Anda di halaman 1dari 98

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES


MELITUS TIPE II DI RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE AMARINDA

Oleh :

UTARI PRATIWI
P07220120045

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
D-III SAMARINDA
2023
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE AMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Pada Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :
UTARI PRATIWI
P0722012004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI
D-III SAMARINDA
2023
SURAT PERNYATAAN

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

iii
LEMBAR PENGESAHAN

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

Nama : UTARI PRATIWI

Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 25 Agustus 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl.Rukun. Gg. Mawar. Rt. 05.

No.80. Kec. Loa JananIlir.Kel.

Rapak Dalam.

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2007 – 2008 : TK Baitunnur Samarinda

2. Tahun 2008 – 2014 : SDN 019 Samarinda

3. Tahun 2015- 2017 : SMPN 8 Samarinda

4. Tahun 2018- 2020 : SMK Farmasi Samarinda

5. Tahun 2020-Sekarang : Mahasiswa Prodi D- III Keperawatan Samarinda

Poltekkes Kementrian Kesehatan Kalimantan

Timur

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada baginda Rasullullah SAW, atas berkat rahmat dan karunia-

Nya, yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dalam rangka memenuhi persyaratan ujian akhir program Diploma III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur

Samarinda Jurusan Keperawatan dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II DI RSUD.Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda”

Pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah meberikan dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak

baik materil maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya dengan hati yang tulus

kepada :

1. Dr. Supriadi B., S,KP., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Ns. Wiyadi, S.Kep., M.Sc selaku Ketua Jurusan Keperawatn Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Tini., S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi D- III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Dr. Ratanto, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

vi
5. Ns. Frana Andrianur, S.Kep., M.Kep selaku Dosen pembimbing 2

yang telah membertikan bimbingan, masukan, dsan saran dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Para dosen dan staff Pendidikan di jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

7. Orang tua saya dan keluarga saya yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan kepada saya.

8. Teman dekat saya Dominika Impai, Elsa Dende, Floranty Maria

Kelen, selama menuntut ilmu di Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Kalimantan Timur, yang telah memotivasi, memberikan

dukungan untuk kelancaran Proposal ini.

9. Serta teman- teman dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu yang telah memberikan bantuan baik secara langsung

maupuntidak langsung.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dan berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, Juni 2023

UTARI PRATIWI

vii
ABSTRAK
SUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
DI RUANG ASTER RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Utari Pratiwi
Pembimbing 1 Dr. Ratanto,S.Kep.,M.Kep
Pembimbing 2 Ns. Frana Andrianur,S.Kep.,M.Kep

Pendahuluan : Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang


disebabkan oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon insulin
secara memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis karena dapat
terjadi secara menahun . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan
memahami secara mendalam mengenai asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Mellitus tipe II di Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
Asuhan Keperawatan dengan mengambil sampel sebanyak 2 responden yang
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan,berusia 40-60 tahun, memiliki riwayat
diabetes mellitus ≤ 1 tahun dan telah dirawat di Ruang Aster RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Hasil : Pada subjek 1 dan subjek 2 didapatkan masalah yang sama yaitu
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah dan defisitr pengetahuan. Sedangkan
masalah yang berbeda yaitu risiko infeksi dan obesitas.
Kesimpulan dan Saran : Pada subjek 1 masalah yang teratasi yaitu
Ketidakstabilan kadar glukosa darah, defisit pengetahuan dan risiko infkesi. Pada
subjek 2 masalah yang tertasi yaitu defisit pengetahuan sedangkan masalah yang
teratasi sebagian yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah dan obesitas.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Diabetes Melitus

vii
ABSTRACK
NURSING CARE OF TYPE II DIABETES MELITUS PATIENTS IN
ASTER ROOM ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA HOSPITAL
Utari Pratiwi
Advisor 1 Dr. Ratanto,S.Kep.,M.Kep
Advisor 2 Ns. Frana Andrianur,S.Kep.,M.Kep

Introduction : Diabetes melitus is a metabolic disorder caused by the failure of


the pancreas to produce insulin hormone adequately. This disease because it can
occur for years . This study aims to study and understand in depth about n ursing
care for patients with type II diabetes melitus in the Aster room at Abdul Wahab
Sjahranie Hospital Samarinda.
Methods : this study used the case study method with the nursing care approach
by taking a sample of 2 respondents who were male and female, aged 40 – 60
years, had a history of diabetes melitus ≤ 1 year and had been treted in the Aster
Room at Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda. Data collection was carried
out by interviews, physical axaminations and supporting axaminations.
Results : in subject 1 and subject 2, the same problem was found, namely blood
glucose level instability and knowledgde deficit. While the different problems are
the risk of infection and obesity.
Conclusion and Suggestion : in subject 1 the problem that is resolved is the
insability of blood glucose levels. In subject 2 the problem that was resolved was
knowledge deficit while the problem that was partially resolved was the insability
of bloof glucose levels dan obesity.

Keywords : Nursing Care, Diabetes Melitus

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................... v

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR BAGAN ...............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah… ......................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian… .......................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian… .......................................................................................7

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti… ..........................................................................7

1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Peneliti ................................................................ 7

1.4.3 Manfaat Bagi Tempat Perkembangan Ilmu Keperawatan… ...................7


ix
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

2.1 Konsep Penyakit Diabetes ................................................................................ 8

2.1.1 Definisi ................................................................................................ 8

2.1.2 Patofisiologi.......................................................................................10

2.1.3 Pathway .............................................................................................12

2.1.4 Etiologi ...............................................................................................12

2.1.5 Penatalaksanaan ..................................................................................15

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .........................................................................21

2.2.1 Pengkajian keperawatan ......................................................................21

2.2.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................27

2.2.3 Perencanaan Keperawatan ...................................................................28

2.2.4 Implementasi Keperawatan .................................................................32

2.2.5 Evaluasi Keperawatan .........................................................................32

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................34

3.1 Pendekatan/desain penelitian ..........................................................................34

3.2 Subyek Penelitian............................................................................................34

3.3 Batasan Istilah (Definisi Operasional) ............................................................35

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................36

3.5 Prosedur Penelitian .........................................................................................36

3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .....................................................36

3.7 Keabsahan Data...............................................................................................37

3.8 Analisis Data ...................................................................................................38

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................39

x
4.1 Hasil ...............................................................................................................39

4.1.1 Gambar Lokasi Penelitian ................................................................39

4.1.2 Data Asuhan Keperawatan ...............................................................40

4.2 Pembahasan ...................................................................................................68

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................77

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................77

5.1.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................77

5.1.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................77

5.1.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................77

5.1.4 Implementasi Keperawatan ..............................................................78

5.1.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................78

5.2 Saran ...............................................................................................................78

5.2.1 Bagi penulis .........................................................................................78

5.2.2 Bagi Instansi ........................................................................................78

5.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ..............................................79

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................80

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Profil Obat Antihiperglikemik ............................................................. 20

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan. ......................................................................... 28

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Identitas Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di

Instalasi Rawat Inap Ruang AsterRSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun

2023. ..................................................................................................... 41

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di

Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. .................................................................... 43

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II

di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ..................................................................... 48

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Pasien dengan Diabetes

Mellitus Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2023. ........................................ 49

Tabel 4.5 Obat yang Diterima Pasien dengan Diabetes MellitusTipe II di Instalasi

Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Tahun 2023 .......................................................................................... 49

Tabel 4.6 Analisa Data Pasien 1 (Ny. D) Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II

di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda Tahun 2023. ....................................................... 49

Tabel 4.7 Analisa Data Pasien 2 (Tn. S) Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II

xii
di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ..................................................................... 50

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di

Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ..................................................................... 51

Tabel 4.9 Perencanaan Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di

Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ....................................................................... 52

Tabel 4.10 Perencanaan Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes Mellitus Tipe II

di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ...................................................................... 54

Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan Pasien 1 denganDiabetes Mellitus Tipe II

di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. .................................................................... 55

Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan Pasien 2 denganDiabetes Mellitus Tipe II

di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ..................................................................... 57

Tabel 4.13 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di

Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ...................................................................... 61

Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di

Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda Tahun 2023. ..................................................................... 64

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Pathway Dm tipe II ............................................................................. 12

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Judul Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Kesediaan Membimbing Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3 : Lembar Surat Izin Praktek Askep dan Studi

Lampiran 4 : Lembar ND Askep dan Studi Kasus RSUD AWS Samarinda

Lampiran 5 : Lembar Nota Dinas Menguji KTI

Lampiran 6 : Lembar Konsul Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang

disebabkan oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon

insulin secara memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis

karena dapat terjadi secara menahun. Berdasarkan penyebabnya diabetes

mellitus digolongkan menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes mellitus tipe

1, tipe 2 dan diabetes mellitus gestasional (Kementerian Kesehatan RI,

2020). Diabetes melitus tipe II terjadi karena akibat adanya resistensi insulin

yang mana sel-sel dalam tubuh tidak mampu merespon sepenuhnya insulin.

Diabetes mellitus (DM) type II adah jenis yang paling banyak dikenal

luas, rata-rata penderita DM berumur ≥ 30 tahun, pada DM type II pankreas

mampu menghasilkan insulin,namun sifat insulin yang dihasilkan buruk dan

tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan sebagai kunci untuk

memasukkan glukosa (gula darah) kedala sel. Dengan demekian terjadi

peningkatan glukosa dalam darah. Peluang lain terjadinya DM type II

adalah bahwa jaringan tubuh dan sel otot pasien tidak peka secara efektif

kebal terhadap (obstruksi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk

kedalam sel dan dalam jangka panjang menumpuk dalam aliran darah

(Kemenkes, 2020).

Berdasarkan InfoDatin 2020, menurut organisasi International

Diabetes Federation (IDF) memperkirakan terdapat penduduk umur 20-79

1
2

tahun didunia menderita DM, pada tahun 2019 ditemukan adanya

prevalensi DM tertinggi yaitu Indonesia menempati urutan nomor 7 sebesar

10,7 %, sesuai informasi dari Riskedas 2018.

Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah penderita

diabetes mellitus diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463 juta

jiwa pada tahun2019 dan jumlah kematian pada kasus ini yaitu 4,2 juta jiwa

yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan jumlah penderita 10,7

juta. IDIABETIC FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045 kasus

diabetes akan meningkat menjadi 700 juta.

Menurut RISKEDAS (2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi

kasus diabetes mellitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada

penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Angka tersebut menujukan

peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1,5%.

Selain itu,jumlah kasus tertinggi terjadi di provinsi Nusa Tenggara Timur

(0,9%).Pada tahun 2020, di daerah PasifikBarat, Indonesia termasuk negara

dengan prevelensi diabetes mellitus tertinggi kedua setelah China dan

menjadi negara dengan pravelensi penederita diabetes mellitus tertinggi di

Asia Tenggara. Berdasarkan data tersebut, dapat diperkirakan besarnya

kontribusi Indonesia terhadap prevalensi kasus diabetes mellitus di Asia

Tenggara.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

(PUSDATIN, 2020) hampir semua provinsi di Indonesia menujukkan

peningkatan prevalensi diabetes melitus dari tahun 2013 sampai tahun


3

2018. Provinsi dengan prevalensi diabetes mellitus tertinggi di Indonesia

pada tahun 2013 yaitu Provinsi DI Yogyakarta diikuti DKI Jakarta,

Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur.

Hampir di semua daerah kesamaan itu meluas pada 2013-2018 selain

Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2018, empat negara bagian memiliki

dominasi tertinggi: DKI Jakarta, Kalimatan Timur, DI Yogyakarta dan

Sulawesi Utara. Kalimantan Timur menempati urutan kedua dengan

penderita diabetes hingga 3, 1% (Riskedas,2018). Menurut data Dinas

Kesehatan Kalimantan Timur pada tahun 2017, terdapat 12.688 kasus

dimana 4.794 kasus adalah laki-laki dan 7.894 kasus adalah perempuan.

Sedangkan angka mortalitas diabetes di Kaltim sebanyak 256 kasus,

dengan rincian 93 laki-laki dan 163 perempuan (Dinkes Kaltim, 2017). Pada

tahun 2018, Kalimantan Timur melaporkan prevalensi diabetes pada

penduduk semua umur, dengan kota Samarinda menempati urutan pertama

yaitu 3,4% dengan jumlah 4.116 kasus (Riskedas, 2018).

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penderita DM

tipe II di RSUD AWS periode pada tahun 2020, kelompok usia yang paling

banyak adalah kelompok Dewasa akhir ( 46 – 65 tahun ) yaitu sebesar 57, 0

% dan berjenis kelamin yang paling banyak adalah kelompok perempuan

yaitu sebesar 51,0% (Saraheni, et. al, 2022).

Dampak diabetes mellitus selain penyakit kardiovaskuler, DM juga

merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal dan kebutaan pada

usia dibawah 65 tahun, dan juga amputasi. Selain itu, diabetes juga
4

penyebab terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma),

disabilitas, hinggakematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi

usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun (Kemenkes RI, 2018).

Tanda-tanda dan efek samping diabetes mellitus buang air kecil yang

meluas, rasa haus yang meluas, penurunan berat badan, kelaparan, masalah

kulit, penyembuhan kulit yang lambat, penyakit jamur, gangguan genital,

kelelahan, penglihatan kabur dan menggigil atau mati rasa, dan

peningkatan glukosa (Kemenkes RI, 2019). Untuk mengetahui siapa yang

menderita diabetes, penting untuk memeriksa kadar glukosa, yang efek

sampingnya sangat penting untuk penentuan diabetes tipe I atau tipe II.

Dengan asumsi hasil tes glukosa menujukkankadar gula ≥ 200 mg/dL, maka

individu tersebut dapat dipastikan menderita Diabetes Melitus (Riskedas,

2018).

Pengobatan diabetes dilakukan dengan dua strataegi pengobatan, yaitu

pengobatan farmakologis (insulin). Perawatan terdiri dari mengawasi insulin

dan spesialis hipoglemik oral. Kemudian, pengobatan non-obat

menggabungkan pengendalian berat badan, olahraga dan diet. Amalan

olahraga merupakan salah satu dari empat andalan pengurus diabetes

(Perkeni, 2021). Olahraga juga dapat menurunkan kadar glukosa karena

meningkatkan penggunaan glukosa oleh otot yang dinamis (Yunir dan

Soeabardi, 2019). Salah satu permainan yang dapat menurunkan kadar

glukosa adalah senam kaki diabetic (Soegendo, 2019).

Dengan tujuan akhir untuk mengontrol glukosa dalam darah,


5

peerawatan nonfarmakalogis, misalnya, aktivitas senam kaki. Hal ini

dikarenakan penderita diabetes melitus disebabkan oleh kerusakan pankreas

dalam menghantarkan insulin, dimana insulin memiliki kemampuan dalam

mengontrol kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah sebagai

tanda membaiknya diabetes mellitus yang dialami. Oleh karena itu,

memberikan latihan senam kaki adalah metode yang ampuh untuk

mengawasi Diabetes Melitus. Senam kaki diabetik adalah suatu tindakan

atau olahraga yang dilakukan oleh penderita diabaetes mellitus untuk

mencegah dan membantu melancarkan pembuluh darah dikaki (Hardika,

2018). Effects of exercise on glycemic and body mass in type II Diabetes

Melitus : A meta-analysis of controlled clinical trials atau dampak aktifitas

pada glukosadarah dan berat badan (Boule,et al, 2018).

Dalam review yang dilakukan oleh Hardika (2018) tentang dampak

praktik senam kaki diabetik terhadap penurunan kadar glukosa pada pasien

DiabetesMelitus tipe II. Eksplorasi semacam ini menggunakan one

gstheringpretest- posttest. Subyek penelitian ini adalah penderita diabetes

matur 40-49 tahun dengan 10 responden dengan kadar 33,3% pada

kelompok usia jangka panjang yang memiliki 14 responden dengan laju

Dari usia 60 sampai 70 tahun, ada 6 responden dengan kecepatan

20,0%. Rentang pelaksanaan 3-5 kali/minggu dari hasil pemeriksaan

didapatkan bahwa kadar glukosa sebelum melakukan latihan senam kaki

adalah 202,67 mg/dl, setelah melakukan latihan senam kaki turun menjadi

173,07 mg/dl. Hasil pemeriksaan menunjukkan perbedaan kadar glukosa


6

yang sangat besar antara klien dengan diabetes (Hardika, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakangan diatas, rumusan masalah dalam

studi kasus ini adalah bagaiamanakah Asuhan keperawatan pada pasien

dengan penyakit Diabetes Melitus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

1.3 Tujuan Peneliatian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien

diabetes mellitus tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu memahami gambaran asuhan keperawatan pada

pasiendengan diabetes mellitus tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus diabetes

mellitus khususnya DM tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kasus

diabetes mellitus tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahtranie

Samarinda.

1.3.2.3 Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan

kasus diabaetes mellitus tipe II di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda.
7

1.3.2.4 Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasus

diabetes melitus tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus

diabetesmelitus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan menambah pengalaman

belajar dilapangan dan meningkatkan pengetahuan serta informasi bagi

penulis tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus

tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Peneliti

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta

informasi bagi penulis tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan

diabetes mellitus tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

1.4.3 Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil studi kasus sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan bagi perkembangan keperawatan dan juga sebgai acuan untuk

meningkatkan pemahaman khususnya tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan diabetes mellitus tipe II di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Diabetes

2.1.1 Definisi

Diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan

metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas

normal (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Diabetes

mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada

sekresi insulin atau keduanya (Brunner & Suddarth, 2018).

Diabetes mellitus (DM) type II adah jenis yang paing banyak dikenal

luas, rata- rata penderita DM berumur ≥ 30 tahun. Pada DM type II pankreas

mampu menghasilkan insulin,namun sifat insulin yang dihasilkan buruk dan

tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan sebagai kunci untuk

memasukkan glukosa (gula darah) kedalam sel . Dengan demikian terjadi

peningkatan glukosa dalam darah. Peluang lain terjadinya DM type II

adalah bahwa jaringan tubuh dan sel otot pasien tidak peka secara efektif

kebal terhadap (obstruksi insulin) sehingga glukosa tidak ddapat masuk

kedalam sel dan dalam jangka panjang menumpuk dalam aliran darah

(Kementrian Kesehatan, 2020).

Berdasarkan PusDatin 2020, menurut organisasi International

Diabetes Federation (IDF) memperkirakan terdapat penduduk umur 20-79

tahun didunia menderita DM, pada tahun 2019 ditemukan adanya prevalensi

8
9

DM tertinggi yaitu Indonesia menempati urutan nomor 7 sebesar 10,7 %,

sesuai informasi dari Riskedas 2018.

Diabetes mellitus tipe II adalah penyakit gangguan metabolik yang

ditandai dengan kenaikan gula darah (Suryati, 2021). Diabetes mellitus tipe

II ini terjadi karena tubuh tidak memproduksi hormone insulin yang

mencukupi atau karena insulin tidak dapat digunakan dengan baik

(resistensi insulin). Resistensi insulin yang terjadi pada diabetes mellitus

tipe II ditingkatkan oleh kegemukan, mempunyai riwayat penyakit diabetes

mellitus dalam keluarga dan tidak beraktivitas (Manurung, 2018).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa diabetes

mellitus merupakan suatu penyakit yang menyebabkan penderita penyakit

ini mengalami peningkatan kadar glukosa melebihi batas normal yang

disebabkan karena produksi hormon insulin mengalami masalah di dalam

tubuh. Salah satu jenis diabetes mellitus yang paling banyak diderita saat ini

adalah diabetes mellitus tipe II.

Dapat terjadi pada kaki awalnya ditandai dengan adanya kelebihan

gula dalam darah pada seseorang penderita DM yang akan menimbulkan

suatu kelainan pada neuropati dan adanya kelainan pada pembuluh darah .

Neuropati sensorik serta neuropati motorik akan mengakibatkan terjadinya

perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki sehingga mempermudah

timbulnya ulkus. Kerentanan pada infeksi yang luas atau menyuluruh.

Aliran darah yang kurang akan sulit di dalam pengelolaan ulkus diabetes

(Fatmawaty Desi, 2019).


10

Pada saat awal membentuknya ulkus ada hubungan dengan

hiperglikemia yang akan menimbulkan suatu efek didalam saraf perifer.

Dengan timbulnya suatu tekanan mekanik akan terbentuknya keratin pada

kaki yang mengalami beban yang cukup besar. Neuropati sensori perifer

kemungkinan yang akan terjadi trauma berulang sehingga akan

mengakibatkan kerusakan jaringan. Dan yang selanjutnya membentuk

kavitas yang bisa membesar dan terjadi rupture hingga pada permukaan

kulit yang akan menimbulkan ulkus.

Menurut Fatmawaty Desi, (2019) penyakit neuropati merupakan salah

satu faktor paling utama yang mengkonstribusi terjadinya luka. Pada pasien

diabetik yang terjadi pada masalah luka yang terkait dengan adanya

pengaruh saraf yang ada pada kaki atau disebut dengan neuropati perifer.

Gangguan sirkulasi sering terjadi pada pasein diabetik. Efek sirkulasi yang

menyebabkan kerusakan pada saraf terkait dengan diabetik neuropati yang

akan berdampak pada suatu sistem saraf autonomy, yang akan mengontrol

fungsi otot halus dan kelenjar. Adanya suatu gangguan pada saraf autonomy

akan mempengaruhi terjadinya perubahan pada tonus otot yang akan

menyebabkan kurang normalnya darah.

2.1.2 Patofisiologi

Dapat terjadi pada kaki awalnya ditandai dengan adanya kelebihan

gula dalam darah pada seseorang penderita DM yang akan menimbulkan

suatu kelainan pada neuropati dan adanya kelainan pada pembuluh darah .
11

Neuropati sensorik serta neuropati motorik akan mengakibatkan terjadinya

perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki sehingga mempermudah

timbulnya ulkus. Kerentanan pada infeksi yang luas atau menyuluruh.

Aliran darah yang kurang akan sulit di dalam pengelolaan ulkus diabetes

(Fatmawaty Desi, 2019).

Pada saat awal membentuknya ulkus ada hubungan dengan

hiperglikemia yang akan menimbulkan suatu efek didalam saraf perifer.

Dengan timbulnya suatu tekanan mekanik akan terbentuknya keratin pada

kaki yang mengalami beban yang cukup besar. Neuropati sensori perifer

kemungkinan yang akan terjadi trauma berulang sehingga akan

mengakibatkan kerusakan jaringan. Dan yang selanjutnya membentuk

kavitas yang bisa membesar dan terjadi rupture hingga pada permukaan

kulit yang akan menimbulkan ulkus.

Menurut Fatmawaty Desi, (2019) penyakit neuropati merupakan salah

satu faktor paling utama yang mengkonstribusi terjadinya luka. Pada pasien

diabetik yang terjadi pada masalah luka yang terkait dengan adanya

pengaruh saraf yang ada pada kaki atau disebut dengan neuropati perifer.

Gangguan sirkulasi sering terjadi pada pasein diabetik. Efek sirkulasi yang

menyebabkan kerusakan pada saraf terkait dengan diabetik neuropati yang

akan berdampak pada suatu sistem saraf autonomy, yang akan mengontrol

fungsi otot halus dan kelenjar. Adanya suatu gangguan pada saraf autonomy

akan mempengaruhi terjadinya perubahan pada tonus otot yang akan

menyebabkan kurang normalnya darah.


12

2.1.3 Pathway
Bagan 2. 1 Pathway Dm
tipe II

2.1.4 Etiologi

Menurut Helmawati (2021) menyatakan bahwa gejala diabetes terbagi


13

menjadi tiga gejala meliputi :

1. Gejala awal merupakan gejala yang paling umum terjadi biasanya

disebut dengan istilah 3P (Poliuria , Polidipsia, dan Polifagia)

a. Poliuria seringnya seseorang buang air kecil atau kencing.

Penderita sering buang air kecil, terutama pada malam hari

dengan volume yang banyak.

b. Polidipsia, seringnya seseorang minum karena rasa haus

yang besar. Kondisi ini diakibatkan dari kondisi sebelumnya

yaitu poliuria.

c. Polifagia, seringnya seseorang makan karena rasa lapar

yang besar. Penderita sering merasa kelaparan, biasanya pada

fase ini akan menunjukkan berat badan yang terus naik atau

bertambah.

2. Gejala tahap lanjut atau akut merupakan tahap selanjutnya dari

gejala awal yang tidak diatasi dengan baik meliputi :

a. Cepat mengalami kelelahan dan lemas tanpa penyebab yang

jelas.

b. Air kencing dikerumuni semut karena rasanya manis.

c. Penurunan berat badan yang drastis tanpa penyabab yang jelas.

Apabila kondisi diatas tidak segera ditangani daenggan baik,

berpotensiterhadap terjadinya koma diabetik.

3. Gejala menahun atau kronik merupakan gejala-gejala yang baru

dirasakan setelah mengidap diabetes selama beberapa tahun


14

meliputi:

a. Rasa kesemutan pada jaringan tangan dan kaki.

b. Terasa panas dikulit dan sakit seperti tertusuk-tertusuk danterasa

tebal.

c. Sering terjadi kram.

d. Gejala gangguan kulit berupa gatal-gatal, seperti kulit merah

dan menipis.

e. Sering merasa lelah dan mengantuk tanpa penyebab yangjelas.

f. Menurunnya kemampuan seksual pada pria.

g. Gangguan penglihatan (pandangan kabur).

h. Gangguan pada kesehatan gigi dan mulut.

i. Gatal di daerah kemaluan perempuan .

j. Gejala sakit di beberapa bagian tubuh, terutama dipunggung

bagianbawah dan anggota badan.

k. Jika dilakukan tes darah dan urine menunjukkan kadar gula

yang tinggi .

l. Jika terjadi luka, sulit untuk sembuh.

Menurut Helmawati (2021) menyatakan bahwa secara garis besar

untuk mengetahui diagnosis diabetes dilakukan dengan cara tes urine

menggunakan tes laboratorium yang dilakukan dengan mengambil sampel

urine sebagai bahan pemeriksaannya. Sampel urine dari penderita

digunakan untuk diperiksa kadar glukosanya. Tes ini dilakukan dengan

memakai sampel darah untuk diperiksa kadar glukosanya.Tes ini dilakukan


15

dengan pengambilan sampel darah pertama yang dilakukan setelah

sebelumnya seseorang berpuasa selama 8-12 jam (Gula Darah Puasa/GDP),

kemudian pengambilan sampel darah kedua dilakukan 2 jam setelah makan.

Selain itu dalam mengukur kadar 12 gula darah juga bisa dilakukan sendiri

dengan menggunakan alat yang disebut glucometer atau argometer (blood

glucose). Patokan nilai kritertia kadar gula darah normal perdiabetes dan

diabetes.

2.1.5 Penatalaksanaan

Sesuai (Perkeni, 2021) individu dengan diabetes mellitus memerlukan

pertimbangan yang sah dalam pemberian klien diabetes mellitus, ada 4

(empat) poin pendukung , untuk lebihspesifiknya :

1. Edukasi

Bagi klien yang menderita diabetes mellitus pada

umumnya terjadi karena gaya hidup dan perilaku yang tidak baik

dalam pola makan yang menderita penyakit diabetes mellitus pada

umumnya terjadi karena gaya hidup dan perilaku yang tidak baik

dalam pola makan yang tida mampu. Jadi mengharapkan bantuan

untuk keluarga dan jaringan. Kelompok Kesejahteraan perlu

memberikan bantuan kepada klien untuk memulai pertubahan cara

hidup yang buruk dan secara efektif mendorong klien agar mereka

dapat hidup sehat dan mempertahankan pola makanyang layak

sdikemudian hari.

a. Terapi Gizi
16

Gizi Medis merupakan bagian dari penatalaksanaan Diabetes

Melitus secara menyeluruh. Keberhasilan terapi gizi untuk memenuhi

terapi gizi untuk memenuhi nutrisi melibatkan seluruh tim Kesehatan

(Dokter, Perawat, Gizi, Kliendan Keluarga).

b. Latihan Jasmani

Kegiatan Latihan Jasmani secara teratur 3-4 kali dalam seminggu

selama ± 30 menit dengan jeda antar latihan fisik lebih dari 2 hari

berturut-turut. Kegiatan ini dapat memberikan manfaat menjaga

kebugaran tubuh dan dapat memberikan sensitivitas insulin, sehingga

dapat mengontrol kadar glukosa darah. Latihan fisik yang dianjurkan

berupa latihan fisik seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging

dan berenang.

Pemeriksaan glukosa darah di anjurkan sebelum melaukan latihan

fisik. Klien dengan kadar glukosa darah < 100 mg/dl harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan jika >250 mg/dl

dianjurkan untuk menunda latihan fisik. Sedangkan pada klien

diabetes simptomatik tida perlu melakukan pemeriksaan medis khusus

sebelum memulai aktifitas fisik intensitas ringan- sedang, seperti

berjalan. Penderita yang akan melaukan latihan fisik intensitas tinggi

atau memiliki kriteria risiko tinggi harus dilaukan pemeriksaaan medis

dan uji latih sebelum latihan fisik. Latihan jasmani lain yang dapat

dilakukan oleh penderita agar dapat membantu menurunkan kadar

glukosa dalam darah dengan melakukan senam kaki diabetes.


17

2. Intervensi Farmakologi

Terapi Farmakalogi diberikan pada waktu dengan pengaturan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari

obat oral dan bentukan suntikan atau injeksi.

a. Obat antihiperglikemik oral

Berdasarkan cara kerja obat dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan,

yaitu :

1) Pemacu sekresi insulin (Insulin secretagogue)

a) Sulfonilurea

Kelas obat ini memiliki dampak mendasar untuk

memperluas pelepasan insulin oleh sel beta pankreas. Efek

super sekunder adalah hipoglikemia dan penambahan berat

badan. Berhati-hatilah dalam menggunakan obat ini padaklien

dengan risiko hipoglikemia yang tinggi (usia lanjut, gangguan

fungsi hati dan ginjal. Contoh obat dalam kelas ini adalah

glibenclamide, glipizide, gliqoidone dan gliclazide.

b) Glinid

Obat-obatan yang bekerja dengan cara hampir sama

dengan sulfoniluera, namun bervariasi di area reseptor, dengan

produk akhir menyembunyikan periode utama dari perluasan

emisi isnulin. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu

Repaglinide (derivate asam benzoate) dan Nateglinide (Derivat

fenilalanin). Obat ini di absorbsi dengan cepat setelah


18

pemberian secara oral dan di eksresi secara cepat melalui hati.

Efek samping yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia.

2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin (Insulinsentizers)

a) Metformin

Metformin memiliki dampak mendasar dalam mengurangi

pembentukan glukosa hepatic (glkoneogenesis) dan lebih

lanjut mengembangkan pengambilan glukosa dijaringan

pinggrian. Metformin adalah keputusan pertama dalam

beberapa waktu dari diabetes mellitus tipe II. Porsi metformin

berkurang pada klien dengan gangguan kemampuan ginjal

(GFR 30-60 ml/menit /1,73 m2). Metformin tidak boleh

diberikan pada keadaan tertentu, misalnya, kelemahan hati

yang serius dan klien dengan kecendrungan

hipoksemi(misalnya, penyakit serebrovaskular, sepsi, syok,

PPOK (Penyakit Pneumonia Obstruktif Konstan), kerusakan

kardiovaskular. Efek sekunder yang mungkin terjadi adalah

sistem usus seperti dyspepsia.

b) Thaizolidinedione

Kelas obat yang mengurangi obstruksi insulin dengan

meningkatkan berapa banyak protein penggerak glukosa,

dengan cara ini memperluas pengambilan glukosa di jaringan

pinggiran. Obat ini dapat menyebabkan pemeliharaan cairan

tubuh sehingga kontra indikasi pada klien dengan gangguan


19

kardiovaskular karena dapat memperparah edema atau

pemeliharaan cairan. Obat yang memiliki tempat dengan

kumpulan ini adalah pioglitazone.

3) Penghambat alfa glukosa : metformin

Ini bekerja dengan menghambat kerja enzim alafa

glukosidase di saluran pencernaan sehingga menghambat absorbsi

glukosa dalam usus halus. Penghambat ini tidak digunakan pada

keadaan gangguan faal hati yang berat, Irritable bowel syndrome

(IBS). Efek samping yang mungkin terjadi berupa bloating

(penumpukan gas dalam usus) sehingga akan sering menimbulkan

flatus. Guna mengurangi efek samping pada awalnya dapat

diberikan dengan dosis kecil. Contohnya obat golongan ini

adalah acarbose.

4) Penghambat absorbs gula : penghambat glucosidasealfa

a) DPP-IV Inhibitor

Ini bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi glukosa melalui urine.

Obat golongan ini dapat menurunkan berat badan dan tekanan darah. Efek

samping dari pemberian obat ini adalah infeksi salurankemih dan genital

Profil Obat Antihiperglikemik Oral yang tersedia di Indonesia

Tabel 2. 1 Profil Obat Antihiperglikemik

Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek samping utama


Metformin Menurunkan produksi glukosa hati dan Dyspepsia, diare, asidosis
meningkatkan sensitivitas terhdap insulin. laktat.
Thiazolidinedione Meningkatkan sensitivitas terhadap Edema
insulin.
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin
Glinide Meningkatkan sekresi insulin BB naik, hipoglikemia
20

Penghambat Menghambat absorbsi glukosa Muntah.


Alfa Glukosidase
Penghambat DPP- Meningkatkan sekresi insulin dan Infeksi saluran kemih dan
IV menghambat sekresi glukagon. genital.
Penghambat Menghambat reabsorbsi glukosa di tubulus
SGLT-2 Distal
Sumber : Perkeni, 2021

b. Obat antihiperglikemia injeksi

1) Insulin

Insulin digunakan pada keadaan :

a) HbAIc saat diperiksa ≥ 7, 5% dan sudahmenggunakan

satu atau dua obat anti diabetes

b) HbAIc saat diperiksa >9%

c) Penurunan berat badan yang cepat

d) Hiperglikemia berat yang disertai dengan ketosis

e) Krisis hipeerglikemia

f) Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

g) Stress berat ( infeksi sistemik, operasi besar, infark

miokard akut, stroke)

h) Kehamilan dengan Diabetes Melitus Gestasional yang

tidak terkendali dengan perencanaan makan

i) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

j) Kontra indikasi dan ataau alergi terhadap OHO

k) Kondisi perioperatife sesuai dengan indikasi .

Jenis dan lama kerja insulin :

a) Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)

b) Insulin kerja pendek (Short – acting insulin )


21

c) Insulin kerja menengah (Intermediate-actinginsulin)

d) Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)

e) Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-actinginsulin)

f) Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah

dan kerja cepat dengan menengah (premixeid insulin)

g) Insulin campuran tetap, kerja ultra panjang dengan

kerja cepat.

Efek samping terapi insulin :

a) Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya

hipogikemia

b) Reaksi alergi terhadap insulin.

2) Agonis GLP-1 (Incretin Mimetic)

Adalah bagian kimia peptide yang dilepaskan oleh saluran pencernaan

setelah konsumsi makanan, yang dapat meningkatkan emisi insulin melalui

perasan glukosa. Obat ini membuat fit, menekan kedatangan glucagon,

menekan rasa lapar dan mengurangi pembersihan lambung, sehingga

menurunkan kadar glukosa postprandial. Obat-obatan yang termasuk dalam

kelompok ini adalah : Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, Lixisenatide dan

Dulaglutide.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupa kan pengumpulan informasi subjektif danobjektif

(mis: tanda-tanda vital, wawancara pasien atau keluarga pasien,


22

pemeriksaan fisik dan peninjauan imformasi riwayat pasien pada rekam

medis (NANDA, 2018).

1. Biodata

Identitas klien meliputi nama,usia (DM tipe I usia <30

tahun,DM tipe II usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65

tahun), jenis kelamin, status pernikahan, agama, alat, tanggal MRS ,

diagnosa masuk, pendidikan, pekerjaan.

2. Riwayat kesehatan

Keluhan utama : Pada pasien dengan diabetes mellitus

biasanya akan merasakan badannya lemas dan mudah mengantuk

terkadang juga muncul keluhan berat badan menurun dan mudah

merasakan haus, penglihatan kabur, sering kencing (Poliuria), banyak

makan (Polifagia), banyak minum (Polidipsi). Pada pasien diabetes

dengan ulkus diabetik biasanya muncul luka yang tidak kunjung

sembuh.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien biasanya merasakan munculnya gejala sering kencing

(Poliuria), sering merasa lapar dan haus (Polifagia dan Polidipsi), luka

sulit sembuh, penglihatan semakin kabur, cepat merasa mengantuk

dan mudah lelah, serta sebelumnya klien mengalami penurunan

berat badan berlebih.

4. Riwayat Kesehatan dahulu

Gejala yang muncul pada pasien DM tidak terdeteksi. Penyakit


23

yang dapat menjadi pemicu timbulnya Diabetes Melitus dan perlu

dilakukan pengkajian diantaranya :

a. Penyakit pankreas

b. Gangguan penerimaan insulin

c. Gangguan hormonal

5. Riwayat Kesehatan keluarga

Muncul akibat adanya keturunan dan keluarga yang menderita

penyakit DM.

6. Pemeriksaan fisik

Menurut Doengoes, (2018) pengkajian yang dilakukan pada

klien yang mengalami Diabetes Melitus adalah, sebagai berikut :

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : Klien dengan diagnosis diabetes akan

mengalami gangguan tidur, kelemahan, kelelahan,

kesulitan berjalan dan bergerak, otot kram dan penurunan

kekuatan otot.

Tanda : Takikardi dan takipnea saat istirahat atau dengan

aktivitas, lesu, disorientasi, koma. Penurunan kekuatan

otot.

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut

(IMA), klaudikasio (nyeri ekstremitas), mati rasa,

kesemutan pada ekstremitas (efek jangka panjang),


24

terdapat luka/ ulcer pada kaki dan penyembuhan yang

lama.

Tanda : Takikardia. Tekanan darah postural berubah

hipertensi. Nadi menurun atau tidak ada, distritmia.

Distensi Vena Jugularis pecah jika gagal jantung.

Menunjukkan kulit yang panas, kering dan memerah jika

dehidrasi parah.

c. Integritas Ego

Gejala : Stress, termasuk masalah keuangan yang

berkaitan dengan kondisi.

Tanda : Cemas dan mudah kesal.

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pada fekal, pola kemih berlebihan

(poliuria), nokturia, rasa nyeri dan panas, kesulitan

berkemih Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK baru dan

reccurent (asam urat, kembung, dan diare).

Tanda : Pucat, kuning, urine encer. Poliuria (dapat

berkembang menjadi oliguria dan anuria jika terjadi

hipovoleia yang parah. Bau urine (infeksi). Abdomen

keras, distensi. Suara buang air besar berkurang atau

hiperaktif.

e. Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah.


25

Tidak mengikuti pola makan yang telah ditetapkan,

konsumsi glukosa dan karbohidrat meningkat. Penurun

berat badan selama beberapa hari atau minggu.

Penggunaan obat-obatan yang memperparah dehidrasi

seperti diuretic.

Tanda: Kulit kering dan retak, turgor kulit jelek. Perut

kaku dan distensi. Bau halitosis/ manis , bau buah

(aseton)

f. Neurosensori

Gejala : Pingsan , pusing, sakit kepala, kesemutan, mati

rasa, kelemahan pada otot. Gangguan visual atau

penglihatan.

Tanda : Bingung, mengantuk, lesu, disorientasi, stupor

atau koma (stadium akhir). Refklek Tendon Dalam

(RTD), menurun (koma), Aktivitas kejang (tahap akhir

Diabetic Ketoacidosis Acute/ DKA atau hipoglikemia).

g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Perut kembung dan sakit.

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi abdomen,

tampak berhati-berhati.

h. Pernapasan

Gejala : Lapar udara (tahap akhir DKA). Batuk dengan

tanpa cairan dahak/ sputum purulent (infeksi).


26

Tanda: Takipnea, pernapasan kusmaul (asidosis

metabolik), ronkhi, wheezing, dahak kuning atau hijau

(infeksi) .

i. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, dan ulkus kulit. Parestesia

(diabetes neuropati).

Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ ulserasi.

Penurunan kekuatan umum dan rentang gerakan (ROM),

kelemahan dan kelumpuhan otot, termasuk otot –otot

pernapaan (jika tingkat potassium menurun).

j. Seksualitus

Gejala : Rabas vagina (rentan terhadap infeksi). Masalah

dengan impotensi (laki-laki). Kesulitan organisme

(perempuan).

k. Pengajaran/pembelajaran

Gejala : Faktor risiko pada keluarga seperti diabetes

mellitus, penyakit jantung, stroke dan hipertensi.

Penyembuhan luka yang lambat dan tertunda.

Penggunaan obat-obatan seperti steroid, diuretik tiazid,

phenytoin (dilatinin) dan phenobarbital (dapat

meningkatkan kadar glukosa ). Mungkin atau tidak

meminum obat diabetes.

l. Pertimbangan rencana pemulangan


27

Mungkin membutuhkan bantuan untuk diet. Pemantauan

glukosa, pemberian obat dan persediaan, perawatan diri.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Analisis keperawatan adalah bagian penting dari memutuskan asuhan

keperawatan yang tepat untuk membantu klien mencapai kesejahteraan

yang ideal. Analisis keperawatan berencana untuk membedakan reaksi klien

individu, keluaraga dan jairngan terhadap keadaan terkait kesejahteraan

(Pokja SDKI DPP PPNI Grup , 2022).

Setelah mendapatkan informasi dari evaluasi yang cermat,

penyelidikan informasi dilakukan dan analisis keperawatantertutup. Berikut

gambaran permasalahan yang muncul pada klien yang mengalami diabetes

mellitus menurut (SDKI , 2022):

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemia, disfungsi

pankreas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah,

gangguan glukosa datrah puasa (D.0027).

2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gangguan mekanisme

regulasi (D.0037).

3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (sel

kekurangan glukosa) (D.0019).

4. Risiko Infeksi b.d penyakit kronis (D.0142).

5. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d nekrosis luka ( D.0129)

6. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)


28

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Tabel 2. 2 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Kesehatan(SIKI)


No.
Keperawatan Hasil(SLKI)
(SDKI)
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia(
kadar glukosa darah tindakan I.03115)
berhubungandengan keperawatan 3 x 24 Observasi
hiperglikemia jam makadi 1.1 Identifikasi kemungkinan
(D.0027) harapkan kestabilan penyebab hiperglikemia
Gejala dan tanda kadar glukosa darah 1.2 Identifikasi situsai yang
mayor : (L.05022) menyebabkan kebutuhan insulin
Hiperglikemia meningkat dengan menuingkat
Subjektif kriteria hasil : 1.3 Monitor kadar glukosa darah, jika
1. Lelah 1.Lelah/lesu perlu.
atau lesu menurun. 2.Kadar 1.4 Monitor tanda dan gejala,
Objektif glukosa dalam hiperglikemia
1. Kadar darah membaik 1.5 Monitor intake dan output cairan
guladalam darah Terapeutik
tinggi/ urin tinggi 1.6 Berikan asupan cairan oral
Gejala dan tanda Edukasi
minor : 1.7 Anjurkan menghindari olahraga
Hipergl saat kadar glukosa darah lebih dari
kemia 250mg/dL
Subjekti 1.8 Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
1. Mulut 1.9 Anjurkan kepatuhan terhadap diet
kering dan olahraga
2. Kadar 1.10 Anjutkan pengelolaan diabetes.
glukosa dalam Kolaborasi
darah membaik 1.11 Kolaborasi pemberian insulin

2 Risiko Setelah dilakukan Pemantauan Elektrolit (I.03122)


ketidakseimbanga tindakan tindakan Observasi
nelektrolit kepeerawatan 1x24 2.1 Identifikasi kemungkinan
(D.0037) b.d kesimbamgan penyebab ketidak seimbangan
gangguan elektrolit elektrolit.
mekanisme (L.03021), 2.2 Monitor kadar eleektrolit serum.
regulasi ekspetasi 2.3 Monitor mual,muntah dan diare.
meningkat, dengan 2.4 Monitor kehilangan cairan,jika
kriteria hasil : perlu.
1. Serum natrium 2.5 Monitor tanda dan gejala
meningkat hiponatremia
2. Serum kalium 2.6 Monitor tanda dan gejala
meningkat hipokalsemia
3. Serum klorida 2.7 Monitor tanda dan gejala
meningkat hiperkalsemia
2.8 Monitor tanda dan gejala
hipomagnasemia
2.9 Monitor tanda dan gejala
29

Hiperglikemia
Terapeutik
2.10Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien &
dokumentasiakan hasilpemantauan
Edukasi
2.10 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2.11 Informasikan hsail
pemanatuan,jika perlu.

3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilkaukan Manajemen Nutrisi (I.03119)


ketidakmampuan tindakan Observasi :
mengabsorbsi keperawatan selama 3.1 Identifikasi status nutrisi
nutrient (sel 3 x 24 jam maka 3.2 Identifikasi alergi dan
kekurangan kadar diharapkan status intoleransimakanan
glukosa) (D.0019) nutrisi membaik 3.3 Identifikasi makanan yang disukai
Definisi : dengan kriteria hasil 3.4 Identifikasi kebutuhan kalori
Asupan nutrisi tidak : danjenis nutrient
cukupuntuk 1. Berat badan membaik 3.5 Identikasi perlunya
maemenuhi 2. Indeks Masa paenggunaanselang nasogastrik
kebutuhan Tubuh (IMT) 3.6 Monitor asupan makanan
metabolisme Gejala membaik 3.7 Monitoir berat badan
dan Tanda Mayor 3. Frekuensi makan 3.8 Monitor hasil
Subjektif membaik pemeriksaanlaboratorium
(Tidak Terapeutik:
tersedia) 3.9 Lakukan oral hygiene
Objektif sebelummakan
1. Berat badan 3.10 Fasilitasi menentukan
menurun10% pedomandiet
dibawah rentang Edukasi:
ideal 3.11 Anjurkan posisi duduk,
Gejala dan Tanda jikamampu
MinorObjektif 3.12 Anjurkan diet yang
1. Cepat kenyang diprogramkan
setelahmakan Kolaboraasi:
2. Otot pengunyah 3.13 Kolaborasi dengan ahli gizi
lemah untukmenentukan jumlah ka0000lori
3. Otot menelan lemah dan
4. Membran mukosa jenis nutrien yang dibutuhkan.
pucat
5. Sariawan
6. Srum albumin turun
7. Rambut
rontok
berlebihan
8. Diare
30

4 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.05178)


penyakitkronis ( tindakan keperawatan Observasi :
D.0142) selama 3 x 24 jam 4.1 Monitor tanda dan gejala
Kategori : diharapkan tingkat infeksilokal dan sistemik
Lingkungan infeksi(L.14137) Terapeutik:
Subkategori : menurun dengan 4.2 Batasi jumlah pengunjung
Keamanandan kriteria hasil : 4.3 Berikan perawatan kulit pada
proteksi. 1. Kemerahan menurun areaedema
Faktor 2. Nyeri menurin 4.4 Lakukan cuci tangan sebelum
risiko : dansesudah kontak dengan pasien
1.Penyakit dan lingkungan
kronis 4.5 Pertahankan teknik aseptic
2. Efek prosedur padapsien berisikotinggi.
invasive Edukasi :
3. Malnutrisi 4.6 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Peningkatan 4.7 Ajarkan cara mencuci tangan
paparan dengan benar
organisme 4.8 Ajarkan teknik batuk dengan benar
pathogen 4.9 Ajarkan cara memeriksa kondisi
lingkungan luka atau luka operasi
5.Ketidak 4.10 Anjurkan meningkatkan asupan
adekuatan nutrisi
pertahanan tubuh Kolaborasi :
primer 4.12 Kolaborasi pemberian
6. Ketidak adekuatan imunisasi,jika perlu
pertahanan tubuh
sekunder
5 Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan luka (I.14564)
kulit/ jaringan b.d tindakan keperawatan Observasi:
neuropati perifer 3 x 24 jam maka 5.1 Monitor karakteristik
(D.0129) diharapkan integritas luka
Gangguan dan tanda kulit/jaringan 5.2 Monitor tanda-tanda
mayor meningkat dengan infeksi
: kriteria hasil: Terapeutik:
Subjektif: 1. Kerusakan jaringan 5.3 Monitor karakteristik
( Tidak tersedia) menurun luka
Objektif : 2. Kerusakan lapisan 5.4 Lepaskan balutan dan
1. Nyeri kulit menurun plestersecara perlahasn
2. Perdarahan 3. Nyeri menurun 5.5 Bersihkan dengan
3. Kemerahan NaCI atau pembersih
Nontoksik
5.6 Bersihkan salep yang
sesuai
5.7 Pasang balutan sesuai
jenis luka
5.8 Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
Edukasi:
5.9 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
31

6 Nyeri Akut (D.0077)b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


Agen pencedera fisik tindakan keperawatan 3 x
Gejala dan tanda mayor: 24 jam diharapkan Terapeutik:
Subjektif: Tingkat Nyeri menurun 6.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
1. Mengeluh nyeri (L.08066): durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Objektif: 1. Keluhan nyeri menurun nyeri
1. Tampak meringis 2.Meringis menurun
2. Bersikap protektif 3.Kesulitan tidur menurun 6.2 Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi 6.3 Identifikasi respons nyeri non verbal
meningkat 5.Sulit tidur
6.4 Identifikasi faktor yang
Gejala dan tanda minor:
memperberat dan memperingan nyeri
Subjektif :
(Tidak tersedia) 6.5 Identifikasi pengetahuan dan tentang
Objektif : nyeri
1.Tekanan darah
meningkat 6.6 Identifikasi pengaruh nyeri pada
2. Pola napas berubah kualitas hidup
3. Nafsu makan berubah
6.7 Monitor keberhasilan taerapi
4. Proses berpikir
komplementer yang sudah diberikan
terganggu
5.Menarik diri 6.8 Monitor efek samping penggunaan
6.Berfokus pada diri analgetik.
sendiri
7.Diaforesis Terapeutik:
6.9 Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
6.10 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
6.11 Fasilitasi istirahat dan tidur
6.12 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
6.13 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
6.14 Jelaskan strategi meredakan nyeri
6.15 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
6.16 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
6.17 Anjurkan teknik nonfarmakalogis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
6.18 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
32

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan

dalam keperawatan, tindakan mencakup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi. Pada tahap ini perawat melaksanakan tindakan

keperawatan terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus

pada klien diabetes mellitus yang mengalami kaki diabetes (diabetik

food) pada pelakasanaan ini perawat melakukan fungsi secara

independent interpendent, dan dependent. (Prayugo Susanto, 2022).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil

akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang

sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan

atau kriteria hasil yang dibuat. Tujuan dari evaluasi adalah untuk

mengetahui sejauh mana perawatan dapat di capai dan memberikan

umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk

menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau

muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara

SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah ditetapkan. Format

evaluasi menggunakan :

S : Subjek adalah informasi yang berupa ungkapan yang di dapat dari


33

pasien setelah tindakan dilakukan.

O : Objek adalah informasi yang di dapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan

tindakan.

A : Analisa adalah membandingkan antara informasi subjrktif dan

objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil

kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah

teratasi sebagian, muncul masalah baru.

P : Planning adalah rencanas keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan ,di

modifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai, (tujuan tercapai)

(Prayugo Susanto, 2022).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan/desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan dengan pemenuhan

kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Diabetes Mellitus . Pendekatan

yang digunakan pada studi kasus ini adalah proses asuhan keperawatan

yang meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi

keperawatan (Aprita, 2022).

3.2 Subyek Penelitian

Sampel yang akan di pilih yaitu sample yang ada Di Rumah Sakit

Umum Daerah Abdul Wahab Syahranie Kota Samarinda dengan kriteria

inklusi dan ekslusi.

1. Kriteria inklusi

a. Bersedia menjadi responden

b. Bisa berkomunikasi dengan baik

c. Klien dengan diagnosa ( Diabetes Mellitus tipe II)

2. Kriteria eksklusi

Kriteria Ekslusi adalah keadaan yang dapat menyebabkan

subyek memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikut

sertakan dalam penelitian.

34
35

Kriteria ekslusi adalah sebagai berikut :

a. Klien yang tidak memenuhi 3 hari perawatan

b. Responden dengan komplikasi penyakit kronis lainnya

c. Kondisi pasien memburuk dan meninggal sebelum penelitian

selesai

3.3 Batasan Istilah (Definisi Operasional)

1. Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme atau dimasyarakat

dikenal dengan penyakit kencing manis disebabkan oleh peningkatan

kadar gula dalam darah sehingga tubuh tidak dapat memproduksi hormon

insulin, dengan salah satu faktor resiko seperti gaya hidup yang tidak

sehat.

2. Asuhan keperawatan dengan diabetes mellitus adalah salah satu

rangkaian kegiatan keperawatan yang diberikan oleh petugas secara

langsung kepada klien yang mengalami diabtes mellitus tipe II dalam

suatu tatanan pelayanan medis yang meliputi pengkajian,merumuskan

diagnose keperawatan,menyusun intervensi, melaksanakanimplementasi

dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan.

3. Senam kaki adalah gerakkan atau olahraga yang dilakukan 4 kali dalam

seminggu dengan durasi masing-masing 10 menit untuk mecegah luka

pada kaki, membantu melancarkan aliran daarh menurunkan kadar

glukosa
36

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian studi kasus ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Di Kota Samarinda.

3.5 Prosedur Penelitian

Penyusunan penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal usulan

penulisan karya tulis ilmiah dengan menggunakan metode studi kasus.

Setelah disetujui oleh tim penguji proposal maka penelitian dilanjutkan

dengan kegiatan pengumpulan data di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda. Data penelitian berupa hasil pengukuran, observasi, wawancara

terhadap kasus yang dijadikan subjek penelitian.

3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini

adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara juga merupakan metode pengumpulan informasi di

antara ilmuwan dan klien. Motivasi dibalik pertemuan tersebut adalah

untuk mendengarkan dan mengupayakan kemakmuran klien melalui

membangun hubungan yang saling percaya dan kuat. Metode ini

digunakan untuk mendapatkan masalah keprawatan mendasar klien

dan riwayat klinis klien yang sedang berlangsung (Bickley Lynn

dan Szilagyi Peter G, 2018)

b. Observasi
37

Observasi adalah tindakan yang mencakup semua,misalnya,

pendengaran, rasa, kontak, dan rasa berdasarkan realitas saat ini dari

waktu yang tepat. Pengkajian aktual adalah proses melihat tubuh klien

untuk memutuskan ada atau tidaknya masalah aktual. Motivasidi balik

penilaian yang sebenarnya adalah untuk mendapatkan data substansial

tentang kesejahteraan klien. Pengkajian yang sebenarnya harus

dimungkinkan dengan meninjau (melihat), merasakan (palpasi),

mengeluk (perkusi), dan menyetel (auskultasi) pada kerangka tubuh

klien (Kedokteran, 2018)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan diguanakan untuk

mengumpulkan data (Notoadmodjo, 2018). Alat atau instrument

pengumpulan data menggunakan format asuhan keperawatan medikal

bedah sesuai ketentuan Diploma III Keperawatan. Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

3.7 Keabsahan Data

1. Data Primer

Data Primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber aslinyayang

berupa hasil dari wawancara klien dan hasil observasi dari objek tertentu.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh secara tidak langsung

atau melalui perantara, misalnya informasi yang diperoleh dari keluarga

klien.
38

3. Data Tersier

Data tersier merupakan informasi yang diperoleh dari catatan

keperawatan klien atau rekam medis.

3.8 Analisis Data

Setelah mengumpulkan informasi melalui wawancara dan observasi

dan penilaian aktual, pemeriksaan informasi langsung. Pemeriksaan

informasi dilakukan sejak peneliti berada dibidang eksplorasi, selama

pengumpulan informasi sampai semua informasi yang diperlukan

terkumpul. Strategi pemeriksaan harus dimungkinkan dengan

mengumpulkan jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari

konsekuensi pertemuan puncak hingga bawah yang diarahkan untuk

menjawab perincian masalah dalam kasus terkait. Kemudian melalui

observasi yang menhasilkan informasi untuk selanjutnya dikumpulkan oleh

analis. Informasi yang dikumpulkan dapat berupa informasi abstrak dan

informasi objektif. Informasi emosional adalah informasi yang diperoleh

secara langsung dari klien sebagai penilaian terhadap suatu keadaan atau

kejadian atau apa yang sedang di rasakan oleh klien. Sedangkan informasi

asli adalah informasi yang dapat diperhatikan dan di perkirakan serta

diperoleh, dengan menggunakan 5 deteksi (melihat,menyentuh, mencium,

dan mendengar) selama penilaian informasi yang sebenarnya. Kemudian,

peneliti menyiapkan mediasi atau rencana keperawatan yang akan diberikan

kepada klien, melaksanakan atau melaksanakan keperawatan dan menilai

asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien secara tepat.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambar Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda yang terletak di jalan Palang Merah Indonesia No.1

Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda

Kalimantan Timur. RSUD Abdul Wahab Sjahranie diresmikan pada

tanggal 22 Februari 1986. Fasilitas yang terdapat di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie antara lain Instalansi Gawat Darurat 24 jam Instalasi

Rawat Inap. Instalansi Rawat Jalan, Laboratorium, Radiologi,

Radioterapi, Farmasi hemodialisis, Rehabilitasi Medik, Intensive Unit

Care, Kamar Operasi, Stroke Center, CSSD dan Gizi. Untuk instalansi

rawat inap terdapat beberapa ruangan yaitu Flamboyan, Seruni,

Dahlia, Angsoka, Tulip, Melati, Anggrek, Cempaka, Aster, Edelweis,

Mawar, Bougenvil, Teratai, ICU, ICCU, PICU/NICU,Stroke Center

dan Sakura. Penelitian ini dilakukan di ruang Aster dari tanggal 01

Mei – 06 Mei 2023. Ruang Aster terdiri dari 2 tim yaitu tim 1

mengelola kamar 1 – 11 sedangkan tim 2 mengelola kamar 12 –

23, terdapat 20 kamar rawat inap dan 3 kamar inap isolasi dalam 1

kamar dapat menampung 2 – 4 pasien, 1 ruang perawat, 2 nurse

station, 1 ruang dokter, 1 ruang kepala ruangan, 1 ruang obat, 1

ruang solat, 1 kamar 49 mandi pegawai dan 1 gudang. Kasus yang

39
40

dirawat diruang Aster meliputi Diabetes Melitus, Gagal Ginjal

Kronik, Kanker ,Fraktur, Batu Ginjal , penyakit Lupus dan DBD.

4.1.2 Data Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil penelitian pengkajian di lakukan pada 2 pasien di RSUD

Abdul Wahab Sjahranie diruang Aster. Data pengkajian di dapatkan

oleh pasien, keluarga pasien, dan rekam medis yang dilaksanakan

pada hari Senin, 01 Mei 2023.

Tabel 4. 1
Hasil Anamnesis Identitas Pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2023
Data Anamnesis Pasien 1 Pasien 2
Nama Pasien Ny. D Tn. S
Tanggal Lahir 08 Juni 1977 31 Desember 1973
Suku Bangsa Bugis Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTA SLTA
Pekerjaan IRT Petani
Alamat Muara Badak Jl. AWS
Dx Medis DM Tipe II + Post Op DM Tipe II
No. Registerasi 01.31.73.34 01.90.3405
MRS/Tanggal pengkajian 01 Mei 2023 30 April 2023
Keluhan Utama Pasien mengeluh pusing Pasien mengeluh pusing berputar
Riwayat Penyakit sekarang Pada tanggal 23 Maret Pada tanggal 30 April 2023 jam
2023 pasien masuk IGD 10:00 WITA pasien merasakan
RS Dirgahayu dan di lemas dan bengkak pada bagiankaki
diagnose Tumor lalu lalu dibawa ke ugd RS AWS dengan
dilakukan operasi pada hasil GDS 449 mg/dl dan
tanggal 24 Maret 2023, dipindahkan ke ruangan Aster pada
dan pada tanggal 30 April tanggal 30 April 2023 jam 13:00
2023 1 bulan setelah WITA
operasi pasien mengeluh dengan tanda – tanda vital
keluar nanah sehingga tekanan darah 160/80 mmhg. Nadi
keluarga memutuskan 96×/ menit. RR 22×/menit. Saturasi
membawa pasien ,pasien oksigen 99 % dan nilai GDS awal
mengalami keluar nanah masuk RS 400 mg/dl.
masuk IGD RS AWS
dengan keluhan keluar
nanah pada kepala dan di
diagnose DM Tipe II. Lalu
41

pasien dipindahkan
keruangan rawat Aster
jam 13:00 WITA dengan
tanda – tanda/ vital
tekanan darah 170/70
mmhg. Nadi 96×/menit.
RR 22×/menit. Saturasi
oksigen 98% dan nilai
GDS awal masuk RS 305
mg/dl.
Riwayat penyakit dahulu Pasien memiliki riwayat Pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi dan tumor pada penyakit dahulu
kepala pada 2 bulan yang
lalu.
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan Pasien mengatakan keluarganya
keluarganya tidak tidak memiliki riwayat penyakit DM
memiliki riwayat penyakit dan Hipertensi
DM dan Hipertensi
Perilaku yang mempengaruhi Pasien tidak meminum Pasien tidak meminum minuman
Kesehatan minuman beralkohol, beralkohol, merokok maupun
merokok maupun mengkonsumsi obat obatan
mengkonsumsi obat terlarang. Pasien juga jarang
obatan terlarang. Pasien berolahraga
juga jarang berolahraga
Genogram Pasien 1

Keterangan:
42

Genogram Pasien 2

Keterangan:

Tabel 4. 2
Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2023
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2
Keadaan umum Posisi pasien semi fowler, Posisi pasien semi fowler,
terpasang infus. terpasang infus.
Kesadaran Compos Mentis E4M6V5 Compos Mentis E4M6V5
Tanda – tanda vital TD: 170/70 mmHgN : 98x/ TD : 160/80 mmHgN : 99x/
menit menit
RR : 22 x/menitS : 36,5 o C RR : 22 x/menitS : 36,5 o C
Kenyamanan/nyeri Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
mengeluh nyeri mengeluh nyeri
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Status Fungsional Barthel Total Skor : 18 Dengan Total Skor : 15 Dengankategori
Index kategori tingkat tingkat
ketergantungan ringan ketergantungan ringan
43

Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah keperawatan


keperawatan
Pemeriksaan fisik kepala Kepala : Kepala :
Finger print di tengah frontal Finger print di tengah frontal
terhidrasi, kulit kepala kotor terhidrasi, kulit kepala bersih,
terdapat nanah bekas operasi, rambut warna putih, penyebaran
rambut warna putih, merata, mudah patah, kusam ,
penyebaran merata, mudah tidak bercabang dan tidak ada
patah, kusam , tidak kelainan
bercabang dan terdapat post Mata :
op craniotomy Sklera putih, konjungtiva anemis,
Mata : palpebra tidak edema, kornea
Sklera putih, konjungtiva jernih, pupil isokor, refleks
anemis, palpebra tidak edema, cahaya (+)
kornea jernih, pupil isokor, Hidung:
refleks cahaya (+) Pernapasan cuping hidung tidak
Hidung: ada, posisi septum nasal ditengah,
Pernapasan cuping hidung lubang hidung ada.
tidak ada, posisi septum nasal Rongga mulut dan lidah :
ditengah, lubang hidung ada. Warna bibir dan lidah merah
Rongga mulut dan lidah : muda, mukosa sedikit kering,
Warna bibir dan lidah merah tonsil ukuran normal, uvula
muda, mukosa sedikit kering, simetris ditengah.
tonsil ukuran normal, uvula Telinga :
simetris ditengah. Bentuk telinga simetris kanan dan
Telinga : kiri, lubang telinga bersih, daun
Bentuk telinga simetris kanan telinga ada, pendengaran baik dan
dan kiri, lubang telinga bersih tidak ada kelainan
, daun telinga ada, Leher :
pendengaran baik dan tidak Kelenjar getah bening tidak
ada kelainan teraba, tiroid tidak
Leher :
Kelenjar getah bening tidak
teraba, tiroid tidak teraba,
posisi trakea berada
di tengah.
Masalah keperawatan Risiko infeksi Tidak ada masalah
keperawatan
Pemeriksaan Thorax Keluhan : Keluhan :
Tidak ada Tidak ada
Inspeksi : Inspeksi :
Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris, frekuensi
frekuensi napas 20 x/menit, napas 20 x/menit, irama napas
irama napas teratur, tidak ada teratur, tidak ada pernapasan
pernapasan cuping hidung, cuping hidung, tidak ada otot
tidak ada otot bantu bantu pernapasan, usaha napas
pernapasan, usaha napas posisi duduk, tidak menggunakan
posisi duduk, tidak alat bantu pernapasan.
menggunakan alat bantu Palpasi:
pernapasan. Vocal premitus pada bagian
Palpasi: anterior dan posterior memiliki
Vocal premitus pada intensitas getaran yang sama
bagian anterior dan posterior Perkusi :
memiliki intensitas getaran Suara sonor, batas paru hepar di
yang sama ICS 4 Dextra
44

Perkusi : Auskultasi :
Suara sonor, batas paru hepar Suara napas vesikuler,
di ICS 4 Dextra Auskultasi :
Suara napas vesikuler.
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pemeriksaan jantung • Keluhan nyeri dada: Keluhan nyeri dada:
• Tidak ada Tidak ada
• Inspeksi : Inspeksi :
• Tidak ada pulsasi iktus Tidak ada pulsasi iktus kordik,
kordik, CRT CRT
• Palpasi : Palpasi :
• Iktus cordis teraba di ICS 5 Iktus cordis teraba di ICS 5
midclavikula kiri, akral midclavikula kiri, akral teraba
teraba hangat. hangat.
• Perkusi : Perkusi :
• Batas atas: • Batas atas:
• Pada ICS II line sternalis • Pada ICS II line sternalis dextra
dextra dan ICS II line dan ICS II line sternalis sinistra
sternalis sinistra • Batas bawah :
• Batas bawah : • Pada ICS V line midclavikula
• Pada ICS V line sinistra
midclavikula sinistra • Batas kanan :
• Batas kanan : • Pada ICS IV line sternalis
• Pada ICS IV line sternalis dextra
dextra • Batas kiri :
• Batas kiri : • Pada ICS IV line midclavikula
• Pada ICS IV line sinistra
midclavikula sinistra Auskultasi :
• Auskultasi : • BJ II Aorta:
• BJ II Aorta : • ICS II parasternal dextra
• ICS II parasternal dextra • ,tunggal,reguler,intensitas kuat.
• , tunggal, reguler, intensitas • BJ II Pulmonalis:
kuat. • ICS II parasternal sinistra,
• BJ II Pulmonalis : tunggal, reguler, intensitas
• ICS II parasternal sinistra, kuat.
tunggal, reguler, intensitas • BJ I Triskuspidalis :
kuat. • ICS V parasternal sinistra,
• BJ I Triskuspidalis : ICS V tunggal reguler intensitas kuat.
parasternal sinistra, tunggal • BJ Mitral :
reguler intensitas kuat. • ICS V midclavikula sinistra
• BJ Mitral : Tunggal, reguler, intensitas
• ICS V midclavikula sinistra kuat tidak ada bunyi
Tunggal, reguler, intensitas • jantung tambahan dan tidak ada
kuat tidak ada kelainan
• bunyi jantung tambahan dan
tidak ada kelainan.
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pemeriksaan sistem Berat badan 60 kg, tinggi Berat badan 80 kg, tinggi
pencernaan dan status nutrisi badan 159 cm, IMT : 23 badan 158 cm, IMT : 32
kg/m2 dengan kategori berat kg/m2 dengan kategori berat
badan lebih. BAB 2x sehari, badan lebih. BAB 2x sehari,
konsistensi lunak, diet lunak konsistensi lunak, diet lunak DM
DM 1700 kalori jenis bubur, 1700 kalori jenis bubur, nafsu
nafsu makan baik 3x sehari, makan baik 3x sehari, porsi
porsi makan habis. makan habis.
45

Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan abdomen


Inspeksi: Inspeksi:
Bentuk abdomen cembung, Bentuk abdomen cembung, tidak
tidak ada benjolan/masa pada ada benjolan/masa pada
abdomen, tidak ada bayangan abdomen, tidak ada bayangan
pembuluh darah pada pembuluh darah pada abdomen
abdomen dan tidak ada luka dan tidak ada luka bekas operasi.
bekas operasi. Auskultasi :
Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
Peristaltik 20x/menit Palpasi :
Palpasi : Kembung, tidak ada nyeri tekan,
Kembung, tidak ada nyeri tidak ada massa, hepar dan lien,
tekan, tidak ada massa, hepar tidak ada kelainan, ginjal tidak
dan lien, tidak ada kelainan, ada nyeri
ginjal tidak ada nyeri Perkusi:
Perkusi : Tidak ada asites
Tidak ada asites
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Obesitas
Sistem persyarafan Memori panjang, perhatian Memori panjang, perhatian dapat
dapat mengulang,bahasa baik, mengulang,bahasa baik, kognisi
kognisi baik, orientasi (orang, baik, orientasi (orang, tempat,
tempat, waktu) baik, saraf waktu) baik, saraf sensori (nyeri
sensori (nyeri tusuk, suhu, tusuk, suhu, sentuhan) baik, saraf
sentuhan) baik, saraf koordinasi baik .
koordinasi baik . Refleks Fisiologi :
Refleks Fisiologi : • Patella (2) : normal
• Patella (2) : normal • Achilles (2) : normal
• Achilles (2) : normal • Bisep (2) : normal
• Bisep (2) : normal • Trisep (2) : normal
• Trisep (2) : normal • Brankiradialis(2): normal
• Brankiradialis (2): normal Refleks Patologis : babinksy
Refleks Patologis : babinksy , brudzinssky, kernig normal
, brudzinssky, kernig normal Keluhan pusing tidak ada
Keluhan pusing tidak ada Istirahat/tidur 7 – 8 jam/hari
Istirahat/tidur 7 – 8 jam/hari Gangguan tidur tidak ada.
Gangguan tidur tidak ada. Pemeriksaan saraf kranial :
Pemeriksaan saraf kranial: • N1 : (Pasien dapat membedakan
• N1 : (Pasien dapat bau)
membedakan bau) • N2 : (Pasien dapat melihat
• N2 : (Pasien dapat melihat dengan jelas)
dengan jelas) • N3 : (Pasien dapat mengerakan
• N3 : (Pasien dapat bola mata ke atas)
mengerakan bola mata ke • N4 : (Pasien dapat
atas) menggerakan bola mata
• N4 : (Pasien dapat kebawah
menggerakan bola mata • N5 : (Pasien dapat menguyah)
kebawah • N6 : (Pasien dapat
• N5 : (Pasien dapat menggerakan mata kesamping
menguyah) kanan dan kiri)
• N6 : (Pasien dapat • N7 : (Pasien dapat membedakan
menggerakan mata rasa pengecapan dengan baik)
kesamping kanan dan kiri) • N8 : (Pasien dapat mendengar
• N7 : (Pasien dapat dengan baik)
membedakan rasa • N9 : (Pasien dapat menelan
pengecapan dengan baik) dengan baik)
46

• N8 : (Pasien dapat • N10 : (Pasien dapat berbicara


mendengar dengan baik) dengan baik)
• N9 : (Pasien dapat menelan • N11 : (Pasien dapat
dengan baik) menggerakan bahu)
• N10 : (Pasien dapat N12 : (Pasien dapat menjulurkan
berbicara dengan baik) lidah ke kanan dan kiri )
• N11 : (Pasien dapat
menggerakan bahu)
• N12 : (Pasien dapat
menjulurkan lidah ke kanan
dan kiri )
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pemeriksaan sistem Kebersihan : bersih Keluhan Kebersihan : bersih Keluhan
perkemihan kencing : tidak ada kencing : tidak ada
menggunakan alat bantu : menggunakan alat bantu :
• Produksi urine : 1850 cc • Produksi urine : 1700 cc
• Warna kuning , bau khas • Warna kuning , bau khas urine
urine • Tidak ada distensi kandung
• Tidak ada distensi kandung kemih
kemih • Tidak ada nyeri
• Tidak ada nyeri
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Balance cairan • Senin, 01 Mei 2022 • Senin 01, Mei 2022
Intake : 2.016 ml Intake : 2.000 ml
Output : 1.850 ml Output :1.700 ml
BC : + 196 BC: + 300 ml
• Selasa, 02 Mei 2022 • Selasa, 02 Mei 2022
Intake : 1976 ml Intake : 2.150 ml
Output : 1542 ml Output : 3.050 ml
BC : + 434 ml BC: - 900 ml
• Rabu, 03 Mei 2022 • Rabu, 03 Mei 2022
Intake : 1980 ml Intake : 2050 cc
Output : 1500 ml Output : 2700 cc
BC : + 480 ml BC: -650
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pemeriksaan sistem • Pergerakan sendi bebas • Pergerakan sendi bebas
mukuloskeletal • Kekuatan otot • Kekuatan otot
dan integuman 5 5 5 5
5 5 5 5
• Tidak ada kelainan • Tidak ada kelainan ekstermitas,
ekstermitas, tidak ada tidak ada kelainan kelainan
kelainan kelainan tulang tulang belakang, tidak ada
belakang, tidak ada fraktur,tidak ada traksi, tidak
fraktur,tidak ada traksi, ada kompartemen syndrom,
tidak ada kompartemen tidak ada luka
syndrom, tidak ada luka • Turgor baik ,kulit sedikit kering
• Turgor baik ,kulit sedikit • Tidak ada pitting edema
kering • Tidak ada ekskoriasis, psoriasis
• Tidak ada pitting edema dan urtikaria
• Tidak ada ekskoriasis, • Penilaian resiko dekubitus : 14 (
Moderate risk)
psoriasis dan urtikaria
• Penilaian resiko dekubitus :
14 ( Moderate risk)
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
47

Pemeriksaan sistem endokrin Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran kelenjar
kelenjar tiroid, tidak ada tiroid, tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar getah kelenjar getah bening,
bening, Hiperglikemia GDA : Hiperglikemia GDA : 449
243 mg/dl,226 mg/dl mg/dl,226 mg/dl Tidak ada luka
Tidak ada luka gangrene gangren
Masalah keperawatan Ketidakstabilan Kadar Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah Glukosa Darah
Keamanan lingkungan Total skor penilaian risiko Total skor penilaian risiko pasien
pasien jatuh dengan skala jatuh dengan skala morse (pasien
morse (pasien dewasa) : 30 ( dewasa) : 30 (kategori pasien
kategori pasien sedang) sedang)
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pengkajian psikososial Persepsi klien terhadap Persepsi klien terhadap
penyakitny adalah cobaan penyakitny adalah cobaan tuhan.
tuhan. Ekspresi klien terhadap Ekspresi klien terhadap penyakit
penyakit adalah diam. Reaksi adalah diam. Reaksi saat
saat interaksi adalah interaksi adalah kooperatif. Tidak
kooperatif. Tidak mengalami mengalami gangguan konsep diri.
gangguan
konsep diri.
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Personal hygiene Mandi 1x kali sehari (seka), Mandi 1x kali sehari (seka),
Keramas 2 hari sekali, Keramas 2 hari sekali, memotong
memotong kuku 1x dalam kuku 1x dalam seminggu , ganti
seminggu , ganti pakaian 1x pakaian 1x sehari, sikat gigi 1x
sehari, sikat gigi 1x sehari. sehari.
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah
Pengkajian spiritual Kebiasaan ibadah sebelum Kebiasaan ibadah sebelum
sakit sering solat, setelah sakit sakit sering solat, setelah sakit
masih bisa solat masih bisa solat
Masalah keperawatan Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Tabel 4. 3
Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun2023
Pasien 1
Tanggal
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal
pemeriksaan
30 April 2023 Leukosit 13.61 4.8-10.8 10^3/µl
Eritrosit 4.22 4.20-5.40 10^6 /µl
Hemoglobin 14.8 g/dl 14-18 g/Dl
Hematokrit 35.0 % 37.0 – 54.0 %
Glukosa sewaktu 250 mg/dl < 200m g/dL
Ureum 30.8 mg/dl 19.3 – 49,2 mg//dL
Creatinin 1.3 mg/dl 0,7 – 1.3 mg/dL
HbA1c 8.5% < 5,7 %
48

Pasien 2
Tanggal
pemeriksaan Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal
Leukosit 13.61 4.8-10.8 10^3/µl
Eritrosit 4.22 4.20-5.40 10^6 /µl
Hemoglobin 13.8 g/dl 14-18 g/dL
Hematokrit 38.0 % 37.0 – 54.0 %
Glukosa sewaktu 449 mg/dl < 200m g/Dl
Ureum 25.9 mg/dl 19.3 – 49,2 mg//dL
Creatinin 1.2 mg/dl 0,7 – 1.3 mg/dL
HbA1c 10.5 % < 5,7 %

Tabel 4. 4
Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2023
Pemeriksaan gula darah sewaktu
Pasien 1 Ny. S Pasien 2 Tn. D
Jam Jam
Tanggal Tanggal
08:00 12:00 08:00 12:00
01 Mei 2023 243mg/dl 449mg/dl 01 Mei 2023 449mg/dl 449mg/dl
02 Mei 2023 449mg/dl 297mg/dl 02 Mei 2023 249mg/dl 297mg/dl
03 Mei 2023
249mg/dl 189mg/dl 03 Mei 2023 280mg/dl 305mg/dl

Tabel 4. 5
Obat yang Diterima Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Instalasi
Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2023
Pasien 1 Ny. D Pasien 2 Tn. S
NacL 0.9% 20 TPM ( IV Line ) NacL 0.9% 20 TPM ( IV Line )
Novorapid 3x 16 unit ( Insulin ) Novorapid 3x 16 unit ( Insulin )
Metformin 2×500 mg per oral Levemir 1x 16 unit ( Insulin )
Vitamin C 1×1 per oral Metformin 2×500 mg per oral

Tabel 4. 6
Analisa Data Pasien 1 (Ny. D) Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2023
No Data Etiologi Masalah
49

1. DS: Resistensi insulin Ketidakstabilan kadar


Pasien mengeluh lelah dan glukosa darah
pusing (D.0027)
DO:
Glukosa sewaktu
01/05/2023
08.00 : 243 mg/dl
12.00 : 449 mg/dl
Jumlah urine klien meningkat
800 cc/8 jam
2. DS: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
Pasien menyanyakan masalah informasi (D. 0111)
yang dihadapi karena tidak tau
kalau mengalami Diabetes
Mellitus.
DO:
Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat.

3. DS: Penyakit kronis (mis Resiko infeksi


Pasien mengatakan habis diabetes mellitus) (D.0142)
operasi kepala
DO:
Terdapat kerusakan integritas
kulit di area kepala post op
craniotomy dan terdapat nanah
pada area post op.

Tabel 4. 7
Analisa Data Pasien 2 (Tn. S) Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2023
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Resistensi insulin Ketidakstabilan kadar
Pasien mengeluh lelah dan glukosa darah
pusing (D.0027)
DO:
Glukosa sewaktu
01/05/2023
08.00 : 449 mg/dl
12.00 : 350 mg/dl
Jumlah urine klien meningkat
700 cc/8 jam
2. DS: Kelebihan konsumsi Obesitas
Pasien mengatakan berat badan gula (D.0030)
naik 1 bulan yang lalu dari 60
kg ke 80 kg
DO:
IMT: 32 kg/m2
50

3. DS: Kurang terpapar Defisit pengetahuan


Pasien menyanyakan masalah informasi (D.0111)
yang dihadapi karena tidak tau
kalau mengalami Diabetes
Mellitus.
DO:
Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah pengkajian di lakukan pada 2 pasien di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie diruang Aster di dapatkan masalah keperawatan

yang di susun berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI).

Tabel 4. 8
Diagnosa Keperawatan Pasien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2023
Pasin Ny. D Pasien Tn.S
No Hari/tanggal Diagnosa Hari/tanggal
ditemukan keperawatan ditemukan Diagnosa keperawatan
1. Senin, 1 Mei 2023 Ketidakstabilan Selasa, 2 Mei 2023 Ketidakstabilan kadar
kadar glukosa darah glukosa darah
berhubungan dengan berhubungan dengan
resistensi insulin resistensi insulin

DS : DS:
Pasien mengeluh lelah Pasien mengeluh lelah
dan pusing dan pusing

DO : DO:
Glukosa sewaktu Glukosa sewaktu
01/05/2023 01/05/2023
08.00 : 243 mg/dl 08.00 : 449 mg/dl
12.00 : 449 mg/dl 12.00 : 350 mg/dl
Jumlah urine klien Jumlah urine klien
meningkat 800 cc/8jam meningkat 700 cc/8 jam
Kode Dx : D.0027
Kode Dx: D.0027
2. Selasa, 2 Mei 2023 Defisit pengetahuan Rabu, 3 Mei 2023
Obesitas berhubungan
berhubungan dengan
dengan kelebihan
kurang terpapar
informasi konsumsi gula
51

DS:
Pasien menyanyakan DS:
masalah yang dihadapi Pasien mengatakan berat
karena tidak tau kalau badan naik 1 bulan yang
mengalami Diabetes lalu dari 60kg ke 80 kg
Mellitus.
DO:
DO: IMT: 32 kg/m2
Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat Kode Dx . D.0030

Kode Dx. D.0111


3. Rabu. 3 Mei 2023 Risiko Infeksi Kamis, 4 Mei 2023 Defisit pengetahuan
berhubungan dengan berhubungan dengan
penyakit kronis ( mis. kurang terpapar
Diabetes mellitus) informasi

DS : DS :
Pasien mengatakan Pasien menanyakan
habis operasi kepala masalah yang dihadapi
karena tidak tau kalau
DO : mengalami Diabetes
Terdapat kerusakan Mellitus.
integritas kulit di area
kepala post op DO :
craniotomy dan Menjalani pemeriksaan
terdapat nanah pada yang tidak tepat.
area post op.

3. Perencanaan Keperawatan

Setelah pengkajian di lakukan pada 2 pasien di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie diruang Aster di dapatkan masalah keperawatan

yang di susun berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia ( SIKI).

Tabel 4. 9
Perencanaan Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2023
Diagnosis
Hari/tanggal Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Senin, 1 Mei Ketidakstabilan Setelah dilakukan tidakan Manajemen
2023 kadarglukosa keperawatan 3×8 jam maka Hiperglikemia(I.03115)
darah berhubungan diharapkan kestabilan 1.1 Monitor kadar
dengan resistensi kadar glukosa darah glukosadarah
insulin (D.0027) (L.03022) meningkat 1.2 Monitor tanda dan
dengankriteria hasil : gejalahiperglikemia
52

DS : 1. Mengantuk menurun 1.3 Monitor intake dan


Pasien mengeluh 2. Lelah/lesu menurun outputcairan
Lelah dan pusing 3. Kadar glukosa darah 1.4 Ajarkan pengelolaan
DO : membaik diabetes
Glukosa sewaktu 4. Kadar glukosa dalam 1.5 Kolaborasi
01/05/2023 urine membaik pemberianinsulin
08.00 : 243 mg/dl
12.00
: 449 mg/dl Jumlah
urine klien
meningkat 800 cc/8
jam
Senin, 1 Mei Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (
2023 berhubungan keperawatan 3 × 8 jam I.12383)
dengan kurang diharapkan tingkat 2.1 Identifikasi kesiapan
terpapar informasi pengetahuan (L.12111) dan kemampuan
(D.0111) meningkat dengan kriteria menerima informasi
hasil: 2.2 Sediakan materi dan
DS : 1. Kemampuan media pendidikan
Pasien menyanyakan menjelaskan kesehatan
masala yang pengetahuan tentang 2.3 Jadwalkan pendidikan
dihadapi karena tidak suatu topic meningkat kesehatan sesuai
tau kalau mengalami 2. Pertanyaan tentang kesepakatan
Diabetes Mellitus. masalah yang di 2.4 Berikan kesempatan
DO : hadapi menurun untuk bertanya
Menjalani 2.5 Jelaskan faktor risiko
pemeriksaan yang yang dapat
tidak tepat mempengaruhi
kesehatan
Senin, 1 Mei Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (
2023 ditandai dengan keperawatan selama 3×8 I.14539)
efek prosedur jam diharapkan Tingkat 3.1 Monitor tanda dan
invasif (D.0142) Infeksi (L.14137) menurun gejala infeksi local
dengan kriteria hasil : dan sistemik
1. Kebersihan badan 3.2 Batasi jumlah
meningkat pengunjung
2. Kemerahan menurun 3.3 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
3.4 Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
3.5 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
3.6 Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
3.7 Ajarkan etika batuk
3.8 Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
3.9 Anjurkan
meningkatkan
53

asupan nutrisi
3.10 Ajurkan
meningkatkan
asupan cairan
3.11 Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu

Tabel 4. 10
Perencanaan Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2023
Hari/ Diagnosis Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
Tanggal hasil Keperawatan
Selasa, 2 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tidakanManajemen
mei glukosa darah keperawatan 3×8 jam Hiperglikemia(I.03115)
2023 berhubungan dengan maka diharapkan 1.1 Monitor kadar
resistensi insulin kestabilan kadarglukosa glukosadarah
(D.0027) darah (L.03022) 1.2 Monitor tanda dan
DS : meniungkat dengan gejala hiperglikemia
Pasien mengeluh lelah kriteria hasil : 1.3 Monitor intke dan
dan pusing 1. Mengantuk menurun output cairan
DO : 2. Lelah/ lesu menurun 1.4 Ajarkan pengelolaan
Glukosa sewaktu 3. Kadar glukosa darah diabetes
01/05/2023 membaik 1.5 Anjurkan memonitor
08.00 : 449 mg/dl 4. Kadar glukosa dalam kadar glukosa secara
urine mandiri
12.00 : 350 mg/dl Jumlah
urine klien meningkat 1.6 Kolaborasi
700 cc/8 jam pemberian cairan IV
1.7 Kolaborsi pemberian
insulin
Selasa, 2 Obesitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Edukasi berat badan
Mei dengan sering makan keperawatan 3 × 8 jam di efektif ( I.12365)
2023 (D.0030) harapkan berat badan 2.1 Identifikasi kesiapan
(L.03018) membaik dan kemampuan
dengan kriteria hasil : menerima informasi
1. Berat badan membaik 2.2 Sediakan materi dan
2. Tebal lipatan kulit media edukasi
membaik 2.3 Jadwalkan pendidikan
3. Indeks masa tubuh kesehatan sesuai
membaik kesepakatan
2.4 Berikan kesempatan
pada keluarga untuk
54

bertanya
2.5 Jelaskan hubungan
asupan makanan,
latihan, peningkatan,
dan penurun berat
badan
2.6 Jelaskan kondisi
medis yang dapat
mempengaruhi berat
badan
2.7 Jelaskan risiko
kondisi kegemukan
(overweight) dan
kurus (underweight)
2.8 Jelaskan kebiasaan,
tradisi,dan budaya,
serta factor genetik
yang mempengaruhi
berat badan
2.9 Ajarkan cara
mengelola berat badan
secara efektif
Selasa, 2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
Mei berhubungan dengan keperawatan 3 × 8 jam ( I.12383)
2023 kuran terpapar diharapkan tingkat 3.1 Identifikasi kesiapan
informasi ( D.0111) pengetahuan (L.12111) dan kemampuan
meningkat dengan kriteria menerima informasi
DS : hasil: 3.2 Sediakan materi dan
Pasien menyanyakan 1. Kemampuan media pendidikan
masalah yang dihadapi menjelaskan pengetahuan kesehatan
karena tidak tau kalau tentang suatu topic 3.3 Jadwalkan pendidikan
mengalami Diabetes meningkat kesehatan sesuai
Mellitus. 2. Pertanyaan tentang kesepakatan
DO : masalah yang di hadapi 3.4 Berikan kesempatan
Menjalani pemeriksaan menurun untuk bertanya
yang tidak tepat. 3.5 Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

4. Implementasi Keperawatan

Setelah pengkajian di lakukan pada 2 pasien di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie diruang Aster di dapatkan masalah keperawatan

yang di susun berdasarkan implementaasi keperawatan.


55

Tabel 4. 11
Implementasi Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tahun 2023
Waktu Pelaksanaan Tindakan Evaluasi Paraf
keperawatan
Senin, 1 Mei 2023 1.1 Monitor kadar Glukosa darah 243
07.10 glukosa darah mg/dl
4.1 Identifikasi kesiapan
07.20 dan kemampuan Pasien mengatakan
menerima informasi tidak
mengetahui bahwa
pasien
mengalami kencing
manis
1.2 Memonitor tanda
07.50 dan gejala Pasien mengatakan
hiperglikemia masih
merasa lelah
1.3 Memonitor intake
09.00 dan output cairan Intake : 2.016 ml
Output : 1.850
BC : + 196
1.4 Mengajarkan kepada
09.15 pasien dan keluarga Pasien dan keluarga
mengenai memahami mengenai
pengelolaan diabetes pengelolaan diabetes
terutama mengenai dan
pengaturan pola mampu mengulang
makan, Latihan kembali penjelasan
fisik, monitor gula
darah dan
penggunaan insulin

3.1 Monitor tanda dan Terdapat tanda-tanda


10.15 gejala infeksi sosial infeksi
dan sistemik pada bagian kepala
pasien
kemerahan akibat post
op
craniotomy
11.30 1.1 Memonitor kadar
gukosa darah Glukosa darah 449
mg/dl
12.00 1.5 Memberikan terapi
insulin Novorapid Insulin telah diberikan
dengan dosis 3×16 u
secara sc

13.20 2.4 Berikan kesempatan Pasien diberikan


untuk pasien kesempatan untuk
bertanya mengenal penyakit
kencing manis

13.50
3.5 Jelaskan tanda dan Pasien tampak
gejala infeksi memahami tanda dan
56

14.15 gejala infeksi


3.6 Ajarkan cara
mencuci tangan Pasien tampak
dengan benar mengikuti dan
memahami cara cuci
tangan dengan benar
Selasa, 2 mei 2023
07.30 1.1 Memonitor kadar Glukosa darah 449
glukosa darah mg/dl
2.1 Identifikasi kesiapan
08.00 dan kemampuan Pasien mengatakan
menerima informasi sudah dapat mengerti
penyakit kencing manis
08.45 1.2 Memonitor tanda
dan gejala Pasien mengatakan
hiperglikemia lelah berkurang
11.55 1.1 Memonitor glukosa
darah Glukosa darah 297
12.00 mg/dl
1.5 Memberikan terapi
insulin Novorapid
dengan dosis 3×16 u Insulin telah diberikan
secara sc
12.00 1.3 Monitor intake dan
output cairan Intake : 1976
Output : 1542 ml
13.20 BC : + 434 ml
2.3 Jadwalkan
pendidikan Mengatur jadwal
Kesehatan sesuai
kesepakatan ddengan pasien untuk
memberi pendidikan
kesehatan penyakit
kencing manis
Rabu,3 mei 2023
07.30 1.1 Memonitor kadar Glukosa darah 180
glukosa darah mg/dl

07.35 1.2 Monitor tanda dan


gejala Pasien mengatakan
hiperglikemia lelah berkurang
09.00
1.3 Monitor Intake : 1980 Output :
intake dan 1500 ml BC : + 480 ml
10.35 output
cairan Mengedukasi pasien
tentang diit diabetes
2.2 Sediakan materi dan
13.30 media kesehatan mellitus tipe 2

Pasien telah memahami


3.4 cuci tangan sebelum , prosedur
dan sesudah kontak membersihkan tangan
dengan pasien sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
57

Tabel 4. 12 Implementasi Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes Mellitus


Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun 2023
Waktu Tindakan keperawatan Evalu Paraf
pelaksanaan asi
Selasa ,2
Mei 2023 1.1 Monitor kadar glukosa Glukosa darah 449 mg/dl
07.55 darah

2.1 Identifikasi kesiapan dan Pasien mengatakan siap


08.15 kemampuan menrima untukmenerima informasi
informasi

1.2 Monitor tanda dan Pasien mengatakan


08.25 gejalahiperglikemi masih merasa lelah dan
sering haus

1.3 Monitor intake dan


09.00 outputcairan Intake : 2000
ml Output :
1700 ml BC :
1.6 Memberikan cairan IV + 300 ml
09.20
Pasien di berikan cairan
NaCl0,9 % dengan 20
1.4 Mengajarkan tpm
09.25 pengelolaandiabetes

Pasien mengatakan
1.5 Menganjurkan akan mengatur makan
pengecekan gula agar tidakterlalu
darahsecara mengkonsumsi gula
mandiri
Mengedukasi mengecek
2.5 Jelaskan hubungan kadarglukosa secara
asupanmakanan, mandiri
10.10 latihan, peningkatan ,
berat badan

Pasien mengatakan 1
2.7 Jelaskan risiko kondisi bulan terakhir mengalami
10.30 kegemukan penongkatan berat badan
(overweight)dan dari60 kg menjadi 80 kg
(underweight)

3.1 Identifikasi kesiapan dan Pasien mengatakan sering


10.45 kemampuan menrima mengkonsumsi makanan
informasi yangberminyak dan
berlemak
3.5 Jelaskan factor risiko
10.55 yangdapat
mempengaruhi Pasien mengatakan
Kesehatan
58

tidak mengetahui
1.1 Monitor kadar glukosa bahwa pasien
darah mengalami kencing
11.55 manis
1.7 Kolaborasi pemberian
insulin levemir 16 unit Pasien mengatakan
12.00 belum mengetahui
1.3 Monitor intake dan
output tentang faktorDM

12.00
Monitor kadar glukosa
2.5 Jelaskan hubungan darah449 mg/dl
asupan makanan, lathan,
13.30 peningkatan dan Insulin telah di berikan
penurunan berat badan

Intake : 2.150
Output : 3.050 ml
BC : - 900 ml

Pasien mengatakan sering


menkonsumsi mnakanan yang
berminyak dan berlemak
59

Rabu, 3
Mei 2023 1.1 Monitor kadar glukosa Glukosa darah ( 297 mg/dl)
07.55 darah

Mengatur jadwal dengan


2.3 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai pasien mengenai diit atau
08.45 kesepakatan obesitas

1.2 Monitor tanda dan gejala


09.05 hiperglikemia Pasien mengatakan lelah
berkurang
2.9 Ajarkan cara mengelola
10.15 berat badan secara efektif Mengajarkan diit dan lebih
sering berolaharaga pada
3.1 Identifikasi kesiapan dan pasien obesitas
10.30 kemampuan menerima
informasi Pasien mampu memberikan
penjelasan mengenai penyakit
11.55 1.1 Monitor kadar glukosa yang dialami
darah
Kadar glukosa darah ( 297
12.00 1.7 Kolaborasi pemberian mg/dl)
insulin novorapid 16 unit
Insulin telah di berikan
2.6 Monitor intake dan
12.05 output cairan
Intake : 2000 ml Output : 1700
13.30 3.5 Jelaskan factor risiko ml BC : + 300 m
yang dapat
mempengaruhi kesehatan Pasien tampak mulai
memahami factor risiko
13.55 penyakit kencing manis atau
2.5 Jelaskan hubungan
asupan makanan, latihan, biasa disebut Diabetes Melitus
peningkatan dan Pasien mengatakan telah
penurunan berat badan
mengurangi mengkonsumsi
makanan yang berlemak dan
berminnyak yang
menyebabkan kenaikan berat
badan
60

Kamis , 4
Mei 2023 1.1 Memonitor kadar glukosa Glukosa darah (280 mg/dl)
08.00 darah

1.2 Monitor tanda dan gejala Pasien mengatakan sudah tidak


08.15 hiperglikemia lelah

2.2 & 3.2 Sediakan materi Penkes dengan media leaflet


08.50 dan media pendidikan
kesehatan
Pasien tampak memahami dan
09.45 3.1 Identifikasi kesiapan dan mampu mengulang penjelasan
kemampuan menerima
informasi
Pasien mulai memahami
10.30 2.5 Jelaskan hubungan asupan tentang makanan yang
makanan, latihan, mengalami peningkatan berat
peningkatan dan badan
penurunan berat badan
11.55
1.1 Monitor kadar glukosa
darah Kadar glukosa darah 305 mg/dl
12.00
1.7 Kolaborasi pemberian
insulin novorapid 16 unit Insulin telah diberikan Intake :
12.00 2050
1.3 Monitor intake dan output
cairan Output : 2700 ml BC : -650 ml

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah pengkajian di lakukan pada 2 pasien di RSUD Abdul

Wahab Sjahranie diruang Aster di dapatkan masalah keperawatan

yang di susun berdasarkan evaluasi keperawatan.


61

Tabel 4. 13
Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2023
Hari/Tan Diagnosis Evaluasi SOAP Paraf
ggal keperawatan
Senin , 1 Ketidakstabilan S: Pasien mengatakan
Mei 2023 kadar glukosa darah terkadang merasa Lelah
berhubungan dengan
resistensi insulin O:
ditandai dengan - GDS pukul 06.00 wita
lelah atau lesu, kadar (243mg/dl)
glukosa dalam darah - Kulit terlihat kering
atau urine tinggi - GDS pukul 12.00 wita
(D.0027) (449mg/dl)
- Pemberian insulin
novorapid 3×16 unit
secarasc

A: Kestabilan kadar glukosa


darah belum meningkat

P: Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor kadar glukosa
darah
1.2 Monitor tanda dan
gejalahiperglikemi
1.5 Kolaborasi pemberian
insulin novorapid 3×16
unit secara sc
Defisit pengetahuan S: Pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan mengetahui bahwa pasien
kurangterpapar mengalami kencing manis
informasi ( D.0111) biasa di sebut DM

O: Pasien terlihat tidak


tenang

A: Tingkat pengetahuan
belummeningkat

P:Lanjutkan intervensi
2.2 Lakukan pendidikan
kesehatan
62

Risiko infeksi S: Pasien mengatakan


ditandai dengan efek keluarnanah pada bagian
prosedur invasif kepala
(D.0142) akibat post op craniotomy

O: Tampak tanda-tanda
infeksi berupa kemerahan
dan keluar nanah

A: Tingkat infeksi belum


menurun

P: Lanjutkan intervensi
3.1 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
3.2 Batasi jumlah
pengunjung
3.3 Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan
3.6 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Selasa , 2 Mei Ketidakstabilan S:
2023 kadar glukosa darah - Pasien mengatakan lelah
berhubungan dengan berkurang
resistensi insulin - Pasien dan keluarga
ditandai dengan lelah memahami mengenai
atau lesu, kadar pengelolaan Diabetes
glukosa dalam darah Mellitus
atau urine tinggi
(D.0027)
O:
- Pasien dan keluarga
mampu dan memahami
penjelasaan yang
diberikan
- GDS pukul 12.00wita
(297 mg/dl)
- Kulit terlihat kering
- Pemberian insulin
novorapid 3x16 unit
secara sc

A: Kestabilan kadar glukosa


darah cukup meningkat

P: Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor kadar glukosa
darah
1.2 Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
1.5 Kolaborasi pemberian
insulin novorapid 3×16 unit
secara sc
63

Defisit pengetahuan S: Pasien mengatakan


berhubungan dengan memahami tanda dan gejala
kuran terpapar penyakit DM yang di
informasi (D.0111) deritanya

O: Pasien dapat mengulang


beberapa informasi yang
telah
di sampaikan

A: Tingkat pengetahuan
cukup meningkat

P:Lanjutkan intervensi
2.2 Lakukan pendidikan
kesehatan
Risiko infeksi S: Pasien mengatakan
ditandai dengan efek kepala masih keluar nanah
prosedur invasif (
D.0142) O: Di kepala pasien tampak
keluar nanah saat
membersihkan luka atau
ganti perban,dan kulit di
area luka tampak
kemerahan

A: Tingkat infeksi cukup


menurun

P: Lanjutkan intervensi
3.1 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
3.2 Batasi jumlah
pengunjung
3.3 Cuci tangan sebelum
dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
Rabu , 3 Mei Ketidakstabilan S:
2023 kadar glukosa darah - Pasien mengatakan
berhubungan dengan terkadang merasa Lelah
resistensi insulin - Pasien dan keluarga
ditandai dengan lelah mengatakan memahami
atau lesu, kadar pengelolaan Diabetes
glukosa dalam darah Mellitus
atau urine tinggi (
D.0027) O:
- Pasien memahami
pengelolaan DM
- Pasien dan keluarga
mampu mengulang
penjelasan yang di
berikan
- GDS pukul 12.00 wita
(180 mg/dl)
64

A: Kestabilan kadar
glukossa darah meningkat

P: Intervensi dihentikan
Defisit pengetahuan S: Pasien mengatakan sudah
berhubungan dengan mulai paham mengenai
kurang terpapar penyakit DM yang di
informasi deritanya
(D.0111)
O: Pasien dapat mengulangi
beberapa informasi tentang
penyakit DM yang telah di
sampaikan

A:Tingkat pengetahuan
meningkat

P: Intervensi dihentikan
Risiko infeksi S:
ditandai dengan efek - Pasien mengatakan
prosedur invasive ( nanah sudah tidak keluar
D.0142) lagi
- Pasien mengatakan tidak
ada keluhan bagian
kepala

O:
- Kepala pasien tampak di
verban
- Kepala pasien tidak
tampak kemerahan
A: Tingkat infeksi menurun
P: Intervensi dihentikan

Tabel 4. 14
Evaluasi Keperawatan Pasien 2 dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Instalasi Rawat Inap Ruang Aster RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2023
Hari/Tanggal Diagnosis keperawatan Evaluasi SOAP Paraf
Selasa, 2 Mei Ketidakstabilan kadar S: Pasien mengatakan masih
2023 glukosa darah sering merasa lelah
berhubungandengan
resistensi insulin O:
ditandai dengan lelah - GDS pukul 12.00 wita
atau lesu, kadar glukosa (sebelum makan) 449
dalam darah atau urine mg/dl
tinggi - Kulit terlihat kering
( D.0027) - Pemberian insulin
novorapid 3×16 unit
secarasc
65

A : Kestabilan kadar glukosa


darah belum meningkat

P: Intervensi di lanjutkan
1.1 Monitor kadar glukosa
darah
1.2 Monitor tanda dan gejala
hiperglikemi
1.7 Kolaborasi pemberian
insulin novorapid 3×16
unit secara sc
Obesitas berhubungan S: Pasien mengatakan 1
dengan mengkonsumsi bulan terakhir mengalami
gula,dan makanan kenaikan berat badan dari 60
berminyak (D.0030) kg menjadi 80 kg

O: Pasien tampak berbaring

A: Berat badan belum


membaik

P: Lanjutkan intervensi
2.5 Jelaskan hubungan
asupan makanan, latihan,
peningkatan Berat Badan
2.7 Jelaskan risiko kondisi
kegemukan (overweight) dan
(underweight) kurus
Defisit pengetahuan S:Pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan mengetahui bahwa pasien
kuran terpapar mengalami kencing manis
informasi (D.0111) biasa di sebut DM

O: Pasien terlihat tidak


tenang

A:Tingkat pengetahuan
belum meningkat

P:Lanjutkan intervensi
3.2 Lakukan pendidikan
kesehatan
Rabu, 3 Mei Ketidakstabilan kadar S:
2023 glukosa darah - Pasien mengatakan
berhubungan dengan terkadang merasa lelah
resistensi insulin - Pasien memahami tentang
ditandai dengan lelah pengelolaan Diabetes
atau lesu, kadar glukosa Melitus
dalam darah atau urine
tinggi (D.0027) O:
- Pasien mampu
mengulang penjelasan
yang di berikan
- GDS pukul 12.00
(sebelum makan siang)
66

297 mg/dl
- Kulit terlihat kering
- Pemberian insulin
Novorapid 3×16 unit
secara sc

A: Kestabilan kadar glukosa


darah cukup meningkat

P: Lanjutkan intervensi
1.1 Monitor kadar glukosa
darah
1.2 Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
1.7 Kolaborasi pemberian
insulin Novorapid 3×16 unit
secara sc
Obesitas berhubungan S: Pasien mengatakan telah
dengan mengkonsumsi mengurangi mengkonsumsi
gula,dan makanan makanan yang berminyak,
berminyak (D.0030) berlemak,dan menadung
banyak gula yang
menyebabkan kenaikan
Berat badan

O:
Diet Dm 1700 kalori + bubur
sumsum DM 2×150 cc

A: Berat badan cukup


meningkat

P: Lanjutkan intervensi
Defisit pengetahuan S : Pasien mengatakan
berhubungan dengan memahami mengenai tanda
kuran terpapar dan gejala penyakit DM
informasi (D.0111) yang di deritanya

O:Pasien dapat mengulang


beberapa informasi yang
telah di sampaikan

A: Tingkat pengetahuan
cukup meningkat

P: Lanjutkan intervensi
3.2 Lakukan pendidikan
kesehatan
Kamis, 4 Mei Ketidakstabilan kadar S:
2023 glukosa darah - Pasien mengatakan
berhubungan dengan terkadang merasa lelah
resistensi insulin - Pasien memahami
ditandai dengan lelah pengelolaan Diabetes
atau lesu, kadar glukosa Melitus
dalam darah atau urine
67

tinggi (D.0027) O:
- Pasien memahami
pengelolaan DM
- Pasien mampu
mengulang penjelasan
yang di berikan
- GDS pukul 12.00 wita (
sebelum makan) 305
mg/dl
- Kulit terlihat kering
- Pemberian insulin
Novorapid 3 ×16 unit
secara sc

A: Kestabilan kadar glukosa


darah meningkat

P: Intervensi dihentikan
Obesitas berhubungan S: Pasien mengatakan telah
dengan mengkonsumsi mengurangi mengkonsumsi
gula, dan makanan makanan yang berminyak,
berminyak (D.0030) berlemak,dan menadung
banyak gula yang
menyebabkan kenaikan
Berat badan
O:
Diet Dm 1500 kalori + bubur
sumsum DM 2×150 cc

A: Berat badan teratasi


sebagian

P: Intervensi dihentikan

O: Pasien dapat mengulangi


beberapa informasi tentang
penyakit DM yang telah
disampaikan
A: Tingkat pengetahuan
meningkat
P: Intervensi dihentikan
68

Defisit pengetahuan S:Pasien mengatakan sudah


berhubungan dengan mulai paham mengenai
kurangterpapar penyakit DM yang telah di
informasi (D.0111) sampaikan

O: Pasien dapat mengulangi


beberapa informasi tentang
penyakit DM yang telah
disampaikan

A: Tingkat pengetahuan
meningkat

P: Intervensi dihentikan

4.2 Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas tentang

masalahan keperawatan yang sesuai dengan teori dan hasil asuhan

keperawatan yang dilakukan pada Ny.D dan Tn.S dengan kasus penyakit

Diabetes Mellitus type II yang dilakukan pada 01 Mei sampai 06 Mei 2023

di ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie tindakan yang dilakukan

pada pasien meliputi: pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Adapun sesuai dengan teori bahwa pasien yang mengalami penyakit

Diabetes Mellitus dapat ditemukan diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa

darah, deficit pengetahuan, obesitas, resiko infeksi dan berikut pembahasan

mengenai diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien saat

melakukan asuhan keperawatan selama 3 × 8 jam.


69

4.2.1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin dibuktikan dengan lelah, kadar glukosa darah tinggi (D.0027)

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2018)

Ketidakstbailan kadar glukosa darah (Hiperglikemia) memiliki definisi

variasi kadar glukosa darah naik dari rentang normal yang ditandai dengan

gejala dan tanda mayor yaitu mengeluhlelah/lesu dan kadar glukosa dalam

arah /urin tinggi.

Pada pengkajian didapatkan diagnosis keperawatan kedua pada

pasien 1 dan pasien 2 yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah

berhubungan dengan resistensi insulin. Hal ini sesuai dengan teori yang

terdapat pada buku SDKI dengan data yang didapatkan pada pasien 1

mengeluh lelah, kadar GDS jam 08:00 = 243 mg/dl. Kadar GDS jam 12:00

449 mg/dl, sedangkan pada pasien 2 mengeluh lelah dan lesu, kadar GDS

jam 08:00 449 = mg/dl, kadar GDS 12:00 =449 mg/dl.

Pada pasien 1 dan 2 didapatkan data yang menunjang untuk diangkat

diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

resistensi insulin. Menurut Kemenkes, (2020), Diabetes mellitus (DM) type

II adah jenis yang paing banyak dikenal luas, rata-rata penderita DM

berumur ≥ 30 tahun, pada DM type II pankreas mampu menghasilkan

insulin,namun sifat insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat bekerja

seperti yang diharapkan sebagai kunci untuk memasukkan glukosa (gula

darah) kedala sel, Dengan demekian terjadi peningkatan glukosa dalam

darah. Peluang lain terjadinya DM type II adalah bahwa jaringan tubuh dan
70

sel otot pasien tidak peka secara efektif 2 kebal terhadap (obstruksi insulin)

sehingga glukosa tidak ddapat masuk kedalam sel dan dalam jangka panjang

menumpuk dalam aliran darah( Kemenkes, 2020)

Menurut pendapat penulis terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa

karena terjadi resistensi insulin sehingga tidak bisa mengubah glukosa

menjadi sumber energi dan tertumpuknya glukosa di dalam darah menjadi

hiperglikemia.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan di berikan pada pasien 1

dan pasien 2 dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa

darah berhubungan dengan resistensi insulin meliputi mengidentifiksi

kemungkinan penyebab hiperglikemia, memonitor kadar glukosa darah,

memonitor tanda, gejala hiperglikemia, memberukan cairan oral,

mengajarkan pengelolahan diabetes

(penggunaan insulin, obat oral) , monitor asupan cairan,menganjurkan

monitor kadar glukosa arah secara mandiri, dan kolaborasi pemberian

insulin dan cairan IV.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 8 jam, yaitu pada pasien 1 masalah ketidakstabilan

kadar glukosa darah teratasi dengan GDS 08:00 = 180 mg/dl, GDS 12:00 =

297 mg/dl menunjukan mulai stabil tetapi masih dalam keadaan dipantau,

sedangkan pada pasien 2 masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah

teratasi sebagian dengan nilai GDS 08:00 = 280 mg/dl dan GDS 12:00 =

305 mg/dl menunjukan kadar glukosa sudah dibatas normal dan masih
71

dipantau, kedua pasien tetap diberikan edukasi mengenai pengelolahan

diabetes berupa tetap menjaga pola makan, rutin minum dan melakukan

olahraga menganjurkan mengecek kadar glukosa darah darah secara

mandiri.

Hasil perbandingan pasien 1 dan 2 dengan diagnosis keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah pada pasien 1 mengalami kenaikan dan

penurunan glukosa darah sejak 3 hari yang lalu dan pada hari ke 4

perawatan. Perbedaan lamanya penurunan kadar glukosa darah pada kedua

pasien dipengaruhi oleh umur, pola makan, penyakit yang menyertai,

kepatuhan minum obat dan pola makan serta aktivitas sedangkan pada

pasien 2 berusia 50 tahun padausia ini pasien juga mengalami penurunan

fungsi pancreas, pasien mengetahui menderita penyakit diabetes saat di

rawat di RSUD AWS pada tanggal 30 April 2023 dan tidak minum obat

dan kontrol, pasien juga masih bisa bekerja tetapi untuk pola makan

membatasi gula masih rendah.

Perbandingan pada pasien 1 yaitu memiliki riwayat hipertensi yang

dimana hipertensi dapat mempengaruhi sekresi insulin di pankreas yang

meningkatkan kadar gula darah, serta pola hidup pasien tidak sehat selama

ini dan tidak mengetahui kalau memiliki diabetes mellitus. Sedangkan pada

pasien 2 memiliki berat badan obesitas yaitu IMT 32 kg/m2 yang dimana

factor berat badan sangat mempengaruhi kadar gula darah, pasien memiliki

berat badan obesitas dikarenakan suka mengkonsumsi makanan yang manis.


72

4.2.2 Obesitas berhubungan dengan kelebihan konsumsi gula (D.0030)

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI,2018), obesitas memiliki definisi akumulasi lemak berlebih atau

abnormal yang tidak sesuai dengan usia dan jenis kelamin, serta melampaui

kondisi berat badan lebih (overweight).

Pada saat pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan pada pasien 2

yaitu obesitas. Hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan pada buku SDKI

dengan data yang didapatkan pasien 2, ditandai dengan IMT 32 kg/m2.

Pada pasien 2 didapatkan data yang menunjang untuk diangkat

diagnosis obesitas berhubungan dengan kelebihan konsumsi gula.

Terjadinya resistensi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan

obesitas berlangsung progresif. Sel β pankreas yang masih normal mampu

menduga keparahan resistensi insulin serta mengatur sekresi insulin untuk

mempertahankan kenormalan toleransi glukosa (Arisman, 2011). Namun

apabila resistensi insulin bertambah parah sehingga terjadi defek utama

yakni difungsi sel β (Tandra, 2018). Resistensi insulin dan disfungsi sel β

adalah gambaran dini intoleransi glukosa maka pada pasien yang berawal

dari IGT akan berubah 13 menjadi diabetes serta tidak diragukan bahwa

faktor risiko obesitas mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan

diabetes melitus tipe 2 (Bilous & Donelly, 2013).

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan di berikan pada pasien 2

dengan masalah keperawatan obesitas ialah, jelaskan hubungan asupan

makanan, latihan, peningkatan dan penurun berat badan, jelaskan kondisi


73

medis yang dapat mempengaruhi berat badan, jelaskan resiko kegemukan.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 8 jam pada pasien 2 masalah obesitas teratasi

sebagian yang ditandai dengan berat badan klien belum mengalami

penurunan.

Hasil perbandingan pada diagnosis keperawatan obesitas hanya pada

pasien 2 sebab klien tidak menjaga pola makan sehingga mengalami

kelebihan berat badan (overweight). Sedangkan pada pasien 1 memiliki

IMT 24 kg/m2.

4.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111)

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,2018),

defisit pengetahuan memiliki definisi tidak adanya atau kurangnya

informasi yang kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu dan dapat

disebabkan karena keterbatasan kognitif, kurangnya terpapar informasi,

ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan lain sebagainya. Terdapat

gejala dan tanda mayor yaitu pasien menunjukkan perilaku yang tidak

sesuai dengan anjuran dan menunjukkan persepsi yang keliru terhadap

masalah.

Pada saat pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan pada pasien 1

dan 2 yaitu defisi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori yang didapatkan

pada buku SDKI dengan data yang didapatkan pasien 1 dan 2, pasien

menyakan masalah yang dihadapi, menunjukan perilaku yang keliru


74

terhadap masalah.

Pada pasien 1dan 2 didapatkan data yang menunjang untuk diangkat

diagnosis defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar

informasi. (Menurut Mubarak 2015), mengatakan bahwa dalam

memberikan pendidikan kesehatan agar dapat mencapai tujuan harus

diperhatikan beberapa hal di antaranya yaitu materi atau pesan dan metode

yang disampaikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Penelitian

yang dilakukan oleh (Yusyaf 2013) menunjukkan bahwa adanya

peningkatan pengetahuan keluarga setelah diberikan pendidikan kesehatan

denganmedia lembar balik.

Tingginya jumlah penderita DM di sebabkan oleh gaya hidup, tingkat

pengetahuan yang rendah dan kurangnya kesadaran untuk melakukan

deteksi dini, pola makan yang ke barat-baratan di mana banyak mengandung

protein, lemak, gula dan garam tetapi sedikit mengandung serat (Fatmawaty,

2017). Menurut pendapat penulismemberikan edukasi mengenai pentingnya

menjaga gaya hidup, dan memberikan pendidikan kesehatan tentang

penyakit pasien. Dan saat di hari ketiga, pasien mengungkapkan betapa

pentingnya menjaga pola makan ataupun gaya hidup. Dengan menjaga gaya

hidup, dapat mencegah penyakit datang dan dapat menjaga kesehatan.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan di berikan pada pasien 2

dengan masalah keperawatan deficit pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya terpapar informasi, meliputi Sediakan materi dan media

pendidikan kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,


75

berikan kesempatan bertanya.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 8 jam pada pasien 1 dan 2 masalah deficit

pengetahuan teratasi dengan klien mengatakan mengerti tentang penyakit

yang diderita dan mengetahui cara menjaga kadar glukosa agar stabil.

Hasil perbandingan pada diagnose keperawatan deficit pengetahuan

pada pasien 1 dan 2 memiliki kesamaan yaitu tidak mengetahui bahwa

menderita penyakit diabetes mellitus.

4.2.4 Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif (D.0142)

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI,2018),

risiko infeksi memiliki definisi beresiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik.

Pada saat pengkajian didapatkan diagnose keperawatan pada pasien 1

yaitu resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis. Hal ini sesuai dengan

teori yang terdapat pada buku SDKI dengan data yang pada pasien 1

terdapat luka post op craniotomy 2 bulan yang lalu karena pasien memiliki

riwayat penyakit tumor.

Pada pasien 1 didapatkan data yang menunjang untuk diangkat resiko

infeksi. Menurut (Fatmawaty, 2019), penyakit neuropati merupakan salah

satu faktor paling utama yang mengkonstribusi terjadinya luka. Pada pasien

diabetik yang terjadi pada masalah luka yang terkait dengan adanya

pengaruh saraf yang ada pada kaki 12 atau disebut dengan neuropati perifer.

Gangguan sirkulasi sering terjadi pada pasein diabetik. Efek sirkulasi yang
76

menyebabkan kerusakan pada saraf terkait dengan diabetik neuropati yang

akan berdampak pada suatu sistem saraf autonomy, yang akan mengontrol

fungsi otot halus dan kelenjar. Adanya suatu gangguan pada saraf autonomy

akan mempengaruhi terjadinya perubahan pada tonus otot yang akan

menyebabkan kurang normalnya darah.

Menurut pendapat penulis resiko infeksi terjadi pada pasien karena

pasien memiliki luka post op craniotomy yang dimana sangat perlu dijaga

agar tidak terjadinya infeksi yang dapat menyebabkan masalah baru pada

pasien.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien 1

dengan masalah keperawatan resiko infeksi ditandai denganpenyakit kronis,

meliputi memeriksa adanya tanda dan gejala infeksi, membatasi jumlah

pengunjung, melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan

pasien dan linkungan pasien, mengajarakan pasien mencuci tangan dengan

benar, menganjurkan pasien dalam meningkatkan asupan nutrisi.

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 3 x 8 jam pada pasien 1 masalah resiko infeksi teratasi

dengan keadaan teratasi dengan keadaan luka bekas post op bersih tidak ada

nanah.

Hasil perbandingan masalah keperawatan resiko infeksi hanya pada

pasien 1 luka post op craniotomy namun telah teratasi ditandai dengan

keadaan sekitar jahitan bersih tidak ada nanah dan kemerahan.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien 1 dan

pasien 2 dengan diabetes mellitus tipe II di ruang Aster RSUD Abdul

Wahab Sjahranie, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua pasien dengan

diabetes mellitus tipe II ditemukan pada pasien 1 GDS 243 mg/dl,

mengeluh lelah. Sedangkan pada pasien 2 GDS 449 mg/dlmengeluh

lelah dan pusing berputar dan terdapat luka post op craniotomy.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Pada pasien 1 terdapat masalah keperawatan ketidakstabilan

kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin, deficit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi, resiko

infeksi ditandai dengan penyakit kronis. Sedangkan pada pasien 2

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin, defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi, obesitas berhubungan dengan kelebihan gula.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disusun dengan menggunakan panduan

SIKI (2018) yang telah penulis susun. intervensi yang dilakukan pada

77
78

kedua pasien dengan diagnosa yang sama yaitu manajemen

hiperglikemia, pencegahan infeksi, edukasi kesehatan. Intervensi

keperawatan yang dilakukan berbeda pada kedua pasien yaitu pada

pasien 2 edukasi berat badan efektif.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien 1 dan

pasien 2 sesuai dengan perencanan keperawatan yang telah dibuat dan

sesuai dengan kebutuhan pasien dengan diabetes melitus tipe II.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi dari kedua pasien setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada pasien 1 masalah masalah ketidakstabilan kadar

glukosa darah tidak teratasi karena gadar glukosa sudah mulai

turun,resiko infeksi dan deficit pengetahuan. Pada pasien pada pasien

2 masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi sebagian

karena kadar glukosa belum stabil dan obesitas karena berat badan

pasien belum menurun defisit pengetahuan .

5.2 Saran

5.2.1 Bagi penulis

Hasil dari studi kasus ini diharapkan didapat dijadikan sebagai

bahan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II.
79

5.2.2 Bagi Instansi

Rumah sakit Dapat memaksimalkan asuhan keperawatan guna

mencegah komplkasi dan infeksi yang dapat membawa masalah

lainnya dikemudian hari agar pelayanan rumah sakit semakin

maksimal. menyusun standar operasioan prosedur tentang bagaimana

pengelolaan diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe II.

5.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberikan

informasi tambahan bagi perkembangan keperawatan dan sebagai

acuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman

mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II.
DAFTAR PUSTAKA

Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan.
Boule et al. (2018). Effects of exercise on glycemic and body mass in type
Diabetes Melitus: A meta-analysis of controlled clinical trialse. Jama,
286,(10): 1218-1227.
Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC. 2018. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.
Doengoes, M. E, Et. Editor Monica. (2018). Nursing Care Plans Guidelines For
Planning And Documenting Patient Care.American
Fakultas Kedokteran. (2018). Basic Physical Examination: Teknik Inspeksi,
Palpasi, Perkusi dan Auskultasi, (0271).
Fatmawaty, Desi. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus
Dengan Masalah Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit Di RSUD Dr
Harjono Ponorogo. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Ponorogo. Diakses pada tanggal 20 September 2020
Hardika (2018). Penurunan Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe
Melalui Senam Kaki Diabetes. Medisains.
Helmawati. 2021. Cegah Diabets Sebelum Terlambat. Editor Herman Adamson.
Yogyakarta : Healthy. Diakses pada tanggal 20 Juli 2021.
IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas Ninth Edition 2019. International Diabetes
Federation. (Kementerian Kesehatan RI., 2020)
Irawan, Qonita P., Utami, Kurniati D., Reski, Sepsina., Saraheni (2022),
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar HbA1c pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Abdoel Wahab
Sjahranie. Samarinda
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan
NANDA NIC NOC. Jakarta: TIM.
Notoatmodjo,S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

80
81

Perkeni, (2021). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. PB.PERKENI.
SDKI (2021). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP
PPNI
SIKI . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP
PPNI
SLKI . (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP
PPNI. Riskesdas.(2018). Angka Kejadian Diabetes Melitus Di Kalimantan
Timur.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/info datin
Soegondo. (2019). Penatalaksanaan Diabetes Terpadu sebagai Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter maupun Educator
Diabetes. Jakarta:FKUI.
Yunir & Soebardi. (2019). Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai