Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH PENYULUHAN RISIKO PERNIKAHAN DINI

TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


KELAS XI DI SMAN 1 WIWIRANO
KONAWE UTARA TAHUN 2021

SKRIPSI

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Diploma IV Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH:

ASTIKA
P00312017003

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN RESIKO PERNIKAHAN DINI TERHADAP


PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMAN 1 WIWIRANO

Disusun dan diajukan oleh:

ASTIKA
P00312017003

Telah mendapatkan persetujuan dari Tim Pembimbing

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Hasmia Naningsi, SST, M.Keb Andi Malahayati N, S.Si.T, M.Keb

Nip. 197407191992122001 Nip. 198105072007012015

Mengetahui:

Ketua Jurusan Kebidanan

Sultina Sarita, SKM,M.Kes

Nip. 196806021992032003

ii
BIODATA PENULIS

A. Identitas

1. Nama : Astika

2. NIM : P00312017003

3. Tempat/Tanggal Lahir : Lamonae, 04 Agustus 1998

4. Anak ke : Satu dari 4 bersaudara

5. Suku/bangsa : Tolaki/Indonesia

6. Agama : Islam

7. Alamat : Desa Landawe Utama, Kec.

Wiwirano

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD Negeri 1 Landawe : Tahun 2011

2. Tamat SMP Negeri 5 Asera : Tahun 2014

3. Tamat SMA Negeri 1 Wiwirani : Tahun 2017

4. D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari : Tahun 2017 -

Sekarang

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur

penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa atas rahmat dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh

Penyuluhan Risiko Pernikahan Dini Terhadap Pengetahuan Remaja Putri di

Kelas XI SMAN 1 Wiwirano”.

Skripsi ini diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan Diploma IV Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Kendari. Perjalanan yang sangat panjang telah

ditempuh oleh penilis dalam rangka menyelesaikan studi. Oleh karena itu,

dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Askrening, SKM,M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Ibu Sultina Sarita, SKM,M.Kes selaku ketua jurusan Kebidanan

3. Ibu Hasmia Naningsi, SST, M.Keb Selaku ketua program studi D-IV

Kebidanan dan Pembimbing I saya yang telah banyak memberikan saya

ilmu dan pengetahuan hingga saat ini

4. Ibu Andi Malahayati N, S.Si.T, M.Keb Selaku Pembimbing II saya yang

juga banyak memberikan saya bimbingan

iv
5. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb Selaku Penguji I, Ibu DR. Nurmiaty, S.Si.T,

MPH Selaku Penguji II, dan Ibu Khalidatul Khair Anwar, SST,M.Keb

Selaku Penguji III.

6. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Wiwirano dan juga para guru yang telah

banyak membantu dalam penelitian saya.

7. Teristimewa kepada ibu, ayah dan Keluarga saya yang telah banyak

memberikan dukungan baik berupa materi dan juga doa kepada saya

sehingga saya bisa sampai ditahap ini. .

8. Sahabat kecilku Musafirah Amalia Rahmah, Kharin Adhisya dan Nurdianti

Syafwa yang telah banyak memberikan dukungan dan selalu menjadi

tempat berkeluh kesah.

9. Terima kasih juga kepada MeetUp: Sarfiani Ulan Person, Vanesha Dhava,

Dini Indrawati, Putri Ayu Ningsi, Ayu Yulianti, Dian Annisa Fitri, dan Ananto

wandha Handayani. Yang selalu menjadi pendengar setia dan selalu

membantu dalam hal apapun.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga

tugas akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu kedepannya

Aamiin Allahuma Aamiin.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

BIODATA PENULIS iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

ABSTRAK xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan 6
D. Manfaat Penulisan 6
E. Keaslian Penulisan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

A. Tinjauan Pustaka 10
1. Tinjauan tentang Penyuluhan 10
2. Tinjauan tentang Pengetahuan 14
3. Tinjauan tentang Pernikahan Dini 19
B. Landasan Teori 30

vi
C. Kerangka Teori 33
D. Kerangka Konsep 33
E. Hipotesis 34

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 35

A. Jenis Penelitian 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian 36
C. Populasi dan Sampel 36
D. Identifikasi Variabel Penelitian 36
E. Definisi Operasional 37
F. Intsrumen Penelitian 38
G. Alur Penelitian 39
H. Pengolahan dan Analisis Data 39
I. Etika Penelitian 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44

A. Gambaran Umum Penelitian 44


B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 44
C. Hasil 45
D. Pembahasan 47

BAB V PENUTUP 49

A. Kesimpulan 49
B. Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori 33

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 33

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 39

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain penelitian one group pretes-posttest 36

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur 45

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja putrid kelas XI di

SMAN 1 Wiwirano 45

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

2. Kuesioner Penelitian

3. Master Tabel

4. Hasil Perhitungan Uji Statistik dengan SPSS 28

5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan

Provinsi Sulawesi Tenggara

7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 1

Wiwirano

8. Dokumentasi Penelitian

x
ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN RISIKO PERNIKAHAN DINI TERHADAP


PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA NEGERI 1
WIWIRANO KONAWE UTARA TAHUN 2021
Astika¹, Hasmiana Ningsi², Andi Malahayati N²
Latar Belakang: Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan remaja
di bawah usia 20 tahun yang belum siap untuk melaksanakan pernikahan.
Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia dengan
berbagai latar belakang. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap pengetahuan remaja
putri kelas XI SMA Negeri 1 Wiwirano. Metode Penelitian : Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen tanpa kelompok
control dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest. Data analisis
dengan Uji Wilcoxon dan diolah menggunakan SPSS statistik 28. Hasil
Penelitian: menunjukkan sebagian besar remaja putri SMA Negeri 1
Wiwirano pengetahuan baik sebanyak 36 orang (60%), berpengetahuan
cukup sebanyak 17 orang (28,3%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 7
orang (11,6%). Berdasarkan hasil uji analisis atau output dari SPSS
menunjukkan bahwa penelitian dari 60 responden diperoleh nilai signifikansi
(p) sebesar 0.001 (P < 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap pengetahuan remaja putri kelas
XI. Kesimpulan : ada pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap
pengetahuan remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Wiwirano.
Kata Kunci: Pernikahan dini dan Pengetahuan
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari

Abstract
THE EFFECT OF EARLY MARRIAGE RISK EDUCATION ON THE
KNOWLEDGE OF ADOLESCENT WOMEN OF CLASS XI IN
SMA NEGERI 1 WIWIRANO KONAWE UTARA, 2021

Astika¹, Hasmiana Ningsi², Andi Malahayati N²


Background: Early marriage is a marriage carried out by teenagers under
the age of 20 who are not ready to carry out marriage. Cases of early
marriage occur in many parts of the world with various backgrounds.

xi
Purpose: This study aims to determine the effect of counseling on the risk of
early marriage on the knowledge of adolescent girls in class XI SMA Negeri 1
Wiwirano. Research Methods: The method used in this study is a quasi-
experimental without a control group with the One Group Pretest-Posttest
approach. Data analysis using the Wilcoxon test and processed using SPSS
statistics 28. Results: It shows that most of the young women of SMA Negeri
1 Wiwirano have good knowledge as many as 36 people (60%), have
sufficient knowledge as many as 17 people (28.3%), and have less
knowledge as many as 7 people (11.6%). Based on the results of the analysis
test or the output of SPSS, it shows that the research from 60 respondents
obtained a significance value (p) of 0.001 (P < 0.05) which indicates that
there is an effect of counseling on the risk of early marriage on the knowledge
of adolescent girls in class XI. Conclusion: there is an effect of counseling
on the risk of early marriage on the knowledge of class XI teenage girls at
SMA Negeri 1 Wiwirano.
Keywords: Early marriage and Knowledge
1. Students of the Kendari Ministry of Health Polytechnic Department of
Midwifery
2. Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji yang dirayakan

atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan

perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial.

Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut

tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial.

Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan

dengan aturan atau hukum agama tertentu pula (Dini & Nurhelita,

2020).

Early Marriage (pernikahan dini) diartikan sebagai ikatan yang

disahkan secara hukum antara dua lain jenis untuk membentuk

sebuah keluarga berada di bawah batas umur dewasa atau

pernikahan yang melibatkan satu atau dua pihak yang masih anak-

anak dengan terpaksa atau tidak terpaksa. Pernikahan dini sering

berujung pada kerugian baik dari segi kesehatan maupun

perkembangan bagi pihak perempuan, juga menjadi isu pelanggaran

Hak Asasi Manusia (HAM) yang terabaikan secara luas serta biasanya

dikaitkan dengan sosial dan fisik membawa dampak buruk bagi

perempuan muda dan keturunan mereka (Fadlyana & Larasaty, 2016)

1
2

Pernikahan usia dini telah banyak berkurang di berbagai

belahan negara dalam tiga puluh tahun terakhir, namun pada

kenyataannya masih banyak terjadi di negara berkembang terutama di

pelosok terpencil. Pernikahan usia dini terjadi baik di daerah pedesaan

maupun perkotaan di Indonesia serta meliputi berbagai strata ekonomi

dengan beragam latar belakang (Fadlyana & Larasaty, 2016).

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan remaja di

bawah usia 20 tahun yang belum siap untuk melaksanakan

pernikahan. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai

penjuru dunia dengan berbagai latar belakang. Telah menjadi

perhatian komunitas internasional mengingat risiko yang timbul akibat

pernikahan yang dipaksakan, hubungan seksual pada usia dini,

kehamilan pada usia muda, dan infeksi penyakit menular seksual

(Sutarto, 2020).

Secara global, praktik perkawinan anak terus menurun di

berbagai negara di dunia. Data UNICEF pada tahun 2018

memperkirakan sekitar 21% perempuan muda (usia 20 hingga 24

tahun) melangsungkan perkawinan pada usia anak-anak. Angka ini

mengalami penurunan dibandingkan sepuluh tahun yang lalu yang

mencapai 25%. Pengurangan ini juga menandai percepatan tren yang

terjadi di banyak negara. Selama dekade terakhir, diperkirakan


3

sebanyak 25 juta perkawinan anak telah dapat dicegah melalui

berbagai upaya yang efektif (Badan Pusat Statistik, 2020).

Indonesia adalah negara dengan pernikahan usia muda tinggi

di dunia (rangking 37) serta tertinggi kedua di ASEAN setelah

Kamboja (Amelia, 2017)

Terdapat lebih dari satu juta perempuan di Indonesia yang

berusia 20-24 tahun yang perkawinan pertamanya terjadi pada usia

kurang dari 18 tahun (1,2 juta jiwa). Sedangkan perempuan usia 20-24

tahun yang melangsungkan perkawinan pertama sebelum berusia 15

tahun tercatat sebanyak 61,3 ribu perempuan (Badan Pusat Statistik,

2020).

Hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara

pada tahun 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pernikahan

usia dini di umur 16 tahun ke bawah dengan persentase 17,07%,

sedangkan pernikahan diusia 17—20 tahun berada dalam angka

45,62% dan di usia 21 tahun keatas adalah 37,31% (BPS, 2018)

Banyak faktor yang menyebabkan adanya pernikahan dini,

diantaranya faktor ekonomi lebih banyak dilakukan dari keluarga

miskin dengan alasan dapat mengurangi beban tanggungan dari orang

tua dan mensejahterakan remaja yang dinikahkan dan biasanya


4

adanya keterpaksaan untuk melakukan pernikahan dini (Mulyati &

Cahyati, 2020).

Risiko komplikasi yang terjadi di saat kehamilan dan saat

persalinan pada usia muda, sehingga berperan meningkatkan angka

kematian ibu dan bayi. Selain itu, pernikahan di usia dini juga dapat

menyebabkan gangguan perkembangan kepribadian dan

menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap kejadian

kekerasan dan keterlantaran (Amelia, 2017)

Undang-undang perkawinan No.16 tahun 2019 pasal 7 bahwa

perkawinan diijinkan bila pria dan wanita sudah mencapai umur 19

tahun (Kumolo, 2019).

Secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses

menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan

seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian

melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan

yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya

sampai membahayakan jiwa anak (Sutarto, 2020).

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang

hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis

berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan


5

murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang

dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya (Hidayah, 2019)

Tindakan preventif dan promotif sebagai upaya menekan

tingginya angka pernikahan dini pada remaja putri adalah dengan

melakukan promosi kesehatan, salah satunya menggunakan metode

ceramah atau penyuluhan. Metode ceramah atau penyuluhan

digunakan karena memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan

metode media massa. Penyampaian informasi tanpa media memang

memiliki dampak positif yang lebih cepat tapi tidak dapat berlangsung

lama (Ramadhani & Adi, 2020)

Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya

mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada

aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran), sehingga

pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang

diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya

akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan

(Saparini, 2017)

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan

masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan

perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau

keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Saparini, 2017).


6

Berdasarkan data awal yang telah dilihat di SMAN 1 Wiwirano

angka pernikahan dini dari tahun 2017-2020 cukup tinggi yaitu

terdapat 25 kasus pernikahan dini, maka dari itu berdasarkan data

tersebut peneliti tertarik untuk malakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap pengetahuan

remaja putrid kelas XI di SMAN 1 Wiwirano”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini: Bagaimana pengaruh penyuluhan risiko

pernikahan usia dini terhadap pengetahuan remaja putri kelas XI di

SMAN 1 Wiwirano?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan risiko pernikahan usia dini

terhadap pengetahuan remaja putri di kelas XI SMAN 1 Wiwirano

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan remaja putri sebelum diberikan

penyuluhan tentang pernikahan usia dini di kelas XI SMAN 1

Wiwirano

b. Mengetahui pengetahuan remaja putri sesudah diberikan

penyuluhan tentang pernikahan usia dini di kelas XI SMAN 1

Wiwirano
7

c. Mengetahui pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini

terhadap pengetahuan remaja putri di kelas XI SMAN 1

Wiwirano

D. Manfaat Penulisan

a) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja

putri dalam menghindari risiko terjadi pernikahan di usia dini

2) Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman dalam pemberian penyuluhan terhadap risiko

terjadinya pernikahan di usia dini

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan

bahan pustaka bagi institusi pendidikan

c. Bagi Peniliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian
8

1. Ulfa Nur Aisa, (2018) meneliti tentang “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Remaja Tentang Pernikahan Dini Dengan Kejadian

Pernikahan Dini Di Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung

Kidul Tahun 2017”. Jenis penelitian yang digunakan adalah

analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-19 tahun di

Desa Jetis Kecamatan Saptosari. Sampel dalam penelitian ini

berjumlah minimal 100 responden. Analisis yang digunakan

adalah Chi squer. Perbedaannya terdapat pada populasi, sampel,

tempat dan waktu penelitian yaitu di SMAN 1 Wiwirano dan

respondennya adalah remaja putri usia kelas XI.

2. Elia Prahesti, (2018) meneliti tentang “Pengaruh Penyuluhan

Kesehatan Reproduksi Terhadap Pengetahuan Pernikahan Dini

Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Banguntapan”. Jenis penelitian

yang digunakan pra eksperimen dengan rancangan “One Group

Pretes Postest”. Jumlah sampel sebanyak 33 siswa sebagai

responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis

data menggunakan paired simple T-test. Perbedaannya terdapat

pada populasi, sampel, tempat dan waktu penelitian yaitu di

SMAN 1 Wiwirano dan respondennya adalah remaja putri kelas

XI.
9

3. Anggi Dian Savendra, (2019) meneliti tentang “Pengaruh

Pernikahan Di Bawah Umur Terhadap Keharmonisan Rumah

Tangga Di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten

Lampung Timur”. Jenis penelitian yang digunakan penelitian

lapangan (Field Reaserch), dan sifat penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Perbedaannya

terdapat pada populasi, sampel, tempat dan waktu penelitian

yaitu di SMAN 1 Wiwirano dan respondennya adalah remaja putri

kelas XI.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Tentang Penyuluhan

a. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang

dilakukan dengan cara menyebarkan informasi-informasi pesan,

menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran

yang ada hubungannya dengan kesehatan serta terjadi

peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Rahayu,

2018).

Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan

Republik Indonesia merumuskan pengertian penyuluhan

sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan

melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat,

sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan

publik yang berwawasan kesehatan. Hal tersebut tertuang

10
11

dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.

1114/Menkes/SK/VIII/2005 (Susilowati, 2016).

b. Tujuan Penyuluhan

Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara kesehatan, berperan aktif

mewujudkan kesehatan yang optimal sesuai hidup sehat baik

fisik, mental dan sosial (Rahayu, 2018).

Sedangkan menurut WHO yaitu menolong individu agar

mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan

untuk mencapai tujuan hidup sehat dan mendorong

pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada (Susilowati, 2016).

d. Metode Penyuluhan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan

penyuluhan kesehatan (Saparini, 2017) adalah:

1) Metode Ceramah

Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada

sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi

tentang kesehatan
12

2) Metode Diskusi Kelompok

Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah

dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20

peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang

telah ditunjuk.

3) Metode Curah Pendapat

Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap

anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan

masalah yang terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan

evaluasi atas pendapat–pendapat tadi dilakukan kemudian.

4) Metode Panel

Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan

pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3

orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.

5) Metode Bermain Peran

Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan

manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua

orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh

kelompok
13

6) Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul

untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan

seorang ahli yang menguasai bidangnya.

e. Langkah-langkah Penyuluhan

Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka

penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai

dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kesehatan

masyarakat sebagai berikut (Saparini, 2017):

1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat

a) Menetapkan masalah masyarakat

b) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani

melalui penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Menyusun perencanaan penyuluhan

a) Menetapkan tujuan

b) Penentuan pasaran

c) Menyusun materi/isi penyuluhan

3) Memilih metode yang tepat

a) Menentukan jenis peraga/alat yang akan dipergunakan

b) Penentuan criteria evaluasi


14

4) Pelaksanaan penyuluhan

a) Penilaian hasil penyuluhan

b) Tindak lanjut dari penyuluhan

2. Tinjauan Tentang Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengertian Pengetahuan (Knowledge) menurut Notoadmojo

(2007) sebagai berikut : “Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran

penciuman, rasa dan raba (Sutarto, 2020).

Sebagian besar pengetahuan merupakan proses terhadap

perubahan perilaku dari luar organisme (orang) namun dalam

memberian respons sangat tergantung pada karakteristik atau

faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor yang

membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku (Hidayah, 2019)

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam

6 tingkatan pengetahuan yaitu :


15

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tersebut.


16

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang

untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket dengan menanyakan tentang materi

yang diukur dari subjek penelitian. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sebagai

berikut:

1) Faktor Internal

Menurut Notoatmodjo (2008) faktor internal terdiri dari:

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar

mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin


17

mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya

makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan

rendah maka akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai

yang baru diperkenalkan

b) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan

baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c) Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka

akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis

(mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat

dikategorikan menjadi empat, yaitu: perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan

timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan

fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf

berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d) Minat

Minat adalah suatu kecenderungan atau keinginan

yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan


18

seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang Iebih

mendalam (Oktavia, 2018)

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari menurut Notoatmodjo (2008) :

1) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih

mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan

status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi

kebutuhan akan informai termasuk kebutuhan sekunder.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang

berbagai hal.

2) Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka

sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan karna


19

lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan

sikap pribadi atau sikap seseorang.

3) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi

dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru (Nirvanawati &

Kurniati, 2019)

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket/kuesioner yang menanyakan tentang

isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan dan domain (Dini & Nurhelita,

2020)

3. Tinjauan tentang Pernikahan Dini

a. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan

remaja di bawah usia 20 tahun yang belum siap untuk

melaksanakan pernikahan (Nirvanawati & Kurniati, 2019)

Menurut Undang-undang perkawinan No.16 tahun 2019

pasal 7 bahwa perkawinan diijinkan bila pria dan wanita sudah


20

mencapai umur 19 tahun. Jadi, jika masih dibawah umur

tersebut, maka dinamakan pernikahan dini. Menurut BKKBN

(2010), usia minimal menikah adalah 20 tahun untuk

perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki (Kumolo, 2019).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini

Faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia

muda di Indonesia Menurut Noorkasiani (Dini & Nurhelita, 2020)

adalah:

1) Faktor Individu

a) Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami

seseorang. Makin cepat perkembangan tersebut dialami,

makin cepat pula berlangsungnya pernikahan sehingga

mendorong terjadinya pernikahan pada usia muda.

b) Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin

rendah tingkat pendidikan, makin mendorong

berlangsungnya pernikahan usia muda.

c) Sikap dan hubungan dengan orang tua. Pernikahan usia

muda dapat berlangsung karena adanya sikap patuh dan

atau menentang yang dilakukan remaja terhadap

perintah orang tua. Hubungan dengan orang tua

menentukan terjadinya pernikahan usia muda. Dalam


21

kehidupan sehari-hari sering ditemukan pernikahan

remaja karena ingin melepaskan diri dari pengaruh

lingkungan orang tua.

d) Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan

yang dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang

ditemukan pernikahan yang berlangsung dalam usia

sangat muda, diantaranya disebabkan karena remaja

menginginkan status ekonomi yang lebih tinggi.

2) Faktor Keluarga

Peran orang tua dalam menentukan pernikahan anak-

anak mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a) Sosial ekonomi keluarga

Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua

mempunyai keinginan untuk mengawinkan anak

gadisnya. Pernikahan tersebut akan memperoleh dua

keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap anak

gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga

suami dan adanya tambahan tenaga kerja di keluarga,

yaitu menantu yang dengan sukarela membantu keluarga

istrinya.

b) Tingkat pendidikan keluarga


22

Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin

sering ditemukan pernikahan diusia muda. Peran tingkat

pendidikan berhubungan erat dengan pemahaman

keluarga tentang kehidupan berkeluarga.

c) Kepercayaan atau adat istiadat dalam keluarga

Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku

dalam keluarga juga menentukan terjadinya pernikahan

diusia muda.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat

a) Adat Istiadat

Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia

bahwa anak gadis yang telah dewasa, tetapi belum

berkeluarga, akan dipandang “aib” bagi keluarganya.

Upaya orang tua untuk mengatasi hal tersebut ialah

menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat

mungkin sehingga mendorong terjadinya pernikahan usia

muda.

b) Pandangan dan Kepercayaan

Pandangan dan kepercayaan yang salah pada

masyarakat dapat pula mendorong terjadinya pernikahan

di usia muda. Contoh pandangan yang salah dan

dipercayai oleh masyarakat, yaitu anggapan bahwa


23

kedewasaan seseorang dinilai dari status pernikahan,

status janda lebih baik daripada perawan tua dan

kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan

pernikahan.

c) Peraturan Perundang-Undangan

Peran peraturan perundang-undangan dalam pernikahan

usia muda cukup besar. Jika peraturan perundang-

undangan masih membenarkan pernikahan usia muda,

akan terus ditemukan pernikahan usia muda (Oktavia,

2018).

4) Faktor Media Sosial

Menurut Undang- Undang Pornografi nomor 44 Tahun

2008, pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto,

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,

percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui

berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di

muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi

seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam

masyarakat (Noor, 2018).

Pornografi harus melalui media tertentu karena jika tidak,

belum tentu dapat dikatakan sebagai pornografi. Aktivitas


24

seksual atau orang tanpa busana yang berada di khalayak

umum tidak termasuk dalam pornografi, tetapi jika direkam,

disebarluaskan dan ditonton oleh banyak orang baru

dinamakan sebagai pornografi. Perempuan atau laki-laki

yang tidak berbusana tampil di depan umum tidak dikatakan

sebagai pornografi, tetapi porno aksi (Noor, 2018).

c. Dampak Pernikahan Dini

Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat,

baik positif maupun negatif. Dari kacamata psikologi,

pernikahan di usia muda adalah motivator untuk meningkatkan

potensi diri dalam segala aspek positif. Dengan adanya cinta

kasih yang di dapat dari pernikahan menimbulkan rasa aman,

nyaman yang akan memberikan dampak mental bagi seseorang

yang melakukan pernikahan. Individu yang hidup dalam

lingkungan sosial yang diwarnai dengan suasana cinta kasih,

akan menjadi seseorang yang bisa menyayangi dan

menghargai orang lain (Hidayah, 2019).

Menurut (Hidayah, 2019) Dampak pernikahan usia dini

adalah sebagai berikut :

1) Dampak terhadap suami-istri


25

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada pasangan suami istri

yang telah melangsungkan perkawinan di usia muda tidak

bisa memenuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya

sebagai suami istri. Hal tersebut timbul dikarenakan belum

matangnya fisik maupun mental mereka yang cenderung

keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.

2) Dampak Terhadap Psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang

hubungan seksual, sehingga akan menimbulkan trauma yang

berkepanjangan dalam jiwa anak dan sulit disembuhkan,

anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir

dengan perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas

putusan hidupnya, sehingga keluarga mengalami kesulitan

untuk menjadi keluarga yang berkualitas (Ulfah, 2018).

3) Dampak Sosial

Perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri,

masyarakat akan merasa kehilangan sebagian aset remaja

yang seharusnya ikut bersama-sama mengabdi dan

berkiprah di masyarakat. Tapi karena alasan sudah

berkeluarga maka keaktifan mereka di masyarakat menjadi

berkurang (Noor, 2018).


26

4) Dampak Ekonomi

Menyebabkan sulitnya peningkatan pendapatan

keluarga, sehingga kegagalan keluarga dalam melewati

berbagai macam permasalahan terutama masalah ekonomi

meningkatkan resiko perceraian (Noor, 2018)

5) Dampak terhadap Anak-anaknya

Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada

usia muda atau di bawah umur akan membawa dampak.

Selain berdampak pada pasangan yang melangsungkan

perkawinan pada usia muda, perkawinan usia muda juga

berdampak pada anak – anaknya. Karena bagi wanita yang

melangsungkan perkawinan di bawah usia 20 tahun, bila

hamil akan mengalami gangguan-gangguan pada

kandungannya dan banyak juga dari mereka yang melahirkan

anak.

6) Dampak terhadap keluarga masing-masing

Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-

anaknya perkawinan di usia muda juga akan membawa

dampak terhadap masing – masing keluarganya. Apabila

perkawinan diantara anak- anak mereka lancar, sudah

barang tentu akan menguntugkan orang tuanya masing –


27

masing. Namun apabila sebaliknya keadaan rumah tangga

mereka tidak bahagia dan akhirnya yang terjadi adalah

perceraian (Hidayah, 2019).

7) Dampak Terhadap Diri Sendiri

a) Kanker Serviks

Pernikahan dini merupakan salah satu factor risiko

seseorang terkena kanker serviks. Usia pertama

menikah yang relative muda (dibawah 20 tahun)

berisiko mencetuskan kanker serviks. Semakin muda

umur pertama kali menikah dan mudah untuk

memiliki anak, semakin tinggi risiko mendapatkan

kanker serviks.

b) Penyakit Menular Seks (PMS)

Implikasi secara umum bahwa kaum wanita dan

anak yang akan menanggung risiko dalam berbagai

aspek. Konsekuensi yang luas dalam berbagai aspek

tentunya merupakan hambatan berkaitan dengan

pernikahan dini yaitu meningkatnya risiko penularan


28

infeksi HIV, kanker leher rahim, dan penyakit menular

seksual lainnya.

d. Dampak pernikahan dini pada kehamilan

Perempuan yang hamil pada usia remaja cenderung memiliki

risiko kehamilan dikarenakan kurang pengetahuan dan

ketidakpastian dalam mengahadapi kehamilannya. Kematian

maternal pada wanita hamil dan melahirkan usia di bawah 20

tahun 2-5 kali lipat lebih tinggi dari pada kematian yang terjadi

pada usia 20-29 tahun (Dini & Nurhelita, 2020)

Menurut Kementerian Kesehatan RI, masalah-masalah yang

mungkin terjadi selama kehamilan adalah:

1) Perdarahan waktu hamil

2) Bengkak di kaki, tangan, atau di wajah disertai sakit dan atau

kejang

3) Demam atau panas tinggi lebih dari dua hari

4) Keluar cairan ketuban sebelum saat melahirkan

5) Muntah terus dan tidak nafsu makan


29

6) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3

7) Anemia

Kehamilan di usia muda akan berisiko bagi ibu untuk

mengalami anemia karena remaja berisiko mengalami

anemia akibat pola makan yang salah serta pada proses

kehamilan terjadi hemodelusi yang pada akhirnya

memperburuk kondisi anemia pada kehamilan remaja (Noor,

2018).

8) Pre-eklampsia-Eklampsia

Adanya kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum

siap hamil dan anemia dapat meningkatkan risiko terjadinya

keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia

(Noor, 2018).

e. Dampak Pernikahan Dini pada Proses Persalinan

Melahirkan mempunyai risiko bagi setiap perempuan. Bagi

seorang perempuan melahirkan di bawah usia 20 tahun

memiliki risiko yang lebih tinggi. Risiko yang mungkin terjadi

adalah:

1) Prematur

Prematur adalah kelahiran bayi sebelum usia kehamilan

37 minggu. Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat


30

pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya

kelahiran premature.

2) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Ibu yang mulai hamil di bawah umur 18 tahun memiliki

35% hingga 55% lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan ibu

yang berusia di atas 19 tahun. Angka kematian bayi 60%

lebih tinggi pada ibu yang masih berusia 18 tahun (Oktavia,

2018).

3) Resiko persalinan lama dan kematian

Persalinan pada kehamilan remaja juga akan

meningkatkan risiko mengalami persalinan lama yang

disebabkan oleh kelainan letak janin, kelainan panggul,

kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan

persalinan yang salah. Komplikasi lainnya yang mungkin

terjadi pada proses persalinan adalah perdarahan yang

dapat menyebabkan kematian (Noor, 2018).

f. Pencegahan Pernikahan Dini

Upaya untuk menanggulangi pernikahan usia muda antara

lain sebagai berikut:


31

1) Remaja yang belum berkeluarga dapat diberikan pengarahan

melalui kegiatan pendidikan dalam arti meningkatkan

pengetahuan remaja tentang arti dan peran pernikahan serta

akibat negatif yang ditimbulkan pernikahan pada usia yang

sangat muda dengan melakukan kegiatan yang positif.

2) Mencegah remaja yang sudah berkeluarga supaya tidak

segera hamil, salah satunya dengan kegiatan pendidikan

keluarga untuk meningkatkan pengetahuan keluarga muda

3) Penyuluhan kepada keluarga agar menghilangkan kebiasaan

keluarga untuk mengawinkan anak dalam usia muda dan

meningkatkan status ekonomi sehingga dapat menghindari

terjadinya pernikahan usia muda dengan alasan ekonomi

4) Melakukan sosialisasi untuk menghilangkan budaya menikah

muda, memperbanyak kesempatan kerja dan berperilaku

tegas dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan

mengenai pernikahan, yaitu memberi sanksi bagi yang

melanggarnya, meningkatkan status kesehata masyarakat,

dan menyukseskan program keluarga berencana (Dini &

Nurhelita, 2020)

B. Landasan Teori
32

Masa remaja adalah masa dimana seseorang bertransformasi

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Hal ini dilihat dari berbagai

macam perubahan yang dapat ditandai dengan perubahan biologis,

psikologis dan perubahan sosial. Masa remaja merupakan titik awal

dimana seseorang mengalami kematangan seksual (Sutarto, 2020).

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia

yang masih muda yang dapat merugikan. Pernikahan dini merupakan

sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapannya belum

dikatakan maksimal, persiapan pisik. persiapan mental. juga persiapan

materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa dikatakan

sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum

dipersiapkan secara matang (Dini & Nurhelita, 2020)

Sejatinya, pada umur yang telah ditetapkan tergolong masih

cukup rendah, mengingat orang pada usia dibawah 21 tahun masih

sangat labil dalam mengambil suatu tindakan dan memikul suatu

beban dalam pernikahan (Sutarto, 2020).

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang

hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis

berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan

murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang

dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya (Amelia, 2017).


33

Wanita menikah di bawah usia 16 tahun biasanya 10-12 kali lebih

besar kemungkinan terjadi kanker leher rahim dibandingkan dengan

mereka yang menikah di atas usia 20 tahun (Hanum & Tukiman,

2015).

Pengertian Pengetahuan (Knowledge) menurut Notoadmojo

(2007) sebagai berikut : “Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra

penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan merupakan proses terhadap perubahan perilaku dari luar

organisme (orang) namun dalam memberian respons sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan (Sutarto, 2020).

Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi yang kurang

tepat tentang risiko pernikahan dini kemungkinan dapat menimbulkan

konsekuensi yang sangat berbahaya. Maka perlu adanya pemberian

informasi yang lengkap dan terkini kepada remaja putri untuk

meningkatkan pengetahuan mereka akan bahayanya pernikahan dini

terutama pada kehamilan dan proses persalinan (Ulfah, 2018)

Penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan

masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang


34

mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak

melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan

program yang non-edukatif.

Penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang

dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan

ide-ide baru. Dari rumusan tersebut dapat diambil tiga hal yang

terpenting, yaitu: pendidikan, mengajak orang sadar, dan ide-ide baru

(Saparini, 2017)
35

C. Kerangka Teori

Remaja Pernikahan

Pernikahan
Dini

Faktor Penyebab: Dampak:

1. Pengetahuan 1. Resiko
2. Keluarga gangguan
3. Lingkungan Sistem
4. Adat reproduksi

Gambar 2.1: Kerangka Teori

(Lawrence Green dalam Notoatmodjo,2014)

D. Kerangka Konsep

Penyuluhan resiko Pengetahuan remaja


pernikahan dini putri

Gambar 2.2: Kerangka Konsep


36

E. Hipotesis

Ada pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap

pengetahuan remaja putri di kelas XI SMAN 1 Wiwirano.


36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

eksperimen tanpa kelompok control dengan pendekatan One Group

Pretest-Posttest, penelitian dengan rancangan ini yaitu penelitian yang

dilakukan dengan memberikan pre test (pengalaman awal) terlebih

dahulu sebelum diberikan intervensi. Setelah itu diberikan intervensi

berupa penyuluhan tentang pernikahan usia dini, kemudian diberikan

post test (pengalaman akhir) berupa kuesioner untuk mengetahui

tingkat pengetahuan remaja tentang pernikahan usia dini.

Secara skematis dapat dilukiskan sebagai berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

0¹ X 0²

Tabel 3.1 Desain penelitian one group pretest – posttest

Keterangan:

0¹ :observasi pre test

X :Perlakuan (penyuluhan)

0² :observasi post tes.

36
37

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 1 Wiwirano

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juni tahun 2021

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas XI di

SMAN 1 Wiwirano yang berjumlah 60 orang

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas XI SMAN 1

Wiwirano yang berjumlah 60 orang yang diambil secara total

sampling

D. Identifikasi Varibel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel Independent dalam penelitian ini adalah Penyuluhan

risiko pernikahan dini

2. Variabel Terikat (Dependent)

Varibabel Dependent dalam penelitian ini adalah pengetahuan

remaja putri
38

E. Definisi Operasional

1. Kejadian pernikahan dini dalam penelitian ini adalah jumlah kejadian

pernikahan dini antara laki-laki dan perempuan dimana usia

menikah pertama kali untuk laki-laki dan perempuan tidak boleh

kurang dari usia 19 tahun

2. Tingkat pengetahuan dalam penelittian ini adalah kemampuan

responden untuk menjawab pertanyaan secara tertulis pada

kuesioner tertutup yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan pilihan

jawaban ‘’Benar dan Salah’’. Skala variabel dalam penelitian ini

adalah skal interval. Bila pertanyaan benar diberi nilai 1, dan salah

diberi nilai 0. Nilai kemudian dijumlahkan sehingga didapatkan

perolehan skor setiap responden. Kemudian dikategorikan menjadi

skala ordinal yaitu tingkat pengetahuan baik (76-100%), cukup (56-

75%), kurang (0-55%).

3. Penyuluhan dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang

dilakukan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada

masyarakat serta pemberian informasi mengenai apa itu pernikahan

dini, bahaya pernikahan dini, serta dampak yang akan terjadi pada

seseorang yang melakukan pernikahan dini.


39

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner

yang digunakan merupakan kuesioner tertutup, dimana untuk penilaian

pengetahuan peneliti menggunakan dua pilihan jawaban yakni “Benar”

dan “Salah” dengan 10 pertanyaan. Adapun pengisian kuesioner

deengan memberikan tanda centang ( √ ) pada lembar kuesioner yang

sudah disediakan. Media yang digunakan dalam penelitian ini berupa

slide power point, lcd, dan leaflet.

Untuk variabel pengetahuan diukur menggunakan skala

guttman dengan 15 item pertanyaan, jika jawaban dan setiap

pertanyaan benar makan diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0.
40

G. Alur Penelitian

PERUMUSAN MASALAH

SURVEY PENDAHULUAN

PENGUMPULAN DATA

PENGOLAHAN DATA

ANALISA HASIL

KESIMPULAN

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian

H. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan

menggunakan program computer kemudian disajikan dalam bentuk

table yang dipersentasikan dan diuraikan dalam bentuk narasi.

Adapun langkah-langkah pengolahan data menjadi:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti kembali setiap

daftar pertanyaan yang sudah diisi.


41

b. Coding

Memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban

sehingga mempermudah dalam pengelompokkan data.

c. Entry

Memasukkan data hasil jawaban yang ada dalam

kuesioner ke dalam komputer.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentasi

dari setiap variabel yang diteliti.

Jumlah jawaban benar


Skor persentase= x 100%
jumlah soal

Selanjutnya masing-masing parameter tingkat

pengetahuan dilakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan

dengan persentasi dengan rumus:

f
P= x 100 %
N

Keterangan:

P: persentase

f: Jumlah subyek dalam tingkat pengetahuan tertentu

N: jumlah seluruh subyek


42

Jumlah persentasi yang paling tinggi menunjukkan

tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini pada remaja putri

di SMAN 1 Wiwirano.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Dalam

penelitian ini uji Wilcoxon menggunakan SPSS versi 28

dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). dimana jika p <

0,05 secara statistik ada pengaruh dan jika nilai p > 0,05 maka

hasil hitungan tidak ada pengaruh.

I. Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang

teguh sikap ilmiah (Scientific attitude) serta berpegang teguh pada

etika penelitian, diantaranya yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

(responden) untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian.

2. Menghormati kerahasiaan dan privasi subjek penelitian (respect

for confidentiality and privacy)


43

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk

privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi.

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan Coding

sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan Inklusivitas/keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip

keterbukaan yakni dengan, menjelaskan prosedur penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat

semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan

subyek penelitian pada khususnya (Sutarto, 2020)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal pada remaja putri

kelas XI di SMAN 1 Wiwirano. Penelitian ini menggunakan one group

pre-test post-test desain. Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik total sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 60 remaja

putri. Dilakukan pre-test terlebih dahulu dengan memberikan kuesioner

tentang resiko pernikahan dini terhadap remaja putri, setelah itu

peneliti memberikan penyuluhan kepada remaja putri kelas XI tentang

apa saja risiko pernikahan dini jika terjadi, dan setelah itu dilaksanakan

post-test atau mengukur kembali pengetahuan remaja putri kelas XI

setelah diberikan penyuluhan atau edukasi oleh peneliti.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMAN 1 Wiwirano terletak di kecamatan Wiwirano Kabupaten

Konawe Utara. Merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Konawe

Utara yang dibangun di atas tanah seluas 17.500 Km 2 dengan batas-

batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara :Rumah Warga

2. Sebelah Timur : Jalan Raya (Trans Sulawesi)

3. Sebelah Selatan : Rumah Warga

44
45

4. Sebelah Barat : Perkebunan Kelapa Sawit

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Hasil Penelitian berdasarkan karakteristik responden

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur

Umur N %
17 33 55
45
18 27
Total 60 100
Sumber: Data Primer 2021

Berdasarkan table 4.1 diketahui bahwa dari 60

responden penelitian yang diamati, untuk responden berusia 18

tahun lebih sedikit dari responden yang berusia 17 tahun.

Responden yang berusia 17 tahun sebanyak 33 responden (55%),

sedangkan yang berusia 18 tahun sebanyak 27 responden (45%).

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

remaja putri kelas XI SMAN 1 Wiwirano

Tingkat Pengetahuan n %
Baik 36 60
Cukup 17 28,3
Kurang 7 11,6
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer , 2021
46

Berdasarkan table 4.2, tingkat pengetahuan remaja putri

kelas XI di SMAN 1 Wiwirano memiliki pengetahuan baik sebanyak

36 orang, berpengetahuan cukup sebanyak 17 orang (28,3%), dan

berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (11,6%). Berdasarkan

table tersebut tingkat pengetahuan remaja putri sebagian besar

dalam kategori Baik.

2. Analisis Bivariat

Berdasarkan data yang dikumpulkan, dilakukan analisis

dengan uji Wilcoxon, kemudian data diolah dengan menggunakan

SPSS Versi 28. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap

pengetahuan remaja putri kelas XI SMAN 1 Wiwirano.

Dalam penelitian ini variabel bebas (independent) adalah

penyuluhan dan variabel terikat (dependent) adalah pengetahuan

remaja putri.

Berdasarkan hasil uji analisis atau output dari SPSS

menunjukkan bahwa penelitian dari 60 responden diperoleh nilai

signifikansi (p) sebesar 0.001 (P < 0,05) yang menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap

pengetahuan remaja putri kelas XI di SMAN 1 Wiwirano.


47

D. Pembahasan

1. Karakteristik Remaja Putri

Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang diteliti adalah

umur. Remaja putri yang menjadi responden penelitian adalah 16-

19 tahun yang sedang bersekolah di SMAN 1 Wiwirano.

Berdasarkan table 4.1 untuk umur responden penelitian rata-rata

antara 17-18 tahun, sedangkan untuk umur 16 dan 19 tahun tidak

ada responden yang diusia tersebut.

2. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas XI SMAN 1 Wiwirano

tentang pernikahan dini

Berdasarkan table 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

remaja putri kelas XI SMAN 1 Wiwirano dalam kategori baik.

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas

yang berbeda-beda. Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu,

tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application),

analisis (analysys), sintesis (shyntesis), dan evaluasi (evaluation).

Tingkat pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pada tingkatan tahu (know) artinya responden hanya mengingat

sesuatu yang pernah ia diberikan atau dapatkan.


48

3. Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang pernikahan dini

dengan kejadian pernikahan dini.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pernikahan dini

adalah faktor pengetahuan. Tingkat pengetahuan seseorang

berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ulfa Nur Aisyah (2018) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden

dengan pernikahan usia dini yaitu responden yang memiliki

pengetahuan rendah memiliki risiko untuk melakukan pernikahan di

usia dini dibandingkan dengan responden yang memiliki

pengetahuan tinggi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan

seseorang sangat berpengaruh terhadap terjadinya pernikahan di

usia dini. Pengetahuan juga dapat di peroleh dari pengalaman

belajar dari pendidikan formal maupun non formal, dengan demikian

dapat disimpilkan bahwa tindakan seseorang pada dasarnya akan

dipengaruhi oleh pengetahuan.

Dalam hal ini pengetahuan responden akan memengaruhi

responden untuk memutuskan melakukan pernikahan diusia dini.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan responden, maka akan

semakin baik responden dalam memutuskan untuk menikah.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan dari hasil penilitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Umur responden adalah 17-18 tahun.

2. Tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI di SMAN 1 Wiwirano

setelah dilakukan pre-test adalah dalam kategori kurang

3. Tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI di SMAN 1 Wiwirano

setalah dilakukan post-test adalah dalam kategori baik

4. Hasil analisis pre-test dan post-test menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh penyuluhan risiko pernikahan dini terhadap pengetahuan

remaja putri kelas XI di SMAN 1 Wiwirano.

B. Saran

1. Bagi Peneiliti Selanjutnya

Hasil penilitian ini dapat dijadikan bukti penelitian sehingga peneliti

selanjutnya mungkin dapat melakukan analisis yang lebih dalam

atau dapat melakukan penelitian eksperimen.

2. Bagi Dosen, tenaga medis, atau mahasiswa dapat melakukan

pengabdian masyarakat. Pengabdian masyrakat dapat dilakukan

langsung kepada semua masyarakat khususnya pada remaja.

49
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, R. (2017). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja


Tentang Pernikahan Dini Di Kelas Viii Di Smp Negeri 4 Banjarmasin.
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 8.
Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Perkawinan Anak Percepatan
yang Tidak Bisa Ditunda. Badan Pusat Statistik, 6–10.
BPS. (2018). Situasi Perkawinan Anak di Indonesia Tahun 2017.
Dewi, A . S. (2016). Persepsi Remaja Putri Tentang Pernikahan Usia Dini.
Jurnal by Perpusnas. 2726.
Dini, A. Y. R., & Nurhelita, V. F. (2020). Hubungan Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Pendewasaan Usia Perkawinan Terhadap Risiko
Pernikahan Usia Dini. Jurnal Kesehatan, 11.
Fadlyana, E., & Larasaty, S. (2016). Pernikahan Usia Dini dan
Permasalahannya. Sari Pediatri, 11(2).
Hanum, Y., & Tukiman. (2015). Dampak Pernikahan Dini Terhadap
Kesehatan Alat Reproduksi Wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera,
13(26), 36–43.
Hidayah, T. H. (2019). Dampak Pernikahan Dini Terhadpa Pola Asuh Anak
Dalam Keluarga di Desa Gantimulyao Kec. Pekalongan Ka. Timur
Provinsi Lampung. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699.
Mulyati, I., & Cahyati. (2020). Dengan Menggunakan Pendidikan Kesehatan
Media. 1(2), 80–95.
Nirvanawati, E. R., & Kurniati, N. (2019). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Pernikahan Dini di
SMK Muhammadiyah 1 Tempel. Naskah Publikasi Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.
Noor, M. S. (2018). Klinik Dana Sebagai Upaya Pencegahan Pernikahan
Dini.
Oktavia, E. R. (2018). Pengetahuan Risiko Pernikahan Dini pada Remaja
Umur 13-19 Tahun. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development).
Prahesti, E. (2018). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap

50
51

Pengetahuan Pernikahan Dini Pada Siswa Kelas X Di Sman 1 Banguntapan


Bantul. Journal of Chemical Information and Modeling.
Rahayu, P. A. A. (2018). Manfaat Penyuluhan Tentang Menarhe Terhadap
Pengetahuan Siswi Di Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Benoa Tahun
2018. Thesis.
Ramadhani, S. N., & Adi, S. (2020). Efektivitas Penyuluhan Berbasis Power
Point Perilaku Tentang Pencegahan Cacingan Pada. Preventia:
Indonesian Journal of Public Health, 5(1), 8–16.
Saparini, D. (2017). Pengaruh Penyuluhan Tentang Hipertensi Terhadap
Tingkat Kecukupankalium, Natrium,Cairandan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi Peserta Prolasaparini, dewi. (2017). Jurnal Gizi
Klinik Indonesia.
Susilowati, D. (2016). Promosi Kesehatan. In Journal of Materials Processing
Technology.
Sutarto, Y. (2020). Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Resiko
Pernikahan Dini Di Desa Jatisari Kecamatan Kutawaringin Kabupaten
Bandung. Jurnal Ilmiah Magister Administrasi.
Ulfah, N. A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Pernikahan Dini Dengan Kejadian Pernikahan Dini di Kecamatan
Saptosari Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2017. Journal of Chemical
Information and Modeling.
Lampiran 1
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan tidak keberatan dan bersedia menjadi

responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh Astika dari Program

Studi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari dengan judul Pengaruh

Penyuluhan Risiko Pernikahan Dini Terhadap Pengetahuan Remaja Putri

Kelas XI di SMAN 1 Wiwirani Konawe Utara. Saya juga sudah mendapat

penjelasan tentang penelitian yang dilakukan.

Konawe utara, 2021

Peneliti Responden

Astika ( )
Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

 Identitas responden:

Nama :

Umur :

 Petunjuk pengisian kuesioner:


1. Bacalah dengan baik dan teliti sebelum menjawab.
2. Berilah tanda ceklist (√) pada pilihan yang sesuai dengan pilihan anda
3. Untuk kelancaran penelitian, mohon kepada anda untuk menjawab
semua pertanyaan sesuai dengan pengetahuan anda
Bila ada petunjuk yang kurang jelas silahkan bertanya pada peneliti.

NO PERNYATAAN BENAR SALAH


1. Pernikahan dini adalah ikatan lahir batin
antara pria dan wanita dengan tujuan
membentuk keluarga.
2. Pernikahan dini merupakan sebuah
perkawinan di bawah umur yang target
persiapannya sudah maximal, persiapan
fisik, persiapan mental, juga persiapan
materi.
3. Faktor pendorong terjadinya pernikahan
dini adalah faktor media massa.
4. Jika terus terjadi pernikahan dini maka
salah satu dampak yang akan terjadi yaitu
meningkatnya angka kematian ibu dan bayi
5. Pernkahan dini pada wanita tidak
menimbulkan persoalan Hukum melanggar
undang-undang.
6. Dampak dari pernikahan dini salah satunya
dapat menyebabkan Anemia
7. Semakin muda wanita memiliki anak,
semakin rentang terkena kanker serviks
8. Pernikahan dini tidak dapat menimbulkan
perceraian
9. Banyaknya kasus perceraian merupakan
dampak dari mudanya usia pasangan
bercerai ketika memutuskan untuk menikah
10. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia
kurang dari 18 tahun rata-rata tidak
meninggal
11. Pernikahan dini tidak menyebabkan terkena
penyakit seksual
12. Pemerintah perlu melakukan tindakan
khusus untuk mencegah terjadinya
pernikahan dini
13 Upaya pencegahan pernikahan dini dirasa
akan semakin maximal bila anggota
masyarakat turut serta berperan aktif dalam
pencegahan pernikahan dini
14. Dalam pencegahan pernikahan dini tidak
harus diadakan sosialisasi undang-undang
terkait pernikahan anak di bawah umur
15. Pemerintah harus berkomitmen serius
dalam menegakkan hukum yang berlaku
terkait pernikahan di bawah umur
Lampiran 3

MASTER TABEL
PENGARUH PENYULUHAN RISIKO
PERNIKAHAN DINI TERHADAP
PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
KELAS XI DI SMAN 1 WIWIRANO

Pengetahuan Tingkat Pengetahuan


No Umur
Pre Test (%) Post Test (%)
1 17 47 87 Baik
2 17 53 87 Baik
3 17 47 93 Baik
4 17 40 93 Baik
5 17 53 67 Baik
6 17 40 93 Baik
7 17 53 60 Cukup
8 17 40 87 Baik
9 17 33 87 Baik
10 17 47 93 Baik
11 17 40 93 Baik
12 17 53 80 Baik
13 17 67 73 Cukup
14 17 67 73 Cukup
15 17 47 67 Cukup
16 17 33 87 Baik
17 17 40 87 Baik
18 17 27 93 Baik
19 17 27 87 Baik
20 17 40 80 Baik
21 17 47 60 Cukup
22 17 73 80 Cukup
23 17 53 93 Baik
24 17 47 80 Baik
25 17 40 73 Cukup
26 17 73 87 Baik
27 17 60 93 Baik
28 17 33 93 Baik
29 17 40 67 Cukup
30 17 27 80 Baik
31 17 73 93 Baik
32 17 80 87 Baik
33 17 67 80 Baik
34 18 60 87 Baik
35 18 33 87 Baik
36 18 60 80 Baik
37 18 27 73 Cukup
38 18 60 67 Cukup
39 18 60 73 Cukup
40 18 40 53 Kurang
41 18 47 67 Cukup
42 18 33 67 Cukup
43 18 53 67 Cukup
44 18 47 53 Kurang
45 18 27 60 Cukup
46 18 40 53 Kurang
47 18 47 53 Kurang
48 18 20 87 Baik
49 18 67 93 Baik
50 18 53 67 Kurang
51 18 60 67 Cukup
52 18 47 67 Kurang
53 18 47 53 Kurang
54 18 60 87 Baik
55 18 40 80 Baik
56 18 40 100 Baik
57 18 20 100 Baik
58 18 27 93 Baik
59 18 33 60 Cukup
60 18 13 93 Baik
Lampiran 4

Hasil Perhitungan Uji Stastik SPSS 28

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post Test - Pre Test Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 60b 30.50 1830.00
c
Ties 0
Total 60
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsa
Post Test - Pre
Test
Z -6.739b
Asymp. Sig. (2-tailed) <,001
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Anda mungkin juga menyukai