Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG

BATOK KELAPA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK


KASAR ANAK DI KELOMPOK B
TK AL-KHAIRAT KALEKE

SINDI RAHMATIA

SKRIPSI

Di Ajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
ii
ii
iii
iviii
ABSTRAK

Permasalahan pada penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar


anak belum berkembang sesuai harapan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh permainan tradisional egrang batok kelapa terhadap kemampuan
motorik kasar anak. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimen. Adapun subjek penelitian ini seluruh anak di kelompok B
yang berjumlah 15 orang anak, yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak
laki-laki. Rata-rata nilai kemampuan motorik kasar anak terdapat 48,15% dalam
kategori BSB, ada 35,19% dalam kategori BSH, ada 16,67% dalam kategori MB,
dan 0% dalam kategori BB. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan
teknik presentase dan uji t. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh permainan
tradisional egrang bataok kelapa terhadap perkembangan motorik kasar anak, Jika
dilihat dari nilai t dapat dijelaskan bahwa nilai t hitung adalah sebesar -7,392
dengan signifikan 0,087. Karena signifikan <0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat pengaruh antara permainan
tradisional egrang batok kelapa terhadap kemampuan motorik kasar anak pada
kelompok B TK Al-khairaat kaleke.

Kata kunci : Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa, Motorik Kasar.

iv
ABSTRACT

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum warohmatullohi Wabarokatuh.. .


Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah Subhanallahu wa Ta’ala Rabb
semesta alam, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Permainan Tradisional Egrang
Batok Kelapa Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Di Kelompok B TK
Al-khairaat Kaleke”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah Subhanaallahu wa Ta’ala, yang
telah memberikan segala nikmat terutama nikmat islam dan iman. Terimakasih
yang tak terhingga juga kepada kedua orangtua saya, Bapak Amran Y. Korompot
dan Ibu Djerni Saeho (Almarhuma), orang tua yang telah membesarkan dengan
belaian kasih sayang serta memberikan dukungan baik secara materi maupun do’a
yang tiada henti. Serta kakak-kakak saya Moh.zikri, Moh.Isnawan, Moh. Sandi,
Puput Eka Putri dan Yanti Lestari atas segala dukungan, do’a dan bantuan yang
diberikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. I Putu Suwika, M.si selaku pembimbing
utama dan Ibu Sita Awalunisah, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing anggota karena
sudah banyak terlibat dalam memberikan gagasan ataupun saran serta meluangkan
waktunyanya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulisan
skripsi berjalan dengan baik.
Selanjutnya, dengan kerendahan hati melalui kesempatan ini, peneliti
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Ir Mahfudz, M.P, Rektor Universitas Tadulako
2. Bapak Dr. Ir. Amiruddin Kade, M.Si, Dekan FKIP Universitas Tadulako.

vi
3. Bapak Dr. H. Nurhayadi, M.Si, Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP
Universitas Tadulako.
4. Bapak Abdul Kamarudin, S.Pd, M. Ed, Ph.D, Wakil Dekan Bidang Umum
dan Keuangan FKIP Universitas Tadulako.
5. Bapak Dr. Iskandar, M.Hum, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FKIP
Univesitas Tadulako.
6. Ibu Dr. Nurhayati, S.Ag, M.Pd. I, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Tadulako.
7. Ibu Dr. Andi Agusniatih, M.Si, Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
8. Ibu Dr. Nurhayati, S.Ag, M.Pd. I, Selaku Dosen Penguji.
9. Seluruh Bapak Dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini (PG PAUD), Fakults Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako, yang Memberikan Ilmu Pengetahuannya Selama
Peneliti Duduk Dibangku Kuliah.
10. Seluruh Staf Pengelola Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tadulako.
11. Kepala TK Al-khairaat Kaleke Hj. Endang Sunarti S.Pd yang Telah
Memberikan Izin Untuk Melakukan Penelitian, Beserta Rekan Guru Ibu
Rosdalimah S.Pd dan Ibu Febby Lestari yang Telah Membantu Dalam
Pengumpulan Data Hasil Ini.
12. Kepada seluruh teman-teman PG-PAUD angkatan 2017, khususnya
sahabat-sahabat saya yang sudah memberikan motivasi serta dukungannya :
Novinda Lestari Pakeda, Dinta Silfana Laila, Sisi Alvionita, Anggun
Pratiwi, Triningrum Tias Utami, Eka Safitri, Ellasari, Elda Safira S.Pd,
Santian Putri S.Pd, Keke Sandrina Tompa S.Pd.
13. Teman-teman PLP TK Aisyiyah 1 Bustanul Adhfal 1 Palu dan Teman-
teman KKN 91 Desa Kotarindau yang selalu jadi motovasi bagi penulis.
14. Untuk sahabat-sahabat yang di kampung Mega Lestari, Kintan Bellavista,
Alda Kartika, Nur Afifah.

vii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan yang disebabkan ketebatasan pengetahuan serta pengalaman peneliti.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata peneliti berharap semoga dengan selesainya skripsi ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua dan apabila terdapat kesalahan-kesalahan
dengan rendah hati peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah
Subhanaallahu wa Ta’ala membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Palu, Februari 2023
Peneliti

Sindi Rahmatia
A 411 17 024

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian yang Relevan 9


2.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 11
2.3 Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa 17
2.4 Kemampuan Motorik Kasar 23
2.5 Kerangka Pemikiran 34
2.6 Hipotesis Penelitian 37

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Jenis Penelitian 38


3.2. Variabel Penelitian atau Rancangan Penelitian 38
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian 40
3.4. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 40
3.5. Jenis dan Sumber Data 41
3.6. Teknik Pengumpulan Data 42
3.7. Instrumen Penelitian 43
3.8. Teknik Analisis Data 43
3.9. Prosedur Penelitian 45

ix
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 47


4.2 Pembahasan 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 74
5.2 Saran 75

DAFTAR PUSTAKA 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
4.1 Tabel Pengamatan Kemampuan Anak Sebelum diberikan Perlakuan 48
4.2 Tabel Aspek Kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa 49
4.3 Tabel Aspek berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh 49
4.4 Tabel Aspek Kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa 50
4.5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pengembangan Kemampuan Motorik
4.6 Tabel Pengamatan Kemampuan Anak Sesudah Diberikan Perlakuan 52
4.7 Tabel Aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa 53
4.8 Tabel Aspek berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh 54
4.9 4.9 Tabel Aspek Kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa 54
4.10 Tabel Rekapitulasi Pengamatan Kemampuan Anak
4.11 Tabel Rekapitualsi Pengamatan Awal dan Akhir Motorik Kasar Anak 56
4.12 Statistik Deskriptif (Deskriptif Statistic) 57
4.13 Uji Normality (Test Of Normality) 58
4.14 Paired Samples Test 59

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Alur Kerangka Pemikiran 35
2. Histogram Sebelum di Berikan Perlakuan 51
3. Histogram Sesudah di Berikan Perlakuan 55

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Wawancara 72
2. Data Sample Penelitian 74
3. Data Pengamatan Motorik Kasar Anak Sebelum Diberikan Perlakuan 75
4. Data pengamatan Motorik Kasar Anak Sesudah Diberikan Perlakuan 76
5. Lembar Observasi Penilaian Motorik Kasar Anak Sebelum Diberikan
Perlakuan 77
6. Lembar Observasi Penilaian Motorik Kasar Anak Sesudah Diberikan
Perlakuan 78
7. Rubrik 79
8. Dokumentasi 80
9. Rencana Pembelajaran Harian (RPPH) 84
10. Pernyataan Keaslian Tulisan 90
11. Biodata Penulis 91

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah anugrah terindah yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa,

di mana anak di bekali dengan berbagai potensi yang di kembangkan melalui

pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu pendidikan yang di

tujukan kepada anak usia dini untuk merangsang setiap perkembangan dan

pertumbuhan dalam persiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Aspek-aspek

perkembangan pada anak usia dini dapat dijelaskan Sesuai Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014 untuk usia 5-6 tahun, bahwa secara

umum, ada enam aspek perkembangan anak usia dini, sebagai berikut:

1. Aspek Perkembangan Nilai Agama dan Moral, merupakan suatu nilai-nilai

yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku. Perkembangan moral yang

terjadi pada anak usia dini sifatnya masih relatif terbatas. Seorang anak belum

mampu menguasai nilai-nilai yang abstrak berkaitan dengan benar - salah dan

baik-buruk. Namun demikian, moral sudah harus dikenalkan dan ditanamkan

sejak dini, supaya nantinya anak menjadi terbiasa dan sudah dapat

membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mana yang baik

dan yang buruk.

2. Aspek Perkembangan Kognitif, merupakan perkembangan yang terkait

dengan kemampuan berpikir seseorang. Bisa juga diartikan sebagai

perkembangan intelektual. Terjadinya proses perkembangan ini dipengaruhi

oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik.

1
2

3. Aspek Perkembangan Sosial Emosional, merupakan perkembangan yang

melibatkan hubungan maupun interaksi dengan orang lain. Manusia adalah

makhluk sosial sehingga tidak akan bisa terlepas dari orang lain. Demikian

halnya seorang anak, pasti membutuhkan bantuan dan pertolongan yang lain

pula. Paling tidak ialah bantuan dari orang tuanya sendiri.

4. Aspek Perkembangan Bahasa, adalah suatu bentuk penyampaian pesan

terhadap segala sesuatu yang diinginkan. Dengan bahasa, orangtua atau

pendidik akan tahu apa yang menjadi keinginan anaknya. Ketika usia anak-

anak masih relatif kecil (bayi), bahasa yang digunakan ialah bahasa isyarat

yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah.

5. Aspek Perkembangan Seni, dimaksud pada ayat (1) meliputi kemampuan

mengeksplorasian, mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan,

musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa,

kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni gerak dan tari, serta drama.

6. Aspek Perkembangan Fisik Motorik, dimaksud pada ayat (1), meliputi: (a)

Motorik kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi,

lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan.

(b) Motorik halus, mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari

dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai

bentuk.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang peubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja, Setiap orang tua pasti

menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang secara maksimal. Untuk


3

mewujudkan hal tersebut orang tua perlu mengenal dan memahami tentang dunia

anak dan mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan anak agar anak dapat

tumbuh berkembang secara optimal. Orang tua perlu mengarahkan dan

membimbing anak pada hal-hal yang positif. Potensi yang dimiliki oleh anak tidak

akan tumbuh tanpa bantuan orang tua. Langkah awal yang paling baik dalam

mengembangkan potensi anak dimulai sejak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peranan penting dalam

Menciptakan generasi muda profesional yang akan datang. Mengingat pentingnya

hal tersebut, berbagai upaya mulai ditempuh untuk meningkatkan mutu

pendidikan dilembaga PAUD. Peningkatan mutu anak di PAUD dapat dilakukan

dengan cara melakukan prosesn pembelajaran yang efektif, efisien dan

menyenangkan bagi anak TK. Usia anak TK sebagaimana yang disyaratkan dalam

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Antara 4-6 tahun.

Usia emas (golden age) sebagai peletak dasar untuk menggali kecerdasan

yang ada pada anak. Pada masa ini anak mudah sekali menerim berbagai upaya

untuk pengembangan potensi yang dimilikinya. Upaya pengembangan tersebut

harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar. Proses pembelajaran di

PAUD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dasar yaitu nilai agama dan

moral, fisik motorik, bahasa, kognitif dan sosial emosional serta seni. Salah satu

bentuk kemampuan dasar yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah

Kemampuan motorik. Perkembangan motorik anak disebut sebagai perkembangan

dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini
4

erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik

berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.

Pada usia ini perkembangan motorik anak dapat dikembangkan dengan

baik, motorik anak dapat di stimulus dengan berbagai macam model,

perkembangan motorik dikembangkan sejak dini karena akan berpengaruh

terhadap tumbuh kembangnya kelak, maka untuk melatih motorik anak, baik

motorik kasar maupun motorik halus anak perlu dilakukan stimulus dengan model

pembelajaran motorik yang ada. Untuk hal tersebut di atas dibutuhkan kegiatan

yang dapat merangsang kemampuan motorik anak seperti stimulasi dan

bimbingan, yang akan meningkatkan perkembangan motorik anak sehingga

menjadi dasar utama untuk perkembangan anak yang selanjutnya serta didukung

oleh media-media yang kreatif untuk menciptakan pelajaran yang invatif.

Dalam perkembangan motorik banyak sekali strategi-strategi atau

permainan yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan aspek

perkembangan motorik kasar anak diantaranya adalah melalui kegiatan bercerita,

bermain, demonstrasi, bercakap-cakap, bernyanyi dan masih banyak lagi yang

lainnya, dan salah satunya melalui bermain.

Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak taman

kanak-kanak (TK). Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan

kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, bahasa, emosi, sosial, nilai

dan sikap hidup. Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot

kasar. Bermacam cara dan tehnik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini seperti
5

meraya, merangkak, berjalan, berdiri, meloncat, melompat, menendang,

melempar, dan lain sebagainya.

Salah satu bentuk permainan yang dapat menunjang perkembangan motorik

kasar anak adalah permainan tradisional. Permainan tradisioanl adalah bentuk

kegiatan permainan dan olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan

masyarakat tertentu yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang,

sebagai sarana hiburan atau untuk kesenangan. Namun permainan tradisional bisa

menjadi sarana yang baik untuk dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini

selain itu anak juga akan mengenal macam-macam permainan tradisional yang

dimainkan oleh anak-anak jaman dulu. Banyak permainan tradisional dari

berbagai daerah yang mempunyai manfaat dan fungsi untuk membantu

perkembangan motorik, bahasa, sosial emosional, seni, hingga kecerdasan

intelektual maupun kinestetik dan logika matematika. Di setiap daerah permainan

tradisional ini memiliki nama-nama yang berbeda sesuai dengan tempat, bahasa,

dan budaya.

Egrang menurut (Siahaan 2014) “merupakan salah satu permainan

tradisional yang sangat populer, permainan ini dikenal di berbagai wilayah di

nusantara. Selain menggunakan bambu, engrang dapat pula dibuat menggunakan

batok kelapa ”Permainan egrang batok juga akan meningkatkan kekuatan otot

tungkai, kaki, lengan dan tangan, sehingga dapat melatih keseimbangan serta

kelenturan tubuh. Saat bermain egrang batok, anak harus bejalan diatas batok

kelapa yang memiliki luas permukaan dengan diameter sekitar kurang lebih 10

cm, sehingga keseimbangan sangat dibutuhkan untuk bermain permainan ini.


6

Berdasarkan hasil observasi di kelompok A TK Al-khairat Kaleke terlihat

bahwa sebagian anak masih kurang dalam mengembangkan gerak tubuh melalui

kegiatan bermain, mengembangkan kelincahan dan keseimbangan serta

mengkoordinasi mata dan kaki. Sebagian anak masih kurang mampu dalam

menjaga keseimbangan saat mencoba memainkan permainan Egrang Batok

Kelapa.

Selain itu kurangnya media pembelajaran dan kurangnya pembiasaan yang

diterapkan guru pada anak didiknya, salah satunya adalah permainan egrang batok

kelapa. Jadi peneliti ingin menerapkan motorik kasar melalui permainan egrang

batok kelapa pada ana. Permainan egrang batok kelapa sesungguhnya sudah

diperkenalkan di TK Al-khairaat kaleke, namun hanya belum maksimal dan perlu

ditingkatkan, karena rendahnya pemahaman dan pengalaman anak didik tentang

permainan egrang batok kelapa.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti tertarik mengambil

permainan tradisioal, salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan motorik

kasar anak dalam aspek keseimbangan, kecepatan, dan kekuatan kaki. Mengingat

pentingnya perkembangan motorik kasar anak, maka peneliti telah melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional Egrang Batok Kepala

Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Di Kelompok B TK Al-khairat

Kaleke”.
7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, Rumusan masalah dalam penelitian ini,

antara lain :

1. Bagaimana Kegiatan Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa Di

Kelompok B TK Al-Khairaat Kaleke?

2. Bagaimana Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Di Kelompok B TK Al-

Khairaat Kaleke?

3. Apakah ada pengaruh permainan tradisional Egrang batok kelapa terhadap

kemampuan motorik kasar anak di kelompok B TK Al-khairat kaleke?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Permainan Tradisionl Egrang Batok Kelapa Di Kelompok B TK Al-Khairat

Kaleke.

2. Kemampuan Motorik Kasar Anak Di Kelompok B TK Al-Khairat Kaleke.

3. Ada Pengaruh Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa Terhadap

Kemampuan Motorik Kasar Anak Di Kelompok B TK Al-Khairat Kaleke.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis:


8

1.4.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

teori permainan tradisional dan teori kemampuan motorik kasar dan dapat

memberikan sumbangan referensi yang berguna dibidang pendidikan, khususnya

pendidikan Anak Usia Dini.

1.4.2 Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, sebagai berikut bagi:

1. Bagi anak: sangan bermanfaat dalam mengembangkan motorik kasar anak

dan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan lainnya.

2. Bagi guru: dapat memberikan masukan yang berharga dalam upaya

meningkatkan kemampuan motorik kasar anak yang di kembangkan di TK

melalui permainan tradisional Egrang Batok.

3. Bagi kepala TK: diharapkan dapat membantu dalam mengambil kebijakan-

kebijakan yang berkaitan dengan perwujudan visi dan misi salah satunya

dengan pembelajaran bermutu melalui penelitian ini.

4. Bagi peneliti lain: dapat dijadikan bahan acuan untuk mengembangkan

penelitian selanjutnya baik yang sama maupun berbeda.

5. Bagi peneliti: sebagai suatu pengalaman dalam menyusun karya ilmiah dan

menambah wawasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang di bawah ini sudah pernah di teliti oleh peneliti sebelumnya

mengenai permainan tradisional dan kemampuan motorik kasar. Adapun peneliti

lain yang dimaksud, sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Evi Anggriani (2016), dengan judul

pengaruh permainan Tradisioanl Lompat Tali terhadap kemampuan motorik kasar

anak di kelompok B TK Nurul Surumana. Latar belakang dari penelitian ini

terlihat bahwa motorik kasar anak belum berkembang sesuai harapan contohnya

anak masih kurang dalam kekuatan kaki, kurang keseimbangan tubuh, kelincahan

gerak tubuh. Hal ini disebabkan masih kurangnya permainan yang dapat

merangsang kemampuan motorik kasar anak serta masih kurangnya permainan

tradisional yang diterapkan pada anak.

Hasil penelitian Evi Anggriani (2016:50) yaitu terjadi peningkatan pada

setiap aspek yang diamati seperti keseimbangan tubuh terdapat 30% anak kategori

berkembang sesuai harapan, 42% kategori berkembang sesuai harapan, 18%

kategori mulai berkambang, 10% kategori belum berkembang. Aspek kekuatan

tubuh terdapat 30% anak kategori berkembang sesuai harapan, 42% kategori

berkembang sesuai harapan, 18% kategori mulai berkemsbang, 10% kategori

belum berkembang. Aspek kelincahan gerak tubuh terdapat 30% anak kategori

berkembang sesuai harapan, 42% kategori berkembang sesuai harapan, 18%

kategori mulai berkembang, 10% kategori belum berkembang.

9
10

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian diatas

memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan

permainan tradisional dan motorik kasar anak. Sedangkan perbedaannya adalah

subjek penelitian Evi Anggriani anak didik berjumlah 20 orang anak sedangkan

dalam penelitian ini anak didik berjumlah 16 anak yang terdiri dari 10 anak laki-

laki 6 anak perempuan. Setting penelitian Evi Anggriani adalah di kelompok B

TK Nurul Surumana sedngkan dalam penelitian ini adalah di kelompok B TK Al-

khairat kaleke. Serta aspek yang di amati dalam penelitian Evi Anggriani yaitu

aspek keseimbangan tubuh, aspek kekuatan kaki, dan aspek kelincahan gerak

tubuh sedangkan dalam penelitian ini aspek yang di amati yaitu keseimbangan

tubuh, kecepatan berjalan, dan kekuatan kaki.

Isra Aulia (2016), dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional Englek

Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak di Kelompok B TK Aisyiyah

Bustanul Athfal Toboli. Latar belakang dari penelitian yang di lakukan oleh Isra

Aulia yaitu masih banyak anak yang kemampuan motorik kasarnya belum

berkembang sesuai harapan. Contohnya pada saat guru meminta anak untuk

melempar bola kepada temannya tetapi lemparannya belum tepat, kemudian saat

kegiatan senam pada hari jumat gerak melompat ternyata masih banyak anak yang

kesulitan saat melakukan gerakan melompat menggunakan satu kaki. Hal ini

disebabkan oleh metode yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan

serta kurangnya permainan tradisional yang diterapkan pada anak.


11

Hasil penelitian Isra Aulia (2016:51) yaitu aspek melompat dengan satu

kaki untuk kategori BSH 1 orang anak (8,33%), untuk kategori MB 5 orang anak

(41,6%), dan kategori BB 6 orang anak (50%), sedangkan sesudah menggunakan

permainan tradisional Engklek terjadi peningkatan yaitu untuk kategori BSB

terdapat 3 orang anak (25%), kategori BSH 6 orang anak (50%), kategori MB 2

orang anak (16,66) dan katogri BB 1 orang anak (8,33).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian diatas

memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan

permainan tradisional dan motorik kasar anak. Sedangkan perbedaannya adalah

subyek penelitian Isra Aulia yaitu anak didik yang berjumlah 12 anak terdiri dari

4 anak laki-laki dan 8 anak perempuan sedangkan penelitian ini yaitu anak didik

yang berjumlah 16 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.

Setting penelitian Isra Aulia adalah di kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal

Toboli sedangkan dalam penelitian ini adalah di kelompok B TK Al-khairat

Kaleke. Serta aspek yang diamati dalam penelitian Isra Aulia yaitu melompat

dengan satu kaki, dan keseimbangan sedangkan dalam penelitian ini aspek yang

diamati yaitu keseimbangan tubuh, kecepatan berjalan, dan kekuatam kaki.

2.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

2.2.1 Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak Usia Dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Proses pembelajaran sebagai
12

bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik

yang di miliki setiap tahapan perkembangan anak. Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia

dini tertulis pada Pasal 28 Ayat 1 yang berbunyi “pendidikan anak usia dini

diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun dan bukan

merupakan prasyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab

I Pasal 1 Ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Departemen pendidikan nasional USPN (2004) Pendidikan bagi

anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing,

mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan

kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan

sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan

delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical,

intelligence/cognitive, emotional, social education.

Anak usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat

menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu

sebagai usia penting bagi pengembangan inteligensi permanen dirinya, mereka

juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Informasi tentang potensi
13

yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak yang dimiliki anak usia itu, sudah

banyak terdapat pada media massa dan media elektronik lainnya.

Menurut Adalilla dalam Nining Hadini (2017) Pendidikan anak usia dini

merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan

pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi

motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, sosial emosional

(sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan

dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Berdasarkan penjelasan tentang PAUD tersebut, dapat disimpulkan bahwa

PAUD merupakan jenjang prasekolah yang diselenggarakan bagi anak usia dini

(usia 3-6 tahun) yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pada

anak, serta dapat mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan

selanjutnya.

2.2.2 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Pengembangan dalam PAUD sangatlah penting, pada dasarnya akan

menerapkan prinsip-prinsip yang digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran para

peserta didik. Prinsip PAUD dijelaskan oleh Mursid (2017) bahwa prinsip yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada PAUD, meliputi:

1. Berorientasi pada perkembangan anak. Dalam kegiatan, pendidik perlu

memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan

secara individual. Dengan demikian, dalam kegiatan yang disiapkan, perlu

diperhatikan cara belajar yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit
14

ke abstrak, gerakan ke verbal, dan ke-aku- an ke rasa sosial.

2. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus

senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang

membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek

perkembangannya. Dengan demikian, berbagai jenis kegiatan pembelajaran,

hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan

masing-masing anak.

3. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Bermain merupakan

pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan

pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam

situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi

atau bahan, dan media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak. Melalui

bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan

objek-objek yang dapat diketahui oleh anak, sehingga pembelajaran menjadi

bermakna bagi anak. Ketika bermain, anak membangun pengertian yang

berkaitan dengan pengalamannya.

4. Stimulasi terpadu. Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan

berkesinambungan antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini

berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek

perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu

sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus

diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat

berkembang secara baik, dan budaya setempat.


15

5. Lingkungan kondusif. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan

sedemikian menarik dan menyenangkan, serta demokratis sehingga anak

merasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di

dalam maupun di luar ruangan. Lingkugan fisik hendaknya memperhatikan

keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar

harus disesuaikan dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan

temannya. Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari

nilai-nilai budaya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di

rumah dengan tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar, pendidik harus

peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

6. Menggunakan pendekatan tematik. Kegiatan pembelajarannya dirancang

dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah

mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan

sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal yang paling dekat

dengan anak, sederhana, serta menarik minat.

7. Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran

yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan, dapat dilakukan

oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang

menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak,

memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis,

memgingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.


16

8. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Setiap kegiatan untuk

menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai

media dan sumber belajar, antara lain di lingkungan alam sekitar atau bahan-

bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media

dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan

benda-benda lingkungan sekitarnya.

9. Mengembangkan kecakapan hidup. Proses pembelajaran harus diarahkan

untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan

belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri,

disiplin dan sosialisasi, serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna

untuk kelangsungan hidupnya.

10. Pemanfaatan teknologi informasi. Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini

dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape,

radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan

pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.

Berdasarkan uraian beberapa prinsip PAUD di atas, dapat disimpulkan

bahwa anak memiliki sifat yang unik serta kecerdasan yang dapat

mengembangkan imajinasi pada anak. oleh karena itu dalam kegiatan belajar

mengajar pendidik harus memberikan pembelajaran yang dapat meningkatkan

kreativitas anak, agar anak memiliki inovasi serta kreatif dalam melakukan

kegiatan yang diberikan oleh guru.


17

2.3 Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa

2.3.1 Pengertian Permainan Tradisional

Permainan tradisional sangatlah populer sebelum teknologi masuk ke

Indonesia. Daluhu, anak-anak bermain menggunakan alat yang seadanya. Namun

kini, mereka sudah bermain dengan permainan-permainan berbasis teknologi yang

berasal dari luar negeri dan mulai meninggalkan permainan tradisional. Seiring

dengan perubahan zama, permainan tradisional perlahan-lahan mulai terlupakan

oleh anak-anak indonesia. Bahkan, tidak sedikit mereka yang sama sekali belum

mengenal permainan tradisional. Permainan tradisional memiliki banyak manfaat

bagi anak-anak. Selain tidak mengeluarkan biaya, permainan tradisional dapat

melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung, anak-anak akan dirangsang

kreaktivitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan

wawasannya melalui permainan tradisional.

Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya.

Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau yang ada di sekitar para

pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat

permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis.

Biasanya, aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang

disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat, bahwa para

pemain dituntut untuk menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan

mereka. Menurut Atik Soepandi dkk (2013), permainan tradisional adalah

perbuatan untuk menghibur hati, baik yang mempergunakan alat ataupun tidak

mempergunakan alat. Sedangkan tradisional adalah segala sesuatu yang


18

diturunkan secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi,

permainan tradisional adalah segala perbuatan, baik yang mempergunakan alat

atau tidak, yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai

sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati.

Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak adalah sudah tua usianya,

tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, dan dari mana asalnya. Biasanya

disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama

atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika diliat dari akar katanya, permaian

tradisional tidak lain adalah kegiatan yang di atur oleh suatu peraturan permainan

yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia

(anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraaan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa permainan

tradisional merupakan permainan pewarisan dari generasi terdahulu yang

dilakukan anak-anak yang digunakan tidak mengeluarkan biaya untuk

memainkannya, permainan tradisional dibuat dari bahan-bahan bekas dan

tumbuhan dan permainan tradisional juga dapat mengembangkan kreativitas,

ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasan anak.

2.3.2 Manfaat Permainan Tradisional

Permainan tradisional juga bermanfaat untuk untuk melatih kreativitas anak

dibandingkan permainan yang modern pada saat ini, permainan tradisional

melatih anak untuk kreatif dalam membuat peralatan permainan sendiri tanpa

harus membeli, permainan tradisional biasanya banyak menggunakan alat-alat

sederhana dan mudah di dapatkan di halaman rumah, hal ini mendorong anak
19

untuk lebih kreatif menciptakan alat permainan. Yulianti dalam Garner (2011),

memberikan landasan yang kuat dalam mengidentifikasikan dan mengembangkan

kemampuan anak melalui permainan adapun manfaat yang diperoleh anak, antara

lain:

1. Anak menjadi kreatif, permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh

para pemainnya mereka menggunakan barang-barang, benda-benda atau

tumbuhan yang ada disekitar para pemain hal itu mendorong mereka lebih

kreatif menciptakan alat-alat permainan, selain itu permainan tradisional,

tidak memiliki peraturan secara tertulis, biasanya aturan yang berlaku selain

aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang di

sesuaikan dengan kesepakatan para pemain, dituntut untuk kreatif

menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka saat bermain.

2. Biasa digunakan dengan terapi terhadap anak. Saat bermain anak-anak

melepaskan emosinya. Mereka berteriak dengan tertawa, dan juga bergerak.

kegiatan semacam ini juga bisa digunakan sebagai terapi bagi anak yang

memerlukan kondisi tersebut.

3. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak. Permainan tradisional, seperti

oray-orayan dan gagarudaan mampu membantu anak untuk mengembangkan

kecerdasan intelektualnya sebab permainan tersebut akan menggali wawasan

anak terhadap beragam pengetahuan.

4. Mengambangkan kecerdasan kinetik anak. Pada umumnya, permainan

tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat,


20

berlari, berputar dan gerakan-gerakan yang lainnya, kecerdasan ini sangat

baik karena berpengaruh pada kelenturan dan ketangkasan tubuh.

5. Mengembangkan kecerdasan naturalis anak. Kecerdasan naturalis bentuk-

bentuk alam yang disekitar kita misalnya burung, bunga, pohon, hewan, hal

ini mencakup kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam lainnya, biasa banyak

permainan yang dibuat atau digunakan dari genting, batu, kayu, dan pasir.

6. Kecerdasan spasial merupakan kecerdasan gambar dan visualisasi kecerdasan

ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar kepala

seseorang atau menciptakan dalam bentuk dua atau tiga dimensi misalnya

dalam permainan tradisional anjang-anjang, permainan ini mendorong anak

untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran.

7. Mengembangkan kecerdasan mustikal. Kecerdasan mustikal melibatkan

kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, memiliki

kepekaan terhadap irama, atau menikmati musik. Nyanyian atau bunyi-

bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Adapun permainan yang

dilakukan sambil bernyanyi di antaranya ucang-ucang angge dan oray-orayan.

8. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Dalam permainan tradisional

tidak mengenal ini menjadi para permainannya bertengkar atau minder

bahkan, ada kecerdasan anak yang sudah menguasai permainan ini akan

mengajarkan kepada teman-temannya, permainan ini akan tidak ada yang

paling unggul setiap anak memiliki kelebihan masing-masing hal tersebut

meminimalisir pemunculan ego pada diri para pemain atau anak-anak.


21

Berdasarkan penjelasan mengenai manfaat permainan tradisional, dapat

disimpulkan bahwa ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan selain

menyenangkan, dengan cara sederhana saja anak-anak akan merasa puas dalam

bermain bisa bergerak dengan bebas sesuai dengan kamampuan anak.

2.3.3 Pengertian Permainan Egrang Batok Kelapa

Permainan egrang batok kelapa merupakan salah satu permainan tradisional

yang sangat populer. Permainan ini sangat dikenal di berbagai wilayah nusantara.

Selain menggunakan bambu, dapat menggunakan batok kelapa. Permainan egrang

batok kelapa tidak menggunakan biaya untuk memainkannya dan permainan

batok kelapa sangat banyak di senangi anak.

Menurut Lahay dkk (2013), “permainan egrang tempurung kelapa memiliki

manfaat untuk mengembangkan mengontrol gerakan motorik anak. Selain itu

permainan egrang tempurung kelapa juga akan meningkatkan kemampuan otot

tungkai, kaki, lengan dan tangan sehingga dapat melatih keseimbangan serta

kelenturan tubuh”. Saat bermain egrang tempurung kelapa, anak harus berjalan

diatas tempurung kelapa yang memiliki luas permukaan dengan diameter sekitar

kurang lebih dari 10 cm, sehingga keseimbangan dibutuhkan untuk bermain

permainan ini.

Menurut Keen Achroni (2012), Egrang “merupakan salah satu permainan

tradisional yang sangat populer. Permainan ini sangat dikenal di berbagai wilayah

nusantara. Egrang dapat pula dibuat menggunakan batok kelapa”.

Selain itu Keen Achroni (2012) bahwa langkah-langkah pembuatan batok

kelapa yaitu:
22

1. Siapkan setengah batok kelapa sebanyak 2 buah. Bersihkan serabutnya dan

amplas sehingga halus.

2. Buatlah lubang ditengah masing-masing pada bagian yang tidak terlalu keras.

Untuk membuat lubang dapat menggunakan paku atau pisau tajam.

3. Masukkan kedua ujung tali atau dadung pada masing-masing lubang lalu

diberi pengait di bawah lubang sehingga tali terkait dengan kuat, untuk

penggait dapat digunakan potongan kayu atau bambu pendek. Pengait diikat

menggunakan ujung tali di bawah lubang pada batok kelapa. Sementara itu,

panjang tali yang di gunakan sekitar 2 meter, jika menghendaki tali dapat

dipotong menjadi 2 kemudian masing-masing ujung tali yang lain diikatkan

pada pengangan yang dapat dibuat dari kayu atau bambu.

4. Untuk mempercantik egrang dapat di cat atau di lukis sesuai selera.

5. Egrang batok kelapa siap digunakan.

Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-

permainan tradisional termaksud batok kelapa, namun paling tidak generasi tua

saat ini bisa mengenalkan kepada generasi mudah sekarang, tentu dengan harapan

agar generasi muda bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya,

termasuk dalam dalam lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa

menghargai karya dengan identitas bangsanya sendiri, walaupun teknologi yang

diterapkan kalah itu sangat sederhana, para peserta permainan batok kelapa tidak

terbatas untuk dimainkan oleh anak laki-laki tetapi juga kadang juga dipakai

untuk bermain oleh anak perempuan. Selain itu, permainan batok kelapa
23

sebaiknya di mainkan disuatu tempat beralaskan tanah, bukan ubin atau alas lantai

lainnya yang berkontur keras. Sedangkan waktu untuk memainkan permainan

batok kelapa sebenarnya tidak terbatas, namun biasanya permainan ini dimainkan

pada waktu pagi atau siang dan menjelang sore hari.

Permainan batok kelapa ini bisa dimainkan secara individu maupun

kelompok kadang-kadang, permainan ini dimasa-masa lalu, biasa pula dipakai

untuk diperlombaan. Untuk permainan ini, anak-anak diuji ketangkasan dan

kecepatan berjalan diatas batok kelapa. Anak yang paling cepat berjalan tanpa

harus jatuh dianggap sebagai pemenang. Namun, sering pula secara individu anak

bermain batok kelapa dalam situasi santai. Cara mainnya yakni anak cukup

menjepitkan jari kaki seperti menggunakan sendal jepit diantara tali, kemudian

jalan layaknya orang berjalan biasa.

Menurut Lahay dkk (2013), permainan egrang batok kelapa memiliki

manfaat untuk mengembangkan dan mengontrol gerakan motorik anak. Selain itu,

permainan egrang batok kelapa juga akan meningkatkan kekuatan otot tungkai,

kaki, abdomen, lengan dan tangan, sehingga dapat melatih keseimbangan serta

kelenturan tubuh.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa permainan

egrang batok kelapa merupakan permainan yang bahan dasarnya dari tempurung

kelapa dibelah menjadi dua diberi lubang, pada masing-masing lubang tempurung

dimasukkan tali lembut dan kuat. Permainan egrang batok kelapa dapat dimainkan

secara individu maupun kelompok dan bisa dipakai dalam perlombaan.


24

2.4 Kemampuan motorik kasar

2.4.1 Pengertian kemampuan motorik kasar

Kemampuan motorik kasar anak di harapkan dapat terjadi secara optimal

karena secara langsung maupun tidak langsung, maka mempengaruhi perilaku

anak sehari-hari. Pertumbuhan motorik kasar anak mempengaruhi

keterampilannya dalam bergerak. Selanjutnya pertumbuhan dan perkembangan

motorik kasar anak, akan mempengaruhi cara anak memandang diri sendiri dan

orang lain. hal itu dapat di lihat dari pola penyesuaian diri si anak secara umum,

seperti anak kurang terampil melompat akan cepat sadar dirinya tidak mampu

mengikuti permainan tradisional batok kelapa seperti yang dilakukan teman-

temannya. Menurut Ismoko (2019) Kemampuan motorik merupakan

perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, keterampilan

motorik dan kontrol motorik. Keterampilan motorik anak tidak akan optimal tanpa

adanya kebugaran tubuh dan kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa adanya

latihan fisik. Aspekaspek yang perlu dikembangkan untuk anak di sekolah adalah

motorik, kognitif, emosi, sosial, moralitas dan kepribadian.

Motorik kasar merupakan kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-

otot besar, sebaagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan

agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.

Motorik kasar sangat penting dikuasai seorang anak karena dengan kamampuan

motorik kasar anak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

Seperti berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, dan

menendang. Kemampuan motorik kasar pada setiap anak mengalami, perbedaan


25

anak yang mengalami kemampuan motoriknya sangat baik seperti yang di alami

para atlet, tetapi ada anak yang mengalami keterbatasan. Selain itu juga di

pengaruhi adanya jenis kelamin, kemampuan motorik dilihat dari perubahan fisik

dan psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya, kemampuan motorik juga di

pengaruhi oleh asupan gizi.

Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang

optimal apabila sehat badanya, cukup gizinya, dan didik secara baik dan benar

(Fitri & Imansari, 2020). Perkembangan motorik yang baik akan berdampak pada

aspek perkembangan lainnya. Demikian pula sebaliknya, kesempatan yang luas

untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori motor

yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk

memenuhi perkembangan perseptual motorik (Aisyahsiti, 2013).

Melalui kemampuan motorik terdapat beberapa unsur yang bisa

dikembangkan dan dinilai diantaranya adalah kekuatan, kelincahan koordinasi,

keseimbangan, kecepatan, dan ketahanan. Hal tersebut dapat dikembangkan

melalui latihan-latihan gerakan motorik kasar. Menurut Fikriati (2013) definisi,

“motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau

sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan

anak itu sendiri”. Sedangkan Decaprio (2013), juga mengemukakan bahwa

motorik kasar adalah:

Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot

yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh motorik kasar pada ada

anak di pengaruhi oleh kematangan dirinya. Kemampuan ini berkaitan erat dengan
26

gerakan-gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antara

anggota tubuh baik sebagian maupun seluruh anggota tubuh. Contoh

gerakan-gerakan fisik tersebut antara lain berjalan, berlari, melompat, dan

sebagainya.

Kemampuan motorik kasar yang perlu di kembangkan pada anak usia 5-6

tahun berdasarkan ketentuan peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan

republik indonesia nomor 137 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan

anak usia dini standar isi tentang tingkat pencapaian perkembangan anak

berdasarkan kelompok usia anak dalam lingkup perkembangan motorik kasar

berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, ialah:

1. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan,

keseimbangan, dan kelincahan.

2. Melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala dalam menirukan

tarian atau senam.

3. Melakukan permainan fisik dengan aturan.

4. Keterampilan menggunakan tangan kanan dan kiri.

5. Melakukan kegiatan kebersihan diri.

Menurut Ismoko (2019) Perkembangan motorik merupakan perkembangan

gerak dari awal pertumbuhan yaitu perkembangan yang lebih menitikberatkan

pada kualitas. Motorik kasar adalah gerakan yang melibatkan otot-otot besar pada

masa pertumbuhan, gerakan tersebut diantaranya seperti tengkurap, merangkak,

duduk, berdiri serta berjalan. Hal ini sangatlah dipengaruhi oleh saraf dan otot.

Pada dasarnya perkembangan motorik kasar berhubungan dengan perkembangan


27

motorik secara keseluruhan. Motorik kasar merupakan kaidah “Chepalocaudal”

(dari kepala ke kaki), atau berkembang mulai dari bagian atas yaitu kepala. Ini

dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada awal perkembangan terdapat gerakan

yang besar di bagian kepala dibandingkan dengan bagian lainnya.

Sesuai dengan peraturan keputusan MENDIKNAS Nomor 137 Tahun 2014

tentang tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun, yaitu :

Tabel 1. Peraturan mentri No. 137 Tahun 2014


Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5-6
Perkembangan Tahun

1. Melakukan gerak tubuh secara terkoordinasi untuk

melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

2. Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala


Fisik Motorik Kasar
dalam menirukan tarian atau senam.

3. Melakukan permainan fisik dengan aturan.

4. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

5. Melakukan kegiatan kebersihan diri.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

motorik kasar adalah kemampuan yang memanfaatkan otot-otot besar tubuh untuk

melakukan suatu gerakan pada seluruh tubuh serta kecakapan dalam melakukan

berbagai gerak fisik yang membutuhkan keseimbangan, baik gerak sebagian

maupun seluruh anggota tubuh yang terdiri dari gerak lokomotor dan

nonlokomotor sedangkan, perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang


28

kemampuan gerak seseorang yang dasarnya, berkembang sejalan dengan

kematangan syaraf otak dan otot.

2.4.2 Syarat Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik kasar pada anak usia dini juga mempunyai syarat-

syarat yang harus diperhatikan oleh pendidik harus disesuaikan dengan usia anak

tersebut. Menurut Agoes Dariyo (2007), ada enam persyaratan yang

mempengaruhi perkembangan motorik yaitu :

1. Perkembangan Usia

Usia mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan suatu aktivitas.

Dengan kemampuan organ-organ fisik. Kemudian, ditopang pula oleh fungsi

sistem syaraf pada pusat yang mengkordinasikan organ-organ tubuh sehingga

orang dapat melakukan aktivitas motorik kasar maupun motorik halus.

2. Tercapainya Kematangan Organ-organ Fisiologis

Kematangan organ fisik ditandai dengan tercapainya jaringan otot yang

makin kompleks, kuat, dan bekerja secara teratur. Pada masa pertumbuhan

bayi maupun anak, kematangan fisiologis ini di pengaruhi oleh faktor usia,

nutrisi dan kesehatan individu. Makin tinggi usia seseorang, makin matang

organ-organ sosiologisnya. Namun kematangan ini tidak lepas dari faktor

nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya. Nutrisi yang baik, yaitu makanan

yang mengandung gizi vitamin, protein dan menjamin kesehatan seseorang.

Bayi maupun anak yang memiliki kondisi sehat cenderung memiliki

kematangan fisiologisnya, dibandingkan dengan bayi atau anak yang sakit-

sakitan.
29

3. Kontrol kepala

Saat usia 1-5 bulan, bayi masih sering tertidur dengan posisi kepala terbaring

di atas tempat belum mampu untuk tengkurap, karena kontrol untuk

mengontrol kepala belum dapat dilakukan dengan baik. Bila orang tua

menggendong, maka posisi kepala harus memperoleh landasan untuk

menopang agar kepala tidak terjatuh. Hal ini krena otot-otot bagian leher

belum berkembang dengan baik sehingga belum mampu untuk menopang

kepalanya. Sejalan dengan perkembangan usia nya, bayi akan mampu untuk

tengkurap dan menopang kepalanya. Awalnya mulanya, bayi belajar untuk

memindahkan posisi dari posisi terlentang menjadi posisi tengkurap ini, akan

diikuti dengan kemampuan untuk mengangkat dan menopang kepalanya.

Kemampuan mengontrol kepala (hand control skill) merupakan dasar untuk

perkembangan gerakan-gerakan kepala yang bermanfaat bagi seorang anak

yang akan melakukan aktivitas olahraga, misalnya gerakan memutar atau

menggelengkan kepala.

4. Kontrol tangan

Sejak lahir tangan bayi menggenggam benda-benda yang datang dan

menyentuh telapak tangannya. Awal mulanya bayi tak mampu untuk

menggenggam dan menggenggam suatu benda dengan baik, tetapi dengan

sendirinya untuk melakukan tugas menggenggam/mengepal suatu benda

secara kuat. Refleks ini merupakan dasar timbulnya gerakan-gerakan motorik

halus, seperti menggenggam, menulis dan menggambarkan atau

menggunting. Kemampuan melakukan koordinasi otot-otot tangan yang


30

bermanfaat untuk keterampilan tangan dinamakan kemampuan kontrol tangan

(hand control ability).

5. Kontrol Kaki

Kemampuan kontrol kaki (leg control ability) diatur oleh sistem syaraf.

Namun, pada diri seorang bayi kaki bergerak karena ada satu benda yang

mungkin menyentuhnya atau digerakan oleh ibunya, hal ini bukan berarti bay

cenderung pasif dan hanya bergerak. Kalau ada rangsangan dari luar dirinya.

Bayi dapat menggerakan kaki sendiri sebagai respon atau refleks rasa senang

atau kehadiran orang yang memiliki kedekatan emosional.

6. Lokomosi

Lokomosi (locomotion) ialah kemampuan untuk bergerak atau berpindah dari

satu tempat ke tempat lain. kemampuan ini berkembang sejalan dengan

pertambahan usia dan tercapainya kematangan organ-organ fisik, serta

berfungsinya sistem syaraf pusat. Artinya, kemampuan bergerak atau

berpindah dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat fisiologis. Secara

implisit, kemampuan lokomasi sudah ada bersamaan dengan timbulnya

gerakan-gerakan refleks, seperti refleks penempatan (placing reflecx),

berjalan, berenang. Namun, kemampuan refleks itu cenderung tak terkontrol

oleh sistem syaraf sehingga dapat dikatakan bahwa refleks itu cenderung tak

terkontrol oleh sistem syaraf sehingga dapat dikatakan bahwa refleks sebagai

tanda perkembangan awal dari lokomasi.


31

Berdasarkan syarat perkembangan motorik, dapat disimpulkan bahwa

syarat-syarat perkembangan motorik, yaitu perkembangan usia, tercapainya

kematangan organ-organ fisiologis, kontrol kepala, kontrol tangan,kontrol kaki,

dan lokomasi, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam

meningkatkan kemampuan motorik anak.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar

Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan motorik, motivasi

untuk bergerak mungkin karena adanya stimulasi dari lingkungan, misalnya

melihat benda atau mainan yang menarik, maka seorang anak akan bergerak

menuju ke arah benda. Sebaiknya, terbatasnya kesempatan untuk bergerak secara

aktif akan memperlambat perkembangan gerak atau bisa dikatakan dengan

memperlambat gerak motorik anak.

Samsudin (2005) mengungkapkan bahwa “perkembangan motorik sangat

dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan

masa perkembangannyaaa”. Kualitas motorik terlihat dari seberapa jauh anak

tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat

keberhasilan tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah kesehatan dan motivasi

dari lingkungan yang cukup berpengaruh pada kondisi fisik anak.


32

2.4.4 Pengaruh Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa Terhadap

Kemampuan Motorik Kasar Anak

Permainan tradisional egrang batok kelapa merupakan permainan yang

dilakukan diluar ruangan dan tidak bisa dimainkan di dalam rumah khususnya

dimainkan ditanah lapang yang berukuran luas dan tidak terbatas bisa dimainkan

pada waktu pagi, siang, dan menjelang sore. Permainan egrang batok kelapa bisa

dimainkan secara individu maupun kelompok. Kadang-kadang, permainan ini di

masa-masa lalu, biasa pula dipakai untuk perlombaan. Tentu di sini anak diuji

ketangkasan dan kecepatan berjalan di atas batok kelapa. Anak yang paling cepat

berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang. Namun sering pula secara

individu anak bermain egrang dalam situasi santai. Cara mainnya yakni anak

cukup menjepitkan jari anak (seperti menggunakan sendal jepit) diantara tali,

kemudian jalan layaknya orang berjalan biasa.

Menurut Keen Achroni (2012: 116) dalam mengoptimalkan tumbuh

kembang anak melalui permainan tradisional dan manfaat dari permainan egrang

batok kelapa yaitu: Memberikan kegembiraan pada anak, mengasah kreativitas

anak, melatih motorik kasar anak, melatih ketekunan dan kesabaran anak, melatih

semangat anak berkompetensi secara sehat, melatih anak untuk berhemat dengan

mengurangi pengeluaran untuk membeli mainan, dan mendekatkan anak pada


33

alam, melalui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat mainan (mengasuh

kecerdasan naturalis anak).

Egrang menurut (Siahaan 2014) “merupakan salah satu permainan

tradisional yang sangat populer, permainan ini dikenal di berbagai wilayah di

nusantara. Selain menggunakan bambu, engrang dapat pula dibuat menggunakan

batok kelapa ”Permainan egrang batok juga akan meningkatkan kekuatan otot

tungkai, kaki, lengan dan tangan, sehingga dapat melatih keseimbangan serta

kelenturan tubuh. Saat bermain egrang batok, anak harus bejalan diatas batok

kelapa yang memiliki luas permukaan dengan diameter sekitar kurang lebih 10

cm, sehingga keseimbangan sangat dibutuhkan untuk bermain permainan ini.

Permainan tradisional batok kelapa dapat menumbuhkan motorik kasar

karena permainan ini membutuhkan kelenturan jari-jari kaki anak, keseimbangan

saat berjalan, dan kelincahan berjalan dengan menggunakan permainan tradisional

egrang batok kelapa. Melalui tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak

pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan syaraf

dan otot anak. Setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola

interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang

dikontrol.

Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa kegiatan permainan

tradisional egrang batok kelapa yang dilakukan oleh anak-anak akan berdampak

bagi perkembangan motorik kasar anak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

permainan tradisional egrang batok kelapa sangat berkaitan dengan kemampuan

motorik anak.
34

2.5 kerangka pemikiran

Permainan tradisional egrang merupakan salah satu dari sekian banyak

permainan tradisional indonesia yang perlu diwariskan, di jaga, dilestarikan dan

dipertahankan keberadaannya. Namun saat ini permainan tradisional egrang sudah

mulai dilupakan oleh masyarakat khususnya anak-anak karena adanya permainan

baru yaitu game online yang dimainkan menggunakan gadget. Kemampuan

motorik kasar adalah kemampuan yang memanfaatkan otot-otot besar tubuh

melakukan sesuatu pada seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik adalah

proses tumbuh kembang kaemampuan gerak seseorang yang pada dasarnya

perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan syaraf otak dan otot.

Berdasarkan hasil pengamatan awal diperoleh masalah-masalah yang

nampak di TK Al-khairat kaleke seperti ada beberapa anak yang kurang mampu

melompat dan malas bergerak khususnya pada kemampuan motorik kasar anak.

Penyebab masalah berupa media atau metode yang di gunakan oleh guru kurang

tepat dan tidak sesuai untuk meningkatkan motorik kasar anak. Oleh karena itu

peneliti mencari cara memecahkan masalah tersebut dengan memberi motivasi,

dorongan yang tepat dapat memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut

seperti permainan egrang batok. Dilatih lebuh kuat dan tangkas. Disinilah unsur-

unsur tersebut akan terkoordinasi jika di lakukan dengan intensif. Adapun aspek-

aspek tolak ukur yang akan di nilai yaitu menjaga keseimbangan, kekuatan tubuh,

dan kelincahan anak.


35

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di digambarkan kerangka pemikiran

sebagai berikut:

Observasi Awal Temuan masalah yang didapat Permainan


di Kelompok B dalam penelitian in yaitu : tradisional
TK Al-khairat Egrang
Kaleke. 1. Rendahnya kemampuan batok kelapa
motorik kasar anak yang
ditandai dengan kurangnya
keaktifan anak melakukan
gerakan, kurangnya kelincahan Aspek yang diamati :
bergerak dan kurangnya
kelenturan jari-jari kaki anak. 1. Kemampuan berdiri
2. Guru belum maksimal dalam diatas egrang batok
memberikan permainan kelapa.
tradisional egrang batok kelapa 2. Keseimbangan saat
kepada anak dalam berjalan dengan
mengembangkan kemampuan egrang batok
motorik kasar anak. kelapa.
3. Kelincahan berjalan
Rekomendasi dengan egrang
saran : batok kelapa
1. Kepala
sekolah Hasil penelitian di ketahui
2. Guru bahwa permainan tradisional
3. Anak egrang batok kelapa dapat
4. Peneliti lain meningkatkan kemampuan
5. Peneliti motorik kasar anak

Gambar 2.3 bagan kerangka pemikiran

Berdasarkan hasil pengamatan diawal diperoleh beberapa msalah salah satu


masalah yang menarik untuk dikembangkan peneliti yaitu tentang pengaruh
permainan tradisional egrang batok kelapa terhadap kemampuan motorik kasar
anak. Rendahnya kemampuan motorik kasar anak yang ditandai dengan
kurangnya keaktifan anak melakukan gerakan, kurangnya kelincahan bergerak,
kurangnya kelenturan jari-jari kaki anak dan rangsangan-rangsangan yang
diberikan untuk mengembangkan motorik kasar anak belum optimal dan guru
belum maksimal dalama memberikan permaina tradisional egrang batok kelapa
dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.
36

Dengan demikian diharapkan melalui permainan tradisional dapat


mengembangkan kemampuan motorik kasar anak di kelompok B TK Al-khairaat
Kaleke. Untuk penelitian ini ada tiga aspek yang diamati dan ingin ditingkatkan
oleh peneliti yang berhubungan dengan kemapuan motorik kasar anak. Aspek
yang pertama kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa, keseimbangan saat
berjalan dengan egrang batok kelapa, dan kelincahan berjalan dengan egrang
batok kelapa.
Dari ketiga aspek ini yang terus dilakukan pengulangan-pengulangan setiap
minggunya terdapat peningkatan yang sangat baik terhadap kemampuan motorik
kasar anak sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh permainan
tradisional dalam mengembangkan motorik kasar anak sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa permainan tradisional egrang batok kelapa dapat
mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.

2.6 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu ada
pengaruh bermain permainan tradisional egrang batok kelapa terhadap
kemampuan motorik kasar anak pada kelompok B TK Al-khairaat Kaleke.
Kriteria pengujian hipotesisnya:
H0 = Tidak terdapat pengaruh bermain permainan tradisional egrang batok kelapa
terhadap kemampuan motorik kasar anak di kelompok B TK Al-khairaat kaleke
H1 = Terdapat pengaruh bermain permainan tradisional egrang batok kelapa

terhadap kemampuan motorik kasar anak di kelompok B TK Al-khairaat Kaleke.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam

rangka pengujian hipotesis). Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif,

karena menekankan pada analisis data-data numerical (angka) yang diolah dengan

metode statistik, terkait penilaian dari pengamatan kemampuan motorik kasar

anak pada permainan tradisional egrang batok kelapa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang mana peneliti

mengamati dan melakukan kajian terhadap keadaan anak, khususnya mengenai

permainan tradisional egrang batok kelapa terhadap kemampuan motorik kasar

anak di Kelompok B TK Al-khairaat Kaleke.

3.2 Variabel Penelitian atau Rancangan Penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel dari penelitian ini ada dua jenis, yaitu:

1. Bermain egrang batok kelapa sebagai variabel bebas atau independen,

dengan simbol X.

2. Kemampuan motorik kasar, sebagai variabel terikat atau tergantung

(dependen), simbolnya Y.

37
38

3.2.2 Rancangan Penelitian

Rumusan penelitian yang digunakan dari rumus Sugiono (2015: 110),

adalah one-group-pretest-posttest design. Rancangan Sugiyono ini direkayasa

sesuai dengan subjek penelitian, yaitu anak TK, maka rancangan dan penelitian

ini, sebagai berikut:

01 X 02

Gambar 1. Model Rancangan Penelitian

keterangan:

O1 : Pengamatan Sebelum di Berikan Perlakuan (Pre-test)

X : Perlakuan yang di Berikan (Treatment)

O2 : Pengamatan Setelah di Berikan Perlakuan (Post-test)

Sesuai rancangan di atas, peneliti merekayasa model rancangan yang di

sesuaikan untuk anak TK dan begitu pula pengamatan sebelum maupun sesudah

itu mengenai pengamatan pada kemampuan motorik kasar anak. Sedangkan,

perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini berupa permainan egrang batok

kelapa.

Gambaran dari penjelasan di atas, dibuat seperti ini:

Keterangan :

O1 : Pengamatan kemampuan motorik kasar Sebelum Di berikan perlakuan

X : Perlakuan berupa permainan egrang batok kelapa

O2 : Pengamatan kemampuan motorik kasar Sesudah Diberikan perlakuan


39

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di kelompok B TK Al-khairat kaleke kecamatan

dolo barat kabupaten sigi. Sekolah TK ini memilikih 2 kelas, yaitu kelompok A

dan kelompok B. Peneliti meneliti di kelompok B, karena menemukan beberapa

masalah terkait motorik kasar anak. Pengamatan awal dilakukan terhadap keadaan

anak didik saat bermain permainan egrang batok kelapa.

Penelitian ini dilakukan selama tiga minggu di bulan maret dari tanggal 1

sampai 19 maret 2022.

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang ada di TK Al-khairaat

Kaleke, jumlah anak yang berasal dari 2 kelompok, terdiri dari anak kelompok A,

anak dari kelompok B, terdaftar pada tahun ajaran 2021/2022.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini terkait dengan masalah yang di teliti berada pada

kelompok B. Selain itu, jumlah anak yang ada di kelompok B adalah 15 anak

terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Terdaftar pada tahun ajaran

2021/2022. Sampel dalam penelitian ini adalah anak berada di kelompok B, usia

yang di teliti adalah usia 5-6 tahun, dan anak memiliki masalah pada motorik

kasar.
40

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

teknik pengmabilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling. Arikunto (2006: 183) mendefinisikan bahwa “Purposive sampling

dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasari atas strata, random atau

daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Oleh karena itu, peneliti

memilih kelompok B karena menemukan beberapa masalah terkait motorik kasar

anak yang belum berkembang sesuai harapan.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang di gunakan adalah data kualitatif yang di peroleh dari hasil

observasi aktivitas anak-anak pada saat pembelajaran berlangsung yang di

deskripsikan melalui data mengenai motorik kasar sebelum diberi perlakuan

maupun sesudah diberi perlakuan melalui permainan egrang batok kelapa.

3.5.2 Sumber Data

sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua, sebagai

berikut:

1. Data primer adalah data yang di peroleh melalui observasi langsung

terhadap subjek yang di teliti, yaitu anak didik yang ada di kelompok B TK

Al-khairat Kaleke.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari perpustakaan maupun

dari layanan internet mengenai buku-buku tentang PAUD, maupun buku


41

tentang permainan tradisional maupun tentang motorik kasar, serta berbagai

rujukan skripsi dan jurnal yang relevan dengan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini, maka ada beberapa teknik

pengumpulan data yang di gunakan, sebagai berikut:

3.6.1 Teknik Observasi

Pengamatan berlangsung dari proses pembelajaran sekitar aktivitas guru dan

anak didik dalam kesehariannya. Terutama yang berkaitan dengan metode

Permainan Tradisional Egrang Batok terhadap kemampuan motorik kasar anak di

kelompok B TK Al-khairat Kaleke.

3.6.2 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi dalam penelitian di gunakan untuk mengumpulkan data

dari TK sesuai dengan data yang di teliti, dimana pemerolehan datanya dilakukan

dari data kehadiran (absen), jenis kelamin anak-anak di kelompok B TK Al-

khairat Kaleke, atau dokumen tentang kegiatan permainan tradisional Egrang

terhadap kemampuan motorik kasar anak dengan menggunakan alat bantu

pendukung misalnya kamera.

3.6.3 Teknik Wawancara

Yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan teknik

melakukan wawancara terhadap kepala sekolah dan guru terkait tentang masalah

Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa terhadap kemampuan motorik kasar.


42

3.7 instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan dalam penelitian

ini, ada pun instrumen yang digunakan adalah lembar observasi anak, ribrik

penilaian, panduan wawancara, alat yang di gunakan dalam proses pembelajaran

berlangsung yaitu berbagai macam media. Media yang digunakan sesuai dengan

kegiatan yang akan dilakukan.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini di bagi menjadi dua analisis, yakni analisis

deskriptif dan analisis inferensial. Berikut uraian penjelasan kedua analisis di

bawah ini.

3.8.1 Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh akan diolah secara deskriptif untuk mendapatkan

data kualitatif dengan dari lembar observasi. Teknik analisis data yang

digunakan untuk mengukur kemampuan anak, jika sudah berkembang melampaui

harapan guru, maka diberikan kategori BSB (Berkembang Sangat Baik) atau

bintang 4.

Jika sudah mencapai perkembangan sesuai dengan harapan yang di tetapkan

dalam rubrik penilaian, maka diberikan kategori BSH (Berkembang Sesuai

Harapan) atau bintang 3 dan anak yang mulai berkembang di berikan kategori MB

atau bintang 2. Sedangkan anak yang belum mampu sesuai harapan guru maka

diberi BB atau bintang 1.


43

Sesuai uraian diatas, untuk tabel distribusi frekuensi dan presentase serta

penjelasannya sesuai gambar Depdiknas (2010-11), sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan presentase


 Berkembang Sangat Baik (BSB)
 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 Mulai Berkembang (MB)
 Belum Berkembang (BB)

Untuk mengetahui presentase atau rata-rata dari aspek yang sudah di amati,

data diolah secara kualitatif dengan menggunakan perhitungan berdasarkan

presentase (%) sesuai dengan rumus yang di kemukakan oleh Sujiono (2012: 43)

adapun rumus analisis data berikut :

Keterangan :
P = Angka Presentase
f = Frekuensi Hasil Observasi
N = Number of case (Jumlah frekuensi keseluruhan)

3.8.2 analisis inferensial

hipotesis yang di uji dalam penelitian ini yaitu pengaruh permainan

tradisional egrang batok kelapa di kelompok B TK Al-khairaat Kaleke. Uji

hipotesis penelitian yang di gunakan adalah uji-t berpasangan (paired t-test). Uji-t

berpansangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana

sampel yang di gunakan sama, namun memperoleh dua data yaitu data sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan. Uji ini digunakan untuk membandingkan

kemampuan motorik kasar anak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

kegiatan egrang batok kelapa.


44

| ̅ ̅ |


( )

Keterangan :
t : Uji t
̅ : Rata-rata skor pilihan peserta didik sebelum diberikan layanan kegiatan
̅ : Rata-rata skor pilihan peserta didik sesudah diberikan layanan kegiatan
∑ : Jumlah deviasi kuadrat selisi dari nilai pilihan peserta didik sebelum
dan sesudah diberikan layanan kegiatan
N : Jumlah siswa

Rumus di atas untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan oleh peneliti,

yaitu “Pengaruh Permainan Egrang Batok Kelapa Terhadap Kemampuan Motorik

Kasar Anak Pada Kelompok B TK Al-khairaat Kaleke”, lebih tinggi dibandingkan

anak yang tidak diberikan permainan egrang batok kelapa. Diterima atau ditolak,

maka dikonsultasikan pada tabel t dengan taraf signifikan 5% (taraf nyata =

0,05) dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila thitung ttabel, maka Ho ditolak

dan H diterima, dan jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan H ditolak.

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Menentukan lokasi penelitian

2. Mencari literatur yang berkaitan dengan penelitian

3. Menyusun proposal dan instrumen penelitian

4. Mengadakan surat izin penelitian dari fakultas


45

3.9.2 Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Menyerahkan surat dari program Studi sekaligus meminta izin

mengumpulkan data;

2. mengumpulkan data penelitian;

3. Mengurus surat keterangan penelitian dari pihak TK;

4. Pengolahan data dan analisis penelitian.

3.9.3 Tahap akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengolahan dan analisis data,

serta dokumentasi sebagai bukti dari penelitian menyusun proposal.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Untuk mengetahui ada pengaruh bermain egrang batok kelapa terhadap

kemampuan motorik kasar anak pada kelompok B TK Al-khairaat Kaleke.

Sebagai langkah awal penelitian ini, peneliti menyampaikan maksud dan tujuan

kepada kepala TK Al-khairaat Kaleke tentang rencana penelitian yang akan

dilakukan.

Melalui pertemuan tersebut telah disepakati untuk melakukan penelitian di

kelompok B TK Al-khairaat kaleke selama 01 maret s/d 19 maret 2022. Adapun

motorik kasar yang diteliti, yaitu kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa,

kemampuan berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh, dan kelincahan

berjalan dengan egrang batok kelapa.

Adapun anak-anak yang diteliti dalam kelompok B tersebut sebanyak 15

orang anak yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Guru kelas di

kelompok B yaitu Rosdalimah S. Pd.

Selanjutnya akan dipaparkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh

peneliti 1) hasil pengamatan sebelum diberi perlakuan, 2) hasil pengamatan

sesudah diberi perlakuan, 3) analisis deskriptif (statistik deskriptif), 4) analisis

inferensial (persyaratan), serta rekapitulasi dari keseluruhan data pengamatan

seperti yang diuraikan dibawah ini :

46
47

4.1.1 Data Pengamatan Motorik Kasar Anak Sebelum Diberikan perlakuan

Adapun hasil pengamatan kemampuan anak sebelum diberikan perlakuan

dapat digambarkan pada tabel 2 hingga tabel 6 di bawah ini :

Tabel 4.1. Pengamatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Sebelum Diberikan Perlakuan
Aspek Yang Diamati
Kemampuan Kemampuan Kelincahan
Nama Nilai Akhir
berdiri diatas berjalan dengan berjalan dengan
Anak Kemampuan
egrang batok egrang batok egrang batok
kelapa kelapa tanpa jatuh kelapa
R1 3 3 3 9
R2 1 1 1 3
R3 2 1 4 7
R4 3 3 3 9
R5 2 1 1 4
R6 3 2 3 8
R7 1 1 1 3
R8 1 2 2 5
R9 2 3 2 7
R10 1 1 2 4
R11 1 1 1 3
R12 2 1 1 4
R13 1 2 3 6
R14 1 2 2 5
R15 2 3 2 7
Keterangan:
4 : Berkembang Sangat Baik (BSB) Nilai tertinggi : 9
3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Nilali terendah : 3
2 : Mulai Berkembang (MB)
1 : Belum Berkembang (BB)

Sesuai tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 15 anak didik yang menjadi

subjek penelitian, pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa,

tidak terdapat anak kategori 4 atau BSB, kategori 3 atau BSH ada 3 anak, kategori

2 atau MB ada 5 anak dan kategori 1 atau BB 7 anak. Aspek kedua adalah

keseimbangan saat berjalan menggunakan egrang batok kelapa, tidak terdapat

anak kategori 4 atau BSB, kategori 3 atau BSH ada 4 anak, kategori 2 atau MB
48

ada 4 anak dan kategori 1 atau BB ada 7 anak. Aspek ketiga adalah kelincahan

berjalan dengan batok kelapa, kategori 4 atau BSB ada 1 anak, kategori 3 atau

BSH ada 4 anak, kategori 2 atau MB ada 5 anak dan kategori 1 atau BB ada 5

anak. Selain itu, ada 1 anak yang mendapat nilai tertinggi yaitu nilai 9 dan 3 anak

yang mendapat nilai terendah yaitu nilai 3.

Tabel 4.2 Aspek Kemampuan Berdiri Diatas Egrang Batok Kelapa


KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 0 0
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 20
Mulai Berkembang (MB) 5 33,33
Belum Berkembang (BB) 7 46,67
Jumlah 15 100

Sesuai tabel 4.2 pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa,

tidak ada anak kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 3 anak (20%)

kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 5 anak (33,33%) kategori Mulai

Berkembang (MB), dan ada 7 anak (46,67%) kategori Belum Berkembang (BB),

pada aspek.

Tabel 4.3 Aspek Kemampuan Berjalan dengan Egrang Batok Kelapa Tanpa
Jatuh
KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 0 0
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 26,67
Mulai Berkembang (MB) 4 26,67
Belum Berkembang (BB) 7 46,67
Jumlah 15 100

Sesuai tabel 4.3 pada aspek keseimbangan berjalan dengan egrang batok

kelapa, tidak terdapat anak pada kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 4
49

anak (26,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 4 anak (26,67%)

kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 7 anak (46,67%) kategori Belum

Berkembang (BB).

Tabel 4.4 Aspek Kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa


KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 1 6,67
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 26,67
Mulai Berkembang (MB) 5 33,33
Belum Berkembang (BB) 5 33,33
Jumlah 15 100

Sesuai tabel 4.4 pada aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok

kelapa, terdapat 1 anak (6,67%) kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 4

anak (26,67%) kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 5 anak

(33,33%) kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 5 anak (33,33%) kategori

Belum Berkembang (BB).

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pengembangan Kemampuan


Motorik kasar Anak Sebelum Diberikan Perlakuan
Aspek yang Diamati
Keseimbanganb Kelincahan
Kemampuan
erjalan dengan berjalan RATA-
KATEGORI berdiri diatas
egrang batok dengan RATA
egrang batok
kelapa tanpa egrang batok (%)
kelapa
jatuh kelapa
F % F % F %
Berkembang Sangat Baik 0 0 0 0 1 6,67
2,22
(BSB)
Berkembang Sesuai 3 20 4 26,67 4 26,67 24,44
Harapan (BSH)
Mulai Berkembang (MB) 5 33,33 4 26,67 5 33,33 31,11

Belum Berkembang (BB) 7 46,67 7 46,67 5 33,33 42,22

Jumlah 15 100 15 100 15 100 100


50

Sesuai tabel 4.5, dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian, tidak terdapat

2,22% anak dalam kategori BSB, ada 24,44% dalam kategori BSH, ada 31,11%

dalam kategori MB, dan ada 42,22% dalam kategori BB.

Jika ditampilkan dalam gambar, maka dapat terlihat histogram pengamatan

pengembangan kemampuan anak sebelum diberikan perlakuan berupa metode

bercerita, sebagai berikut :

50
45
40
35
BSB
30
25 BSH
20 MB
15
BB
10
5
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Gambar 2. Histogram Kemampuan Anak Sebelum Diberikan Perlakuan

Sesuai hasil histogram gambar 2, pengamatan kemampuan anak sebelum

diberikan perlakuan, pada ketiga aspek yang telah diamati, terlihat bahwa baik

aspek pertama dan kedua, memiliki kategori BB yang paling tinggi. Berbeda

dengan kategori BSB, tidak nampak atau tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori tersebut.

Berdasarkan uraian tabel pengamatan hasil rekapitualasi tersebut, peneliti

berencana melakukan penelitian dengan menggunakan alat bantu pendukung

untuk mengamati permainan tradisional egrang batok kelapa dalam kaitannya


51

dengan kemampuan motorik kasar anak, agar berkembang lebih baik dan sesuai

harapan guru dan peneliti.

4.1.2 Hasil Pengamatan Sesudah Diberikan Perlakuan

Tahap ini peneliti mulai mengamati proses kegiatan permainan tradisional

terhadap kemampuan anak. Kegiatan ini dilakukan oleh Guru di Kelompok B TK

Al-khairaat Kaleke yang juga dibantu oleh peneliti. Adapun hasil pengamatan

yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Pengamatan Kemampuan Anak Sesudah Diberikan Perlakuan


Aspek Yang Diamati
Kelincahan
Nama Kemampuan Kemampuan Nilai Akhir
berjalan
Anak berdiri diatas berjalan dengan Kemampuan
dengan
egrang batok egrang batok kelapa
egrang batok
kelapa tanpa terjatuh
kelapa
R1 4 4 4 12
R2 2 2 2 6
R3 4 3 4 11
R4 3 3 3 9
R5 3 3 3 9
R6 3 3 4 10
R7 3 3 3 9
R8 3 3 3 9
R9 3 3 3 9
R10 3 2 3 8
R11 1 1 2 4
R12 2 2 2 6
R13 4 4 3 11
R14 3 3 3 9
R15 3 3 3 9

Keterangan:
4 : Berkembang Sangat Baik (BSB) Nilai tertinggi :12
3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Nilai terendah : 4
2 : Mulai Berkembang (MB)
1 : Belum Berkembang (BB)
52

Sesuai tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 15 anak didik yang menjadi

subjek penelitian, pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa,

kategori 4 atau BSB ada 3 anak, kategori 3 atau BSH ada 9 anak, kategori 2 atau

MB ada 2 anak dan kategori 1 atau BB ada 1 anak. Aspek kedua adalah berjalan

dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh, kategori 4 atau BSB ada 2 anak, kategori

3 atau BSH ada 9 anak, kategori 2 atau MB ada 3 anak dan kategori 1 atau BB ada

1 anak. Aspek ketiga adalah kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa,

kategori 4 atau BSB ada 3 anak, kategori 3 atau BSH ada 9 anak, kategori 2 atau

MB ada 3 anak dan tidak terdapat anak yang masuk dalam kategori 1 atau BB.

Selain itu, ada 1 anak yang mendapat nilai tertinggi yaitu nilai 12 dan 1 anak yang

mendapat nilai terendah yaitu nilai 4.

Tabel 4.7 Aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa


KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 20

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 9 60

Mulai Berkembang (MB) 2 13,33

Belum Berkembang (BB) 1 6,67

Jumlah 15 100

Sesuai tabel 4.7 pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa,

ada 3 anak (20%) kategori BSB, ada 9 anak (60%) dalam kategori BSH, ada 2

anak (13,33%) kategori MB dan ada 1 anak (6,67%) kategori BB.


53

Tabel 4.8 Aspek berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh
KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 2 13,33

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 9 60

Mulai Berkembang (MB) 3 20

Belum Berkembang (BB) 1 6,67

Jumlah 15 100

Sesuai tabel 4.8 pada aspek berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa

jatuh, ada 2 anak (13,33%) kategori BSB, ada 9 anak (60%) dalam kategori BSH,

ada 3 anak (20%) dalam kategori MB dan ada 1 anak (6,67%) dalam kategori BB.

Tabel 4.9 Aspek Kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa


KATEGORI FREKUENSI PERSENTASE (%)
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 20

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 9 60

Mulai Berkembang (MB) 3 20

Belum Berkembang (BB) 0 0

Jumlah 15 100

Sesuai tabel 4.9 pada aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok

kelapa, terdapat 3 anak (20%) dalam kategori BSB, ada 9 anak (60%) kategori

BSH, terdapat 3 anak (20%) dalam kategori MB, dan tidak terdapat anak dalam

kategori BB.
54

Tabel 4.10 Rekapitulasi Pengamatan Kemampuan Anak Sesudah Diberikan


Perlakuan
Aspek yang Diamati RATA-
Keseimbang Kemampua Kekuatan RATA
KATEGORI
an Tubuh n Berjalan Kaki (%)
F % F % F %
Berkembang Sangat Baik 3 20 2 13,33 3 20 17,78
(BSB)
Berkembang Sesuai Harapan 9 60 9 60 9 60 60
(BSH)
Mulai Berkembang (MB) 2 13,33 3 20 3 20 17,78

Belum Berkembang (BB) 1 6,67 1 6,67 0 0 4,44

Jumlah 15 100 15 100 15 100 100

Sesuai tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil rekapitulasi data pengamatan

kemampuan anak sesudah diberikan perlakuan berupa permainan tradisional

egrang batok kelapa, sesuai aspek yang diamati, kategori BSB ada 48,15%,

kategori BSH ada 35,19%, kategori MB ada 16,67%, dan untuk kategori BB ada

0%.

Jika ditampilkan dalam gambar, maka dapat terlihat histogram pengamatan

pengembangan kemampuan anak sesudah diberikan perlakuan berupa alat bantu

pendukung, sebagai berikut :

70
60
50 BSB
40
BSH
30
MB
20
BB
10
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Gambar 3. Histogram Kemampuan Anak Sesudah Diberikan Perlakuan


55

Sesuai hasil histogram gambar 3 dapat diketahui hasil rekapitulasi sesudah

diberikan perlakuan berupa alat bantu pendukung, terdapat perbedaan yang cukup

jauh dari diagram di atas. Terlihat dari ketiga aspek bahwa untuk kategori BSH

memiliki grafik yang paling menonjol.. Serta dalam kategori BB pada semua

aspek yang diamati memiliki diagram yang paling sedikit.

Tabel 4.11 Rekapitualsi Pengamatan Awal dan Akhir Motorik Kasar Anak
SEBELUM DIBERIKAN PERLAKUAN SESUDAH DIBERIKAN PERLAKUAN

Berjalan
Kelincahan Berdiri Berjalan Kelincahan
dengan
Berdiri diatas berjalan diatas dengan berjalan
KATEGORI egrang
egrang dengan egrang egrang batok dengan
batok
batok kelapa egrang batok batok kelapa tanpa egrang batok
kelapa
kelapa kelapa jatuh kelapa
tanpa jatuh

F % F % F % F % F % F %
Berkembang Sangat 0 0 0 0 1 6,67
3 20
Baik (BSB) 2 13,33 3 20

Berkembang Sesuai 3 20 4 26,67 4 46,67


9 60
Harapan (BSH) 9 60 9 60

Mulai Berkembang 5 33,33 4 26,67 5 33,33


2 13,33
(MB) 3 20 3 20

Belum Berkembang 7 46,67 7 46,67 5 33,33


1 6,67
(BB) 1 6,67 0 0

Sesuai tabel 4.11 dapat diketahui bahwa hasil rekapitulasi pengamatan

kemampuan anak sebelum dan sesudah diberikan alat bantu pendukung, dari

aspek berdiri diatas egrang batok kelapa, untuk kategori BSB dari 0% menjadi

20%, kategori BSH dari 20% menjadi 60%, kategori MB dari 33,33% menjadi

13,33%, dan kategori BB dari 46,67% menjadi 6,67%. Sedangkan, aspek kedua,

yaitu berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh, untuk kategori BSB dari

0% menjadi 13,33%, kategori BSH dari 26,67% menjadi 60%, kategori MB dari
56

26,67% menjadi 20%, dan kategori BB dari 46,67% menjadi 6,67%. Aspek

terakhir adalah aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa, untuk

kategori BSB dari 6,67% menjadi 20%, kategori BSH dari 46,67% menjadi 60%,

kategori MB dari 33,33% menjadi 20%, dan kategori BB dari 33,33% menjadi

0%.

Oleh karena itu dapat diketahui bahwa perkembangan kemampuan anak

sebelum dan sesudah melaksanakan metode permainan egrang terdapat perubahan

yang signifikan. Terlihat dari pengamatan yang dilakukan dari sebelum dan

sesudah perlakuan, bahwa terjadi perubahan yang baik dalam pengembangan

kemampuan anak.

4.1.3 Analisis Statistik Deskriptif

Deskriptif data merupakan data yang diperoleh untuk mendukung

pembahasan hasil penelitian. Gambaran data di bawah ini, akan terlihat kondisi

kemampuan anak yang dilihat dari sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan

berupa metode permainan tradisional egrang.

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif (Deskriptif Statistic)


Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sebelum_perlakuan 15 3 9 5.60 2.131


Sesudah_perlakuan 15 4 12 8.73 2.086
Valid N (listwise) 15

Sesuai tabel 4.12 dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan anak

sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan, yakni 5,6 meningkat menjadi 8,73.

Sedangkan, nilai tertinggi sebelum maupun sesudah perlakuan, yakni 9 menjadi

12. Untuk nilai terendah sebelum maupun sesudah perlakuan, yakni 3 kemudian
57

menjadi 4. Selanjutnya, standar devisiasi sebelum maupun sesudah diberikan

perlakuan, yakni 2,131 menurun menjadi 2,086.

4.1.4 Analisis Inferensial (persyaratan)

Sebelum data diolah ke uji t, terlebih dahulu harus diuji normalitas. Uji

normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data

yang nantinya hal ini menjadi penting untuk diketahui karena berkaitan dengan uji

statistik yang tepat untuk digunakan. Berikut di bawah ini tabel uji normalitas

Tabel 4.13 Uji Normality (Test of Normality)


Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.

Sebelum_perlakuan .908 15 .125


Sesudah_perlakuan .897 15 .087

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Sesuai tabel 4.13, dapat diketahui nilai df untuk sebelum dan sesudah

perlakuan adalah 15, maka itu artinya sampel data kurang dari 50. Penggunaan

teknik Shapiro-Wilk mendeteksi kenormalan dalam penelitian ini, bisa dikatakan

sudah tepat. Kemudian dari tabel di atas juga, diketahui nilai signifikansi, untuk

kegiatan sebelum perlakuan sebesar 0,125 dan nilai sig untuk kegiatan sesudah

diberikan perlakuan 0,087, karena nilai sig untuk kedua perlakuan tersebut >0,05,

maka sebagian besar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Shapiro-Wilk

di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian sebelum dan sesudah

perlakuan berdistribusi normal.


58

Tabel 4.14 Paired Samples Test


Paired Samples Test
Paired Differences
Sig. (2-
Mean Std. Std. Error t df
tailed)
Deviation Mean

Sebelum_perlakuan - -3,133 1.641 .423 -7,392 14 .000


Pair 1
Sesudah_perlakuan

Sesuai tabel 4.14 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah sebesar -7,392

pada uji t tanda plus minus tidak diperhatikan sehingga nilai 7,392 > 1,761, maka

dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, berarti metode permainan

tradisional egrang sangat berpengaruh terhadap kemampuan motorik kasar anak di

Kelompok B TK Al-khairat Kaleke.

Berdasarkan perbandingan diketahui nilai signifikan 0,00 < 0,05 sesuai

dengan dasar kemampuan keputusan dalam paired samples test, maka dapat

disimpulkan bahwa metode permainan tradisional egrang mempunyai pengaruh

secara signifikan terhadap pengembangan kemampuan motorik kasar anak di

Kelompok B TK Al-khairat Kaleke.

4.2 Pembahasan

Bagian ini membahas mengenai gambaran penerapan permainan tradisional

egrang batok kelapa, gambaran motorik kasar anak dengan tiga aspek yang

diamati, dan gambaran dua variabel, yaitu pengaruh antara permainan tradisional

egrang batok kelapa dan motorik kasar. Selain membahas dan menjawab ketiga

rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti juga membahas hal wawancara

peneliti dengan guru kelas yang berada di kelompok B mengenai pelaksanaan


59

permainan tradisional egrang batok kelapa sebelum maupun sesudah diberikan

perlakua, terkait pengaruh pengembangan motorik kasar.

Hasil penelitian yang dilakukan pada anak didik di kelompok B TK Al-

khairaat kaleke, untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini dikaitkan

dengan 3 aspek yang diamati, aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok

kelapa, aspek keseimbangan saat berjalan dengan egrang batok kelapa, kelincahan

berjalan dengan egrang batok kelapa.

4.2.1 Penerapan Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa

Dari hasil penelitian yang saya lakukan bahwa terdapat kurangnya

kemampuan motorik kasar anak, terlihat pada saat kegiatan olahraga senam anak

sering terjatuh, dan anak kaku dalam menggerakkan badan, dari sinilah saya

termotivasi untuk menerapkan permainan tradisional egrang batok kelapa agar

dapat mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak, untuk melihat,

kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa, keseimbangan berjalan diatas

egrang batok kelapa tanpa jatuh, dan kelincahan berjalan dengan egrang batok

kelapa.

Untuk menjawab tentang penerapan permainan tradisonal egrang batok

kelapa di kelompok B TK Al-khairaat kaleke, peneliti menyimpulkan bahwa

penerapan permainan tradisional egrang batok kelapa di kelompok B TK Al-

khairaat kaleke sangat baik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan

motorik anak, sebab anak mempu bergerak dalam melatih motorik kasarnya, aktif

dan senang dengan kegiatan egrang batok kelapa yang di berikan.


60

Menurut Keen Achroni (2012: 46) menyatakan bahwa manfaat permainan

tradisional egrang batok kelapa adalah mengembangkan kemampuan motorik

anak. Permainan tradisional syarat dan gerakan, seperti melompat, berlari, dan

berjalan dengan alat, berakan tubuh, atau gerakan tangan. Juga melibatkan anak

dalam proses pembuatan mainan. Gerakan-gerakan aktivitas ini bermanfaat untuk

mengembangkan kemampuan motorik anak, baik motorik halus atau motorik

kasar.

Permainan tradisional egrang batok kelapa membutuhkan keseimbangan

saat berjalan, jika tidak memiliki keseimbangan maka akan cenderung goyang dan

bisa terjatuh saat berjalan, permainan ini juga dapat mengembangkan motorik

kasar seperti kemampuan berdiri diatas batok kelapa, kemampuan berjalan dengan

batok kelapa, dan kelincahan berjalan dengan batok kelapa.

4.2.2 Kemampuan Motorik Kasar

Selama penelitian ini, peneliti juga mempunyai tujuan untuk mengetahui

perkembangan motorik kasar anak di kelompok B TK Al-khairaat Kaleke.

Adapun cara yang dilakukan peneliti, yaitu melakukan kerjasama dengan guru

sebagai cara untuk mengetahui motorik kasar anak.

menurut Hadis (2013:1.13) bahwa “untuk merangsang motorik kasar anak

dapat dilakukan dengan melatih anak meloncat, memanjat, memeras, bersiul,

membuat ekspresi, muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri diatas

satu kaki, berjalan di titian, dan sebagainya”.

Penjelasan berikut yang dibahas adalah tiga aspek terkait dengan

kemampuan motorik kasar anak dalam melakukan permainan tradisional egrang


61

batok kelapa, antara lain kemampuan berdiri di atas egrang batok kelapa,

kemampuan berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh, dan kelincahan

berjalan dengan egrang batok kelapa.

4.2.2.1 Aspek Kemampuan Berdiri Diatas Egrang Batok Kelapa

Aspek pertama dalam pengembangan motorik kasar adalah aspek

kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa. Menurut Walkey (2011:3.17)

menyatakan “perkembangan dalam kegiatan program pengembangan seperti

mencoba berdiri sendiri dengan berpegangan, membantu anak berdiri di dekat

tempat yang ada pegangannya diharapkan anak dapat berdiri dengan berpegang”.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sebelum diberikan permainan egrang

batok kelapa, dapat dilihat bahwa dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian,

pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa, tidak terdapat anak

dalam kategori 4 atau BSB, ada 3 anak (20%) kategori BSH, terdapat 5 anak

(33,33%) kategori MB, dan ada 7 anak (46,67%) kategori BB, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa di

kelompok B TK Al-khiraat kaleke secara umum belum berkembang.

Dari pengamatan akhir setelah diberikan permainan tradisional egrang batok

kelapa diperoleh hasil yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari presentase

sesudah diberikan perlakuan yaitu aspek berdiri diatas egrang batok kelapa,

terdapat 3 anak (20%) kategori BSB, ada 9 anak (60%) dalam kategori BSH, ada

2 anak (13,33%) kategori MB, dan ada 1 anak (6,67%) kategori BB.

berdasarkan perolehan hasil pengamatan permaian tradisional egrang batok

kelapa dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar


62

anak, permainan tradisional egrang batok ini sangat penting diberikan kepada

anak untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

4.2.2.2 Aspek Berjalan diatas Egrang Batok Kelapa Tanpa Jatuh

Aspek kedua dari kemampuan motorik kasar anak yang diamati dalam

penelitian ini adalah aspek kemampuan berjalan dengan egrang batok kelapa

tanpa jatuh. Menurut Bambang Sujiono. Dkk dalam Metode Pengembangan Fisik

(2010:5.7) bahwa:

Berjalan adalah suatu gerakan melangkah ke segala arah yang dilakukan

oleh siapa saja dan tdiak mengenal usia. Namun demikian gerakan jalan yang

tidak diperhatikan pada masa usia dini dikhawatirkan akan terjadi kelainan dalam

berjalan di kemudian hari. Untuk itu, gerak berjalan harus di sosialisasikan sejak

kecil dengan cara bermain, baik itu dalam kelompok kecil maupun besar.

Kemampuan motorik kasar anak juga dapat dilihat dari kemampuan anak

berjalan menggunakan egrang batok kelapa. Kemampuan motorik kasar anak

dikatakan baik, apabila anak mampu berjalan di atas egrang batok kelapa tanpa

jatuh.Aspek kedua dalam pengembangan motorik kasar adalah aspek berjalan

diatas egrang batok kelapa.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sebelum diberikan permainan egrang

batok kelapa, dapat dilihat bahwa dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian,

pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa, tidak terdapat anak

dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 4 anak (26,67%) kategori

Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 4 anak (26,67%) kategori Mulai

Berkembang (MB), dan ada 7 anak (46,67%) kategori Belum Berkembang (BB),
63

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berdiri diatas

egrang batok kelapa di kelompok B TK Al-khiraat kaleke secara umum belum

berkembang.

Dari pengamatan akhir setelah diberikan permainan tradisional egrang batok

kelapa diperoleh hasil yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari presentase

sesudah diberikan perlakuan yaitu aspek berdiri diatas egrang batok kelapa,

terdapat 2 anak (13.33%) kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 9 anak

(60%) dalam kategori Berkemang Sesuai Harapan (BSH), ada 3 anak (20%)

kategori Mulai Berkembang (MB), dan ada 1 anak (6,67%) kategori Belum

Berkembang (BB).

berdasarkan perolehan hasil pengamatan permaian tradisional egrang batok

kelapa dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak, permainan tradisional egrang batok ini sangat penting diberikan kepada

anak untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

4.2.2.3 Aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa

Aspek terakhir dari kemampuan motorik kasar anak yang diamati dalam

penelitian ini adalah aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa.

Dimana anak mampu memainkan egrang batok kelapa dengan lincah saat

berjalan. Menurut Bambang Sujiono. Dkk dalam Metode Pengembangan Fisik

(2011: 7,4) bahwa “Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk

bergerak secara cepat. Komponen kelincahan melakukan gerak perubahan arah

secara cepat, berlari cepat, kemudian berhenti secara mendadak, dan kecepatan

bereaksi”.
64

Berdasarkan tabel hasil pengamatan sebelum diberikan permainan egrang

batok kelapa, dapat dilihat bahwa dari 15 anak yang menjadi subjek penelitian,

pada aspek kemampuan berdiri diatas egrang batok kelapa, terdapat 1 anak

(6,67%) kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 4 anak (26,67%) kategori

Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 5 anak (33,33%) kategori Mulai

Berkembang (MB), dan ada 5 anak (33,33%) kategori Belum Berkembang (BB),

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan berdiri diatas

egrang batok kelapa di kelompok B TK Al-khiraat kaleke secara umum belum

berkembang.

Dari pengamatan akhir setelah diberikan permainan tradisional egrang batok

kelapa diperoleh hasil yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari presentase

sesudah diberikan perlakuan yaitu aspek berdiri diatas egrang batok kelapa,

terdapat 3 anak (20%) kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 9 anak

(60%) dalam kategori Berkemang Sesuai Harapan (BSH), ada 3 anak (20%)

kategori Mulai Berkembang (MB), dan tidak ada anak dalam kategori Belum

Berkembang (BB).

Berdasarkan perolehan hasil pengamatan permaian tradisional egrang batok

kelapa dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

anak, permainan tradisional egrang batok ini sangat penting diberikan kepada

anak untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.


65

4.2.3 Pengaruh Permainan Tradisional Egrang Batok Kelapa Terhadap

Kemampuan Motorik Kasar Anak

Motorik kasar dalam penelitian ini yaitu merupakan aktivitas yang penuh

stimulasi terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti halnya

masa kecil merupakan masa keemasan anak dan sebagai pelajar sejati, anak-anak

tidak hanya membutuhkan suasana yang nyamandan menyenangkan. Bermain

egrang batok kelapa biasanya berkaitan dengan dunia bermain anak yang penuh

dengan keceriaan. Egrang batok kelapa juga bertujuan untuk mengembangkan

motorik kasar anak untuk dapat dilihat dari aspek, yaitu kemampuan berdiri diatas

egrang batok kelapa, kemampuan berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa

jatuh, kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa.

Menurut Lahay dkk (2013), “permainan egrang tempurung kelapa memiliki

manfaat untuk mengembangkan mengontrol gerakan motorik anak. Selain itu

permainan egrang tempurung kelapa juga akan meningkatkan kemampuan otot

tungkai, kaki, lengan dan tangan sehingga dapat melatih keseimbangan serta

kelenturan tubuh”. Saat bermain egrang tempurung kelapa, anak harus berjalan

diatas tempurung kelapa yang memiliki luas permukaan dengan diameter sekitar

kurang lebih dari 10 cm, sehingga keseimbangan dibutuhkan untuk bermain

permainan ini.

Menurut Keen Achroni (2012: 116) dalam mengoptimalkan tumbuh

kembang anak melalui permainan tradisional dan manfaat dari permainan egrang

batok kelapa yaitu: Memberikan kegembiraan pada anak, mengasah kreativitas

anak, melatih motorik kasar anak, melatih ketekunan dan kesabaran anak, melatih
66

semangat anak berkompetensi secara sehat, melatih anak untuk berhemat dengan

mengurangi pengeluaran untuk membeli mainan, dan mendekatkan anak pada

alam, melalui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat mainan (mengasuh

kecerdasan naturalis anak).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh perkembangan motorik

kasar anak di kelompok B TK Al-khairaat Kaleke, hal ini dapat diliat bahwa

masing-masing anak memiliki perkembangan motorik kasar yang berbeda-beda.

Subyek penelitian yang berjumlah 15 anak dengan tiga aspek yang diamati,

diperoleh hasil bahwa hanya sebagian anak didik yang memiliki motorik kasar

anak yang belum berkembang. Adapun aspek yang digunakan untuk mengetahui

perkembangan motorik kasar anak dalam penelitian ini, yaitu aspek kemampuan

berdiri diatas egrang batok kelapa, kemampuan berjalan dengan egrang batok

kelapa tanpa jatuh, kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa. Terjadi

perubahan perkembangan yang meningkat pada anak kelompok B TK Al-khairaat

Kaleke. Jika dilihat dari nilai uji t dapat dijelaskan bahwa nilai t hitung adalah

sebesar -7,392 dengan signifikan 0,087. Karena sig < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat pengaruh antara

permainan tradisional egrang batok kelapa terhadap kemampuan motorik kasar

anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, di kelompok B TK Al-

khairaat Kaleke, mengenai pengaruh permainan tradisional egrang batok kelapa

terhadap perkembangan motorik kasar anak, dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan bermain egrang batok kelapa diterapkan selama 2 minggu

penelitian dengan subyek penelitian berjumlah 15 orang anak.

2. Kemampuan motorik kasar anak di kelompok B TK Al-khairaat Kaleke

sudah berkembang sesuai harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan

permainan tradisional egrang batok kelapa yang terjadi selama kegiatan.

Adanya pengaruh pada masing-masing aspek yang di amati, yaitu aspek

keseimbangan tubuh, kecepatan berjalan, dan kekuatan kaki.

3. Ada pengaruh bermain egrang batok kelapa terhadap motorik kasar anak

pada kelompok B TK Al-khairaat Kaleke. Jika dilihat nilai uji t dapat di

jelaskan bahwa nilai t hitung sebesar -7,392 dengan signifikan 0,00. Karena

sig < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa metode permainan tradisional

egrang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perkembangan

kemampuan motorik kasar anak di Kelompok B TK Al-khairaat Kaleke.

67
68

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu tentang pengaruh

permainan tradisional egrang batok kelapa terhadap pekembangan motorik kasar

anak, yaitu peneliti mengemukakan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Anak, saat proses bermain anak diharapkan mampu dalam melakukan

kegiatan egrang batok kelapa seperti keseimbangan tubuh, kecepatan

berjalan, kekuatan kaki anak.

2. Guru, pada saat proses pembelajaran setidaknya guru memberikan metode

pembelajaran yang menarik, kreatif dan menyengkan untukmeningkatkan

kemampuan motorik kasar anak.

3. Kepala TK, peran serta dukungan kepala sekolah sebagai pihak yang

dianggap paling dekat dan berpengaruh untuk mengembangkan dan

mengevaluasi kemampuan guru dalam melaksanakan metode pembelajaran

yang dapat meningkatkan motorik kasar anak.

4. Peneliti lain, sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang

penelitian yang sama atau berbeda dalam penerapan metode.

5. Peneliti, untuk menambah pengetahuan, keterampilan, pengalaman serta

untuk mengetahui pengaruh bermain egrang batok kelapa terhadap

kemampuan motorik kasar anak.


DAFTAR PUSTAKA

Achroni & Keen. (2012). Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui


Permainan Tradisional. Cet.1 Yogyakarta: Javalitera
Aisyahsiti. (2013). Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia
dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Askalin. (2013). 100 Permainan Dan Perlombaan Rakyat. Yogjakarta: Nyo-nyo.
Bangsawan, Irwan P. R. (2019). Direktori Permainan Tradisional. Sumatera
Selatan: Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata
Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Di Sekolah.
Yogyakarta: Di Press
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU RI N0.20 Tahun 2003) dan Peraturan Pelaksanaannya.
Jakarta: Depdiknas.
Evi, A. (2016). Pengaruh permainan tradisional lompat tali terhadap kemampuan
motorik kasar anaj di kelompok B TK Nurul Khairat Surumana. Skripsi
Sarjana Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
Tidak Di terbitkan
Fitri, R., & Imansari, M. L. (2020). Permainan Karpet Engkle: Aktivitas Motorik
untuk Meningkatkan Keseimbangan Tubuh Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1186–1198
Hadini, N. (2017). Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Anak Usia Dini
Melalui Kegiatan Permainan Kartu Kata Di TK Al-Fauzan Desa
Ciharashas Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Empowerment, 6.
Harlock, B. Elizabeth. (2006). Perkembangan Anak Jilid 1. (Terjemahan: Med
Meitasari Tjandrasa bad Muchlihah Zarkasih). Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama.
Isra, A. (2016). Pengaruh permainan tradisional engklek terhadap kemampuan
motorik kasar anak di kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli.
Skripsi Sarjana pada Pada Fakultas Keguruan DAN Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako. Tidak Di terbitkan.
Ismail, A. (2009). Education games, panduan praktis permainan yang menjadikan
anak anda cerdas, kreatif dan saleh. Yogyakarta:Pro-U media
Ismoko, A. P. 2019. Pengaruh Permainan Tradisional Terhadap Perkembangan
Motorik Anak. Jurnal Pendidikan Jasmani 2 (1):146-154
Mahmud, B. (2014). PENINGKATAN Kemampuan Motorik Kasar Melalui
Permainan Tradisional Sulawesi Selatan. Pascasarjana Universitas negeri 1
jakarta. Tidak diterbitkan
Mansur. (2011). Pendidikan anak usia dini dalam islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mulyani, Y & B. Juliskan G. (2007). Kemampuan Fisik, Seni Dan Menejemen
Diri. Jakarta: PT Alex Media komputindo
Mulyani & Novi. (2018). Perkembangan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.

69
70

PERMENDIKBUD, (2014) Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan


tentang Standar pendidikan anak usia dini. Jakarta : PERMENDIKBUD
Siahaan, Hasnah. (2014). Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia
Dini Melalui Metode Bermain Egrang Batok Kelapa Di Ra Al-Hidayah
Medan. (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Negeri Media
Sujiono, Bambang dkk. (2011). Metode Pengembangan Fisik, Jakarta: Universitas
Terbuka
Wiyani, Novan A. (2013). Bina Karakter Anak Usia Dini. Yogyajakarta: Ar-Ruzz
Media
Yus &Anita. (2011). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-
Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Group
LAMPIRAN
72

Lampiran 1

HASIL WAWANCARA
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG BATOK KELAPA
TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B
DI TK AL-KHAIRAAT KALEKE

A. Identitas

Nama : Rosdalimah S.Pd

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Guru

Umur : 54 Tahun

Lokasi : TK Al-khairaat Kaleke

B. Pertanyaan

1. Apa yang ibu ketahui mengenai permainan egrang batok kelapa?

Jawab :

seperti yang dikatakan ibu Rosdalimah S.pd dengan peneliti bahwa

permainan tradisional egrang batok kelapa adalah sebuah permainan yang

dimainkan dengan berjalan meggunakan alat yang terbuat dari tempurung

kelapa.

2. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak terkait permainan egrang batok

kelapa?

Jawab :

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa kemampuan motorik kasar anak di

kelompok B TK Al-khairaat kaleke ini sudah mulai berkembang dengan

baik walaupun masih ada beberapa anak yang setiap motorik kasar masih

dibantu oleh guru.


73

3. Bagaimana cara ibu melakukan/memberikan penjelasan mengenai

permainan egrang batok kelapa?

Jawab :

Cara melakukan atau memberikan penjelan tentang permainan tradisional

egrang batok kelapa kepada anak dengan cara, memperlihatkan,

memperhatikan serta guru memberikan contoh cara memainkan egrang

batok kelapa pada anak kemudian apa yang guru contohkan cara

memainkannya tersebut dapat anak lakukan dengan baik.

4. Menurut ibu, apakah permainan egrang batok kelapa membuat anak tertarik

memainkannya?

Jawab :

Permainan egrang batok kelapa membuat anak tertarik karena pada dasarnya

anak suka bermain karena dapat memberikan kegembiraan dan tidak

membosankan. Selain itu, permainan yang diberikan haruslah mendidik.

Ada peningkatan karena ketika anak-anak langsung melihat dan

mempraktekannya. Ketika anak diperintahkan oleh guru mengulang kembali

permainan anak mampu melakukannya.

5. Apa manfaat permainan egrang batok kelapa bagi anak?

Jawab :

Manfaat dari permainan tradisional egrang batok kelapa yaitu dapat melatih

motorik kasar anak seperti keseimbangan berjalan, meningkatkan

kekompakan anak, dan mengasah keberanian anak.


74

Lampiran 2

DATA SAMPEL PENELITIAN

No. Nama Anak Jenis Kelamin

1 A1 Perempuan

2 A2 Laki-laki

3 A3 Perempuan

4 A4 Laki-laki

5 A5 Laki-laki

6 F1 Laki-laki

7 G1 Laki-laki

8 H1 Perempuan

9 N1 Perempuan

10 P1 Perempuan

11 R1 Laki-laki

12 R2 Perempuan

13 R3 Laki-laki

14 S1 Perempuan

15 S2 Perempuan
75

Lampiran 3

Data Pengamatan Motorik Kasar Anak Sebelum diberikan Perlakuan

Aspek Yang Diamati


Kemampuan Kemampuan Kelincahan
Nama Nilai Akhir
berdiri diatas berjalan dengan berjalan dengan
Anak Kemampuan
egrang batok egrang batok kelapa egrang batok
kelapa tanpa jatuh kelapa
R1 3 3 3 9
R2 1 1 1 3
R3 2 1 4 7
R4 3 3 3 9
R5 2 1 1 4
R6 3 2 3 8
R7 1 1 1 3
R8 1 2 2 5
R9 2 3 2 7
R10 1 1 2 4
R11 1 1 1 3
R12 2 1 1 4
R13 1 2 3 6
R14 1 2 2 5
R15 2 3 2 7
Keterangan :

4 : Berkembang Sangat Baik (BSB) Nilai Tertinggi :9


3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Nilai Terendah :3
2 : Mulai Berkembang (MB)
1 : Belum Berkembang (BB)
76

Lampiran 4

Data Pengamatan Motorik Kasar Anak Sesudah di Berikan Perlakuan

Aspek Yang Diamati


Nama Kemampuan Kelincahan Nilai Akhir
berjalan egrang
Anak berdiri diatas berjalan dengan Kemampuan
batok kelapa
egrang batok egrang batok
tanpa terjatuh
kelapa kelapa
R1 4 4 4 12
R2 2 2 2 6
R3 4 3 4 11
R4 3 3 3 9
R5 3 3 3 9
R6 3 3 4 10
R7 3 3 3 9
R8 3 3 3 9
R9 3 3 3 9
R10 3 2 3 8
R11 1 1 2 4
R12 2 2 2 6
R13 4 4 3 11
R14 3 3 3 9
R15 3 3 3 9
Keterangan :

4 : Berkembang Sangat Baik (BSB) Nilai Tertinggi : 12


4 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Nilai Terendah :4
3 : Mulai Berkembang (MB)
1 : Belum Berkembang (BB)
77

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN MOTORIK KASAR ANAK


SEBELUM DIBERIKAN PERLAKUAN

Nama TK : TK AL-KHAIRAAT KALEKE

Kelompok :B

Petunjuk : 1. Pengamanan yang ditunjukan pada anak memberikan tanda cek

Aspek yang diamati


Kemampuan berdiri Kemampuan berjalan Kelincahan berjalan
Nama
NO diatas egrang batok dengan egrang batok dengan egrang batok
Anak
kelapa kelapa tanpa terjatuh kelapa
BSB BSH MB BB BSB BSH MB BB BSB BSH MB BB
1 Asyifa   
2 Alfaruq   
3 Ayla   
4 Albihan   
5 Abuzar   
6 Firza   
7 Gibran   
8 Halifah   
9 NurAzani   
10 Putri   
11 Rahmat   
12 Rifana   
13 Reza   
14 Syakira   
15 Silmi   
Keterangan :

BSB : Berkembang Sangat Baik Peneliti


BSH : Berkembang Sesuai Harapan
MB : Mulai Berkembang
BB : Belum Berkembang

Sindi Rahmatia
A 411 17 024
78

Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN MOTORIK KASAR ANAK

SESUDAH DIBERIKAN PERLAKUAN

Nama TK : TK AL-KHAIRAAT KALEKE

Kelompok :B

Petunjuk : 1. Pengamanan yang ditunjukan pada anak memberikan tanda cek

Aspek yang diamati


Nama
NO Keseimbangan tubuh Kecepatan berjalan Kekuatan Kaki
Anak
BSB BSH MB BB BSB BSH MB BB BSB BSH MB BB
1 Asyifa   
2 Alfaruq   
3 Ayla   
4 Albihan   
5 Abuzar   
6 Firza   
7 Gibran   
8 Halifah   
9 NurAzani   
10 Putri   
11 Rahmat   
12 Rifana   
13 Reza   
14 Syakira    
15 Silmi   
Keterangan :

BSB : Berkembang Sangat Baik Peneliti


BSH : Berkembang Sesuai Harapan
MB : Mulai Berkembang
BB : Belum Berkembang

Sindi Rahmatia
A 411 17 024
79

RUBRIK PENILAIAN ANAK DIDIK

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL EGRANG BATOK KELAPA


TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK
B TK AL-KHAIRAAT KALEKE

1. Aspek kemampuan keseimbangan berdiri di atas egrang batok kelapa


NO Kategori Indikator
1 Berkembang sangat baik Apabila anak dapat seimbang berdiri di atas
(BSB) Egrang batok kelapa selama lebih dari 5
menit.
2 Berkembang sesuai harapan Apabila anak dapat seimbang berdiri di atas
(BSH) egrang batok kelapa selama 4-5 menit.
3 Mulai berkembang Apabila anak dapat seimbang berdiri di atas
(MB) egrang batok kelapa selama 1-3 menit.
4 Belum berkembang Apabila anak belum bisa seimbang berdiri di
(BB) atas egrang batok kelapa
2. Aspek kemampuan berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa jatuh
NO Kategori Indikator
1 Berkembang sangat baik Apabila anak mampu berjalan dengan egrang
(BSB) batok kelapa dengan jarak lebih dari 5 meter.
2 Berkembang sesuai harapan Apabila anak mampu berjalan dengan egrang
(BSH) batok kelapa dengan jarak 4-5 meter.
3 Mulai berkembang Apabila anak mampu berjalan dengan egrang
(MB) batok kelapa dengan jarak 2-3 meter.
4 Belum berkembang Apabila anak mampu berjalan dengan egrang
(BB) batok kelapa dengan jarak ½-1 meter.
3. Aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa
NO Kategori indikator
1 Berkembang sangat baik Apabila anak mampu berjalan dengan cepat
(BSB) dan tidak terjatuh sampai ke batas finish
dengan jarak 5 meter menggunakan egrang
batok kelapa.
2 Berkembang sesuai harapan Apabila anak mampu berjalan dan tidak
(BSH) terjatuh menggunakan egrang batok kelapa.
3 Mulai berkembang Apabila anak berjalan dengan lambat dan
(MB) masih terjatuh menggunakan egrang batok
kelapa.
4 Belum berkembang Apabila anak masih sering terjatuh berjalan
(BB) menggunakan egrang batok kelapa.
80

LAMPIRAN 8

Dokumentasi Penelitian

1. Aspek kemampuan keseimbangan berdiri diatas egrang batok kelapa


81

2. Aspek kemampuan berjalan dengan egrang batok kelapa tanpa

jatuh
82

3. Aspek kelincahan berjalan dengan egrang batok kelapa


83

Dokumentasi Saat Wawancara


84

LAMPIRAN 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN


(RPPH)
TAHUN AJARAN 2021/2022

TAMAN KANAK-KANAK : TK AL-KHAIRAAT KALEKE


KELOMPOK USIA : B (5-6 TAHUN)
SEMESTER/MINGGU : II (DUA)/ II (DUA)
HARI, TANGGAL :
KELOMPOK USIA : 5 – 6 TAHUN
TEMA : BINATANG
SUB TEMA : BINATANG BUAS
SUB SUB TEMA : ULAR
Kompetensi Dasar (KD) :

MATERI PEMBELAJARAN

 Berbaris
 Salam dan doa belajar
 Mengenal perilaku baik dan santun sebagai cerminan akhlak mulia
 Berusaha tidak menyakiti atau membalas kekerasan
 Tanya jawab tentang hewan peliharaan “ular”
 Mewarnai gambar ukar
 Melingkari huruf “U”
 Menulis angka pada kotak kosong (gambar ular)
 Membuat kandang ular dari balok

KEGIATAN MAIN
 Bermain Egrang Batok Kelapa

ALAT DAN BAHAN

 Gambar ular
 LKA dan pensil tulis
 LKA dan pensil warna
 Batok Kelapa
85

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

A. KEGIATAN AWAL
 Salam dan doa sebelum kegiatan
 Tanya jawab tentang binatang buas “ular”
 Bercerita tentang “ular dan kancil”
 Bermain ular naga panjang
 Menjelaskan langkah-langkah mengerjakan tugas

B. KEGIATAN INTI
 Area seni
Mewarnai gambar ular
 Area bahasa
Melingkari huruf “U”
 Area matematika
Menuliskan angka pada kotak yang kosong (gambar ular)
 Area balok
Membuat kandang ular dari balok

C. ISTIRAHAT
 Cuci tangan
 Berdoa sebelum makan
 Makan bersama
 Berdoa sesudah makan
 Bermain dihalaman sekolah

D. KEGIATAN AKHIR
 Menanyakan perasaan selama hari ini
 Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dilakukan hari ini atau kegiatan hari ini
 Pesan-pesan
 Doa sesudah kegiatan
 Salam, pulang

Palu, 2022

Mengetahui,
Kepala TK Al-khairaat 1 Kaleke Peneliti

ENDANG SUNARTIN, S.Pd Sindi Rahmatia


Nip. 196508122007012021 Stb. A 411 17 024
86
87
88
89
90

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SINDI RAHMATIA


No. Stambuk : A 411 17 024
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil penelitian yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan
tulisan atau pikiran orang lain, yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil penelitian ini
hasil jiplakkan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Palu, April 2023


Yang Menyatakan,

Sindi Rahmatia
NIM. A 411 17 024
91

BIODATA PENULIS

A. PRIBADI
Nama : SINDI RAHMATIA
Tempat Tanggal Lahir : Kaleke, 12 Juni 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Orang Tua
Ayah : Amran Y. Korompot
Ibu : Djerni Saeho (Alm)
Agama : Islam
Alamat : Jl.Poros Palu – Bangga Desa Kaleke

B. PENDIDIKAN

1. TK : Tk Al-Khairaat 1 Kaleke

2. SD : SDN Inpres Kaleke

3. SMP : SMP Negeri 2 Sigi

4. SMA : SMA Negeri 7 Sigi

5. PT : Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai