Di ruangan P2M peneliti bertemu

dengan petugas Surveilans, hanya saja kata staf di ruangan P2M petugas

Surveilans sedang pulang kerumah tetapi beliau akan kembali ke


60

puskesmas sehingga peneliti berinisiatif untuk menunggu. Setelah

beberapa lama menunggu petugas Surveilans tersebut datang dan bersedia

untuk diwawancarai.

Pada tanggal 28 Maret 2016. Sesuai dengan perjanjian pada tanggal

24 Maret 2016 peneliti kembali ke Puskesmas Labibia untuk melakukan

penelitian. Setibanya di puskesmas peneliti memasukkan surat izin

penelitian ke Kepala Tata Usaha sekaligus mewawancarai petugas

Surveilans Puskesmas Labibia. Dan selanjutnya peneliti meneruskan

penelitian ke Puskesmas terakhir yaitu Puskesmas Mata. Sesampainya di

Puskesmas Mata staf Tata Usaha menginformasikan bahwa Kepala Tata

Usaha dan petugas Surveilans sedang mengikuti rapat di Dinkes Kota

Kendari yang berlangsung selama 3 hari yang di mulai pada tanggal 28

maret 2016 sampai tanggal 30 Maret 2016. Sehingga peneliti di minta

kembali ke puskesmas pada tanggal 31 Maret 2016.

Pada tanggal 31 Maret 2016 tepat hari kamis, peneliti mengantarkan

surat izin penelitian ke Kepala Tata Usaha Puskesmas Mata dan bertemu

dengan petugas Surveilans. Setelah meminta kesediaan petugas

Surveilans, beliau bersedia untuk di jadikan informan biasa dan di

wawancarai pada saat itu walaupun dengan keadaan kurang enak badan.

Dan akhirnya semua informan biasa di puskesmas se-Kota Kendari

peneliti wawancarai. Kemudian peneliti bergegas melanjutkan penelitian

ke Dinkes Kota untuk melakukan wawancara pada informan kunci yaitu

Koordinator Surveilans Dinkes Kota Kendari. Setibanya di Dinkes Kota


61

Kendari peneliti menuju ruang administrasi Dinkes Kota Kendari untuk

memasukkan surat izin penelitian. Selanjutnya peneliti diarahkan bertemu

Kepala Sub Bagian P2PL untuk mendisposisi surat izin penelitian. Setalah

di disposisi peneliti di antar bertemu Koordinator Surveilans Kota Kendari

dan peneliti langsung meminta kesediaan beliau untuk diwawancarai.

Setelah melakukan wawancara dengan Koodinator Surveilans Dinkes Kota

peneliti kembali ke ruang administrasi untuk membuat surat pernyataan

telah melakukan penelitian, hanya saja Kasubag yang berwenang untuk

menandatangani surat tersebut telah pulang berhubung jam kerja telah

berakhir sehingga peneliti di minta kembali keesokan harinya untuk

mengambil surat tersebut. Dan selesai pula peneliti melakukan penelitian

ini.

B. HASIL PENELITIAN

1. Surveilans Epidemiologi

Informan kunci dan biasa memiliki pemahaman dan pengetahuan

yang berbeda mengenai kegiatan surveilans, sebagaimana hasil wawancara

mendalam berikut:

Pemahaman informan kunci tentang surveilans :

Surveilans itu adalah suatu pengamatan suatu penyakit yang


secara sistematis dan terus menerus dimana secara terus menerus
dan secara sistematis ke daerah-daerah yang berpotensial-
potensial penyakit-penyakit yang berpotensial KLB (Kejadian
Luar Biasa)(SIA, 34 tahun, wc: 31 Maret 2016).
62

Pemahaman informan biasa tentang surveilans :

Surveilans itu kegiatan yang dilakukan oleh programmer untuk


menunjukkan pencegahan penyakit dilingkungan masyarakat(HS,
33 tahun, 17 Maret 2016).

Surveilans itu,itu bemana di misalkan kita ada kasus kita


langsung lacak toh tempatnya kejadian tersebut kita adakan mi
penelitian disitu PE toh penelitian epidemiologi kenapa ada
kenapa bisa terjadi kasus(M, 33 tahun, wc : 18 Maret 2016).

Kegiatan surveilans itu kegiatan yang sistematis yang dilakukan


secara terus menerus sesuai dengan kasus yang terjadi(AK, 32
tahun, wc: 18 Maret 2016).

Kalau disini surveilans itu pelacakan dan penemuan. Ada juga


yang sudah ditemukan tapi belum pernah dikunjungi itu termasuk
juga(IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016)

Kegiatan surveilans itu kegiatan yang sistematis mulai dari


pengumpulan data, pengolahan, penyajian data, evaluasi dan
analisisnya(JK, 32 tahun, wc : 19 Maret 2016).

Kegiatan surveilans epidemiologi itu kita melakukan kita


melakukan penyelidikan epidemiologi jika ada kasus setelah itu
kita adakan turun lapangan kita adakan PE penyelidikan
epidemiologi (K, 32 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Kegiatan yang dimulai dari perencanaan maksudnya


pengumpulan data pengolahan analisis dan interpretasi data terus
kegiatan surveilans itu ada yang dilakukan secara aktif dan ada
yang dilakukan secara pasif toh(Y, 34 tahun, wc : 21 Maret
2016).

Kegiatan surveilans itu yaa pemantauan secara terus-menerus


terhadap objek atau penyakit yang berkembang dimasyarakat(IF,
36 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Kalau kegiatan surveilans itu apa pengamatan secara terus-


menerus misalkan ada kasus kalau kasusnya seperti ispa terus liat
mi golongan umurnya golongan umur berapa misalkan dia
golongan umur balita ee kita ambil nama lengkapnya dimana tapi
ispa ada golongannya ispa ringan, ispa sedang, atau ispa berat
toh haa kalau misalnya yang mau diambil ispa berat kita liat
tempat alamatnya dimana umurnya juga berapa terus kita
kunjungi tempatnya maksudnya dia tinggal dimana terus nanti
pada saat kita sudah kunjungi kita amati kan kita amati kondisinya
bemana kondisinya pada saat terkena penyakit itu toh haa terus
pada kita saat itu pantau terus kondisinya sambil kita kasi di PE
(H, 34 tahun, wc : 22 Maret 2016).
63

Kegiatan surveilans itu suatu kegiatan yang melacak dan


menemukan suatu penyakit menular penyakit-penyakit apa saja
sekarang itu penyakit tidak menularpun disuvei(RL, 51 tahun, wc
: 22 Maret 2016).

Hmm surveilans ya.. menurut saya sendiri dia itu kayak semacam
kegiatan pencatatan secara terus menerus begitu dan ini penting
sekali(WS, 37 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Kegiatan pemantauan kasus yang dilakukan secara terus


menerus(HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Kayak seperti pemetaan ee terus pembinaan yaa sebatas itu(SR,


26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Surveilans pelacakan kasus penyakit menular dilapangan (AS,


35 tahun, wc : 28 Maret 2016).

Surveilans itu kegiatan pencatatan kasus sampe pada evaluasi


terhadap penyakit menular terus dengan penyakit tidak
menular(HA, 34 tahun, wc : 31 Maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan tentang surveilans oleh beberapa petugas surveilans

Puskesmas se-kota dengan Koordinator surveilans Dinkes Kota

menunjukkan tidak adanya perbedaan pemahaman. Hal ini dikarenakan

konsep surveilans yang di pahami oleh informan sejalan dengan

Permenkes (2014) yang mengatakan bahwa, Kegiatan surveilans

Kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan pengamatan yang sistematis dan

terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau

masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya

peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk

memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan

penanggulangan secara efektif dan efisien.


64

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara dengan informan

kunci dan informan biasa Adapun pernyataannya adalah sebagai berikut:

Jenis data dan sumber data yang dikumpulkan berkaitan dengan

surveilans menurut informan SIA :

Kalau ada kasus ispa bisa langsung turun atau lapor dulu sama
kita atau setelah turun pi baru melapor kita juga tetap turun
karena dinas juga tetap juga ada pembinaannya toh pada
puskesmas jadi sama-sama ji kita turun tapi kalau puskesmas dia
rutin turunnya jadi untuk penyakit-penyakit tertentu puskesmas dia
turun terus kan tupoksinya merekan kan begitu. Jadi jenis datanya
itu penyakit-penyakit rawat jalan, data kesakitan ISPA, data
kematian juga kalau ada tetap dikumpulkan dan itu data harus
dikirim setiap bulannya jadi harus tetap dikumpulkan, misalnya
LB1 kan setiap bulan harus lengkap pengiriman dan untuk kota
kendari itu tidak gajian kalau tidak ada ada laporan masuk dari
puskesmas dan itu sudah komitmen memang( SIA, 34 tahun, wc:
31 Maret 2016).

Hal senada yang dikatakan oleh petugas-petugas surveilans di

Puskesmas se-Kota Kendari :

Sebenarnya bukan ISPA saja banyak digabung semua dbd, ISPA,


diare, tipoid satu kali turun datanya semua saya ambil datanya
dari poli dengan turun lapangan sama pustu juga karna pustu juga
berjalan(HS, 33 tahun, 17 Maret 2016).

Sumber datanya dari poli umum umpanya kita cara kumpulkan


laporan dari poli umum kita rekap di LB1. Kita surveilans kita
ambil mi dari LB1 kita dari pustu-pustu kan digabung toh masuk
di laporan LB1 kita ambil mi dari situ (M, 33 tahun, wc : 18
Maret 2016).

Terus data primer ji semua ini toh yang masuk itu pasien yang
datang berkunjung kan dipoli toh. Sudah pernahkah jalan2 dipoli
umum? Kan kalau disitu ada jenis penyakitnya apa terus kita
masukkan dalam, kan dipuskesmas itu ada yang namanya lb1
laporan bulan disitu semua penyakit di Lb1. Ini data kesakitan toh
jadi ispa 1304 kodenya itu 1302 pale disinimi dia muncul datanya
toh dari golongan umur ini dibawah 1 toh dari 0 sampe diatas 7
tahun digolongkan, diklasifikasi dalam umur begini toh
65

dimasukkan mi. Untuk nama tempat dan waktu ispa kita tidak catat
dia kecuali pnemoni. Adaji kalau mau liat itu nama penderitanya
toh tapi dibukunya mi poli umum. Buku daftar kunjungan
pasiennya poli umum toh disitu kalau mau liat detil namanya
alamatnya toh. Kalau kita merekap jumlahnya berdasarkan seperti
ini kan berdasarkan kelurahan toh, berdasarkan kelurahan kita
puskesmas ada 4 wilayah kerja berdasarkan kelurahan itu
jumlahnya saja yang dihitug toh tapi untuk pencatatan identitas
nama alamat jeniskelaminnya itu toh ada dibuku poli untuk itu
programaer da tidak catat kecuali itu pnemoni. Ada ji juga
tercatat tapi khusus untuk ispa yang balita harus dicatat dia
namanya. Kalau diatas 5tahun nda nda tercatat toh. Bukan artinya
tidak tercatat maksudnya programernya da tidak dicatat terus tapi
tetatp tercatat dipoli tapi untuk laporannya formatnya tidak
diminta namanya toh. (AK, 32 tahun, wc: 18 Maret 2016).

Sebagian dari kunjungan sebagian dari suvei maksudnya


kunjungan ke puskesmas sebagian dari penemuan itu mi ada
penemuan pasif ada penemuan aktif. Penemuan pasif itu kita yang
menunggu disini mereka yang datang. Kalau data aktifnya ada
registrasinya sendiri karena itu termasuk kegiatan luar gedung
(IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).

Data yang saya ambil dari hasil diagnosa dokter yang berada di
poli kemudian saya masukkan di buku saya tinggal
memindahkan(JK, 32 tahun, wc : 19 Maret 2016).

Kita ambil dari poli umum kemudian kita adakan disini kan
surveilans biasa melakukan penyaringan berarti disamping kita
ambil data dari poli berarti kita ambil door to door kalau ada
keluhan dari masyarakat toh (K, 32 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Sumber data itukan data primer dan data sekunder. Data itu
biasanya kita ambil dari orang yang data pasien yang berobat
dan register pasien yang berobat disini secara apa data primer
dan sekunder terus kalau yang sekunder biasanya kita turun
kelapangan, biasa diposyandu, penyuluhan dari rumah ke rumah
jadi kalau misalnya ada yang sakit ispa atau kita curigai ispa itu
biasanya kita rujuk ke pukskesmas(Y, 34 tahun, wc : 21 Maret
2016).

Sumber data itu dari laporan masyarakat informannya kita


dengan data yang ada di poli umum itu tiap hari kita bekkap terus.
Itu dia yang masuk di 20 besar di yang masuk di ini format saya
ini kan laporan W2 saya. Ini format terbarunya kita untuk dinas
kesehatan ini untuk se Indonesia kayaknya formatnya kayak begini
untuk format laporan W2 memang. Tapi dibawakan semua
penyakit juga ada yang masuk disini itu yang kita cover toh(IF,
36 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Misalkan ada kasus kalau kasusnya seperti ispa terus lihat mi


golongan umurnya golongan umur berapa misalkan dia golongan
66

umur balita. Kita ambil nama lengkapnya dimana tapi ispa ada
golongannya ispa ringan, ispa sedang, atau ispa berat toh haa
kalau misalnya yang mau diambil ispa berat kita liat tempat
alamatnya dimana umurnya juga berapa terus kita kunjungi
tempatnya maksudnya dia tinggal dimana terus nanti pada saat
kita sudah kunjungi kita amati kan kita amati kondisinya bemana
kondisinya pada saat terkena penyakit itu toh haa terus pada kita
saat itu pantau terus kondisinya itu kita ambil mi data lengkapnya
namanya umurnya alamatnya terus kita bikin mi kita isi mi di
format(H, 34 tahun, wc : 22 Maret 2016).

Kalau sumber pasif kami ambil dari klinik buku register pasien
kemudian kalau yang aktif kami dapat informasi dari warga
setempat dari pak lurah pak RT(RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).

Kalau untuk poli umum mereka yang datang di puskesmas poli,


kita mendengar apa laporan dari masyarakat, ada wabah
kemudian kita turun langsung begitu yang kita turun yang kita
ambil itu jumlah penderitanya berapa, kemudian apa gejala-
gejalanyanya(WS, 37 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Data-data yang kami kumpulkan, yang masuk di poli itu


identitasnya lengkap itu semua, terus diagnosa dan
pengobatannya(HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Seperti data dari Pustu, dari Pustu yang mereka liat gejala. Ada
juga yang dari masyarakat kalau orang sudah rasa gejala
klinisnya seperti itu mereka datang sendiri disini, dan ada juga
kita ambilkan ke Puskesmas, kita ketemu perorangan. Ada jenis
penyakit begitu, kita anu suruh ambilkan kesini, kita lihat gejala-
gejalanya. Mendaftar di kartu langsungmasuk di Poli umum (SR,
26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Sumber data kita berdasarkan poli umum ji. Kalau dilapangan


kalau ada yang batuk , flu pokoknya dia flu demam batuk biasanya
kalau ada yang begitu kita sarankan mi datang kesini (AS, 35
tahun, wc : 28 Maret 2016).

Laporan LB1 dari Pustu-pustu, poli umum, dan perawatan,


rawat inap, itu pasti diambil semua laporan kesakitannya jadi
dilihat nanti dari hasil itu yang mana yang bisa kita evaluasi,
follow up, itu mi nanti yang kita kunjungi (HA, 34 tahun, wc : 31
Maret 2016).

Hasil wawancara dengan informan tentang jenis data dan sumber

data yang telah dikumpulkan terkait dengan kegiatan surveilans di

Puskesmas se-Kota Kendari dilakukan melalui data register (nama, alamat,


67

umur) rawat jalan dan rawat inap di poli umum, Pustu, Polindes,

Poskesdes berupa laporan penyakit (data kesakitan) dan laporan

pemakaian obat. Sedangkan untuk data turun ke masyarakat dikumpulkan

berdasarkan kegiata seperti penyelidikan kasus atau pelacakan penyakit

yang dilakukan petugas surveilans atau berdasarkan informasi dari pak

lurah, pak RT, maupun masyarakat yang ada di daerah tersebut yang

dianjurkan ke Puskesmas untuk melakukan tindakan pemeriksaan.

Waktu pengumpulan data yang dikemukakan oleh masing-masing

petugas surveilans Puskesmas se-Kota Kendari :

Akhir bulan tanggal-tanggal 29 atau 28 dan kalau kirim ke


dinkes itu setiap tanggal 5 awal bulan toh. Selalu tepat waktu
malah tanggal 3 saya kirim memang mi (HS, 33 tahun, 17 Maret
2016).

Saya biasanya akhir bulan. Tanggal brapa di? Tanggal 29


kadang-kadang kita suka kirim laporan awal-awal bulan kedinas
tanggal 3 itu sudah ke sana mi(M, 33 tahun, wc : 18 Maret
2016).

Terus iya dilaporkan ji toh. Iya tetapji dilaporkan. Kapan ini tiap
bulan dia laporan bulanan, laporan itu tanggal 3 paling lama mi
sudah masuk laporan didinas toh (AK, 32 tahun, wc: 18 Maret
2016).

Kalau disini tiap bulan karena tiap bulan harus dilaporkan


mengirim laporan bukan mengirim laporan sati-satu mengirim
laporan semua jadi sekalian semua dengan program jadi tidak
misalnya kayak ispa saja. kalau kita paling lambat tanggal 5
dibulan berikutnya toh (IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).

Kalau pengumpulan surveilans, kalau selama ini yang kita


lakukan toh, kan setiap bulan ada pengumpulan data ke dinas tiap
tanggal 4 biasa sudah di kirim mi (JK, 32 tahun, wc : 19 Maret
2016).

Pengumpulan data surveilans ispa itu sebaiknya dilakukan jika


dia pengambilan data sekunder itu dipoli pada akhir bulan untuk
mengetahui jumlah ispa itu mengalami penaikkan atau penurunan
karena kenapa kalau kita ambil diawal bulan itu datanya kita tidak
68

bisa mengetahui trennya dia naik apa turun jadi kita ambil di
akhir bulan kemudian kita rekapitulasi kita tabulasi itu data dia
mengalami peningkatan atau penurunan. Sama mi juga kalau
dengan data primer yang kita langsung turun ke lapangan. Haa
kalau turun lapangan dia tidak menentu harus akhir bulan bisa
awal bulan bisa akhir bulan yang penting pada saat akhir bulan
kita adakan rekapitulasi data itu yang penting semua terkumpul
kita bisa mi tabulasi. Terus untuk ke dinkes pada awal bulan
misalkan kita merekap data untuk bulan 3 dilaporkan awal bulan 4
paling lambat tanggal 3 itu laporan sudah masuk(K, 32 tahun,
wc : 21 Maret 2016).

Pengumpulan data dilakukan yaa idealnya setiap hari


dikumpulkan data ya dikumpulkan setiap hari karena kan setiap
hari kasus itu apa ee berubah-ubah tapi kalau untuk saya
mengumpulkan data itu mingguan. Terus kalau ke dinas itu kalau
kasus ispa perbulan tiap tanggal 3 ee tapi nda khusus ispa semua
penyakit dikirim mi dalam satu format toh (Y, 34 tahun, wc : 21
Maret 2016).

Ini dia tiap minggu laporan W2. Tiap hari paling lambat hari
senin kita kasi kirim lewat sms. Kalau bulan dia tanggal 4 itu
dalam bentuk fisik fisikkan begini dalam bentuk grafik (IF, 36
tahun, wc : 21 Maret 2016).

Kalau bikin laporan itu pokoknya satiap tanggal 30 sudah


menginput laporan nanti awal bulan kita stor mi ke dinas
kesehatan(H, 34 tahun, wc : 22 Maret 2016).

Pengumpulan data setiap hari kerja kemudian mengadakan ee


membuat laporan setiap minggu terus setiap minggu itu ada
laporan wabah kemudian ada setiap bulan itu laporan bulanan
yang secara fisik kami kirim ke dinas kesehatan kemudian setiap
minggunya itu laporan berupa sms ke pusat kemudian ada juga
yang perhari untuk kasus-kasus tertentu seperti polio dan campak
itu harus masukkan per hari lewat internet. Kalau ispa itu ada 2
ispa pnemoni dan ispa non pnemoni untuk ispa non pnemoni kami
hanya survei secara pasif saja kalau ispa pnemoni kami harus
secara aktif turun melacak ke rumah-rumah pasien karena kalau
yang non pnemoni itu tidak terindikasi wabah sementara yang
pnemoni itu berindikasi wabah dan dapat menyebabkan kematian
makanya perlu diadakan surveilans aktif (RL, 51 tahun, wc : 22
Maret 2016).

Nanti akhir bulan penutupan buku baru dikumpulkan


datanya(WS, 37 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Kalau kita dari puskesmas itu kan tanggal 1 keatas sibuk jadi
pengumpulan datanya dilakukan tanggal 25 keatas, pokoknya 27
keatas itu sudah apa membuat rekapan karena tanggal 1 itu
sudah harus masuk laporan di dines kota(HKT, 33 tahun, wc : 23
Maret 2016).
69

Kan datanya langsung turun lapangan kalau ispa kita turun


lapangan yang mencakup itukan balita yaa ispa balita berarti
dengan kata lain kita langsung sama orangtuanya. Oh kalau
secara pasif ambil dulu data sekunder dari poli toh untuk melihat
seberapa tinggi penyakit itu kan disini ada 3 wilayah kelurahan
anawai,wua-wua,terus dilihat mana ispa yang paling tinggi dalam
sebulan (SR, 26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Bagusnya setiap hari setiap ada kalau kita posyandu biasa turun
biasa promkes penyuluhan disitu. Posyandunya disini ada 12.
Perbulan per tanggal 5 terus kalau laporan w2 nanti programer
yg kirim lewat sms setiap hari sabtu. Fisiknya nanti menyusul tiap
bulan ke dinkes toh (AS, 35 tahun, wc : 28 Maret 2016).

Biasanya langsung dikumpulkan, iya.. langsung pencatatan


dalam register saja. Jadi, data-data ini saya kumpulkan, nanti
petugas di puskesmas ini yang akan ngumpulin datanya kemudian
direkap dikirim ke dines tiap awal bulan (HA, 34 tahun, wc : 31
Maret 2016).

Senada dengan hasil wawancara informan biasa yang

menyatakan bahwa format laporan dikumpulkan pada awal bulan.

Berikut kutipan wawancara oleh informan kunci :

Kan ada formatnya mereka merekap lb1nya poli toh terus


mereka bawa kesini. Pengiriman lb1nya itu tiap bulan kalau
w2nya iu tiap minggu mereka langsung melalui website ada
websitenya langsung terinput ke kemenkes kalau tiap minggunya
sms mereka itu sms itu langsung terinput di data kalau stp laporan
kunjungannya tidak dia masih pake format begini jadi mereka
menginput manual mereka bawa ke kita terus kita input lagi kita
bawa ke propinsi via email jarang mi pake laporan fisik kecuali
diminta toh. tidak pernah ji karena kalau kalau dorang terlambat
ditahan gajinya kalau tidak kirim laporan jadi paling lambat
tanggal 5 mereka sudah kirim mi laporannya (SIA, 34 tahun, wc:
31 Maret 2016).

Berdasarkan hasil wawancara terkait waktu pengumpulan data

surveilans di peroleh keterangan bahwa Puskesmas melakukan

pengumpulan data setiap hari kerja berdasarkan waktu kunjungan pasien

ke Puskesmas, setiap minggu yang disebut laporan W2, dan laporan LB1

yang dikumpulkan awal bulan berikutnya setiap tanggal 5 ke Dinkes Kota.


70

3. Pengolaha Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah menurut orang, tempat

dan waktu dalam bentuk tabel dan grafik serta dibuat dalam angka persen

atau permil. Hasil penelitian dapat dilihat dengan wawancara berikut ini :

Teknik dan metode pengolahan data surveilans :

Langsung tabulasi dalam bentuk rawat jalan. Biasa kita olah


pake excel di komputer tapi paling sering manual ji nanti mau
buatkan laporan bulanan baru kita tabulasi di excel toh (HS, 33
tahun, 17 Maret 2016).

Kita menganalisis data sendiri toh olah datanya bemana di?


komputer excel pake tabel tapi kalau akhir tahun juga pake grafik.
Tabelnya tiap bulan tapi ada juga mingguan kayak W2(M, 33
tahun, wc : 18 Maret 2016).

Ooh rata-rata disini pengolahan datanya masih ini ji masih


seperti maksudnya apa di dibilang manual kita pisahkan ji sendiri
toh berdasarkan tidak pake sistem apakah masih ini ji (AK, 32
tahun, wc: 18 Maret 2016).

Analisis sendiri lagi menggunakan dua-duanya komputer dengan


manual. Kalau komputer pake execel sama power point (IV, 36
tahun, wc :19 Maret 2016).

Ooh untuk pengolahan, itu kita biasanya manual saja mungkin..


yang penting bisa ji (JK, 32 tahun, wc : 19 Maret 2016).

Secara manual. Hitung pake itu karena kita kan hitung itu data
ispa kita bagi berdasarkan kelurahan kebetulan kita disini ada 4
kelurahan gunung jati, jati mekar, kampong salo, kandai itu kita
adakan itu jumlah penderita ispa itu kita bagi berdasarkan
kelurahan jadi kita adakan kayak semacam hitung manual. Dalam
bentuk tabel. Ada tabel ada pws (K, 32 tahun, wc : 21 Maret
2016).

Mengolah jadi data itu setelah saya kumpulkan saya catat saya
olah di dalam bentuk tabel ditabulasi kemudian dianalisa melalui
spss. Berbentuk tabel dan grafik kayak yang disana ispa itu (Y,
34 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Kalau pengolahan datanya itu kita secara komputerisasi saja.


Saya biasa pake ini tabel dengan diagram. Saya analisis kembali
dulu karena biasa ada data yang laporannya sekian ternyata pas
turun cek tidak sesuai jumlah itu jadi kita analisis ulang (IF, 36
tahun, wc : 21 Maret 2016).
71

Cara mengolahnya kita kumpul toh kan kita pilah misalkan


umurnya umur yang apa balita toh yang kurang dari 5 tahun terus
5 tahun ke atas mi 5 tahun ke atas misalkan golongan umur paling
banyak terkena itu golongan umur berapa saja kalau yang kita
kirim ke dines itu biasanya itu golongan semua umur tapi kita
pilah golongan balita toh dengan golongan yang ke atas dewasa
terus ada formatnya kita isi mi formatnya nama lengkapnya
umurnya alamatnya dengan yang hasil pemeriksaan dari dokter
misalnya dia ispa atau pnemoni baru mi kita isi diformat (H, 34
tahun, wc : 22 Maret 2016).

Manual dan komputerisasi dalam bentuk laporan biasa saja


angka-angka nanti per 3 bulan kami membuat juga laporan per 3
bulan membuat pula laporan per 6 bulan laporan per 9 bulan jadi
trimester 1 trimester 2 trimester 3 dan trimester 4 dalam 1 tahun
itu dibuat dalam bentuk grafik batang berdasarkan golongan umur
dan berdasarkan wilayah kerja (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).

Biasanya metode yang digunakan itu adalah metode pencatatan


data penyakit seperti; penyakit flu, diare, ispa,malaria oh
tekhniknya anu dia dicatat saja mungkin dikomputer (WS, 37
tahun, wc : 23 Maret 2016).

Pengolahan data biasanya berdasarkan grafik begitu, jadi dilihat


disitu peningkatan untuk apa mengolah data untuk mengevaluasi
peningkatan kasusnya sebulan berdasarkan grafiklah maksudnya
seperti itu (HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Manualji penjumlahan. Pake tabel. Sudah siap dianalisis kan


digolongkan toh berdasarkan umur nama tempat nanti akhir bulan
baru dijumlah. Langsung saja berdasarkan laporan kecuali kalau
ada kan kalau ispa kan ada pnemoni kecuali kalau ada yang
pnemoni langsung dilaporkan ke dinas untuk ditindaklanjuti toh
(SR, 26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Pengolahan data dilakukan berdasarkan umur, jenis kelamin,


dan tempat alamat. Pengolahan data bulanan jarang
menggunakan grafik tetapi tabel. Sedangkan grafik digunakan
setiap akhir tahun (AS, 35 tahun, wc : 28 Maret 2016).

Format rekapan data kan sudah ada memang tinggal petugas


mengisi sesuai dengan kondisi, kalau kondisi sudah mendesak
baru menggunkan komputer dan saya isi secara manual saja
(HA, 34 tahun, wc : 31 Maret 2016).
72

Pemahaman informan kunci menurut teknik dan metode

pengolahan data surveilans sebagai berikut :

Menggunkan grafik. Untuk laporan yang dikirim ke propinsi


dalam bentuk excel sedangkan grafiknya disajikan pada saat
evaluasi di rapat kesehatan daerah setiap akhir tahun (SIA, 34
tahun, wc: 31 Maret 2016).

Hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dalam mengolah

data kasus penyakit Puskesmas se-Kota merekapnya secara manual dan

komputerisasi yang dilaporkan berdasarkan nama, golongan umur dan

alamat dalam bentuk fisik (teks), tabel, dan kadang-kadang setiap 6 bulan

dan 1 tahun dilaporkan dalam bentuk grafik ke Dinkes Kota.

4. Analisis dan Interpretasi Data

Analisis dan interperetasi data yang dilakukan di Puskesmas se-

Kota Kendari. Hasil penelitian dapat dilihat dengan wawancara berikut:

Yang menganalisis kita semua. Untuk analisis sejauh ini


biasanya untuk formatnya diketik di komputer (HS, 33 tahun, 17
Maret 2016).

(sambil tersenyum dan menggelengkan kepala) Untuk analisis


sejauh ini biasanya tekhniknya itu tidak khusus begitu (M, 33
tahun, wc : 18 Maret 2016).

Analisis berdasarkan umur, jenis kelamin, tetapi memang ada


data untuk ditampilkan digrafik itu saya belum buat tapi yang saya
tampilkan digrafik itu seperti berdasarkan umur, desa dan bulan
terjadi kasus, setiap bulan per desa dan per umur. Tapi jenis
kelaminnya juga ada tapi saya untuk membuat digrafik di atas itu,
analisis dibeberapa bulan waktu itu ada (AK, 32 tahun, wc: 18
Maret 2016).

Kalau misalnya standar tiga bulan terakhir ada peningkatan


kasus itu kita laporkan, baru setelah ada peningkatan kita
sampaikan(IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).

Anu apa dianalisis ini adalah perhitungan manual saja agak


miripmi dengan pengolahan (JK, 32 tahun, wc : 19 Maret 2016).
73

Untuk.. bukan hanya ISPA, hehehkeseluruhannya itu saya


membuat laporan kejadian, dianalisis itu sudah 2 tahun terakhir
2013-2014 (K, 32 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Untuk sekarang sudah melakukaan analisis dari komputer karna


kita input data itu terkendalikita manual kita masukan itu data
ke komputer baru kita analisis, habis kita membuat grafik-grafik
kan sudah kentara disitu, apakah terjadi peningkatan jadi kita bisa
analisis dengan melihat berdasarkan apa grafik-grafik itu. Kalo
tentang secara tabel sajakan masih kita membaca lagi yang mana
yang besar peningkatan kasusnya (Y, 34 tahun, wc : 21 Maret
2016).

Untuk menganalisisnya kita lihat dari jumlah data itu. Dimana


terjadi kasus tertinggi jadi kita maksudnya dimana terendah, dan
kita adakan perbandingan misalkan diumur berapa yang banyak
kasusnya, atau dijenis kelamin yang mana banyak kasusnya, atau
desa mana yang banyak kasusnya, atau dia terdiri dari di bulan-
bulan berapa, jadi kita bisa lihat untuk menangani kasus-kasus
(IF, 36 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Iya selalu, karena ada evaluasi program, evaluasi itukan yang


menyelenggarakan dinkes untuk tingkat puskesmas baru diliat
jumlahnya meningkat atau tidak setiap bulan (H, 34 tahun, wc :
22 Maret 2016).

Hmm.. dilihat juga dari data bulanan tapi biasanya dibandingkan


dengan data tahunannya biasa kalau evaluasi tahunan. Kalau
diminilokakrya dibandingkan data bulanan kalau di evaluasi
dibandingkan dengan data tahunan (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).

Analisis data itu kami minta bantuan komputer teman karna


situasi dan kondisi komputer kami yang belum perbaiki jadi ada
teman KTU yang operasikan komputernya atau laptopnya dirumah
baru saya lihat dari hasil analisis sekertaris atau KTU saya (WS,
37 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Biasanya itu kalau ada kasus biasa itu kan kita analisis bersama-
sama orang promkes dengan orang kesling toh maksudnya kita
kerjasama begitu kan tidak bisa kerja sendiri kita butuh juga
teman (HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Hampir sama ji dengan pengolahan data sebenarnya itu secara


komputerisasi saja. Saya biasa pake ini tabel dengan diagram.
Saya analisis kembali dulu karena biasa ada data yang
laporannya sekian ternyata pas turun cek tidak sesuai jumlah itu
jadi kita analisis ulang (SR, 26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Kalau kita itu nanti di dinas kayaknya tidak siap dianalisis


karena nanti didinas lagi yang olah kita punya data kalau kita
74

sampe seperti begini saja ada golongan umur nanti ada tabel
tersendiri juga untuk kelurahan ini yang dikumpulkankan didinas
belum diolah anu Cuma dalam bentuk begini saja (AS, 35 tahun,
wc : 28 Maret 2016).

Kita adakan rekapitulasi data itu yang penting semua terkumpul


kita bisa mi tabulasi kemudian kita analisis mengetahui jumlah
ispa itu mengalami penaikkan atau penurunan karena kenapa
kalau kita ambil diawal bulan itu datanya kita tidak bisa
mengetahui trennya dia naik apa turun jadi kita ambil di akhir
bulan kemudian kita rekapitulasi kita tabulasi itu data dia
mengalami peningkatan atau penurunan (HA, 34 tahun, wc : 31
Maret 2016).

Ditambahkan pula oleh hasil wawancara informan kunci SIA

dalam kutipan wawancara sebagai berikut :

Analisis data kalau memang kasus itu yang sifatnya emergensi


secepatnya dianalisis. Tetapi karena kita ini artinya berangkat
dari awal data itu mulai dari awal bulan akhir tahun. umpama
bulan Januari kita me..melakukan pendataan melakukan survei,
kita analisis setelah melakukan pendataan. Jadi mungkin setelah
artinya, bukan mungkin artinya setelah pendataan baru kita
menganalisa menganalisis baru kita memberikan kesimpulan.
Habis itu kita ee programer melakukan ee.. penyampaian di forum
seperti di minilokakarya bahwa hasil survei untuk surveilans ISPA
atau data-data lain nanti dibahas dalam awal tahun, awal bulan
pada tahun baru.(SIA, 34 tahun, wc: 31 Maret 2016).

Hasil wawancara tersebut informan menginterpretasikan bahwa

dalam menganalisis data yang bertugas menganalisis adalah semua

petugas dengan membaningkan jumlah kasus yang terjadi apakah

mengalami peningkatan atau penurunan, dan tidak ada teknik khusus

dalam menganalisis data, menganalisis data dilakukan diakhir bulan setiap

melakukan evaluasi program, proses analisis data dilakukan secara

manual, sama halnya dalam pengolahan data dan tidak ada teknik khusus

dalam menganalisis data.


75

5. Diseminasi Informasi

Diseminasi informasi kegiatan surveilans epidemiologi ispa. yang

dilakukan Puskesmas se-Kota Kendari berdasarkan hasil wawancara

mendalam sebagai berikut:

Waktu Diseminasi informasi

Maksudnya? Disaat itu juga disaat kita turun lapangan langsung


tidak pake lama kepada masyarakat tidak mungkinnya mi sama
kapus (HS, 33 tahun, 17 Maret 2016).

Ooh,saya biasanya adakan penyuluhan diposyandu-posyandu toh


2x ji kalian turun ke posyandu-posyandu penyuluhan ispa diare.
Iya satu kali penyuluhan semua dengan diare. Yaah metode
langsung (M, 33 tahun, wc : 18 Maret 2016).

Ooh,sama ini tiap bulan kita adakan minlok toh untuk kita bahas
tentang kasus penyakit yang ada (AK, 32 tahun, wc: 18 Maret
2016).

Minlok yah tiap bulan(IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).

Setelah kita melakukan pendataan ini kita langsung melaporkan


apa yang kita temukan dilokasi kita kita laporkan( JK, 32 tahun,
wc : 19 Maret 2016).

Kalau maksudnya secara khusus tidak tapi pada waktu Minlok,


kan kita sering adakan Minlok jadi semua PM atau PTM dibawah
standar untuk bulan itu kita laporkan, jadi pengambil kebijakan
sebenarnya, kalau bukan kepala Puskesmas, kepala tata usaha
berati mereka yang akan menentukan langkah langkah apa yang
kita akan ambil ini akan menjadi target untuk bulan depanya (K,
32 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Setiap bulan kita adakan yang namanya Minlok jadi semua


informasi tentang penyakit naik atau turun dipuskesmas kita
sampaikan disitu (Y, 34 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Pada Minlok sama kalau ada kasus KLB langsung melapor ke


Dinkes (IF, 36 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Setelah pulang dari lapangan kita buat kayak rekapan kita


simpan untuk Puskesmas dan kita kirim ke Dinas (H, 34 tahun,
wc : 22 Maret 2016).

Haa.. itu penyebaran data, tadi saya sudah katakan kasus yang
sifatnya emergensi secepatnya, pada waktu 24 jam kita harus
76

sebarkan ke masyarakat terutama dan juga pemerintah setempat


habis itu kita tindak lanjuti atau kita koordinasikan kepada dinas
kesehatan Kota Kendari bagaimana langkah-langkah untuk kasus
ini bisa ditanggulangi secepatnya karena sifatnya emergensi, tapi
kalau hanya sifatnya data, hanya sifatnya pemberitahuan bahwa
ada gejala-gejala yang bisa puskesmas menanggulangi atau
memecahkan masalah mungkin hanya sebagai sms saja atau surat
yang dari Kepala Puskesmas dikirim ke dinas dan juga
ditembuskan kepada pak camat dan kepala kelurahan untuk
sebagai laporan supaya bisa kita ketahui bahwa wabah atau suatu
kasus, sudah ada yang terindikasi (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).

Dalam minilokakarya setiap bulan, di akhir bulan kan, merekap


nanti di akhir bulan dari tanggal satu sampai tanggal 5 itukan
tidak ada kegiatan, jadi merekap laporan kan untuk dikirim ke
dinas kesehatan setelah nanti dikirim baru kami mengadakan
minilokakarya untuk evaluasi kembali hasil-hasil program kan
(WS, 37 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Perbulan itupun juga kalo adakan MINLOK, tapi kalo tidak ada
itupun juga secara informasi biasa-biasa saja pada saat mereka
datang mengumpulkan laporan itu, itupun kita adakan tidak
secara apa namanya rutin begitu cuman datang menyetor kepada
kita disini datanya(HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret 2016).

Biasanya pelaporan atau penyebarluasannya itu awal bulan


disetor ke Dinas dan biasanya kalau ada KLB baru disetor ke
Dinas untuk penyebarluasan informasi dan selanjutnya
dievaluasi (SR, 26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Sebaiknya setiap bulan pada saat minilokakrya, melihat data


kasusnya kemudian data kita sebarkan (AS, 35 tahun, wc : 28
Maret 2016).

Secara kolektif tiap bulan (HA, 34 tahun, wc : 31 Maret 2016).

Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu

diseminasi yang dilakukan di masing-masing Puskesmas yaitu dengan

menyebarkan secara lansung saat melakukan pendataan dilapangan,

melalui kegiatan Minilokakarya (Minlok) setiap bulan dari hasil analisa

masalah kesehatan, dan masing-masing programer memaparkan hasil

kegiatannya kemudian memberi informasi melalui penyuluhan.


77

Metode Diseminasi informasi hasil kegiatan surveilans

epidemiologi yang dilakukan setiap Puskesmas di Kota Kendari.

Berikut kutipan wawancaranya :

Melalui suara nda pake papan pengumuman kapan pake papan


pengumuman tidak akan ada yang baca, mending kalau door to
door rumah kerumah posyandu itu saja(HS, 33 tahun, 17 Maret
2016).

Apakah itu yang pamlet atau apakah namanya itu yang dilipat2
bukan pamflet kayaknya itu sa lupa mi namanya (M, 33 tahun, wc
: 18 Maret 2016).

Mmm kita penyuluhan lintas program dengan promkes toh.


Promkes juga yang biasa lakukan penyuluhan. Tidakji tidak pake
internet kan hasil datanya ini dalam bentuk laporan toh print out ji
langsung print out dikirim ke dinas. Kemasyakatnya tidak
kayaknya iya penyuluhanji tetap itu dilaksanakan penyuluhan
nyatami juga pake begitu leflet lembar balikpake ji tapi kalau mau
dibagi datanya diinternet begitu tidak. Dines juga kayak tidak ji
(AK, 32 tahun, wc: 18 Maret 2016).

Kalau sekarang masih jarang kayaknya kalau ispa paling


penyuluhan individu itupun kalau datang konsultasi toh atau kita
survei lingkungan. Kalau penyuluhan kelompok belum ada untuk
ispa karena dia itu dia kan kronis terus menular jadi penyuluhan
individu ji (IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).

Metode yang memberikan informasi seperti penyuluhan,


langsung diberi format pencatatan, Kalau wabah atau KLB itu
langsung menelpon ke dinas, bahwa wilayah ini ada terjadi KLB,
jadi mereka dari dinas turun langsung ke wilayah kerja bersama
sama kepetugas puskesmas dari kapus apa semua langsung turun
ke lapangan( JK, 32 tahun, wc : 19 Maret 2016).

Itu menyurat kita kan kebetulan disini metode penyebar luasan


informasinya itu kita cuma menyurat bisa selain ke dinas
kebetulan ada jejaring kerjasama dengan kantor kesehatan
pelabuhan kelas 2 kendari ya disitu juga kita bagi informasi selain
kedinas kita juga ke kantor kesehatan pelabuhan. Kalau
masyarakatnya kita cuma adakan penyuluhan. Kalau kita
penyuluhan tidak khusus harus ispa, penyuluhan itu kita ambil
semua penyakit yang naik apa yang lagi ternnya naik. Haa
biasanya kita adakan penyuluhan itu sekali sebulan kadang dua
kali sebulan tapi tidak menentu juga kadang kita liat juga kalau
misalkan kasusnya turung berarti kan biasanya pada saat kita
turun penjaringan disitu kita adakan penyuluhan door to door
juga (K, 32 tahun, wc : 21 Maret 2016).
78

Ee penyuluhan yang kita lakuakan biasa perorangan atau


kelompok biasa diposyandu atau dari rumah ke rumah jadi biasa
kita gabung dengan penyakit lain, ispakan erat kaitannya dengan
penyakit lain jadi kita gabung (Y, 34 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Disini itu untuk penyebarluasan informasi itu kita masih terbatas


ini kendala dana juga karena itu harus butuh dana sementara
dananya kita terbatas. Hmm dalam bentuk ini saja dalam bentuk
laporan, dalam bentuk pernah kita buat dalam bentuk selebaran-
selebaran juga yang kita edar dengan laporan fisik yang kita bawa
ke dinas kesehatan. Kalau penyuluhannya itu dia hampir tiap
posyandu itu ada penyuluhan . biasa tinggal diliat saja ee di
posyandu daerah manasaja yang tinggi di ininya kasus ispa biasa
sambil diselingi penyakit lain tapi tetap fokus juga dengan ispa
(IF, 36 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Kalau metode yang digunakan bentuk kayaknya hanya


pemberitahuan begini bentuknya bentuk penyakit dalam bentuk
apa bentuk laporan toh informasinya terus dilampirkan mi kayak
seperti ini grafik. Kayaknya untuk petugas disini saja. Kalau untuk
masyarakatnya nda (H, 34 tahun, wc : 22 Maret 2016).

Hanya metode kayak penyuluhan biasa menggunakan metode


ceramah menggunkan brosur plamflet. Kalau dinas kesehatan
biasanya hanya untuk ada intervensi dari dinas kesehatan itu
untuk misalnya kayak pemberantsan penyakit tertentu (RL, 51
tahun, wc : 22 Maret 2016).

Hasil kegiatan dijabarkan di minilokakarya Puskesmas selama


ini baru nanti dilanjutkan ke dinas kesehatan (WS, 37 tahun, wc :
23 Maret 2016).

Media yang kita kasih itu yang kita berikan itu seperti gambar-
gambar kita sebar di masyarakat kemudian kita penyuluhan, tetapi
penyuluhannya tidak kelompok tapi individu informasi kita sebar,
masyarakat memang seperti itu (HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret
2016).

Bentuk penyuluhannya itu langsung turun kelapangan toh kalau


ada yang dinyatakan penyakit ispa misalnya yang menderita ispa
dibulan itu paling langsung turun kelapangan untuk mendata
sekaligus juga dengan petugas keslingnya toh tentang pola
hidupnya kan biasa juga dari kebiasaannya (SR, 26 tahun, wc :
24 Maret 2016).

Pake poster . dia itu promkes biasa dia gabung (AS, 35 tahun,
wc : 28 Maret 2016).

Kita memberikan informasi kepada kader bahwa disini kenapa


dia banyak ISPA, kaya kemarin ISPA itu banyak. Begitu saja,
79

sama dengan petugas-petugas Pustu yang lain secara tertulispun


jarang. Iya betul. tapi untuk apa namanya memberikan seperti
catatan laporan begini..tidak (HA, 34 tahun, wc : 31 Maret
2016).

Berdasarkan hasil wawancara mengenai diseminasi informasi ke

Dinkes Kota maupun masyarakat pihak puskesmas melakukan metode

pemberian ceramah atau penyampaian lisan melalui penyuluhan yang

dilakukan oleh tim surveilans ( promkes dan kesling) dengan bantuan

gambar-gambar seperti poster dan pampflet.

Hal yang sedikit berbeda yang dikemukan oleh pihak Dinkes Kota

Kendari. Berikut kutipan wawancaranya :

Kecuali ada kasus kayak dbd baru-baru baru kita sebarkan ke


masyarakat. Itu promkes mi lagi yang punya peranan untuk
masalah promosi kesehatan jadi orang promkes yang datang
kesini, datanya korang didaerah mana yang tinggi ininya supaya
kita turun itu kan sudah tupoksinya juga orang promkes kayak
kemarin dianawai toh mereka turun mi promosi penyuluhan
disana satu paket promkes kesling programernya sama kita
surveilansnya atau biasa kita dulu turun baru mereka atau kita
mapingkan saja mereka kelurahan mana yang tinggi ininya toh
dan mereka langsung turun promosi. Kalau maping yang ada
baru khusus dbd ji kayaknya kan yang paling sering dbd toh
campak tidak kalau ispa na ispa paling tinggi sebenarnya hanya
kita belum mapingkan karena kita belum tau caranya itu saja.
Belum ada pelatihannya yang GIS toh belum ada yang satu-
satunya pernah GIS itu dbd sebenarnya samaji harusnya modelnya
cuman beda penyakitnya saja toh cuman datanya sama semua ji
kalau GIS tapi kita tidak bisa bikinkan maping bisaji tapi kalau
mapingkan kan kecuali kalau sudah ada kumulatif bagusnya kalau
kita maping itu kayak pertengahan tahun per 6 bulan kita maping
toh kalau 1bulan belum kelihatan kalau kita langsung maping
disini paling banyak lebih bagus itu kalau 6 bulan atau 1tahun pi
baru kita maping akhir tahunnya toh nanti sa mau belajar juga
yang begitu yang mapingnya supaya kita bisa tau (SIA, 34 tahun,
wc: 31 Maret 2016).
80

Hasil wawancara tersebut informan kunci menyatakan bahwa

diseminasi informasi di setiap Puskesmas se-Kota kendari sesuai

tupoksinya dilakukan secara tim (programer surveilans, promkes, dan

Kesling) melalui penyuluhan dan maping yang disebut GIS. Akan tetapi,

program maping saat ini di Kota Kendari hanya terbatas pada penyakit

DBD saja.

6. Kendala Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi

Kendaraan itu ji. Kendaraan karena ini daerah pesisir hehehe


daerah pesisir setengah mati toh (HS, 33 tahun, 17 Maret 2016).

Ituji transport (M, 33 tahun, wc : 18 Maret 2016).

Hambatannya tidak ji nda ada ji yang terlalu ini (AK, 32 tahun,


wc: 18 Maret 2016).

Tidak ada ji hambatannya (IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).

Selama ini surveilans itu khususnya ISPA belum ada kecuali


DBD itu dari tingkat I memang (JK, 32 tahun, wc : 19 Maret
2016).

Alhamdulillah tidak. Karena sejauh ini setiap pasien yang kita


tanya atau masyarakat yang kita turung penjaringan kita tanya
keluhannya apa mereka apa-apa masalahnya sejauh ini mereka
apa orangnya terbukalah istilahnya tidak ada yang ditutupi (K,
32 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Hambatan ketika kita mendapat kasus ispa dilapangan kita kan


merujuk pasien ke pusat fasilitas pelayana masyarakat salah
satunya puskesmas kadang mereka ogah-ogahan untuk itu, itu
salah satu hambatan(Y, 34 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Hambatannya biasa ada laporan masyarakat biasa kita kesasar


di alamat biasa kita tuju dialamat ini ternyata kita pergi ditempat
situ ternyata bukan disitu penderitanya biasa kita kadang-kadang
salah tulis alamat juga (IF, 36 tahun, wc : 21 Maret 2016).

Kalau hambatan-hambatannya nda ada semua berjalan dengan


baik ji karena semua bisa terlaksana. Alhamdulillah bisa ji kita
lakukan semuanya (H, 34 tahun, wc : 22 Maret 2016).

Selama ini berjalan cukup lancar karena walaupun ee kami disini


kekurangan petugas kami disini mempunyai 3 wilayah kerja
81

seharusnya itu mempunyai 3 petugas karena kalau ditemukan


kasus di 2 tempat kami hanya 1 petugas bisa membagi diri jadi
disitulah kendalanya kurangnya sumber daya manusia disini (RL,
51 tahun, wc : 22 Maret 2016).

Sa kira tidak ada masalah, karena semua tenaga-tenaga


kesehatan yang ada di lapangan bisa diajak kerjasama(WS, 37
tahun, wc : 23 Maret 2016).

Keterbatasan tenaga biasanya jadi kita mengolah tidak tepat


waktu dengan seharusnya karna banyaknya pekerjaan (HKT, 33
tahun, wc : 23 Maret 2016).

Alhamdulillah tidak ji karena masyarkatnya juga aktif toh (SR,


26 tahun, wc : 24 Maret 2016).

Kan laporan ini laporan berulang kan sudah diminta


disurveilans diminta lagi item-itemnya itu terus kurang tenaga
kayaknya (AS, 35 tahun, wc : 28 Maret 2016).

Ya itu tadi kurangnya petugas yang ikut berperan dalam analisis


jadi ya saya analisis sendiri sesuai dengan yang sering saya
lakukan(HA, 34 tahun, wc : 31 Maret 2016).

Hal yang serupa dikemukan oleh informan kunci mengenai

kendala dalam pelaksanaan sureilans epidemiologi yang berjalan di Kota

Kendari. Berikut kutipan wawancaranya :

Itu ji masalah petugas puskesmasnya ji yang kurang


tenaganya disana tenaga surveilansnya, mereka sering
pindah-pindah terus mereka juga banyak rangkap jabatan
jadi mereka tidak optimal itu kerja tentang surveilans kan
rangkap. Kan kalau programer mengolah juga data terus
surveilans merekap semua penyakit dari programer mau pm
mau ptm (SIA, 34 tahun, wc: 31 Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut pelaksanaan surveilans

di Kota Kendari untuk di daerah pesisir terhambat masalah

transportasi dalam mendukung pelaksanaan surveins epidemiologi,

masalah kurangnya tenaga kerja sehingga adanya rangkap jabatan di


82

beberapa Puskesmas, dan sebagian Puskesmas beranggapan tidak

memiliki masalah dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi.

C. PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian mengenai Pelaksanaan Surveilans

Epidemiologi di Puskesmas se-Kota Kendari Tahun 2016 dinilai dari aspek

pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi data serta

diseminasi informasi adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data

Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan, kematian, dan faktor

risiko. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain

individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan demografi, dan

sebagainya. Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui

wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran.

Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan instrumen

sebagai alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang

akan dilakukan dan memuat semua variabel data yang diperlukan

(Permenkes, 2014).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di setiap Puskesmas se-Kota

Kendari menunjukkan bahwa sumber data yang dilakukan petugas

kesehatan dalam pengumpulan data surveilans terkait Kendari identitas

penderita berdasarkan orang (nama penderita, nama kepala keluarga,

umur, dan jenis kelamin), waktu (tanggal, bulan, dan tahun kunjungan
83

pasien yang sakit) dan tempat (alamat penderita berdasarkan

desa/kelurahan), terdapat data kesakitan dan laporan monitoring indikator

peresepan obat diperoleh dari pencatatan hasil kunjungan pasien di poli

umum, dari pustu, dari ruang perawatan serta UGD dan laporan dari

masyarakat.

Pencatatan data dan pelaopran surveilans yang dilakukan oleh

petugas kesehatan di setiap Puskesmas Kota Kendari identitas berdasarkan

variable epidemiologi orang (nama penderita, nama kepala keluarga,

umur, dan jenis kelamin), waktu (tanggal, bulan, dan tahun kunjungan

pasien yang sakit) dan tempat (alamat penderita berdasarkan

desa/kelurahan) belum menunjukkan kelengkapan pengumpulan data oleh

Puskesmas di Kota Kendari terkait penyakit menular maupun tidak

menular, hal ini menunjukkan validitas data yang dikumpulkan masih

rendah. Satu hal yang penting diperhatikan dalam pengumpulan data

adalah validitas data terhadap pengecekan data. Namun, pengumpulan data

hanya berdasarkan pada total penemuan penderita dan jumlah kasus

penderita penyakit yang sesuai dengan golongan umur. Penentuan tempat

(place) hanya berdasarkan pada desa/kelurahan (tidak menunjukan data

lengkap dari alamat/ tempat tinggal penderita). Berdasarkan waktu (time)

yakni jika ada kasus dicatat berdasarkan periode bulanan secara manual.

Alat yang digunakan pada pengumpulan data surveilans di setiap

Puskesmas Kota Kendari menggunakan beberapa format yang dibuat

secara komputerisasi dan ada juga beberapa format yang dibuat secara
84

manual namun pengisian format tersebut rata-rata masih menggunakan

manual. Pengumpulan data pada setiap pasien yang diperiksa, formulir

dapat dibedakan atas dua yaitu pengumpulan data secara manual, bentuk

formulir harusnya dirancang agar konsisten dengan isi data reka medis

pasien sehingga informasinya dapat dikumpulkan dan dicatat secara

efesien dan pengumpulan dengan menggunakan sistem database komputer,

formulir manual sebaikanya dirancang sedemikian rupa sehingga isinya

sama dengan yang tertera dilayar komputer.

Pengumpulan data surveilans epdemiologi Imari (2011) mengatakan

bahwa ketepatan waktu yang bukan seharusnya dapat mengacaukan pola

kurva dari data surveilans yang akan dianalisis. Waktu pengumpulan data

surveilans dilakukan secara rutin di Puskesmas se-Kota Kendari setiap

awal bulan yaitu pada tanggal 1 sampai tanggal 5 dari hasil wawancara

oleh informan kunci menuturkan bahwa waktu pengumpulan data sudah

menjadi komitmen karena dari puskesmas jika pengumpulan data tidak

dilakukan maka tidak diberikan gaji. Pengumpulan data dilakukan setiap

hari dari buku register kunjungan pasien, pustu, dan laporan masyarakat

berdasarkan penuturan informan biasa.

Kegiatan surveilans ini mestinya harus dilakukan secara efisien dan

terus menerus, khususnya dari pengumpulan data, karena data harus

dilakukan analisis selanjutnya dapat dihitung jumlah kasus yang ada.

Kendala yang dihadapi oleh petugas puskesmas di Kota Kendari dari hasil

wawancara, mengatakan bahwa faktor keterbatasan tranportasi bagi


85

petugas yang bertugas didaerah pesisir dan kurangnya tenaga kesehatan

juga merupakan kendala yang dihadapi.

2. Pengolahan Data

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di Puskesmas

se-Kota Kendari diketahui bahwa pengolahan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan masih berupa data mentah yang bersumber dari daftar register

(kunjungan pasien, lapangan, pustu, dan laporan masyarakat). Selanjutnya,

data tersebut direkapitulas, diolah, dan diringakas menjadi tabel dan grafik

menggunakan program excel pada komputer sehingga dapaat

memudahkan untuk dianalisis.

Saat ini, kemajuan teknologi komputerisasi dalam proses

pengolahan data, terutama untuk kemudahan menyajikan hasil pengolahan

data berdasarkan variable epidemiologi yang diinginkan Puskesmas di

Kota Kendari dalam melakukan pengolahan dan penyajian data hanya

terbatas pada tabel dan grafik. Padahal penggunaan mapping atau

pemetaan dengan program Geographycal Information System (GIS) yang

sudah mulai diperkenalkan dalam pemanfaatan pembuatan kesimpulan

dapat jauh lebih mempermudah petugas kesehatan dalam pengolahan dan

analisis data. Sehingga informasi yang dihasilkan dapat dijadikan acuan

perencanaan dalam pemecahan masalah kesehatan.

Kenyataan yang ada hal tersebut belum dimanfaatkan dalam

menunjang pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit menular

maupun penyakit tidak menular yang semakin tahun semakin tinggi


86

jumlah kasusnya di beberapa Puskesmas se-Kota Kendari. Hal ini

dikarenakan, kurangnya pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan

Kota maupun Dinas Kesehatan Propinsi terkait masalah pelaksanaan

surveilans epidemiologi di Puskesmas.

Prinsipnya kegiatan pengolahan data surveilans akan terlaksana

dengan baik jika didukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dengan

kebutuhan yang semakin hari semakin meningkat. Saat ini, kurangnya

petugas kesehatan yang dimiliki Puskesmas sehingga tidak dapat

dilakukan pengolahan data dengan baik. Padahal sesuai Permenkes No.45

Tahun 2014, sangat jelas dinyatakan hasil pengolahan dapat berbentuk

tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan umur, jenis kelamin,

tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap variabel

tersebut disajikan dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat (rate,

rasio dan proporsi). Pengolahan data yang baik akan memberikan

informasi spesifik suatu penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya

adalah penyajian hasil olahan data dalam bentuk yang informatif, dan

menarik. Hal ini akan membantu pengguna data untuk memahami keadaan

yang disajikan (Permenkes, 2014).

3. Analisis dan Interpretasi Data

Menurut Hikmawati (2011) Analisis data surveilans menggunakan

pendekatan desktiptif dengan determinan epidemiologi, yaitu orang,

tempat dan waktu. Dalam melakukan analisis data surveilans dibutuhkan

data penunjang diluar informasi yang telah dikumpulkan misalnya data


87

kependudukan, data geografis, data sosial budaya agar penarikan

keputusan lebih komprehensif.

Penyajian data dengan menggunakan tabulasi dan dikombinasikan

dengan grafik memudahkan kita melakukan analisis. Analisis data

dilakukan sejak membuat tabulasi data dari register harian, sehingga

adanya suatu kalainan yang terjadi di wilayah kerja kita dapat segera

diketahui dilakukan tindakan pencegahan.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari informan tentang

analisis dan interpretasi data, di Puskesmas se-Kota Kendari data analisis

dengan menggunakan jenis pengukuran epidemiologi proporsi dan rate

dengan perbandingan jumlah kasus dengan jumlah penduduk, data

diinterpretasikan berdasarkan perhitungan bulanan dan tahunan, untuk

laporan tidak dilakukan dengan alasan dilakukan pada saat rekapan data

bulanan berdasarkan tempat (kelurahan/desa), orang (jenis kelamin), dan

umur (golongan balita dan semua umur). Namun, penentuan pemetaan dan

stratifikasi wilayah kerja yang rawan belum dilakukan oleh petugas

kesehatan, hanya melalui perhitungan penemuan penderita, untuk grafik

pada analisis data biasanya digunakan pada saat evaluasi program, dan

adanya analisis trend penyakit. Hal ini dikarenakan kurang tersedianya

pelatihan-pelatihan untuk petugas kesehatan dalam menganalisis data,

kurang keterampilan yang dimiliki oleh petugas kesehatan, serta

keterbatasan tenaga kesehatan di setiap Puskesmas Kota Kendari.


88

Penggunaan analisis data dan interpretasi data tergantung pada

tingkat unit kesehatan yang bersangkutan, sehingga dapat di analisis. Hasil

analisa dan interpretasi data disebarluaskan pada unit-unit yang

berkepentingan agar dapat digunakan untuk perencanaan tindak lanjut.

Data diinterpretasikan dengan membandingkan data bulanan jika evaluasi

pada saat kegiatan minlok namun membandingkan dengan data tahunan

pada kegiatan evaluasi tingkat kota yang dilakukan setiap tahun.

4. Diseminasi Informasi

Diseminasi Informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun

kebawah. Data/informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan

surveilans epidemiologi penyakit disampaikan kepada pihak-pihak yang

dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit campak atau upaya

peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat

kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar

diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan kasus. (Arias, 2010)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Puskesmas se-Kota

Kendari memperlihatkan bahwa petugas kesehatan Puskesmas di Kota

kendari dalam menyebarluaskan data/informasi kasus sudah mulai

memanfaatkan teknologi seperti layanan internet dan sms. Akan tetapi hal

ini hanya terbatas pada pelaporan kasus-kasus tertentu, untuk saat ini

masih menggunakan penyebaran informasi secara manual yaitu biasanya

petugas melaporkan kasus penyakit melalui pencatatan dan pelaporan saja

untuk dilaporkan ke unit-unit kesehatan lain guna dilakukan tindak lanjut.


89

Bentuk penyebarluasan informasi yang dilakukan yakni dari unit

pelayanan kesehatan tingkat bawah ke tingkat tertinggi mulai dari

Posyandu, Poskesdes, Pustu, dan Puskesmas. Petugas kesehatan

merampungkan semua data dalam bentuk laporan yang akan

dipresentasikan dalam pertemuan rutin atau minilokakarya (Minlok).

Berbeda dengan diseminasi informasi surveilans epidemiologi

yang dikemukan oleh Imari (2011), yang menyatakan bahwa hasil analisis

lanjut berupa suatu penarikan kesimpulan dari suatu tabel, grafik, atau peta

yang dapat disampaikan pada berbagai pihak yang membutuhkan melalui

media seperti laporan analisis surveilans epidemiologi (paper), penyajian

dlam seminar, penulisan dalam (buletin atau majalah), penyajian pada

pertemuan organisasi, dan pertugas yang melakukan analisis lanjut terlibat

dalam rapat program atau penyususnan perencanaan, pengendalianm

monitoring dan evaluasi program. Sehingga dalam proses diseminasi tidak

hanya ditujukan pada Dinas Kesehatan Kota maupun Dinas Kesehatan

Propinsi saja, tetapi juga pada masyarakat yang kemudian bersama-sama

membuat suatu program perencanaan dalam menurunkan kasus penyakit

menular maupun tidak menular.

5. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis

dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan

penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan


90

penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan

data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan. (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1116/MENKES/SK/VIII/2003).

Pelaksanaan Surveilans epidemiologi di setiap Puskesmas se-Kota

Kendari belum berjalan sesuai dengan kaidah yang sebenarnya. Informasi

dari data epidemiologi yang telah dikumpulkan dan diolah idealnya dapat

menjadi bahan dasar perencanaan dan pertimbangan kebijakan dan

program kesehatan yang efektif belum terjadi. Padahal secara teori

Surveilans mempunyai mekanisme yang baku serta dapat berfungsi

sebagai deteksi Dini dalam Proteksi terhadab kejadian KLB dan Wabah.

Namun, kenyataannya saat ini pelaksanaan Surveilans dilapangan yang

dilakukan petugas kesehatan lebih mengarah mengarah pada Kolecting

data. Sehingga fungsi dan manfaatnya menjadi lemah bahkan tak berarti

dalam pencegahan, penanggulangan dan pengendalian penyakit hanya

sebatas pengetahuan mengenai jumlah kasus yang terjadi tiap tahunnya

tanpa adanya kebijakan yang dilakukan.

Observasi yang dilakukan di Puksesmas se-Kota Kendari yakni

setiap informan memiliki pemahaman yang sama yakni petugas kesehatan

di Puskesmas Kota Kendari beranggapan bahwa pelaksanaan surveilans

epidemiologi sudah berjalan secara baik sesuai dengan format yang ada.

Akan tetapi, jumlah kasus penyakit yang terjadi tiap tahun di Puskesmas

selalu meningkat. Hal ini dikarenakan, kurangnya sumber daya manusia


91

yang tersedia, kurangnya pelatihan-pelatihan yang dapat mendukung

keterampilan petugas kesehatan dilapangan, belum adanya pemerataan

pemanfaatan teknologi layanan internet di setiap Puskesmas sehingga

terjadi rangkap kerja yang menyebabkan petugas kesehatan kewalahan

melakukan tugas yang tidak sesuai dengan keterampilan yang dimiliki

masing-masing petugas kesehatan.

Kegiatan surveilans epidemiologi mempunyai peran yang sangat

penting dalam penurunan dan pemberantasan penyakit di Puskesmas se-

Kota Kendari, mengingat masih tingginnya kasus penyakit menular

maupun tidak menular sehingga kegiatan surveilans merupakan kegiatan

yang harus dilakukan secara sistematis dan terus menerus agar diketahui

peningkatan dan penurunan kasus setiap bulan atau setiap tahun dan

merupakan pengamatan penyakit pada populasi yang dilakukan secara

terus menerus dan berkesinambungan, untuk menjelaskan pola penyakit,

mempelajari riwayat penyakit dan memberikan data dasar untuk

pengendalian dan penanggulangan penyakit tersebut.

D. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Lambatnya penerbitan surat dari instansi. Hal ini disebabkan karena tidak

adanya petugas yang berwenang untuk menandatangani surat peneliti

ditempat pada saat itu.

2. Sulitnya bertemu dengan informan. Hal ini disebabkan karena banyaknya

kesibukkan informan jadi tidak bisa diwawancarai. Sehingga, perlu


92

mencari waktu yang tepat serta suasana yang kondusif untuk melakukan

penelitian.

3. Tempat informan yang berbeda-beda dan jarak tempuh yang cukup jauh

dari tempat tinggal peneliti.


93

V. PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut, diperoleh kesimpulan dari penelitian ini

sebagai berikut:

1. Kegiatan surveilans dari segi pengumpulan data di setiap Puskesmas Kota

Kendari yakni jenis data yang dikumpulkan berupa laporan penyakit (data

kesakitan) dan laporan pemakaian obat yang bersumber dari petugas Pustu

dan data Puskesmas. Untuk pengumpulan data laporan mingguan (W2) dan

laporan bulanan (Lb1) ke Dinkes Kota sebagian Puskemas mengirimkan

laporan W2 via-sms dan laporan Lb1 via-email sesuai dengan format yang

ada. Sedangkan sebagian Puskesmas mengirimkan laporan Lb1 langsung

ke Dinkes Kota dalam bentuk laporan fisik.

2. Kegiatan surveilans dari segi pengolahan data dilakukan oleh petugas

secara manual dan memanfaatkan komputer pribadi, dilaporkan setiap

bulan dengan format laporan disajikan dalam bentuk tabel dan teks

peningkatan kasus penyakit dan untuk laporan tahunan disajikan dalam

bentuk grafik.

3. Kegiatan surveilans dari segi analisis dan interpretasi data, informan

menganalisis data menggunakan variabel epidemiologi (orang, waktu dan

tempat), hal tersebut diperoleh dari informan kunci yang menuturkan

bahwa analisis data menggunakan perhitungan persen, sedangkan

interpretasi dilakukan dengan membandingkan data bulanan dan tahunan.

93
94

4. Kegiatan surveilans dari segi diseminasi informasi terfokus pada

penyampaian secara lisan maupun dalam bentuk laporan ke unit pelayanan

kesehatan yang secara rutin dilakukan setiap bulan pada masing-masing

Puskesmas dalam pertemuan Minilokakarya (MINLOK).

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan saran sebagai

berikut:

1. Diharapkan kepada para petugas surveilans di Puskesmas yang ada

dikota kendari agar memaksimalkan kegiatan surveilans yang berjalan

untuk menekan angka kejadian penyakit menular maupun tidak menular

dimasyarakat.

2. Diharapkan kepada pemerintah, utamanya Dinas Kota Kendari agar

mengadakan pemantauan secara berkala di masyarakat umum terutama di

tempat-tempat yang rawan sebagai daerah yang wilayahnya tergolong

epidemik dan pandemik serta lebih mempersiapkan Puskesmas sebagai

pusat informasi dan pelayanan langsung di masyarakat dalam mencegah

dan menanggunalangi penyakit menular maupun tidak menular, memberi

dukungan dan memberdayakan masyarakat.

3. Diharapkan Kepada Kepala Puskesmas yand ada di Kota Kendari agar

mengawasi kinerja dan kedisplinan stafnya serta lebih melengkapi segi

fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti fasilitas komputer,

tansportasi, penambahan tenaga kesehatan serta hal-hal lain yang

dibutuhkan guna lancarnya kegiatan surveilans di Puskesmas.


95

4. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi secara terus-menerus kepada

masyarakat mengenai penyakit menular dan penyakit tidak menular

sehingga masyarakat mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan

penyakit menular dan penyakit tidak menular dan mampu mencegah

penularannya.

5. Perlunya pelatihan khusus kepada tenaga kesehatan di tingkat Puskesmas

khususnya dari tenaga surveilans terhadap masalah penyakit sehingga

ada respon positif melalui tindakan pencegahan dan penanggulangan

penyakit.

6. Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti serupa hendaknya lebih

mengembangkan variabel, desain penelitian, dan metode pengambilan

sampel yang akan diteliti lebih berbeda agar hasil yang diperoleh lebih

signifikan.
96

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Ridwan. 2012. Surveilans Kesehatan Masyarakat. IPB Press. Bogor.

Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2015. Kota Kendari Dalam Angka. Kendari.

Budioro, 2007. Pengantar Epidemiologi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,


Semarang.

Bungin, Burhan, 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta.

Buton, La Djabo. 2008, Bahan Ajar Mata Kuliah Surveilans Kesmas, Unhalu, Kendari.

Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Kesehatan Indonesia 2009, Depkes RI Direktorat
Jenderal PPM & PLP, Jakarta.

. 2003. Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP), Direktorat Jenderal


Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes R.I,
Jakarta.

. 2004. Bimbingan Keterampilan dalam Tata Laksana Penderita Infeksi


Saluran Pernafasan Akut pada Anak, Jakarta.

Dinkes Provinsi DIY. 2010. Profil Kesehatan Provinsi D.I.


Yogyakarta.Yogyakarta: Dinas Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta.

Dinkes Provinsi Jwa Tengah. 2010. Pedoman Dasar Pelaksanaan Surveilans


Privinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2012. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara


tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dinkes Kota Kendari . 2013. Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di


Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kendari. Dinas Kesehatan Kota
Kendari.

Dinkes Kota Kendari . 2014. Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di


Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kendari. Dinas Kesehatan Kota
Kendari.

Dinkes Kota Kendari . 2015. Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di


Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kendari. Dinas Kesehatan Kota
Kendari.

96
97

Hasrianti, 2011. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Demam Tifoid Di


Puskesmas Perawatan Abeli Kota Kendari Tahun 2010, Unhalu,
Kendari.

Heryana, A. 2015. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Universitas Esa


Unggul. Jakarta.

Hikmawati, I. 2011. Buku Ajar Epidemiologi. Nuha Medika. Yogyakarta.

Http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/pengembangan-surveilans-penyakit-
berbasis-masyarakat, diakses tanggal 16 Desember 2015

Imari,S. 2011. Surveilans Epidemiologi Prinsip,Aplikasi,Manajemen


Penyelenggaraan dan Evaluasi Sistem Surveilans. FETP Kemenkes RI-
WHO. Jakarta.

Kalsum, N. (2011). Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Tuberkulosis (TB) Di


Wilayah Kerja Puskesmas Lalonggasymeeto Kabupaten Konawe Tahun
2010. Skripsi Universitas Halu Oleo. Kendari.

Kemenkes. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi


Kesehatan. Kemenkes RI.

Kemenkes. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi


penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular Terpadu. Kemenkes RI

Latif,V. 2011. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Infeksi Saluran Pernapasan


Akut (Ispa) Di Puskesmas Waetuno Kecamatan Wangi-Wangi
Kabupaten Wakatobi Tahun 2010. Skripsi Universitas Halu Oleo.
Kendari.

Masrochah,S. 2008. Sistem Informasi Surveilans Epidemiologi Sebagai


Pendukung Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit di
Dinas Kesehatan Kota Semarang, Universitas Diponegoro. Semarang.

Mahfudhoh, B. 2015. Komponen Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue


(Dbd) Di Dinas Kesehatan Kota Kediri. Artikel Ilmiah. FKM
Universitas Airlangga. Surabaya.

Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.

Permenkes. 2014. Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Permenkes RI

Permenkes. 2010. Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan


Wabah Dan Upaya Penanggulangan. Permenkes RI.
98

Sugiasih, E. 2012. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak Di Puskesmas


Cepu Dan Tunjungan Kabupaten Blora Tahun 2012. Skripsi Universitas
Negeri Semarang.

Weraman, P. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyaratakat. Gramata


Publishing. Jakarta.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

World Health Organization. 2008. Measles, www.who.int. diakses tangga13


Desember 2015.

World Health Organization Indonesia. 2012. Report on Situational Analysis of


Acute Respiratory Infections in Children in Indonesia. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA
PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS
SE-KOTA KENDARI TAHUN 2016

(Untuk Petugas Surveilans Puskesmas)


Nama informan :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Puskesmas :
Jabatan :
Masa kerja ::

1. Menurut Anda, kegiatan surveilans itu seperti apa?


2. Menurut Bapak/Ibu, siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas? Bagaimana peran masing-
masing pihak tersebut?
3. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi yang selama ini
berjalan?
5. Dapatkah Anda jelaskan, apa saja sumber data surveilans ? Apa sudah tersedia
secara lengkap?
6. Dapatkah Anda jelaskan, jenis data apa saja yang telah Anda kumpulkan
dalam kegiatan surveilans ini?
7. Dapatkah Anda jelaskan, alat pengumpulan data seperti apa yang telah
digunakan dalam kegiatan surveilans ?
8. Menurut Anda, kapan sebaiknya melaksanakan pengumpulan data surveilans ?
9. Bagaimana cara Anda melakukan pengolahan data? Apakah itu rutin?
10. Bagaimana cara Anda menyajikan data yang telah diolah tersebut?
11. Dalam bentuk apakah penyajian data yang Anda lakukan?
12. Pernahkah Anda mendapat pelatihan pengolahan data dan penyajian data? Bila
pernah sebutkan!
13. Bagaimana cara Anda membuat kesimpulan dari data-data tersebut?
14. Menurut Anda kapan sebaiknya dilakukan penyebaran data surveilans ?
15. Menurut Anda, kepada siapa saja dilakukan penyebaran informasi?
16. Apakah Anda melaporkan data kasus ke Dinas Kesehatan Kota?
17. Kapan Anda melaporkan data kasus ke Dinas Kesehatan Kota?
18. Apakah Anda jika melaporkan data kasus selalu tepat waktu?
19. Jika tidak tepat waktu apakah Anda diberi sanksi oleh petugas Dinas Kesehatan
Kota?
20. Apakah laporan Anda selalu lengkap?
21. Bagaimana penyuluhan yang seharusnya dilakukan?
22. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait surveilans epidemiologi? Bagaimana
bentuk kebijakannya?
23. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan surveilans
epidemiologi ?
24. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan surveilans
epidemiologi? Bagaimana bentuk keterlibatannya?
25. Bagaimana sistem monitoring yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan
surveilans epidemiologi ?
26. Terkait dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi, apa saja hambatan yang
dirasakan selama ini?
27. Upaya-upaya apa yang diberikan pihak Puskesmas untuk meningkatkan dan
mengembangkan produktivitas kerja petugas surveilans?
28. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu lakukan dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi?
29. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
surveilans epidemiologi kedepannya?
PEDOMAN WAWANCARA
PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS
SE-KOTA KENDARI TAHUN 2016

(Untuk Petugas Surveilans Dinas Kesehatan)


Nama informan :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :

1. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi yang selama ini


berjalan di Kota Kendari?
2. Apa saja indikator pelaksanaan surveilans epidemiologi di Kota Kendari?
3. Hal apa saja yang Anda lakukan apabila menemukan kasus?
4. Menurut Bapak/Ibu apakah petugas surveilans di Puskesmas telah
melaksasnakan tugasnya secara kompeten?
5. Bagaimana cara Anda merekap data ?
6. Berasal dari manakah data yang Anda dapatkan?
7. Bagaimana frekuensi tentang laporan kejadian di wilayah kerja Anda?
8. Puskesmas mana saja yang sering mengalami keterlambatan dan puskesmas
mana saja yang mengalami ketepatan dalam pengumpulan laporan?
9. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan tentang surveilans? Bila pernah
sebutkan!
10. Bagaimana cara Anda melakukan pengolahan data?
11. Apakah Anda rutin melakukan pengolahan data tersebut?
12. Bagaimana cara penyajian data yang telah diolah tersebut?
13. Dalam bentuk apakah penyajian data yang telah diolah tersebut?
14. Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan pengolahan data dalam penyajian
data? Bila pernah sebutkan!
15. Bagaimana cara Anda menyebarluaskan kepada pihak yang membutuhkan?
16. Pihak mana saja yang biasanya membutuhkan data tersebut?
17. Kapan jadwal pengumpulan data kasus?
18. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengumpulan data kasus, apa yang
dilakukan oleh dinas kesehatan dalam menangani hal ini?
19. Bagaimana dinas kesehatan mengevaluasi kegiatan surveilans yang ada di
seluruh puskesmas di Kota Kendari?
20. Bagaimana sistem monitoring yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan
surveilans epidemiologi?
21. Dalam bentuk apakah Anda menidaklanjuti informasi yang ada?
22. Bagaimana keterlibatan instansi lain dalam peran membuat kebijakan di
wilayah kerja Anda?
23. Upaya-upaya apa yang diberikan pihak DKK untuk meningkatkan dan
mengembangkan produktivitas kerja petugas surveilans ?
24. Apa saja kendala dari pelaksanaan surveilans epidemiologi di Puskesmas?
25. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan Pelaksanaan
suervilans epidemiologi di Kota kendari?
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS


SE-KOTA KENDARI TAHUN 2016
1. Observasi Tentang Pengumpulan Data

No. Pertanyaan check List Hasil Observasi


Pengumpulan data ya tidak
1. Pencacatan hasil kunjungan pasien
2. Identitas penderita berdasarkan
- Orang
- Tempat
- Waktu
3. Data kasus
4. Laporan investigasi penyakit
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
6. Jumlah kasus
- Minggu
- Bulan
- Tahun
7. SK petugas surveilans
8. Laporan KLB
9. Ketepatan waktu pelaporan
10. Kelengkapan isi laporan
11. Data kesakitan
12. Laporan stock dan pemeriksaan logistik
2. Observasi Tentang Pengolahan Dan Penyajian Data

No. Pertanyaan check List Hasil Observasi


Pengolahan dan penyajian data ya tidak
1. Frekuensi dan distribusi kasus
2. Metode pengolahan data surveilans
3. Teknik pengolahan data
4. Bentuk penyajian data kasus disertai data
jumlah kasus
5. Penggunaan komputer dalam pengolahan data
6. Pemantauan kasus mingguan
7. Penentuan stratifikasi dasa/kelurahan

3. Observasi Tentang Analisis Dan Interpretasi Data

No. Pertanyaan check List Hasil Observasi


Analisis data ya tidak
1. Waktu pelaksanaan (harian/mingguan/bulanan)
2. Data dalam keadaan siap di analisis
3. Jenis pengukuran yang digunakan (rate,
proporsi dan rasio
4. Grafik penderita
5. Grafik kasus berdasarkan golongan umur

4. Observasi Tentang Diseminasi Informasi

No. Pertanyaan check List Hasil Observasi


Penyebarluasan informasi ya Tidak
1. Pemanfaatan media internet dalam
penyebarluasan informasi
Lampiran 3
Content Analisis
(Analisis Isi)
Data Kategori Reduksi Data Display Data Kesimpulan
1. Surveilans epidemiologi
Kegiatan Surveilans :
Informan kunci
Surveilans itu adalah suatu pengamatan Surveilans adalah Surveilans adalah Surveilans adalah Surveilans adalah kegiatan
suatu penyakit yang secara sistematis dan pengamatan secara kegiatan penyelidikan kegiatan pengamatan secara
terus menerus dimana eee secara terus sistematis dan terus- epidemiologi yang pengamatan/pemantauan/ sistematis dan terus-
menerus terhadap penyakit dilakukan setelah ada pencatatan secara menerus terhadap penyakit
menerus untuk secara sistematis ke daerah-
didaerah berpotensi KLB. kasus. sistematis dan terus- yang terjadi dalam
daerah yang berpotensial-potensial penyakit- menerus terhadap masyarakat. Kegiatannya
penyakit yang berpotensial KLB (Kejadian Surveilans adalah penyakit menular maupun dimulai dari pengumpulan,
Luar Biasa)(SIA, 34 tahun, wc: 31 Maret kegiatan yang sistematis tidak menular yang terjadi pengolahan, penyajian,
2016). mulai dari pengumpulan, di masyarakat/lapangan. evaluasi, dan analisis data.
pengolahan, penyajian, Pendekatan pelaksanaan
evaluasi, dan analisis Kegiatan surveilans kegiatan surveilans dapat
data, baik secara aktif dimulai dari kegiatan dilakukan secara pasif
maupun pasif. pengumpulan, maupun aktif. Jika data
Informan biasa pengolahan, penyajian, surveilans menunjukkan
Surveilans itu kegiatan yang dilakukan Surveilans adalah kegiatan Surveilans adalah evaluasi, dan analisis ada kasus penyakit
oleh programmer untuk menunjukkan pencegahan penyakit kegiatan pemantauan data. berpotensi KLB dalam
pencegahan penyakit dilingkungan dimasyarakat. secara terus-menerus masyarakat, maka perlu
masyarakat(HS, 33 tahun, 17 Maret terhadap penyakit Pendekatan pelaksanaan dilakukan kegiatan
2016). dimasyarakat surveilans dapat penyelidikan epidemiologi
Surveilans itu,itu bemana di misalkan Surveilans adalah kegiatan dilakukan secara aktif terhadap kasus penyakit
kita ada kasus kita langsung lacak toh penyelidikan epidemiologi Surveilans adalah maupun pasif. tersebut. Hasil kegiatan
tempatnya kejadian tersebut kita adakan yang dilakukan setelah ada kegiatan pencatatan surveilans digunakan untuk
mi penelitian disitu PE toh penelitian kasus. secara terus-menerus Jika surveilans dilakukan memetakan kejadian
epidemiologi kenapa ada kenapa bisa terhadap penyakit terhadap penyakit penyakit dalam masyarakat
terjadi kasus(M, 33 tahun, wc : 18 menular dan penyakit menular yang berpotensi dan menjadi dasar kegiatan
Maret 2016). tidak menular. KLB, maka jika terjadi pembinaan kesehatan.
Kegiatan surveilans itu kegiatan yang Surveilans adalah kegiatan Surveilans adalah kasus penyakit tersebut
sistematis yang dilakukan secara terus yang sistematis dan terus- pengamatan secara dalam masyarakat
menerus sesuai dengan kasus yang menerus sesuai kasus yang sistematis dan terus- dilakukan kunjungan
terjadi(AK, 32 tahun, wc: 18 Maret terjadi. menerus terhadap untuk melakukan
2016). penyakit didaerah penyelidikan
Kalau disini surveilans itu pelacakan Surveilans adalah kegiatan berpotensi KLB epidemiologi lebih lanjut.
dan penemuan. Ada juga yang sudah pelacakan dan penemuan
ditemukan tapi belum pernah dikunjungi kasus. Surveilans adalah Data hasil surveilans
itu termasuk juga(IV, 36 tahun, wc :19 kegiatan pencegahan digunakan untuk
Maret 2016). penyakit dimasyarakat. memetakan kejadian
Kegiatan surveilans itu kegiatan yang Surveilans adalah kegiatan penyakit dan melakukan
sistematis mulai dari pengumpulan data, yang sistematis mulai dari Surveilans adalah kegiatan pembinaan.
pengolahan, penyajian data, evaluasi dan pengumpulan, pengolahan, kegiatan yang sistematis
analisisnya(JK, 32 tahun, wc : 19 Maret penyajian, evaluasi, dan dan terus-menerus
2016). analisis data. sesuai kasus yang
terjadi.
Kegiatan surveilans epidemiologi itu Surveilans adalah kegiatan
kita melakukan kita melakukan penyelidikan epidemiologi Suveilans adalah
penyelidikan epidemiologi jika ada kasus setelah adanya kasus. kegiatan pemetaan dan
setelah itu kita adakan turun lapangan pembinaan.
kita adakan pe penyelidikan
epidemiologi (K, 32 tahun, wc : 21
Maret 2016).
Kegiatan yang dimulai dari Surveilans adalah kegiatan
perencanaan eh maksudnya pengumpulan, analisis,
pengumpulan data pengolahan analisis dan interpretasi data, baik
dan interpretasi data terus kegiatan secara aktif maupun pasif.
surveilans itu ada yang dilakukan secara
aktif dan ada yang dilakukan secara pasif
toh(Y, 34 tahun, wc : 21 Maret 2016).
Kegiatan surveilans itu yaa pemantauan Surveilans adalah kegiatan
secara terus-menerus terhadap objek pemantauan secara terus-
atau penyakit yang berkembang menerus terhadap penyakit
dimasyarakat(IF, 36 tahun, wc : 21 dimasyarakat.
Maret 2016).
Kalau kegiatan surveilans itu apa Surveilans adalah kegiatan
pengamatan toh secara terus-menerus pengamatan secara terus-
misalkan ada kasus kalau kasusnya menerus disertai
seperti ispa terus liat mi golongan penyelidikan
umurnya golongan umur berapa misalkan epidemiologi.
dia golongan umur balita ee kita ambil
nama lengkapnya dimana tapi ispa ada
golongannya ispa ringan, ispa sedang,
atau ispa berat toh haa kalau misalnya
yang mau diambil ispa berat kita liat
tempat alamatnya dimana umurnya juga
berapa terus kita kunjungi tempatnya
maksudnya dia tinggal dimana terus nanti
pada saat kita sudah ada kunjungi kita
amati kan kita amati kondisinya bemana
kondisinya pada saat terkena penyakit itu
toh haa terus pada kita saat itu pantau
terus kondisinya sambil kita kasi di PE
(H, 34 tahun, wc : 22 Maret 2016).
Kegiatan surveilans itu suatu kegiatan Surveilans adalah kegiatan
yang melacak dan menemukan suatu pelacakan dan penemuan
penyakit ee penyakit menular penyakit- kasus penyakit menular
penyakit apa saja sekarang itu penyakit dan penyakit tidak
tidak menularpun disuvei(RL, 51 tahun, menular.
wc : 22 Maret 2016).
eh.. surveilans ya.. menurut saya sendiri Surveilans adalah kegiatan
dia itu kayak semacam kegiatan pencatatan secara terus-
pencatatan secara terus menerus menerus.
begitu..em..em.. dan ini penting
sekali(WS, 37 tahun, wc : 23 Maret
2016).
Kegiatan pemantauan kasus yang Surveilans adalah kegiatan
dilakukan secara terus menerus(HKT, pemantauan secara terus-
33 tahun, wc : 23 Maret 2016). menerus.
Kayak seperti pemetaan ee terus Suveilans adalah kegiatan
pembinaan yaa sebatas itu(SR, 26 tahun, pemetaan dan pembinaan.
wc : 24 Maret 2016).
Surveilans pelacakan kasus penyakit Surveilans adalah kegiatan
menular dilapangan (AS, 35 tahun, wc : pelacakan kasus penyakit
28 Maret 2016). menular dilapangan.
Surveilans itu kegiatan pencatatan kasus Surveilans adalah kegiatan
sampe pada evaluasi terhadap penyakit pencatatan sampai
menular terus ee dengan penyakit tidak evaluasi penyakit menular
menular(HA, 34 tahun, wc : 31 Maret dan penyakit tidak
2016). menular.
2. Pengumpulan Data
Jenis data dan sumber data terkait surveilans :
Informan Kunci
Kalau ada kasus ispa bisa langsung turun Jenis pengumpulan data Jenis pengumpulan data Jenis pengumpulan data Jenis pengumpulan data
atau lapor dulu sama kita atau setelah turun berupa data rawat jalan, berupa data rawat jalan, berupa data rawat jalan, yang dikumpulkan berupa
pi baru melapor kita juga tetap turun karena data kesakitan, dan data data kesakitan, dan data data kesakitan, dan data data rawat jalan, data
dinas juga tetap juga ada pembinaannya toh kematian (kalau ada). kematian (kalau ada). kematian (kalau ada). kesakitan, dan data
pada puskesmas jadi sama-sama ji kita turun Sumber data dari Sumber data dari kematian (kalau ada).
Puskesmas, laporan Puskesmas, laporan Pengumpulan data Pengumpulan data
tapi kalau puskesmas dia rutin turunnya jadi masyarakat, dan hasil masyarakat, dan hasil dibedakan menurut surveilans dibedakan
untuk penyakit-penyakit tertentu puskesmas turun lapangan. turun lapangan. sumber data yaitu data menurut sumber data yaitu
dia turun terus kan tupoksinya merekan kan primer dan data sekunder. data primer dan data
begitu. Jadi jenis datanya itu penyakit- Sumber data dari Poli sekunder. Pengumpulan
penyakit rawat jalan, data kesakitan ISPA, umum, dan rawat inap Sumber data dari data dapat dilakukan
data kematian juga kalau ada tetap dan Pustu. penemuan pasif adalah secara pasif dan aktif.
laporan diagnosa dokter Penemuan data secara
dikumpulkan dan itu data harus dikirim setiap Sumber data dari hasil dan kunjungan pasien/ pasif dikumpulkan dari
bulannya jadi harus tetap dikumpulkan, kunjungan pasien di Poli registrasi pasien di Poli laporan diagnosa dokter
misalnya LB1 kan setiap bulan harus lengkap umum. umum. dan kunjungan pasien/
pengiriman dan untuk kota kendari itu tidak registrasi pasien di Poli
Data dari penemuan Sumber data dari hasil umum. Sedangkan
gajian kalau tidak ada ada laporan masuk
pasif berupa registrasi penemuan aktif yaitu penemuan data secara aktif
dari puskesmas dan itu sudah komitmen pasien dan penemuan survei lapangan yang Dari hasil survei lapangan
memang( SIA, 34 tahun, wc: 31 Maret 2016) aktif dari survei dilakukan oleh petugas, yang dilakukan oleh
lapangan. kegiatan door to door, petugas, kegiatan door to
Informan Biasa dan laporan masyarakat door, dan laporan
Sumber data dari hasil jika ada wabah. masyarakat jika ada
Sebenarnya bukan ISPA saja banyak Sumber data dari Poli diagnosa dokter di Poli wabah.
digabung semua dbd, ISPA, diare, tipoid umum dan Pustu. umum.
satu kali turun datanya semua saya ambil
datanya dari ee poli dengan turun Sumber data dari hasil
lapangan sama pustu juga karna pustu laporan masyarakat jika
juga berjalan(HS, 33 tahun, 17 Maret ada wabah dan kegiatan
2016). door to door.
Sumber datanya dari poli umum toh Sumber data dari Poli
umpanya kita cara anukan laporan toh umum dan Pustu.
dari poli umum kita rekap di LB1. Kita
surveilans kita ambil mi dari LB1 kitaa
dari pustu-pustu kan digabung toh masuk
di laporan LB1 kita ambil mi dari situ
(M, 33 tahun, wc : 18 Maret 2016).
Terus data primer ji semua ini toh yang
masuk itu pasien yang datang berkunjung Sumber data yaitu data
toh kan dipoli toh. Sudah pernahkah primer dari hasil
jalan2 dipoli umum? Kan kalau disitu kunjungan pasien di Poli
ada jenis penyakitnya apa toh aa terus umum berdasarkan
kita masuk dalam aa kan dipuskesmas itu kelurahan.
ada yang namanya lb1 laporan bulan toh
nah disitu semua penyakit di lb1. Ini data
kesakitan toh jadi ispa 1304 kodenya itu
1302 pale disinimi dia muncul datanya
toh dari golongan umur ini dibawah 1 toh
dari 0 sampe diatas 7 tahun digolongkan,
diklasifikasi dalam umur begini toh
dimasukkan mi. oh untuk nama tempat
dan waktu ispa kita tidak catat dia
kecuali pnemoni. Adaji kalau mau liat itu
nama penderitanya toh tapi dibukunya mi
poli umum. Buku daftar kunjungan
pasiennya poli umum toh disitu kalau
mau liat detil namanya alamatnya toh.
Kalau kita merekap jumlahnya
berdasarkan seperti ini kan berdasarkan
kelurahan toh, berdasarkan kelurahan
kita puskesmas ada 4 wilayah kerja
berdasarkan kelurahan itu jumlahnya
saja yang dihitug toh tapi untuk
pencatatan identitas nama alamat
jeniskelaminnya itu toh ada dibuku poli
untuk itu programaer da tidak catat
kecuali itu pnemoni. Ada ji juga tercatat
tapi khusus untuk ispa yang balita harus
dicatat dia namanya. Kalau diatas 5tahun
nda nda tercatat toh. Bukan artinya tidak
tercatat maksudnya programernya da
tidak dicatat terus tapi tetatp tercatat
dipoli tapi untuk laporannya formatnya
tidak diminta namanya toh. (AK, 32
tahun, wc: 18 Maret 2016).
Sebagian dari kunjungan sebagian dari
suvei maksudnya kunjungan ke
puskesmas toh sebagian dari penemuan Sumber data dari
itu mi ada penemuan pasif ada penemuan penemuan pasif yaitu
aktif. Penemuan pasif itu kita yang kunjungan pasien dan
menunggu disini mereka yang datang. penemuan aktif dari survei
Kalau data aktifnya ada registrasinya dilapangan.
sendiri karena itu termasuk kegiatan luar
gedung (IV, 36 tahun, wc :19 Maret
2016).
Data yang saya ambil dari hasil Sumber data dari hasil
diagnosa dokter yang berada di poli diagnosa dokter di Poli
kemudian saya masukkan di buku saya umum.
tinggal memindahkan(JK, 32 tahun, wc :
19 Maret 2016).
Kita ambil dari poli umum kemudian Sumber data dari Poli
kita adakan disini kan surveilans biasa umum dan door to door di
melakukan penyaringan berarti masyarakat.
disamping kita ambil data dari poli
berarti kita ambil door to door kalau ada
keluhan dari masyarakat toh (K, 32
tahun, wc : 21 Maret 2016).
Sumber data itukan data primer dan Sumber data dari data
data sekunder. Data itu biasanya kita primer dan sekunder yaitu
ambil dari orang yang data pasien yang registrasi pasien dan data
berobat dan register pasien yang berobat dari turun lapangan.
disini secara anu ee apa data primer ee
sekunder terus kalau yang sekunder
biasanya kita turun kelapangan ee biasa
diposyandu ee penyuluhan dari rumah ke
rumah jadi kalau misalnya ada yang sakit
ispa atau kita curigai ispa itu biasanya
kita rujuk ke pukskesmas(Y, 34 tahun,
wc : 21 Maret 2016).
Sumber data itu dari laporan Sumber data dari Poli
masyarakat ee informannya kita dengan umum.
data ee yang ada di poli umum itu tiap
hari kita bekkap terus. Itu dia yang masuk
di 20 besar di yang masuk di ini format
saya ini kan laporan w2 saya heeh ini
format terbarunya kita untuk dinas
kesehatan ini untuk se Indonesia
kayaknya formatnya kayak begini untuk
format laporan w2 memang. Tapi
dibawakan semua penyakit juga ada yang
masuk disini itu yang kita cover toh(IF,
36 tahun, wc : 21 Maret 2016).
Misalkan ada kasus kalau kasusnya Sumber data dari buku
seperti ispa terus liat mi golongan register pasien.
umurnya golongan umur berapa misalkan
dia golongan umur balita ee kita ambil
nama lengkapnya dimana tapi ispa ada
golongannya ispa ringan, ispa sedang,
atau ispa berat toh haa kalau misalnya
yang mau diambil ispa berat kita liat
tempat alamatnya dimana umurnya juga
berapa terus kita kunjungi tempatnya
maksudnya dia tinggal dimana terus nanti
pada saat kita sudah kunjungi kita amati
kan kita amati kondisinya bemana
kondisinya pada saat terkena penyakit itu
toh haa terus pada kita saat itu pantau
terus kondisinya itu kita ee ambil mi data
lengkapnya namanya umurnya alamatnya
terus kita bikin mi kita isi mi di
format(H, 34 tahun, wc : 22 Maret
2016).
Kalau sumber pasif kami ambil dari Sumber data dari buku
klinik buku register pasien kemudian register pasien dan
kalau yang aktif kami dapat informasi informasi dari masyarakat.
dari warga setempat dari pak lurah pak
RT (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret 2016).
Kalau untuk poli umum mereka yang
Data dari Poli umum dan
datang di puskesmas poli, kita mendengar
laporan masyarakat jika
apa laporan dari masyarakat, ada wabah
ada wabah petugas
kemudian kita turun langsung begitu yang
melakukan pendatan.
kita turun yang kita ambil itu jumlah
penderitanya berapa, kemudian apa
gejala-gejalanyanya(WS, 37 tahun, wc :
23 Maret 2016).
Eeemmm data-data yang kami Data dari diagnosa di Poli
kumpulkan, yang masuk di poli itu emm umum.
identitasnya lengkap itu semua, trus
diagnosanya trus pengobatannya(HKT,
33 tahun, wc : 23 Maret 2016).
Seperti data dari Pustu, dari Pustu yang Sumber data dari Poli
mereka liat gejala. Ada juga yang dari umum dan Pustu.
masyarakat kalau orang sudah rasa
gejala klinisnya seperti itumereka
datang sendiri disini, dan ada juga kita
ambilkan ke Puskesmas,ekita ketemu
perorangan. Ada jenis penyakit begitu,e
kita anu suruh ambilkan kesini, kita lihat
gejala-gejalanya. Mendaftar di kartu
langsungmasuk di Poli umum (SR, 26
tahun, wc : 24 Maret 2016).
Sumber data kita berdasarkan poli Sumber data dari Poli
umum ji. Kalau dilapangan kalau ada umum dan data turun
yang batuk , flu pokoknya dia flu demam lapangan.
batuk biasanya kalau ada yang begitu
kita sarankan mi datang kesini (AS, 35
tahun, wc : 28 Maret 2016).
ee laporan LB1 dari Pustu-pustu, poli Data dari Pustu, Poli
umum, dan eee perawatan ya, rawat inap, umum, dan rawat inap.
itu pasti diambil semua laporan
kesakitannya jadi diliat nanti dari hasil
itu yang mana yang bisa kita evaluasi,
follow up, itu mi nanti yang kita
kunjungi (HA, 34 tahun, wc : 31 Maret
2016).
Waktu pengumpulan data terkait surveilans:
Informan Kunci
Laporan w2 dikirim setiap Laporan w2 dikirim Laporan mingguan Waktu pengumpulan data
Kan ada formatnya mereka merekap minggu melalui website setiap minggu melalui (laporan w2) rutin pada sistem surveilans
lb1nya poli toh terus mereka bawa kesini. dan sms. Sedanglan website dan sms. dilakukan setiap minggu epidemiologi di
Pengiriman lb1nya itu tiap bulan kalau laporan Lb1 dikirim paling Sedanglan laporan Lb1 dan dikirim melalui sms Puskesmas se-Kota
w2nya iu tiap minggu mereka langsung lambat tanggal 5 bulan dikirim paling lambat dan website yang Kendari meliputi laporan
berikutnya melalui email tanggal 5 bulan langsung terhubung ke w2 (mingguan) dan
melalui website ada websitenya langsung
dan dikirim langsung ke berikutnya melalui email pusat. laporan lb1 (bulanan).
terinput ke kemenkes kalau tiap minggunya Dinkes. dan dikirim langsung ke Laporan w2 (mingguan)
sms mereka itu sms itu langsung terinput di Dinkes. Laporan bulanan (laporan dikirim setiap minggu
data kalau stp laporan kunjungannya tidak lb1) rutin dilakukan melalui sms dan website di
dia masih pake format begini jadi mereka Laporan Lb1 dikirim ke setiap bulan pada tanggal Pusat,tetapi tidak semua
menginput manual mereka bawa ke kita terus Dinkes setiap awal bulan 1-5 dan dikirim dalam Puskesmas
kita input lagi kita bawa ke propinsi via email tanggal 3. bentuk lapoan ke fisik mengirikmakan laporan
melalui email dan atau mingguannya melalui sms
jarang mi pake laporan fisik kecuali diminta
Laporan Lb1 dikirim ke langung ke Dinkes Kota. maupun website.
toh. tidak pernah ji karena kalau kalau Dinkes setiap awal bulan Sedangkan laporan lb1
dorang terlambat ditahan gajinya kalau tidak tanggal 4. (bulanan) dikirim setiap
kirim laporan jadi paling lambat tanggal 5 awal bulan secara
mereka sudah kirim mi laporannya (SIA, 34 Laporan Lb1 dikirim ke langsung dalam bentuk
tahun, wc: 31 Maret 2016). Dinkes setiap awal laporan fisik di Dinkes
bulan. Kota dan ada beberapa
Puskesmas mengirikmkan
Informan Biasa Laporan w2 setiap hari laporan Lb1 (bulanan) via-
Akhir bulan tanggal-tanggal 29 atau 28 Setiap awal bulan tanggal senin minggu email ke Dinkes.
dan kalau kirim ke dinkes itu setiap 3. berikutnya. Sedangkan
tanggal 5 awal bulan toh. Selalu tepat laporan lb1 setiap
waktu malah tanggal 3 saya kirim tanggal 4 bulan
memang mi (HS, 33 tahun, 17 Maret berikutnya.
2016).
Saya biasanya akhir bulan. Tanggal Setiap awal bulan tanggal
brapa di? Tanggal 29 kadang-kadang kita 3. Laporan Lb1 dikirim ke
suka kirim laporan awal-awal bulan Dinkes setiap akhir
kedinas tanggal 3 itu sudah ke sana bulan.
mi(M, 33 tahun, wc : 18 Maret 2016).
Terus iya dilaporkan ji toh. Iya tetapji Setiap awal bulan tanggal
dilaporkan. Kapan ini tiap bulan dia 3.
laporan bulanan, laporan itu tanggal 3
paling lama mi sudah masuk laporan
didinas toh (AK, 32 tahun, wc: 18 Maret
2016).
Kalau disini tiap bulan karena tiap Setiap awal bulan paling
bulan harus dilaporkan mengirim laporan lambat tanggal 5.
bukan mengirim laporan sati-satu
mengirim laporan semua jadi sekalian
semua dengan program jadi tidak
misalnya kayak ispa saja. kalau kita
paling lambat tanggal 5 dibulan
berikutnya toh (IV, 36 tahun, wc :19
Maret 2016).
Kalau.. pengumpulan surveilans, kalau Setiap awal bulan tanggal
selama ini yang kita lakukan toh, kan 4.
setiap bulan ada pengumpulan data ke
dinas tiap tanggal 4 biasa sudah di kirim
mi (JK, 32 tahun, wc : 19 Maret 2016).
Pengumpulan data surveilans ispa itu Setiap awal bulan tanggal
sebaiknya dilakukan jika dia pengambilan 3.
data sekunder itu dipoli ee pada akhir
bulan untuk mengetahui jumlah ispa itu
mengalami penaikkan atau penurunan
karena kenapa kalau kita ambil diawal
bulan itu datanya kita tidak bisa
mengetahui trennya dia naik apa turun
jadi kita ambil di akhir bulan kemudian
kita rekapitulasi kita tabulasi itu data dia
mengalami peningkatan atau penurunan.
Ee sama mi juga kalau dengan data
primer yang kita langsung turun ke
lapangan. Haa kalau turun lapangan dia
tidak menentu harus akhir bulan bisa
awal bulan bisa akhir bulan yang penting
pada saat akhir bulan kita adakan
rekapitulasi data itu yang penting semua
terkumpul kita bisa mi tabulasi. Terus
untuk ke dinkes pada awal bulan misalkan
kita merekap data untuk bulan 3
dilaporkan awal bulan 4 paling lambat
tanggal 3 itu laporan sudah masuk(K, 32
tahun, wc : 21 Maret 2016).
Pengumpulan data dilakukan yaa Setiap awal bulan tanggal
idealnya setiap hari dikumpulkan data ya 3.
dikumpulkan setiap hari karena kan setiap
hari kasus itu apa ee berubah-ubah tapi
kalau untuk saya mengumpulkan data itu
mingguan. Terus kalau ke dinas itu
kalau kasus ispa perbulan tiap tanggal 3
ee tapi nda khusus ispa semua penyakit
dikirim mi dalam satu format toh (Y, 34
tahun, wc : 21 Maret 2016).
Ini dia tiap minggu laporan w2. Tiap Laporan w2 setiap hari
hari paling lambat hari senin kita kasi senin minggu berikutnya.
kirim lewat sms. Kalau bulan dia tanggal Sedangkan laporan lb1
4 itu dalam bentuk fisik fisikkan begini setiap tanggal 4 bulan
dalam bentuk grafik (IF, 36 tahun, wc : berikutnya.
21 Maret 2016).
Ee kalau bikin laporan itu pokoknya Setiap awal bulan.
satiap tanggal 30 sudah menginput
laporan nanti awal bulan kita stor mi ke
dinas kesehatan(H, 34 tahun, wc : 22
Maret 2016).
Pengumpulan data setiap hari kerja Setiap awal bulan.
kemudian mengadakan ee membuat
laporan setiap minggu terus setiap
minggu itu ada laporan wabah kemudian
ada setiap bulan itu laporan bulanan
yang secara fisik kami kirim ke dinas
kesehatan kemudian setiap minggunya itu
laporan berupa ee sms ke pusat kemudian
ada juga yang perhari untuk kasus-kasus
tertentu seperti polio dan campak itu
harus masukkan per hari lewat internet.
Kalau ispa,ispa itu ada 2 ispa pnemoni
dan ispa non pnemoni untuk ispa non
pnemoni kami hanya survei secara pasif
saja kalau ispa pnemoni kami harus ee
secara aktif turun melacak ke rumah-
rumah pasien karena kalau yang non
pnemoni itu tidak terindikasi wabah
sementara yang pnemoni itu berindikasi
wabah dan dapat menyebabkan kematian
makanya perlu diadakan surveilans aktif
(RL, 51 tahun, wc : 22 Maret 2016).
Eeeenanti akhir bulan penutupan buku Setiap akhir bulan.
baru dikumpulkan datanya(WS, 37
tahun, wc : 23 Maret 2016).
Kalau kita dari puskesmas itu kan Setiap awal bulan.
tanggal 1 keatas sibuk jadi pengumpulan
datanya dilakukan tanggal 25 keatas,
pokoknya 27 keatas itu sudah eeee... apa
membuat rekapan karena tanggal 1 itu
sudah harus masuk laporan di dines
kota(HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret
2016).
Kan datanya langsung turun lapangan Setiap awal bulan.
kalau ispa kita turun lapangan yang
mencakup itukan balita yaa ispa balita
berarti dengan kata lain kita langsung
sama orangtuanya. Oh kalau secara pasif
ambil dulu data sekunder dari poli toh
untuk melihat seberapa tinggi penyakit itu
kan disini ada 3 wilayah kelurahan
anawai,wua-wua,terus dilihat mana ispa
yang paling tinggi dalam sebulan (SR,
26 tahun, wc : 24 Maret 2016).
Bagusnya setiap hari setiap ada kalau Laporan w2 setiap hari
kita posyandu biasa turun biasa promkes sabtu melalui sms.
penyuluhan disitu. Posyandunya disini Sedangkan laporan lb1
ada 12. ee perbulan per tanggal 5 terus setiap awal bulan.
kalau laporan w2 nanti programer yg
kirim lewat sms setiap hari sabtu.
Fisiknya nanti menyusul tiap bulan ke
dinkes toh (AS, 35 tahun, wc : 28 Maret
2016).
Biasanya langsung dikumpulkan, iya.. Setiap awal bulan.
langsung pencatatan dalam register saja.
Jadi, data-data ini saya kumpulkan, nanti
petugas di puskesmas ini yang akan
ngumpulin datanya kemudian direkap
dikirim ke dines tiap awal bulan (HA, 34
tahun, wc : 31 Maret 2016).
3. Pengolahan Data
Teknik dan metode pengolahan data
surveilans :
Informan Kunci
Pake grafik. Kalau yang dikirim ke propinsi
itu yang excelnya kalau grafiknya disajikan Data diolah dalam bentuk Data diolah dalam Metode pengolahan data Setiap petugas surveilans
pada evaluasi ji rapat akhir tahunan rapat excel dan disajikan dalam bentuk excel dan dilakukan secara manual di Puskesmas se-Kota
bentuk grafik setiap akhir disajikan dalam bentuk dan komputerisasi Kendari melakukan teknik
kesda toh rapat kesehatan daerah baru pake
tahun dalam rapat Kesda. grafik setiap akhir. menggunakan program dan metode pengolahan
grafik kalau yang kita buat dipropinsi kita Pengolahan data excel dan power point. data secara manual dan
kasi kalu mereka mau toh jadi yang kita kasi ditabulasi secara manual komputerisasi
excelnya (SIA, 34 tahun, wc: 31 Maret dengan komputer Pengolahan data disajikan menggunakan program
2016). menggunakan program setiap bulan dalam bentuk excel dan power point.
excel. tabel dan tahun dalam Data yang telah diolah
bentuk grafik/diagram tersebut disajikan setiap
Informan Biasa Pengolahan data berdasarkan umur, jenis bulannya dalam bentuk
Langsung tabulasi dalam bentuk rawat Data ditabulasi secara ditabulasi secara manual kelamin, dan alamat. tabel dan setiap tahun
jalan. Biasa kita olah pake excel di manual menggunakan dengan komputer dalam bentuk
komputer tapi paling sering manual ji excel. menggunakan program grafik/diagram
nanti mau buatkan laporan bulanan baru excel dan power point. berdasarkan umur, jenis
kita tabulasi di excel toh (HS, 33 tahun, kelamin, dan alamat.
17 Maret 2016). Data diolah secara
Kita menganalisis data sendiri toh olah Data diolah menggunakan manual disajikan dalam
datanya bemana di? komputer excel pake excel, setiap bulan bentuk tabel berdasarkan
tabel tapi kalau akhir tahun juga pake disajikan dalam bentuk nama, umur, dan tempat.
grafik. Tabelnya tiap bulan tapi ada juga tabel setiap bulan dan
mingguan kayak w2(M, 33 tahun, wc : setiap tahun disajikan Data diolah secara
18 Maret 2016). dalam bentuk grafik. manual disajikan dalam
bentuk tabel dan
Ooh rata-rata disini pengolahan Data diolah secara manual. diagram.
datanya masih ini ji masih seperti
maksudnya apa di dibilang manual ee Data diolah berdasarkan
kita pisahkan ji sendiri toh berdasarkan umur, jenis kelamin, dan
nda pake sistem apakah masih ini ji (AK, alamat disajikan dalam
32 tahun, wc: 18 Maret 2016). tabel setiap bulan serta
Analisis sendiri lagi menggunakan dua- Data diolah secara manual grafik setiap akhir tahun.
duanya computer dengan manual. Kalau menggunakan excel dan
komputer pake execel sama power point power point.
(IV, 36 tahun, wc :19 Maret 2016).
Ooh untuk pengolahan, itu kita biasanya Data diolah secara manual.
anu..eh.. manual saja mungkin.. yang
penting bisa ji (JK, 32 tahun, wc : 19
Maret 2016).
secara manual. Hitung pake itu karena Data diolah secara manual
kita kan hitung itu data ispa kita bagi disajikan dalam bentuk
berdasarkan kelurahan kebetulan kita tabel berdasarkan
disini ada 4 kelurahan gunung jati, jati kelurahan.
mekar, kampong salo, kandai itu kita
adakan itu jumlah penderita ispa itu kita
bagi berdasarkan kelurahan jadi kita
adakan kayak semacam hitung manual.
Dalam bentuk tabel. Ada tabel ada pws
(K, 32 tahun, wc : 21 Maret 2016).
Mengolah jadi data itu setelah saya Data diolah dalam bentuk
kumpulkan saya catat ee saya olah di dan grafik kemudian
dalam bentuk tabel ditabulasi ee dianalisis melalui spss.
kemudian dianalisa melalui spss. Ee
berbentuk tabel dan grafik kayak yang
disana ispa itu (Y, 34 tahun, wc : 21
Maret 2016).
Kalau pengolahan datanya itu kita Data diolah secara
secara komputerisasi saja. Saya biasa komputerisasi
pake ini tabel dengan diagram. Saya menggunakan tabel dan
analisis kembali dulu karena biasa ada diagram.
data yang laporannya sekian ternyata pas
turun cek tidak sesuai jumlah itu jadi kita
analisis ulang (IF, 36 tahun, wc : 21
Maret 2016).
Cara mengolahnya kita kumpul toh kan Pengolahan data
kita pilah misalkan umurnya umur yang dikategorikan berdasarkan
apa balita toh yang kurang dari 5 tahun umur, kemudian data
terus 5 tahun ke atas mi 5 tahun ke atas dimasukkan kedalam
misalkan golongan umur paling banyak format yang ada.
terkena itu golongan umur berapa saja
kalau yang kita kirim ke dines itu
biasanya itu golongan semua umur tapi
kita pilah golongan balita toh dengan
golongan yang ke atas dewasa terus ada
formatnya kita isi mi formatnya nama
lengkapnya umurnya alamatnya dengan
yang hasil pemeriksaan dari dokter
misalnya dia ispa atau pnemoni baru mi
kita isi diformat (H, 34 tahun, wc : 22
Maret 2016).
Manual dan komputerisasi dalam bentuk Data diolah secara manual
laporan biasa saja angka-angka nanti per dalam bentuk grafik
3 bulan kami membuat juga laporan per 3 berdasarkan golongan
bulan membuat pula laporan per 6 bulan umur dan dibagi dalam
laporan per 9 bulan jadi trimester 1 laporan per 3 bulan, 6
trimester 2 trimester 3 dan trimester 4 bulan, dan 9 bulan.
dalam 1 tahun itu dibuat dalam bentuk
grafik batang berdasarkan golongan
umur dan berdasarkan wilayah kerja
(RL, 51 tahun, wc : 22 Maret 2016).
eh..eh Biasanya metode yang digunakan Data diolah menggunakan
itu adalah metode pencatatan data komputer.
penyakit seperti; penyakit flu, diare,
ispa,malaria oh tekhniknya anu dia
dicatat saja mungkin dikomputer (WS,
37 tahun, wc : 23 Maret 2016).
Pengolahan data biasanya berdasarkan Data yang telah diolah
grafik begitu, jadi dilihat disitu disajikan dalam bentuk
peningkatan untuk apa mengolah data grafik.
untuk mengevaluasi peningkatan kasusnya
sebulan berdasarkan grafiklah maksudnya
seperti itu (HKT, 33 tahun, wc : 23
Maret 2016).
Manualji penjumlahan. Pake tabel. Data diolah secara manual
Sudah siap dianalisis kan digolongkan toh dalam bentuk tabel
berdasarkan umur nama tempat nanti berdasarkan nama, umur,
akhir bulan baru dijumlah. Langsung saja dan tempat.
berdasarkan laporan kecuali kalau ada
kan kalau ispa kan ada pnemoni kecuali
kalau ada yang pnemoni langsung
dilaporkan ke dinas untuk ditindaklanjuti
toh (SR, 26 tahun, wc : 24 Maret 2016).
Pengolahan data berdasarkan Data diolah berdasarkan
umur,jenis kelamin, dengan tempat umur, jenis kelamin, dan
alamat. Tabel kalau grafik akhir tahun alamat dalam tabel serta
kalau perbulan jarang biasanya akhir grafik setiap akhir tahun.
tahun kalau tabelnya tiap bulan (AS, 35
tahun, wc : 28 Maret 2016).
Disini format rekapan data kan sudah Data diolah secara manual
ada memang tinggal kita yang isi menggunakan komputer.
tergantung dari kondisi, kalau kondisi
sudah mendesak baru komputer terpakai
ya saya isi secara manual saja (HA, 34
tahun, wc : 31 Maret 2016).
4. Analisis dan Interpretasi Data
Informan Kunci
Analisis data kalau memang kasus itu yang Analisis dan interpretasi Analisis dan interpretasi Analisis data dilakukan Analisis data dan
sifatnya emergensi secepatnya dianalisis. data dilakukan dengan data dilakukan dengan secara manual seperti interpretasi data yang
Tetapi karena kita ini artinya berangkat dari membandingkan jumlah membandingkan jumlah melakukan pengolahan dilakukan setiap petugas
awal data itu mulai dari awal bulan akhir kasus dari awal sampai kasus dari awal sampai data. surveilans di Puskesmas
akhir tahun kemudian akhir tahun yang se-Kota Kendari dilakukan
tahun. umpama bulan Januari kita
ditarik kesimpulan. kemudian ditarik Analisis data tidak secara manual dan
me..melakukan pendataan melakukan survei, kesimpulan. menggunakan teknik komputer seperti halnya
kita analisis setelah melakukan pendataan. khusus. pada pengolahan data,
Jadi mungkin setelah artinya, bukan mungkin Data dianalisis tidak tidak menggunakan teknik
artinya setelah pendataan baru kita menggunakan teknik Analisi data dengan khusus. Data yang ada
menganalisa menganalisis baru kita secara khusus. mengadakan rekapitulasi setiap bulannya
dan evaluasi setiap bulan direkapitalusi dan di
memberikan kesimpulan. Habis itu kita ee
dari data yang telah evaluasi yang disajikan
programer melakukan ee.. penyampaian di Data dianalisis dikumpulkan. dalam bentuk tabel,
forum seperti di minilokakarya bahwa hasil berdasarkan umur, jenis diagram, dan grafik
survei untuk surveilans ISPA atau data-data kelamin,dan bulan berdasarkan umur, jenis
lain nanti dibahas dalam awal tahun, awal terjadi kasus kemudian Analisis data disajikan kelamin, dan bulan
bulan pada tahun baru.(SIA, 34 tahun, wc: ditampilkan dalam berdasarkan umur, jenis terjadinya kasus.
31 Maret 2016). bentuk grafik. kelamin, dan bulan Kemudian petugas
terjadinya kasus dalam surveilans bersama tim
Data dianalisis secara bentuk tabel, diagram, promkes dan tim kesling
Informan Biasa
Data dianalisis manual menggunakan dan grafik. menganalisis data tersebut
Yang menganalisis ya.. anu.. kita semua format sesuai dengan dengan membandingkan
begitu. Untuk analisis sejauh ini biasanya menggunakan format
sesuai dengan yang ada di yang ada di komputer Data dianalisis bersama jumlah kasus yang terjadi
untuk formatnya diketik di komputer seperti melakukan tim promkes dan kesling tiap bulannya dalam
komputer.
(HS, 33 tahun, 17 Maret 2016). pengolahan data, tidak untuk menentukan bentuk setahun. Sehingga Dinkes
menggunakan teknik perencanaan selanjutnya Kota dapat melakukan
(sambil tersenyum dan menggelengkan Data dianalisis tidak secara khusus disajikan dari kasus yang ada. penarikkan kesimpulan
kepala) emem.. Untuk analisis sejauh menggunakan teknik dalam bentuk tabel dan dan menentukan
ini biasanya tekhniknya itu eh.. tidak secara khusus. diagram. Data selanjutnya perecanaan selanjutnya
khusus begitu (M, 33 tahun, wc : 18 dianalisis oleh Dinkes dari kasus yang ada.
Maret 2016). Data dianalisis dengan Kota.
Analisis berdasarkan umur, jenis mengadakan rekapitulasi
kelamin, tetapi memang ada datanya Data dianalisis dan evaluasi setiap bulan Analisis dan interpretasi
untuk menampilkan digrafik itu aaaeee berdasarkan umur, jenis dari data yang telah data dilakukan dengan
sa belum buat tapi yang saya tampilkan kelamin,dan bulan terjadi dikumpulkan. membandingkan jumlah
digrafik itu sepertiii eee berdasarkan kasus kemudian kasus dari awal sampai
umur, desa dan bulan terjadi kasus, bulan ditampilkan dalam bentuk Data dianalisis bersama akhir tahun yang
per desa dan per umur. Tapi jenis grafik. tim promkes dan kesling kemudian ditarik
kelaminnya juga ada tapi saya untuk untuk menentukan kesimpulan.
membuat digrafik di atas itu, analisis bentuk perencanaan
dibeberapa bulan waktu itu ada (AK, 32 selanjutnya dari kasus
tahun, wc: 18 Maret 2016). yang ada.
Kalau misalnya, ee.standar tiga bulan Data dianalisis setiap 3
terakhir ada peningkatan kasus itu kita bulan terakhir jika terjadi Data dianalisis oleh
laporkan, baru setelah ada peningkatan peningkatan kasus. Dinkes.
kita sampaikan(IV, 36 tahun, wc :19
Maret 2016).
Anu apa dianalisis ini adalah Data dianalisis secara
perhitungan manual saja agak miripmi manual seperti melakukan
dengan pengolahan (JK, 32 tahun, wc : pengolahan data.
19 Maret 2016).
Untukkbukan hanya ISPA, Semua data dianalisis
hehehkeseluruhannya itu saya membuat tidak terkhusus Ispa.
laporan kejadian, dianalisis itu sudah 2
tahun terakhir 2013-2014 (K, 32 tahun,
wc : 21 Maret 2016).
Untuk sekarang sudah melakukaan Data dianalisis secara
analisis dari komputer karna kita input manual menggunakan
data itu terkendalikita manual kita komputer disajikan dalam
masukan itu data ke komputer baru kita grafik.
analisis, habis kita membuat grafik-grafik
kan sudah kentara disitu, apakah terjadi
peningkatan jadi kita bisa analisis
dengan melihat berdasarkan apa grafik-
grafik itu. Kalo tentang secara tabel
sajakan masih kita membaca lagi yang
mana yang besar peningkatan kasusnya
(Y, 34 tahun, wc : 21 Maret 2016).
Untuk menganalisisnya kita lihat dari Data dianalisis dengan
jumlah data itu. Dimana terjadi ee kasus membandingkan jumlah
tertinggi jadi kita maksudnya dimana kasus yang terjadi setiap
terendah, dan kita adakan perbandingan bulan dalam setahun
misalkan diumur berapa yang banyak sehingga dapat
kasusnya, atau dijenis kelamin yang ditindaklanjuti.
mana banyak kasusnya, atau desa mana
yang banyak kasusnya, atau dia terdiri
dari di bulan-bulan berapa, jadi kita bisa
lihat untuk menangani kasus-kasus (IF,
36 tahun, wc : 21 Maret 2016).
Iya selalu, karena ada evaluasi Data dianalisis dengan
program, evaluasi itukan yang mengadakan evaluasi
menyelenggarakan dinkes untuk tingkat setiap bulan dari data yang
puskesmas baru diliat jumlahnya telah dikumpulkan.
meningkat atau tidak setiap bulan (H,
34 tahun, wc : 22 Maret 2016).
eeemmm..diliat juga dari data bulanan Data dianalisis dengan
tapi biasanya dibandingkan dengan data membandingkan data
tahunannya biasa kalau evaluasi setiap bulan dan evaluasi
tahunan. Kalau diminilokakrya data tahunan.
dibandingkan data bulanan kalau di
evaluasi dibandingkan dengan data
tahunan (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).
Analisis data itu kami minta bantuan Data dianalisis secara
komputer teman karna situasi dan kondisi manual menggunakan
komputer kami yang belum perbaiki jadi komputer.
ada teman KTU yang operasikan
komputernya atau laptopnya dirumah
baru saya lihat dari hasil analisis
sekertaris atau KTU saya (WS, 37
tahun, wc : 23 Maret 2016).
Biasanya itu kalau ada kasus biasa itu Data dianalisis bersama
kan kita analisis bersama-sama orang tim promkes dan kesling
promkes dengan orang kesling toh ee untuk menentukan bentuk
maksudnya kita kerjasama begitu kan perencanaan selanjutnya
tidak bisa kerja sendiri kita butuh juga dari kasus yang ada.
teman (HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret
2016).
Hampir sama ji dengan pengolahan Data dianalisis secara
data sebenarnya itu secara komputerisasi komputerisasi yang
saja. Saya biasa pake ini tabel dengan disajikan dalam tabel dan
diagram. Saya analisis kembali dulu diagram.
karena biasa ada data yang laporannya
sekian ternyata pas turun cek tidak sesuai
jumlah itu jadi kita analisis ulang (SR,
26 tahun, wc : 24 Maret 2016).
Kalau kita itu nanti di dinas kayaknya Data dianalisis oleh
tidak siap dianalisis karena nanti didinas Dinkes.
lagi yang olah kita punya data kalau kita
sampe seperti begini saja ada golongan
umur nanti ada tabel tersendiri juga
untuk kelurahan ini yang dikumpulkankan
didinas belum diolah anu Cuma dalam
bentuk begini saja (AS, 35 tahun, wc :
28 Maret 2016).
Kita adakan rekapitulasi data itu yang Data dianalisis dengan
penting semua terkumpul kita bisa mi mengadakan rekapitulasi
tabulasi kemudian kita analisis data sebelumnya.
mengetahui jumlah ispa itu mengalami
penaikkan atau penurunan karena kenapa
kalau kita ambil diawal bulan itu datanya
kita tidak bisa mengetahui trennya dia
naik apa turun jadi kita ambil di akhir
bulan kemudian kita rekapitulasi kita
tabulasi itu data dia mengalami
peningkatan atau penurunan (HA, 34
tahun, wc : 31 Maret 2016).
5. Diseminasi Informasi
Informan Kunci
Kecuali ada kasus kayak dbd baru-baru Diseminasi informasi Diseminasi informasi Diseminasi informasi Setiap Puskesmas Kota
baru kita sebarkan ke masyarakat. Itu dilakukan oleh setiap dilakukan oleh setiap dilakukan secara tim oleh Kendari memiliki
promkes mi lagi yang punya peranan untuk programer, promkes dan programer, promkes dan setiap programer, pendapat masing-masing
masalah promosi kesehatan jadi orang kesling menggunakan kesling menggunakan promkes, dan kesling. mengenai waktu
metode ceramah saat metode ceramah saat diseminasi informasi atau
promkes yang datang kesini eh datanya
penyuluhan dan maping di penyuluhan dan maping Diseminasi informasi penyebaran informasi.
korang didaerah mana yang tinggi ininya masyarakat. di masyarakat. dilakukan pada waktu 24 Beberapa Puskesmas
supaya kita turun itu kan sudah tupoksinya jam apabila telah terjadi beranggapan bahwa
juga orang promkes kayak kemarin dianawai Diseminasi informasi kasus yang sifatnya diseminasi informasi
toh mereka turun mi promosi penyuluhan dilakukan saat emergency. dilakukan pada waktu 24
disana satu paket promkes kesling mengadakan penyuluhan jam apabila terjadi kasus
di posyandu. yang bersifat emergency
programernya sama kita surveilansnya atau
Diseminasi informasi Diseminasi informasi kemudian dilakukan
biasa kita dulu turun baru mereka atau kita dilakukan setiap bulan dilakukan setelah rekapitulasi data di
mapingkan saja mereka kelurahan mana yang pada saat Minlok. rekapitulasi data di Puskesmas. Sedangkan
tinggi ininya toh dan mereka langsung turun puskesmas. sebagian Puskesmas
Diseminasi informasi berpendapat bahwa
promosi. Kalau maping yang ada baru khusus
dilakukan setelah Diseminasi informasi diseminasi informasi
dbd ji kayaknya kan yang paling sering dbd melakukan pendataan di dilakukan setiap bulan dilakukan setiap awal
toh campak tidak kalau ispa na ispa paling masyarakat. pada saat posyandu dan bulan pada saat pertemuan
tinggi sebenarnya hanya kita belum pendataan dimasyarakat. Minlok dan melakukan
mapingkan karena kita belum tau caranya itu Diseminasi informasi penyuluhan pada saat
saja. Belum ada pelatihannya yang GIS toh dilakukan setelah Diseminasi informasi posyandu.
belum ada yang satu-satunya pernah GIS itu rekapitulasi data di dilakukan setiap awal
puskesmas. bulan pada saat
dbd sebenarnya samaji harusnya modelnya
pertemuan Minlok.
cuman beda penyakitnya saja toh cuman Diseminasi informasi
datanya sama semua ji kalau GIS tapi kita dilakukan pada waktu 24
tidak bisa bikinkan maping bisaji tapi kalau jam apabila telah terjadi
mapingkan kan kecuali kalau sudah ada kasus yang sifatnya
emergency.
kumulatif bagusnya kalau kita maping itu
kayak pertengahan tahun per 6 bulan kita Diseminasi informasi
maping toh kalau 1bulan belum kelihatan dilakukan setiap awal
kalau kita langsung maping disini paling bulan.
banyak lebih bagus itu kalau 6 bulan atau
1tahun pi baru kita maping akhir tahunnya
toh nanti sa mau belajar juga yang begitu
yang mapingnya supaya kita bisa tau (SIA,
34 tahun, wc: 31 Maret 2016).
Waktu diseminasi informasi terkait penyakit :
Informan Biasa
Maksudnya? Disaat itu juga disaat kita Diseminasi informasi
turun lapangan langsung tidak pake lama dilakukan saat turun
kepada masyarakat tidak mungkinnya mi lapangan dimasyrakat .
sama kapus (HS, 33 tahun, 17 Maret
2016).
Ooh,saya biasanya adakan penyuluhan Diseminasi informasi
diposyandu-posyandu toh 2x ji kalian dilakukan saat
turun ke posyandu-posyandu penyuluhan mengadakan penyuluhan
ispa diare. Iya satu kali penyuluhan di posyandu.
semua dengan diare. Yaah metode
langsung (M, 33 tahun, wc : 18 Maret
2016).
Ooh,sama ini tiap bulan kita adakan Diseminasi informasi
minlok toh untuk kita bahas tentang kasus dilakukan setiap bulan
penyakit yang ada (AK, 32 tahun, wc: pada saat Minlok.
18 Maret 2016).
Minlok yah tiap bulan(IV, 36 tahun, wc Diseminasi informasi
:19 Maret 2016). dilakukan setiap bulan
pada saat Minlok.
Setelah kita melakukan pendataan ini Diseminasi informasi
kita langsung melaporkan apa yang kita dilakukan setelah
temukan dilokasi kita kita laporkan( JK, melakukan pendataan di
32 tahun, wc : 19 Maret 2016). masyarakat.
Kalau maksudnya secara khusus tidak Diseminasi informasi
tapi pada waktu Minlok, kan kita sering dilakukan pada saat
adakan Minlok jadi semua PM atau PTM Minlok.
dibawah standar untuk bulan itu kita
laporkan, jadi pengambil kebijakan
sebenarnya, kalau bukan kepala
Puskesmas, kepala tata usaha berati
mereka yang akan menentukan langkah
langkah apa yang kita akan ambil ini
akan menjadi target untuk bulan
depanya (K, 32 tahun, wc : 21 Maret
2016).
Setiap bulan kita adakan yang namanya
Minlok jadi semua informasi tentang Diseminasi informasi
penyakit naik atau turun dipuskesmas kita dilakukan setiap bulan
sampaikan disitu (Y, 34 tahun, wc : 21 pada saat Minlok.
Maret 2016).
Pada Minlok sama kalau ada kasus KLB
langsung melapor ke Dinkes (IF, 36 Diseminasi informasi
tahun, wc : 21 Maret 2016). dilakukan pada saat
Minlok.
Setelah pulang dari lapangan kita buat
kayak rekapan kita simpan untuk Diseminasi informasi
Puskesmas dan kita kirim ke Dinas (H, dilakukan setelah
34 tahun, wc : 22 Maret 2016). rekapitulasi data di
puskesmas.
Haa.. itu penyebaran data, tadi saya
sudah katakan kasus yang sifatnya Diseminasi informasi
emergensi secepatnya, pada waktu 24 dilakukan pada waktu 24
jam kita harus sebarkan ke masyarakat jam apabila telah terjadi
terutama dan juga pemerintah setempat kasus yang sifatnya
habis itu kita tindak lanjuti atau kita emergency.
koordinasikan kepada dinas kesehatan
Kota Kendari bagaimana langkah-
langkah untuk kasus ini bisa
ditanggulangi secepatnya karena sifatnya
emergensi, tapi kalau hanya sifatnya
data, hanya sifatnya pemberitahuan
bahwa ada gejala-gejala yang.. bisa
puskesmas me.. menanggulangi atau
memecahkan masalah mungkin hanya
sebagai ee.. sms saja atau surat yang dari
Kepala Puskesmas dikirim ke dinas dan
juga ditembuskan kepada pak camat dan
kepala kelurahan untuk sebagai laporan
supaya bisa kita ketahui bahwa wabah
atau suatu kasus, ee sudah ada yang
terindikasi (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).
Dalam minilokakarya setiap bulan, di
akhir bulan kan, merekap nanti di akhir Diseminasi informasi
bulan dari tanggal satu sampai tanggal 5 dilakukan dilakukan setiap
itukan tidak ada kegiatan, jadi merekap bulan pada saat Minlok.
laporan kan untuk ee dikirim ke dinas
kesehatan setelah nanti dikirim baru kami
mengadakan minilokakarya untuk
evaluasi kembali hasil-hasil program
kan (WS, 37 tahun, wc : 23 Maret 2016).
Perbulan itupun juga kalo adakan Diseminasi informasi
MINLOK, tapi kalo tidak ada itupun juga
dilakukan pada saat
secara informasi biasa-biasa saja pada
saat mereka datang mengumpulkan Minlok dan pada saat
laporan itu, itupun kita adakan tidak masyarakat berkunjung
secara apa namanya rutin begitu cuman dipuskesmas.
datang menyetor kepada kita disini ee
datanya(HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret
2016).
Biasanya pelaporan atau Diseminasi informasi
penyebarluasannya itu awal bulan disetor dilakukan setiap awal
ke Dinas dan biasanya kalau ada KLB bulan.
baru disetor ke Dinas untuk
penyebarluasan informasi dan
selanjutnya dievaluasi (SR, 26 tahun, wc
: 24 Maret 2016).
Sebaiknya setiap bulan pada saat Diseminasi informasi
minilokakarya, melihat data kasusnya dilakukan setiap bulan
kemudian data kita sebarkan (AS, 35 pada saat Minlok.
tahun, wc : 28 Maret 2016).
Secara kolektif tiap bulan (HA, 34 Diseminasi informasi
tahun, wc : 31 Maret 2016). dilakukan setiap bulan.
Metode diseminasi informasi terkait penyakit:
Informan Biasa
Melalui suara nda pake papan Metode diseminasi Metode diseminasi Diseminasi informasi Diseminasi informasi atau
pengumuman kapan pake papan informasi dilakukan secara informasi dilakukan dilakukan dengan penyebaran informasiyang
pengumuman tidak akan ada yang baca lisan saat door to door dan secara lisan. memberikan informasi dilakukan dengan
mm mending kalau ee kalau door to door posyandu. memberitahukan informasi
kepada kader dan petugas
rumah kerumah posyandu itu saja(HS, Metode diseminasi kepada setiap kader dan
33 tahun, 17 Maret 2016). Pustu.
informasi dengan petugas Pustu disetiap
Apakah itu yang pamlet atau apakah Metode diseminasi menggunakan pamflet. kelurahan. Selanjutnya
namanya itu yang dilipat2 bukan pamflet Diseminasi informasi melakukan penyuluhan
informasi dengan
kayaknya itu sa lupa mi namanya (M, 33 Diseminasi informasi dilakukan dengan metode baik secara individu
menggunakan pamflet.
tahun, wc : 18 Maret 2016). dilakukan dengan penyuluhan secara maupun kelompok.
Mmm kita penyuluhan lintas program metode penyuluhan individu maupun Penyuluhan tersebut
Diseminasi informasi dilakukan mengunakan
dengan promkes toh. Promkes juga yang secara individu maupun kelompok.
biasa lakukan penyuluhan. Tidakji tidak dilakukan dengan metode metode ceramah/lisan dan
penyuluhan menggunakan kelompok.
pake internet kan hasil datanya ini dalam Metode diseminasi menggunakan media
bentuk laporan toh print out ji langsung pamflet ke masyarakat. informasi dilakukan gambar seperti brosur,
Diseminasi informasi
print out dikirim ke dinas. secara lisan. pamflet, dan Poster.
Kemasyarakatnya tidak kayaknya iya dilakukan dengan
penyuluhanji tetap itu dilaksanakan metode pemberitahuan Diseminasi informasi
penyuluhan nyatami juga pake begitu dan laporan ke Dinkes. dilakukan dengan metode
leflet lembar balikpake ji tapi kalau mau ceramah menggunakan
dibagi datanya diinternet begitu tidak. brosur pamflet.
Dines juga kayak tidak ji (AK, 32 tahun, Diseminasi informasi Diseminasi informasi
wc: 18 Maret 2016). dilakukan dengan dilakukan dengan
Kalau sekarang masih jarang kayaknya metode penyuluhan dan menggunakan media
Diseminasi informasi
kalau ispa paling penyuluhan individu ceramah menggunakan gambar.
itupun kalau datang konsultasi toh atau dilakukan dengan metode
penyuluhan secara brosur pamflet.
kita survei lingkungan. Kalau penyuluhan Diseminasi informasi
kelompok belum ada untuk ispa karena individu. dilakukan dengan
dia itu dia kan kronis terus menular jadi Diseminasi informasi menggunakan poster.
penyuluhan individu ji (IV, 36 tahun, wc dilakukan dengan
:19 Maret 2016). menggunakan media Diseminasi informasi
Metode yang memberikan informasi Diseminasi informasi gambar. dilakukan dengan metode
seperti penyuluhan, langsung diberi dilakukan dengan metode pemberitahuan dan
format pencatatan, Kalau wabah atau penyuluhan. Diseminasi informasi laporan ke Dinkes.
KLB itu langsung menelpon ke dinas, dilakukan dengan
bahwa wilayah ini ada terjadi KLB, jadi menggunakan poster.
mereka dari dinas turun langsung ke
wilayah kerja bersama sama kepetugas Diseminasi informasi
puskesmas dari kapus apa semua dilakukan dengan
langsung turun ke lapangan( JK, 32 memberikan informasi
tahun, wc : 19 Maret 2016). kepada kader dan
Itu menyurat kita kan kebetulan disini Diseminasi informasi petugas Pustu.
metode penyebar luasan informasinya itu dilakukan dengan metode
kita Cuma menyurat bisa selain ke dinas penyuluhan dan door to
kebetulan ada jejaring kerjasama dengan door.
kantor kesehatan pelabuhan kelas 2
kendari ya disitu juga kita bagi informasi
selain kedinas kita juga ke kantor
kesehatan pelabuhan. Kalau
masyarakatnya kita cuma adakan
penyuluhan. Kalau kita penyuluhan tidak
khusus harus ispa to penyuluhan itu kita
ambil semua penyakit yang naik apa yang
lagi ternnya naik. Haa biasanya kita
adakan penyuluhan itu sekali sebulan
kadang dua kali sebulan tapi tidak
menentu juga kadang kita liat juga kalau
misalkan kasusnya turung berarti kan
biasanya pada saat kita turun
penjaringan disitu kita adakan
penyuluhan door to door juga (K, 32
tahun, wc : 21 Maret 2016).
Ee penyuluhan yang kita lakuakan biasa Diseminasi informasi
perorangan atau kelompok ee biasa dilakukan dengan metode
diposyandu atau dari rumah ke rumah ee penyuluhan.
jadi biasa kita gabung dengan penyakit
lain toh ispakan erat kaitannya dengan
penyakit lain jadi kita gabung (Y, 34
tahun, wc : 21 Maret 2016).
Disini itu untuk penyebarluasan
informasi itu kita masih terbatas ini Diseminasi informasi
kendala dana juga karena itu harus butuh dilakukan dengan metode
dana sementara dananya kita terbatas.
Aa dalam bentuk ini saja dalam bentuk penyuluhan di posyandu.
laporan heeh dalam bentuk pernah kita
buat dalam bentuk selebaran-selebaran
juga yang kita edar dengan laporan fisik
yang kita bawa ke dinas kesehatan. Kalau
penyuluhannya itu dia hampir tiap
posyandu itu ada penyuluhan . biasa
tinggal diliat saja ee di posyandu daerah
manasaja yang tinggi di ininya kasus ispa
biasa sambil diselingi penyakit lain tapi
tetap fokus juga dengan ispa (IF, 36
tahun, wc : 21 Maret 2016).
Kalau metode yang digunakan bentuk Diseminasi informasi
apa di kayaknya hanya pemberitahuan dilakukan dengan metode
begini bentuknya bentuk penyakit dalam pemberitahuan dan
bentuk apa bentuk laporan toh laporan ke Dinkes.
informasinya terus dilampirkan mi kayak
seperti ini grafik. Kayaknya untuk
petugas disini saja. Kalau untuk
masyarakatnya nda (H, 34 tahun, wc :
22 Maret 2016).
Diseminasi informasi
Hanya ee apa metode kayak penyuluhan
biasa menggunakan metode ceramah dilakukan dengan metode
menggunkan brosur plamflet. Kalau dinas penyuluhan dan ceramah
kesehatan biasanya hanya untuk ee ada menggunakan brosur
intervensi dari dinas kesehatan itu untuk pamflet.
misalnya kayak pemberantsan penyakit
tertentu (RL, 51 tahun, wc : 22 Maret
2016).
Hasil kegiatan dijabarkan di
minilokakarya Puskesmas selama ini Diseminasi informasi
baru nanti ee dilanjutkan ke, laporan dilakukan dalam
dilanjutkan ke dinas kesehatan (WS, 37 pertemuan Minlok.
tahun, wc : 23 Maret 2016).
Media yang kita kasih itu yang kita Diseminasi informasi
berikan itu seperti gambar-gambar kita dilakukan dengan metode
sebar di masyarakat kemudian kita
penyuluhan individu
penyuluhan, tetapi penyuluhannya tidak
kelompok tapi individu informasi kita maupun kelompok
sebar, masyarakat memang seperti itu menggunakan media
(HKT, 33 tahun, wc : 23 Maret 2016). gambar.
Bentuk penyuluhannya itu langsung Diseminasi informasi
turun kelapangan toh kalau ada yang dilakukan dengan metode
dinyatakan ee penyakit ispa misalnya penyuluhan.
yang menderita ispa dibulan itu paling
langsung turun kelapangan untuk
mendata sekaligus juga dengan petugas
keslingnya toh tentang pola hidupnya kan
biasa juga dari kebiasaannya (SR, 26
tahun, wc : 24 Maret 2016).
Pake poster . dia itu promkes biasa dia Diseminasi informasi
gabung (AS, 35 tahun, wc : 28 Maret
dilakukan dengan
2016).
menggunakan poster.
Kita memberikan informasi kepada eee
Diseminasi informasi
kader ini bahwa disini kenapa dia banyak
ISPA, kaya kemarin ISPA itu banyak. dilakukan dengan
Begitu saja, sama dengan petugas- memberikan informasi
petugas Pustu yang lain secara kepada kader dan petugas
tertulispun jarang. Iya betul..aaa tapi Pustu.
untuk eee apa namanya memberikan
seperti catatan laporan begini..tidak
(HA, 34 tahun, wc : 31 Maret 2016).
6. Kendala Pelaksanaan Surveilans
Epidemiologi
Informan Kunci
Dari hasil wawancara yang
Itu ji masalah petugas puskesmasnya ji yang Kendala dalam Kendala dalam Kendala dalam dilakukan oleh informan
kurang tenaganya disana tenaga pelaksanaan surveilans pelaksanaan surveilans pelaksanaan surveilans mengatakan bahwa
surveilansnya, mereka sering pindah-pindah epidemiologi Ispa adalah epidemiologi Ispa adalah epidemiologi Ispa adalah kendala dalam
terus mereka juga banyak rangkap jabatan kurang tenaga surveilans, kurang tenaga kurang tenaga surveilans, pelaksanaan surveilans
petugas sering berpindah surveilans, petugas petugas sering berpindah epidemiologi Ispa adalah
jadi mereka tidak optimal itu kerja tentang
tempat, dan rangkap sering berpindah tempat, tempat, dan rangkap Beberapa Puskesmas
surveilans kan rangkap. Kan kalau jabatan oleh petugas dan rangkap jabatan oleh jabatan oleh petugas berpendapat bahwa
programer mengolah juga data terus surveilans yang petugas surveilans yang surveilans yang keterbatasan kendaraan,
surveilans merekap semua penyakit dari menghambat proses menghambat proses menghambat proses keterbatasan petugas
programer mau pm mau ptm (SIA, 34 tahun, pendataan pengolahan. pendataan pengolahan. pendataan pengolahan. surveilans, petugas
wc: 31 Maret 2016). surveilans yang sering
Kendala dalam berpindah-pindah,
Informan Biasa pelaksanaan surveilans terjadinya rangkap jabatan
Kendala dalam epidemiologi Ispa adalah petugas surveilans serta
Kendaraan itu ji. Kendaraan karena ini Kendala dalam pelaksanaan surveilans keterbatasan kendaraan kurangnya kesadaran
daerah pesisir hehehe daerah pesisir pelaksanaan surveilans epidemiologi Ispa adalah masyarakat untuk
setengah mati toh (HS, 33 tahun, 17 epidemiologi Ispa adalah keterbatasan kendaraan. Kendala dalam memeriksakan diri ke
Maret 2016). keterbatasan kendaraan. pelaksanaan surveilans fasilitas kesehatan
Kendala dalam epidemiologi Ispa adalah merupakan kendala yang
Kendala dalam pelaksanaan surveilans kurang kesadaran diri dihadapi dalam
Ituji transport (M, 33 tahun, wc : 18
pelaksanaan surveilans epidemiologi Ispa adalah masyarakt untuk pelaksanaan surveilans.
Maret 2016).
epidemiologi Ispa adalah kurang kesadaran diri memeriksakan ke fasilitas Sedangkan beberapa
keterbatasan transpotrasi. masyarakt untuk kesehatan. Puskesmas lainnya
memeriksakan ke berpendapat bahwa
Hambatannya tidak ji nda ada ji yang Tidak terdapat hambatan. fasilitas kesehatan. Tidak memiliki hambatan mereka tidak memiliki
terlalu ini (AK, 32 tahun, wc: 18 Maret dalam pelaksanaan hambatan dalam
2016). Kendala dalam surveilans epidemiologi pelaksanaan surveilans
pelaksanaan surveilans Ispa baik di Puskemas epidemiologi Ispa baik di
Tidak ada ji hambatannya (IV, 36 Tidak terdapat hambatan. epidemiologi Ispa adalah maupun di lapangan. Puskemas maupun di
tahun, wc :19 Maret 2016). ketidakjelasan laporan lapangan.
Selama ini surveilans itu khususnya Tidak terdapat hambatan masyarakat.
ISPA belum ada kecuali DBD itu dari
tingkat I memang (JK, 32 tahun, wc : 19 Tidak memiliki
Maret 2016). hambatan dalam
Alhamdulillah tidak. Karena sejauh ini Tidak terdapat hambatan. pelaksanaan surveilans
setiap pasien yang kita tanya atau epidemiologi Ispa baik
masyarakat yang kita turung penjaringan di Puskemas maupun di
kita tanya keluhannya apa mereka apa- lapangan.
apa masalahnya sejauh ini mereka apa
orangnya terbukalah istilahnya tidak ada Kendala dalam
yang ditutupi (K, 32 tahun, wc : 21 pelaksanaan surveilans
Maret 2016). epidemiologi Ispa adalah
Hambatan eem ketika kita mendapat Kendala dalam kurangnya tenaga
kasus ispa dilapangan kita kan merujuk pelaksanaan surveilans surveilans.
pasien ke pusat fasilitas pelayanan epidemiologi Ispa adalah
masyarakat salah satunya puskesmas kurang kesadaran diri
kadang mereka ogah-ogahan untuk itu, masyarakt untuk
itu salah satu hambatan(Y, 34 tahun, wc memeriksakan ke fasilitas
: 21 Maret 2016). kesehatan.
Kendala dalam
Hhmm hambatannya biasa ee ada
pelaksanaan surveilans
laporan masyarakat ee biasa kita kesasar
epidemiologi Ispa adalah
di alamat biasa kita tuju dialamat ini
ketidakjelasan laporan
ternyata kita pergi ditempat situ ternyata
masyarakat.
bukan disitu penderitanya biasa kita
kadang-kadang salah tulis alamat juga
(IF, 36 tahun, wc : 21 Maret 2016).
Kalau hambatan-hambatannya nda ada
Tidak terdapat hambatan.
semua berjalan dengan baik ji karena
semua bisa terlaksana toh Alhamdulillah
bisa ji kita lakukan semuanya (H, 34
tahun, wc : 22 Maret 2016).
Selama ini berjalan cukup lancar Kendala dalam
karena walaupun ee kami disini pelaksanaan surveilans
kekurangan petugas kami disini epidemiologi Ispa adalah
mempunyai 3 wilayah kerja seharusnya kurangnya tenaga
itu mempunyai 3 petugas karena kalau surveilans.
ditemukan kasus di 2 tempat kami hanya
1 petugas bisa membagi diri jadi
disitulah kendalanya kurangnya sumber
daya manusia disini (RL, 51 tahun, wc :
22 Maret 2016).
Sa kira tidak ada masalah, karna semua Tidak terdapat hambatan.
tenaga-tenaga kesehatan yang ada di
lapangan bisa diajak kerjasama(WS, 37
tahun, wc : 23 Maret 2016).
Keterbatasan tenaga biasanya jadi kita Kendala dalam
mengolah tidak tepat waktu dengan pelaksanaan surveilans
seharusnya karna banyaknya epidemiologi Ispa adalah
pekerjaan,,hehe (HKT, 33 tahun, wc : kurangnya tenaga
23 Maret 2016). surveilans.
Alhamdulillah tidak ji karena Tidak terdapat hambatan.
masyarkatnya juga aktif toh (SR, 26
tahun, wc : 24 Maret 2016).
Kendala dalam
Kan laporan ini laporan berulang kan
pelaksanaan surveilans
sudah diminta disurveilans diminta lagi
epidemiologi Ispa adalah
item-itemnya itu terus kurang tenaga
kurangnya tenaga
kayaknya (AS, 35 tahun, wc : 28 Maret
surveilans.
2016).
Kendala dalam
Ya itu tadi kurangnya petugas yang ikut
pelaksanaan surveilans
berperan dalam analisis jadi ya saya
epidemiologi Ispa adalah
analisis sendiri sesuai dengan yang
kurangnya tenaga
sering saya lakukan(HA, 34 tahun, wc :
surveilans.
31 Maret 2016).
Lampiran 4

INFORMED CONSENT

(SURAT PERNYATAAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Setelah membaca keterangan/penjelasan mengenai manfaat dan tujuan dari


penelitian ini yang berjudul Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Di
Puskesmas Se-Kota Kendari Tahun 2016, menyatakan bersedia diikut sertakan
sebagai subjek dalam penelitian tersebut.

Dalam melaksanankan penelitian, saya bersedia di wawancarai dan


memberi jawaban yang sesuai dengan kenyataaan pada diri saya.

Kendari, Maret 2016

Peneliti Informan

(Desi Arwanti) ()
Lampiran 5
DISTRIBUSI INFORMAN DI DINAS KESEHATAN KOTA KENDARI DAN
PUSKESMAS SE-KOTA KENDARI
TAHUN 2016
Informan Kunci
No Tempat Tanggal wawancara Kode Umur Pendidikan Jabatan
informan
1. Dinkes Kota 31 Maret 2016 SIA 34 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Koordinator Surveilans
Kendari Dinkes Kota Kendari
Informan Biasa
No Puskesmas Tanggal Kode Umur Pendidikan Jabatan
wawancara informan
1. Nambo 17 Maret 2016 HS 33 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
2. Abeli 18 Maret 2016 M 33 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
3. Poasia 18 Maret 2016 AK 32 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
4. Mekar 19 Maret 2016 IV 36 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
5. Benu-benua 19 Maret 2016 JK 32 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
6. Kandai 21 Maret 2016 K 32 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
7. Jati Raya 21 Maret 2016 Y 34 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
8. Mokoau 21 Maret 2016 IF 36 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
9. Lepo-lepo 22 Maret 2016 H 34 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
10. Perumnas 22 Maret 2016 RL 51 tahun D-3 Keperawatan Petugas Surveilans
11. Kemaraya 23 Maret 2016 WS 37 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
12. Puuwatu 23 Maret 2016 HKT 33 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
13. Wua-wua 24 Maret 2016 SR 26 tahun D-3 Keperawatan Petugas Surveilans
14. Labibia 28 Maret 2016 AS 35 tahun S-1 Kesehatan Masyarakat Petugas Surveilans
15. Mata 31 Maret 2016 HA 34 tahun S-1 Keperawatan Petugas Surveilans
Lampiran 6. Dokumentasi
L
Gambar 1. Buku kunjungan pasien di Poli umum Puskesmas
Gambar 2. Penyajian data dalam bentuk grafik

Gambar 3. Laporan bulanan data kesakitan


Gambar 4. STP Puskesmas berdasarkan umur dan tempat/kelurahan
Gambar 5. Format laporan mingguan (W2) di Puskesmas
Gambar 6. Format laporan Bulanan (LB1) di Puskesmas

Gambar 7. Wawancara dengan salah satu informan biasa


Gambar 8. Wawancara dengan informan kunci

Anda mungkin juga menyukai