Anda di halaman 1dari 94

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KERJA

SAMA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN PUSAT

STATISTIK KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Oleh:

ANDI NELLY MACCA


NIM: 190101376

FAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)


UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
SENGKANG
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KERJA SAMA PEGAWAI

PADA KANTOR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN WAJO

Disusun dan diajukan oleh :

ANDI NELLY MACCA


NIM: 190101376

Telah dipertahankan di depan panitia ujian skripsi

pada tanggal,..........................2023

Komisi Pembimbing : 1. Drs. ANDI RUSDI UNTUNG, M.Si (...........................)

2. IWAN MAMMINANGA, S.E, M.Si (...........................)

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Sosial


Universitas Puangrimaggalatung Sengkang

H. Yusran Yusuf, S.Sos., M.Si


NIDN.09240472 01

ii
KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

semua limpahan nikmat, rahmat, serta hidayah-nya, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditrencanakan. Shalawat dan

salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi muhammad SAW, yang tiada

nabi sesudahnya.

Skripsi ini disusun dengan maksud memenuhi salah satu persayaratan

dalam meneylesaikan perkuliahan pada program starat-1 di Jurusan

Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Puangrimaggalatung

Sengkang

Dalam proses perencanaan, penyusunan dan penyelesaian Skripsi ini,

penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tekun,

tulus dan penuh keikhlasan meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan

dan petunjuk kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga,

khususnya kepada:

1. Ayahanda Drs. Andi Macca (Alm) dan Ibunda Hj. Andi Muardiana yang

terhormat, suamiku tercinta Andi Fakhrudin Serta anakku tersayang Andi

Aqila Alya Zahira dan Andi Muhammad Al Fatih atas segala pengetian

dan pengorbanannya yang telah diberikan kepada penulis

2. Bapak Drs. Andi Rusdi Untung, M.Si Dosen Pembimbing 1, dan Iwan

Mamminanga, S.E., M.Si Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak

iii
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan yang tidak terhingga

nilainya.

3. Bapak Sofyan Marzuki,S.Sos., M.Si Ketua Program Studi Administrasi

Publik Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.

4. Bapak H. Yusran Yusuf, S.Sos., M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Puangrimaggalatung Sengkang, atas segala fasilitas yang

diberikan.

5. Bapak Ir. H. Rustan, M.Si Kepala Kantor Badan Pusat Statistik

Kabupaten Wajo beserta jajarannya, yang telah memberi izin dan bantuan

dalam melakukan penelitian ini.

6. Bapak Prof. Dr. H. Imran Ismail MS, Rektor Universitas

Puangrimaggalatung Sengkang.

7. Ketua Umum Yayasan Puangrimaggalatung Sengkang, Bapak Dr. H.

Abdul Azis M, M.Kes. atas segala fasilitas yang telah diberikan kepada

penulis dalam rangka perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen lainnya yang telah mendidik kami dengan penuh

kesungguhan selama proses perkuliahan.

9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memeberikan masukan untuk

Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tentu tidak luput dari kekurangan,

maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna

penyempurnaan Skripsi ini. Untuk itu diucapkan terima kasih.

Sengkang, 2022

Penulis

iv
ABSTRAK

ANDI NELLY MACCA NIM. 190101381 “PENGARUH LINGKUNGAN


KERJA TERHADAP KERJA SAMA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN
PUSAT STATISTIK KABUPATEN WAJO” (dibimbing oleh Andi Rusdi Untung
dan Iwan Mamminanga).
Kesuksesan organisasi yang didasari kemampuan para anggota untuk bekerja
sama ditentukan oleh lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja menekankan
pada rasa menyenangkan dari suasana organisasi bukan saja dari kondisi fisik
tetapi keseluruhan aspek internal organisasi. Dengan demikian,lingkungan kerja
yang berkembang pada suatu organisasi akan menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi pegawai bersangkutan.
Penelitian ini adalah penelitian sensus, yaitu penelitian yang sumber datanya
adalah semua anggota populasi, dengan teknik pengumpulan data utama adalah
kuesioner. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi deskriptif
dan asosiatif. Metode deskriptif, adalah metode untuk mengetahui nilai variabel
mandiri untuk dihubungkan atau dibandingkan dengan variabel lain, motode
asosiatif, adalah metode yang dimaksudkan untuk menghubungkan suatu variabel
dengan variabel lainnya.
Hasil analisis data penelitian tentang Lingkungan Kerja Dan Kerja sama
membuktikan bahwa Lingkungan Kerja pada Kantor Badan Pusat Statistik dalam
kategori baik. Begitu pula pada variabel Kerja sama yang berada pada kategori
Sangat Baik. Pengaruh yang dihantarkan variabel Lingkungan Kerja terhadap
Kerja sama berada pada kategori sangat kuat dan arah hubungannya positif serta
data yang signifikan. Kesimpulan yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut. Lingkungan Kerja pada Pegawai Kantor Badan Pusat Staristik
Kabupaten Wajo berada pada kategori baik. Kerja sama Pegawai Kantor Badan
Pusat Staristik Kabupaten Wajo berada pada kategori Sangat baik. Hasil analisis
data menunjukan pengaruh yang diberikan adalah pengaruh yang kuat dengan
arah hubungan yang positif dan signifikan.

Kata Kunci : Lingkungan Kerja dan Kerjasama Pegawai


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Hasil Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Landasan Teori 7

B. Kerangka Pikir 35

C. Hipotesis Penelitian 37

BAB III METODE PENELITIAN 38

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 38

B. Jenis Penelitian 38

C. Variabel dan Definisi Operasional 39

D. Populasi dan Sampel 41

E. InstrumenPenelitian 42

F. Teknik Pengumpulan Data 43

G. Teknik Analisa Data 45

vi
BAB IV 52

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

A. Hasil Penelitian 52

B. Pembahasan 64

BAB V 67

PENUTUP 67

A. Kesimpulan 67

B. Saran 67

DAFTAR PUSTAKA 69

DAFTAR LAMPIRAN 72

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 : Alternatif Skor Jawaban Responden 45

Tabel 3. 2 : Klasifikasi Sikap Responden Terhadap Variabel Penelitian 48

Tabel 3. 3 : Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r 50

Tabel 4. 1 : Deskripsi Distribusi Frekuensi Data Varibel 59

Tabel 4. 2 : Deskripsi Skor Butir Pertanyaan Variabel (X) 60

Tabel 4. 3 : Deskripsi Skor Butir Pertanyaan Variabel (Y) 61

Tabel 4. 4 : Korelasi 62

Tabel 4. 5 : Model Summary 63

Tabel 4. 6 : Koefisien 64
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 : Perbedaan Tim dan Kelompok 23

Gambar 2. 2 : Kerangka Pikir 37


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengantar Angket 72

Lampiran 2 : Petunjuk Umum Pengisian Angket 73

Lampiran 3 : KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL LINGKUNGAN 74

Lampiran 4 : KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL KERJA SAMA 75

Lampiran 5 : INSTRUMEN VARIABEL LINGKUNGAN 76

Lampiran 6 : INSTRUMEN VARIABEL KERJA SAMA 78

Lampiran 7 : JADWAL PENELITIAN 79

Lampiran 8 : TABULASI DATA VARIABEL LINGKUNGAN (X) 80

Lampiran 9 : DATA TABULASI VARIABEL KERJA SAMA (Y) 81

Lampiran 10 : STRUKTUR ORGANISASI 82

Lampiran 11 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP 83


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara singkat organisasi adalah suatu perbuatan diferensiasi tugas-tugas.

Sedangkan pengertian organisasi dalam arti statis, adalah setiap gabungan

yang bergerak ke arah tujuan bersama. Istilah populernya adalah struktur

organisasi atau bagan organisasi.

Dari uraian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa setiap organisasi

untuk mencapai tujuan bersama sangat diperlukan adanya kerjasama dari

anggota-anggota yang ada di dalamnya. Pentingnya menjalin kerjasama

dalam organisasi akan berdampak positif terhadap kinerja yang efektif.

Salah satu hal yang mengawali lahirnya kerjasama adalah lingkungan

kerja yang baik. Kesuksesan organisasi yang didasari kemampuan para

anggota untuk bekerja sama ditentukan oleh lingkungan kerja yang baik. Oleh

karena itu,setiap organisasi mempunyai kewajiban untuk mengembangkan

lingkungan kerja dari berbagai pihak, baik itu antara pemimpin,anggota, dan

masyarakat di sekitar lingkungan kerja agar dapat membantu mewujudkan

kerjasama tim yang baik.

Diketahui, bahwa manusia sebagai sumber daya organisasi memiliki

berbagai macam kebutuhan, yang apabila terpenuhi memberikan motivasi dan

produktivitas kerja pegawai. Salah satu tantangan dalam mengelola sumber

daya manusia yang berkaitan dengan kebutuhan para pegawai adalah

1
2

bagaimana menciptakan lingkungan kerja pada organisasi dimaksud yang

dapat memuaskankebutuhan pegawai.

Lingkungan kerja menekankan pada rasa menyenangkan dari suasana

organisasi, bukan saja dari kondisi fisik tetapi keseluruhan aspek internal

organisasi. Dengan demikian, lingkungan kerja yang berkembang pada suatu

organisasi akan menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi pegawai

bersangkutan.

Pegawai yang puas dengan lingkungan kerja dimana mereka bekerja

untuk dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi itu dan dapat

memenuhi kebutuhannya dirinya dan keluarganya akan senantiasa berupaya

memberikan segala potensi positifnya demi kepentingan organisasi, sehingga

dapat diwujudkan kinerja dan produktivitas kerja yang semakin tinggi dari

waktu ke waktu.Sebaliknya,pegawai yang tidak puas dengan lingkngan kerja

di mana mereka bekerja, akan menunjukkan perilaku negatif terhadap

pekerjaannya, misalnya kurang bersungguh-sungguh dalam bekerja, kurang

mau bekerjasama, bekerja bila diawasi oleh pimpinannya, kurang kreatif dan

lain-lain sebagainya. Hal ini akan menyebabkan pegawai tersebut akan

kurang mencurahkan semua potensi terbaiknya, sehingga kinerja dan

produktivitas kerjanya juga akan berkurang seperti diharapkan oleh organisasi

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tentu hal ini akan sangat merugikan

organisasi bersangkutan dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Oleh sebab itu, pimpinan pada organisasi apapun yang ingin berhasil dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin, guna mempengaruhi bawahannya


3

untuk bekerja dengan ikhlas tanpa merasa dipaksa dan mengerahkan segenap

potensi positifnya dan mau bekerjasama dengan pihak lain untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, haruslah selalu

memperhatikan dan mengelola dengan baik lingkungan kerja yang

dipimpinnya. Dengan pengelolaan lingkungan kerja yang baik, akan

memberikan dampak positif terhadap kerjasama bawahannya.

Hal yang sama, diduga juga berlaku pada Badan Pusat Statisti Kabupaten

Wajo, dimana lingkungan kerja diduga berpengaruh positif terhadap

kerjasama pegawai bersangkutan dalam mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan, sesuai dengan tugas,fungsi dan tanggung jawab yang

dibebankan kepadanya.

Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang dilakukan penulis pada

Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo, diperoleh informasi awal yang

tentunya masih memerlukan klarifikasi melalui hasil penelitian ilmiah, bahwa

kerjasama pegawai pada Kantor Badan Pusat Statistk Kabupaten Wajo,

belumlah optimal. Hal ini dicerminkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kreativitas pegawai relatif belum optimal.

2. Antusias atau kerja sama pegawai belum ideal.

3. Disiplin kerja pegawai juga relatif belum ideal.

Untuk membuktikan keadaan sebenarnya tentang permasalahan tersebut,

penulis menganggap penting dan tertarik meneliti permasalahan tersebut

melalui penelitian ini, dengan judul:“Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap

Kerjasama Pegawai pada Badan Pusat Statitik Kabupaten Wajo”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah seperti telah disampaikan,

maka penelitian ini difokuskan pada masalah: “Apakah lingkungan kerja

berpengaruh positif terhadap kerja sama pegawai pada Kantor Badan Pusat

Statistik Kabupaten Wajo?, yang dapat dirinci dalam beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Seberapa baik lingkungan kerja pada Kantor Badan Pusat Statistik

Kabupaten Wajo?

2. Seberapa baik kerja sama pegawai pada Kantor Badan Pusat Statistik

Kabupaten Wajo? 

3. Seberapa besar pengaruh lingkungan kerja terhadap kerja sama pegawai

pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini, yaitu untuk menganalisis dan

mengungkapkan Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kerja Sama Pegawai

Pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo. sedangkan tujuan khusus

penelitian ini, yaitu untuk menganalisis dan mengungkapkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Untuk Mengetahui Lingkungan Kerja Pada Kantor Badan Pusat

Statistik Kabupaten Wajo.

2. Untuk Mengetahui Kerja Sama Pegawai Pada Kantor Badan Pusat

Statistik Kabupaten Wajo.


5

3. Untuk Mengetahui Besarnya Pengaruh lingkungan kerja Terhadap

Kerja Sama Pegawai Pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten

Wajo.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Setelah Penelitian Ini Mencapai Tujuannya, Maka Penelitian Ini

Diharapkan Dapat Memberikan Manfaat Teoritis Dan Manfaat Praktis,

Sebagai Berikut:

1. Manfaat Teoritis

penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek

teoritis (keilmuan), yaitu bagi perkembangan Ilmu Administrasi

Negara, khususnya pada bidang manajemen sumber daya manusia,

yaitu tentang lingkungan kerja dan pengaruhnya terhadap kejasama

pegawai

2. Manfaat Praktis

a. Bagi organisasi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap

lingkungan kerja dan pengaruhnya terhadap kerja sama pegawai

pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo.

b. Bagi Pimpinan

Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan dan

mengembangkan lingkungan kerja dan pengaruhnya terhadap kerja

sama pegawai pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo.


6

c. Bagi Pegawai

Sebagai informasi betapa penting kerja sama pegawai dalam

meningkatkan kinerja dan produktivitas pegawai bersangkutan

dalam organisasi

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan rangsangan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut guna memperluas wawasan

bersama
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lingkungan Kerja

a. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja banyak didefinisikan oleh para ahli,beberapa

diantaranya adalah, menurut Nitisemito (2000:183): “lingkungan kerja

adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan.

Definisi mengenai lingkungan kerja juga dikemukakan oleh

Sedarmayanti (2001:1),yaitu:“Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat

perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana

seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik

sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok dapat ditarik

kesimpulannya bahwa kondisi lingkungan kerja baik akan menunjang

produktivitas pegawai yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan

tingkat kinerja pegawai”.

Swastha dan Sukotjo (2004:26-27) menyatakan: “Lingkungan

perusahaan dapat diartikan sebagai keseluruhan dari faktor-faktor ekstern

yang mempengaruhi baik organisasi maupun kegiatannya. Sedangkan arti

lingkungan kerja secara luas mencakup semua faktor-faktor ekstern yang

mempengaruhi individu, perusahaan, dan masyarakat”. Sedangkan 

7
8

Heijrachman dan Husnan (2007:34) menyatakan bahwa “yang

dimaksud dengan pengaturan lingkungan kerja adalah pengaturan

penerangan tempat kerja, pengontrolan terhadap suara gaduh dalam

pabrik, pengontrolan terhadap udara, pengaturan kebersihan tempat kerja,

dan pengaturan tentang keamanan kerja”.

Pernyataan dari para ahli diatas secara garis besar dapat ditarik

kesimpulan. Bahwa, lingkungan kerja merupakan situasi atau keadaan di

sekitar para pegawai. Hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa situasi

atau keadaan di sekitar pegawai tersebut mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya.

Menurut Sedarmayanti (2001:21): “Lingkungan kerja fisik adalah

semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang

dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak

langsung”.” Lingkungan kerja fisik adalah sesuatu yang berada di sekitar

para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara, serta yang

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan lingkungan kerja fisik adalah keadaan di sekitar

kantor atau tempat bekerja seperti penerangan, warna, udara, asam,

kebersihan dan keamanan yang mempengaruhi pegawai dalam

menjalankan tugas-tugasnya atau pekerjaannya.


9

Selanjutnya menurut Sedarmayanti (2001:31), bahwa: “Lingkungan

kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan

dengan  hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun

hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan,

Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja

yang tidak bisa diabaikan. Sedangkan menurut Nitisemito (2000:171)

organisasi hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung

kerja sama antara tingkat atasan, bawahan, maupun yang memiliki status

jabatan yang sama di organisasi. Kondisi yang hendaknya diciptakan

adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian

diri.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan lingkungan kerja non fisik adalah keadaan di dalam

tempat bekerja yang mencerminkan hubungan antara atasan dengan

bawahan sehingga menciptakan suasana yang baik dan komunikasi yang

baik juga dalam menjalankan tugas-tugasnya atau pekerjaannya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja,seperti

yang dikemukakan Sedarmayanti (2001:5), yaitu:

1. Penerangan
Berjalannya suatu organisasi tidak luput dari adanya penerangan,
begitu pula untuk menunjang kondisi kerja, penerangan memberikan
arti yang sangat penting. Salah satu faktor yang penting dari
10

lingkungan kerja yang dapat memberikan semangat dalam bekerja


adalah penerangan yang baik.Pegawai yang terlibat dalam pekerjaan
sepanjang hari rentan terhadap ketegangan mata yang disertai dengan
keletiah mental, perasaan marah dan gangguan fisik lainnya.Dalam hal
penerangan di sini tidak hanya terbatas pada penerangan listrik tetapi
juga penerangan matahari. Penerangan yang baik dapat memberikan
kepuasan dalam bekerja dan tentunya akan meningkatkan
produktivitas, selanjutnya penerangan yang tidak baik dapat
memberikan ketidak puasan dalam bekerja dan menurunkan
produktivitas. Hal ini disebabkan karena penerangan yang baik
tentunya akan memudahkan para pegawai dalam melakukan aktivitas.
Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assauri (2003:31)

adalah sebagai berikut:

a. Sinar cahaya yang cukup.

b. Sinarnya yang tidak berkilau dan menyilaukan.

c. Tidak terdapat kontras yang tajam.

d. Cahaya yang terang.

e. Distribusi cahaya yang merata.

f. Warna yang sesuai.

2. Suhu Udara
Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh
beberapa hal, salah satu faktor yang memberikan andil adalah suhu
udara.Suhu udara dalam ruangan kerja merupakan salah satu faktor
yang harus diperhatikan oleh manajemen organisasi agar pegawai
dapat bekerja dengan menggunakan seluruh kemampuan sehinggan
menciptajkan hasil yang optimal.
Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu

diperhatikan juga. Bila sirkulasi udara baik maka udara kotor yang ada
11

dalam ruangan diganti dengan udara yang bersih yang berasal dari luar

ruangan.

Berbicara tentang kondisi udara maka ada tiga hal yang menjadi

perhatian yaitu kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara. Ketiga

hal tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas para pekerja.

Bagaimana seorang staf administrasi dapat bekerja secara optimal bila

keadaan udaranya sangat gerah. Hal tersebut akhirnya dapat

menurunkan kerja sama karena dipengaruhi oleh turunnya

konsentrasi 

dan tingkat stress pegawai.

Mengenai kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara dijelaskan

oleh Sritomo Wignosubroto (2000:45) sebagai berikut:

a. Kelembaban
Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung di
dalam udara. Kelembaban ini sangat berhubungan atau
dipengaruhi oleh suhu udara. Suatu keadaan di mana suhu udara
sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran.
b. Suhu Udara
Tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal dengan suatu 11esame tubuh yang sempurna
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di luar tubuh tersebut. Produktivitas manusia akan
mencapi tingkat yang paling tinggi pada sekitar 24-27°C.
c. Sirkulasi Udara
Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaam oksigen di
dalam udara tersebut telah berkurang dan bercampur gas-gas
lainnya yang membahayakan kesehatan tubuh.Hal ini diakibatkan
oleh perputaran udara yang tidak normal. Kotoran udara disekitar
kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan. Ini tidak boleh
12

dibiarkan, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan


cepat membut tubuh kita lelah. Sirkulasi udara dengan
memberikan ventilasi cukup akan membantu penggantian udara
kotor dengan udara bersih.
3. Bising
Untuk meningkatkan produktivitas kerja, suara yang mengganggu
perlu dikurangi. Di lingkungan organisasi, suasana tenang sangat
diperlukan karena pada saat officer online melayani pelanggan harus
terbebas dari suara lain yang bisa terdengar oleh pelanggan. Suara
bising ditimbulkan dari suara para officer yang online pada saat
bersamaan dalam satu ruangan yang mengganggu konsentrasi officer
itu sendiri pada saat bekerja. Bunyi bising dapat mengganggu
konsentrasi dalam bekerja, untuk itu suara-suara bising harus
diusahakan berkurang. Turunya konsentrasi karena ditimbulkan oleh
suara bising dapat berdampak pada meningkatnya sesama pegawai.
Menurut Sedarmayanti (2001:26) ada tiga aspek yang

menentukan kualitas suara bunyi yang biasa menimbulkan tingkat

gangguan terhadap manucia vaitu: 

a. Lama bunyi
Lama waktu bunyi terdengar. Semakin lama telinga kita
mendengar kebisingan maka semakin buruk akibatnya bagi
pendengaran(tuli)
b. Intensitas kebisingan
Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB),yang
menunjukan besarnya arus suara persatuan luas dan batas
pendengaran manusia mencapai 70 desibel.
c. Frekuensi
Frekuensi suara menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang
suara yang sampai di telinga kita setiap detik yang dinyatakan
dalam jumlah getaran perdetik atau Hertz (HZ).

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa telinga manusia

memiliki batasan dalam pendengaran. Batas pendengaran manusia

mencapai 70 desibel, jika suara yang didengar manusia melebihi

batas tersebut maka konsentasi manusia akan mudah kabur.


13

Gangguan-gangguan seperti ini hendaknya dihindari agar kerja

sama tetap stabil dan produktivitas kerja menjadi optimal.

4. Penggunaan Warna
Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja dan
semangat para pegawai.Warna ini berpengaruh terhadap kemampuan
mata melihat objek dan mengakibatkan efek psikologis kepada para
pegawai karena warna mempuyai pengaruh besar terhadap perasaan
seseorang.Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan
rasa senang, ceria atau sumpek dan lain-lain.

Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas, maka organisasi harus

memperhatikan penggunaan warna agar dapat mempengaruhi semangat

dan gairah kerja para pegawainya. Untuk ruang kerja hndaknya dipilih

warna-warna yang dingin atau lembut, misalnya coklat,krem,putih,

hijau muda dan sebagainya. Sebagai contoh adalah warna putih, warna

putih dapat memberikan kesan ruangan yang sempit menjadi tampak

leluasa dan bersih. 

Sebenarnya bukan warna saja yang harus diperhatikan tapi

komposisinya juga harus diperhatikan. Hal ini disebabkan komposisi

warna yang salah dapat mengganggu pemandangan sehingga

menimbulkan rasa kurang menyenangkan atau bosan bagi yang melihat.

Rasa menyenangkan atau bosan dapat mempengaruhi kerja sama

pegawai.

Komposisi warna yang ideal menurut Alex S Nitisemito

(2000:1120), terdiri dari:

a. Warna primer (merah, biru,kuning).


14

Kalau dijajarkan tanpa antara akan tampak keras dan tidak


harmonis serta tidak bisa dijajarkan dengan yang lain sehingga
tidak sedap dipandang.
b. Warna sekunder (oranye, hijau,violet).
Kalau dijajarkan akan menimbulkan kesan yang harmonis,
sedap dipandang mata.
c. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder
yang berada dihadapannya akan menimbulkan warna-warna
komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali dipandang
mata.
d. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder
yang terdapat disampingnya akan merusak salah satu dari
warna tersebut dan akan terkesan suram.
Komposisi warna sangat berpengaruh terhadap kenyamanan

kerja. Bila komposisi warna kurang pas dapat menimbulkan rasa

jenuh dan sumpek, sehingga dapat mengurangi kenyamanan dalam

bekerja sehingga kerja sama akan menurun yang dapat

mengganggu produktivitas kerja.

Menurut Sedarmayanti (2001:29), membagi warna berdasarkan

pengaruhnya terhadap perasaan manusia,yaitu:

a. Warna merah

Bersifat dinamis dan merangsang, berpengaruh

menimbulkan semangat kerja. 

b. Warna kuning

Bersifat keanggunan, terang dan leluasa serta

menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat syaraf mata.

c. Warna biru
15

Bersifat tenang, tentram dan sejuk.Berpengaruh

mengurangi tekanan dan keteganggan.

5. Ruang Gerak

Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat

mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi

semua pegawai yang bekerja di dalamnya.Barang-barang yang

diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap para pegawai.

Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu-lalang para pegawai

hendaknya tidak dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang

tidak pada tempatnya.Dalam ruangan kerja hedaknya ditempatkan

tempat sampah sehingga kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga.

Ruang kerja hendaknya di desain sedemikian rupa sehingga

memberikan kesan nyaman bagi para pegawai.Untuk itu ruangan kerja

harus ditata mcngacu kcpada aliran kerja schingga mcningkatkan

efesiensi dan memudahkan koordinasi antar para pegawai. Perusahaan

yang baik akan selalu menyediakan berbagai sarana yang memadai,

hal ini dimaksudkan agar para pegawai merasa senang dan betah di

ruangan kerja. 

Menurut Sofyan Assauri mengemukakan bahwa: “Agar para

pegawai dapat leluasa bergerak dengan baik, maka ruangan gerak para
16

pegawai perlu diberikan ruangan yang memadai. Terlalu sempit ruang

gerak akan menghambat proses kerja para pegawai. Sebaliknya

ruangan kerja yang besar merupakan pemborosan ruangan” (Assauri,

2003:33).

Dari pendapat di atas mengenai ruang gerak yang ideal adalah

ruang yang leluasa sehingga dapat membantu kelancaran kerja para

pegawai. Ruangan yang sempit akan mengakibatkan lalu-lintas di

tempat kerja menjadi semrawut, sehingga pegawai akan kehilangan

semangat dalam bekerja. Perusahaan yang memiliki ruang kerja belum

tentu mampu meningkatkan gairah para pegawainya,karena tanpa tata

ruang yang baik akan menghambat proses kerja.

6. Keamanan Bckerja

Keamanan yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan

pemeliharaan pegawai dengan baik, namun keamanan bekerja ini

tidak bisa diciptakan oleh pimpinan perusahaan. Keamanan bekerja

akan tercipta bila semua elemen yang ada di perusahaan secara bahu-

membahu menciptakan kondisi keamanan yang stabil.

Keamanan kerja untuk sebuah kantor memang harus diperhatikan

baik itu untuk keamanan terhadap peralatan yang digunakan dan

keamanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja harus memenuhi

syarat-syarat keamanan dari orang-orang yang berniat jahat dan

ruangan kerja yang aman dari aktivitas tamu dan pergerakan umum. 
17

Tentang keselamatan kerja ini sudah ada peraturannya, yang harus

dipatuhi oleh setiap organisasi dan perusahaan. Artinya setiap

organisasi dan perusahaan harus menyediakan alat keselamatan kerja,

melatih penggunaanya. Ilal ini dimaksudkan agar pcgawai dapat

bckcrja dcngan tenang dan nyaman.

Alex S Nitisemito (2000:11) berpendapat bahwa “Apabila

perusahaan dapat memberikan jaminan keamanan,ketenangan dalam

bekerja maka akan timbul kerja sama dangairah kerja”.

Pendapat mengenai keamanan bekerja di atas menggambarkan

bahwa organisasi bertanggung jawab akan kondisi pegawainya.

Dorongan psikologis para pegawai dalam berkerja yang berupa rasa

aman dan nyaman sangat mempengaruhi konsenntrasi dalam bekerja.

Konsentrasi yang tidak mendukung akan mengakibatkan semangat

dan gairah menurun sehingga mengurangi produktivitas kerja.

Syarat syarat untuk dapat bekerja dengan perasaan tentram, aman

dan nyaman mengandung dua faktor utama yaitu faktor fisik dan non

fisik. Menurut Slamet Saksono berpendapat bahwa: “Segala sesuatu

yang yang menyangkut faktor fisik yang menjadi kewajiban serta

tanggung jawab perusahaan adalah tata ruangan kerja. Tata ruangan

kerja yang baik adalah yang dapat mencegah timbulnya gangguan

keamanan dan keselamatan bagi pegawai.


18

Barang-barang yang diperlukan dalam ruang kerja harus

ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan gangguan

yang ditimbulkan (Saksono,2000:105).

7. Hubungan Kerja

Faktor terakhir yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah

hubungan kerja, yaitu (a) hubungan kerja internal yang merupakan

hubungan kerja bawahan dengan pimpinan dan hubungan kerja antar

sesama bawahan. (b) hubungan kerja eksternal, yaitu hubungan kerja

dengan intansi terkait dengan organisasi bersangkutan, serta (c)

hubungan dengan masyarakat.

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, cahaya yang cukup, bebas

dari kebisingan dan gangguan diharapkan akan meningkatkan semangat

tersendiri bagi pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi

lingkungan kerja yang buruk, gelap dan lembab akan menimbulkan cepat

lelah dan menurunkan semangat dan produktivitas dalam bekerja.

c. Dimensi dan Indikator Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2001: 5), lingkungan kerja meliputi

dimensi : (1)lingkungan Fisik dengan indikator : (a) penerangan, (b) suhu

udara,(c) suara bising, (d) penggunaan warna,(e) ruang gerak yang

diperlukan.(2) lingkungan non fisik dengan indikator : (a) keamanan

bekerja, dan (b) hubungan kerja.

2. Kerja Sama Pegawai


19

a. Pengertian Kerjasama Tim

Ada beberapa definisi mengenai tim dari berbagai literatur. Stueart

dan Moran (2002: 399) mendefinisikan bahwa tim kerja adalah

sekelompok orang yang saling berinteraksi dan mengkoordinasikan

pekerjaan mereka agar tercapai tujuan kerja secara spesifik. Francis and

Young dalam Stott (2005:. 25). menjelaskan tim sebagai kumpulan dari

orang-orang yang penuh semangat dan memiliki tanggung jawab untuk

mencapai tujuan bersama,yang saling bekerja sama dan senang

melakukan tugas-tugasnya, serta mampu menghasilkan hasil yang

terbaik.

Suatu tim kerja membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang

terkoordinasi. Upaya-upaya individual mereka menghasilkan suatu

tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individual

(Robbins, 2005:347).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kerja sama tim, adalah

usaha untuk bekerja sama dengan orang lain secara kooperatif dan

menjadi bagian dari kelompok. Bukan bekerja secara terpisah atau saling

berkompetisi.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa suatu

kelompok dapat dikatakan tim apabila; terdiri dari 2 (dua) orang atau

lebih,saling berinteraksi dan bekerja sama antara anggota dalam suatu


20

pekerjaan bersama, serta terdapat suatu tujuan bersama (kolektif) yang

ingin dicapai.

Ada keterkaitan antara tim dan kerja sama,karena kedua konsep

tersebut sama-sama membahas tentang adanya suatu kegiatan yang

dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari dua orang dengan maksud

mencapai tujuan bersama tertentu.

Bruner (2001: 6) menjelaskan bahwa kerja sama dapat di definisikan

sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan yang tidak bisa dicapai

hanya dengan usaha satu pihak saja. Kerja sama mencakup beberapa

komponen sebagai berikut:

1. Bersama-sama sepakat dalam membangun seperangkat arah dan

tujuan bersama.

2. Saling berbagi tanggung jawab untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut.

3. Bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan, dengan menggunakan

keahlian dan sumber daya yang dimiliki tiap orang yang

melakukan kerja sama.

Dengan sangat menekankan pentingnya kohesivitas, Duin, Jorn, De.

Bower, dan Johnson (1994) dalam Asrori (2003: 112). mendefinisikan

"collaboration" sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih

merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan

bersama.
21

Kerja sama memerlukan tim kerja yang efektif. Oleh karena itu, baik

pimpinan maupun anggota tim haruslah saling menghormati dan percaya

satu sama lain. Kerja sama tim memerlukan komunikasi yang baik di

dalamnya, serta kemampuan untuk menerima masukanmasukan dari para

individu lain. Jadi dapat dikatakan bahwa konsep tim (teamwork) sangat

terkait erat dengan kerja sama (collaboration), karena pada dasarnya

setiap tim yang efektif akan membentuk sinergi untuk saling mencapai

tujuan bersama.

Konsep tim dan segala aspeknya haruslah dipahami dengan baik oleh

setiap anggota tim, agar setiap anggota dapat memahami secara lebih

jelas makna dan tujuan kerja sama tim ketimbang pada tujuan masing-

masing individu. 

b. Perbedaan Tim Dengan Kelompok

Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim. Untuk dapat

dianggap sebagai tim, maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki

karakteristik, Tjiptono dan Diana (2003:166) sebagai berikut:

1. Ada kesepakatan terhadap misi tim


Agar suatu kelompok dapat menjadi tim dan supaya tim tersebut
dapat bekerja dengan efektif, semua anggotanya harus memahami
dan menyepakati misinya;
2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku.
Suatu tim harus mempunyai peraturan yang berlaku, sehingga dapat
membentuk kerangka usaĥa pencapaian misi, Suatu kelompok atau
grup dapat menjadi tim manakala ada kesepakatan terhadap misi dan
ketaatan terhadap peraturan yang berlaku;
3. Ada pembagian tanggung jawab dan wwewenaang yang adil.
Keberadaan tim tidak meniadakan struktur dan wewenang.Tim dapat
berjaian dengan baik apabila tanggung jawab dan wewenang dibagi
dan setiap anggota diperlakukan secara adil;
22

4. Orang beradaptasi terhadap perubahan.


Perubahan bukan saja tidak terelakkan, tetapi juga diperlukan sekali.
Sayangnya orang umumnya menolak perubahan. Oleh karena itu,
setiap anggota tim harus dapat saling membantu dalam beradaptasi
terhadap perubahan secara positif.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

kersama tim adalah kumpulan orang-orang yang tergabung dalam suatu

kelompok yang memiliki tujuan yang sama, anggotanya saling

tergantung antara yang satu dengan yang lain, dan bekerja sama dalam

suasana saling percaya, saling memotivasi, dan apabila terdapat

permasalahan diselesaikan secara terbuka dan pendekatan win-win

solution.

Jadi, setiap tim adalah kelompok, akan tetapi tidak semua kelompok

adalah tim. Tim berbeda dengan kelompok dalam banyak aspek. Cleland

menjabarkan beberapa perbedaan antara tim dan kelompok dalam Stueart

dan Moran (2002: 400), yaitu sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1.

No Tim Kelompok
.
1 Membagi dan Memiliki pemimpin
Merotasikan peran yang
pimpinan. ditunjuk.

2 Saling berbagi Memiliki sedikit sekali


tanggung jawab dan
pembagian wewenang
Wewenang dan
tanggung jawab.
3 Memiliki akuntabilitas Memiliki akuntabilitas
baik secara
secara individu saja.
individu maupun
kelompok.
4 Memiliki anggota tim Bekerja secara
yang
23

bekerjasama untuk individu.


menghasilkan
sesuatu.
5 Memiliki produk hasil Hasil yang diperoleh
kerjasama.
berkat usaha individu.
6 Saling berbagi hasil Sangat jarang berbagi
dan penghargaan.
pengalaman.
7. Berdiskusi,memutuska Berdiskusi,memutuska
n bersama dan n
saling berbagi serta mendelegasikan
pekerjaan.
pekerjaan secara
individu.
Gambar 2. 1 : Perbedaan Tim dan Kelompok

Pada gambar 2.1 tersebut dapat dijelaskan bahwa perbedaan tim dan

kelompok terlihat karena tim lebih memiliki kesatuan dari loyalitas untuk

mencapai tujuan bersama. Selain itu, tim juga berusaha untuk dapat saling

berbagi pekerjaan dan tanggung jawab antar anggota sehingga produk (hasil

kerja) yang dihasilkan oleh sebuah tim dapat dikatakan sebagai produk (hasil

kerja) bersama.

c. Tipe-Tipe Tim

Tim kerja biasanya dipimpin satu dari dua cara, self-managed dan

self-directed team. Self-managed team adalah tim yang secara mandiri

menyediakan poses kepemimpinannya sendiri (masing-masing dari

anggota tim memiliki kesempatan dan menjajal kemampuan leadership

masing-masing). Self directed team memiliki seorang pimpinan yang

bertugas mengkoordinasikan segala aktifitas yang dilakukan oleh tim

tersebut. Posisi kepemimpinan biasanya dirotasi (digilir) kepada seluruh


24

anggota tim. Lebih lanjut, Robbins (2005) dalam Rizka (2006: 13-14),

menjelaskan empat tipe tim yang biasa ditemukan dalam sebuah

organisasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemecahan Masalah

Anggota tim ini biasanya berbagi gagasan atau menawarkan saran

mengenai bagaimana proses dan metode kerja dapat diperbaiki.

Tim melakukan pertemuan beberapa jam setiap minggu untuk

berdiskusi mengenai cara-cara meningkatkan kualitas, efisiensi,

dan lingkungan kerja.

2. Tim Kerja Pengelolaan-Diri

Tim ini biasanya menjalankan berbagai tanggung jawab dari

atasan, meliputi perencanaan, dan penjadwalan

pekerjaaan,penentuan tugas untuk para anggota, menjalankan

keputusan, mengatasi permasalahan, hingga bekerja dengan

pelanggan.

3. Tim Lintas Fungsional

Tim ini terdiri dari para anggota yang berasal dari level pekerjaan

yang sama,tapi berasal dari area kerja yang berbeda, yang saling

bekerja sama untuk menyelesaikan sebuah tugas.

4. Tim Virtual
25

Tim yang menggunakan teknologi komputer sebagai sarana untuk

menghubungkan anggota yang berjauhan secara fisik dalam

rangka mencapai tujuan tertentu.Menggunakan jaringan, video

conference, atau email untuk saling berkomunikasi.

d. Langkah Awal Pengembangan Tim

Melakukan perekrutan terhadap orang-orang untuk saling bekerja

sama bukanlah sebuah jaminan bahwa suatu tim kerja dapat terbentuk

dengan baik. Suatu tim haruslah dibangun atau dikembangkan. Wilson

(1996: 50-52)dalam Stueart dan Moran (2002: 402-403) menguraikan

langkah awal yang harus diikuti oleh setiap pimpinan tim dalam suatu

tim kerja, agar tercipta suatu tim kerja yang sukses, yaitu:

1. Fokus pada kompetensi (keahlian) dalam memberi tugas kepada

anggota tim.

2. Bangunlah suatu tujuan tim yang jelas serta segera

komunikasikan tujuan utama yang hendak dicapai.

3. Bangunlah suatu deadline (batas waktu) serta peraturan dasar

ketika pertama kali melakukan pertemuan.

4. Pelihara suatu orientasi hasil dari struktur tim.

5. Bekali tim dengan iklim kolaborasi/kerja sama serta berbagi

kekuasaan (share power).

6. Upayakan konsensus/kesepakatan.
26

7. Usahakan menjaga agar tim tetap termotivasi.

8. Bangunlah rasa kepercayaan diri bagi tiap tim.

9. Bangunlah rasa percaya dan saling menghormati.

10. Jadilah fleksibel.

11. Lengkapi dengan dukungan eksternal dan apresiasi terhadap

prestasi tim.

Sedangkan Goetsch (2004: xvi) memperkenalkan Ten-Step Model

yang patut diikuti untuk efektifnya suatu tim kerja, yaitu;

1. Menetapkan arah dan tujuan yang jelas untuk setiap tim.

2. Menetapkan peran dan peraturan dasar yang jelas bagi setiap tim.

3. Menetapkan akuntabilitas untuk setiap kinerja tim.

4. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan bagi tim.

5. Mengembangkan kemampuan komunikasi, baik untuk pemimpin

maupun anggota tim.

6. Mengembangkan kemam puan pemecahan masalah bagi

pemimpin maupun anggota tim.

7. Menetapkan jabaran definisi terhadap proses pengambilan

keputusan,dan usahakan agar setiap tim berpartisipasi dalam

setiap prroses tersebut.

8. Membangun perilaku tim yang positif, ber-etika serta rasa

percaya di antara anggota tim.

9. Memberikan pengakuan dan penghargaan bagi performa (kinerja)

tim yang efektif.


27

10. Evaluasi berkelanjutan,mengembangkan, dan memperkuat tim.

Langkah-langkah tersebut perlu dilakukan dan dipertimbangkan agar

penempatan anggota pada suatu tim dilakukan secara tepat sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki tiap anggota tim. Secara lebih jelas. Asrori

(2003: 114), menekankan bahwa tujuan kegiatan merupakan faktor utama

untuk mempertimbangkan pembentukan tim. Dengan demikian,dapat

dikatakan bahwa tujuan dari suatu tim merupakan hal utamayang harus

diprioritaskan dalam pembentukan tim.

e. Karakteristik Tim Yang Efektif Dan Manfaat Kerja Sama Tim

Tidak ada suatu tim pun yang dapat diharapkan akan bekerja sama

dengan baik apabila hanya dibentuk secara sembrono (asal-asalan). Maka

dari itu, penempatan anggota pada setiap tim haruslah didasarkan pada

kemampuan yang dimiliki masing-masing anggota tim. Dalam hal ini,

pemimpin harus lah mampu memilih anggota-anggota tim secara cermat.

Ada beberapa kriteria tim yang efektif dari beberapa literatur. Menurut

Stueart dan Moran (2002: 400), tim yng sukses menunjukkan hal-hal

berikut:

1. Kemampuan yang relevan.

2. Rasa saling percaya.

3. Jumlah anggota yang tepat (tim yang paling efektif biasanya

memiliki jumlah anggota antara 5 sampai dengan 12 orang)

4. Komunikasi yang baik.

5. Pemimpin yang tepat (kelayakan dalam memimpin).


28

6. Tujuan yang jelas.

7. Loyalitas.

Goestch (2004: xii-xiii) menjabarkan dua belas karakteristik tim

yang efektif yang harus dimiliki setiap tim sehingga memberikan dampak

yang positif pada tim tersebut,yaitu;

1. Kejujuran. Membangun rasa saling percaya merupakan fondasi


awal efektifnya sebuah tim. Kejujuran merupakan fondasi dari
keyakinan, dan keyakinan merupakan fondasi bagi efektifnya
sebuah tim.
2. Ketidakegoisan. Orang yang tidak egois biasanya akan
menempatkan kepentingan tim di atas kepentingan individu.
Anggota tim yang memanfaatkna tim untuk kepentingannya, akan
merusak efektifitas kerja sama dalam tim.
3. Kehandalan. Anggota tim saling bergantung satu sama lain. Kinerja
dari tiap individu bergantung pada kinerja atau pekerjaan dari
individu yang lain di dalam tim. Sebagai konsekuensinya, sangat
penting jika anggota tim tahu mereka dapat saling mempercayai
dan mengandalkan satu sama lain.
4. Antusiasme. Konsep dari semangat tim merupakan sesuatu yang
nyata. Orang-orang yang memiliki antusiasme terhadap pekerjaan
mereka biasanya akan melakukannya dengan baik. Positifnya, rasa
antusias itu biasanya menjalar kepada anggota yang lain.
Antusiasme membantu mempertahankan kegigihan tim walaupun
sedang berada dalam kondisi yang sulit.
5. Tanggung Jawab. Suksesnya sebuah tim dibangun dari para
anggota-anggota tim yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaan yang mereka miliki dan juga terhadap tim tersebut. Tim
yang tidak efektif biasanya memiliki anggota-anggota yang senang
merusak performa tim dengan menolak bertanggung jawab dan
senang menyalahkan orang lain saat situasi menjadi lebih buruk.
6. Kerja sama. Setiap orang yang bekerja bersama harus bisa bekerja
sama dengan orang lain Anggota tim yang menolak bekerja sama
dengan anggota tim lain baik secara terang-terangan maupun
tertutup, maka akan merongrong tim itu sendiri.
7. Inisiatif. Inisiatif berarti memahami apa yang harus dilakukan tanpa
harus menunggu untuk diperintah. Anggota tim yang memiliki
inisiatif tidak akan pernah berkata“Ini bukan urusanku.”
8. Kesabaran/Ketelatenan. Satu tantangan yang paling sulit yang
ditemui oleh para anggota tim adalah mempelajari dari awal
bagaimana cara bekerja sama. Ada ungkapan yang mengatakan
29

bahwa, selalu mudah jika sendiri, akan tetapi akan sulitjika bekerja
sama. Bekerja sama antar manusia membutuhkan kesabaran.
9. Kemampuan mengatasi masalah. Orang yang pandai mengatasi
masalah adalah orang yang mampu melaksanakan pekerjaannya
dengan baik walaupun banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena
sumber daya seperti waktu, talenta, serta dana terkadang terbatas
dalam tim, biasanya orang jenis ini akan sangat terbuka (welcome)
dengan tim.
10. Tepat waktu. Orang yang tepat waktu (on time, on schedule)
biasanya menunjukkan rasa menghargai terhadap anggota
lain, pada pelanggannya, maupun pada atasannya. Sebuah tim
tidak dapat berfungsi secara efektif apabila tiap anggotanya
tidak menunjukkan pekerjaan mereka yang tepat waktu dan
sesuai jadwal yang telahditentukan.
11. Toleransi /Kepekaan. Lingkungan kerja modern merupakan
lingkungan kerja yang beragam, anggota tim dapat saja
berbeda di berbagai hal (misal. ras, gender, agama, budaya,
usia, kehidupan politik, dan lain-lain). Keberagaman dapat
memperkuat sebuah tim apabila mereka saling memiliki sikap
toleransi serta kepekaan terhadap perbedaan pada setiap
individu. Bagi anggota tim yang hanya menyukai orang lain
yang sama dengan dirinya, biasanya bukanlah seorang
anggota tim yang cakap.
12. Ketekunan.Ketekunan adalah ketahanan dalam menyeleasikan
suatu pekerjaan yang tiada henti-hentinya.Tidak
menghiraukan rintangan.Hal ini sangat penting karena setiap
tim akan sering menghadapi rintangan. Anggota tim yang
memiliki ketekunan ditengah rintangan yang ada, akan
menginspirasi anggota tim lain yang mungkin akan menyerah.

f. Hakikat Dan Ciri Organisasi Sebagai Tim

Dalam uraian di atas telah diuraikan pengertian tentang tim. Tim

dapat disimpulkan sebagai suatu kelompok yang memiliki ikatan dan

interaksi yang harmonis memacu terjadinya perubahan, pertumbuhan dan

perkembangan pribadi maupun organisasi. Keikatan dan interaksi

harmonis tersebut akan muncul dalam bentuk keterpaduan pola pikir,

pola emosi dan motivasi dan pola tindak (Prajudi Atmosoedirdjo dalam

Pranoto dan Suprapti, 2009:8).


30

Adanya keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi

serta pola tindak, memudahkan terjadinya titik temu berbagai keinginan

dan inters ke dalam tujuan bersama. Masalah paling rawan dalam

organisasi, adalah apabila keinginan dan interes individu dalam

organisasi saling berhadapan: “menang kalah”, yaitu munculnya banyak

vested-interest,akibatnya tujuan organisasi secara umum tidak akan

tercapai. Steven Covey (1997) dalam Pranoto dan Suprapti (2009:

9),menemukan tujuh resep habits yang perlu dimiliki oleh individu yang

ingin memiliki 

keefektifan yang tinggi, yaitu: (1) proaktif, (2) mendahulukan yang

utama, (3) selalu memulai dengan tujuan akhir, (4) pendekatan menang-

menang, (5) berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti oleh

orang-orang lain, (6) selalu menciptakan sinergi, keterpaduan dan

kebersamaan, serta (7) selalu mengasah dan mengembangkan diri baik

fisik, sosial, maupun nilai-nilai. Dari ketujuh habits tersebut yang

menonjolkan adanya tim adalah pendekatan menang-menang, mengerti

orang lain dan selalu bersinergi.

Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu manusia perlu

melaksanakan kegiatan bersama secara efektif,sehingga pekerjaan akan

berjalan dengan efektif. Oleh karena itu, diperlukan sebuah tim yang

efektif. Apakah tim akan efektif apabila telah didukung oleh anggota tim

yang mampu berperan dengan baik. Belbin (dalam Davis, 2007:92)

mengatakan,bahwa ciri atau kondisi organisasi juga merupakan faktor


31

dominan. Adapun ciri-ciri atau kondisi organisasi sebagai tim tidak akan

berhasil apabila:

1. Desain visi, misi, dan strategi organisasi kurang imaginable,

feasible, dan comunicable;.

2. Moral atau semangat tim rendah;

3. Konflik of interes pribadi mereka;

4. Kemampuan mental (intelegensia, kreativitas) rendah;

5. Seleksi kurang berhasil;

6. Kepribadian yang dominan introven atau ekstroven;

7. Komposisi susunan tim yang kurang efektif;

8. Ketidak jelasanperan tim dan anggota-anggotanya;

9. Tertutup untuk dievaluasi;

10. Pemberdayaan yang kurang efektif.

Seperti telah dijelaskan, bahwa sekumpulan orang belum tentu

merupakan suatu tim. Orang-orang dalam suatu kelompok tidak secara

otomatis dapat bekerjasama. Sering kali tim tidak dapat berjalan

sebagaimana yang diharapkan. Penyebab utamanya adalah faktor

manusia. Beberapa aspek di antaranya adalah:(Tjiptono, dan

Dina,2003:167):

1. Identitas pribadi anggota tim.

Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu

apakah mmereka cocok di suatu organisasi,termasuk di dalam suatu


32

tim. Orang menghawatirkan hal-hal seperti kemungkinan menjadi

outsider, pergaulan dengan anggota tim lainnya, faktor pengaruh,

dan saling percaya antar anggota tim, Suatu tim tidak dapat

berjalan efektif, bila anggotanya belum meraca cocok dengan tim

tersebut;

2. Hubungan antar anggota tim.

Agar setiap anggota dapat bekerjasama, mmereka harus saling

mengenal dan berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi

anggota yang berasal dari berbagai latar belakang tersebut agar

dapat saling membantu dan bekerjasama;

3. Identitas dalam organisasi.

Faktor ini terdiri atas dua aspek. Pertama, kesesuaian atau

kecocokan tim di dalam organisasi. Aspek ini menyangkut apakah

misi tersebut merupakan prioritas dalam organisasi Apakah tim

memperoleh dukungan dari manajemen puncak?- Aspek

kedua,adalah pengaruh keanggotaan dalam tim tertentu terhadap

hubungan dengan anggota di luar tim. Aspek ini terutama sangat

penting dalam gugus tugas dan tim proyek di mana anggota tim itu

berusaha mempertahankan hubungan yang telah terbina dengan

rekan kerja yang bukan anggota tim. Bisa saja mmereka merasa

bahwa keanggotaannya dalam tim berdampak negatif terhadap

hubungannya dengan rekan kerja yang tidak termasuk dalam tim.


33

Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan

sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu diperlukan usaha mengatasi

faktor-faktor yang dapat menghambat kesuksesan kerjasama tim dan

dibutuhkan pula berbagai upaya agar tim dapat mencapai misi dan tujuan

pembentukannya. King (dalam Goetsch dan Davis, 2004:218-219),

menganjurkan 10 (sepuluh) strategi yang disebut Sepuluh Perintah Tim

untuk meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi. Kesepuluh strategi tersebut, adalah:

1. Saling Ketergantungan.

Saling ketergantungan diperlukan di antara para anggota tim dalam

hal informasi,sumber daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan.

Adanya saling ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan tim;

2. Perluasan tugas.

Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan 

terhadap tantangan tersebut akan membentuk semangat persatuan,

kebanggaan,dan keatuan tim;

3. Penjajaran (alignment).

Anggota tim harus bersedia menyisihkan sikap individualisnya,

dalam rangka mencapai misi bersama;

4. Bahasa yang umum.

Pemimpin tim harus mengusahakan penggunaan bahasa yang

umum, karena biasanya anggota tim berasal dari lingkungan yang

berbeda yang memiliki istilah teknis sendiri-sendiri;


34

5. Kepercayaan/respek.

Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membentuk kepercayaan dan

respek agar setiap anggota tim dapat bekerjasama;

6. Kepemimpinan dan Keanakbuahan yang dibagi rata.

Setiap orang memilki bakat dan kemampuan yang berbeda.Oleh

karena itu, pemimpin yang baik harus dapat memperhatikan bakat

tertentu setiap anggota tim, sehingga kepemimpinan dan

keanakbuahan dapat dibagi bersama;

7. Keterampilan pemecahan masalah.

Tim harus banyak menggunakan waktunya untuk membina

kemampuan anggotanya dalam memecahkan masalah, karena

masalah merupakan hal yang selalu dihadapi setiap organisasi;

8. Keterampilan menangani konfrontasi/konflik.

Dalam lingkungan kerja yang tekanannya tinggi dan kompetitif,

konflik merupakan hal yang tidak terelakkan.Perbedaan pendapat

adalah hal yang wajar. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan

dalam menerima perbedaan pendapat, dan menyampaikan

ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa harus

menyakiti hati orang yang bersangkutan;

9. Penilaian/tindakan.

Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa

yang telah dilakukan dengan pernyataan misi dan rencana tindakan


35

yang ada. Rencana tindakan berisi tujuan, sasaran, jangka waktu,

dan penugasan,serta tanggung jawab setiap anggota;

10. Perayaan.

Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat

dengan jalan merayakannya. Penghargaan dan pengakuan atas

tugas yang terlaksana dengan baik akan memotivasi anggota tim

untuk bekerja lebih giat dan tangkas dalam rangka mencapai tujuan

berikut.

g. Dimensi Kerjasama Pegawai

Kerjasama pegawai, adalah kumpulan orang-orang yang tergabung

dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama, anggotanya

saling tergantung antara yang satu dengan yang lain, dan bekerja sama

dalam suasana saling percaya, saling memotivasi, dan apabila terdapat

permasalahan diselesaikan secara terbuka dan pendekatan win-win

solution (Pranoto dan Suprapti, 2009: 15), yang dapat diukur melalui

pengukuran aspek-aspeknya (dimensi-dimensinya) yang meliputi:(1)

karakteristik anggota tim, dan (2) kondisi organisasi (Belbin, 1991 dalam

Pranoto dan Suprapti, 2009:9).

B. Kerangka Pikir
36

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan masyarakat yang

dilayani oleh suatu organisasi publik, sepertr Kantor Badan Pusat Badan

Pusat Statistik Kabupaten Wajo,diperlukan dukungan beberapa faktor

diantaranya kerjasama pegawai yang efektif pada kantor dimaksud.

Kerjasama pegawai yang efektif,a dalah kumpulan orang-orang yang

tergabung dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama,

anggotanya saling tergantung antara yang satu dengan yang lain, dan bekerja

sama dalam suasana saling percaya, saling memotivasi ,dan apabila terdapat

permasalahan diselesaikan secara terbuka dan pendekatan win-win solution

(Pranoto dan Suprapti, 2009: 15), yang dapat diukur melalui pengukuran

aspek-aspeknya (dimensi-dimensinya) yang meliputi: (1) karakteristik

pegawai, adalah karakter yang harus dimiliki pegawai sebagai anggota tim

yang efektif dan (2) kondisi organisasi, adalah kondisi atau keadaan

organisasi di mana anggota tim bekerja untuk mewujudkan tujuan organisasi

(Belbin, 1991 dalam Pranoto dan Suprapti, 2009: 9).

Banyak faktor yang mempengaruhi kerjasama pegawai dalam suatu

organisasi, antara lain adalah lingkungan kerja yang bersangkutan. Yang

dimaksud dengan lingkungan kerja dalam penelitian ini, adalah suasana

keterbukaan yang dilakukan oleh pegawai (pimpinan dan bawahan) dalam

suatu organisasi yang terdiri dari dimensi-dimensi Menurut Sedarmayanti

(2001: 5), lingkungan kerja meliputi dimensi : (1) lingkungan Fisik dengan

indikator :(a) penerangan,(b) suhu udara, (c) suar bising, (d) penggunaan
37

warna,(e) ruang gerak yang diperlukan, (2) lingkungan non fisik dengan

indikator : (a) keamanan bekerja,dan (b) hubungan kerja.

Artinya, semakin baik lingkungan kerja, maka semakin baik pula

kerjasama pegawai dalam organisasi bersangkutan.Sebaliknya, semakin

buruk lingkungan kerja, maka semakin buruk pula kerjasama pegawai dalam

organisasi bersangkutan.

Oleh sebab itu, untuk dapat mewujudkan kerjsama pegawai yang efektif

pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo, maka lingkungan kerja

dimaksud haruslah dapat dikelola dengan baik. Tanpa upaya dimaksud, tentu

sulit diharapkan terwujudnya kerjasama pegawai dalam mencapai tujuan

organisasi bersangkutan.

Kerangka pemikira kerangka pemikiran di atas, bila digambarkan dalam

bentuk diagram, akan terlihat seperti gambar berikut ini:

LINGKUNGAN KERJA : KERJA SAMA PEGAWAI :


1. Lingkungan Fisik 1. Disiplin Pegawai
2. Lingkungan Non
2. Kegairahan kerja
Fisik
(Belbin, 1991 dalam Pranoto dan
( Sedarmayanti. 2001:1) Suprapati, 2009;9).
Gambar 2.
2 : Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian

Sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ini,

ditetapkan hipotesis sebagai berikut :


38

1. Lingkungan kerja pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo.

signifikan termasuk dalam kriteria yang sudah cukup baik, tetapi

belum ideal, (> 1.014 – 1.326).

2. Kerjasama Pegawai pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten

Wajo. signifikan termasuk dalam kriteria yang cukup baik, tetapi

belum ideal, (> 811,2 – 1.060,8).

3. Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kerja sama pegawai

pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi dan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Pusat Statistik

Kabupaten Wajo,Jalan Veteran No. 2 Sengkang, dengan pertimbangan

bahwa Satuan Kerja tersebut merupakan institusi yang berinteraksi

langsung dengan masyarakat dalam pelayanan publik yang menyangkut

bidang statistik dengan segala permasalahannya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan,yaitu dari sejak

selesainya seminar proposal dilaksanakan sampai selesai sesuai jadwal

penelitian pada Lampiran 7.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian sensus, yaitu penelitian yang sumber

datanya adalah semua anggota populasi, dengan teknik pengumpulan data

utama adalah kuesioner.

Pendekatan penelitian ini, adalah pendekatan kuantitatif dengan metode

studi deskriptif dan asosiatif. Metode deskriptif, adalah metode untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, yaitu variabel yang tidak dimaksudkan

untuk dihubungkan atau dibandingkan dengan variabel lain. Sedangkan

motode asosiatif, adalah metode yang dimaksudkan untuk menghubungkan

suatu variabel dengan variabel lainnya.

39
40

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu: (1) variabel lingkungan

kerja yang merupakan variabel bebas (independen); dan (2) variabel kerja

sama pegawai sebagai variabel terikat (dependen) pada Kantor Badan

Pusat Statistik Kabupaten Wajo.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel

yang sedang diteliti.Masri Singarimbun (2003:46-47) memberikan

pengertian tentang definisi operasional, yaitu: “unsur penelitian yang

memberitahukan cara mengukur suatu variable”. Dengan kata lain definisi

operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan cara mengukur suatu

variabel. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai

berikut: 

a. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja, adalah keseluruhan lingkungan sekitar dimana

seseorang bekerja, dengan dimenst yang terdiri dari

1. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang bersifat fisik dimana

pegawai bersangkutan bekerja, dengan indikator : (a) penerangan,

(b) suhu udara, (c) suara bising, (d)penggunaan warna, dan (e)

ruang gerak

2. Lingkungan non fisik, yaitu lingkungan yang bersifat non fisik

dimana pegawai bersangkutan bekerja, dengan indikator : (a)


41

keamanan kerja, (b)hubungan kerja,antara atasan dan bawahan,(c)

hubungan kerja antar sesama bawahan, (d) hubungan dengan

instansi terkait, dan (e) hubungan dengan masyarakat.

b. Kerjasama Pegawai

Kerjasama pegawai, adalah kumpulan orang-orang (pegawai) yang

tergabung dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama,

anggotanya saling tergantung antara yang satu dengan yang lain, dan

bekerja sama dalam suasana saling percaya,saling memotivasi, dan

apabila terdapat permasalahan diselesaikan secara terbuka dan

pendekatan win-win solution,yang dapat diukur melalui pengukuran

aspek-aspeknya (dimensi-dimensinya) yang meliputi:

1. Karakteristik anggota tim, adalah karakter yang harus dimiliki

anggota organisasi sebagai pemain tim yang efektif, dengan

indikator: (1) mampu beradaptasi; (2) mampu berkolaborasi; (3)

berkomitmen;(4) mampu berkomunikasi; (5) kompeten; (6)

dapat diandalkan; (7) berdisiplin; (8) memperbesar; (9) antusias;

(10) bertekad;(11) sadar akan misi; (12) Siap;(13)pandai

membina hubungan; (14) mau memperbaiki diri; (15) tidak

mementingkan diri sendiri; (16) beraorientasi pada solusi; dan

(17) ulet.

2. Kondisi organisasi, adalah kondisi atau keadaan organisasi di

mana anggota tim bekerja untuk mewujudkan tujuan organisasi,

dengan indikator:(1) Desain visi, misi dan strategi organisasi;(2)


42

Moral atau semangat tim; (3) Konflik of interes pribadi;(4)

Kemampuan mental (intelegensia,kreativitas); (5) Seleksi; (6)

Kepribadian yang dominan introven atau ekstroven; (7)

Komposisi susunan tim; (8) kejelasan peran tim dan anggota-

anggotanya;(9) evaluasi; dan (10) pemberdayaan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi, adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Riduwan dan Kuncoro, 2007:37).

Sedangkan Nazir (2004 : 67) mengatakan bahwa: "Populasi adalah

berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya". Oleh Nawawi

(2003:83) menyebutkan bahwa, "Populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun

kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang

lengkap."

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa, populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil

pengukuran yang menjadi objek penelitian, atau populasi merupakan objek

atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat

tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.


43

Berkenaan dengan uraian tersebut, maka yang dijadikan populasi

dalam penelitian ini adalah semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada

Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo yang berjumlah 26 orang

yang terdir dari PNS Golongan IV: 1 orang; Golongan III: 19 orang; dan

PNS Golongan II:6 orang. 

2. Sampel

Arikunto (2010:174) mengatakan: “Sampel adalah bagian dari

populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian

adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat

mewakili seluruh populasi”.

Memperhatikan pernyataan tersebut, karena populasi 26 (dua puluh

enam) orang dan seluruhnya masih dapat dijangkau oleh penulis, maka

diputuskan semua anggota populasi tersebut dijadikan sebagai responden

dengan teknik sampel total (sampel jenuh).

E. InstrumenPenelitian

Menurut Sugiyono (2006:119): “pada prinsipnya meneliti adalah

melakukan pengukuran, mnaka harus ada alat ukur yang baik”. Alat ukur

dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument

penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati.Secara spesifik semua fenomena ini disebut

variabel penelitian. Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah

variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Jadi penelitian ini
44

memerlukan 2 (dua) instrumen, yaitu instrument lingkungan kerja, dan

instrumen kinerja pegawai.

Pengembangan instrumen dalam penelitian ini, yaitu didasarkan pada

definisi operasional masing-masing variabel, yang dijabarkan dalam beberapa

dimensi. Setiap dimensi dijabarkan menjadi beberapa indikator, dan setiap

indikator dijabarkan kedalam item atau butir pernyataan atau

pertanyaan,seperti terlihat pada Kisi-kisi instrumen masing-masing variabel

penelitian (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Selanjutnya, masing-masing kisi-

kisi instrument dimaksud dikembangkan menjadi instrument masing-masing

variabel penelitian ini seperti terlihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Skala yang digunakan dalam kedua instrumen dimaksud, adalah skala

Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

seseorang atau sekelompok orang, dengan jenis data ordinal, yaitu data yang

berbentuk peringkat (ranking). 

F. Teknik Pengumpulan Data

Nazir (2004:328) mengatakan bahwa: “Teknik pengumpulan data

merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu

penelitian.Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka,

keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan

dengan fokus penelitian yang diteliti”.


45

Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data

yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik

utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari

dan mencatat bagian bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah

resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain

yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi

ditujukan untuk memperoleh data langsung dari instansi / lembaga

meliputi buku-buku, laporan kegiatan di instansi / lembaga yang

relevan dengan fokus penelitian. Adapun data yang diperoleh melalui

teknik studi dokumentasi dari lokasi penelitian, yaitu data tentang: (1)

visi dan misi organisasi, (2) struktur organisasi, dan (3) keadaan sumber

daya manusia pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo.

2. Teknik Angket

Kuesioner atau angket, adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui” (Arikunto,

2010: 140). Kuesioner yang digunakan oleh penulis dalam memperoleh

data adalah kuesioner dalam bentuk checklist, dimana responden

tinggal membubuhkan tanda check (√) pada tempat yang telah


46

disediakan.Dalam penelitian ini, penulis menyebar 26 (dua puluh enam)

rangkap kuesioner sesuai dengan jumlah responden.

Setiap soal di dalam instrumen dimaksud, disediakan 5 (lima)

alternatif jawaban dengan skor masing-masing:

Tabel 3. 1 : Alternatif Skor Jawaban Responden


No Alternatif Jawaban Skor S

u m
1 SangatBaik 5
be r:
2 Baik 4

3 Cukup 3

4 Kurang Baik 2

5 Sangat Tidak Baik 1

Dikembangkan dari Riduwan dan Kuncoro, (2007:20).

Semakin sesuai antara jawaban yang diberikan responden dengan jawaban yang

diharapkan maka semakin tinggi skor/bobot yang diperoleh. Sebaliknya, semakin tidak

sesuai antara jawaban yang diberikan responden dengan jawaban yang diharapkan,

maka semakin rendah skor atau bobot yang diperoleh.

G. Teknik Analisa Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah

analisis data. Dengan analisis data, dapat diketahui tentang makna dari data

yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitian akan segera

diketahui. 
47

Dalam penelitian ini, digunakan dua teknik analisa data, yaitu: (1) teknik

analisis data deskriptif, dan (2) teknik analisis data asosiatif kuantitatif.

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

Metode analisis deskriptif bertujuan mengubah kumpulan data

mentah menjadi yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang

lebih ringkas (Istijanto, 2005:90).

Untuk menetapkan klasifikasi sikap responden terhadap masing-

masing variabel penelitian, diadakan perhitungan (Eko Putro Widoyoko

(2012: 110111), sebagai berikut:

a. Jumlah skor tertinggi

b. Jumlah skor terendah

c. Jumlah skor total tertinggi = skor tertinggi x jumlah item x jumlah

sampel.

d. Jumlah skor total terendah = skor terendah x jumlah item x jumlah

sampel.

e. Jarak interval=skor tertinggi - skor terendah dibagi interval.

Berdasarkan uraian tersebut, maka data yang telah dikumpulkan

yang bersifat kuantitatif, dengan menggunakan rumus di atas maka

didapatkan sebagai berikut :

a. Interval Variabel Lingkungan kerja

STT = ST x JS x IP

5 x 26 x 15 = 1.950

STR = SR x JS x IP
48

1 x 26 x 15 = 390

I = STT – STR

1.950– 390

= 312

b. Interval Variabel Kerja Sama

STT = ST x JS x IP

5 x 26 x 12 = 1.560

STR = SR x JS x IP

1 x 26 x 12 = 312

I = STT – STR

= 1.560 – 312

= 249,6

c. Interval Butir Soal

STT = ST x JS

5 x 26 = 130

STR = SR x JS

1 x 26 = 26

I = STT – STR

π
49

= 130 – 26

= 20,8

Sehubungan dengan cara perhitungan tersebut di atas, ditetapkan

klasifikasi sikap responden terhadap variabel penelitian ini, sebagai

berikut:

Tabel 3. 2 : Klasifikasi Sikap Responden Terhadap Variabel Penelitian

Variabel Lingkungan Variabel


Kerja (X) Kerjasama Interval Klasifikasi Sikap
Pegawai (Y)

>1.638 – 1.950 >1.310,4 – 1.560 >109,2 – 130 Sangat baik

> 1.326 - 1.638 > 1.060,8 - 1.310,4 >88,4 – 109,2 Baik

> 1.014 – 1.326 > 811,2 – 1.060,8 >67,6 – 88,4 Cukup baik

> 702 – 1.014 > 561,6 – 811,2 46,8 – 67,6 Kurang baik

390 – 702 312 – 561,6 26 – 46,8 Sangat tidak baik

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2022

Untuk pengujian hipotesis deskriptif, ditetapkan kriteria pengambilan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bila skor yang diperoleh pada perhitungan variabel lingkungan kerja

tidak sama dengan > 1.014 – 1.326, maka hipotesis penelitian ditolak.

Sedangkan bila skor yang diperoleh pada perhitungan variabel

lingkungan kerja sama dengan > 1.014 – 1.326, maka hipotesis

penelitian diterima
50

2. Bila skor yang diperoleh pada perhitungan variabel kerjasama Pegawai

tidak sama dengan > 811,2 – 1.060,8, maka hipotesis penelitian ditolak.

Sedangkan bila skor yang diperoleh pada perhitungan variabel kerja

sama dengan > 811,2 – 1.060,8, maka hipotesis penelitian diterima.

2. Teknik Analisis Data Asosiatif

a. Analisis Korelasi

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat, secara teoritis diperlukan terlebih dahulu melakukan

perhitungan untuk mengetahui hubungan (korelasi = r) antara sutu

variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan teknik korelasi

product moment, dengan rumus sebagai berikut:

n ∑ xy−∑ x . ∑ y
r xy =
√ n ∑ x −¿ ¿
2

Keterangan :

rxy = Koefisiean korelasi antara variabel X dan variabal Y

∑xy = Jumlah perkalian antara variabel X dan variabal Y

∑X2 = Jumlah dari kuadrat nilai X

∑Y2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y

(∑X)2 = Jumlah nilai X kemudian di kuadratkan

(∑y)2 = Jumlah nilai Y kemudian di kuadratkat

n = Jumlah Responden
51

Tabel 3. 3 : Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,80-1,000 Sangat kuat

0,60-0,799 Kuat

0,40-0,599 Cukup kuat

0,20-0,399 Rendah

0,00-0,199 Sangat rendah

Sumber : Sugiyono (2006:214)

Pada Tabel 3.3 tersebut, terlihat bahwa semakin tinggi nilai interval koefisien

korelasi, maka dikatakan semakin kuat korelasi (hubungan) kedua variabel

tersebut. Semakin kuat korelasi (hubungan) kedua variabel tersebut, maka

dikatakan semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Analisis regresi sederhana

Besar kecil pengaruh variabel bebas terhadap variabel dapat ditentukan

dengan rumus koefisien determinan (koefisien penentu), sebagai berikut :

KP = r2 x 100%

Dimana : KP = Nilai Koefisien Diterminan

R = Nilai Koefisien Korelasi

Selanjutnya, untuk memprediksi atau meramalkan perubahan nilai

variabel Kerjasama Pegawai , bila variabel Lingkungan Kerja mengalami

perubahan, serta untuk mengetahui arah hubungan kedua variabel penelitian

tersebut, dilakukan analisis regresi ordinal, dengan persamaan regresi ordinal,

sebagai berikut :
52

Y =β0 + β1 X1

Dimana :

Y = Kerjasama Pegawai

X1 = Lingkungan Kerja

β0 = Konstanta (intercept)

Lebih lanjut, untuk menguji hipotesis pengaruh terhadap variabel terikat,

digunakan kriteria sebagai berikut :

1. Apabila B₁>0, maka hipotesis penelitian diterima.

2. Apabila B₁≤0, maka hipotesis penelitian ditolak.

Untuk mempermudah dan untuk mendapatkan hasil analisis data yang

lebih akurat dalam penelitian ini, digunakan bantuan komputer dengan

software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 26.


BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Objek Penelitian

a. Sejarah Singkat

Kegiatan statistik di Indonesia sudah dilaksanakan sejak masa

Pemerintahan Hindia Belanda oleh . suatu lembaga yang didirikan oleh

Direktur Pertanian. Kerajinan, dan Perdagangan (Directeur Van Landbouw

Nijverheld en Handel) di Bogor. Pada Februarl 1920. Lembaga tersebut

bertugas mengolah dan mempublikasikan data statistic. Pada 24

September 1924, kegiatan statistik pindah ke Jakarta dengan nama

Centraal Kantoor Voor De Statistiek (CKS) dan melaksanakan Sensus

Penduduk pertama di Indonesia pada tahun 1930. Pada masa Pemerintahan

Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, CKS berubah nama menjadi

Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu dengan kegiatan memenuhi kebutuhan

perang/militer.

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) diproklamasikan pada

tanggal 17 Agustus 1945, lembaga tersebut dinasionalisasikan dengan

nama Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia

(KAPPURI) dan dipimpin oleh Mr. Abdul Karim Pringgodigdo. Setelah

adanya Surat Edaran Kementerian Kemakmuran tanggal 12 Juni 1950

Nomor 219/S.C., lembaga KAPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor

Pusat Statistik (KPS) dibawah tanggung jawab Menteri Kemakmuran.

53
54

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perekonomian Nomor P/44,

KPS bertanggungjawab kepada Menteri Perekonomian. Selanjutnya,

melalui SK Menteri Perekonomian tanggal 24 Desember 1953 Nomor

IB.099/M kegiatan KPS dibagi dalam dua bagian yaitu Afdeling A

(Bagian Riset) dan Afdeling B (Bagian penyelenggaraan dan Tata Usaha).

Berdasarkan Keppres X nomor 172 tanggal 1 Juni 1957, KPS berubah

menjadi Biro Pusat Statistik dan bertanggungjawab langsung kepada

Perdana Menteri. Sesuai dengan UU No.6/1960 tentang Sensus, BPS

menyelenggarakan Sensus Penduduk serentak di pada tahun 1961. Sensus

Penduduk tersebut merupakan Sensus Penduduk pertama setelah Indonesia

merdeka. Sensus Penduduk di tingkat provinsi dilaksanakan oleh Kantor

Gubernur, dan di tingkat Kabupaten atau Kotamadya dilaksanakan oleh

kantor Bupati atau Walikota, sedangkan pada tingkat Kecamatan dibentuk

bagian yang melaksanakan Sensus Penduduk. Selanjutnya Penyelenggara

Sensus di Kantor Gubernur dan Kantor Bupati atau Walikota ditetapkan

menjadi Kantor Sensus dan Statistik Daerah berdasarkan Keputusan

Presidium Kabinet Nomor Aa/C/9 Tahun 1965.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.16/1968 yang mengatur tentang

Organisasi dan Tata Kerja BPS di Pusat dan Daerah serta perubahannya

menjadi PP No.6/1980, menyebutkan bahwa perwakilan BPS di daerah

adalah Kantor Satistik Provinsi dan Kantor Statistik Kabupaten atau

Kotamadya. Tentang Organisasi BPS ditetapkan kembali pada PP No. 2

Tahun 1992 yang disahkan pada 9 Januari 1992. Selanjutnya, Kedudukan,


55

Fungsi, Tugas, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja BPS diatur dengan

Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 1992. Pada tanggal 19 Mei 1997

ditetapkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, dimana Biro Pusat

Statistik diubah namanya menjadi “Badan Pusat Statistik”. Pada

Keputusan Presiden No.86 Tahun 1998 tentang Badan Pusat Statistik,

menetapkan bahwa perwakilan BPS di daerah merupakan Instansi Vertikal

dengan nama BPS Provinsi, BPS Kabupaten, dan BPS Kotamadya. Serta

pada tanggal 26 Mei 1999, ditetapkan PP Nomor 51 tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Statistik di Indonesia.

Materi yang merupakan muatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun

1997, antara lain :

a. Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas

statistik dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik

sektoral yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri

atau bersama dengan BPS, serta statistik khusus yang

diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau

unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.

b. Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam

Berita Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar

masyarakat dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan data

yang diperlukan.

c. Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.


56

d. Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk

menampung aspirasi masyarakat statistik, yang bertugas memberikan

saran dan pertimbangan kepada BPS.

Berdasarkan undang-undang yang telah disebutkan di atas, peranan

yang harus dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data

ini didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan

juga dari departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai

data sekunder

b. Membantu kegiatan statistik di kementrian, lembaga pemerintah atau

institusi lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional.

c. Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan

metodologi statistik, dan menyediakan pelayanan pada bidang

pendidikan dan pelatihan statistik.

d. Membangun kerjasama dengan institusi internasional dan negara lain

untuk kepentingan perkembangan statistik Indonesia.

b. Struktur Organisasi

Sehubungan dengan adanya kebijakan penyederhanaan birokrasi guna

mewujudkan organisasi yang lebih proporsional, efektif dan efisien, maka

Badan Pusat Statistik kembali melakukan penataan organisasi dan tata

kerja baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

Badan Pusat Statistik menuangkan hasil penyederhanaan birokrasi ini

dalam Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor 8 Tahun 2020 Tentang


57

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik Provinsi dan Badan Pusat

Statistik Kabupaten atau Kota.

BPS Provinsi dipimpin oleh seorang Kepala yang mempunyai tugas

memimpin BPS Provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku; menyiapkan kebijakan Provinsi dan kebijakan

umum sesuai dengan tugas BPS menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan

tugas BPS Provinsi yang menjadi tanggung jawabnya; serta membina dan

melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi lain. Kepala

dibantu oleh seorang Kepala Bagian Umum yang mempunyai tugas

mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi,

dan sumber daya di lingkungan BPS Provinsi. Tenaga Fungsional BPS

Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari tenaga fungsional yang bekerja di

BPS Provinsi Sulawesi Selatan. Instansi Vertikal BPS Provinsi adalah BPS

Kabupaten atau Kota. BPS Kabupaten/atau Kota adalah instansi vertikal

BPS yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPS

Provinsi.

c. Visi Dan Misi

Visi :

“Penyedia Data Statistik Berkualitas untuk Indonesia Maju”

(“Provider of Qualified Statistical Data for Advanced Indonesia”)

Misi :

1. Menyediakan statistik berkualitas yang berstandar nasional

dan internasional
58

2. Membina K/L/D/I melalui Sistem Statistik Nasional yang

berkesinambungan

3. Mewujudkan pelayanan prima di bidang statistik untuk

terwujudnya Sistem Statistik Nasional

4. Membangun SDM yang unggul dan adaptif berlandaskan

nilai profesionalisme, integritas dan amanah

d. Tugas, Fungsi Dan Wewenang

Tugas, fungsi dan kewenangan BPS telah ditetapkan berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik

dan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik.

1. Tugas

Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang statistik sesuai

peraturan perundang-undangan.

2. Fungsi

a. Pengkajian, penyusunan dan perumusan kebijakan dibidang

statistik;

b. Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional;

c. Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar;

d. Penetapan sistem statistik nasional;

e. Pembinaan dan fasilitasi terhadap kegiatan instansi pemerintah

dibidang kegiatan statistik; dan


59

f. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi

umum dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi

dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

kehumasan, hukum, perlengkapan dan rumah tangga.

3. Kewenangan

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung

pembangunan secara makro;

c. Penetapan sistem informasi di bidangnya;

d. Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional;

e. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu;

i. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang

kegiatan statistik;

ii. Penyusun pedoman penyelenggaraan survei statistik

sektoral.

2. Analisis Data Penelitian

a. Dekrpsi Data Variabel

Deskripsi data variabel ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran

tentang jawaban atau tanggapan dari responden yang kemudian diolah oleh

program SPSS Versi 26 sehingga mendapatkan hasi sebagai berikut :


60

Tabel 4. 1 : Deskripsi Distribusi Frekuensi Data Varibel

Statistics
Lingkungan Kerjasama
kerja
N Valid 26 26
Missing 0 0
Mean 61,23 50,00
Median 61,00 50,00
Mode 57 50
Std. Deviation 4,283 3,072
Variance 18,345 9,440
Range 14 10
Minimum 55 45
Maximum 69 55
Sum 1597 1321
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa tanggapan responden pada


variabel Lingkungan Kerja (X) dan Kerja sama (Y) menunjukkan N
(Jumlah Sampel) valid sebesar 26 dan tidak ada data pengamatan yang
hilang dengan hilang dengan nilai missing yang bernilai 0. Selanjutnya,
nilai rata-rata (Mean) pada variabel X sebesar 61,23, sedangkan nilai rata-
rata (Mean) pada variabel Y sebesar 50,00, nilai tengah (Median) variabel
X sebesar 61,00, sedangkan nilai tengah (Median) Variabel Y 50,00, nilai
yang sering muncul (Mode) Variabel X 57, sedangkan nilai yang sering
muncul (Mode) Variabel Y sebesar 50, dengan nilai simpan Baku (std
deviation) Variabel X 4,283, sedangkan nilai simpan Baku (std deviation)
Variabel Y sebesar 3,072, nilai Variance Variabel X 18,345, dan nilai
Variance Variabel Y adalah 9,440, rentang nilai Range Variabel X sebesar
14 dan Y sebesar 55, nilai terendah Variabel X sebesar 55, nilai terendah
Variabel Y 45, nilai tertinggi Variabel X 69, nilai tertinggi Variabel Y
61

sebesar 55, dengan nilai total masing-masing Variabel X dan Y adalah


1.597 dan 1.321
b. Skala Butir Atau Skala Likter

Skala butir dimaksudkan untuk mengetahui hasil dari butir-butir

pertanyaan pada setiap dimensi yang ada pada variabel Lingkungan kerja

(X) dan variabel Kerja sama (Y).

1. Lingkungan Kerja (X)

Dalam variabel lingkungan kerja terdapat dua dimensi yaitu

lingkungan fisik dengan depalan item pertanyaan dan lingkungan non

fisik dengan tujuh item pertanyaan. Selanjutnya hasil yang di dapat

sebagai berikut :

Tabel 4. 2 : Deskripsi Skor Butir Pertanyaan Variabel (X)

NO Skor Yang Kreteria Cacatan


Skor Ideal
Diperoleh
1 110 130 Sangat Baik Skor yang diperoleh adalah

2 107 130 Baik jumlah skor setiap butir

3 110 130 Sangat Baik


pertanyaan. Skor ideal nilai
4 105 130 Baik
tinggi dikali nilai responden
5 108 130 Baik
(5x26)= 130.
6 105 130 Baik

7 100 130 Baik Klasifikasi


Interval
107 Baik Sikap
8 130
>109,2 – 130 Sangat Baik
9 111 130 Sangat Baik
108 Baik >88,4 – 109,2 Baik
10 130
11 100 130 Baik >67,6 – 88,4 Cukup Baik
62

12 105 130 Baik

13 108 130 Baik

14 105 130 Baik


46,8 – 67,6 Tidak Baik
15 108 130 Baik
26 – 46,8 Sangat Tidak
Ʃ 1.597 1.950 Baik Baik
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat di peroleh informasi dari

responden tentang variabel Lingkungan Kerja secara umum termasuk

dalam kreteria baik. Data ini di dukung dari temuan peneliti bahwa

pada item pertanyaan 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 berada

dalam kreteria baik sedangkan 1, 3 dan 9 berada pada kreteria sangat

baik.

2. Kerjasama (Y)

Dalam variabel Kerja sama terdapat dua dimensi yaitu

Karakteristik Anggota Tim dengan enam item pertanyaan. Kondisi

Organisasi dengan enam item pertanyaan. Selanjutnya hasil yang di

dapat sebagai berikut :

Tabel 4. 3 : Deskripsi Skor Butir Pertanyaan Variabel (Y)

Skor Skor
NO Yang Kreteria Cacatan
Ideal
Diperoleh
1 119 130 Sangat Baik Skor yang diperoleh adalah jumlah
skor setiap butir pertanyaan. Skor
2 110 130 Sangat Baik
ideal nilai tinggi dikali nilai
3 111 130 Sangat Baik responden (5x26)= 130.

4 113 130 Sangat Baik Klasifikasi


Interval
Sikap
5 108 130 Baik
63

6 105 130 Baik

7 111 130 Sangat Baik

8 107 130 Baik

9 111 130 Sangat Baik


>109,2 – 130 Sangat Baik
10 110 130 Sangat Baik
>88,4 – 109,2 Baik
11 105 130 Baik
>67,6 – 88,4 Cukup Baik
12 111 130 Sangat Baik
46,8 – 67,6 Tidak Baik
Ʃ 1.321 1.560 Sangat Baik
26 – 46,8 Sangat Tidak
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat di peroleh informasi dari

responden tentang variabel Kerja sama secara keseluruhan termasuk

dalam kreteria baik. Data ini di dukung dari temuan peneliti bahwa

item pertanyaan 5, 6, 7, 8, dan 11 berada dalam kreteria baik.

Sedangkan untuk item pertanyaan 1, 2, 3, 4, 9, 10, dan 12 berada

dalam kategori sangat baik.

c. Analisi Korelasi

Untuk melihat hubungan pengaruh antar kedua variabel, Varibel

Lingkungan Kerja dan Variabel Kerja sama maka di gunakan teknik

analisis korelasi sederhana. Selanjutnya hasil data kedua variabel yang

sudah diolah menggunkan aplikasi SPSS versi 26 :

Tabel 4. 4 : Korelasi

Correlations
Lingkungankerja Kerjasama
Lingkungankerja Pearson Correlation 1 ,875
64

Sig. (2-tailed) ,000


N 26 26
Kerjasama Pearson Correlation ,875 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 26 26
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sebagaimana data pada tabel di atas nilai Pearson Correlation sebesar

0,875 yang artinya varibel (x) yakni Lingkungan Kerja memiliki hubungan

yang sangat kuat dengan variabel (y) yakni Kerja sama Pegawai.

Selanjutnya untuk melihat besar kecilnya kontribusi yang di hasilkan

dengan menggunakan Aplikasi SPSS versi 26, maka hasilnya sebagai

berikut:

Tabel 4. 5 : Model Summary

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 ,875a ,766 ,757 1,516
a. Predictors: (Constant), Lingkungankerja

Dari hasil perhitungan diatas di peroleh nilai (R) 0,875 nilai ini berada

pada rentang atau interval 0,80 – 1.000 sehingga hubungan yang di

hasilkan dapat dikatakan sangat kuat dan berpengaruh positif dan

signifikan. Sedangkan nilai dari R Square sebesar 0,766 atau 76,6%, yang

menunjukan presentase sumbangan pengaruh variabel (x) Lingkungan

Kerja kepada variabel (y) Kerjasama Pegawai sebanyak 76,6% sedangkan


65

sisanya 23,4%, di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam penelitian ini.

d. Analisis Regresi Sederhana

Untuk Mengetahui rumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kerja

sama Pegawai, digunakanlah analisi regresi sederhana yang di olah dalam

SPSS versi 26 dengan hasil seperti berikut :

Tabel 4. 6 : Koefisien

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 11,548 4,344 2,658 ,014
Lingkungankerja ,628 ,071 ,875 8,872 ,000
a. Dependent Variable: Kerjasama

Bedasarkan tabel diatas koefisen regresi dimana Y=a+bx atau Y=

11,548 + 0,628 x, jika x =0 maka y =11,548, sebaliknya jika nilai x

dinaikan menjadi satu satuan maka nilai y bertambah menjadi 0,628.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian tentang Lingkungan Kerja Dan

Kerja sama yang dijelaskan dan di uraikan secara rinci pada halaman

sebelumnya, maka dapat di simpulkan untuk variabel Lingkungan Kerja yang


66

terdapat pada tabel 4.2 dengan hasil baik yang membuktikan bahwa

Lingkungan Kerja pada Kantor Badan Pusat Statistik dalam kategori baik.

Begitu pula pada variabel Kerja sama yang berada pada kategori sangat baik

sesuai dari temuan pada tabel 4.3. Pengaruh yang dihantarkan variabel

Lingkungan Kerja terhadap Kerja sama berada pada kategori sangat kuat

sebagai mana pada temuan tabel 4.4 , dan arah hubungannya dapat kita lihat

pada tabel 4.5 dengan model sumaray yaitu positif serta data yang signifikan.

Penelitian ini tentunya di perkuat dengan teori yang tergambar pada kerangka

pikir.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan masyarakat yang

dilayani oleh suatu organisasi publik, sepertr Kantor Badan Pusat Badan

Pusat Statistik Kabupaten Wajo,diperlukan dukungan beberapa faktor

diantaranya kerjasama pegawai yang efektif pada kantor dimaksud.

Kerjasama pegawai yang efektif,a dalah kumpulan orang-orang yang

tergabung dalam suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama,

anggotanya saling tergantung antara yang satu dengan yang lain, dan bekerja

sama dalam suasana saling percaya, saling memotivasi ,dan apabila terdapat

permasalahan diselesaikan secara terbuka dan pendekatan win-win solution

(Pranoto dan Suprapti, 2009: 15), yang dapat diukur melalui pengukuran

aspek-aspeknya (dimensi-dimensinya) yang meliputi: (1) karakteristik

pegawai, adalah karakter yang harus dimiliki pegawai sebagai anggota tim

yang efektif dan (2) kondisi organisasi, adalah kondisi atau keadaan
67

organisasi di mana anggota tim bekerja untuk mewujudkan tujuan organisasi

(Belbin, 1991 dalam Pranoto dan Suprapti, 2009: 9).

Banyak faktor yang mempengaruhi kerjasama pegawai dalam suatu

organisasi, antara lain adalah lingkungan kerja yang bersangkutan. Yang

dimaksud dengan lingkungan kerja dalam penelitian ini, adalah suasana

keterbukaan yang dilakukan oleh pegawai (pimpinan dan bawahan) dalam

suatu organisasi yang terdiri dari dimensi-dimensi Menurut Sedarmayanti

(2001: 5), lingkungan kerja meliputi dimensi : (1) lingkungan Fisik dengan

indikator :(a) penerangan,(b) suhu udara, (c) suar bising, (d) penggunaan

warna,(e) ruang gerak yang diperlukan, (2) lingkungan non fisik dengan

indikator : (a) keamanan bekerja,dan (b) hubungan kerja.

Artinya,semakin baik lingkungan kerja, maka semakin baik pula

kerjasama pegawai dalam organisasi bersangkutan.Sebaliknya, semakin

buruk lingkungan kerja, maka semakin buruk pula kerjasama pegawai dalam

organisasi bersangkutan.

Oleh sebab itu, untuk dapat mewujudkan kerjsama pegawai yang efektif

pada Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo, maka lingkungan kerja

dimaksud haruslah dapat dikelola dengan baik. Tanpa upaya dimaksud, tentu

sulit diharapkan terwujudnya kerjasama pegawai dalam mencapai tujuan

organisasi bersangkutan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh lingkungan kerj

terhadap kerja sama Pegawai pada Kantor Badan Pusat Staristik Kabupaten

Wajo dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Lingkungan Kerja pada Pegawai Kantor Badan Pusat Staristik

Kabupaten Wajo berada pada kategori baik

2. Kerja sama Pegawai Kantor Badan Pusat Staristik Kabupaten Wajo

berada pada kategori Sangat baik

3. Hasil analisi data menunjukan pengaruh yang diberikan adalah

pengaruh yang kuat dengan arah hubungan yang positif dan signifikan.

B. Saran

1. Kepala BPS Kabupaten Wajo

Senantiasa memberikan pengajaran ataupun pelatihan dalam

kemajuan organisasi, mengutamakan kepentingan organisasi dari pada

kepentingan individualis serta menjaga dan merwat hubungan

organisasi hubungan antar sesama manusia dengan semetinya.

2. Pegawai

Senantiasa kompak dalam bekerja membantu sesama rekan kerja

dalam keadan suka maupun duka serta tidak mengambil keuntungan

antara sesama rekan kerja.

68
69

3. Peneliti

Sebagai ilmu dan pengetahuan baru sekaligus untuk bahan penelitian

lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka cipta.

Asrori.M.2003. Collaborative Teamwork Learning: Suatu Model Pembelajaran

Untuk Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa Bekerja Secara

Kolaboratif Dalam Tim. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,040,110-

27.

Assauri,Sofjan. 2003. Manajemen Produksi. Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Davis,K,dan Newstrom, J, W.2007. Perilaku Dalam Oraganisasi (Terjemahan

Soerjono). Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Goetsch, D.L dan Davis, S. 2004. Introductioan to Total Quality; Quality,

Productivity, Competitiveness.Englewood Cliffs, New York; Pretince

Hall International,Inc.

Istijanto, 2005. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Juni Pranoto dan Wahyu Suprapti.2009. Membangun Kerjasama Tim. Jakarta:

LAN. University Press.

Nazir.Moh. 2004. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia.

Nitisemito, Alex. 2000. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia

70
71

Ranupandojo, Heidjrachman & Suad Husnan. 2007. Manajemen Personalia.

Yogyakarta: BPFE.

Riduwan dan Kuncoro. 2007. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur

(Path Analysis). Bandung: Alfabeta.

Rizka Geovedi. 2006. Team building dengan prinsip-prinsip MBTI (Myers briggs

type indicator.Tesis Universitas Indonesia

Robbins, Stephen P. 2005. Perilaku organisasi. (Tim Indeks, Penerjemah).

Jakarta: PT Indeks.

Sedarmayanti. 2001. Manajemen Perkantoran Modern. Bandung: Mandar Maju.

Singarimbun.Masri dan Efendi. 2003. Metode Penelitian Survey: Jakarta:

LP3ES. 

Slamet Saksono. 2000. Afnajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.Graw-

Hill Book Company.

Stott,Kenneth & Allan Walker. 2005. Teams Teamwork and Teambuilding: the

Manager's Complete Guide to Teams in Organisations. New York:

Prentice Hall.

Stueart,Robert D & Barbara B. Moran.2002. Library and Information Center

Management (6th ed). United States: Libraries Unlimited.

Sugiyono.2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung:Alfabeta.


72

Swasta,DH,dan Skutjo W, Ibnu. 2004. Pengantar Bisnis Modern. Edisi ketiga.

Yogyakarta:Liberty.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management.

Yokyakarta: Penerbit ANDI.

Widoko,Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yokyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wignosoebroto,Sritomo. 2000. Pengantar Teknik Industri Jilid 1. Jakarta: PT.

Guna Widya.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengantar Angket


Kepada

Yth bapak/ibu/saudara(i)

Pegawai Kantor Badan Pusat Staristik Kabupaten Wajo

TEMPAT

Dengan Hormat

Dalam rangka penelitian tentang : “ Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap

Kerja sama Pegawai Pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wajo”.

Dengan ini saya mohon bantuan bapak/ibu/saudara sebagai responden dalam

penelitian ini (angket terlampir).

Saya mohon angket diisi oleh bapak/ibu/saudara untuk menjawab seluruh

pernyataan ynag telah disediakan. Sehubungan dengan hal tersebut jawaban

responden diharapkan objektif dan realistis, agar hasil penelitian ini valid dan

realibel

Jawaban yang diberikan akan dirasahasiakan dan tidak akan mempengaruhi

status dan jabatan responden

Demikian pengantar ini, dan atas perhatian serta bantuannya diucapkan terima

kasih

Sengkang, 2022
Hormat saya

Andi Nelly Macca


73
74

Lampiran 2 : Petunjuk Umum Pengisian Angket


1. Mohon angket ini diisi oleh bapak/ibu/saudara untuk menjawab seluruh

pernyataan yang telah disediakan.

2. Berilah tanda (✓) pada kolom yang tersedia dan pilih sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya.

3. Dalam menjawab pertanyaa-pertanyaan ini, tidak ada yang jawaban yang

salah,oleh sebab itu usahakan agar tidak ada jawaban yang dikosongkan.

4. Saya ucapkan terimah kasih kepada bapak/ibu/saudara atas partisipasinya

guna menyukseskan penelitian ini.

Sengkang, 2022

ANDI NELLY MACCA


75

Lampiran 3 : KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL LINGKUNGAN

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO.ITEM

Lingkungan kerja, 1. Lingkungan 1. Penerangan


adalah
Fisik 2. Suhu Udara
keseluruhan alat
3. Suara bising
perkakas dan
bahan yang di 4. Penggunaan warna
1-8
hadapi,
5. Ruang gerak
lingkungan
6. Fasilitas kerja
sekitarnya dimana
seorang bekerja, 7. Aroma kantor
metode kerjanya,
8. Keindahan
serta pengaturan
2. Lingkungan 9. Keamanan Kerja
kerja baik sebagai
perseorangan Non fisik 10. Kompensasi
maupun sebagai
11. Hubungan Kerja Antar
kelompok “
Atasan Dan Bawahan
(Sedarmayanti
2001:1). 12. Hubungan Dengan
9 – 15
Rekan Kerja

13. Hubungan Instansi

Dengan Instansi

14. Hubungan Dengan

Masyarakat

15. Hubungan Dengan LSM


76

Lampiran 4 : KISI-KISI INSTRUMEN VARIABEL KERJA SAMA

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ITEM

Kerjasama,adalah 1. Karakteristik 1. Kemampuan berkolaborasi


kumpulan orang-
orang dalam suatu Anggota Tim 2. Komitmen
kelompok yang
memiliki tujuan 3. Kemampuan batomunikasi.
yang 1- 6
sama,anggotanya 4. Kompetensi.
saling tergantung
antara satu dengan 5. Dapat diandalkan.
lain, bekerjsama
dalam suasana 6. Berdisiplin.
saling
percaya,saling 2. Kondisi 7. Visi dan misi organisasi.
memotivasi, dan
apabila terdapat Organisasi 8. Moral dan semangat tim
permasalhan
diselesaikan secara 9. Konflik intrest pribadi.
terbuka dengan 7- 12
pendekatan win- 10. Seleksi.
win solution
(Pranoto 11. Komposisi susunan tim
danSuprapti,2009:)
. 12. Evaluasi dan pemberdayaan
77

Lampiran 5 : INSTRUMEN VARIABEL LINGKUNGAN


Petunjuk pengisian angket; ada 5 alternatif jawaban: 5 = Sangat Baik, 4 = Baik 3

= Cukup, 2 = Kurang Baik, 1 = Sangat Tidak Baik.

ALTERNATIF
No JAWABAN
PERNYATAAN
1 2 3 4 5

Dimensi Lingkungan Kerja Fisik

1 Bagaimana penerangan di tempat kerja anda ?

2 Bagaimana suhu udara di tempat anda?

Bagaimana suara-suara (Bising) di sekitar tempat


3
kerja anda?
Bagaimana pennggunaan warna di tempat kerja
4
anda?
Bagaimana ruang gerak anda di dalam kantor
5
anda?
Apakah kursi kerja anda cukup nyaman untuk di
6
gunakan bekrja?
7 Bagaimana bau di sekitar tempat kerja anda?

Bagaimana kebersihan dan keasrian di tempat


8
kerja anda?
Dimensi Lingkungan Kerja Non Fisika

Bagaimana peralatan keselamatan kerja di tempat


9
kerja anda?
10 Bagaimana kompensasi kerja yang anda terima?
78
Bagaimana hubungan kerja anda dengan atasan
11
anda?
Bagaimana hubungan kerja anda dengan sesama
12
rekan kerja?
Bagaimana hubungan kerja instansi anda dengan
13
instansi terkait?
Bagaimana hubungan kerja instansi anda dengan
14
wartawan dan LSM?
Bagaimana hubungan instansi dengan masyarakat
15
umum?
79

Lampiran 6 : INSTRUMEN VARIABEL KERJA SAMA


Petunjuk pengisian angket; ada 5 alternatif jawaban: 5 = Sangat Baik, 4 = Baik 3

= Cukup, 2 = Kurang Baik, 1 = Sangat Tidak Baik.

ALTERNATIF

No PERNYATAAN JAWABAN

1 2 3 4 5

Dimensi Karakteristik Anggota Tim

1 Kemampuan pegawai berkolaborasi dengan rekan kerjanya.

2 Komitmen pawai terhadap tim dan rekan kerjanya.

3 Kemampuan pegawai berkomunikasi.

4 Kompetensi pegawai dalam melaksanakan tugas dan

5 fungsinya masing-masing

6 Dapat diandalkan dalam situasi dan kondisi tertentu

Dimensi Kondisi Organisasi

7 Desaian visi, misi dan strategi organisasi.

8 Moral dan semangat tim:

9 Penyelesaian konflik interest pribadi.

10 Terdapat efektifitas dalam menyeleksi

11 Adanya Komposisi yang jelas dalam susunan anggota tim

12 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan tugas.


Lampiran 7 : JADWAL PENELITIAN

Mi
No Kegiatan
1

1 Studi Pendahuluan

80
81

Lampiran 8 : TABULASI DATA VARIABEL LINGKUNGAN (X)

JAWABAN RESPONDEN
Resp. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 S. Total
1 4 4 5 3 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 69
2 5 3 5 5 4 4 3 3 5 4 4 4 3 4 5 61
3 4 4 5 5 4 5 4 5 3 4 5 4 5 4 4 65
4 5 5 3 4 5 4 5 3 4 5 4 4 5 4 5 65
5 4 4 4 4 5 4 3 5 5 5 4 4 3 4 4 62
6 3 4 4 3 4 3 4 4 5 4 3 5 4 5 5 60
7 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 68
8 4 4 5 5 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 55
9 5 3 3 4 5 4 5 4 3 5 4 3 4 3 2 57
10 3 5 5 3 3 4 3 5 5 3 4 3 4 3 4 57
11 5 4 4 5 5 3 5 3 4 5 3 4 5 4 3 62
12 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 65
13 4 5 4 4 5 5 3 4 5 5 5 5 3 5 4 66
14 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 68
15 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 4 4 4 4 55
16 5 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 57
17 3 5 5 3 4 4 5 3 4 4 4 5 3 5 4 61
18 4 4 3 4 5 4 3 4 5 5 4 3 5 3 4 60
19 5 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 62
20 4 4 5 2 3 3 3 5 5 3 3 4 4 4 4 56
21 5 5 4 5 4 3 4 5 4 4 3 3 4 3 5 61
22 4 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 3 5 3 4 58
23 3 5 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 5 4 5 57
24 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 5 3 4 56
25 5 4 5 5 5 3 4 4 5 5 3 5 3 5 3 64
26 3 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 3 65
S. Total 110 107 110 105 108 105 100 107 111 108 100 105 108 105 108 1597
82

Lampiran 9 : DATA TABULASI VARIABEL KERJA SAMA (Y)

JAWABAN RESPONDEN
Resp. X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 S. Total
1 5 4 5 3 5 5 4 5 5 4 5 5 55
2 5 3 5 5 4 4 3 3 5 3 4 5 49
3 4 4 5 5 4 5 4 5 3 5 4 4 52
4 5 5 3 4 5 4 3 3 4 5 4 5 50
5 4 4 4 4 5 4 3 5 5 3 4 4 49
6 5 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 5 50
7 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 54
8 4 4 5 5 3 3 3 4 4 3 4 3 45
9 5 3 3 4 5 4 5 4 3 4 3 4 47
10 5 5 5 5 3 4 3 5 5 4 3 4 51
11 5 4 4 5 5 3 5 3 4 5 4 3 50
12 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 55
13 4 5 4 5 5 5 3 4 5 3 5 4 52
14 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 55
15 5 4 4 4 3 3 5 3 3 4 4 4 46
16 5 5 3 3 4 4 3 3 4 4 4 5 47
17 5 5 5 3 4 4 3 3 4 3 5 4 48
18 4 4 3 4 5 4 3 4 5 5 3 4 48
19 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 5 51
20 4 4 5 4 3 3 3 5 5 4 4 4 48
21 5 5 4 5 4 3 4 5 4 4 3 5 51
22 4 4 5 5 4 4 3 4 5 5 3 4 50
23 3 5 4 4 3 3 3 3 4 5 4 5 46
24 4 4 3 4 4 4 3 4 3 5 3 4 45
25 4 4 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 54
26 5 4 5 4 5 4 3 5 5 4 5 3 52
S. Total 119 110 111 113 108 105 111 107 111 110 105 111 1321
83

Lampiran 10 : STRUKTUR ORGANISASI


84

Lampiran 11 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Andi Nelly Macca, lahir di Sengkang, 19 Juni 1983, anak kelima dari 6 bersaudara pasangan dari

Drs. Andi Macca ZA dan Hj. Andi Murdiana berdomisili di Perumahan Bukit Chandra Kirana

blok C/5.Riwayat pendidikanTK di TK Dharma wanita pada tahun 1988 - 1989 , ditahun yang

sama melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN 261 Lapongkoda pada tahun 1989 - 1995,

pada tahun 1995 - 1998 melanjutkan pendidikan SMP Negeri 1 Majauleng dan pada tahun 1998

- 2001 melanjutkan pendidikan Sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 SENGKANG, pada

tahun 2002 - 2005 melanjutkan pendidikan di Politeknik Negeri Ujung pandang jurusan

Administrasi Bisnis (D3). Dan pada tahun 2019 melanjutkan pendidikan S1 di universitas

PUANGRIMAGGALATUNG sengkang fakultas ilmu administrasi (FIA), prodi administrasi

publik, penulis menyelesaikan studinya dengan di terimanya skripsi yang berjudul

“PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KERJASAMA PEGAWAI PADA

KANTOR BADAP PUSAT STATISTIK KABUPATEN WAJO.

Anda mungkin juga menyukai