Anda di halaman 1dari 139

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI JOGGING EXERCISE


UNTUK MENURUKAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS MENINTING
KABUPATEN LOMBOK BARAT
TAHUN 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi
Diploma III (D.III) Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2021/2022

Anisa Tiara Putri


P07120119007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2022
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tanngan dibawah ini:

Nama : Anisa Tiara Putri

NIM : P07120119007

Program studi : D.III Keperawatan Mataram

Institusi : Politeknik Kesehatan Mataram Kementrian Kesehatan RI

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alih

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulisan ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mataram, Februari 2022

Pembuat Pernyataan

Anisa Tiara Putri


NIM. P07120119007

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes., MM. Ni Putu Sumartini, M.Kep


NIP.195906291981031005 NIP. 197905132002122001

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Anisa Tiara Putri, NIM : P07120119007, dengan judul

“Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Jogging Exxercise Untuk

Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di

Puskesmas Meninting Kabupaten Lombok Barat”. Telah disetujui untuk diuji di

depan dewan penguji Politeknik Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan Progra

Studi D.III Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2021/2022 pada tanggal :

Mataram, Mei 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes., MM. Ni Putu Sumartini, M.Kep


NIP.195906291981031005 NIP. 197905132002122001

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Anisa Tiara Putri, NIM : P07120119007, dengan judul

“Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Jogging Exxercise Untuk

Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di

Puskesmas Meninting Kabupaten Lombok Barat”. Telah dipertahankan di depan

dewan penguji Politeknik Kesehatan Mataram Jurusan Keperawatan Program Studi

D.III Keperawatan Mataram Tahun Akademik 2021/2022 pada tanggal :

Mataram, Juli 2022

Dewan Penguji :

Ketua Penguji Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Dewi Purnamawati, M.Kep. Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes., MM. Ni Putu Sumartini, M.Kep.
NIP : 197108071998032003 NIP : 1959062919810311005 NIP : 1979051320022122001

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Keperawatan

Rusmini, S.Kep., Ns., MM.


NIP : 197010161989032001

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahuwata'ala, karena atas rahmat-Nya maka penulis Karya Tulis Ilmiah dapat

diselesaikan tepat waktu yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian

Terapi Jogging Exxercise Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Meninting Kabupaten Lombok Barat”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada :

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd., M. Kes. Selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ibu Rusmini, S.Kep. Ns., MM. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram.

3. Ibu Mas’adah, M.Kep. Selaku Ketua Program Studi D.III Keperawatan Mataram

di Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

4. Bapak Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes., MM. Selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, memberikan

motivasi, serta saran-saran yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

v
5. Ibu Ni Putu Sumartini, M.Kep. Sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi, serta

saran-saran yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

6. Ibu Dewi Purnamawati, M.Kep. Sebagai Ketua Penguji yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi, serta

saran-saran yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

7. Orang tua tercinta Muslehuddin, Nurhayati dan kakak tercinta Indra Lesmana,

SH serta adikku tercinta M. Prasetyo Armansyah yang selalu mendukung dan

mendoakan saya, menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi saya untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

8. Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan yang selalu memotivasi dan

mendukung satu sama lain untuk menyelesaikan dan melewati perjuangan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bersama-sama sampai akhir.

9. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata

sempurna baik dari isi maupun sistematika penulisan, oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat penuh saya harapkan.

Mataram, Mei 2022

Penulis

vi
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI JOGGING
EXERCISE UNTUK MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS MENINTING
TAHUN 2022
Anisa Tiara Putri , Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes2, Ni Putu Sumartini, M.Kep3
1

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram


Jl. Kesehatan V/10 Mataram Telp. (0370) 621383
Email : anisatiaraputry123@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon


dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi
insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes
mellitus tipe II lebih banyak ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus
diabetes di seluruh dunia (Diagnosis and classification of diabetes milletus, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan pemberian
terapi Jogging Exercise untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Puskesmas Meninting. Jenis penelitian ini adalah studi kasus
dengan subjek penelitian pada pasien DM dengan pengamatan atau pengambilan
data mengenai penerapan pemberian terapi jogging exercise di Puskesmas
Meninting. Hasil penelitian ini gula darah menurun setelah dilakukan jogging
exercise sebanyak 3 kali dalam seminggu. Gula darah responden menurun dari 296
mg/dl menjadi 140 mg/dl. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat pengaruh
jogging exercise dalam menurunkan kadar gula darah dengan diabetes mellitus tipe
II. Seseorang yang menderita diabetes mellitus tipe II hendaknya melakukan
jogging exercise dapat menurunkan kadar gula darah.

Kata Kunci : Jogging Exercise, Menurunkan Kadar Gula Darah, Diabetes Melitus

1
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Mataram
2, 3
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Mataram

vii
NURSING CARE WITH THE PROVISION OF JOGGING EXERCISE TO
REDUCE BLOOD SUGAR LEVELS IN TYPE II DIABETES MELITUS
PATIENTS IN MENINTING PUBLIC HEALTH CENTER IN 2022
Anisa Tiara Putri1, Drs. H. Zulkifli, S.Kep., MMKes2, Ni Putu Sumartini, M.Kep3
Department of Nursing Poltekkes Kemenkes Mataram
Jl. Kesehatan V/10 Mataram Tel. (0370) 621383
Email : anisatiaraputry123@gmail.com

ABSTRACT

Type II diabetes mellitus occurs due to the body’s inability to respond properly to
the activity of insulin produced by the pancreas (insulin resistance), so that normal
glucose levels in the blood are not achieved. Type II diabetes mellitus is more
common and covers 90% of all diabetes cases wordwide (Diagnosis and
classification of diabetes milletus, 2015). This study aims to determine nursing care
by providing jogging exercise therapy to reduce blood sugar levels in type II
diabetes mellitus patients at in Meninting public health center. This research is a
case study with research subjects in DM patients with observation or data
collection regarding the application of jogging exercise at the Meninting health
center. The results of this study decreased blood sugar after jogging exercise 3
times a week. Repondent’s blood sugar decreased from 296 mg/dl to 140 mg/dl.
The conclusion of this study is that there is an effect of jogging exercise in
lowering blood sugar levels with type II diabetes mellitus. A person suffering from
type II diabetes mellitus should do jogging exercise to reduce blood sugar levels.

Keywords: Jogging Exercise, Reduce Blood Sugar Levels, Diabetes Melitus

1
Student of Nursing Department of Poltekkes Kemenkes Mataran
2, 3
Lecturer of Nursing Department of Mataram Ministry of Health

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR KEASLIAN...................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN.............................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................viii
DAFTAR ISI..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xii
DAFTAR BAGAN..........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus...............................................................................5
D. Manfaat Studi kasus..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................7
A. Konsep Teori Diabetes Mellitus...........................................................7
1. Pengertian Diabetes Mellitus............................................................7
2. Anatomi Fisiologi Pankreas..............................................................8
3. Etiologi Diabetes Mellitus................................................................12
4. Klasifikasi Diabetes Melitus.............................................................14
5. Manifestasi Klinis ............................................................................15
7. Komplikasi........................................................................................16
8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus.....................18
9. Patofisiologi......................................................................................19

ix
10. Pathway...........................................................................................21
11. Pemeriksaan Penunjang..................................................................22
12. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus.................................................23
B. Konsep Jogging Exercise......................................................................27
1. Pengertian.........................................................................................27
2. Manfaat Jogging Exercise................................................................28
3. Cara Melakukan Jogging..................................................................29
4. Langkah Kerja..................................................................................30
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II.......................31
1. Pengkajian........................................................................................31
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................37
3. Intervensi Keperawatan....................................................................38
4. Implementasi Keperawatan .............................................................47
5. Evaluasi Keperawatan .....................................................................49
D. Kerangka Konsep..................................................................................51
BAB III METODE STUDI KASUS..............................................................52
A.Rancangan Studi Kasus...........................................................................52
B. Subyek Studi Kasus................................................................................52
C. Fokus Studi Kasus..................................................................................53
D. Definisi Operasional..............................................................................53
E. Instrumen Studi Kasus............................................................................54
F. Metode Pengumpulan Data.....................................................................54
G. Tempat Dan Waktu................................................................................55
H. Analisis Dan Penyajian Data..................................................................55
I. Etika Studi Kasus.....................................................................................56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................58
A. Hasil......................................................................................................58
B. Pembahasan..........................................................................................83

x
C. Keterbatasan dan Hambatan.................................................................90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................91
A. Kesimpulan...........................................................................................91
B. Saran ....................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA 94
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Pankreas.....................................................................9

Gambar 2. Pulau Langerhans.....................................................................11

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Pathway........................................................................................21

Bagan 2. Kerangka Konsep.........................................................................51

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana Keperawatan...................................................................39

Tabel 2. Pemeriksaan Fisik.........................................................................67

Tabel 3. Terapi Obat...................................................................................69

Tabel 4. Analisa Data..................................................................................70

Tabel 5. Intervensi Keperawatan................................................................73

Tabel 6. Implementasi Keperawatan...........................................................76

Tabel 7. Evaluasi Keperawatan...................................................................80

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

Lampiran 4. Format Standar Operasional Prosedur Jogging

Lampiran 5. Surat- surat Izin Penelitian

Lampiran 6. Lembar Konsul KTI

Lampiran 7. Leaflet Penyakit DM

Lampiran 8. Foto Dokumentasi Kegiatan

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kini menghadapi tantangan beban ganda penyakit akibat

penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit

menular masih tinggi. Masalah ini semakin kompleks dengan meningkatnya

usia harapan hidup di Indonesia. Peningkatan beban karena penyakit tidak

menular ini terjadi karena adanya era globalisasi yang mengubah pola

hidup di masyarakat, mulai dari sosial ekonomi, pekerjaan dan tingginya

angka harapan hidup. Perubahan tersebut menimbulkan penyakit kronis

seperti jantung, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit kronis lainnya

(Atoillah, 2017).

Dalam kurun waktu dari tahun 2013 hingga tahun 2018 angka penyakit

tidak menular, salah satunya penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia telah

meningkat drastis. Kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)

diperkirakan akan terus meningkat. Perubahan fenomena ini terjadi akibat

perilaku pola hidup yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2020).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu

mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi

kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata,

1
2

ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaan

hiperglikemia kronis (American Diabetes Association, 2020).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) angka

kejadian diabetes melitus di dunia saat ini mencapai 422 juta jiwa yang

tersebar dalam beberapa wilayah, meliputi wilayah Pasifik Barat dengan

kasus 131 juta jiwa, wilayah Asia Tenggara dengan kasus 96 juta jiwa,

wilayah Eropa 64 juta jiwa, wilayah Amerika 62 juta jiwa, wilayah

Mediterania Timur 43 juta jiwa dan wilayah Afrika 25 juta kasus. WHO

memprediksikan bahwa diabetes melitus akan menjadi penyebab utama

kematian ke-7 di dunia pada tahun 2030 (WHO, 2018).

Indonesia menduduki peringkat keempat dari sepuluh besar di dunia,

kasus diabetes mellitus tipe 2 dengan prevalensi 8,6% dari total populasi,

diperkirakan meningkat dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar

21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi diabetes mellitus yang

terdiagnosis pada tahun 2018, penderita terbesar berada pada kategori usia

55 sampai 64 tahun yaitu 6,3% dan 65 sampai 74 tahun yaitu 6,03%

(Riskesdas, 2018).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun

2018 tercatat sebanyak 1,2% pada penduduk semua umur memiliki riwayat

penyakit diabetes mellitus dengan jumlah 19.247 jiwa. Kasus diabetes


mellitus di NTB termasuk urutan ke-13 diantara 34 provinsi lainnya di

Indonesia.

Berdasarakan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 di

NTB tercatat sebanyak 1,2% dengan jumlah 21.308 jiwa. Kasus diabetes

melitus di Lombok barat menjadi urutan ke-3 diantara kabupaten/kota

lainnya di provinsi NTB sebesar 1,22% dengan jumlah 2.910 jiwa.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Lombok Barat tahun 2020

Puskesmas Meninting termasuk urutan ke-1 diantara 20 Puskesmas lainnya

yang penduduknya penderita diabetes mellitus, dengan jumlah kasus DM

sebanyak 663 jiwa, urutan ke-2 yaitu Puskesmas Narmada sebanyak 553

jiwa dan urutan ke-3 Puskesmas Kediri sebanyak 539 jiwa.

Berdasarkan data yang di dapatkan di UPTD Puskesmas Meninting

jumlah penderita DM tahun 2020 yang berobat ke puskesmas sebanyak 398

jiwa, pada tahun 2021 terjadi peningkatan sebanyak 414 jiwa. Dimana

penderita Diabetes Melitus Tipe II sebanyak 384 jiwa.

Peningkatan penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh penderita yang

jarang melakukan aktivitas fisik sehingga menyebabkan obesitas dan tidak

mengkonsumsi obat-obatan karena tidak pernah pergi ke pelayanan

kesehatan di masa pandemi serta tidak mampu membeli obat. Oleh karena

itu latihan yang diberikan bertujuan untuk menormalkan aktivitas insulin.

Insulin dihasilkan oleh sel beta pankreas, pelepasan insulin dari simpanan

dipicu oleh peningkatan kadar gula darah sebagai respon dari asupan yang

3
masuk. Insulin sendiri berfungsi sebagai pengontrol kadar gula darah agar

dalam keadaan normal. Dengan itu peneliti melakukan pendekatan non

farmakologi dengan pemberian terapi Jogging Exercise, untuk membantu

penderita diabetes mellitus agar tidak membeli obat dan dari sisi ekonomi

akan lebih membantu masyarakat kecil khususnya masyarakat yang tidak

mampu. Maka peneliti memberikan terapi dengan cara latihan fisik.

Latihan fisik adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengkondisikan

tubuh, meningkatkan kesehatan, mempertahankan kebugaran, menurunkan

berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan fisik juga membantu kerja

insulin karena gula dalam darah dialirkan ke dalam sel otot untuk dirubah

menjadi energi sehingga otomatis kadar gula didalam darah akan menurun

dan meringankan kerja dari insulin. Latihan fisik yang dianjurkan adalah

latihan yang bersifat ritmis yang melibatkan otot besar tubuh misalkan

berjalan kaki, jogging dan senam aerobik, dengan frekuensi 3-5 kali

seminggu dan lama latihannya 20-60 menit.

Bertitik tolak dari permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan

Pemberian Terapi Jogging Exercise Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Meninting”.

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan

Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Jogging Exercise Untuk

Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di

Puskesmas Meninting?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian terapi

Jogging Exercise Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Meninting.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Meninting.

b. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Meninting.

c. Merumuskan rencana keperawatan pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Meninting.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Meninting.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien DM tipe II di

Puskesmas Meninting.

5
D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Responden dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan responden dan keluarga mengenai cara

menurunkan kadar gula darah melalui terapi jogging exercise.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien DM tipe

II melalui terapi jogging exercise.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan,

serta sebagai bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan

penelitian khususnya dalam bidang kesehatan.

4. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset, khususnya

studi kasus tentang terapi jogging exercise untuk menurunkan kadar

gula darah pada pasien DM tipe II.

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pancreas tidak mampu

mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat

terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ

seperti mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam

keadaan hiperglikemia kronis (American Diabetes Association, 2020).

Diabetes Melitus atau sering disebut kencing manis adalah suatu

penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi

cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin),

dan di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah,

insulin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang

berperan dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh

untuk digunakan sebagai sumber energy (IDF, 2019).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme

kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),

disebabkan karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan

insulin. Insulin dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya

glukosa dalam sel agar dapat digunakan untuk metabolisme dan


8

pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan

glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan peningkatan gula

darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat

dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel. Tarwono, dkk (2016).

2. Anatomi Pankreas

a. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya

sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira 15 cm,

mulai dari duodenum sampai limpa, dan terdiri atas 3 bagian.

Kepala pankreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga

abdomen, didalam lekukan duodenum, dan yang praktis

melingkarinya. Badan pankreas merupakan bagian utama pada

organ itu, letaknya dibelakang lambung dan didepan vertebrata

lumbalis pertama. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing

disebelah kiri, yang sebenarnya menyentuh limpa ( Pearce, 2016).

Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada

duodenum dan terdapat kurang lebih 200.000-1.800.000 pulau

Langerhans. Dalam pulau Langerhans jumlah sel beta normal pada

manusa antara 60%-80% dari populasi sel Pulau Langerhans.

Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini

merupakan kelenjar majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan

jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzim-enzim


9

pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan

endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon

dan somatostatin (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015).

Keterangan :
1. Portal vein
2. Common bile duct
3. Accessory pancreatic duct
4. Duodenal minor papilla
5. Duodenal major papilla
6. Pancreatic duct
7. Superior mesenteric vein
8. Superior mesenteric artery
9. Uncinate process
10. Head
11. Neck
12. Body
13. Tail
14. Spienic artery
15. Celiac trunk
Gambar 1. Anatomi Pankreas 16. Aorta
Sumber : (Pearce, 2016)
10

Fungsi pankreas ada 2 yaitu :

1) Fungsi eksokrin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi

enzim dan elektrolit.

2) Fungsi endokrin yaitu sekolompok kecil atau pulai langerhans

yang bersama-sama membentuk organ endokrin mesekresikan

insulin.

Menurut Gonzaga Prankreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu:

1) Asinus yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

2) Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar,

tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.Pulau

langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel

alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan

struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel

alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi

somatostatin.
11

Keterangan :

1. Alpha cell (secretes glucagon)


2. Beta cell (secretes insulin)
3. Delta cell (secretes somatostatin)
4. F cell (secretes pancreatic
polypeptide)
5. Exocrine pancreas (acinar cells
and duct cells

Gambar 2. Pulau langerhans

Sumber : (Gongzaga, 2010)

Menurut Dolensek, Rupnik & Stozer (2015) Pulau langerhans

mempunyai 4 sel, yaitu :

a. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi

glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon

yang mempunyai “ anti insulin like activity “.

b. Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat

insulin.

c. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat

somatostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon.

d. Sel Pankreatik
12

3. Etiologi

Terdapat beberapa macam etiologi dari diabetes mellitus tergantung

dari tipe diabetes melitus, diantaranya:

a. Diabetes Mellitus Tipe I

yaitu diabetes mellitus yang bergantung pada insulin ditandai

dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :

1) Faktor genetik/Herediter, Penderita diabetes tidak mewarisi

diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau

kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Umunya

Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang

memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.

HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

tranplantasi & proses imunnya (Smeltzer 2015 dan bare, 2015).

2) Faktor imunologi (autoimun)

Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon

autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah

pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing (Smeltzer 2015

dan bare, 2015).

3) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta (Smeltzer 2015 dan bare, 2015).


13

b. Diabetes Mellitus tipe II

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang

menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang

peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko:

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

 Obesitas

 Riwayat keluarga

c. Diabetes Mellitus Gestasional atau Diabetes Kehamilan

yaitu diabetes mellitus yang muncul hanya pada saat hamil.

Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapa hormon pada ibu

hamil yang menyebabkan resistensi insulin. Diabetes ini biasanya

baru diketahui setelah kehamilan pada trimester ketiga (tiga bulan

terakhir kehamilan). Setelah persalinan biasanya gula darah kembali

normal. Namun, yang perlu diwaspadai adalah lebih dari setengah ibu

hamil dengan diabetes ini akan menjadi DM tipe 2 di kemudian hari.

d. Diabetes Mellitus tipe lain

yaitu diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain yang

mengganggu produksi insulin. Penyebab diabetes semacam ini

adalah:
14

1) Radang pancreas (pancreatitis)

2) Gangguan kelenjar adrenal

3) Penggunaan hormon kortikosteroid

4) Pemakaian obat antihipertensi atau antikolesterol

5) Malnutrisi infeksi

4. Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020,

klasifikasi Diabetes Melitus yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe

gestasional, dan DM tipe lain. Namun tipe DM yang paling umum yaitu

DM tipe 1 dan DM tipe 2.

1) Diabetes Melitus Tipe I

DM tipe 1 merupakan proses autoimun atau idiopatik dapat

menyerang orang semua golongan umur, namun lebih sering terjadi

pada anak-anak. Penderita DM tipe 1 membutuhkan suntikan insulin

setiap hari untuk mengontrol glukosa darahnya (IDF, 2019). DM

tipe ini sering disebut juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM), yang berhubungan dengan antibody berupa Iset Cell

Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid

Decarboxylase Antibodies (GADA). 90% anak-anak penderita

IDDM mempunyai jenis antibodi ini.


15

2) Diabetes Melitus Tipe II

DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang

paling sering terjadi, mencakup sekitar 85% pasien DM. Keadaan

ini ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif.

DM tipe ini lebih sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi

dapat pula terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak.

3) Diabetes Melitus Gestational

Diabetes yang di diagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes sebelum

kehamilan (ADA, 2020).

4) Diabetes Melitus Tipe Lain

Contoh dari DM tipe lain (ADA, 2020), yaitu:

- Sindrom diabetes monogenic (diabetes neonatal)

- Penyakit pada pancreas

- Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan

glukortikoid pada HIV/AIDS atau setelah transplantasi

organ).

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes

mellitus (Sujono Riyadi Sukarmin, 2013) yaitu :

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine)


16

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus), dengan banyak urin keluar tubuh

akan kekurangan air atau dehidrasi. Karena hal tersebut timbul rasa

haus sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum manis.

c. Rasa lelah dan kelemahan terjadi akibat penurunan produksi energi

metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak

dapat berlangsung secara optimal.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) karena insulin bermasalah

sehingga energi yang dibentuk pun berkurang itu sebabnya orang

merasa lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan

asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbul

perasaan selalu ingin makan.

e. Kelainan kulit seperti gatal-gatal atau bisul.

f. Kelainan genekologis

g. Kesemutan.

h. Mata kabur akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia

6. Komplikasi

a. Komplikasi yang bersifat akut

1. Koma Hipoglikemia

Terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik melebihi dosis

yang di anjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam

darah.
17

2. Ketoasidosis

Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari

sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel. Kalau tidak

ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi

ini akan mengakibatkan penumpukan residu pembongkaran

benda-benda keton yang berlebihan dpat mengakibatkan asidosi.

3. Koma Hiperosmolar Nonketitik

Terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan ektrasel

karena banyak diekresi lewat urin.

b. Komplikasi yang bersifat kronik

1. Makroangiopat yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh

darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

Komplikasi makroangipati adalah penyakit vaskuler otak,

penyakit arteri koronaria dan penyakit vesikuler perifer.

2. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati

diabetik, nefropati diabetik.

3. Neuropati diabetik, mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik

saraf menurun yang mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

4. Kaki diabetik perubahan mikroangipati dan neuropati

menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah dan

mengakibatkan gangren.
18

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Diabetes Mellitus

a. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

diabetes mellitus. Ini teradi karena DNA pada orang diabetes mellitus

akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan

penurunan produksi insulin.

b. Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara

dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.

Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin

pancreas untuk memproduksi insulin.

c. Gaya hidup stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan

yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan

berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress juga akan

meningkatkan kerja metabolism dan meningkatkan kebutuhan akan

sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban

yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada

penurunan insulin.

d. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan

risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas,


19

sedangkan obesitas dapat meningkatkan gangguan kerja atau

resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung

terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.

e. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami

hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi

insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban

metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi

sel yang terlalu banyak.

f. Infeksi

Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat

rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan

fungsi pankreas.

8. Patofisiologi

Menurut Muttaqqin dalam Arriyanto (2017), pada diabetes tipe ini

terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin itu

sendiri, antara lain : resisten insulin dan gangguan sekresi insulin.

Mekanisme terjadinya DM tipe II umumnya disebabkan karena

resistensi insulin dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin DM tipe II disertai


20

dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin menjadi

tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang disekresikan

(Smeltzer 2015 dan Bare, 2015). Pada penderita toleransi glukosa

terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan

kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit

meningkat. Namun demikian, jika sel sel B tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan

terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang

berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan

jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi

badan keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak

terjadi pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak

terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom

Hiperglikemik Hiporosmolar Non-Ketotik (HHNK). (Smeltzer 2015 dan

Bare, 2015) Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama

bertahun tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa

terdeteksi. Jika gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat

ringan, seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit

yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar

glukosanya sangat tinggi.) (Smeltzer 2015 dan Bare, 2015).


21

9. Pathway

Usia Faktor Genetik Obesitas


imunologi

Memiliki Peningkatan
Penurunan antigen HLA beban
Respon autoimun
fisiologis metabolisme
abnormal
glukosa

Pankreas

Sel beta pankreas


hancur/menurun

Defisiensi insulin

Glukagon meningkat Perubahan Penurunan pemakaian


status glukosa
kesehatan

Glukoneogenesis
Hipeglikemia Ketidakstabilan
Kurang terpapar gula darah
informasi
Ketogenesis
Glycosuria

Defisit pengetahuan
Mual Ketonemia Osmotic Kekurangan
muntah diuresis volume cairan
Resiko gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
Bagan 1. Pathway
22

10. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan Gula Darah Puasa. Untuk menentukan jumlah glukosa

darah pada saat puasa. Nilai normal 70-110 mg/dl.

b. Pemeriksaan gula darah 2 jam post prondrial. Untuk skrining atau

evaluasi pengobatan bukan didiagnostik. Nilai normal <140 mg/dl.

c. Pemeriksaan gula darah sewaktu <140 mg/dl

d. Tes toleransi glukosa oral. GD <115 mg//dl ½ jam, 1 jam <200

mg/dl, 2 jam <140 mg/dl. TTGO dilakukan hanya pada pasien yang

telag bebas diet dan beraktivitas.

e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI). Dilakukan jika TTGO

merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal

yang mempengaruhi absorbs glukosa.

f. Glycosatet hemoglobin. Berguna dalam memantau kadar glukosa

darah rata-rata selama lebih dari 3 bulan.

g. C –Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali mengingkat setelah

pemberian glukosa. Untuk mengukur proinsulin.

h. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120mu/ml.

digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam

penelitian diabetes.
23

11. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Dalam mempertahankan gula darah membutuhan manajemen diri

agar konsisten dalam berperilaku hidup sehat. Manajemen diri adalah

usaha individu dengan menggunakan teknik terapeutik (teknik yang

secara otomatis dapat menyembuhkan) yang akan diberikan sebagai

intervensi dan pengelolaan mengendalikan dan mengarahkan diri,

selain itu untuk mendukung perubahan perilaku menuju pola hidup

sehat setelah terdiagnosa diabetes mellitus (Hugeng dan Santos, 2017).

Pengelolaan diabetes mellitus sering dikenal dengan 4 pilar

penatalaksanaan Diabetes Mellitus (DM).

Menurut Perkeni (2015), 4 pilar Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

(DM) terdiri dari :

a. Edukasi DM

Edukasi yang dilakukan kepada diabetes dibutuhkan untuk

pengelolaan penyakit diabetes yang optimal yang membutuhkan

perubahan perilaku dari penderita diabetes. Edukasi dengan tujuan

promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari

upaya pencegahan holostik secara penting. Materi edukasi terdiri

dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
24

1) Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di pelayanan

kesehatan primer, yang meliputi :

a) Materi tentang perjalanan penyakit DM.

b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

secara berkelanjutan.

c) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.

d) Pentingnya latihan jasmani yang teratur.

2) Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di pelayanan

kesehatan sekunder dan tersier yang meliputi :

a) Mengenal dan mencegah penyakit akut DM.

b) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.

c) Rencana untuk kegiatan khusus (contoh : olahraga).

d) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa, hari-

hari sakit).

e) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi

mutakhir tentang DM.

b. Terapi Gizi Medis

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai

pengaturan jadwal makan, jenis dan jumlahlah secara teratur,

terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa

darah dan insulin. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :


25

1) Karbohidrat. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total

asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.

Pembatasan karbohidrat total >7% kebutuhan kalori.

2) Lemak tidak jenuh ganda. Lemak tidak jenuh ganda >10%.

Selebihnya, dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan

yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak

jenuh dan lemak trans antara lain : daging berlemak dan susu

fullcream. Konsumsi kolesterol dianjurkan >200 mg/hari.

3) Protein. Kebutuhan protein sebeesar 10-20% total asupan

energi. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi,

daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah

lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien nefropati

diabetic perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8% g/kg BB

perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65%

diantaranya bernilai biologic tinggi. Kecuali pada penderita DM

yang sudah menjalani hemodialisa asupan protein menjadi 1-1,2

g/kg BB perhari.

4) Natrium. Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama

dengan orang sehat yaitu 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda

latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari

bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan

untuk selalu aktif setiap hari.


26

c. Latihan Jasmani

Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang

bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung

maksimal). Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara

mengurangi angka 220 dengan usia pasien. Pada penderita DM

tanpa kontraindikasi (contoh : osteoarthritis, hipertensi yang tidak

terkontrol, retinopati, nefropati). Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas

latihan jasmani pada penyandang DM yang related sehat bisa

ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM ang disertai

komplikasi intensitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan

dengan masing-masing individu.

d. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan

dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologi terdiri

dari obat oral dan bentuk suntikan.

Obat Antihiperglikemia oral berdasarkan cara kerjanya, obat

antihiperglikemia oral dibagi menjadi :

1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) dan

Sulfonilurea, Obat golongan ini mempunyai efek utama

meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Efek

samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat


27

badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan

risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati, dan

ginjal). Glinid merupkan obat yang cara kerjanya sama dengan

sulfonilurea, dengan penekanan pada sekresi insulin fase

pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu

Repaglinid (derivate asam benzoate) dan Nateglinid (derivate

fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian

secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini

dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping

yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia.

2) Peningkatan Sensitivitas terhadap Insulin dan Metformin.

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi

glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan

glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan pilihan

pertama pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis metformin

diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR

30-60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh diberikan pada

beberapa keadaan, seperti : GFR

B. Konsep Jogging Exercise

1. Pengertian

Jogging adalah salah saatu bentuk olahraga yang dilakukan

dengan cara berjalan atau berlari kecil-kecil. Seorang ahli dalam


28

bidang Jogging, Dr. George Sheehan, dalam bukunya

mendefinisikan bahwa jogging adalah aktivitas berlari dengan

kecepatan dibawah 6 mil/jam, atau sama dengan 9,7 km/jam.

Aktivitas tersebut sama saja berlari sejauh 1 km yang ditempuh

dalam waktu 6,2 menit, sehingga kecepatan berlari di atas 9,7

km/jam disebut dengan lari/running (Daniel Hatono, 2010).

Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat dilakukan

untuk menjaga kesehatan, khususnya organ otak dan jantung.

Olahraga jogging tidak perlu punya keahlian khusus agar dapat

melakukannya. Semua orang dari segala usia dapat melakukan

jogging. Olahraga jogging tersebut termasuk salah satu olahraga

yang paling banyak dilakukan.

2. Manfaat Jogging

Jogging yang dilakukan secara teratur akan memberikan banyak

manfaat bagi kondisi fisik dan kesehatan diantaranya :

a. Membuat jantung kuat, dimana semakin memperlancar peredaran

darah dan pernafasan.

b. Mempercepat sistem pencernaan, membantu mengatasi masalah

pencernaan.

c. Menetralkan depresi.

d. Meningkatkan kapasitas untuk bekerja dan mengarahkan pada

kehidupan yang aktif.


29

e. Membantu membakar lemak dan mengatasi kegemukan.

f. Memperbaiki pola makan.

g. Mengencangkan otot kaki, paha dan punggung.

h. Membuat tidur lebih nyenyak.

Olahraga seperti jogging bermanfaat untuk memperbaiki

suasana hati, jogging juga dapat memberikan kesenangan secara

fisik maupun mental. Olahraga jogging sendiri apabila dilakukan

dengan benar, kelelahan tidak akan terasa meskipun telah

menyelesaikan satu tur lebih dari yang dilakukan sebelumnya.

Manfaat yang dirasakan ialah merasa nyaman di otot selama jogging

dan setelahnya (Rahman Ari, 2010).

3. Cara Melakukan Jogging

Sebelum melakukan jogging, ada faktor-faktor penting yang

harus diperhatikan sebelum melakukan jogging, diantaranya :

a. Bagaimana memulainya

Sebelum memulai jogging, cek kondisi kesehatan sebagai

pertimbangan untuk melakukan olahraga jogging. Pertama-tama,

berlari di tempat selama 5 menit. Dapat menambah waktu, jarak

dan kecepatan setelah terbiasa.

b. Pakaian dan sepatu

Pakaian yang dikenakan harus sesuai dengan udara saat itu.

Saat udara hangat, celana pendek dan t-shirt cukup nyaman untuk
30

dikenakan. Pemilihan pakaian yang dapat memberikan ventilasi

bagus, hindari yang penuh jahitan, bertepi tajam atau yang

membungkus dengan ketat. Jenis sepatu, kenakan yang lembut

dan nyaman, tapi dengan bentuk yang pas dan cocok di kaki.

Pemilihan alas kaki yang alasnya dapat ditekuk dengan lentur

dalam pergerakan kaki tapi cukup mendukung saat terhentak

dengan tanah.

c. Rute dan sesi Jogging

Jogging dapat ditempuh dalam berbagai cara : Jarak yang

panjang antara 2 - 20 km dalam kecepatan biasa, jarak 3 - 6 km

dalam kecepatan tinggi, jogging dengan kecepatan sedang

ditempuh dalam 4 - 8 km.

d. Peregangan tubuh dan setelah beberapa sesi

Sangat disarankan untuk melakukan peregangan sebelum

melakukan sesi jogging, dan bukan hanya pada otot kaki, tetapi

juga keseluruhan tubuh, lakukan selama 2 menit sebelumnya dan

3-4 menit setelahnya.

4. Langkah kerja

a. Langkah pertama yaitu melakukan pemanasan sebelum

melakukan sesi jogging selama 2 menit yang bertujuan untuk

menyiapkan tubuh beraktivitas, otot-otot menjadi lentur dan

tidak kaku.
31

b. Langkah kedua mulai melakukan jogging, dengan frekuensi 3-5

kali seminggu dan lama latihannya 20-60 menit bertujuan untuk

menurunkan kadar gula darah

c. Langkah ketiga setelah melakukan jogging, lakukan sesi

pendinginan untuk mengembalikan kondisi tubuh dan detak

jantung kembali ke normal secara perlahan.

d. Langkah keempat anjurkan kepada klien utuk melakukan jogging

3-5 kali dalam seminggu untuk mengoptimalkan terapi dalam

menurunkan kadar gula darah.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien DM Tipe II

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan

pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok atau

perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual

maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai

pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan, sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi (Mahyar

Suara dkk. 2010).

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Identitas yang ditanyakan atau dicari data nya meliputi nama,

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,


32

agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal

pengkajian, sumber informasi, dan diagnosa pada saat masuk.

b. Keluhan utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki, lemas, rasa haus, dan banyak

kencing.

c. Keluham saat dikaji

Klien mengatakan ada rasa kesemutan pada kaki, badan terasa

lemas, rasa haus dan banyak kencing

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

2) Berisi tentang kapan terjadi rasa kesemutan, lemas, dan rasa

haus, serta upaya yang telah dilakukan penderita untuk

mengatasinya.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain

yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya

penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan

hormonal dan pemberian obat-obatan. Adanya riwayat

penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis.

4) Riwayat kesehatan keluarga


33

Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM atau

penyakit keturunan yang dapat meningkatkan risiko

terjadinya DM seperti hipertensi.

5) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi

yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya

serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

6) Riwayat spiritual

Perlu dikaji tentang keyakinan dan persepsi klien terhadap

penyakit dan kesembuhannya dihubungkan dengan agama

yang klien anut. Bagaimana aktifitas spiritual klien selama

klien menjalani perawatan dan siapa yang menjadi

pendorong atau pemberi motivasi untuk kesembuhannya.

e. Pengkajian pola fungsional Gordon

1) Pola persepsi

Pada pasien hiperglikemia terjadi perubahan persepsi dan

tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan gaya

hidup sehat.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya

defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat


34

dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering

kencing, banyak makan, banyak minum, dan mudah lelah.

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui status

kesehatan penderita.

3) Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis

osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri)

dan pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria).

4) Pola aktivitas dan latihan

penderita mudah mengalami kelelahan.

5) Pola tidur dan istirahat

Istirahat tidak efektif adanya poliuri (sering BAK).

6) Pola kognitif dan persepsi

Rasa haus yang sering muncul.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan

pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada

keluarga.

8) Pola peran dan hubungan

Klien berperan sebagai ibu rumah tangga

9) Pola seksualitas
35

Angiopati dapat terjadi pada pebuluh darah diorgan

reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,

gangguan kualitas serta memberi dampak dalam proses

ejakulasi serta orgasme.

10) Pola penanggulangan stress dan koping

Perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak berdaya karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif

berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat

menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan

mekanisme koping yang kontruktif/adaptif.

11) Pola nilai kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan tidak menghambat

penderita dalam melaksanakan ibadah

f. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat

badan dan tanda-tanda vital.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut Biasanya tidak terjadi

pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP

(Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.

3) Pemeriksaan integument
36

Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan

output yang tidak seimbang.

4) Pemeriksaan dada (thorak)

Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri

tekan.

5) Pemeriksaan kardiovaskuler

Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi pada permukaan jantung, nadi perifer

lemah atau berkurang, takikardi atau bradikardi, hipertensi

atau hipotensi, aritmia.

6) Pemeriksaan abdomen

Dalam batas normal.

7) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Sering BAK.

8) Pemeriksaan Muskuloskeletal

Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering

merasa kesemutan.

9) Pemeriksaan Ekstremitas

Tidak terdapat luka di ekstremitas bawah

10) Pemeriksaan Neurologi

GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative (CMC)


37

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada pasien diabetes mellitus menurut

SDKI tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi

insulin

2. Risiko hipovolemia ber hubungan dengan diuresis osmotik dan

poliuria.

3. Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

hiperglikemia.

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrien akibat defisiensi insulin, kurangnya

asupan makanan akibat adanya mual muntah.

5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan

sensasi sensori, penurunan aktivitas, kurangnya pengetahuan

tentang perawatan luka.

6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa

otot, deformitas ekstremitas.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa

darah, penurunan fungsi leukosit.


38

8. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan

tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,

memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien.

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan

pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas (SIKI,

2018).
39

Table 1. Rencana keperawatan

No SDKI SLKI SIKI Rasional


.

1 (D.0027) Setelah dilakukan Manajemen


Ketidakstabilan tindakan Hiperglikemia
kadar glukosa darah keperawatan selama Observasi :
3 x 24 jam kadar
Definisi : Variasi kadar gula dalam darah 1. Identifikasi 1.Mengetahui
glukosa darah naik atau stabil kemungkinan penyebab
turun dari rentang Luaran utama : penyebab hiperglikemia
hiperglikemia .
normal. Kestabilan kadar 2.Monitor kadar
glukosa darah 2. Monitor kadar gula darah akan
Penyebab: Luaran glukosa darah memberikan
1. Disfungsi pankreas tambahan : hasil yang
2. Resistensi insulin - Kontrol resiko 3. Monitor tanda dan memuaskan
3. Gangguan toleransi - Perilaku gejala (stabil) jika
glukosa darah mempertahankan hiperglikemia digunakan
4. Gangguan glukosa berat badan dengan benar
(mis,
darah puasa - Perilaku poliurs, 3.Tanda awal
menurunkan polidipsia, hiperglikemia
Gejala dan tanda berat badan polifagia, antara lain
mayor Subjektif: - Status atepartum kelemahan peningkatan
Hiperglikemia - Status intrapartum pandangan rasa haus, lemah
a) Lelah atau lesu - Status nutrisi kabur, sakit sering BAK dan
- Status pasca kepala) mudah lapar
Hipoglikemia partum
4.kalium harus
a) Mengantuk - Tingkat Terapeutik: ditambahkan
b) Pusing pengetahuan 4. Konsultasi dengan pada IV untuk
Dengan kriteria medis jika tanda mencegah
Objektif: hasil: dan gejala hypokalemia
Hiperglikemia a) Kesadaran hiperglikemia
a) Kadar glukosa meningkat tetap ada atau 5.Untuk
dalam darah/urin b) Mengantuk membantu
memburuk
tinggi menurun menurunkan
5. Anjurkan untuk kadar gula darah
c) Perilaku aneh melakukan latihan
Hipoglikemia menurun fisik (jogging 6.Untuk
a) Gangguan d) Keluhan lapar exercise) mencegah
koordinasi menurun kerusakan pada
b) Kadar glukosa e) Kadar glukosa Edukasi: sistem organ
dalam darah/urin dalam 6. Anjurkan tubuh yang lain
rendah darah membaik menghindari 7.Untuk
olahraga saat mengontrol
Gejala dan tanda kadar glukosa jumlah kalori
40

minor Subjektif : darah lebih dari dan waktu


Hipoglikemia 250mg/Dl makan sangat
a) Palpitasi 7. Anjurkan penting untuk
b) Mengeluh lapar kepatuhan mengontrol gula
darah dan
terhadap diet dan
latihan fisik juga
Hiperglikemia olahraga mengontrol gula
a) Mulut kering 8. Ajarkan darah dan
b) Haus meningkat pengelolaan tekanan darah
diabetes (mis, pasien
penggunaan
Objektif : insulin, obat oral) 8.Pemahaman
Hipoglikemia tentang obat
a) Gemetar yang digunakan
dapat
b) Kesadaran Manajemen
meningkatkan
menurun Hipoglikemia penggunaan
c) Perilaku aneh Observasi : yang tepat
d) Sulit bicara 9. Identifikasi tanda
e) Berkeringat dan gejala 9.Untuk
hipoglikemia mengetahui
Hiperglikemia tindakan
a) Jumlah urin Terapeutik : pencegahan dan
meningkat 10. Berikan penanganan
hipoglikemia
karbohidrat
sederhana, jika 10.Karbohidrat
perlu rendah
11. Perhatikan jalan membantu
nafas mengontrol
kadar gula
darah

11. Kurangnya
suplai glukosa
ke otak
menyebab
ketidakefektifa
n bersihan
jalan nafas
41

2 (D.0034) Risiko Setelah dilakukan Manajemen 1.Hipovolemia


hipovolemia tindakan Hipovolemia dapat di
keperawatan selama Observasi : manifestasikan
Definisi : Berisiko 3 x 24 jam 1. Monitor tanda- hipotensi dan
takikardia
mengalami penurunan diharapkan tidak tanda vital
volume cairan terjadi hipovolemia 2. Kaji nadi perifer 2.Untuk
intravaskuler, Luaran utama : 3. Pantau masukan mengetahui
interstisiel, dan atau Status cairan dan tingkat dehidrasi
intraseluler. Luaran pengeluaran
Faktor Risiko : tambahan : cairan 3. Memeberikan
1. Kehilangan cairan - Keseimbangan perkiraan
kebutuhan
secara aktif cairan
cairan pengganti
2. Gangguan absorpsi - Keseimbangan
cairan elektrolit
3. Kegagalan - Status nutrisi
mekanisme Dengan kriteria
regulasi hasil:
4. Kelebihan berat 1. Mempertahankan
badan urine output
5. Kekurangan intake sesuai dengan
Cairan usia
dan BB.
2. Tekanan darah,
nadi, suhu tubuh
dalam batas
normal
3. Tekanan darah :
110-140/70-90
mmHg
4. Nadi : 60-100
kali/menit
5. Pernafasan : 16-
24 kali/menit
6. Suhu : 36-37 oC
7. Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa
42

haus yang
berlebihan

3 (D.0015) Risiko Setelah dilakukan Manajemen sensasi


perfusi perifer tidak tindakan perifer
efektif keperawatan selama
1x8 jam diharapkan Observasi : 1. Sebagai dasar
Definisi : Penurunan perfusi perifer untuk
1. Monitor tanda-
sirkulasi darah pada kembali efektif membanding
tanda vital
level kapiler yang Luaran utama : kan temuan
2. Pengaturan posisi
dapat mengganggu Perfusi perifer abnormal
3. Monitor adanya
metabolisme tubuh. Luaran 2. Untuk
daerah terrtentu
tambahan : memberikan
yang hanya peka
Penyebab : - Fungsi sensori rasa aman
terhadap benda
1. Hiperglikemia - Mobilitas fisik nyaman pada
tajam atau tumpul
2. Gaya hidup kurang - Penyembuhan luka klien
4. Anjurkan untuk
gerak - Status sirkulasi 3. Mencegah
melakukan
3. Hipertensi - Tingkat cedera terjadinya
latihan fisik
4. Merokok - Tingkat luka diabetes
perdarahan 4. Agar dapat
Dengan kriteria melakukan
hasil: aktifitas
1. Tanda-tanda vital secara
dalam batas mandiri
normal
2. Akral hangat
3. CRT < 3 detik

4 (D.0019) Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1.Mengkaji


nutrisi tindakan Observasi : pemasukan
keperawatan selama 1. Timbang BB makanan yang
Definisi : Asupan 6x24 jam setiap hari adekuat
nutrisi tidak cukup diharapkan defisit 2. Auskultasi bising
2.Hiperglikemia
untuk memenuhi nutrisi dapat usus, catat adanya dan gangguan
kebutuhan terarasi. nyeri abdomen, keseimbangan
metabolisme. Luaran utama : kembung, mual, cairan dan
Penyebab : Status nutrisi muntah elektrolit dapat
1. Ketidakmampuan Luaran 3. Oberservasi menurunkan
menelan makanan tambahan : tanda-tanda fungsi lambung
2. Ketidakmampuan - Berat badan hipoglikemia
mencerna makanan - Eliminasi fekal 3.Karena
3. Ketidakmampuan - Fungsi metabolisme
mengabsorbsi gastrointestinal karbohidrat
mulai terjadi
nutrien - Nafsu makan
maka
4. Peningkatan - Perilaku hipoglikemia
kebutuhan meningkatkan
43

metabolism berat dapat terjadi


5. Faktor psikologi badan
(mis. Stress) - Status menelan
- Tingkat nyeri
Gejala dan tanda Dengan kriteria
mayor: hasil:
1. Adanya
Subjektif :
peningkatan
- berat
badan sesuai
Objektif : dengan tujuan
2. Berat badan
1. Berat badan ideal sesuai
menurun minimal dengan tinggi
10% dibawah badan
rentang ideal 3. Mampu
mengidentifikas
Gejala dan tanda i kebutuhan
minor: nutrisi
Subjektif :

1. Pasien mengatakan
nyeri abdomen
2. Pasien mengatakan
nafsu makan
menurun

Objektif :

1. Pengkajian Nutrisi
dengan
menggunakan
ABCD, yaitu A
(Antropometri), B
(Biokimia, yang
meliputi
Hemoglobin,
albumin), C (Clinic)
dan D (Diet yang
diberikan kepada
pasien dan porsi
yang mampu
dihabiskan oleh
pasien).
2. Membran mukosa
44

pucat
3. Serum albumin
menurun

5 (D.0129) Gangguan Setelah dilakukan Observasi :


integritas jaringan. tindakan 1. Observasi luka 1. Untuk
keperawatan selama yang meliputi : mengetahui
Definisi : Kerusakan 3x24 jam lokasi, dimensi, karakteristik
kulit (dermis dan atau diharapkan kedalaman luka, luka yang
epidermis) atau gangguan integritas jaringan nekrotik, dapat
jaringan. jaringan dapat tanda infeksi membantu
Penyebab : diminimalkan. lokal dan lainnya. dalam
1. Perubahan sirkulasi Luaran utama : 2. Monitor kulit mementukan
2. Penurunan Intergritas kulit dan akan adanya penanganan
mobilitas jaringan kemerahan dan
3. Neuropati perifer Luaran 3. Jaga kulit agar perawatan
4. Kekurangan/ tambahan : tetap bersih dan luka
kelebihan cairan - Pemulihan pasca kering 2. Mencegah
5. Kelembaban bedah 4. Lakukan teknik terjadinya
6. Perubahan - Penyembuhan luka perawatan luka infeksi
pigmentasi - Perfusi perifer dengan steril 3. Mencegah
7. Perubahan - Respons alergi 5. Ajarkan keluarga risiko
hormonal local tentang terjadinya
8. Efek samping terapi - Status nutrient perawatan luka kerusakan
radiasi - Status sirkulasi pada
- Termoregulasi Kolaborasi : kulit/iritasi
Gejala dan tanda kulit
mayor: Dengan kriteria 6. Kolaborasi 4. Perawatan
hasil: dengan ahli gizi luka dengan
Subjektif : untuk pemberian
1. Perfusi jaringan tetap
normal (CRT < 3 diet yang sesuai. menjaga
-
detik) kesterilan
Objektif : 2. Tidak ada tanda- dapat
tanda infeksi menghindark
1. Kerusakan jaringan 3. Menunjukkan an dari
atau lapisan kulit terjadinya proses infeksi
penyembuhan 5. Mengurangi
Gejala dan tanda luka resiko
minor: 4. Menunjukkan penyebaran
pemahaman bakteri
Subjektif :
dalam proses 6. Protein dapat
- perbaikan kulit mempercepat
dan jaringan regenerasi sel
Objektif : 5. Adanya perilaku
mencegah cedera
45

1. Nyeri berulang.
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma

6 (D.0054) Gangguan Setelah dilakukan Observasi :


mobilitas fisik. tindakan
keperawatan selama 1. Pantau tanda- 1. Untuk
Definisi : keterbatasan 3x24 jam tanda vital mengkaji
dalam gerakan fisik diharapkan pasien 2. Tingkatkan respon
dari satu atau lebih dapat melakukan aktivitas secara individu
ekstremitas secara aktivitas secara bertahap terhadap
mandiri mandiri. 3. Ajarkan klien aktifitas
Penyebab : Luaran utama : metode 2. Untuk
1. Kerusakan Mobilitas fisik penghematan meningkatka
integritas struktur Luaran energi untuk n toleransi
tulang tambahan : aktifitas klien
2. Perubahan - Pemulihan pasca 4. Ajarkan latihan terhadap
metabolism bedah aktif-pasif aktivitas
3. Ketidakbugaran - Penyembuhan luka 5. Kolaborasi 3. Untuk
fisik - Perfusi perifer dengan dokter mencegah
4. Penurunan massa - Respons alergi atau ahli terapi terjadi
otot local fisik untuk keletihan
5. Penurunan kekuatan - Status nutrient program latihan dengan
otot - Status sirkulasi segera
6. Kekakuan sendi - Termoregulasi 4. Untuk
7. Malnutrisi mencegah
8. Gangguan Dengan kriteria atrofi otot
muskuloskletal hasil: 5. Untuk
9. Gangguan 1. Klien meningkat mendapatkan
neuromuscular dalam aktivitas terapi yang
10. Gangguan sensori fisik sesuai
persepsi 2. Memperagakan
penggunaan alat
Gejala dan tanda Bantu untuk
mayor: mobilisasi
(walker)
Subjektif :
3. Klien mampu
1. Mengeluh sulit melakukan AKS
menggerakan secara mandiri
ekstremitas
46

Objektif :

1. Kekuatan otot
menurun
2. Rentang gerak
(ROM) menurun

Gejala dan tanda


minor:

Subjektif :

1. Nyeri saat bergerak


2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak

Objektif :

1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah

7 (D.0142) Risiko Setelah dilakukan Observasi :


infeksi. tindakan 1. Observasi tanda 1. Klien
keperawatan selama dan gejala mungkin
Definisi : Berisiko 1x8 jam diharapkan infeksi. masuk
mengalami tidak terjadi infeksi. 2. Tingkatkan upaya dengan
peningkatan terserang Luaran utama : pencegahan infeksi yang
organisme patogenik. Tingkat infeksi infeksi dengan biasanya
Luaran mencuci tangan telah
Faktor risiko : tambahan : bagi semua orang mencetuskan
1. Penyakit kronis - Integritas kulit dan yang keadaan
(misalnya diabetes jaringan berhubungan ketoasidosis
melitus) - Kontrol risiko dengan pasien.
2. Efek prosedur - Status imu 3. Pertahankan 2. Mencegah
invasif - Status nutrisi teknik aseptik infeksi silang
3. Malnutrisi Dengan kriteria pada setiap 3. Kadar gula
4. Peningkatan paparan hasil: prosedur invasive yang tinggi
organisme patogen 1. Klien bebas dari 4. Berikan dalam darah
lingkungan tanda dan gejala perawatan kulit dapat
5. Ketidakadekuatan infeksi dengan teratur menjadi
pertahanan tubuh 2. Mendeskripsikan dan sungguh- media
sekunder proses penularan sungguh massage pertumbuhan
47

penyakit, factor daerah tulang kuman


yang yang tertekan, 4. Sirkulasi
mempengaruhi jaga kulit tetap perifer bisa
penularan serta kering terganggu
penatalaksanaan yang dapat
nya, menyebabkan
3. Menunjukkan peningkatan
kemampuan terjadinya
untuk mencegah kerusakan
timbulnya kulit
infeksi
4. Jumlah leukosit
dalam batas
normal 4.800–
10.800/
mikroliter.
5. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat

8 (D.0111) Defisit Setelah dilakukan Observasi :


pengetahuan tindakan 1. Agar lebih
keperawatan selama 1. Identifikasi mudah
Definisi : x 30 menit kemampuan pasien memberi
dan keluarga
Ketidakadaan atau diharapkan pasien informasi
menerima
kurang informasi dan keluarga informasi
kognitif yang berkaitan memahami 2. Mengetahui
dengan topik tertentu mengenai pola 2. Identifikasi tingkat pengetahuan
hidup sehat pengetahuan saat klien dan
Penyebab : ini keluarga
1.Kurang terpapar Dengan kriteria tentang
informasi hasil: Terapeutik : penyakitnya
2.Ketidaktahuan 1. Klien
menemukan sumber mengetahui 3. Persiapkan meteri,
media dan alat
Informasi proses penyakit 3. Mempermud
peraga
2. Klien dan ah pada saat
keluarga 4. Jadwalkan waktu memberikan
Gejala dan tanda Menyatakan yang tepat untuk informasi
mayor : pemahaman memberikan
Subjektif : tentang pendidikan 4. Agar
a) Menanyakan pola hidup sehat kesehatan persiapannya
masalah yang dengan diabetes lebih baik
dihadapi
48

Objektif : melitus. Edukasi : 5. Menambah


pengetahun
a) Menunjukkan 5. Jelaskan proses klien dan
persepsi yang penyakit, faktor keluarga
keliru mengenai risiko, mengenai
masalah komplikasi dan penyakitnya
pencegahan
49

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi,

status kesehatan yang baik. Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi dari

perencanaan keperawatan. Tujuan dari tahap ini adalah melakukan aktivitas

keperawatan, untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien.

Implementasi keperawatan terdiri dari:

a. Fase Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien

dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan

rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta

mengevaluasi hsil tindakan yang telah lalu. Tujuan perawat dalam tahapan

ini adalah:

1) Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan

komunikasi terbuka.

2) Merumuskan kontrak (waktu, tempat, dan topik pembicaraan) bersama-

sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali

kontrak yang telah disepakati bersama.

3) Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien

yang umumnya dilakukan dengan menggunkan teknik komunikasi

pertanyaan terbuka.

4) Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.


50

b. Fase Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.

Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik

karea didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien

untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa

respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan

oleh klien. Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan klien secara aktif

dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk

mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari

penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.

c. Fase Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap

terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien,

setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali

pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati

bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah

menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanankan

(evaluasi objektif).

2) Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien

setelah berinteraksi dengan perawat.


51

3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.

Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru

saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya.

Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan

berikutnya.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan untuk

mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif.Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan pada saat

memberikan intervensi dengan respon segera. Sedangkan evaluasi sumatif

merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada

waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan.

Dilakukan setiap hari dan meliputi 4 komponen, yang dikenal dengan istilah

SOAP, yakni subyektif (respon verbal klien terhadap tindakan), objektif (respon

nonverbal hasil dari tindakan dan data hasil pemeriksaan), analisa data

(menyimpulkan masalah, masih tetap ada, berkurang, atau muncul masalah

baru) dan perencanaan (perencanaan atau tindak lanjut tindakan yang akan

dilakukan selanjutnya berdasarkan hasil analisa dari respon klien).


52

Evaluasi pada pasien diabetes mellitus antara lain:

1. Ketidakstabilan gula darah

Dengan kriteria hasil: kadar glukosa dalam darah membaik.

2. Risiko hipovolemia tidak terjadi

Dengan kriteia hasil: tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit

baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

3. Risiko perfusi perifer tidak efektif tidak terjadi

Dengan kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal, akral hangat

4. Defisit nutrisi tidak terjadi

Dengan kriteria hasil: adanya peningkatan berat badan sesuai dengan

tujuan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

5. Gangguan integritas jaringan tidak terjadi

Dengan kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi.

6. Gangguan mobilitas fisik tidak terjadi

Dengan kriteria hasil: klien meningkat dalam aktivitas fisik.

7. Resiko infeksi tidak terjadi

Dengan kriteria hasil: tidak ada tanda dan gejala infeksi, menunjukkan

kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

8. Defisit pengetahuan tidak terjadi

Dengan kriteria hasil: pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang

program pengobatan dan perawatan DM, pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur ang dijelaskan secara benar.


53

D. Kerangka Konsep

Diabetes Mellitus Asuhan Keperawatan Pada DM

Faktor-faktor : Pengkajian Diagnosa Intervensi Implementasi Evaluasi


1. Genetik
2. Usia
3. Gaya hidup
stres
Aplikasi Jogging Evaluasi :
4. Pola makan Exercise
yang salah 1. Masalah teratasi
5. Obesitas 2. Masalah teratasi
6. Infeksi sebagian
3. Masalah belum
Menurunkan Kadar teratasi
Gula Darah

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 2. Kerangka Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain deskriptif yaitu

penelitian dengan mendiskripsikan kejadian yang sudah ada di lapangan dan

dituliskan secara ilmiah sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan yang

dimaksud dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat apa yang kita lihat

itu secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

yang ada di lapangan yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara

intensif misalnya pasien, keluarga, kelompok, komunitas.

Dalam studi kasus ini membahas tentang Asuhan Keperawatan Dengan

Pemberian Terapi Jogging Exercise Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe II melalui pendekatan proses keperawatan dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek pada penelitian ini adalah pasien DM Tipe II yang datang berkunjung ke

Puskesmas dengan kriteria:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik subyek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam. 2012)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Pasien DM Tipe II berusia 30-50 tahun

54
c. Pasien yang kadar gula darahnya >200 mg/dl

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2012).

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

b. Pasien mengundurkan diri sebelum 3 hari dilaksanakannya studi kasus

c. Pasien DM yang memiliki luka gangren

d. Pasien yang memiliki gangguan ginjal

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi dalam studi ini adalah asuhan keperawatan dan pemberian terapi

jogging exercise untuk menurunkan kadar gula darah dengan menggunakan proses

keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi.

D. Definisi Operasional

1. Terapi jogging exercise adalah salah satu pengobatan non farmakologi penyakit

diabetes mellitus dengan cara melakukan aktivitas fisik seperti berlari dengan

kecepatan lambat atau santai yang diberikan kepada pasien DM untuk

menurunkan kadar gula darah, terapi jogging exercise dilakukan selama 15-30

menit dan berlangsung selama 3 hari

2. Asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus untuk menurunkan kadar

gula darah adalah tindakan keperawatan yang ditunjukan kepada pasien DM

yang dimulai dari pengkajian, merencanakan diagnosa, intervensi keperawatan,


56

implementasi, sampai evaluasi keperawatan yang diberikan secara sistematis

dan tersusun untuk menurunkan kadar gula darah.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang digunakan dalam studi kasus ini adalah format pengkajian

asuhan keperawatan medikal bedah dan standar operasional prosedur (SOP)

jogging exercise, leaflet penyakit diabetes mellitus.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut (Moleong, 2010). Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah

disusun menggunakan alat bantu kuisioner atau format pengkajian askep KMB.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus

dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk melihat dan

mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh

gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian

ini, dilakukan observasi secara langsung dan menggunakan beberapa model

instrumen seperti format lembar asuhan keperawatan medikal bedah untuk


57

menentukan apakah masalah yang akan muncul. Peneliti melakukan observasi

terhadap penurunan kadar gula darah dengan mengamati kondisi pasien,

sebanyak dua kali yaitu sebelum memulai pelaksanaan tindakan dan setelah

selesai melaksanakan tindakan terapi aplikasi jogging exercise dalam waktu

seminggu.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah penilaian dari ujung rambut sampai ujung kaki pada

setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan

memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan

pemeriksaan fisik mempengaruhi penilaian terapi yang diterima klien dan

penentuan respon klien terhadap terapi tersebut (Potter dan Perry, 2005).

G. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Puskesmas Meninting, kunjungan rumah di desa Batu

Layar.

2. Waktu

a. Penyusunan proposal

Penyusunan proposal karya tulis ilmiah dilakukan mulai bulan Desember

2021 – Februari 2022.

b. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 – 26 Maret 2022.

H. Analisis dan Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dari responden dengan wawancara dan telah

diolah kemudian disajikan dalam narasi beserta interpretasinya. Interpretasinya


58

adalah pengambilan kesimpulan dari suatu data, data ditulis dalam bentuk narasi

atau tekstuler. Narasi atau (tekstuler) adalah penyajian data hasil penelitian dalam

bentuk kalimat (Soekidjo, 2010).

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dari hasil wawancara dan

observasi tentang pasien DM, kemudian disajikan dalam bentuk narasi.

I. Etika Studi Kasus

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohon ijin kepada

institusi/lembaga tempat penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis

menekankan masalah etika meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya.

Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara

lain; partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang


59

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi,

manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden,

penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup

mencantumkan nama inisial.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti menjelaskan bahwa

data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.

4. Azas Manfaat (Beneficience)

Beneficience adalah prinsip untuk memberi manfaat bagi orang lain, bukan

untuk membahayakan orang lain, melainkan bertanggung jawab dalam

memberikan perawatan serta berkewajiban untuk melindungi.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu, bagian pertama berisikan tentang

uraian hasil yang diperoleh dari studi kasus. Bagian kedua memuat uraian tentang

pembahasan atas temuan-temuan studi kasus atau studi kasus yang telah

dikemukakan pada bagian pertama dan keterkaitannya dengan teori.

A. Hasil Studi Kasus

Pada bagian ini menguraikan paparan data yang diperoleh sesuai dengan

fokus studi, dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan

dilaksanakannya studi kasus. Pemaparan data studi kasus didapatkan melalui

wawancara maupun observasi atau pengukuran lain yang bisa didapatkan dari

subyek studi kasus maupun sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan

dengan menggunakan lima proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Gambaran Umum Lokasi Studi Kasus

Puskesmas Meninting adalah salah satu Puskesmas dari 20

Puskesmas yang ada di wilayah Lombok Barat, berlokasi di Jalan Raya

Senggigi, Meninting, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Wilayah kerja

Puskesmas Meninting meliputi 9 desa yaitu desa Senggigi, desa Batu

Layar, desa Batu Layar Barat, desa Sandik, desa Meninting, desa

Senteluk, desa Bengkaung, desa Lembah Sari, dan desa Pusuk Lestari.

Studi kasus tentang pemberian terapi jogging exercise untuk

menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II


61

dilakukan di desa Batu Layar Wilayah Kerja Puskesmas Meninting.

Untuk menjangkau Puskesmas relatif mudah, karena transportasi dan

kondisi jalan yang baik.

2. Proses Keperawatan Studi Kasus

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan

terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan

pada reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok atau

perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual

maupun potensial. Proses keperawatan diartikan sebagai pendekatan yang

digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga

kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.

a. Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian adalah suatu proses pengumpulan data secara

sistematis untuk menentukan status kesehatan dan fungsional kerja

serta respon klien pada saat ini dan sebelumnya.

1) Identitas Pasien

Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Maret 2022 di Puskesmas

Meninting pada pukul 10.00 WITA dan diperoleh data sebagai

berikut, nama Tn.”N”, umur 48 tahun, jenis kelamin Laki-laki,

suku Sasak, agama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan

sebagai nelayan, bahasa yang digunakan ialah bahasa Sasak dan

bahasa Indonesia, alamat Batu Layar, saat dikaji didapatkan

pasien dengan diagnosa medis DM tipe II.


62

2) Identitas Penanggung Jawab

Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Maret 2022 diperoleh data

sebagai berikut, nama Tn.”N”, umur 48 tahun, jenis kelamin

Laki-laki, suku Sasak, agama Islam, pendidikan terakhir SMP,

pekerjaan sebagai nelayan, bahasa yang digunakan ialah bahasa

Sasak dan bahasa Indonesia, alamat Batu Layar.

3) Riwayat Keperawatan (Nursing history)

a) Keluhan Utama : Lemas, sering merasa haus.

b) Keluhan Saat Dikaji :

Klien mengatakan badan terasa lemas, sering merasa haus

dan pengelihatan sedikit kabur.

c) Upaya Yang Dilakukan :

Klien mengatakan rutin kontrol dalam waktu satu bulan

sekali ke puskesmas dan rutin minum obat metformin,

amlodipine, glimepiride, dan vitamin B complek.

d) Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien mengatakan badan terasa lemas dari kemarin, sering

merasa haus dan pasien mengatakan rutin kontrol ke

puskesmas. Klien diberi obat berupa metformin 2x1,

amlodipine 2x1, glimepiride 2x1, vitamin B complek 2x1.


63

e) Riwayat Penyakit Dahulu :

Klien mengatakan menderita penyakit diabetes mellitus

sejak 1 tahun yang lalu dan menderita penyakit hipertensi

sejak 2 tahun yang lalu.

f) Riwayat Kesehatan Keluarga :

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Garis pernikahan

: Perempuan - - - - - : Tinggal serumah

: Klien : Garis keturunan

: Meninggal
64

g) Keadaan Kesehatan Lingkungan :

Klien mengatakan rumahnya tetap disapu oleh istrinya,

buang sampah di tempat pembuangan sampah di sekitar

lingkungannya.

h) Riwayat Kesehatan Lainnya :

Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan,

makanan maupun minuman. Klien mengatakan tidak ada

alergi terhadap debu dan bulu binatang.

4) Riwayat Bio – Psiko – Sosial – Spiritual

a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan tidak paham tentang pola hidup

sehat, sering merokok, tidak minum minuman

beralkohol dan jarang berolahraga.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan belum paham cara hidup sehat

dengan diabetes melitusnya. Klien mengatakan masih

sering merokok dan jarang berolahraga.

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi 1

piring penuh dan dihabiskan dan tidak menjaga

makananya, minum 4-5 gelas kecil sehari.


65

(2) Saat sakit

Klien mengatakan makan tetap seperti biasanya 3x

sehari dengan porsi 1 piring penuh dan dihabiskan,

minum 6-7 gelas kecil sehari. Klien biasanya makan

nasi dengan lauk telur, tempe, ikan, sayur dan kadang

makan buah.

c) Pola Eliminasi

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan BAK 3x dalam sehari dengan warna

kuning, bau khas urin dan BAB 1x dalam sehari dengan

konsitensi lunak, warna kuning, bau khas tinja, tidak

ada keluhan saat kencing dan BAB.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan BAK 3-4 kali dalam sehari dengan

warna jernih, bau khas urin dan BAB 1x dalam sehari

dengan konsistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan,

bau khas tinja.

d) Pola Tidur dan Istirahat

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan tidurnya nyenyak, pada siang hari

tidur pada pukul 14.00-15.00 dan pada malam hari

pukul 22.00-05.00, total jam tidur (7-8 jam sehari).


66

(2) Saat sakit

Klien mengatakan pada siang hari tidur pukul 14.00-

15.00 dan tidur pada malam hari pukul 22.00-05.00,

total jam tidur (7-8 jam sehari).

e) Pola Aktivitas dan Latihan

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan bisa melakukan aktivitas secara

mandiri, sering pergi mencari ikan ke laut.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas secara

mandiri dan kadang masih pergi mencari ikan ke laut,

klien kadang cepat merasa lelah saat beraktivitas.

f) Pola Hubungan dan Peran

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan

masyarakat baik, klien berperan sebagai bapak dan

kakek di dalam keluarga.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga, menantu

dan cucu tetap baik-baik saja.


67

g) Pola Sensori dan Kognitif

(1) Sebelum sakit

Pasien mengatakan penglihatan bagus, masih bisa

mendengar dengan jelas dan berbicara masih normal.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan penglihatan sedikit kabur, masih bisa

mendengar dengan jelas, klien kurang tahu tentang

penyakit yang diderita.

h) Pola Persepsi dan Konsep Diri

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan percaya diri dan masih mampu untuk

melakukan aktivitas.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan selalu bersyukur dan menerima apa

yang terjadi.

i) Pola Seksual dan Reproduksi

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan sudah menikah dan memiliki 6 anak.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan tidak ada keluhan tentang pola

seksual dan reproduksi.


68

j) Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress dan Koping

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan biasanya pergi kerumah saudaranya

di Lombok Tengah.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan diam dirumah dan bermain dengan

cucunya.

k) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

(1) Sebelum sakit

Klien mengatakan beragama Islam dan sering

melaksanakan sholat 5 waktu ke masjid.

(2) Saat sakit

Klien mengatakan tetap melaksanakan sholat 5 waktu.

5) Observasi dan Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Status Generalis

Keadaan umum : Baik, tampak lesu

Tanda-tanda vital : GCS : E4M6V5

TD : 160/100 mmHg Kesadaran : composmentis

N : 85 x/menit Antropomentri :

RR : 20 x/menit BB (Sebelum sakit) : 62 kg

S : 36,3 C BB (Saat sakit) : 68 kg

TB : 168 cm

IMT : 24,09 (Overweight)


69

b) Pemeriksaan Fisik

Tabel 2. Pemeriksaan fisik

Fisik Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Kepala Bentuk kepala Tidak


simentris, tidak terdapat
ada luka dan
lesi, rambut
benjola
berwarna putih n, tidak
menyeluruh ada
dan ada sedikit nyeri
warna hitam tekan

Mata Bentuk Tidak


simetris, ada
konjungtiva benjola
tidak anemis. n, tidak
ada
nyeri
tekan
Hidung Bentuk Tidak
simetris, ada
tidak ada nyeri
tekan
luka, tidak
ada sekret,
Mulut Bentuk Tidak
simetris, ada
mukosa nyeri
bibir tidak tekan
kering, tidak
ada
kesulitan
menelan
Telinga Bentuk Tidak
simetris, ada
tidak ada benjola
luka, tidak n, tidak
ada serumen ada
nyeri
tekan
Wajah Bentuk Tidak
wajah ada
simetris, nyeri
tidak ada tekan
luka
70

Leher Bentuk tidak


simetris, ada
tidak ada pembes
lesi aran
kelenjar
tiroid
Dada Bentuk Tidak sonor Tidak ada
simetris, ada di suara
tidak ada nyeri lapang jantung
lesi, tidak tekan paru tambahan
ada memar , suara
paru
normal
(vesikuler
)
Abdomen Tidak ada Tidak Terden Peristalti
lesi, tidak ada gar k usus
ada luka nyeri bunyi 12x/meni
tekan timpan t, tidak
i ada suara
tambahan
Integumen Tidak ada Tidak
luka, warna ada
kulit sawo nyeri
matang, tekan,
tidak ada turgor
memar kult
kembali
dari 1
detik

Ekstremitas Bentuk Tidak


ekstremitas ada
kanan kiri nyeri
simetris, tekan,
tidak ada tidak
kelainan ada
sendi dan benjola
otot n, tidak
ada
edema
Genitalia Tidak
terpasang
kateter
71

6) Pemeriksaan Penunjang

GDS : 296 mg/dl

7) Terapi

Klien mendapat terapi obat saat berobat di Puskesmas

Meninting, obat yang didapat yaitu :

Tabel 3. Terapi obat

No Nama Obat Dosi Rute Kegunaan obat

1 Metformin 2x1 Oral Untuk


menurunkan
kadar gula darah

2 Amlodipine 2x1 Oral Untuk


menurunkan
tekanan darah

3 Glimepiride 2x1 Oral Untuk


mengendalikan
gula darah
72

4 Vitamin B 2x1 Oral Memperbaiki


Complek stamina tubuh

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial (SDKI, 2017).

1) Analisa Data

Tabel 4. Analisa Data

N Data Etiologi Masalah

1 DS : Diabetes Ketidakstabila
mellitus ngula darah
- Klien mengatakan
badannya terasa
73

lemas
- Klien mengatakan Sel beta
sering merasa haus pancreas
- Klien mengatakan menurun
penglihatan sedikit
kabur
Defisiensi
DO : insulin
- Klien terlihat lesu
- Hasil pemeriksaan
TTV Penurunan
TD : 160/100 pemakaian
mmhg glukosa oleh
N : 85 x/menit sel
RR : 20 x/menit
S : 36,3C
- Kadar glukosa Hiperglikemia
darah 296 mg/dL

Ketidakstabilan
gula darah

2 DS : Diabetes
mellitus Defisit
- Klien mengatakan
pengetahuan
makan 3x sehari
dengan porsi 1 Sel beta
piring penuh pancreas
- Klien mengatakan menurun
belum paham cara
hidup sehat dengan
74

diabetes melitusnya
- Klien mengatakan Defisiensi
masih sering insulin
merokok dan jarang
olahraga
DO : Perubahan
- Klien bingung saat status
ditanya tentang kesehatan
pola hidup sehat
- BB : 68 kg
- TB : 168 CM Kurang
- IMT : 24,09 terpapar
(Overweight) informasi
- Hasil pemeriksaan
TTV
TD : 160/100
Defisit
mmhg
N : 85 x/menit pengetahuan

RR : 20 x/menit
S : 36,3C

2) Rumusan Diagnosa Keperawatan

a) Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi

insulin ditandai dengan klien mengatakan badannya terasa

lemas, klien mengatakan sering merasa haus, Klien


75

mengatakan pengelihatan sedikit kabur, klien tampak lesu,

TD : 160/100 mmhg, N : 85 x/menit, RR : 20 x/menit, S :

36,3C dan kadar gula darah 296 mg/dL.

b) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi ditandai dengan klien mengatakan makan 3x sehari

dengan porsi 1 piring penuh dan dihabiskan, klien

mengatakan belum paham cara hidup sehat dengan diabetes

melitusnya, klien mengatakan masih sering merokok dan

jarang olahraga, klien tampak bingung saat ditanya tentang

pola hidup sehat, BB : 68 kg, TB : 168 cm, IMT : 24,09

(Overweight), TD : 160/100 mmhg, N : 85 x/menit, RR : 20

x/menit, S : 36,3C.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai


76

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien.

Tabel 5. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Ketidakstabila Setelah Manajemen 1.Mengetahui


n gula darah dilakukan Hiperglikemia penyebab
berhubungan tindakan Observasi : hiperglikemia
dengan keperawatan 1. Identifikasi 2.Monitor kadar
resistensi dengan kemungkinan gula darah
insulin kunjungan penyebab akan
rumah selama hiperglikemia memberikan
3 kali hasil yang
diharapkan 2. Monitor kadar memuaskan
kadar gula glukosa darah (stabil) jika
dalam darah digunakan
3. Monitor tanda dengan benar
stabil dengan dan gejala
kriteria hasil : hiperglikemia 3.Tanda awal
1. Kadar (mis, poliurs, hiperglikemia
glukosa polidipsia, antara lain
dalam polifagia, peningkatan
darah kelemahan rasa haus,
membaik pandangan lemah sering
2. kabur, sakit BAK dan
kepala) mudah lapar
Lemas atau
lesu Terapeutik : 4.kalium harus
menurun ditambahkan
4. Konsultasi pada IV untuk
dengan medis mencegah
jika tanda dan hypokalemia
gejala 5.Untuk
hiperglikemia membantu
tetap ada atau menurunkan
memburuk kadar gula
darah
5. Anjurkan untuk
6.Untuk
melakukan
mencegah
latihan fisik kerusakan
77

(jogging pada sistem


exercise) organ tubuh
yang lain
Edukasi :
6. Anjurkan
menghindari 7.Untuk
olahraga saat mengontrol
kadar glukosa jumlah kalori
dan waktu
darah lebih dari
makan sangat
250 mg/dL
penting untuk
mengontrol
7. Anjurkan gula darah dan
kepatuhan latihan fisik
terhadap diet juga
dan mengontrol
olahraga gula darah dan
tekanan darah
8. Ajarkan pasien
pengelolaan 8.Pemahaman
diabetes (mis, tentang obat
penggunaan yang
insulin, obat digunakan
oral) dapat
meningkatkan
penggunaan
yang tepat

2 Defisit Setelah Observasi :


pengetahuan dilakukan 1. Agar lebih
1. Identifikasi mudah
berhubungan tindakan kemampuan memberi
dengan keperawatan pasien dan
informasi
kurang dengan keluarga
terpapar kunjungan menerima
informasi 2. Mengetahui
informasi rumah selama pengetahuan
2 kali 2. Identifikasi klien dan
diharapkan tingkat keluarga
pasien dan pengetahuan tentang
saat ini penyakitnya
keluarga
memahami Terapeutik :
mengenai 3. Mempermud
3. Persiapkan
proses ah pada saat
meteri, media
78

penyakit dan dan alat peraga memberikan


pola hidup informasi
4. Jadwalkan
sehat dengan waktu yang
kriteria hasil : 4. Agar
tepat untuk
memberikan persiapannya
1. Klien dan
pendidikan lebih baik
keluarga
kesehatan
Paham 5. Menambah
tentang Edukasi : pengetahun
proses klien dan
Jelaskan proses keluarga
penyakit
penyakit, faktor mengenai
2. Klien dan
risiko, komplikasi penyakitnya
keluarga dan pencegahan
Paham
tentang
pola hidup
sehat
dengan
diabetes
melitus.

d. Implementasi Keperawatan
79

Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi dari perencanaan

keperawatan. Tujuannya adalah melakukan aktivitas keperawatan

untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien.

Tabel 6. Implementasi Keperawatan

Hari/ Jam Diagnosa Implementasi Respon hasil Paraf


Tangg
al
Kamis 15.0 Ketidakst 1.Mengidentifikasi Klien tidak
, 24 0 abilan kemungkinan menjalankan
Maret gula penyebab pola hidup
2022 darah hiperglikemia sehat, tidak
melakukan
diet dan
jarang
olahraga
2. Memonitor
kadar glukosa Gula darah
darah
15.1 sewaktu 236
0 3. Memonitor mg/dL
tanda dan gejala
hiperglikemia Klien
15.1 (mis, poliurs, mengatakan
5 polidipsia, badan terasa
polifagia, lemas,
kelemahan sering haus,
pandangan dan
kabur, sakit
pandangan
kepala)
sedikit kabur
4. Menganjurkan
untuk
melakukan
latihan fisik Klien
(jogging melakukan
exercise) jogging
15.2 selama 15
5 menit
80

5. Menganjurkan
menghindari
olahraga saat
kadar glukosa Klien
darah lebih dari mengatakan
15.3 250 mg/dL “iya”
5
6. Menganjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olahraga Klien
mengatakan
akan
15.4 menjaga
0 7. Mengajarkan pola makan
pengelolaan dan sering
diabetes (mis, berolahraga
penggunaan
insulin, obat Klien
oral) mendengar
apa yang
15.4 diajarkan
5

Kamis 16.0 Defisit 1. Mengidentifikasi Klien dan


, 0 pengetah kemampuan keluarga
pasien dan
24 uan keluarga mampu
Maret menerima menerima
2022 informasi informasi
2. Mengidentifikasi
tingkat Klien dan
16.0 pengetahuan keluarga
5 saat ini hanya tahu
apa itu
penykit DM
81

3. Mempersiapka
n meteri, Menyiapkan
media dan alat materi
peraga
16.1 tentang
5 proses
penyakit
menggunaka
4. Menjadwalkan n media
waktu yang leaflet
tepat untuk
memberikan Pendidikan
pendidikan
16.2 kesehatan kesehatan
0 akan
dilaksanaka
n besok sore
dan pasien
menyetujui

Jum’a 15.3 Ketidakst 1. Memonitor Gula darah


t 0 abilan kadar glukosa sewaktu 215
25 gula darah mg/dL
Maret darah
2. Memonitor
2022 tanda dan gejala
Klien
15.4 hiperglikemia mengatakan
0 (mis, poliurs, lemas
polidipsia, sedikit
polifagia, berkurang,
kelemahan rasa haus
pandangan sedikit
kabur, sakit berkurang,
kepala) dan
pandangan
3.Menganjurkan
sedikit kabur
untuk
melakukan
Klien
latihan fisik
16.0 melakukan
(jogging
0 jogging
exercise)
selama 15
menit
4. Menganjurkan
kepatuhan
82

terhadap diet
dan olahraga Klien
mengatakan
16.2 sudah mulai
5 menjaga
pola makan
5. Mengajarkan dan sering
pengelolaan berolahraga
diabetes (mis,
penggunaan Klien
insulin, obat oral) mengatakan
rutin minum
obat yang
16.3 diberikan
5 oleh dokter

Jumat, 16.4 Defisit 1. Menjelaskan Klien dan


25 5 pengetah proses keluarga
Maret uan penyakit, tampak
2022 faktor risiko, antusias dan
komplikasi mendengar
dan informasi
pencegahan yang
disampaikan

Sabtu, 08.0 Ketidakst 1. Memonitor Gula darah


26 0 abilan kadar glukosa sewaktu 140
Maret gula darah mg/dL
2022 darah
2. Memonitor
tanda dan gejala
Klien
08.1 hiperglikemia mengatakan
0 (mis, poliuri, sudah tidak
polidipsia, lemas, rasa
polifagia, haus
83

kelemahan berkurang,
pandangan dan
kabur, sakit pandangan
kepala) sedikit kabur
3.Menganjurkan
untuk
Klien
melakukan
melakukan
latihan fisik
08.1 jogging
(jogging
5 selama 15
exercise)
menit
4. Menganjurkan
kepatuhan
terhadap diet Klien
dan olahraga mengatakan
mulai
08.4 menjaga
0 pola makan
dengan
mengurangi
porsi nasi,
banyak
makan sayur
dan sering
berolahraga
5. Mengajarkan
pengelolaan
Klien
diabetes (mis,
penggunaan mengatakan
insulin, obat oral) rutin minum
obat yang
08.4 diberikan
5 oleh dokter

Sabtu, 09.00 Defisit 1.Menjelaskan Klien dan


26 pengetahu proses keluarga
Maret an penyakit, mengatakan
2022 faktor risiko, sudah paham
tentang
komplikasi
penyakitnya,
dan penyebab dan
pencegahan cara
pencegahann
84

ya

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan

mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.

Tabel 7. Evaluasi Keperawatan

Hari/ Jam Diagnosa Evaluasi Paraf


Tangg
al
Sabtu, 08.00 Ketidakstabila S:
26 n gula darah
Maret - Klien
2022 mengatakan
sudah tidak
lemas
- Klien
mengatakan
rasa haus
berkurang
- Klien
mengatakan
pandangan
sedikit kabur
- Klien
mengatakan
rutin minum
obat

O:
- Klien tampak
nyaman
85

- Hasil
pemeriksaan
TTV
TD : 130/90
mmhg
N : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,8C

- GDS : 140
mg/dL

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan
dengan:
- Anjurkan untuk
tetap melakukan
latihan fisik
(jogging
exercise)
- Anjurkan tetap
diet dan rutin
minum obat

Sabtu, 09.00 Defisit S:


26 pengetahuan
Maret - Klien
2022 mengatakan
sudah paham
tentang
penyakitnya
- Klien
mengatakan
paham penyebab
dari penyakitnya

- Klien
86

mengatakan
paham cara
pencegahannya

O:
- Klien tampak
paham dan
mampu
menjelaskan
ulang tentang
penyuluhan
yang diberikan

A : Masalah teratasi

P : Intervensi
dihentikan
87

B. Pembahasan

Asuhan keperawatan dilakukan pada Tn. “N” dengan diagnosa medis

diabetes mellitus tipe II. Kunjungan dimulai pada tanggal 23 Maret 2022.

Dengan kunjungan dilakukan 1 kali dalam sehari selama 3 hari. Berikut

peneliti akan mendeskripsikan hasil studi kasus secara narasi.

Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Meninting Lombok Barat yang telah dilakukan sejak

tanggal 23 Maret 2022 selama 1 kali kunjungan sehari, maka pada bab

pembahasan penulis akan menjabarkan adanya kesesuaian maupun

kesenjangan yang terdapat pada partisipan. Tahapan pembahasan sesuai

dengan tahapan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian,

merumuskan diagnosa, merumuskan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan

dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan data bahwa Tn.”N”

mengalami penyakit diabetes mellitus sejak setahun yang lalu, dan

penyakit hipertensi sejak dua tahun yang lalu. Tn.”N” mengeluh badan

terasa lemas, sering merasa haus, dan pandangan sedikit kabur. Dari

pengkajian juga didapatkan fakta bahwa Tn.”N” tidak memiliki riwayat

alergi obat-obatan, makanan maupun minuman dan tidak ada alergi

terhadap debu dan bulu binatang. Tn.”N” mengatakan sering merokok

dan jarang berolahraga. Dan kondisi rumah bersih.


88

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu

mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Diabetes

mellitus adalah kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa

darah (hiperglikemia).

Menurut Sujono Riyadi Sukarmin (2013) tanda dan gejala dari

penyakit diabetes mellitus yaitu poliuria (peningkatan pengeluaran urin),

Polidipsia (peningkatan rasa haus), Rasa lelah dan kelemahan, Polifagia

(peningkatan rasa lapar), Kelainan kulit seperti gatal-gatal atau bisul,

Kesemutan, Kelainan genekologis. Dan mata kabur akibat perubahan

pada lensa oleh hiperglikemia.

Berdasarkan data terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang

diperoleh di lapangan yang dimana tanda dan gejala yang ditemukan pada

klien hanya tiga dari tujuh tanda gejala diabetes mellitus. Disebabkan

karena klien menderita diabetes mellitus sejak satu tahun yang lalu dan

Diabetes mellitus terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih

dari 30 tahun serta pada mereka yang mengalami obesitas. Pathogenesis

diabetes mellitus Tipe II ditandai dengan adanya resistensi insulin dan

penurunan fungsi sel beta pankreas yang akhirnya akan menuju ke

kerusakan total sel. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian

disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi retensi

insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta

tidak sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa


89

darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah diagnosis

diabetes ditegakkan.

Menurut Sujono Riyadi Sukarmin (2013) Pemeriksaan penunjang

untuk diabetes mellitus seperti pemeriksaan Gula Darah Puasa,

Pemeriksaan gula darah 2 jam post prondrial, gula darah sewaktu, Tes

toleransi glukosa oral, Tes toleransi glukosa intravena (TTGI), Glycosatet

hemoglobin, C –Pepticle, Insulin serum puasa. Pada kasus yang

ditemukan di lapangan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan

pemeriksaan Gula Darah Puasa, Pemeriksaan gula darah 2 jam post

prondrial, Tes toleransi glukosa oral, Tes toleransi glukosa intravena

(TTGI), C –Pepticle, dan Insulin serum puasa tidak atau belum dilakukan

karena keterbatasan alat yang ada dan keadaan klien yang belum bisa

dilakukan pemeriksaan sesuai pemeriksaan penunjang pada pasien

diabetes mellitus. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus yang di peroleh di lapangan yang dimana

pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu hanya pemeriksaan gula

darah sewaktu.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (2017) diagnosa yang muncul pada diabetes mellitus

sesuai dengan teori ada 8 diagnosa yaitu ketidakstabilan kadar gula darah,

Risiko hipovolemia, Perfusi perifer tidak efektif, Defisit nutrisi,

Gangguan integritas jaringan, Gangguan mobilitas fisik, Resiko infeksi

dan defisit pengetahuan.


90

Setelah diketahui masalah kesehatan yang sudah dikaji pada Tn.”N”,

maka penulis merumuskan diagnosa yang sesuai dengan masalah yang

didapatkan pada Tn.”N”. Hasil penelitian menemukan 2 diagnosa

keperawatan yang dapat ditegakkan dari delapan kemungkinan diagnosa

keperawatan yang timbul, khususnya pada pasien diabetes mellitus. Dua

diagnosa yang ditegakkan yaitu ketidakstabilan kadar gula darah dan

defisit pengetahuan.

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus yang diperoleh di

lapangan ada enam (6) diagnosa yaitu Risiko hipovolemia, Perfusi perifer

tidak efektif, Defisit nutrisi, Gangguan integritas jaringan, Gangguan

mobilitas fisik, Resiko infeksi. Dengan demikian terjadi kesenjangan

antara teori dan kasus yang diperoleh dilapangan dimana hanya dua

diagnosa yang bisa dirumuskan oleh peneliti dengan alasan karena

diagnosa yang tertera diatas tidak muncul pada keluhan Tn”N” dan data

yang diperoleh pada Tn.”N” tidak cukup untuk mengangkat atau

merumuskan diagnosa tersebut.

3. Perencanaan Keperawatan

Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan, tahapan berikutnya adalah

membuat perencanaan keperawatan. Dari mulai penentuan diagnosa,

penulis sudah memprioritaskan masalah sesuai dengan keluhan pasien.

Dimana intervensi untuk ketidakstabilan gula darah yaitu Identifikasi

kemungkinan penyebab hiperglikemia, monitor kadar glukosa darah,

monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis, poliuri, polidipsia, polifagia,


91

kelemahan, pandangan kabur, sakit kepala), anjurkan untuk melakukan

latihan fisik (jogging exercise), anjurkan menghindari olahraga saat

kadar glukosa darah lebih dari 250mg/dL, anjurkan kepatuhan terhadap

diet dan olahraga, ajarkan pengelolaan diabetes (mis, penggunaan obat

oral). Intervensi untuk defisit pengetahuan menurut teori yaitu identifikasi

kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi, identifikasi tingkat

pengetahuan saat ini, persiapkan materi, media dan alat peraga, jadwalkan

waktu yang tepat untuk memberikan pendidikn kesehatan, jelaskan proses

penyakit, faktor risiko, komplikasi dan pencegahan.

Berdasarkan uraian tersebut terdapat kesesuaian antara teori dengan

kasus yang diperoleh di lapangan. Karena tindakan dapat dilakukan di

rumah dan tidak membutuhkan alat yang sulit ditemukan. Sehingga untuk

mencapai tujuan tersebut penulis menyusun perencanaan keperawatan

dengan fokus intervensi pada studi kasus ini yaitu menurunkan kadar gula

darah dalam pemberian terapi jogging exercise. Terapi jogging exercise

ini dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari dengan durasi 15-30

menit dan sebelum melakukan jogging exercise diharapkan pasien untuk

cek kesehatan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

(pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu tubuh) dan

pemeriksaan gula darah sewaktu.

Jogging adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengkondisikan

tubuh, meningkatkan kesehatan, mempertahankan kebugaran,

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,


92

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Jogging juga

membantu kerja insulin karena gula dalam darah dialirkan ke dalam sel

otot untuk dirubah menjadi energi sehingga otomatis kadar gula didalam

darah akan menurun dan meringankan kerja dari insulin. Dilakukan

pemberian terapi jogging exercise bisa membantu kerja insulin karena

gula dalam darah dialirkan ke sel otot dan dirubah menjadi energi

sehingga otomatis kadar gula didalam darah akan menurun. Pada klien

yang dimana kadar gula darah klien 296 mg/dl menjadi 140 mg/dl

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah

direncanakan yaitu diagnosa ketidakstabilan kadar gula darah yaitu

Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia, Memonitor

kadar glukosa darah, Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis,

poliuri, polidipsia, polifagia, kelemahan, pandangan kabur, sakit kepala),

Menganjurkan untuk melakukan latihan fisik (jogging exercise),

Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari

250mg/dL, anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga, Mengajarkan

pengelolaan diabetes (mis, penggunaan obat oral).

Pada diagnosa defisit pengetahuan yaitu meidentifikasi kemampuan

pasien dan keluarga menerima informasi, mengidentifikasi tingkat

pengetahuan saat ini, mempersiapkan materi, media dan alat peraga,

menjadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikn kesehatan,

menjelaskan proses penyakit, faktor risiko, komplikasi dan pencegahan.


93

Pada pemberian terapi jogging exercise dilakukan selama 3 hari,

jogging exercise dilakukan selama 15-30 menit setiap satu kali

kunjungan, terapi jogging exercise dilakukan sesuai dengan SOP yang

telah ada. Dalam pemberian terapi jogging exercise ini didapatkan respon

hasil pada setiap terapi yaitu gula darah sewaktu klien menurun.

Berdasarkan uraian tersebut terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus

yang diperoleh di lapangan.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk

mengevaluasi keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan

evaluasi dilakukan sesuai dengan teori yang menggunakan metode SOAP.

Pada diagnosa ketidakstabilan kadar gula darah dengan dilakukan terapi

jogging exercise yang bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah

dapat disimpulkan dengan hasil yang diperoleh yaitu masalah teratasi

sebagian. Tn.”N” mengatakan rasa sudah tidak ada rasa lemas , rasa haus

bekurang, rutin minum obat, klien tampak nyaman dan kadar gula darah

sewaktu 140 mg/dL.

Pada diagnosa defisit pengetahuan disimpulkan dengan hasil yang

diperoleh yaitu masalah teratasi. Tn.”N” Mengatakan sudah paham

tentang penyakitnya, klien mengatakan paham penyebab dari

penyakitnya, klien mengatakan paham cara pencegahannya, klien tampak

paham dan mampu menjelaskan ulang tentang penyuluhan yang

diberikan. Hasil asesment masalah teratasi seluruhnya. Dengan demikian


94

evaluasi keperawatan maka tindakan keperawatan yang sudah diberikan

dapat dikatakan efektif dalam mengatasi masalah keperawatan.

C. Keterbatasan dan Hambatan

Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian ini.

hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam melaksanakan

penelitian. Adapun kendala atau hambatan peneliti selama proses penelitian

ini diantaranya:

1. Peneliti tidak dapat menguasai secara penuh 24 jam pengkajian dan

pemberian tindakan pada pasien diabetes mellitus.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien

diabetes mellitus di Puskesmas Meninting Kabupaten Lombok Barat, penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat

dengan teori yang sudah ada walaupun tidak semuanya. Dimana dapat dilihat

dari data yang diperoleh bahwa Tn.”N” mengeluh lemas, sering merasa haus,

dan pandangan kabur. Tn.“N” menderita penyakit seperti ini sejak 1 tahun

yang lalu. Tn.“N” mengatakan rutin kontrol ke puskesmas. Klien diberi obat

berupa metformin 2x1, amlodipine 2x1, glimepiride 2x1, vitamin B complek

2x1. Tn.“N” mengatakan tidak paham tentang pola hidup sehat, sering

merokok dan jarang berolahraga.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini yaitu ketidakstabilan kadar

gula darah dan defisit pengetahuan.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan berdasarkan teori yang ada untuk 2

diagnosa yaitu diagnosa ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan

resistensi insulin dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi.

4. Implementasi dilakukan sesuai dengan tahap perencanaan yang dilakukan

berdasarkan diagnosa yang ada. Implementasi difokuskan pada terapi jogging


96

exercise untuk menurunkan kadar gula darah sebagai pilihan terapi alternatif

yang bisa dilakukan di rumah.

5. Evaluasi diagnosa keperawatan pertama ketidakstabilan kadar gula darah

dapat teratasi sebagian dengan kriteria hasil yaitu kadar glukosa dalam darah

menurun dan lemah atau lesu menurun. Evaluasi diagnosa kedua defisit

pengetahuan dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil yaitu klien dan

keluarga paham tentang proses penyakit dan klien dan keluarga paham tentang

pola hidup sehat dengan diabetes mellitus.

B. Saran

1. Bagi Responden dan Keluarga

Disarankan kepada pasien dan keluarga setelah pelaksanaan studi kasus ini,

tindakan terapi jogging exercise tetap dilaksanakan guna menurunkan kadar

gula darah.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Hendaknya studi kasus ini dapat lebih banyak digunakan bagi bidang

keperawatan untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus Tipe II.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian serta dapat mencari

refrensi lain tentang terapi jogging exercise mulai dari alat dan bahan yang

efektif dalam memberikan asuhan keperawatan salah satunya dengan

pemberian terapi jogging exercise.


97

4. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam pemberian terapi jogging exercise untuk

menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus Tipe II.
94
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2020). Standards of Medical Care in


Diabetes 2020. The Journal Of Clinical And Applied Research And Education.

Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Data Kasus Diabetes Mellitus Di Puskesmas Meninting. 2021

Dinas Kesehatan Lombok Barat. 2020

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler. (2012). Rencana


Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3. Alih Bahasa : Kariasa I Made. Jakarta: EGC

Fatimah, Rastyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe II.

Fansuri, Ghina. 2019. Asuhan Keperawatan Dengan Diabetes Melitus (DM) Tipe II di
Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda [KTI].

Fitriyani. 2014. Pengaruh Latihan Fisik (Jogging) Terhadap Kadar Gula Darah
AGREGAT Dewasa Dengan Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Patamuan Kabupaten Padang [KTI].

Nogroho, Sigit. 2012. “Pencegahan Dan Pengendalian Diabetes Melitus Melalui


Olahrga.

Perkeni. (2015). KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES


MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA 2015.

Riawati. (2018). Diabetes mellitus tipe 2. URL:https;//www.alomedika.com/penyakit?


endokrinologi/diabetes-mellitus tipe2/etiologi. Daiakses pada tanggal 7
desember 2020.

Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Riskesdas. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar NTB tahun 2018. Departemen
Kesehatan RI.

94
95

Riyadi, Sujono; Sukarmin. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013.

Sundayana, I Made., I Dewa Ayu Rismayanti & Ida Ayu Putu Desta Candra Devi.
2021. Penurunan Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Dengan Aktivitas Fisik.

Tim pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 2. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Edisi 2. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 2. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
LAMPIRAN

Lampiran 1: Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian


PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

1. Kami adalah peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram Jurusan

Keperawatan Program Studi D.III Keperawatan Mataram dengan ini meminta anda

untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Jogging Exercise Untuk Menurunkan Kadar

Gula Darah Pada Paasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Meninting”.

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan

dengan pemberian terapi Jogging Exercise untuk menurunkan kadar gula darah pada

pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Meninting. Manfaat untuk masyarakat

setelah dilakukan penelitian ini adalah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat bagi pasien dan keluarga tentang diabetes mellitus dalam upaya

mengatasi masalah kadar gula darah dengan pemberian terapi Jogging Exercise. Bagi

Pengembang Ilmu dan Teknologi Keperawatan diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan informasi dan kepustakaan serta dapat digunakan sebagai refrensi bagi

peneliti lain. Penelitian ini akan berlangsung selama 4 hari

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 10-15 menit.

Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir

karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan/pelayanan

keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam ke ikut sertaan anda pada penelitian ini adalah

anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan yang diberikan.


5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap

dirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silakan

menghubungi peneliti pada nomor Hp: 085333326256.

Peneliti,

( ANISA TIARA PUTRI )

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan (Informed Consent).


LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Anisa Tiara Putri. Penelitian ini

berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Jogging Exercise untuk

menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Meninting”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela

tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya

dapat mengundurkan sewaktu waktu tanpa sanksi apapun.

Meninting, ri 2022

Saksi Responden

………………………… …………………………

Meninting, 2022

Peneliti

Lampiran 3 : Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PRODI D.III KEPERAWATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

Nama Mahasiswa :
NIM :
Ruang :
No. Register :
Tanggal MRS : Jam:
Tanggal Pengkajian : Jam:

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN/NY/NN/AN.
Umur : Tahun/Bulan
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Status Marietal :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Kiriman dari :
Cara Masuk :
Diagnosa Medis :
Alasan Dirawat :
IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Suku/Bangsa :
Agama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Bahasa yang digunakan :
Alamat :
Hubungan dengan Pasien :

B. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1. Keluhan Utama:

2. Keluhan saat dikaji:

3. Upaya yang telah dilakukan:

4. Riwayat Penyakit Sekarang:

5. Riwayat Penyakit Dahulu:

6. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Buatkan Genogram jika ada anggota keluarga


memiliki riwayat penyakit keturunan dan atau menular)

7. Keadaan Kesehatan Lingkungan:

8. Riwayat Kesehatan Lainnya : Alat bantu yang dipakai, alergi, dll

C. RIWAYAT BIO – PSIKO – SOSIAL - SPIRITUAL


a. Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehat :
Sebelum sakit: ..................................................................................................
Saat sakit : ..................................................................................................

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme :


Sebelum sakit: ..................................................................................................
Saat sakit : ..................................................................................................

c. Pola Eliminasi:
Sebelum sakit: .................................................................................................
Saat sakit : ..................................................................................................
d. Pola tidur dan Istirahat :
Sebelum sakit: ..................................................................................................
Saat sakit : ..................................................................................................

e. Pola Aktivitas dan latihan :


Sebelum sakit: .................................................................................................
Saat sakit : .................................................................................................

f. Pola Hubungan dan Peran :


Sebelum sakit: ................................................................................................
Saat sakit : ................................................................................................

g. Pola Sensori dan Kognitif :


Sebelum sakit: ................................................................................................
Saat sakit : ................................................................................................

h. Pola Persepsi Dan Konsep Diri :


Sebelum sakit: ................................................................................................
Saat sakit : ................................................................................................

i. Pola Seksual dan Reproduksi :


Sebelum sakit: ...............................................................................................
Saat sakit : ...............................................................................................

j. Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping :


Sebelum sakit: ................................................................................................
Saat sakit : ................................................................................................

k. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan :


Sebelum sakit: ................................................................................................
Saat sakit : ................................................................................................

D. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Status Generalis
a. Keadaan Umum :
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : mmHg
0
Suhu : C
Nadi : X/menit.
Respirasi : X/menit
c. GCS : E V M
d. Kesadaran :
e. Antropometri :
TB: cm
BB: Kg (sebelum dan saat sakit)
IMT: LILA : cm

2. Pemeriksaan Fisik (dari kepala s.d kaki) :


KEPALA;
Mata :.................................................................................................
Hidung :.................................................................................................
Mulut :.................................................................................................
Telinga :.................................................................................................
Rambut :.................................................................................................

WAJAH:

LEHER :

DADA :

PERUT :

INTEGUMEN dan EKSTREMITAS :

GENETALIA :

E. DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG (tgl/bln/thn)


1. Laboratoriun :

2. Rontgen :

3. USG :

4. ECG :

5. CT-SCAN:

F. TERAPI (tgl/bln/thn): ...................................................................................


No Nama Obat Dosis Rute Kegunaan Obat

G. diet
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : No. RM :
Umur : Ruangan :

A. ANALISA DATA

DATA PENUNJANG
NO ETIOLOGI PROBLEM
(SYMPTOM)
S :

O:

S :

O:

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

2.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : No. RM :


Umur : Ruangan :

A. Prioritas Masalah
1.
2.

B. Intervensi Keperawatan

N HA D TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O RI/ X
TG K
L E
JA P
M
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ...x24 jam
diharapkan......., dengan
kriteria hasil:
1.
2.
3.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : No. RM :
Umur : Ruangan :

HA J D TINDAKAN RESPON HASIL PAR


RI/ A X KEPERAWATAN AF
TG M
L
V. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : No. RM :


Umur : Ruangan :

TANGGAL JAM DX EVALUASI PARAF


S :

O:

A:

P:

I:

Mahasiswa

(____________________________)
Lampiran 4. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur


Jogging

Standar Operasional Prosedur

Pengertian :
Suatu jenis keterampilan yang melibatkan proses pemindahan posisi badan, dari suatu
tempat ke tempat lainnya dengan gerakan lebih cepat dari melangkah.

Tujuan :
1. Mengkondisikan tubuh.
2. Meningkatkan kesehatan.
3. Mempertahankan kebugaran.
4. Membantu membakar lemak dan mengatasi kegemukan.
5. Dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah.

Pelaksanaan
1. Persiapan pasien :
a. Memperkenalkan diri
b. Bina hubungan saling percaya
c. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
f. Menyepakati waktu yang akan di gunakan
g. Cek kesehatan pasien sebelum melakukan jogging :
1) Pemeriksaan TTV (TD, Nadi, Suhu, RR)
2) Gula darah
2. Persiapan alat dan bahan :
a. glukometer atau alat cek gula darah
b. Tensimeter
c. Termometer
d. Jam tangan atau arloji

3. Prosedur :
a. Lakukan pemanasan selama 2 menit

1) Lakukan pemasanan mulai dari kepala


dengan kepala menghadap ke atas

2) Tekuk kepala menghadap ke bawah

3) Lakukan pemanasan ke bagian tangan


Dengan cara mengangkat tangan ke atas
4) Angkat tangan ke atas dan miringkan
pinggang ke kiri dan kanan

5) Angkat tangan sejajar dengan tubuh dan


putar bahu ke kiri dan kanan

6) Angkat tangan ke atas dan putar ke belakang


7) Lanjut pemanasan di bagian kaki dengan
cara angkat kaki sejajar dengan tubuh

8) Angkat kaki dan ditekuk ke dalam

9) Angkak kaki dan tekuk ke belakang


10) Tekuk kaki kiri dan kaki kanan ke belakang dan sebaliknya

b. Siapkan badan, badan harus condong sedikit ke depan

c. Kepala tegak dengan pandangan selalu diarahkan

kedepan

d. Gerakkan kaki saat melangkah tidak perlu panjang

kurang lebih 30-50 cm

e. Saat mendaratkan kaki bagian yang kena adalah seluruh

telapak kaki
f. Posisi kaki harus selalu rileks

g. Lengan diayun sejajarnya dengan jari-jari tangan tidak

perlu dikepal cukup dengan membukannya sedikit

h. Irama saling bersilang antara kaki dan tangan

i. Lakukan jogging selama 15-30 menit

j. Istirahat setelah jogging selama 10-15 menit

4. Dokumentasi :
a. Mencatat identitas responden
b. Mencatat tanggal dan waktu
c. Mencatat hasil
Lampiran 5. Surat-surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Foto Dokumentasi Kegiatan

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai