html
Pada tahun 2010 bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, era dimulainya pasar bebas
ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu
mulai terjadi suatu masa transisi atau pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek
meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi,
dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur
harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan
implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya,
masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran
keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan sehat
untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi yang harus ditempuh adalah :
menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini
masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang
pendidikan.
Universitas Indonesia (UI) meluncurkan Program Doktor (S3) Keperawatan pertama dan
bidang kesehatan.
"Ini sejalan tuntutan dan kebutuhan akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang kesehatan yang sangat pesat," kata Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UI Dewi Irawaty
dalam Peluncuran Program Doktor Keperawatan UI di Jakarta, Menurut dia, program doktor
pertama sudah dibuka di University of Columbia sejak 1923. Indonesia, ujarnya, baru memulai
sistem pendidikan tinggi keperawatan pada 1985, dalam program studi Ilmu Keperawatan di
Fakultas Kedokteran (FK) UI yang baru berkembang menjadi fakultas mandiri pada 1995
sebagai fakultas ke-12 di UI. Fakultas ini, ujarnya, baru membuka program magister pada 1999
yang dengan semakin meningkatnya jumlah perawat terdidik maka diharapkan dapat
meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat. Namun demikian ia
sebagai profesi penunjang dalam praktek kedokteran. Program S2 dan S3 itu lebih bersifat
akademik yang berbeda dengan praktek. Jalur akademik ini lebih berkaitan dengan keilmuwan
dan mengisi kebutuhan di level manajemen, pendidikan, dan klinikal," kata Kepala RSCM
Akmal Taher yang juga hadir. Program ini, lanjut Dewi, diharapkan mampu menghasilkan
lulusan berkualitas unggul baik sebagai peneliti, ilmuwan, pendidik, dan pemimpin di tengah
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi
praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam
konsumen/klien.
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara
mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam
1. Nilai intelektual
a. Body of Knowledge
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati
janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan
spiritual klien.
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa
perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian
mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi
pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus
ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab
anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan
Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahan-
perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik. Di bidang
kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa
dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga.
Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada
konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang
Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada
peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit,
sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan maksud
melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan roduktif serta tidak jatuh
sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan investasi dan intervensi pada orang
sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih cost effective dari pada intervensi terhadap
orang sakit. Pada masa mendatang, perlu diupayakan agar semua policy pemerintah selalu
Menurut sejarah, keterlibatan Perawat dalam politik terbatas. Walaupun secara individu,
seperti Florence Nightingale, Lilian Wald, Margaret sanger, dan Lavinia Dock telah
mempengaruhi dalam perbuatan keputusan seperti sanitasi, nutrisi, dan keluarga berencana,
perawat kurang dihargai sebagai kelompok (Hall-long, 1995). Akan tetapi gerakan wanita telah
memberikan inspirasi pada perawat masalah perawatan kesehatan. Selain itu banyaknya lulusan
yang berpendidikan tinggi masuk sebagai anggota profesi, mereka membawa keperawatan
Pada tahun 1974, ANA membentuk the nurse coalition in politics (N-CAP), yang menjadi
komite aksi politik (political action committee [PAC]) pertama bagi perawat. Organisasi ini yang
kemudian dikenal sebagai ANA-PAC, merupakan komite aksi politik utama yang mencari
dukungan bagi kandidat yang ingin masuk ke dalam kantor federal (Mason, 1990).
untuk memihak pada pemerintah untuk mempertahankan bahwa kekuatan dari pihak tersebut
membentuk hasil yang diinginkan (Rogge, 1987). Dahulu, perawat merasa tidak nyaman dengan
politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan politik merupakan dominasi laki-laki.
Perawat juga tidak menyadari preseden historis yang ditetapkan oleh perawat dalam area politik,
dan karena mereka tidak pada secara politik, perawat kurang mendapatkan pendidikan politik
untuk memenangkan kompetisi dalam politik (Mason dan Talbott, 1985: Mason, 1990)
Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam
kurikulum keperawatan, organisasi professional dan tempat perawatan kesehatan (Stanhope dan
Belcher, 1993). Organisasi keperawatan telah memperkerjakan seseorang yang mampu melobi
untuk mendorong terbentuknya legislasi Negara bagian dan U.S. Congress untuk meningkatkan
kualitas perawatan kesehatan. Kalisch dan Kalisch (1982) menuliskan bahwa ANA
bekerja untuk meningkatkan standar kesehatan dan ketersediaan pelayanan perawatan kesehatan
bagi semua orang; mendorong standar peperawatan yang tinggi, menstimulasi dan meningkatkan
federal, dan organisasi keperawatan Negara bagian juga memperkerjakan seorang yang mampu
melakukan lobi dan spesialis legislasi untuk bekerja pada isu-isu keperawatan di Negara bagian
dan membantu upaya federal. Akhirnya, ahli melobi yang bekerja atas nama perawat
theacher, NLN, American college of nurse-midwives, American public healt Assosiation, AACN.
Kelompok ini bertujuan untuk menghilangkan kendala financial dari perawatan kesehatan,
Selain itu perawat, secara individu dapat mempengaruhi keputusan politik pada semua
tingkat pemerintahan dan organisasi keperawatan menggabungkan semua upaya seperti pada
Nursings Agenda For Healt Care Reform (Tri-Council, 1991) akan secara kritis menerapkan
pengaruh perawat dalam proses politik sedini mungkin (Hall- Long, 1995). Strategi spesifik
dan berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan tempat praktik klinik dan
Jika perawat menjadi mahasiswa yang serius dalam memperhatikan kebutuhan social,
menjadi aktifis dalam mempengaruhi peraturan untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi
contributor waktu dan uang yang terbuka bagi keperawatan dan organisasi mereka dapat menjadi
kandidat untuk bekerja bagi asuhan kesehatan yang baik secara universal, maka masa depan akan
menjadi cemerlang.
kondisi riil di Indonesia (berdasarkan audiensi ppni pusat dan wilayah saat aksi nasional 12
mei 2008 - 8 juni 2009 dan berbagai proses loby dan negosiasi)
b. hilangnya peluang untuk bersaing dengan perawat asing karena tidak adanya sertifikat yang
diakui internasional
c. perbandingan perawat dan pasien tidak seimbang sehingga sangat susah untuk memberikan
pelayanan prima
saatnya kita introspeksi diri, mengapa Undang-undang keperawatan sampai sekarang belum
disahkan? mengapa undang-undang yang mengatur dan bisa melindungi perawat sampai
sekarang sudah tidak terdengar? apakah Drafnya di parlemen sudah usang dan tidak terbaca lagi
oleh anggota dewan? atau kita akan puas kalau undang-undang itu hanya menjadi draf saja?
jawabannya tidak lain karena kita tidak punya wakil yang bisa memperjuangkan undang-undang
tersebut.
Mari kita lirik profesi guru dan dosen, dengan diterbitkannya Undang-undang guru dan
dosen tentu saja mengangkat kesejahteraan mereka, terutama dengan adanya sertifikasi guru dan
dosen. mengapa mereka bisa? tentu saja karena mereka memiliki organisasi profesi yang kuat
dan mereka banyak memiliki wakil di parlemen. Banyak guru dan dosen, bahkan rektor yang
turun gunung masuk dunia politik dan menjadi anggota dewan, tentu saja nantinya mereka akan
menjadi pejuang pendidikan dalam dunia politik, dan mereka mendapat dukungan dari teman-
teman seprofesinya. Sehingga kita sebagai profesi perawat harus mengembangkan pengetahuan
tidak hanya terbatas pada ilmu keperawatan. Tetapi juga menguasai ilmu politik, ilmu sosial,
ilmu hukum, dan ilmu lainnya. Niscaya kita akan menjadi profesi yang kuat.
Pengaruh Keperawatan pada Kebijakan dan Praktik Perawatan Kesehatan
Perawat lebih terlibat dalam pembaharuan perawatan kesehatan. Nursings Agenda for
Health Care Reform mendorong lahirnya system perawatan kesehatan yang mudah diperoleh,
berkualitas dan pelayanan baik dengan biaya yang rasional (Tri Council, 1991).
Aktivitas dan komitmen politik merupakan bagian dari profesionalisme dan politik
merupakan aspek yang penting dalam memberikan perawatan kesehatan. Oleh sebab itu perawat
tidak boleh memandang politik sebagai suatu urusan yang kotor, tetapi sebagai suatu kenyataan
dimana termasuk di dalamnya seni mempengaruhi, bernegosiasi, dan interaksi social. Perawat
telah terlibat dalam bentuk politik yang berbeda disekolah keperawatan dan di tempat perawatan
kesehatan ketika mencari tambahan sumber daya, peningkatan kemandirian, dan tanggung gugat
terhadap penguasa. Keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dapat ditransfer ke dalam
asuhan kesehatan, informasi yang tidak tepat dari pihak luar tidak dapat memaksakan keinginan
mereka pada keperawatan dan praktik keperawatan. Kelompok bukan keperawatan, sering kali
disampaikan oleh pemberi perawatan kesehatan yang lain, mencoba untuk menekankan aturan
perizinan institusi, pendidikan yang berkelanjutan yang baku, pembatasan praktik keperawatan
lanjutan, dan aturan lain yang berkenaan dengan profesi dimana profesi tersebut harus memiliki
suara sendiri dalam memberikan keputusan dalam hal tersebut di atas dan berbagai bidang lain
yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan. Walaupun perawat telah mencegah terjadinya
pelanggaran pada aturan profesi, keperawatan dimasa yang akan datang menuntut perawat baik
secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengaruh pada
DPR. Tetapi sampai tahun 2007, RUU tersebut belum juga dikerjakan. Melihat tidak seriusnya
para legislator, maka PPNI melalui Gerakan Nasional 12 Mei 2008 mendorong RUU ini
diundangkan paling lambat 2009. Akhirnya, melalui keputusan tanggal 16 Desember 2008 RUU
Lebih lanjut, ia menjelaskan situasi konkret yang kerap terjadi antara masyarakat atau pasien
dengan perawat. Di saat tertentu, ada pasien yang hendak diperiksa tetapi tidak ada dokter, yang
ada hanya perawat. Dalam situasi dilematis ini, jika perawat menolak memeriksa maka ia akan
"diadili" oleh pasien atau masyarakat. Tapi jika perawat memeriksa, maka ia akan dikenai sanksi
hukum. "Itu bisa terjadi karena kita belum ada UU Keperawatan. Yang ada hanya Kepmenkes.
Menurutnya, sudah banyak kasus "diciduknya" perawat oleh kepolisian terkait persoalan di
atas. Diantaranya di Pati, Wonogiri, Kaltim, Banten, dan tempat lain. Supaya hal tersebut tidak
terjadi, maka harus ada batasan yang jelas, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
keperawatan.
Bapak Zuber Safawi, SHI.( anggota DPR RI periode 2004-2009) menyampaikan cara
paling efektif agar UU keperawatan bisa disahkan adalah kesadaran anggota DPR RI tentang
anggota DPR RI, pendekatan dan loby kepada pimpinan DPR RI dan seluruh anggota fraksi agar
terbentuk fungsi representatif dari seluruh anggota fraksi (seluruh anggota fraksi anggota DPR
RI yang berjumlah 45 orang sepakat RUU keperawatan disahkan), jika hal ini bisa terlaksana
maka RUU keperawatan akan dengan mudah disahkan. Tidak hanya loby saja, aksi besar-
besaran untuk mendongkrak opini publik sangat diperlukan baik di tingkat wilayah dan nasional
(PPNI, perawat, mahasiswa dan stakeholder terkait) dengan begitu RUU yang sekarang
posisinya masih di baleg bisa dengan mudah masuk ke pimpinan DPR dan mendapat persetujuan
semua fraksi, dan proses seterusnya bisa berlajalan lancar sampai UU keperawatan bisa
disahkan.
Aksi massa turun ke jalan sangat perlu dilakukan guna penguatan dari proses loby dan bisa
mendongkrak opini publik, aksi massa sebaiknya dilakukan tepat saat sidang paripurna, sidang
paripurna dilakukan setiap hari selasa dan jika memang perlu dilaksanakan sidang paripurna
Kesimpulan
Makalah ini memperlihatkan bahwa keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak
berubah tetapi profesi yang secara terus menerus berkembang dan terlihat dalam masyarakat
yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan kesehatan berubah, karena gaya
hidup berubah dan perawat sendiri juga berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara
Filosofi dan defenisi terkini dari keperawatan memperlihhatkan trend holistic dalam
keperawatan ditujukan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, dalam sehat dan
sakit, dan dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Keperawatan menetapkan diri
dalam ilmu social dan bidang lain karena focus asuhan keperawatan meluas.
Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik
keperawatan professional terus menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam
memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi
dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan
pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan
menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dalam praktek keperawatan. Akhirnya, seluruh
kontemporer.