Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM

TIPE II DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG

ANGGREK RSUD KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program


Diploma III Keperawatan

Oleh :

NOFIA RINI

NIM. P00320017083

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM

TIPE II DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG

ANGGREK RSUD KOTA KENDARI

Disusun dan Diajukan Oleh:

NOFIA RINI

NIM. P00320017083

Telah Mendapatkan Persetujuan dari Tim Pembimbing

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Lena Atoy, SST., MPH Rusna Tahir,S.Kep.,Ns.M.Kep


Nip. 19650315 198903 2 001 Nip. 19870614 201012 2002

Mengetahui :

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP. 197003301995031001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM

TIPE II DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG

ANGGREK RSUD KOTA KENDARI

Yang disusun dan diajukan oleh :

NOFIA RINI

NIM. P00320017083

Telah Dipertahankan Pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di depan TIM

Penguji Pada Hari/Tanggal : Maret 2020

dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Tim Penguji :

1. Dian Yuniar S, SKM, M.Kep (..........................................)

2. Dr. Lilin Rosyanti, S.Kep.,Ns.M.kep (..........................................)

3. Dwi Purnama Sari, S.Kep.,Ns (..........................................)

Mengetahui :

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP. 197003301995031001

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Nofia Rini


NIM : P00320017083
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM TIPE II

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

AKTIVITAS DI RUANG ANGGREK RSUD

KOTA KENDARI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil ciplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, Juli 2021


Yang Membuat Pernyataan,

Nofia Rini

RIWAYAT HIDUP

iv
 

I. INDENTITAS

1. Nama Lengkap : Nofia Rini

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Mawasangka, 9 Januari 1997

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/ Kebangsaan : Buton/Indonesia

6. Alamat : Kelurahan Watolo, Kecamatan Mawasangka,

Kabupaten Buton Tengah

7. Nomor Telepon/Hp : 081382306421

8. E-mail : nofiarini345@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. Tamata SDN 1 Mawasangka : Tahun 2003-2009

2. Tamat MTsN 1 Mawasangka : Tahun 2009-2012

3. Tamat SMAN 1 Mawasangka : Tahun 2012-2017

4. Poltekkes Kemenkes Kendari : Tahun 2021

v
MOTTO

Jadilah pribadi yang tekun, Di dunia ini tidak ada yang sempurna

Tahap demi tahap, bisa anda lalui Dengan proses pengulangan yang nantinya

Akan menjadi Kesempurnaan sesungguhnya, Berguna bagi diri sendiri dan

Bermanfaat bagi Orang lain.

“Nofia Rini”

vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM
TIPE II DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG
ANGGREK RSUD KOTA KENDARI

Nofia Rini dibawah bimbingan Lena Atoy dan Rusna Tahir

Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kendari, Indonesia

Email: nofiarini345@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolism karbohidrat,
protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa
dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin atau menurunnya kerja dari
insulin. Tujuan: Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada Ny. D dengan luka
ganggren ditelapak kaki kanan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas. Metode:
Metode yang digunakan adalah studi kasus, studi kasus merupakan rancangan
penelitian yang mencakup satu unit secara intensif misalnya satu klien atau dua klien.
Hasil: Kekuatan otot pada pasien sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM
berdasarkan hasil penelitian mengalami perbedaan dan peningkatan yang signifikan.
Pembahasan: Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. faktor penyebab terjadinya gangguan
mobilitas fisik, antara lain kerusakan integritas struktur tulang, perubahan
metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, dan adanya luka
ganggren pada pasien diabetes mellitus tipe II. Simpulan: . Pada akhir evaluasi
semua tujuan dapat dicapai walaupun belum keseluruhan karena adanya kerja sama
yang baik antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan. Hasil evaluasi pada Ny. D
sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi sebagian.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Ganggren Diabetic, Gangguan Mobilitas Fisik

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmatnya, penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D

Dengan Diagnosa Medis Dm Tipe II Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di

Ruang Anggrek RSUD Kota Kendari”. Karya tulis Ilmiah ini diselesaikan guna

memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan

D.III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari. Perjalanan panjang telah penulis

lalui dalam rangka perampungan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karna itu,

dengan penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Askrening S.KM., M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Bapak Indriono Hadi S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan.

3. Ibu Lena Atoy.,SST.,MPH selaku pembimbing satu yang telah banyak memberi

saya masukan, wawasan, inspirasi, dan semangat serta membimbing saya dengan

sabar.

4. Ibu Rusna tahir, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing dua yang telah banyak

memberi saya masukan, wawasan, inspirasi, dan semangat serta membimbing saya

dengan sabar.

5. Ibu Dian Yuniar S, SKM, M.Kep Selaku dosen penguji I, ibu Dr. Lilin Rosyanti,

S.Kep.,Ns.M.kep Selaku dosen penguji II dan Ibu Dwi Purnama Sari,S.Kep.,Ns

viii
Selaku dosen penguji III yang telah memberikan saran dan masukkan untuk

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang turut

membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.

7. Ucapan terima kasih teristimewa, penulis persembahkan kepada Ayahanda Ismail

Gunarso dan Ibunda Halisa, serta kakakku yang tersayang Muhammad Halil dan

Nur Fatma serta Adikku Rahmat Muliadin yang telah memberikan semangat dan

dorongan kepada penulis, sehingga semua halangan dan rintangan dalam

menjalani pendidikan maupun dalam penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Terima kasih untuk setiap tetesan

keringat yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, terimakasih sudah menjadi

orang tua dan saudara yang baik untuk penulis selama ini.

8. Terakhir pada almamaterku “ Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari” yang

telah menjadikanku salah satu mahasiswa di institusi ini

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati Penulis menyadari bahwa Karya Tulis

Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya saran dan kritikan yang sifatnya

kontruktif sangatlah penulis harapkan untuk membantu perbaikan Karya Tulis Ilmiah

ini. Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Kendari, Juli 2021

Nofia Rini

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN KEASLIAN PENULISAN vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penulisan 6
D. Manfaat Penulisan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Diabetes Mellitus 9
B. Konsep Ganggren Diabetes Mellitus 17
C. Konsep Asuhan Keperawatan 21
D. Konsep Kebutuhan Aktivitas 27

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus 30


B. Subjek Studi Kasus 30
C. Fokus Studi 31
D. Definisi Operasional Studi Kasus 31

x
E. Instrumen Studi Kasus 32
F. Metode Pengumpulan Data 32
G. Lokasi dan Waktu 33
H. Analisa dan Penyajian Data 33
I. Etika Studi Kasus 33

BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian 36
B. Pembahasan 54
C. Keterbatasan Studi Kasus 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 58
B. Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN 62

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi luka ganggen berdasarkan Wagner-Meggit 19

Table 4.1 Identitas Klien 36

Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab Pasien 37

Tabel 4.3 Pengkajian Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 44

Tabel 4.4 Pengkajian Kebutuhan Aktivitas 44

Tabel 4.5 Data Fokus Pengkajian 45

Tabel 4. 5 Analisa Data 46

Tabel 4.6 Rencana Keperawatan 48

Tabel 4.6 Implementasi dan Evaluasi 50

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pancreas

tidak menghasilkanc ukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau

glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang

menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia (Kemenkes RI, 2019).

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia atau

peningkatan kadar glukosa dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi

insulin atau menurunnya kerja dari insulin, serta dapat menyebabkan

kerusakan gangguan fungsi kerja metabolic, kegagalan berbagai organ,

terutama pada organ mata, organ ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah

(Wahyuni, 2019).

Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, yang dikenal

sebagai insulin-dependent atau child hood onset diabetes, ditandai dengan

kurangnya produksi insulin dan DM tipe 2, yang dikenal dengan non-insulin-

dependent atau adult-onset diabetes, disebabkan ketidakmampuan tubuh

1
menggunakan insulin secara efektif yang kemudian mengakibatkan

kelebihanberat badan dan kurang aktivitas fisik (Kurniawaty, 2016).

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu jenis yang paling

banyak di temukanya itu lebih dari 90-95%, diabetes mellitus tipe 2 biasanya

terjadi pada orang yang lebih tua dari 40 melitus. Sekitar 90% dari pasien

yang diabetes mellitus telah didiagnosis dalam DM tipe 2 dan dikaitkan

dengan usia yang lebih tua, obesitas, riwayat keluarga DM, riwayat DM

gestasional, gangguan toleransi glukosa (IGT), aktivitas fisik, gangguan

glukosa puasa (IGF), dan etnis (Kurniawaty, 2016).

Diabetes mellitus tipe gestasional , diabetes ini ditandai dengan

kenaikan gula darah pada selama masa kehamilan. Gangguan ini biasanya

terjadi pada minggu ke-24 kehamilan dan kadar gula darah akan Kembali

normal setelah persalinan (Widiantini, 2020).

Organisasi International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan

sedikitnya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia mendertia

pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total

penduduk pada usia yang sama (Kemenkes RI, 2019).

Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan umur

penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun.

Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta tahun 2030 dan

700 juta di tahun 2045 (Kemenkes RI, 2019).

2
Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) yang dilaksanakan pada tahun

2018 melakukan pengumpulan data penderita diabetes melitus pada penduduk

berumur di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter sebesar 2%. Angka ini

menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi pada hasil Riskesdas 2013

sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes menurut hasil pemeriksaan gula

darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka

ini menunjukkan bahwa baru sekitar 25% penderita diabetes yang mengetahui

bahwa dirinya menderita diabetes (Widiantini, 2020).

Prevalensi DM berdasarkan pemeriksaan darah mengikuti kriteria DM

dari consensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) yang

mengadopsi criteria American Diabetes Association (ADA), berdasarkan

diagnosis dokter pada penduduk semua umur menurut kabupaten/kota jumlah

penderita diabetes mellitus untuk provinsi Sulawesi Tenggara berada dalam

angka 1,03% (Riskesdas, 2018).

Seperti penyakit tidak menular lainnya. Diabetes Meleitus juga

memiliki faktor risiko atau faktor pencetus yang berkontribusi terhadap

kejadian penyakit. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras,

etnik, umur, jenis kelamin, Riwayat keluarga dengan diabetes melitus.

Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih atau

obesitas, kurangnya aktifitas fisik, hipertensi, diet tidak sehat dan tidak

seimbang dan merokok (Widiantini, 2020).

3
Gejala kronik diabetes mellitus yaitu kesemutan, kulit terasa panas

atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bias terjadi impotensi

(Fatimah, 2016).

Hal-hal yang meningkatkan risiko antara lain neuropati perifer dengan

hilangnya sensasi protektif, perubahan biomekanik, peningkatan tekanan pada

kaki, penyakit vascular perifer (penurunan pulsasi arteri dorsalis pedis),

riwayat ulkus atau amputasi serta kelainan kuku berat (Kartika, 2017).

Prevalensi luka gangren di Indonesia sekitar 15% dari prevalensi

pasien Diabetes Mellitus, angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan

luka diabetic merupakan penyebab perawatan ruma hsakit yang terbanyak

sebesar 80% untuk Diabetes Mellitus (Haryono, 2019).

Penyebab gangren pada penderita DM adalah bakteri anaerob, yang

tersering Clostridium. Bakteri ini akan menghasilkan gas, yang disebut gas

gangrene. Luka timbul spontan atau karena trauma, misalnya kemasukan

pasir, tertusuk duri, lecet akibat sepatu atau sandal sempit dan bahan yang

keras. Luka terbuka menimbulkan bau dari gas gangren, dapat mengakibatkan

infeksi tulang (osteomielitis) (Kartika, 2017).

Kecenderungan masyarakat menggunakan pengobatan alternative

untuk mengatasi berbagai penyakit dan gangguan kesehatan semakin tinggi.

Pengobatan non farmakologis adalah pilihan utama untuk menurunkan kadarg

4
lukosa pada darah karena selain tidak memiliki efek sampingyang

membahayakan bagi kesehatan (Fatimah, 2016).

Berdasarkan uraian di atas dan masalah keperawatan yang muncul

beserta komplikasinya, maka keterkaitan peranan keperawatan dalam

penangan Diabetes Melitus di RS dibutuhkan peran perawat dalam

memberikan asuhan pada klien dengan Diabetes Melitus. Peran tersebut dapat

dilaksanakan dengan upaya promotif yaitu dengan memberikan pendidikan

(edukasi) pada awal dan seterusnya tentang penyakit diabetes mellitus dengan

tujuan meningkatkan derajat dan status kesehatan.

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas

dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan

mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak

bebas.

Intoleransi Aktivitas Pada Diabetes Mellitus/Diabetic Foot adalah

suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik dan

mengalami penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya yang disebabkan

oleh kelemahan karena berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga

berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energy.

Kebutuhan aktifitas atau mobilisasi mengacu pada kemampuan

seseorang untuk bergerak bebas, dan imobilisasi mengacu pada

ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Gangguan tersebut

5
suatu keadaan ketika invidu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan

gerakfisik (Astari, 2016).

Pada pasien diabetes mellitus yang mengalami komplikasi kaki

diabetik akan mengalami kesemutan, rasa tertusuk – tusuk, dan penurunan

sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang

terhuyung huyung dan pasien cenderung merasa tidak nyaman.

Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh

meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini

juga digunakan sebagai terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan

seluruh tubuh ke status kesehatan maksimal (Astari, 2016).

Berdasarkan data yang ada di Ruang Anggrek RSUD Kota Kendari

sehingga peneliti mengangkat judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. D

dengan Luka Gangren di Telapak Kaki Kanan, Dengan Diagnosa Medis DM

Tipe II Dalam Pemenuhan Aktivitas”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan masalah

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan Asuhan keperawatan Ny.D dengan

Luka Gangren ditelapak kaki kanan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas di

Ruang Perawatan Anggrek RSUD Kota Kendari ?

6
C. TujuanPenulisan

1. Tujuan umum

Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada Ny. D dengan luka

gangren ditelapak kaki kanan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuha keperawatan pada Ny. D dengan luka gangren

ditelapak kaki kanan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.

b. Menerapkan tekhnik ROM (Range Of Moiton) pada Ny. D dengan

luka gangren ditelapak kaki kanan dalam pemenuhan kebutuhan

aktivitas.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan

menambah sumbangan referensi perkembangan keilmuan yaitu

keperawatan medical bedah terkait kebutuhan aktifitas pada pasien

Diabetes Melitustipe II dengan luka gangren ditelapak kaki kanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data

mengenai tingkat pemenuhan kebutuhan aktifitas pada pasien Diabetes

Melitus tipe II dengan luka gangren ditelapak kaki kanan.

7
b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

peneliti dalam memberikan pemenuhan kebutuhan aktifitas pada

pasien Diabetes Melitustipe II dengan luka gangren ditelapak kaki

kanan.

c. BagiInstitusi

Hasil penelitiaan ini diharapkan sebagai sumber bacaan dan bahan

Pustaka bagi institusi Pendidikan

d. Bagi Peneliti Selanajutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan serta memberikan

sumbangan ilmiah, dapat digunakan sebagai salah satu bacaan dan

referensi bagi peneliti selanjutnya

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Meliitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau

mengalihkan’’ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna

manis atau madu. Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu

yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa

tinggi (Riskesdas, 2018).

Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit

menahun yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan

gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan

oleh kekurangan hormon insulin. Diabetes Mellitus adalah penyakit

dimana metabolism glukosa tidak normal, suatu resiko komplikasi spesifik

perkembangan mikrovaskular dan ditandai dengan adanya peningkatan

komplikasi perkembangan makrovaskular (Haryono, 2019).

Diabetes Mellitus dalam decade sekarang ini menjadi ancaman serius

bagi umat manusia di penjuru dunia, bahkan bagi pasien DM penyakit ini

merupakan ancaman penyebab kematian (Kunaryanti, 2018).

9
2. Klasifikasi

American diabetes association (ADA) klasifikasi diabetes

mellitus berdasarkan pengetahuan mutakhir mengenai pathogenesis

sindrom diabetes dan gangguan toleransi glukosa. Klasifikasi ini telah

disahkan oleh World health organization (WHO) pada tahun 1997

dalam Porth (2007) dan telahdipakai di seluruh dunia. Empat

klasifikasi Diabetes Mellitus: Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus

tipe 2, Diabetes Mellitus gestasional (diabetes kehamilan), dan Diabetes

Mellitus tipe lainnya. Dikenal 2 jenis utama Diabetes Mellitus yaitu

Diabetes Mellitus tipe 1 dan Diabetes Mellitus tipe 2 (Wahyuni, 2019).

a. Diabetes Mellitus Tipe 1

DM tipe-1 adalah kelainan sistemik akibat terjadinya gangguan

metabolism glukosa yang ditandai oleh hiper glikemia kronik.

Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan sel β pancreas baik oleh proses

auto imun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang

bahkan terhenti. Sekresi insulin yang rendah mengakibatkan gangguan

pada metabolism karbohidrat, lemak, dan protein (Kartika, 2017).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolic

yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi

insulin oleh sel β pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi

insulin) (Fatimah, 2016).

10
c. Diabetes pada kehamilan (gestational diabetes)

Diabetes kehamilan terjadi pada intoleransi glukosa yang

diketahui selama kehamilan pertama. Jumlahnya sekitar 2-4%

kehamilan. Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami

peningkatan resiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun melahirkan

(Kartika, 2017).

d. Diabetes tipe lain

Merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan

hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau

penurunan penggunaan glukosa oleh sel (Haryono, 2019).

3. Etiologi

Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan

pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah

penyebab utama dan faktor herediter memiliki peran penting (Pangribowo,

2019).

Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses

terjadinya diabetes melitustipe 2, yaitu usia (resistensi insulin cenderung

meningkat pada usia 65 tahun keatas tetapi sekarang usia 20 tahun keatas

sudah terdapat yang terserang DM tipe 2), obesitas dan riwayat

keluarga. Sedangkan berdasarkan kelompoknya Insulin Dependent

11
Diabetes Melitus (IDDM) dan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM) tentu memiliki etiologi yang berbeda (Fatimah, 2016).

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun, biasanya disebut

dengan Juvenille Diabetes. Faktor genetik dan lingkungan merupakan

faktor pencetus IDDM. Sedangkan lingkungan bias berasal dari

infeksi virus misalnya virus Coxsackie virus B dan streptococcus.

Virus tersebut menyerang pulau Langerhans Pankreas sehingga

produksi insulin berkurang dan bias saja akibat respon autoimun,

dimana antibody sendiri akan menyerang sel β pancreas.

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Kelebihan berat badan (overweight) memiliki peran

penting dalam terjadinya NIDDM karena over weight membutuhkan

banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya Hiperglikemia disaat

pancreas tidak cukup untuk menghasilkan insulin dan jumlah reseptor

insulin menurun sehingga banyak gula darah yang tidak diikat

sehingga beredar didalam darah.

4. Patofisiologi Diabetes MellitusTipe II

Dalam kondisi normal, konsentrasi glukosa plasma dijaga ketat secara

fisiologis oleh efek insulin, hormon perantara yang mengatur

metabolisme. Dalam keadaan puasa konsentrasi insulin rendah dalam

darah dan berfungsi untuk memodulasi produksi glukosa endogen,

12
terutama yang bersumber di hati. Efek ini juga diimbangi oleh berbagai

hormone regulatorlain, terutama glucagon (Wahyuni, 2019).

Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi

insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu

merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai

“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas

dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan

namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel betal angerhans secara autoimun

seperti diabetes mellitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita

diabetes melitustipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolute (Fatimah,

2016).

Hiperglikemia awalnya terjadi pada fase setelah makan saat otot gagal

dalam melakukan ambil anglukosa. Pada fase berikutnya dimana produksi

insulin semakin turun, produksi glukosa hati berlebihan menyebabkan

glukosa darah meningkat saat puasa. Hiperglikemia memperberat

gangguan sekresi insulin yang sudah ada dan disebut dengan fenomena

glukotoksisitas (Kurniawaty, 2016).

Perbedaan dengan diabetes melitustipe 1 (DMT1) yaitu DMT1 dipicu

oleh destruksi autoimun pada sel β pancreas penghasil insulin sedangkan

diabetes melitustipe 2 (DMT2) akibat gangguan kompleks yang

13
disebabkan oleh resistensi insulin perifer yang dikombinasi dengan

defisiensi relative insulin (Fatimah, 2016).

5. Komplikasi Diabetes Melitus

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes mellitus

terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan

kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya:

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai

komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang

tepat.

b. Ketoadosis Diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar

glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat

menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai

oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis.

c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler non ketotik)

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai

dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600

mg/dl.

14
6. Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa

darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja.

Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena untuk

memastikan diagnosis DM (Fatimah, 2016).

Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa

darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa>126 mg/dl sudah cukup

untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan

toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban

glukosa (Fatimah, 2016).

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan

penyaring. Uji diagnostic dilakukan pada mereka yang menunjukkan

gejala DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk

mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, tetapi punya resiko DM

(usia> 45 tahun, berat badan lebih, hipertensi, riwayat keluarga DM,

riwayat abortus berulang, melahirkan bayi> 4000 gr, kolesterol HDL <=

35 mg/dl, atautrigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji diagnostic dilakukan pada

mereka yang positif uji penyaring (Kurniawaty, 2016).

15
7. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan Diabetes Mellitus adalah:

a. Jangka pendek, hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan

rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

b. Jangka Panjang, tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit

mikro angiopati, makro angiopati dan neuropati

c. Tujuan akhir, turunnya morbiditas dan mortalitas DM.

1) Diet

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir

sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan

zat gizi masing- masing individu. Pada penyandang diabetes perlu

ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal

makan, jenis dan jumlahmakanan, terutama pada mereka yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (Haryono,

2019).

2) Latihan Fisik atau Olahraga

Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama

kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous,

Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE). Training

sesuai dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah

raga ringan jalan kaki biasa selama 30 menit

16
3) Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan.

Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan kepada

kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan

sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan

pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada

pasien yang sudah mengidap DM dengan penyulit menahun

(Fatimah, 2016).

B. Konsep Gangren Diabetes Mellitus

1. Definisi

Gangren diabetic merupakan komplikasi dari penyakit diabetes

mellitus yang disebabkan karena kerusakan jaringan nekrosis oleh emboli

pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah

erhenti (Rosa, 2019).

Gangren adalah kondisi jaringan tubuh yang mati akibat tidak

mendapat pasokan darah yang cukup atau akibat infeksi bakteri yang

berat. Kondisi serius ini umumnya terjadi ditungkai, jari kaki, atau jari

tangan, namun juga bias terjadi pada ototserta organ dalam. Gangren

adalah kondisi serius yang bias mengarah keamputasi hingga kematian

(Putra, 2019).

17
Menurut (Dr. Tjin Willy, 2018), gangren terbagi dalam beberapa jenis

yaitu:

a. Gangren kering, kulit kering dan mengerut dengan warna kulit cokelat,

biru, atau hitam adalah ciri gangrene kering. Gangren ini terjadi

secara bertahap, dan umumnya menimpa penderita penyakit arteri

perifer

b. Gangren basah, gangrene ini umumnya menimpa penderita diabetes

yang tidak sadar saat mengalami luka di kaki. Gangren basah juga bias

terjadi pada seseorang yang mengalami luka bakar atau frostbite.

c. Gangren internal, yaitu gangren yang terjadi akibat terhambatnya

aliran darah ke organ dalam tubuh, seperti usus atau empedu. Gangren

internal bias menyebabkan demam serta nyeri hebat, dan bias

berbahaya jika tidak cepat ditangani

d. Gangren Meleney, jenis gangrene ini tergolong langka, yang terjadi

1-2 minggu pasca operasi.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Wagner-Meggit dikembangkan pada tahun 1970-an,

digunakan secara luas untuk mengklasifikasi lesi pada kaki diabetes.

18
Tabel 2.1: Klasifikasi luka ganggen berdasarkan Wagner-Meggit.

Derajat
Simptom pada kaki seperti nyeri
0
Derajat
Gangren Superfisial
1
Derajat
Gangren dalam
2
Derajat
Gangren sampai mengenai tulang
3
Derajat
Gangren telapak kaki
4
Derajat
Gangren seluruh kaki
5

3. Etiologi

Penyebab gangren pada penderita DM adalah bakteri anaerob, yang

tersering Clostridium. Bakteri ini akan menghasilkan gas, yang disebut

gas gangrene (Kartika, 2017).

a. Kekurang analiran darah

Darah mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan tubuh,

antara lain oksigen, nutrisi, serta antibodi. Kekurangan senyawa

penting tersebut bias membuat sel-sel tubuh mati.

b. Infeksi

Bakteri yang dibiarkan berkembang terlalu lama bias

menimbulkan infeksi dan menyebabkan gangren.

19
c. Luka

Luka parah, seperti luka akibat tembakan atau cedera akibat

kecelakaan mobil, bias menyebabkan bakteri tumbuh dan menyerang

jaringan di dalam kulit.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangren secara holistic harus memperhatikan 6 aspek

yang wajib untuk di kontrol, yaitu control mekanik, control metabolik,

control vaskular, control luka, control infeksi dan control edukasi.

a. Kontrol Mekanik

1) Mengistrahatkan kaki

2) Menghindari daerah tekanan pada daerah kaki yang luka

3) Memakian Kasur anti decubitus bila perlu

4) Mobilisasi

b. Kontrol Luka

1) Evaluasi jaringan nekrotik dan pus yang adekuat

2) Pembalutan luka dengan pembalut yang moist

3) Debridemen dan nekrotomi

4) Amputasi

c. Kontrol infeksi

20
1) Terapi anti mikroba empiric pada saat awal terjadinya luka

2) Rekomendasi antibiotic untuk infeksi superfisial

3) Penggunaan antibiotic diobservasi seminggu kemudian dan

disesuaikan dengan hasil kultur mikroorganisme

d. Kontrol vascular

1) Periksa Ankle Brachial Index (ABI)

2) Periksa Angiografi (bilaperlu)

3) Tindakan bedah vaskuler atau Tindakan endovaskuler

4) Periksa Toe pressure

e. Kontrol Metabolik

1) Perancanaan nutrisi yang baik selama proses infeksi dan

penyembuhan luka

2) Regulasi gula darah yang tepat

3) Pengendalian komorbiditas

f. Kontro lEdukasi

Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai kondisi luka kaki

pasien saat ini, rencana, diagnosis, penatalaksanaan/terapi, penyulit

yang mungkin timbul, serta prognosis adalah aspek penting dalam

penatalaksanaan agar kepatuhan pasien lebih baik

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

21
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengindentifikasi status kesehatan klien.

a) Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan secara drastic menurun

dengan cepat setelah memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang

dengan overweight.

b) Pendidikan dan Pekerjaan

Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai

pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak

yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan yang berat serta

aktifitas fisik yang sedikit oleh karena itu biasanya dialami pegawai

perkantoran, bos perusahaan dan pejabat pemerintahan.

c) Keluhan Utama

Penderita biasanya dating dengan keluhan menonjol badan terasa

sangat lemas sekali disertai penglihatan yang kabur. Meskipun

muncul keluhan banyak (poliuria) kadang penderita belum tahu kalau

itu salah satu tanda peyakit diabetes mellitus.

d) Riwayat Penyakit

22
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya sering

buang air kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan

polifagia), sebelumnya penderita mempunyai berat badan yang lebih.

Biasanya penderita belum menyadari kalau itu merupakan perjalanan

penyakit diabetes mellitus. Penderita baru tahu kalau sudah

memeriksakan diri kepelayanan Kesehatan.

e) Riwayat Kesehatan dahulu

Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya diabetes mellitus

dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya:

1) Penyakit pancreas

2) Ganggian penerimaan insulin

3) Gangguan hormonal

f) Kemampuan Fungsi Motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan

dan kanan untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau

spastic.

g) Kemampuan Mobilitas

Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring,

duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.

h) Kemampuan Rentan Gerak

Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,

panggul, dan kaki.

23
i) Riwayat Kesehatan keluarga

Diabetes dapat munurun menurut silsilah keluarga yang mengingat

diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh ini tak dapat

menghasilkan insulin dengan baik akan disampaikan informasinya

pada keturunan.

j) Pemeriksaan Fisik

1. Status penampilan Kesehatan

2. Tingkat kesadaran

3. Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah

b) Frekuensi nadi

c) Frekuensi pernapasan

d) Suhu tubuh

4. Berat badan melalui penampilan atau pengukuran

5. Kulit

a) Warna

b) Kelembaban

c) Suhu

d) Tekstur

e) Turgor

24
6. Kuku

7. Rambut

8. Kepala

a) Kulitkepala

b) Tulangtengkorak

c) Wajah

9. Mata

a) Skelara

b) Kornea, iris dan lensa

c) Pupil

10. Telinga

a) Lubangtelinga

b) Gendang telinga

c) Pendengaran

11. Hidung

12. Mulut dan faring

13. Leher

14. Toraks dan paru-paru

15. Dada

16. Asksila

17. System kardiovaskuler

18. Abdomen

25
19. Ginjal

20. Sistem musculoskeletal

2. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang ada dalam Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia dan biasanya muncul yaitu:

a) Resiko ketidsakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b) Kekurangan volume cairan

c) Kerusakan integritas kulit

d) Infeksi

e) Intoleransi aktivitas

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual dan potensial. Dalam kasus, diagnosa

Kebutuhan Aktivitas ditegakkan oleh penulis karena pada saat

pengkajian ditemukan data klien mengatakan sakit pada kaki kanannya

dan susah untuk beraktivitas sehari-hari serta pergerakan klien

terbatas, setelah pengkajian RSUD Kota Kendari didapatkan hasil:

klien susah beraktivitas karena sakit pada kaki kanan akibat diabetes

melitus dengan luka gangren, keadaan umum lemah, klien nampak

letih setelah beraktivitas, klien nampak tidak nyaman setelah

beraktivitas, aktivitas klien nampak dibantu oleh keluarga, dan

pergerakan klien terbatas.

26
3. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian Tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk mambantu

pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah

Kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana

keperawatan (Nursalam, 2011).

4. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis

yaitu:

a) Evaluasi formatif

Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi

dilakukan sampai dengan tujuan tercapai

b) Evaluasi Somatif

Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP

D. Konsep Kebutuhan Aktivitas

1. Pengertian

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda

kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas

27
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Adapun sistem tubuh yang berperan

dalam kebutuhan aktivitas antara lain: tulang, otot dan tendon, ligamen,

sistem saraf dan sendi. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan

bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidup.

2. Jenis Aktivitas (Mobillitas)

a. Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan

menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi

saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh

area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area

tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang

dengan pemasangan traksi.

3. Jenis Latihan

a. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan otot

dan sendi.

b. Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada penambahan

daya tahan kardiovaskular

28
c. Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot jangka

pendek.

Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat

badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur

memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu mencegah

penyakit kekayaan seperti jantung, penyakit kardiovaskular, diabetes tipe

2 dan obesitas.

4. Faktor yang Mempengaruhi

a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan

aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-

hari.

b. Proses penyakit / cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi

kemampuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system

tubuh.

c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi

kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan

jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang

yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat

dilarang beraktivitas.

d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas

29
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi

alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/

penurunan kekuatan dan stamina, depresi mood dan cemas.

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus yang

menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi

masalah asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus tipe II dengan

masalah adanya gangren di telapak kaki kanan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitas klien.

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup satu unit

secara intensif misalnya satu klien atau dua klien. Meskipun jumlah subyek

cenderung sedikit namun jumlah variabel yang berhubungan dengan masalah

studi kasus. Rancangan dari studi kasus bergantung pada keadaan kasus

namun tetap mempertimbangan penelitian waktu (Widiantini, 2020).

B. Subjek Studi Kasus

Subyek penelitian ini adalah Ny. D penyandang Diabetes Mellitus

Tipe II dengan masalah keperawatan adanya luka gangren ditelapak kaki

kanan. Studi kasus ini menggunakan 1 klien dengan karakteristik Klien

30
diabetes mellitus dengan adanya gangren pada telapak kaki kanan sebelah

kanan yang memiliki luka disebelah kaki kanan.

31
C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah gambaran asuhan keperawatan

yang diberikan secara langsung kepada klien yang mengalami masalah

dengana danya gangren pada kaki sebelah kanan pasien yang dimulai dari

pengkajian, mengangkat, diagnose keperawatan, intervensi, dan evaluasi.

D. Definisi Operasional Studi Kasus

1. Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tinggimya kadar

gula dalam darah akibat dangguan sekresi insulin.

2. Kebutuhan aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

3. Pengkajian keperawatan adalah hal utama yang dilaksanakan perawat

karena memungkinkan 80% diagnosis masalah klien dapat ditegakkan

serta untuk mendapat data tentang keadaan pasien.

4. Diagnose keperawatan merupakan suatu pernyataan yang dirumuskan

berdasarkan masalah yang dapat dari hasil pengkajian pada pasien.

5. Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.

6. Impelementasi adalah tindakan perawat dalam melaksanakan rencana

tindakan keperawatan yang telah disusun berdasarkan masalah pada

pasien.

32
7. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang merupakan

pengukuran keberhasilan dari seluruh tindakan keperawat dan memenuhui

kebutuhan.

8. Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari

satu atau lebih esktremitas secara mandiri.

9. Luka gangren adalah kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak

mendapat pasokan darah yang cukup.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen penelitian dalam studi kasus digunakan sebagai alat

pengumpulan data. Pada penelitian ini instrument untuk mengukur jaringan

integritas kulit/jaringan yang meliputi nyeri, perdarahan, hematoma, dan

nekrosis, serta mengukur kekuatan otot.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

obeservasi dan wawancara.

1. Observasi

Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan secara

langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Dalam penelitian

ini, data yang diobservasi meliputi: nyeri, perdarahan, hematoma, dan

nekrosis atau jaringan yang mati.

33
2. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara langsung pada pasien atau keluarga pasien untuk mendapatkan

informasi dengan cara di catat. Data yang diperoleh melalui kegiatan

wawancara adalah keluhan nyeri, apakah ada perdarahan, dan adanya

jaringan yang mati.

G. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di ruang anggrek RSUD Kota Kendari

2. Waktu

Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2021 s/d 4 Maret

2021

H. Analisa dan Penyajian Data

1. Analisa Data

Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori dan satu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan

tema tertentu (Nursalam, 2011). Analisa data dilakukan sejak penelitian

dilapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data

terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan.

34
2. Penyajian Data

Data yang akan disajikan pada penelitian atau studi kasus ini yakni dalam

bentuk tabel asuhan keperawatan yang kemudian dikemukakan secara

tekstural atau narasi untuk menjelaskan maksud dari tabel tersebut.

I. Etika Studi Kasus

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh

bertentangan dengan kode etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Pelaksanaan penelitian ini peneliti menekankan

pada prinsip etika yang meliputi:

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subyek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Subyek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian ini

atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam

hal-hal yang dapat merugikan subyek dalam bentuk apapun.

c. Risiko

Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.

35
2. Prinsip menghargai Hak Asasi Manusia

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subyek ataupun tidak

tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya jika mereka seorang pasien.

b. Hak untuk mendapat jaminan

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan informasi secara rinci

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembaran persetujuan kepada subjek

penelitian. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud serta

tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

3. Prinsip keadilan

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya

Masalah etika keperawatan tanpa nama merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

36
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

37
BAB IV

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian

1. Biodata

Table 4.1 Identitas Klien Asuhan Keperawatan Dengan Luka Gangren

Di Telapak Kaki Kanan Dengan Diagnosa Medis Dm Tipe II

Identitas Klien Klien


Nama Ny. D
Umur 35 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Wiraswasta
Alamat Btn. Mahkota
Status Perkawinan Menikah
SukuBangsa Tolaki/Indonesia
Tanggal Masuk RS 27 Februari 2021
Jam Masuk RS 09:00 Wita
Tanggal Pengkajian 2 Meret 2021
Diagnosa Medis DM Tipe II

Tabel 4.2 Identitas Penanggung Jawab Pasien

Nama Nn. A
Jenis kelamin Perempuan
Pekerjaan Belum bekerja

38
Hubungan dengan pasien Anak
Alamat Btn Mahkota

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama : Klien mengeluh luka nyeri pada telapak kaki

kanan

b. Riwayat keluhan : Klien mengeluh diakibatkan luka atau gangren

ditelapak kaki kanan sehingga klien tidak dpat beraktifitas

1) Penyebab/faktor pencetus : mual dan pusing yang

disebabkan penyakit yang diderita yaitu diabetes mellitus

2) Sifat keluhan : Nyeri tumpul

3) Lokasi dan penyebarannya : Kaki kanan

4) Skala keluhan : 5-6

5) Mulai dan lamanya keluhan : Terus menerus

6) Hal-hal yang meringankan : Istirahat

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Apakah menderita penyakit yang sama : Tidak

b. Bila pernah di rumah sakit : Tidak

c. Pernah mengalami pembedahan : Tidak

4. Riwayat Keluarga

a. Apakah anggota keluarga yang menderita penyakit serupa : Tidak

b. Apakah ada keluarga yang memiliki penyakit menular : Tidak

5. Pemeriksaan Fisik

39
a. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah : 130/80 mmHg

2) Pernapasan : 20x/menit

3) Nadi : 82x/menit

4) Suhu tubuh : 36,60 C

b. Berat badan dan tinggi badan

1) Berat badan : 50 Kg

2) Tinggi badan :155 Cm

c. Kepala

1) Bentuk kepala : Bulat

2) Keadaan kulit kepala : Basah

3) Nyeri kepala/pusing : Klien mengeluh sakit kepala

4) Distribusi rambut : Merata

5) Rambut mudah tercabut : Tidak

6) Alopesia : Tidak

d. Mata

1) Kesimetrisan : Simetris kanan dan kanan

2) Edema kelopak mata : Tidak

3) Ptosis : Tidak

4) Sklera : Tidak ikterik

5) Diplopia : Tidak

6) Photohobia : Tidak

40
7) Nystagmus : Tidak

8) Nyeri : Tidak

e. Telinga

1) Kesimetrisan : Simetris kanan dan kanan

2) Secret : Tidak

3) Ketajaman Pendengaran : Kurang

4) Tinnitus : Tidak

5) Nyeri : Tidak

f. Hidung

1) Kesimetrisan : Simetris kanan dan kanan

2) Perdarahan : Tidak

3) Fungsi penciuman : Normal

4) Nyeri : Tidak

g. Mulut

1) Fungsi berbicara : Kurang jelas

2) Posisi Ovula : Normal

3) Warna Lidah : Merah muda

4) Kebersihan lidah : Bersih

5) Bau mulut : Tidak

6) Kelengkapan gigi : Lengkap

7) Nyeri menelan : Tidak

8) Fungsi pengecap : baik

41
h. Leher

1) Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

2) Pelebaran vena jugularis : Tidak ada

i. Thoraks

1) Paru-paru

a) Bentuk dada : Simetris kanan dan kanan

b) Pengembangan dada : Normal

c) Taktil fremitus : Melemah

d) Dispnea : Tidak

e) Suara nafas : Vesikuler

f) Nyeri dada : Tidak ada

2) Jantung

a) Iktuskordis : Normal

b) Ukuran jantung : Normal

c) Palpitasi : Normal

d) Bunyi jantung : Normal

j. Abdomen

1) Warna kulit : Putih

2) Distensia abdomen : Tidak ada

3) Tanda jejas : Tidak ada

4) Peristaltic : Normal

5) Massa : Tidak ada

42
6) Nyeri tekan : Tidak ada

k. Payudara

1) Kesimetrisan : Simetris kanan dan kanan

2) Keadaan putting susu : Normal

3) Massa : Tidak ada

4) Nyeri : Tidak ada

5) Lesi : Tidak ada

l. Genitalia

1) Keadaan meatus uretra eksterna : Bersih

2) Leukorrhea : Tidak

3) Perdarahan : Tidak

4) Lesi pada genital : Tidak ada

m. Pengkajian sistem saraf

1) Tingkat kesadaran : Composmentis

2) Koordinasi : Tidak sempurna

3) Memori : Lambat

4) Orientasi : Lambat

5) Konfusi : Menurun

6) Kesimbangan : Menurun

7) Kelumpuhan : Ada kelumpuhan pada kaki sebelah

kanan

8) Refleks :

43
a) Refleks tendon

1.1) Biseps : Normal

1.2) Triseps : Normal

1.3) Lutut : Normal

1.4) Achilles : Normal

b) Reflek spatologis

1.1) Babinski : Normal

1.2) Lain-lain : Tidak ada

c) Tanda meningeal

1.1) Kaku kuduk : Tidak ada

1.2) Brudzinski I : Normal

1.3) Brudzinki II : Normal

n. Anus dan perianal

1) Hemorrhoid : Tidak ada

2) Lesi perianal : Tidak ada

3) Nyeri : Tidak ada

o. Ekstremitas

1) Ekstremitas atas:

a. Warna kulit : Putih

b. Purpura/ekimosis : Tidak ada

c. Atropi : Tidak ada

d. Lesi : Tidak ada

44
e. Luka : Tidak ada

f. Edema : Tidak ada

g. Pergerakan : Tidak sulit untuk bergerak

h. Kekakuan sendi : Tidak ada

i. Kekuatan otot : Lemah

j. Nyeri : Tidak ada

2) Ekstremitas Bawah

a. Warna kulit : Putih

b. Purpura/ekimosis : Kemerahan, Lokasi kaki

c. Atropi : Kelumpuhan

d. Lesi : Merah dan kehitaman

e. Luka : Kaki, Lokasi kanan

f. Edema : Ya, ada

g. Pergerakan : Sulit untuk bergerak

h. Kekakuan sendi : Kaku pada kaki

i. Kekuatan otot : Lemah (Skala: 2)

j. Nyeri : Kaki sebelah kanan

6. Pengkajian Kebutuhan Dasar

Tabel 4.3 Pengkajian Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

Keterangan Sebelum sakit Sesudah sakit


Jumlah jam tidur siang 1-2 jam Tidak menentu

45
Jumlah jam tidur malam ± 7-8 jam 2-5 jam
Kebiasaan konsumsi obat
Tidak ada Tidak
tidur/penenang
Kegiatan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan waktu bangun Baik Gelisah
Kesulitan memulai tidur Baik Ya
Mudah terbangun Tiak Ya
Nyeri, proses
Penyebab gangguan tidur Tidak ada
penyakit
Perasaan mengantuk Ada Ya, ada

Tabel 4.4 Pengkajian Kebutuhan Aktivitas

Keterangan Sebelum sakit Sesudah sakit


Kegiatan rutin Melakukan aktivitas Tidak ada
Waktu senggang Berjalan-jalan Tidak ada
Tidak dapat
Kemampuan berjalan Mampu berjalan
berjalan
Kemampuan merubah Sulit, kecuali dengan
Dibantu keluarga
posisi saat berbaring bantuan
Kemampuan berubah Mampu, tetapi Dengan bantuan
posisi berbaring keduduk dengan perlahan keluarga
Kemampuan
Mampu dengan
mempertahankan posisi Kecuali ada arahan
sendiri
duduk
Kemampuan berubah
Bisa Tidak bisa
posisi duduk keberdiri
Kemampuan
mempertahankan posisi Mampu tidak
berdiri
Kemampuan berjalan Mampu Tidak
Penggunaan alat bantu
Tidak ada Kursi roda
dalam pergerakan
Dispnea setelah
Tidak Lemah
beraktivitas
Ketidak nyamanan Tidak Mudah Lelah

46
setelah beraktivitas
Pergerakan lambat Tidak lambat Lambat

7. Klasifikasi Data

Tabel 4.5 Data Fokus Pengkajian

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan sering - Klien Nampak lemah
mengeluh sakit pada kaki - Klien Nampak dibantu oleh
kanannya keluarga
- Klien mengatakan tidak bisa - Aktivitas klien namapak dibantu
melakukan aktivitas sehari-hari oleh keluaraga
- Klien mengatakan merasa - Nampak luka pada kaki kanan
lemah dan letih setelah pasien
beraktivitas - Pergerakan klien terbatas
- Tanda-tanda Vital:
TD: 130/80
Pernapasan: 20x/menit
Nadi : 82x/menit
Suhu: 36,60C

8. Analisa Data

Nama Pasien : Ny. D Ruang Perawatan : Anggek

No. Rekam Medik: 242030 Diagnosa Medis : DM tipe II

Tabel 4. 5 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Reseptor insulin Gangguan
- Klien mengatakan sering dalam sel berkurang Mobilitas
mengeluh sakit pada kaki Fisik

47
kanannya Peningkatan
- Klien mengatakan tidak Glukosa Darah
bisa melakukan aktivitas
sehari-hari Sirkulasi Darah ke
- Klien mengatakan merasa Sel Lambat dalam
lemah dan letih setelah Tubuh di Jaringan
beraktivitas Perifer
D0: Gangren Diaebetik
- Klien Nampak lemah
- Klien Nampak dibantu oleh Gangguan
keluarga Mobilitas Fisik
- Aktivitas klien namapak
dibantu oleh keluaraga
- Nampak luka pada kaki
kanan pasien
- Pergerakan klien terbatas
- Tanda-tanda Vital:
TD: 130/80
Pernapasan:20x/menit
Nadi : 82x/menit
Suhu: 36,60C

48
9. Rencana Keperawatan

Nama Pasien : Ny. D Ruang perawatan : Anggrek

No. Rekam Medik : 242030 Diagnosa Medis : DM Tipe II

Tabel 4.6 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi Keperawatan


1. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan Dukungan Mobilisasi:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Memfasilitasi pasien untuk
adanya luka gangren diharakan pasien mampu meningkatkan aktivitas pergerakan
diabetik mobilisasi secara mandiri fisik
dengan jriteria hasil: 1. Observasi
- Pergerakan - Identifikasi adanya nyeri atau
ekstremitas kekuatan keluhan fisik lainnya
otot rentang gerak - Identifikasi intoleransi fisik
(ROM) dari menurun melakukan pergerakan
menjadi meningkat - Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
2. Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi

49
dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan
melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

50
10. Implementasi dan Evaluasi

Nama Pasien : Ny. D Ruang Perawatan : Anggrek

Tabel 4.6 Implementasi Dan Evaluasi

No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi


1. Selasa, 2 Maret 1. Menentukan batasan pergerakan sendi adan S:
2021/ 09:00 efeknya terhadap fungsi sendi - Klien mengatakan nyeri
Hasil: pergerakan sendi klien terbatas dan pada kaki kanannya
sulit untuk menggerakkan kaki kanannya karena luka gangren
karena luka gangren O:
2. Mendukung latihan ROM aktif, sesuai - KU. Lemah
jadwal yang teratur dan terencana - Aktivitas klien Nampak
Hasil: Kaki kanan dan kanan (5) dibantu keluarga
3. Melakukan ROM pasif atau ROM dengan - Pergerakan klien
bantuan terbatas
Hasil: jika klien dibantu dapat melakukan
semua ROM A:
4. Menginstruksikan pasien/keluarga cara - Masalah belum teratasi
melakukan latihan ROM pasif adan ROM P:
aktif - Intervensi dilanjutkan

51
Hasil: Keluarga klien belum mengerti cara TD: 130/80 mmHg
melakukan ROM pasif dan aktif P: 20x/menit
N: 82x/menit
S: 36,60C
2. Rabu, 3 Maret 1. Menentukan batasan pergerakan sendi adan S:
2021/ 13:00 efeknya terhadap fungsi sendi - Klien mengatakan nyeri
Hasil: pergerakan sendi klien masih pada kaki kanannya
terbatas dan sulit untuk menggerakkan kaki karena luka gangren
kanannya karena luka gangren O:
2. Mendukung latihan ROM aktif, sesuai - KU. Lemah
jadwal yang teratur dan terencana - Aktivitas klien Nampak
Hasil: Kaki kanan dan kanan (5) dibantu keluarga
3. Melakukan ROM pasif atau ROM dengan - Pergerakan klien
bantuan terbatas
Hasil: jika klien dibantu dapat melakukan - Klien mengatakan
semua ROM belum mampu
4. Menginstruksikan pasien/keluarga cara beraktivitas
melakukan latihan ROM pasif adan ROM A:
aktif - Masalah belum teratasi
Hasil: Keluarga klien mampu mengerti P:

52
cara melakukan ROM pasif dan aktif - Intervensi dilanjutkan
seperti leher, jari tangan, pergelangan kaki TTV:
dan lutut. TD: 150/90 mmHg
P: 20x/menit
N: 94x/menit
S: 36,50C
3. Kamis, 4 Maret 1. Menentukan batasan pergerakan sendi adan S:
2021/ 10:00 efeknya terhadap fungsi sendi - Klien mengatakan
Hasil: pergerakan sendi klien sudah mulai mampu beraktivitas
membaik untuk menggerakkan kaki sedikit, masih dibantu
kanannya karena luka gangren oleh keluarga
2. Mendukung latihan ROM aktif, sesuai O:
jadwal yang teratur dan terencana - KU. Sedang
Hasil: Semua ROM dapat dilakukan pasien - Aktivitas klien Nampak
3. Melakukan ROM pasif atau ROM dengan dibantu keluarga
bantuan - Pergerakan sendi klien
Hasil: klien dapat melakukan semua ROM mulai meningkat
4. Menginstruksikan pasien/keluarga cara - Klien mengatakan
melakukan latihan ROM pasif adan ROM mampu beraktivitas
aktif A:

53
Hasil: Keluarga klien mengerti cara - Masalah teratasi
melakukan ROM pasif dan aktif seperti sebagian
leher, jari tangan, pergelangan kaki dan P:
lutut. - Intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan
TTV:
TD: 160/90 mmHg
P: 20x/menit
N: 88x/menit
S: 36,40C

54
B. Pembahasan

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klienNy. D

dengan diangnosa diabetes mellitus diruangan Anggrek RSUD Kota Kendari.

Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus

keperawatan tersebut, penulis berusaha mencoba menerapkan dan

mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diabetes

Melitus sesuai dengan Teori–teori yang ada.

Untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawtan yang diberikan dan

sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan proses

keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan

evaluasi.

1. Pengkajian

a) Identitas klien

Pada tinjauan kasus dan teori tidak ada terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus, dalam melakukan pengkajian kasus kepada klien,

penulis tidak ada kesulitan untuk mendapatkan data dari klien sendiri,

dan keluarga klien juga banyak memberikan informasi jika ditanya.

1) Keluhan utama

Pada keluhan utama dan tinjauan teoritis serta tinjauan kasus tidak

ada terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.


2) Riwayat Kesehatan sekarang

Pada Riwayat Kesehatan sekarang pada tinjauan teori dan tinjauan

kasus tidak ada kesenjangan.

3) Riwayat Kesehatan dulu

Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian tidak ada

kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

4) Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Pada saat melakukan pengkajian kesadaran klien yaitu

composmentis

b. Head to toe

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan toeri dan tinjauan kasus

pada saat dilakukan pengkajian

5) Diagnosa Keperawatan

a. Dianosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas

pada masalah Kesehatan, pada resiko masalah Kesehatan atau

proses kehidupan. Pada tinjauan teoritis ditemukan 5 diagnosa

keperawatan yaitu: Resiko ketidsak seimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, Kekurangan volume cairan, Kerusakan

integritas kulit, Infeksi, Intoleransi aktivitas sedangkan pada

56
tinjauan kasus ditemukan 1 diagnosa keperawatan yaitu

Gangguan Mobilitas Fisik.

b. Intervensi Keperawatan

Tahap perencanaan member kesempatan kepada perawat,

klien, keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan

rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah

Kesehatan pasien.

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada

klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tindak

rencana tindakan pada teori ditegakkan pada tinjauan kasus

karena pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan

keadaan klien.

c. Implementasi

Implemntasi adalah tahap ketiga ketika perawat

mengaplikasikan asuhan keperawatan kedalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan

yang telah ditetapkan

d. Evaluasi

Dari 1 diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai

dengan apa yang penulis temukan dalam studi kasus dan

melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai

perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu

57
dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil

yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis

dengan klien, perawat , dokter, dan tim Kesehatan lainnya.

2. Penerapan Teknik ROM

Setelah diberikan asuhan keperawatan dengan tindakan mandiri

keperawatan latihan ROM pasif selama 3 hari masalah Gangguan

mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil kekuatan otot pada

telapak kaki kanan meningkat yaitu pada ekstremitas kanan dari skala 2

menjadi.

C. Keterbatasan Studi Kasus

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Adanya keterbatasan ini

penulis mengharapkan adanya perbaikan untuk penelitian yang akan datang,

diantara keterbatasan tersebut ialah:

1. Tidak melakukan pengkajian untuk data-data penunjang yang

lengkap

2. Tidak melakukkan pemeriksaan yang lengkap

58
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari data-data serta pengkajian yang telah dilakukan ditemukan diagnose

keperawatan yang diangkat yaitu Gangguan mobilitas fisik. Pada akhir

evaluasi semua tujuan dapat dicapai walaupun belum keseluruhan karena

adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan tim Kesehatan.

Hasil evaluasi pada Ny. D sudah sesuai dengan harapan masalah teratasi

Sebagian.

2. Kekuatan otot pada pasien sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM

berdasarkan hasil penelitian mengalami perbedaan dan peningkatan yang

signifikan. Analisis menunjukan adanya pengaruh latihan ROM terhadap

kekuatan otot pada pasien DM dengan adanya gangren pada kaki di

telapak kaki kanan.

B. Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Untuk memberikan hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan yang

baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatana lainnya.

59
2. Perawat sebagai petugas pelayanan Kesehatan mempunyai pengetahuan,

keteramplan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim Kesehatan

lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pade klien dengan

diabetes mellitus.

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional

alangkah baiknya diadakan suatu penyuluhan atau suatu pertemuan yang

membahas tentang Kesehatan yang ada pada klien.

4. Kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep

manusia secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan baik.

5. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya dalam bidang

pengetahuan.

60
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, R. N. (2016). Diabets Melitus Tipe 2. Indonesian Journal of Pharmacy,

27(2), 74–79.

Haryono, D. (2019). Tingkat Kepatuhan Diet Pasien DM dan Proses Penyembuhan

Luka Gangren. 2-Trik: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, 9(1), 72–78.

Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan gangren kaki Diabetik. Continuing Medical

Education - Cardiology, 44(1), 18–22.

Kemenkes RI. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2019. Pusat Data Dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI, 1–8.

Kunaryanti. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang DM Dengan Perilaku

Mengontrol Gula Darah Pada Pasine DM Rawat Jalan RSUD Moewardi

Surakarta. 11(1), 49–56.

Kurniawaty, E. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes

Melitus Tipe II. Majority, 5(2), 27–31.

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1073

Pangribowo, S. (2019). Beban Kanker di Indonesia. Pusat Data Dan Informasi

Kemeterian Kesehatan RI, 1–16.

Putra, Y. (2019). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Luka

Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus.

61
Riskesdas. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Sulawesi Tenggara. In Jakarta.

Rosa, S. K. Dela. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya

gangren pada pasien diaebetes meliitus. 7, 192–202.

Wahyuni, R. (2019). Hubungan Pola Makan Terhadap Kadar Gula Darah Penderita

Diabetes Mellitus. Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan, 4(2), 1–8.

http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

Widiantini, W. (2020). Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan

RI.

62
LAMPIRAN

63
lempiran 1 Dokumentasi Penelitian

64
Lampiran 2 Surat Keterangan Bebas Pustaka

65
Lampiran 3 Lembar Informed Consent

66

Anda mungkin juga menyukai