Anda di halaman 1dari 13

http://ppnisardjito.blogspot.co.id/2013/01/trend-perkembangan-keperawatan-di.

html

Trend Keperawatan Saat ini

Pada tahun 2010 bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, era dimulainya pasar bebas

ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu

mulai terjadi suatu masa transisi atau pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola

kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu

menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek

kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping

meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi,

dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur

harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan

kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk

meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya

kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu

berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki

pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan

implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global

internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan

professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya,

memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.

Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia

masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran

perawat professional, diantaranya :


1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1

keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.

2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan

berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan sehat

untuk semua pada tahun 2010 , maka solusi yang harus ditempuh adalah :

1. Pengembangan pendidikan keperawatan

Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan

professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan

keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang

menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini

masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang

pendidikan.

Universitas Indonesia (UI) meluncurkan Program Doktor (S3) Keperawatan pertama dan

satu-satunya di Indonesia yang dimaksudkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di

bidang kesehatan.

"Ini sejalan tuntutan dan kebutuhan akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dibidang kesehatan yang sangat pesat," kata Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UI Dewi Irawaty

dalam Peluncuran Program Doktor Keperawatan UI di Jakarta, Menurut dia, program doktor

keperawatan di Indonesia sudah termasuk tertinggal karena Program Doktor Keperawatan

pertama sudah dibuka di University of Columbia sejak 1923. Indonesia, ujarnya, baru memulai
sistem pendidikan tinggi keperawatan pada 1985, dalam program studi Ilmu Keperawatan di

Fakultas Kedokteran (FK) UI yang baru berkembang menjadi fakultas mandiri pada 1995

sebagai fakultas ke-12 di UI. Fakultas ini, ujarnya, baru membuka program magister pada 1999

yang dengan semakin meningkatnya jumlah perawat terdidik maka diharapkan dapat

meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada pasien dan masyarakat. Namun demikian ia

mengingatkan, bahwa program doktor keperawatan seharusnya dibedakan dengan keperawatan

sebagai profesi penunjang dalam praktek kedokteran. Program S2 dan S3 itu lebih bersifat

akademik yang berbeda dengan praktek. Jalur akademik ini lebih berkaitan dengan keilmuwan

dan mengisi kebutuhan di level manajemen, pendidikan, dan klinikal," kata Kepala RSCM

Akmal Taher yang juga hadir. Program ini, lanjut Dewi, diharapkan mampu menghasilkan

lulusan berkualitas unggul baik sebagai peneliti, ilmuwan, pendidik, dan pemimpin di tengah

masyarakat dengan kompetensi internasional dan mampu bersaing secara global.

2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional

Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi

praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam

memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan

konsumen/klien.

3. Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta

kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan

mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.

Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu


organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan

kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara

mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam

terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik

keperawatan dapat di kelompokkan dalam :

1. Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :

a. Body of Knowledge

b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2. Nilai komitmen moral.

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik

keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap

masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :

a. Beneficience

selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak

merugikan klien. (Johnstone, 1994)

b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan

sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan

keunikan yang dimiliki.

c. Fidelity

Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati

janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan

spiritual klien.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara

mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa

perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian

mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya

sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi

pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus

ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab

anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan

yang dilakukannya terhadap klien.

Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Indonesia telah memasuki era baru, yaitu era reformasi yang ditandai dengan perubahan-

perubahan yang cepat disegala bidang, menuju kepada keadaan yang lebih baik. Di bidang

kesehatan tuntutan reformasi total muncul karena masih adanya ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, kurangnya kemandirian dalam pembangunan bangsa

dan derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal di bandingkan dengan negara tetangga.

Reformasi bidang kesehatan juga diperlukan karena adanya lima fenomena utama yang

mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan yaitu perubahan pada

dinamika kependudukan, temuan substansial IPTEK kesehatan/kedokteran, tantangan global,

perubahan lingkungan dan demokrasi disegala bidang.

Berdasarkan pemahaman terhadap situasi dan adanya perubahan pemahaman terhadap

konsep sehat sakit, serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi tentang

determinan kesehatan bersifat multifaktoral, telah mendorong pembangunan kesehatan nasional

kearah paradigma baru, yaitu paradigma sehat.

Paradigma sehat yang diartikan disini adalah pemikiran dasar sehat, berorientasi pada

peningkatan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan pada orang sakit,

sehingga kebijakan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan maksud

melindungi dan meningkatkan orang sehat menjadi lebih sehat dan roduktif serta tidak jatuh

sakit. Disisi lain, dipandang dari segi ekonomi, melakukan investasi dan intervensi pada orang

sehat atau pada orang yang tidak sakit akan lebih cost effective dari pada intervensi terhadap

orang sakit. Pada masa mendatang, perlu diupayakan agar semua policy pemerintah selalu

berwawasan kesehatan, motto-nya akan menjadi "Pembangunan Berwawasan Kesehatan".

Pengaruh Politik Terhadap keperawatan

Menurut sejarah, keterlibatan Perawat dalam politik terbatas. Walaupun secara individu,

seperti Florence Nightingale, Lilian Wald, Margaret sanger, dan Lavinia Dock telah

mempengaruhi dalam perbuatan keputusan seperti sanitasi, nutrisi, dan keluarga berencana,
perawat kurang dihargai sebagai kelompok (Hall-long, 1995). Akan tetapi gerakan wanita telah

memberikan inspirasi pada perawat masalah perawatan kesehatan. Selain itu banyaknya lulusan

yang berpendidikan tinggi masuk sebagai anggota profesi, mereka membawa keperawatan

kedalam aktivitas dan kegiatan dikampus universitas.

Pada tahun 1974, ANA membentuk the nurse coalition in politics (N-CAP), yang menjadi

komite aksi politik (political action committee [PAC]) pertama bagi perawat. Organisasi ini yang

kemudian dikenal sebagai ANA-PAC, merupakan komite aksi politik utama yang mencari

dukungan bagi kandidat yang ingin masuk ke dalam kantor federal (Mason, 1990).

Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan seseorang

untuk memihak pada pemerintah untuk mempertahankan bahwa kekuatan dari pihak tersebut

membentuk hasil yang diinginkan (Rogge, 1987). Dahulu, perawat merasa tidak nyaman dengan

politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan politik merupakan dominasi laki-laki.

Perawat juga tidak menyadari preseden historis yang ditetapkan oleh perawat dalam area politik,

dan karena mereka tidak pada secara politik, perawat kurang mendapatkan pendidikan politik

untuk memenangkan kompetisi dalam politik (Mason dan Talbott, 1985: Mason, 1990)

Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam

kurikulum keperawatan, organisasi professional dan tempat perawatan kesehatan (Stanhope dan

Belcher, 1993). Organisasi keperawatan telah memperkerjakan seseorang yang mampu melobi

untuk mendorong terbentuknya legislasi Negara bagian dan U.S. Congress untuk meningkatkan

kualitas perawatan kesehatan. Kalisch dan Kalisch (1982) menuliskan bahwa ANA

bekerja untuk meningkatkan standar kesehatan dan ketersediaan pelayanan perawatan kesehatan

bagi semua orang; mendorong standar peperawatan yang tinggi, menstimulasi dan meningkatkan

pengembangan perawat professional dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan umum.


Tujuan ini dibatasi oleh pertimbangan kenegaraan, ras, keturunan, gaya hidup, warna kulit, seks

dan jenis usia.

ANA memperkerjakan seseorang perawat terdaftar dalam melakukan lobi setingkat

federal, dan organisasi keperawatan Negara bagian juga memperkerjakan seorang yang mampu

melakukan lobi dan spesialis legislasi untuk bekerja pada isu-isu keperawatan di Negara bagian

dan membantu upaya federal. Akhirnya, ahli melobi yang bekerja atas nama perawat

diperkerjakan di Washington oleh kelompok minat professional seperti American federation of

theacher, NLN, American college of nurse-midwives, American public healt Assosiation, AACN.

Kelompok ini bertujuan untuk menghilangkan kendala financial dari perawatan kesehatan,

meningkatkan asuhan keperawatan yang tersedia, meningkatkan penghargaan ekonomi untuk

perawtan untuk memperluas peran perawat professional.(Aiken, 1982).

Selain itu perawat, secara individu dapat mempengaruhi keputusan politik pada semua

tingkat pemerintahan dan organisasi keperawatan menggabungkan semua upaya seperti pada

Nursings Agenda For Healt Care Reform (Tri-Council, 1991) akan secara kritis menerapkan

pengaruh perawat dalam proses politik sedini mungkin (Hall- Long, 1995). Strategi spesifik

mencakup pengintegrasian peraturan publik ke dalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini

dan berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan tempat praktik klinik dan

menjalankan tempat pelayanan kesehatan di masyarakat.

Jika perawat menjadi mahasiswa yang serius dalam memperhatikan kebutuhan social,

menjadi aktifis dalam mempengaruhi peraturan untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi

contributor waktu dan uang yang terbuka bagi keperawatan dan organisasi mereka dapat menjadi

kandidat untuk bekerja bagi asuhan kesehatan yang baik secara universal, maka masa depan akan

menjadi cemerlang.
kondisi riil di Indonesia (berdasarkan audiensi ppni pusat dan wilayah saat aksi nasional 12

mei 2008 - 8 juni 2009 dan berbagai proses loby dan negosiasi)

a. tidak ada kepastian hukum bagi profesi keperawatan

b. hilangnya peluang untuk bersaing dengan perawat asing karena tidak adanya sertifikat yang

diakui internasional

c. perbandingan perawat dan pasien tidak seimbang sehingga sangat susah untuk memberikan

pelayanan prima

saatnya kita introspeksi diri, mengapa Undang-undang keperawatan sampai sekarang belum

disahkan? mengapa undang-undang yang mengatur dan bisa melindungi perawat sampai

sekarang sudah tidak terdengar? apakah Drafnya di parlemen sudah usang dan tidak terbaca lagi

oleh anggota dewan? atau kita akan puas kalau undang-undang itu hanya menjadi draf saja?

jawabannya tidak lain karena kita tidak punya wakil yang bisa memperjuangkan undang-undang

tersebut.

Mari kita lirik profesi guru dan dosen, dengan diterbitkannya Undang-undang guru dan

dosen tentu saja mengangkat kesejahteraan mereka, terutama dengan adanya sertifikasi guru dan

dosen. mengapa mereka bisa? tentu saja karena mereka memiliki organisasi profesi yang kuat

dan mereka banyak memiliki wakil di parlemen. Banyak guru dan dosen, bahkan rektor yang

turun gunung masuk dunia politik dan menjadi anggota dewan, tentu saja nantinya mereka akan

menjadi pejuang pendidikan dalam dunia politik, dan mereka mendapat dukungan dari teman-

teman seprofesinya. Sehingga kita sebagai profesi perawat harus mengembangkan pengetahuan

tidak hanya terbatas pada ilmu keperawatan. Tetapi juga menguasai ilmu politik, ilmu sosial,

ilmu hukum, dan ilmu lainnya. Niscaya kita akan menjadi profesi yang kuat.
Pengaruh Keperawatan pada Kebijakan dan Praktik Perawatan Kesehatan

Perawat lebih terlibat dalam pembaharuan perawatan kesehatan. Nursings Agenda for

Health Care Reform mendorong lahirnya system perawatan kesehatan yang mudah diperoleh,

berkualitas dan pelayanan baik dengan biaya yang rasional (Tri Council, 1991).

Aktivitas dan komitmen politik merupakan bagian dari profesionalisme dan politik

merupakan aspek yang penting dalam memberikan perawatan kesehatan. Oleh sebab itu perawat

tidak boleh memandang politik sebagai suatu urusan yang kotor, tetapi sebagai suatu kenyataan

dimana termasuk di dalamnya seni mempengaruhi, bernegosiasi, dan interaksi social. Perawat

telah terlibat dalam bentuk politik yang berbeda disekolah keperawatan dan di tempat perawatan

kesehatan ketika mencari tambahan sumber daya, peningkatan kemandirian, dan tanggung gugat

terhadap penguasa. Keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dapat ditransfer ke dalam

politik pembuatan kebijakan perawatan kesehatan.

Sepanjang perawat mempertahankannya keterlibatannya dalam kebijakan dan praktik

asuhan kesehatan, informasi yang tidak tepat dari pihak luar tidak dapat memaksakan keinginan

mereka pada keperawatan dan praktik keperawatan. Kelompok bukan keperawatan, sering kali

disampaikan oleh pemberi perawatan kesehatan yang lain, mencoba untuk menekankan aturan

perizinan institusi, pendidikan yang berkelanjutan yang baku, pembatasan praktik keperawatan

lanjutan, dan aturan lain yang berkenaan dengan profesi dimana profesi tersebut harus memiliki

suara sendiri dalam memberikan keputusan dalam hal tersebut di atas dan berbagai bidang lain

yang mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan. Walaupun perawat telah mencegah terjadinya

pelanggaran pada aturan profesi, keperawatan dimasa yang akan datang menuntut perawat baik

secara individu maupun kelompok untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengaruh pada

kebijakan asuhan kesehatan yang mempengaruhi praktik keperawatan.


Seputar RUU Keperawatan, Achir menuturkan bahwa tahun 2005 RUU sudah diterima

DPR. Tetapi sampai tahun 2007, RUU tersebut belum juga dikerjakan. Melihat tidak seriusnya

para legislator, maka PPNI melalui Gerakan Nasional 12 Mei 2008 mendorong RUU ini

diundangkan paling lambat 2009. Akhirnya, melalui keputusan tanggal 16 Desember 2008 RUU

Keperawatan masuk dalam Proglegnas tahun 2009 urutan ke-26.

Lebih lanjut, ia menjelaskan situasi konkret yang kerap terjadi antara masyarakat atau pasien

dengan perawat. Di saat tertentu, ada pasien yang hendak diperiksa tetapi tidak ada dokter, yang

ada hanya perawat. Dalam situasi dilematis ini, jika perawat menolak memeriksa maka ia akan

"diadili" oleh pasien atau masyarakat. Tapi jika perawat memeriksa, maka ia akan dikenai sanksi

hukum. "Itu bisa terjadi karena kita belum ada UU Keperawatan. Yang ada hanya Kepmenkes.

Itu kalah dengan UU Kedokteran," jelas Achir .

Menurutnya, sudah banyak kasus "diciduknya" perawat oleh kepolisian terkait persoalan di

atas. Diantaranya di Pati, Wonogiri, Kaltim, Banten, dan tempat lain. Supaya hal tersebut tidak

terjadi, maka harus ada batasan yang jelas, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh

seorang perawat. Ini merupakan kebijakan pemerintah untuk segera mengesahkan UU

keperawatan.

Bapak Zuber Safawi, SHI.( anggota DPR RI periode 2004-2009) menyampaikan cara

paling efektif agar UU keperawatan bisa disahkan adalah kesadaran anggota DPR RI tentang

urgensi UU keperawatan perlu ditumbuhkan sehingga menjadi kesadaran kolektif seluruh

anggota DPR RI, pendekatan dan loby kepada pimpinan DPR RI dan seluruh anggota fraksi agar

terbentuk fungsi representatif dari seluruh anggota fraksi (seluruh anggota fraksi anggota DPR

RI yang berjumlah 45 orang sepakat RUU keperawatan disahkan), jika hal ini bisa terlaksana

maka RUU keperawatan akan dengan mudah disahkan. Tidak hanya loby saja, aksi besar-
besaran untuk mendongkrak opini publik sangat diperlukan baik di tingkat wilayah dan nasional

(PPNI, perawat, mahasiswa dan stakeholder terkait) dengan begitu RUU yang sekarang

posisinya masih di baleg bisa dengan mudah masuk ke pimpinan DPR dan mendapat persetujuan

semua fraksi, dan proses seterusnya bisa berlajalan lancar sampai UU keperawatan bisa

disahkan.

Aksi massa turun ke jalan sangat perlu dilakukan guna penguatan dari proses loby dan bisa

mendongkrak opini publik, aksi massa sebaiknya dilakukan tepat saat sidang paripurna, sidang

paripurna dilakukan setiap hari selasa dan jika memang perlu dilaksanakan sidang paripurna

istimewa akan dilakukan secara terus menerus dalam waktu 1 minggu.

Kesimpulan

Makalah ini memperlihatkan bahwa keperawatan bukan profesi yang statis dan tidak

berubah tetapi profesi yang secara terus menerus berkembang dan terlihat dalam masyarakat

yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan kesehatan berubah, karena gaya

hidup berubah dan perawat sendiri juga berubah. Berbicara tentang keperawatan berarti berbicara

tentang keperawatan pada suatu waktu tertentu.

Filosofi dan defenisi terkini dari keperawatan memperlihhatkan trend holistic dalam

keperawatan ditujukan pada manusia secara keseluruhan dalam segala dimensi, dalam sehat dan

sakit, dan dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Keperawatan menetapkan diri

dalam ilmu social dan bidang lain karena focus asuhan keperawatan meluas.

Satu trend dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta didik

keperawatan yang menerima pendidikan dasar di sekolah dan universitas. Organisasi

keperawatan professional terus menerus menekankan pentingnya pendidikan bagi perawat dalam

mendapatkan dan memperluas peran baru.


Trend praktik meliputi perkembangannya berbagai tempat praktik dimana perawat

memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi

dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran perawat meningkat dengan

meluasnya focus asuhan keperawatan.

Trend dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari

keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori,

pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan

menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dalam praktek keperawatan. Akhirnya, seluruh

hal yang mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend dalam keperawatan

kontemporer.

Anda mungkin juga menyukai