Anda di halaman 1dari 146

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

OLEH:

Nama :TRI WINARTI

NIM : PO7220116033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2018
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada Jurusan


Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

OLEH:

Nama :TRI WINARTI

NIM : PO7220116033

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2018
Arnbimb›ng

Dr H i fiedab ¥rahsutri. S Pd 3rt.Kes

Nx. Ni lam N .'i Ke-I, ,H.has

kdcngetahui.

Ns Andi l.is AG 5 kza Int kcD


NiP : I46@i3 29I9W0? I
h : 4DI4 i401

kms Ealizusmo Tirnur

Hi lJ/ri Kali, S. Pd., kt


K,c hIlF: I@gf2T 81d
iL01
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri
Nama : Tri Winarti
Tempat/tanggal lahir : Tenggarong, 22 Juni 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Durian Menok, RT. 06, Kelurahan Bukit-biru,
Kecamatan Tenggarong

B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2004-2010 : SDN 002 Tenggarong
2. Tahun 2010-2013 : SMP Kosgoro 2 Tenggarong
3. Tahun 2013-2016 : SMAN 2 Tenggarong
4. Tahun 2015-Sekarang : Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan
Samarinda
Poltekkes Kemenkes Kaltim
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan

propsal ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carsinoma

Mammae di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.

Penulisan proposal ini disusun sebagai syarat untuk pengantar Ujian Akhir

Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kemenkes Kaltim. Penulis

menyadari segala kekurangan dalam penulisan ini, namun atas bantuan baik moril

maupun materil dari berbagai pihak dapatlah terpenuhi segala kelengkapan dan

penulisannya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberi

bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Supriadi B. S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Ibu Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M. Kes selaku ketua jurusan keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ibu Ns. Andi Lis AG, S. Kep., M. Kep selaku ketua Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ibu Dr. Hj. Endah Wahyutri, M.Kes selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini hingga selesai.


5. Ibu Ns. Nilam Noorma, S. Kep., M.Kes selaku dosen pembimbing

pendamping telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulisan

karya tulis ilmiah ini hingga selesai.

6. Ibu Ns. Jasmawati, S.Kep., M.Kes selaku dosen penguji utama yang

memberikan masukan ilmu dan bantuan serta arahannya.

7. Kepala Ruangan Aster beserta staf, yang telah memberikan kesempatan dan

bantuan kepada penulis dalam melaksanakan studi kasus pada pasien

Carsinoma mammae.

8. Ny. S beserta keluarga yang bersedia menjadi pasien dalam karya tulis ilmiah

ini.

9. Ny. S.A beserta keluarga yang bersedia menjadi pasien dalam karya tulis

ilmiah ini.

10. Staf Dosen D-III Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

11. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas – tugasnya semasa kuliah.

Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kaltim Jurusan Keperawatan Prodi D III Keperawatan angkatan 2016

khususnya tingkat IIIA yang telah memberi dukungan, masukan, juga kritik

untuk laporan ini.


Semoga arahan, saran dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

ibadah dan memperoleh balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis

menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

penulisan proposal ini.

Samarinda, Juni 2019

Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CARSINOMA MAMMAE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA

Tri winarti 1), Endah Wahyutri 2), Nilam Noorma 3)


1)
Mahasiswa Prodi Diploma III Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim
2)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim

ABSTRAK
Pendahuluan : Carsinoma mammae/kanker payudara adalah kelainan atau
kacaunya pertumbuhan sel-sel di duktus atau lobus payudara. Penelitian ini
bertujuan untuk memepelajari dan memahami secara mendalam mengenai asuhan
keperawatan pada pasien carsinoma mammae di Rumah Sakit Umum Daerah
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
Asuhan Keperawatan dengan mengambil satu kasus sebagai unit analisa. Unit
analisa adalah dua responden pasien carsinoma mammae di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Metode pengambilan data
menggunakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Intrumen pengumpulan data menggunakan
format pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi sesuai
ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Analisa data secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan analisa data diperoleh pada pasien 1 dan
pasien 2 terdapat masalah keperawatan yang sama, yaitu nyeri kronis dan
gangguan pola tidur. Masalah keperawatan yang berbeda antar pasien, yaitu pada
pasien 1 muncul pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi,gangguan mobilitas fisik,
defisit perawatan diri dan pada pada pasien 2 muncul gangguan integritas kulit,
gangguan citra tubuh, ansietas, ganggian pola tidur, resiko infeksi.
Kesimpulan dan Saran : Setelah dilakukan perawatan kurang lebih 3 hari pada
kedua pasien terdapat 4 masalah keperawatan yang teratasi dengan baik, 4
masalah keperawatan yang teratasi sebagian dan 4 maslah keperawatan tidak
teratasi. Di harapkan untuk peneliti selanjutnya, agar dapat memperpanjang
waktu dalam memberikan asuhan keperawatan pasien carsinoma mammae
sehingga hasil yang didapat lebih optimal.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Carsinoma mammae, Masalah keperawatan.


DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan.........................................................................................i

Halaman SampulbDalam.......................................................................................ii

Halaman Pernyataan..............................................................................................iii

Halaman persetujua...............................................................................................iv

Halaman pengesahan..............................................................................................v

Kata Pengantar..........................................................................................................vi

Daftar Isi..................................................................................................................viii

Daftar tabel................................................................................................................x

Daftar Lampiran.......................................................................................................xi

Daftar Singkatan.......................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................7
1.4 Manfat Penulisan................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis.......................................................................................7
1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Praktik..........................................................................7
1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan....................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAK

4.1 Konsep Dasar Kasus..........................................................................................9


2.1.1 Definisi Kanker Payudara................................................................................9
2.1.2 Etiologi............................................................................................................9
2.1.3 Tanda dan Gejala............................................................................................13
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................14
2.1.5 Klasifikasi.......................................................................................................14
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................17
2.1.7 Penatalaksanaan..............................................................................................17
2.1.8 Komplikasi......................................................................................................20
2.1.9 Skrining...........................................................................................................20
4.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................22
2.2.1 Pengkajian.......................................................................................................22
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................................28
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................30
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................................35
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................................35
2.2.6 Dokumentasi...................................................................................................36
BAB III MENOTE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penulisan........................................................................................37


3.2 Subjek Studi Kasus...........................................................................................37
3.3 Batasa Istilah.....................................................................................................37
3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus.........................................................................38
3.5 Prosedur Studi Kasus........................................................................................38
3.6 Teknik dan Isntrumen Pengumpulan Data........................................................39
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................39
3.6.2 instrumen Pengumpulan Data.........................................................................40
3.7 Keabsahan Data.................................................................................................40
3.8 Analisis Data.....................................................................................................40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hail....................................................................................................................41
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi..................................................................................41
4.1.2 Pengkajian.......................................................................................................42
4.1.3 Diagnosa.........................................................................................................53
4.1.4 Perencanaan Keperawatan..............................................................................58
4.1.5 Pelaksanaan keperawatan...............................................................................64
4.1.6 Evaluasi Keprawatan......................................................................................77
4.2 Pembahasan.......................................................................................................88
4.2.1 Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan Deformitas Dinding Dada
(D.0005)..........................................................................................................90
4.2.2 Nyeri Kronis Berhubungan dengan Infiltrasi Tumor (D.0078)......................92
4.2.3 Defisit Nutrisi Berhubungan dengan Ketidakmampuan Mengabsorbsi
Nutrien Ke Jaringan (D.0019)........................................................................95
4.2.4 Gangguan Integritas Kulit/jaringan Berhubungan dengan Efek Samping
Terapi Mastektomi (D.0129)..........................................................................97
4.2.5 Ansietas Berhubungan dengan Krisis Situasional (D.0080)...........................98
4.2.6 Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Penurunan Kekuatan Otot
(D.0054).........................................................................................................100
4.2.7 Gangguan Citra Tubuh Berhubungan dengan Perubahan Struktur/bentuk
Tubuh (D.0083).............................................................................................102
4.2.8 Gangguan Pola Tidur Berhubungan dengan Kurangnya Kontrol Tidur
(D.0055).........................................................................................................104
4.2.9 Defisit perawatan diri Berhubungan dengan kelemahan (D.0109)...............106
4.2.10 Resiko Infeksi Berhubungan dengan Faktor Risiko Efek Prosedur Invasif
(D.0142)......................................................................................................107
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................111

5.2 Saran.................................................................................................................113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRA – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1...................................................................................................................29

Tabel 4.1...................................................................................................................42

Tabel 4.4...................................................................................................................44

Tabel 4.3...................................................................................................................46

Tabel 4.4...................................................................................................................48

Tabel 4.5...................................................................................................................48

Tabel 4.6...................................................................................................................49

Tabel 4.7...................................................................................................................51

Tabel 4.8...................................................................................................................52

Tabel 4.9...................................................................................................................53

Tabel 4.10.................................................................................................................55

Tabel 4.11.................................................................................................................58

Tabel 4.12.................................................................................................................61

Tabel 4.13.................................................................................................................64

Tabel 4.14.................................................................................................................70

Tabel 4.15.................................................................................................................77

Tabel 4.16.................................................................................................................82
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Lembar Persetujuan (informed concent)

Lampiran 2 Lembar Monitor Hamilton Rating Scale For Anxiety (Hars)

Lampiran 3 Surat Persetujuan Pelaksanaan Riset Keperawatan

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Proposal

Lampiran 5 Dokumentasi
DAFTAR SINGKATAN

BRCA : Brest care Susceptibility Gene

CBE : Clinical Breast Examination

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

CT : Computed Tomography

GCS : Glosgow Coma Scale and Score

GLOBOCAN : Global Burden Cancer

HARS : Hamilton Rating Scale For Anxiety

HIV : Human Immunodeficiency Virus

IARC : International Agency For Research On Cancer

IGFs : Insulin Like Growth Factors

MRI : Magnetic Resonance Imaging

MRM : Mastektomi Radikal Modifikasi

NRS : Numeric Rating Scale

NSAID : Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs

PQRST : Provokate Quality Region Saver Timing

SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri

SADANIS : Pemeriksaan Payudara Klinis

SEER : Surveilance Epidemiology and Result

TBC : Tuborculosis

USG : Ultrasonografi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan tumor ganas pada

payudara yang menginvasi daerah sekitar payudara dan menyebar keseluruh

tubuh (American Cancer Society, 2014). Kanker payudara secara global

menyebabkan angka kematian tertinggi untuk wanita dan epidemiologinya

menyebar merata tanpa terkendali, prevelensi angka kejadian kanker payudara

cukup tinggi mulai dari luar negeri sampai dalam negeri.

Menurut data GLOBOCAN, International Agency For Reserch On Cancer

(IARC) (2012), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru

kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Kasus kanker

pada penduduk laki-laki dan perempuan dengan persentase kasus tertinggi,

kanker payudara 43,3%, kanker prostat 30,7%, dan kanker paru 23,1%.

Sementara itu untuk kasus kanker yang dialami penduduk laki-laki, kanker paru

ditemukan pada penduduk laki-laki yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian

akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk

perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama yaitu sebesar

43,3% dan kematian akibat kanker payudara 12,9%. Menunrut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2013 setiap 11 menit ada satu penduduk yang

meninggal karena kanker, termasuk didalamnya kanker payudara. Serta


diprediksi oleh estimasi Interational Agency For Research of Cancer, pada tahun

2020 akan ada 1,15 juta kasus baru

kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak 70% kasus baru dan 55%

kematian terjadi di negara berkembang.

Di Indonesia kanker payudara berada diurutan nomor dua setelah kanker

leher rahim jumlah pasien kanker payudara didapatkan prevelensi sebesar 26 per

100.000 wanita, penderita sekitar 60-70% datang pada stadium tiga, yang

kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).

Tigginya jumlah kanker payudara di Indonesia disebabkan karena

perubahan gaya hidup masyarakat. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan

tingginya kejadian kanker di Indonesia menurut jenis kelamin yaitu pada laki-

laki prevensi merokok 56,7%, sering konsumsi makanan berlemak 39,4%, sering

konsumsi makanan hewani berpengawet 4,4%, kurang konsumsi sayur dan buah

96,9%, sering konsumsi makanan dibakar atau dipanggang 4,7%, kurang aktivitas

26,3%. Sedangkan pada perempuan prevelensi meroko 1,9%, sering konsumsi

makanan berlemak 41,9%, sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,2%,

kurang konsumsi sayur dan buah 96,6%, sering konsumsi makanan dibakar atau

dipanggang 4,4%, kurang aktivitas 25,8% (Riskesdas, 2013). Faktor risiko tinggi

penyebab kanker payudara meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga,

genetik, siklus mentruasi, melahirkan dan riwayat kanker sebelumnya (Breast

Care Indonesia, 2017). Di Indonesia jenis penanganan yang dilakukan pada

pasien kanker termasuk didalamnya kanker payudara, tercatat pada tahun 2018
tertinggi pembedahan 61,8%, kemotrapi 24,9%, radiasi atau penyinaran 17,3%

(Riskesdas, 2018).

Di Kalimantan Timur pada tahun 2013 etimasi jumlah kasus penderita

kanker payudara sejumlah 1.879 kasus (Riskesdas, 2013). Di Kalimantan Timur

berdasarkan deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan Clinical Breast

Examination (CBE) pada 180 puskesmas yang berjumlah 569.767 perempuan

umur 30-50 tahun diperoleh hasil benjolan atau tumor di payudara sebanyak 49

orang (0,81%) (Profil Kesehatan Kalimantan Timur, 2015).

Di Samarinda tepatnya di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, tahun

2014 tercatat 10 macam penyakit kanker pada 750 pasien rawat inap, tertinggi

kanker payudara sebanyak 216 orang dan data pada bulan Agustus hingga

Desember 2014 tercatat 55 orang pasien baru dengan kanker payudara yang

dirawat di ruangan kemoterapi. Terbanyak kelompok usia 41-49 tahun dengan

jumlah 20 orang, usia 50-59 tahun dengan jumlah 15 orang, usia 30-40 tahun

dengan jumlah 12 orang dan usia 60-69 tahun dengan jumalah 7 orang (Rekam

Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2015). Menurut penelitian Noorhidayah

(2015), di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda diproleh dari 10 responden

dengan kejadian kanker payudara 72,1% dipengaruhi oleh usia responden

pertama haid, usia responden saat pertama melahirkan dan riwayat kanker dalam

keluarga sedangkan 27,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Prevelensi pasien kanker

payudara yang berkunjung rawat jalan dan rawat inap di RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda mengalami peningkatan, dilihat dari data pada tahun 2016

pasien kanker payudara yang menjalani rawat jalan berjumlah 1001 orang, pasien
kanker payudara yang menjalani rawat inap berjumlah 262 orang dan pasien yang

meninggal karena kanker payudara berjumlah 33orang, sedangkan pada tahun

2017 pasien kanker payudara yang menjalani rawat jalan meningkat menjadi

1901 orang, pasien kanker payudara yang menjalani rawat inap meningkat

menjadi 451 orang, dan pasien yang meninggal karena kanker payudara

berjumlah 32 orang (Profil RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2017).

Kanker payudara akan berdampak pada penderita baik secara fisik maupun

pisikologis. Dampak fisik yang ditemukan berupa kerontokan rambut akibat

kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat kurang nutrisi, gangguan

integritas kulit akibat terapi radiasi, nyeri pada massa yang membesar, dan

gangguan nafsu makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oetami,dkk

(2014), dampak kanker payudara dan pengobatannya terhadap aspek pisikologis

akan memberikan dampak ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri

menurun, setres, amarah dan ancaman body image.

Pasien kanker payudara biasannya mengalami nyeri. Nyeri dari penyakit

kanker payudara dapat berupa nyeri akut maupun nyeri kronik. Keluhan nyeri

kronik merupakan keluhan yang paling menakutkan bagi penderita kanker

payudara. Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit biasanya diberikan terapi

farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID (Non-Steroid Anti Inflamasi

Drugs) (Astuti, 2016).

Dampak dari kecemasan bisa meningkatkan rasa nyeri pada pasien kanker

payudara. Efek kecemasan pada pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa

nyeri, mengganggu kemampuan tidur, meningkatkan mual dan muntah setelah


kemotrapi, juga terganggunya kualitas hidup diri sendiri (Mohammed S., dkk,

2012). Kecemasan yang terjadi pada pasien kanker yang menjalani kemotrapi

bisa mengakibatkan pasien menghentikan kemotrapinya, untuk mengurangi

kecemasan dapat mengajarkan teknik relaksasi, memberi dukungan dan motivasi,

serta mendorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik (Pratiwi, 2017).

Kanker payudara bukanlah kasus yang dapat diabaikan karena prevelensi

kejadian kanker payudara yang tinggi maka diperlukan solusi yang tepat untuk

menghadapi kanker payudara baik cara penatalaksanaan kanker payudara maupun

pencegahannya. Secara garis besar penatalaksanaan kanker payudara dibagi

menjadi dua, terapi lokal yaitu berupa konservatif, mastektomi dengan

rekontruksi, mastektomi dengan radikal yang dimodifikasi. Yang kedua yaitu

terapi sistemik yang berupa kemotrapi dan terapi radiasi (Astana, 2009). Upaya

pencegahan tersebut berupa dengan edukasi pemeriksa payudara sendiri

(SADARI) dan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) (Kemkes RI, 2017).

SADARI dan SADANIS bertujuan untuk menemukan benjolan pada

payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secara dini (Kemenkes

RI, 2015). Selain dari SADARI dan SADANIS pemeriksaan yang akurat bisa dari

mammografi. Keefektifan mammografi dalam mendeteksi kanker payudara

sekitar 90%. Mammografi mendeteksi kanker payudara kecil dalam 2 tahun

sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan adanya massa payudara yang

mencurigakan biopsi harus dilakukan meskipun sudah ada hasil mamografi

karena mamografi tidak bisa mendeteksi kanker payudara sangat padat (Martin

dan Griffin, 2014).


Pasien yang menderita kanker payudara sangat penting membutuhkan

perawatan berupa asuhan keperawatan. Perawat sebagai salah satu anggota tim

yang terlibat langsung dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga harus

bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien

dengan memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif,

melalui proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi tindakan keperawatan,

evaluasi tindakan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.

Dari data tersebut diatas menunjukan prevelensi penyakit kanker payudara

yang cukup tinggi di dunia, di Indonesia dan di Kalimantan Timur khususnya di

Samarinda, serta dampak dari penyakit tersebut yang sangat luarbiasa, maka

penulis tertarik untuk menuangkan hal tersebut didalam karya tulis ilmiah

sehingga dapat lebih memahami dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan

pada pasien kanker payudara secara holistik dan komprehensif dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carsinoma Mammae di Rumah Sakit

Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

pada studi kasus karya ilmiah ini, yaitu bagaimana asuhan keperawatan pada

pasien dengan Carsinoma mammae secara holistik dan komprehensif di Rumah

Sakit Umumm Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ?


1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan Carsinoma mammae secara holistik dan komprehensif.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji pada pasien Carsinoma mammae

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Carsinoma mammae

secara holistik dan komprehensif

1.3.2.3 Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae

1.3.2.4 Melaksanakan implementasi keperawatan yang sesuai dengan

perencanaan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae

1.3.2.5 Mengevaluas tindakan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae

1.3.2.6 Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada pasien Carsinoma

mammae

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis

Menambah informasi dan menambah wawasan penulis dalam

mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae meliputi

pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun perencanaan, melaksanakan

intervensi, mengevaluasi tindakan, dan mendokumentasikan tindakan.


1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Praktik

Studi kasus karya tulis ilmiah ini diharapkan menjadi masukan untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae secara holistik

dan komprehensif.

1.4.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat

untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan maternitas khususnya

mengenai asuhan keperawatan pada pasien Carsinoma mammae.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Definisi Kanker Payudara

Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam

pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel

normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh darah

(Nurarif, 2015).

Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel-

sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang

memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang

menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan

berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar

ke pembuluh darah (Putra, 2015).

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak

normal. Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak terkendali

serta dapat tumbuh lebih lanjut menyebar ke bagian tubuh lainnya.

2.1.2 Etiologi

Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker

payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik. Kanker

payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi

duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma

insitu dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga

berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron

mengalami perubahan dalam lingkungan seluler).

Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker

payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan

faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

2.1.2.1 Faktor risiko yang dapat diubah

1) Obesitas

Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak

dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen,

jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih

tinggi yang meningkatkan risiko kanker payudara.

2) Pecandu alkohol

Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah,

seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen.

Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

3) Perokok berat

Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada

perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ –

organ tubuh. Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok

membunuh 560 oranng di seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari
3800 zat kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu

kanker).

4) Stres

Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi

yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit

fisik dapat mudah menyerang.

5) Terpapar zat karsinogen

Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap

tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara

(Depkes, 2015).

2.1.2.2 Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Faktor genetik atau keturunan

Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen

yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest

Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2) yang

terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya

mencapai 5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker

payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen

BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1

berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara sedangkan

BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.

2) Faktor seks atau jenis kelamin


Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara, tetapi

laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki

memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu

pertumbuhan sel kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah

lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.

3) Faktor usia

Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker payudara.

presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia 30-39 tahun

berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69

perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%,

usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia

seseorang kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena

kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk

beregenerasi sel menurun.

4) Riwayat kehamilan.

Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker

payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur

(belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan

mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami

kematuran sel pada payudaranya dan menurunkan risiko kanker payudara.

5) Riwayat menstruasi

Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12

tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara.
Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas 55

tahun. Setelah wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh tidak

terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang

dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.

6) Riwayat menyusui

Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu tahun,

berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui, sel payudara

menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami

penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh

sehingga menurunkan risiko kanker payudara.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa

tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada kulit

atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas atau

tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada puting atau terjadi

retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak simetris,

dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang menderita Carsinoma mamme

biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan

berat badan menurun menunjukan adanya metastase (Nurarif, 2015).


2.1.4 Patofisiologi

Faktor predisposisi dan


resiko tinggi hiperplasi
pada sel maameMendesak sel syaraf Interupsi sel syaraf
Gangguan pola tidur (D.0055)
Nyeri (D.0077)

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke jaringan Ca


Mendesak pembuluh darah

Aliran darah terhambat Hipoksia


Menekan jaringan pada
Hipermetabolisme ke jaringan Nekrosis jaringan
maame
Penurunan hipermetabolisme jaringan
Peningkatan konsistensi maame
Bakteri patogen

Penurunan berat badan


Resiko infeksi
(D.0142)
Defisit nutrisi (D.0019)

Peningkatan konsistensi maame Ukuran maame abnormal Kesulitan dalam bergerak

Massa tumor mendesak kejaringanMamae ansimetris


Gangguan citraDefisit pengetahuan
(D.0111)
tubuh (D.0083)Ansietas (D.0080)

Perfusi jaringan terganggu Infiltrasi pleura peritalr


ulkus

Ekspansi paru menurun


Kerusakan integritas kulit /jaringan Gangguan mobilitas fisik
(D.0129) Pola nafas tidak efektif (D.0054)
(D.0005)

(Nurarif, 2015)
2.1.4 Klasifikasi

Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker

payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s

disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)

2.1.5.1 Kanker payudara non-invasive

Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,

kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya

disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum

menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.

2.1.5.2 Kanker payudara invasive

Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan

jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong

susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase

seperti ke jaringan kelenjar limfe.

2.1.5.3 Paget’s Disease

Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit

areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan

mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak

disertai dengan massa.


Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National

Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam

NANDA, 2015).

2.1.2.1 Stadium 0

Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah

bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup

99% selama 5 tahun kedepan.

2.1.2.2 Stadium I

Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar

getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup 92%

selama 5 tahun kedepan.

2.1.2.3 Stadium IIA

Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di

kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah-

pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82% selama

5 tahun kedepan.

2.1.2.4 Stadium IIB

Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker

ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat

berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.

2.1.2.5 Stadium IIIA


Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah

bening melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh

dan memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.

2.1.2.6 Stadium IIIB

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan,

juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory

breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup

44% selama 5 tahun kedepan.

2.1.2.7 Stadium IV

Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau

bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,

atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5 tahun

kedepan.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)

2.1.5.1 Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi

metastatik dan evaluasi.

2.1.5.2 Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.

2.1.5.3 Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum

kanker dapat dipalpasi.


2.1.5.4 Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer

Susceptibility Gene).

2.1.5.5 USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.

2.1.5.6 Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penangan pada pasien kanker payudara meliputi:

2.1.8.1 Mastektomi

Mastektomi adalah pmbedahan yang dilakukan untuk mengangkat

payudara.

Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7 yaitu:

1) Mastektomi radikal luas

Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.

Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae internal.

Operasi ini jarang dilakukan

2) Mastektommi radikal (haisted klasik)

Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit yang

bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan minor

diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis ditinggalkan.

3) Mastektomi radikal modifikasi

Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila

diangkat,vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.

4) Mastektomi sederhana (total)


Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.

Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi

radikal.

5) Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)

Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan

kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.

6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal

Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,

memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.

7) Mastektomi subkutan

Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah

payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan

jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon disisipkan,

baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.

2.1.8.2 Radioterapi

Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel

kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai

efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna

kulit di sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun


sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan

lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).

2.1.8.3 Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.

Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang

kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi

adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh

obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).

2.1.8.4 Terapi Hormonal

Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok

kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker payudara (Putra,

2015).

2.1.8.5 Lintas metabolisme

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan

resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang

diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolisme

tulang, menunjukan evektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker

payudara menuju tulang. Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang

dapat menimbulkan efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi

ginjal (Nurarif, 2015).

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium lanjut

atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk menjadi

kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk menjamin aliran

balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat karena nodus

eksilaris dan sistem limfe diangkat.

2.1.9 Skrining

Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang atau

kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang mungkin

kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining juga

ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan

menjadi efektif dengan demikian menurunkan mortalitas dan memperbaiki

kualitas hidup.

Tindakan untuk skrining antara lain sebagai berikut:

2.1.9.1 Pemeriksa payudara sendiri (SADARI)

SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan terhadap

kondisi payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi dengan langkah-langkah

khusus

untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara untuk mengetahui

perubahan-perubahan yang terjadi pada payudara. SADARI dilakukan setiap

bulan sekitar 7-10 hari setelah mentruasi (Putra, 2015).

2.1.9.2 Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)


Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

profesional dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri biasanya dilakukan

setiap setahun sekali. Pemeriksaan SADANIS sangat penting untuk umur 40

tahun lebih saat risiko kanker payudara mulai meningkat, untuk perempuan usia

20-30an tahun di anjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan ini disamping

tenaga kesehatan menguatkan SADARI (Martin dan Griffin, 2014).

2.1.9.3 Termografi (clinical infrared imaging)

Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan mencatat

perubahan suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal inframerah digital

digunakan dalam skrining kanker payudara, menggunakan kamera termal

inframerah untuk memotret area suhu yang berbeda di sekitar payudara. Area

payudara yang terkena kanker biasanya memiliki suhu lebih tinggi yang akan

terdeteksi melalui prosedur termografi.

2.1.9.4 Mammografi

Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang menggunakan

sinar X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari 90% kanker payudara

dapat terdeteksi dengan mammografi tetapi hanya 20% sampai 50% lesi pada

payudara hanya dapat terdeteksi oleh mammografi. Mammografi lebih dini

menemukan kanker yang lebih kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat

dipalpasi, dengan lebih sedikit metastase ke nodus limfe (Martin dan Griffin,

2014). Skrining mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia 40 tahun


dengan resiko standar dan untuk wanita yang berisiko tinggi dapat dilakukan

pada umur 25 tahun.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien dalam upaya

memenuhi kebutuhan dasar pasien dan membantu pasien untuk mendapatkan

kesehatan yang optimal. Proses keperawatan mencakup tahap-tahap pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi dan

dokumentasi (Martin dan Griffin, 2014).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

upaya untuk mengumpulkan data pasien secara lengkap dan sistematis mulai dari

pengumpulan data, identitas pasien, dan validasi status kesehatan pasien.

Pengkajian bertujuan untuk menegaskan drajat kesehatan atau kesakitan pasien

dan untuk mendiagnosa kemungkinan masalah (Martin dan Griffin, 2014).

Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa lama

muncul massa, penebalan massa atau gejala kanker lain dan apakah telah

mengalami perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara, rabas dari puting,

adanya ruam, atau eksem pada puting, riwayat trauma pada payudara, dan riwayat

keluarga memiliki penyakit kanker (Martin dan Griffin, 2014).

Pengkajian dalam proses keperawatan meliputi:

2.2.1.1 Anamnesis
Anamnesis atau wawancara merupakan metode pengumpulan data secara

langsung antara perawat dan pasien. Data wawancara merupakan semua

ungkapan perasaan yang dirasakan pasien atau orang lain yang berkepentingan

termasuk keluarga pasien, teman dan orang terdekat pasien.

Data yang mencakup wawancara meliputi:

1) Identitas pasien

Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia, suku/bangsa,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk

rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.

2) Keluhan utama

Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk rumah

sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama pada pasien dengan kanker

payudara dapat nerupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara,

keluar cairan pada puting, kemerahan pada payudara, payudara terasa restraksi.

3) Riwayat penyakit

(1) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum terjadinya

keluhan utaman sampai terjadi keluhan utama dan hingga pada saat pengkajian.

Riwayat kanker payudara dari tanda gejala munjul, penetapan biopsi, keluhan

yang paling dirasakan hingga penanganan yang sudah diberikan untuk menangani

keluhan tersebut.

(2) Riwayat penyakit terdahulu


Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita

oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.

(3) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota kelurga

pasien yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun seperti

penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits B, penyakit

kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki riwayat kanker payudara.

(4) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Prilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas atau prilaku

sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien, seperti

peminum alkohol atau tidak, merokok atau tidak, ketergantungan obat-obatan

atau tidak, dan bagaimana dengan aktivitas berolahraga.

4) Data pisikososial

Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki

pasien, persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui apakah

terjadi gangguan konsep diri pada pasien.

5) Personal hygine

Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,

kramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.

6) Pengkajian spiritual

Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah

selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan guna untuk

mencari ketenangan hidupnya.

2.2.1.2 Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat

kondisi pasien maupun lingkungan sekitar pasien atau respon pasien dengan

penyakit kanker, biasanya terdapat nyeri sehingga respon pasien terlihat meringis

menahan nyeri.

2.2.1.3 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan

menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki

untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu sistem.

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi dan

perkusi:

Pemeriksaan fisik meliputi:

Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien dalam

keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma. Pemeriksaan tanda-tanda vital

untuk mendapatkan data objektif dari keadaan pasien, pemeriksaan ini meliputi

tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah denyut nadi.

Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi

pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah ,

warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,

konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, lapang pandang

penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga


kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi,

keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid,

kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi

karotis.

Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi

kulit seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola

maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak

oedem, dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian

payudara). Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan pengkajian luka meliputi

jenis luka, panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil

(biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar

getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara

simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu pernafasan dan

lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal premitus), perkusi

(melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi (penilaian suara nafas,

suara uacapan suara).

Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi melihat

bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan palpasi

menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jangtung, auskultasi

mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung tambahan ada atau tidak. Cantumkan

juga apakah pasien menggunakan alat bantu pernapasan


Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen, ada atau

tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh darah), auskultasi (bising usus

dengan hasil yang normal 5-35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak massa, ada

atau tidak pembesaran limfe dan line serta ada atau tidak nyeri tekan) dan perkusi

(penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika abdomen

terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes).

Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan bagian-bagian

genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia, kemempuan

berkemih, intake dan output cairan serta menghitung belance cairan.

Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot, kelainan

pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas.

Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban,

turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit serta berapa hasil

penilaian resiko dekubitus.

Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and score

(GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal, dan best motor,

pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif, orientasi

(tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu, san senetuhan),

pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta

pemeriksaan ferleks fisiologis.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai

keadaan kesehatan pada individu atau klompok (Martin dan Griffin, 2014).
Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat

mengumpulkan data-data untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari

keadaan penyakit dalam diagnosa medis.

Setelah melakukan pengkajian keperawatan dan timbul diagnosa yang

tepat. Menurut Martin dan Griffin (2014), diagnosa keperawatan pada pasien

kanker payudara meliputi: defisiensi pengetahuan berhubugan dengan tes yang

dilakukan dan penanganan yang dipilih, gangguan citra tubuh berhubungan

dengan kemungkinan kehilanga bagian tubuh atau fungsi tubuh, gangguan harga

diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh atau feminitas, kecemasan

berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, nyeri berhubungan dengan

insisi bedah pascaoperasi, ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang

berpengaruh pada aktivitas, gangguan proses keluarga berhubungan dengan

dampak penyakit pada keluarga dan perubahan pola seksualitas berhubungan

dengan ketakutan akan penolakan dari pasangan.

Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

kanker payudara yaitu:

2.2.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada,

hambatan upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas). Kategori: fisiologi,

subkategori: respirasi, kode: D.0005.

2.2.2.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi. kategori:

pisikologi, subkategori: nyeri dan kenyamanan, kode: D.0077.

2.2.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrien ke jaringan. Kategori: fisiologi, subkategori: Nutrisi dan cairan


Kode: D.0019.

2.2.2.4 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik

(penekanan massa kanker). Kategori: lingkungan, subkategori:

keamanan dan proteksi, kode: D.0139.

2.2.2.5 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Kategori: fisiologi,

subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0054.

2.2.2.6 Gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk

tubuh. Kategori: psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0083.

2.2.2.7 Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian. Kategori:

psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0080.

2.2.2.8 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.

Kategori: fisiologi, subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0055.

2.2.2.9 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Kategori: perilaku, subkategori: penyuluhan dan pembelajaran, kode:

D.0111.

2.2.2.10 Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif.

Kategori: lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi, kode:

D.0142.

2.2.3 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan

penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk

meningkatkan hasil klien/pasien (NANDA, 2015).


Membuat intervensi keperawatan membutuhkan keterampilan meliputi,

penetapan prioritas, penetapan tujuan klien (dalam prilaku yang dapat diukur) dan

kriteria hasil serta menetukan tindakan keperawatan (Martin dan Griffin, 2014).

. Membuat prioritas masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang

telah dirumuskan sebelumnya karena tidak semua diagnosa keperawatan

diselesaikan secara bersama. Menentukaan tujuan, tujuan ada dua yaitu tujuan

jangka panjang untuk mengatasi masalah secara umum dan tujuan jangka pendek

untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan

mencakup SMART yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurabel

(dapat diukur), achievable (dapat dicapai bersma pasien ), realistic (dapat dicapai

dan nyata), dan timing (harus ada target waktu).

Tabel 2.2
Intervensi keperawatan pada pasien kanker payudara

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (NOC) (SIKI)
1. Kategori : fisiologi  Respiratory status Manajemen pernafasan
Subkategori : respirasi : ventilasi dan pemantauan respirasi
Kode : D.0005  Respiratory status 1.1 Monitor pola nafas
Pola nafas tidak efektif : airway patency (frekuensi,
berhubungan dengan  Vital sign status kedalaman, usaha
deformitas dinidng dada, hambatan Tujuan : pola nafas nafas)
upaya nafas (misalny nyeri saat menjadi efektif 1.2 Monitor saturasi
bernafas) Kriteria hasil : oksigen
RR dalam batas normal 1.3 Posisikan semi
Dibuktikan dengan : (16 – 24x/menit), jalan fowler atau fowler
Mayor nafas paten, suara nafas Berikan oksigen
DS: vasikuler, pola nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas normal, irama nafas
DO: reguler, tidak ada suara
- Penggunaan otot bantu nafas tambahan
pernafasan
- Fase ekspirasi terlihat
memanjang
- Pola nafas
abnormal
(hiperventilasi)
Minor
DS:
- Pasien mengatakan sesak pada
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
posisi tidur saja
DO:
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter toraks anterior dan
posterior meningkat

2. Kategori : pisikologi  Pain level Manajemen nyeri


Subkategori : nyeri dan  Pain kontrol 2.1 Identifikasi lokasi,
kenyamanan Tujuan : nyeri hilang atau karakteristik, durasi,
Kode : D.0077 nyeri berkurang frekuensi, kualitas,
Nyeri akut berhubungan dengan Kriteria hasil : intensitas nyeri
agen cedera fisiologi - Skala nyeri berkurang 2.2 Identifikasi respon
(skala nyeri 2-3) nyeri non verbal
Dibuktikan dengan: - Klien mampu 2.3 Berikan analgesik
Mayor mengontrol nyeri dengan sesuai terapi
DS: manajemen nyeri non 2.4 Ajarkan teknik
- Pasien mengeluh nyeri farmakologi nonfarmakologis
- Pasien mengatakan sulit tidur - Klien mampu untuk mengurangi
DO: menyatakan nyaman nyeri
- Terlihat meringis setelah nyeri berkurang
- Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat

Minor
DO:
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri

3. Kategori : fisiologi  Nutrition status : food Manajemen nutrisi


Subkategori : Nutrisi dan cairan and fluid intake 3.1 Identifikasi status
Kode : D.0019  Weiht control nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan Tujuan : nutrisi terpenuhi 3.2 Monitor asupan
ketidakmampuan mengabsorbsi Kriteria hasil : makanan
nutrien ke jaringan - Tidak terjadi penurunan 3.3 Monitor berat badan
berat badan 3.4 Monitor hasil
Dibuktikan dengan: - Adanya peningkatan pemeriksaan
Mayor berat badan laboratorium
DS: - Tidak ada mual dan 3.5 Berikan medikasi
- Pasien mengatakan BB turun muntah sebelum atau sesudah
DO: - Mampu menghabiskan makan
- Berat badan turun minimal porsi makannya
- 10% dibawah rentang normal
Minor
DS:
- Pasien mengatakan cepat
kenyang
- Pssien mengatakan nafsu makan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
menurun
- Pasien mengatakan mual
muntah
DO:
- Membran mukosa pucat
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare

4. Kategori : lingkungan  Tissue integrity : skin Perawatan luka


Subkategori : keamanan dan and musous 4.1 Monnitor
proteksi Tujuan: Integritas kulit karakteristik luka
Kode : D.0139 membaik (mis. drainase,
Gangguan integritas kulit/jaringan Kriteria hasil: warna, ukuran, bau)
berhubungan dengan faktor - Menunjukan proses 4.2 Monitor tanda-tanda
mekanik (penekanan massa kanker) penyembuhan luka infeksi
- Kebersihan dan 4.3 Pertahankan teknik
Dibuktikan dengan : kelembapan kulit terjaga steril saat melakukan
Mayor - Kehangatan kulit merata perawatan luka
DS: 4.4 Ajarkan prosedur
- Pasien mengatakan nyeri perawatan luka
- Pasien mengatakan gatal secara mandiri
DO:
- Kerusakan jaringan dan lapisan
kulit
- Adanya ulkus
kanker Minor
DO:
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma

5. Kategori : fisiologi  Join movement : active Dukungan mobilisasi


Subkategori : aktivitas dan istirahat  Self care : ADLs 5.1 Monitor TTV
Kode : D.0054 Tujuan: Pergerakan sebelum meulai
Gangguan mobilitas fisik aktifitas fisik mobilisasi
berhubungan dengan nyeri meningkat Kriteria 5.2 Fasilitasi melakukan
hasil: mobilisasi fisikd
Dibuktikan dengan : - Klien meningkat dalam 5.3 Libatkan keluarga
Mayor aktifitas fisik untuk membantu
DS: - Memverbalisasi pasien dalam
- Pasien mengatakan sulit perasaan dalam meningkatkan
- menggerakan meningkatkan kekuatan pergerakan
. esktremitas DO: dan kemampuan 5.4 Jelaskan tujuan dan
- Kekuatan otot menurun berpindah. prosdur mobilisasi
Minor - Mengerti tujuan dari
DS: mobilisasi
- Pasien mengatakn nyeri saat
bergerak
DO:
- Fisik terlihat lemah
- Gerakan terbatas
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
6. Kategori : psikologi  Body image Promosi citra tubuh dan
Subkategori : integritas ego Tujuan : klien mampu koping
Kode : D.0083 beradaptasi dengan 6.1 Identifikasi
Gangguan cinta tubuh berhubungan perubahan tubuhnya kemampuan yang
dengan perubahan struktur/bentuk Kriteria hasil : dimiliki
tubuh - Body image positif 6.2 Monitor frekuensi
- Mampu mengidentifikasi pernyataan kritik
Dibuktikan dengan : kekuatan personal terhadap diri sendiri
Mayor 6.3 Anjurkan keluarga
DS: ter;ibat untuk
- Mengungkapkan kehilangan memotivasi pasien
bagian tubuh 6.4 Diskusikan
DO: perubahan tubuh dan
- Fungsi/struktur tubuh fungsinya
berubah/hilang
- Terlihat kehilangan bagian
tubuh
Minor:
DS:
- Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan
DO:
- Menghindari melihat atau
menyentuh bagian tubuh
- Respon nonverbal pada
perubahan bagian tubuh
- Hubungan sosial berubah

7. Kategori : psikologi  Anxiety self-control Anxiety reduction


Subkategori : integritas ego Tujuan : Ansietas Reduksi ansietas
Kode : D.0080 berkurang 7.1 Identifikas penyebab
Ansietas berhubungan dengan Kriteria hasil : ansietas
ancaman terhadap kematian klien mampu 7.2 Berikan terapi
mengidentifikasi dan relaksasi
Dibuktikan dengan : mengungkapkan prasaan 7.3 Anjurkan keluarga
Mayor cemas serta dapat untuk tatap bersama
DS: mengontrol cemas pasien
- Pasien mengatakan khawatir 7.4 Jelaskan prosedur,
dengan kondisinya termasuk sensasi
- Sulit berkonsentrasi yang akan dialami
- Pasien mengatakan sulit tidur
DO:
- Terlihat gelisah
- Terlihat tegang
Minor
DS:
- Pasien mengeluh pusing
DO:
- Frekuensi nadi menngkat
- Tekanan darah meningkat
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
8. Kategori : fisiologi  Pain level Dukungan tidur
Subkategori : aktivitas dan istirahat  Sleep : extent 8.1 Identifikasi faktor
Kode : D.0055 and pattern pengganggu tidur
Gangguan pola tidur berhubungan Tujuan : Pola tidur pasien 8.2 Monitor kuantitas
dengan kurang kontrol tidur efektif dan kualitas tidur
Kroteria hasil : pasien
Dibuktikan dengan : - Jumlah jam tidur dalam 8.3 Modifikasi
Mayor batas normal 6-8 lingkungan (mis.
DS: jam/hari kebisingan)
- Pasien mengatakan sulit tidur - Perasaaan segar setelah 8.4 Anjurkan menepati
- Pasien mengeluh pola tidur bangun tidur waktu tidur
berubah 8.5 Jelaskan
Mayor pentngnya waktu
DS: tidur
- Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun

9. Kategori : perilaku  Knowledge : disease Teaching : disease process


Subkategori : penyuluhan dan process 9.1 Kaji tingkat
pembelajaran Tujuan : pengetahuan pengetahuan pasien
Kode : D.0111 pasien meningkat mengenai penyakitnya
Defisit pengetahuan berhubungan Kriteria hasil : 9.2 Jelaskan patofisiologis
dengan kurang terpapar informasi - Pasien dan keluarga dari penyakit dengan
menyatakan cara yang tepat
pemahamannya tentang 9.3 Jelaskan tanda dan
penyakit, prognosisi dan gelaja penyakit
Dibuktikan dengan : pengobatan 9.4 Jelaskan kepada
Mayor - Pasien dan keluarga keluarga mengenai
DS: dapat menjelaskan cara skrining penyakit
- Pasien menanyakan masalah kembali apa yang 9.5 Sediakan informasi
pengobatan kanker dijelaskan oleh perawat mengenai kondisi
- Pasien menanyakan seputar dengan cara yang tepat
masalah yang sedang dihadapi
DO:
- Menunjukan persepsi yang
- kliru terhadap masalah
Minor
DO:
- Menunjukan prilaku berlebihan
(mis. apatis, agitasi)

10. Kategori : lingkungan  Immune status Pencegahan infeksi


Subkategori : keamanan dan  Knowledge : infection 10.1 Monitor tanda dan
proteksi control gejala infeksi lokal
Kode : D.0142 Tujuan : tidak terjadi dan sistemik
Resiko infeksi berhubugan dengan infeksi 10.2 Berikan perawatan
faktor resiko tindakan invasif Kriteria hasil : luka
Dibuktikan dengan : - Pasien terbebas dari 10.3 Berikan antibiotik
DO: tanda dan gejala sesuai terapi
- Pasien telah melakukan infeksi 10.4 Cuci tang an sesudah
tindakan mastektomi - Menunjukan proses dan sebelum kontak
- Terihat luka insisi panjang.. penyembuhan luka pasien dan
lebar... - Menunjukan lingkungan
kemampuan untuk
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
mencegah timbulnya 10.5 Jelaskan tanda dan
infeksi gejala infeksi

2.2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana

harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin dan

Griffin, 2014).

Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang

sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah melakukan

implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif maupun objektif

pasien.

2.2.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi

proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil

tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014).

Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan

tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.

Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua

tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari

SOAP (subjek, objektif, analisis dan planing). Subjek berisi respon yang

diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien respon-
respon tersebut didapat setelah perawat melakukan tindakan keperawatan.

Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah

keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau

belum teratasi. Sedangkan planing berisi perencanaan tindakan keperawatan yang

harus dilakukan selanjutnya.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan

tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan

sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika

klien menunjukan perubuahan pada sebagian kriteria hasil yang telah ditetapkan,

tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan dan tidak ada

kemajuan sama sekali.

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah kegiatan mencatat seluruh tindakan

yang telah dilakukan, dokumentasi keperawatan sangat penting untuk dilakukan

karena berguna untuk menghindari kesalahan, menhindari kejadian tumpang

tindih, memebrikan informasi ketidaklengkapan asuhan keperawatan, dan

terbinanya koordinasi antara teman sejawat atau pihak lain.


BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Rancangan Penulisan

Jenis penulisan karya tulis ilmiah ini adalah deskriptif dalam bentuk studi

kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien dengan

Carsinoma mammae (kanker payudara) secara holistik dan komprehensif.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

dan dokumentasi.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subjek dalam studi kasus ini adalah dua responden yang sedang dirawat di

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dengan diagnosa medis Carsinoma

mammae.

3.3 Batasan Istilah (Definisi Oprasional)

Pelaksanaan studi kasus pada karya tulis ilmiah ini dengan menerapkan

asuhan keperawatana pada pasien carsinoma Mamae (kanker payudara) dengan

masalah keperawatan secara holistik dan komprehensif.

Definisi oprasional pada studi kasus ini yaitu pasien carsinoma mammae

yang dirawat di RSUD Abdul Wahab Sjahranie yang telah terdiagnosa carsinoma

mammae stadium I, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV.


Alat ukur dalam studi kasus ini menggunakan format asuhan keperawatan

maternitas gangguan reproduksi yang terdiri dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, intervensi dan evaluasi.

3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus dilakukan di Ruangan Cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda selama 3-6 hari.

3.5 Prosedur Studi Kasus

Prosedur studi kasusu pada karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Melakukan penyusunan proposal mengenai kasus kanker payudara.

3.5.2. Pembimbing menyetujui proposal studi kasus.

3.5.3. Meminta izin untuk mengumpulkan data dengan metode studi kasus

melalui surat isin pelaksanaan studi kasus kepada pihak RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda.

3.5.4. Menentukan responden sebanyak dua orang dengan diagnosa medis kanker

payudara.

3.5.5. Memberikan informasi singkat mengenai tujuan dan manfaat dari studi

kasus terhadap responden dalam keikut sertaan dan partisipasi responden di

dalam studi kasus.

3.5.6. Memberikan lembar persetujua (informed concent) kepada responden yang

setuju untuk di tanda tangani serta meminta keluarga untuk turut serta

berpartisipasi dalam studi kasus.

3.5.7. Melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien kanker payudara.


3.5.8. Merumuskan diagnosa yang muncul pada pasien kanker payudara secara

holistik dan menyeluruh.

3.5.9. Menentukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan

yang muncul.

3.5.10. Melakukan implementasi keperawatan terhadap masalah keperawatan

yang muncul.

3.5.11. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah di berikan kepada

pasien.

3.5.12. Melakukan dokumentasi tindakan ynag telah dilakukan selama perawatan.

3.5.13. Membandingkan hasil asuhan keperawatan dari dua responden.

3.5.14. Menyusun dan mengumpulkan hasil studi kasus

3.5.15. Melaporkan hasil studi kasus dalam seminar hasil.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah kegiatan yang terpinting dalam penelitian.

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan melakukan:

3.6.1.1. Wawancara. Hasil dari wawancara berupa anamnesis berisi tentang

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga. Sumber dari wawancara

bisa di dapat dari pasien, keluarga pasien, orang terdekat pasien dan

perawat lainnya.

3.6.1.2. Observasi. Mengamati kejadian, tingkah laku atau respon dari pasien.
3.6.1.3. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada

sistem tubuh pasien.

3.6.1.4. Studi dokumentasi.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada karya tulis ilmiah ini yaitu menggunakan

format pengkajian asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku. Terdiri

dari pengkajian diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan dengan cara memvalidasi data-data yang telah

terkempul melalui perbandingan data-data wawancara, observasi pemeriksaan

fisik dan dokumentasi yang diperoleh di lapangan tempat penelitian. Dari semua

data-data tersebut di kategorikan kedalam data-data yang sama sehingga

menghasilkan data dengan validitas tinggi.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak penelitian di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data diakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan ketegori data-data tersebut

dengan konsep teori yang ada dan menghasilkan satu kesimpulan. Analisis data

dalam karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui penerapan asuhan

keperawatan pada dua responden pasien carsinoma mamae secara holistik dan

komprehensif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Carsinoma

mammae di ruang Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda terhitung dari

tanggal 02 April 2019 sampai 06 April 2019. Pada bab ini akan diuraikan hasil

penelitian dan pembahasan mengenai hasil asuhan keperawatan pasien dengan

diagnosa medis Carsinoma mammae yang dilakukan pada 02 April 2019 sampai

06 April 2019 dengan jumlah sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil studi

kasus ini diuraikan sebagai berikut:

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Studi

Studi kasus ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

yang terletak di Jalan Palang Merah No.1 Sidodadi, Samarinda Ulu, Kota

Samarinda, Kalimantan Timur. RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

diresmikan pada tanggal 22 Februari 1986. Rumah sakit ini adalah rumah sakit

tipe A yang memeiliki fasilitas antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi rawat

inap, instalasi farmasi, laboratorium PA, laboratorium Pk, instalasi kedokteran

nuklir, radiologi, radiotrapi, instalasi penunjang medik, hemodialysis, ruang

kemotrapi, rehabilitasi medik, instalasi perawatan intensif, IGD 24 jam dan

instalasi bedah sentral.

Penulis menggunakan ruangan Aster dari tanggal 02 April-06 april 2019,

ruangan ini adalah ruangan yang dikhususkan untuk pasien-pasien pre dan post
operasi laki-laki dan perempuan baik tua dan anak-anak. Pasien yang di

rawat di ruangan ini sebagian besar adalah pasien pre dan post operasi fraktur,

tetapi banyak juga pasien dengan penyakit lain seperti Carsinoma mammae.

Bangunan ruang Aster terdiri dari 10 kamar yang masing-masing kamar

dapat menampung 5-6 pasien, 1 ruangan isolasi untuk menampung 6 pasien, 1

ruangan tindakan, 1 ruang mushola, 1 ruang rapat dan ruang perawat, 1 ruang

dapur, 1 ruang untuk kepala ruangan dan wakil kpala ruangan serta 2 kamar

mandi pegawai.

Kasus yang dirawat di rungan Aster meliputi kasus Fraktur, Anemia,

Ulkus diabetic food , Laparatomy, Combutio, App perforasi, Carsinoma

mammae.

Pada pembahasan di bab ini dijelaskan hasil perbandingan dari asuhan

keperawatan degan dua responden yang dimulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi sebagai berikut:

4.1.2 Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil anamnesa identitas pasien dengan Carsinoma mammae


di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Identitas Klien Pasien 1 Pasien 2


Nama (insial) Ny. S Ny. S.A
Umur 58 Tahun 46 Tahun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan IRT IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan terakhir Tidak tamat SD SD
Alamat Jl.Perintis, Samarinda Jl.Beringin, Malinau Kota
No. Register 90.78.XX 01.02.89.XX
Tanggal MRS 02 April 2019 02 April 2019
Tanggal Pengkajian 02 April 2019 03 April 2019
Diagnosa Medis Carsinoma Mammae Sinistra Post MRM Carsinoma Mammae Dextra
Genogram

Keterangan: Keterangan:
: Laki-laki : Laki-laki
: Perempuan : Perempuan
: Pasien : Pasien
: Meninggal : Meninggal
: Serumah : Serumah

Penjelasan: Dari tabel 4.1 data pengakajian dilakukan di hari yang

berbeda yaitu, pada selasa 02 April 2019 pada pukul 08.00 WITA didapatkan

data pasien 1, yaitu Ny.S berusia 58 tahun, jenis kelamin perempuan, telah

menikah, suku jawa, beragama islam, dengan tidak tamat SD, pekerjaan ibu

rumah tangga, alamat di Jl. Perintis, Samarinda, pasien masuk di rumah sakit

pada tanggal 02 April 2019 pukul 03.00 WITA dengan No. Register 90.78.XX

diagnosa medis Carsinoma mammae sinistra yang telah melakukan MRM

(Mastektomi Radikal Modifikasi). Pada rabu 03 April 2019 pukul 07.00 WITA

didapatkan data pasien 2, yaitu Ny.S.A berusia 46 tahun, jenis kelamin

perempuan, telah menikah, suku dayak, beragama islam, dengan pendidikan

tamat SD, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Beringin, Malinau Kota, pasien

masuk di rumah sakit pada tanggal 02 April 2019 pukul 15.00 wita dengan No.

Register 01.02.89.XX dan diagnosa medis Carsinoma mammae dextra.


Tabel 4.2 Hasil anamnesa riwayat kesehatan pasien dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


Keluhan Pasien mengatakan nyeri pada area Pasien mengatakan nyeri pada
Utama dada sebelah kiri sampai ke lengan payudara sebelah kanan
bagian atas

Riwayat Pasien mengatakan telah terdiagnosa Pasien mengatakan merasakan ada


penyakit kanker payudara sejak 3 tahun yang benjolan di ketiak sebelah kanan
sekarang lalau, awalnya muncul benjolan kecil sejak kurang lebih 10 tahun yang
pada payudara kiri tanpa menimbulkan lalau, pasien tidak memeriksakan
rasa nyeri pasien tidak memeriksakan benjolan tersebut karena tidak
kesehatannya, beberapa bulan merasakan nyeri. kemudian benjolan
kemudian benjolan semakin besar dan tersebut terasa semakin membesar
menimbulkan rasa nyeri disertai ulkus dan terasa nyeri sehingga pada
lalu pasien pergi ke rumah sakit dan tanggal 14 maret 2019 pasien
terdiagnosa kanker payudara pada memutuskan memeriksakan diri ke
akhir tahun 2017 pasien melakukan Rumah Sakit Malinau dan telah
MRM (Mastektomi Radikal dilakukan USG dengan hasil tumor
Modifikasi) dan menjalankan payudara dan melakukan pemriksaan
kemotrapi pada awal tahun 2018 lanjutan pada tanggal 20 maret 2019
hingga sekarang, kemudian kurang di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
lebih 6 bulan yang lalau benjolan Samarinda untuk melakukan
tumbuh lagi pada area dada dan terus pemeriksaan PA dengan hasil tumor
membesar serta terasa nyeri. Klien ganas payudara, Pasien dianjurkan
masuk rumah sakit pada tanggal 02 untuk melakukan pembedahan namun
April 2019 pukul 03.00 WITA dengan pasien belum siap. Pada tanggal 01
mengeluh nyeri menjalar ke lengan april 2019 pasien datang ke Rumah
kiri. Saat dilakukan pengkajian pada Sakit Malinau dengan keluhan nyeri
tanggal 02 April 2019 pukul 08.00 pada payudara kanannya, nyeri yang
WITA pasien masih mengeluh nyeri dirasakan kurang lebih sudah 4 bulan
pada area dada sebelah kiri sampai ke dan terasa semakin parah. Lalu pasien
lengan. Nyeri yang dirasakan akibat dirujuk ke RSUD Abdul Wahab
benjolan yang tumbuh pada dada di Sjahranie Samarinda, pasien tiba di
bagian atas yang semakin membesar, UGD pada tanggal 02 april 2019
nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk , pukul 15.00 WITA lalu di transfer ke
nyeri terasa disekitar area dada kiri Ruang Aster untuk melanjutkan
samapai ke lengan dengan skala 5 perawatan. Saat dilakukan pengkajian
(nyeri sedang) dan berlangsung terus pada tanggal 03 april 2019 pukul
menerus. Pasien direncanakan 07.00 WITA pasien merasakan nyeri
kemotrapi yang ke 12 setelah keadaan pada payudara kanan, nyeri yang
umum pasien membaik. dirasakan akibat benjolan payudara
yang semakin membesar, nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk pada area
payudara sampai ke ketiak dengan
skala nyeri 4 (nyeri sedang) nyeri
yang dirasakan timbul ketika pasien
menggerakan tangan kanannya hilang
ketika pasien berbaring. Pasien
direncanakan MRM (Mastektomi
Radikal Modifikasi) pada tanggal 03
Pengkajian Pasien 1 Pasien 2
april 2019 pukul 09.30 wita.
Riawayat Pasien mengatakan bahwa sudah keluar Pasien mengatakan bahwa
Kesehatan masuk dirawat di rumah sakit karena sebelumnya tidak pernah dirawat di
Dahulu penyakit yang sama dan tidak pernah rumah karena penyakit yang sama
dirawat di rumah sakit karena penyakit atau pun karena penyakit serius
serius lainnya. lainnya.

Riwayat Anak pasien mengatakan bahwa tidak Pasien mengatakan bahwa tidak ada
Kesehatan ada anggota keluarga yang mengalami anggota keluarga yang mengalami
Keluarga penyakit keturunan (seperti, kanker, penyakit keturunan (seperti, kanker,
hipertensi, diabetes melitus, dan hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit jantung) serta penyakit penyakit jantung) serta penyakit
meular (seperti HIV, TBC, hepatitis) meular (seperti HIV, TBC, hepatitis)

Riwayat Pasien mengtakan dulu siklus haid 1 Pasien mengatakan dulu sklus haid 1
Haid bulan sekali dialami teratur kurang bulan sekli dialami teratur kurang
lebih 5 hari tidak ada masalah yang dari seminggu, tidak ada masalah
timbul selama haid. Sekarang sudah selama haid berlangsung. Sekarang
tidak mengalami haid lagi. sudah tidak mengalami haid lagi.

Penjelasan: Dari tabel 4.2 data pengkajian riwayat kesehatan pada pasien

1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S.A). Pada kedua pasien terdapat persamaan hasil

pengkajian, yaitu kedua pasien ditemukan data senjang nyeri kronis. Ny.S

mengeluh nyeri pada area pertumbuhan massa, nyeri yang dirasakan akibat

benjolan yang tumbuh pada dada di bagian atas yang semakin membesar, nyeri

terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa disekitar area dada kiri samapai ke

lengan dengan skala 5 (nyeri sedang) dan berlangsung terus menerus. Ny.S.A

mengeluh nyeri pada payudara kanan, nyeri yang dirasakan akibat benjolan

payudara yang semakin membesar, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk pada area

payudara sampai ke ketiak dengan skala nyeri 4 (nyeri sedang) nyeri yang

dirasakan timbul ketika pasien menggerakan tangan kanannya hilang ketika

pasien berbaring.

Perbedaan hasil pengkajian yaitu, Ny.S sudah keluar masuk dirawat di

rumah sakit karena kankernya, sudah melakukan pembedahan mastektomi radikal


modifikasi dan telah melakukan kemotrapi yang ke 11 sedangka Ny.S.A baru

pertama kali dirawat di rumah sakit dan direncanakan melakukan pembedahan

mastektomi radikal modifikasi.

Tabel 4.3 Hasil anamnesa pola aktivitas pasien dengan Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Pola Aktivitas
Pasien 1 Pasien 2
Sehari - hari
Pola Pasien mengatakan waktu tidur Pasien mengatakan waktu tidur
Tidur/Istirahat dirumah pukul 23.00 dan bangun dirumah pukul 22.00 dan bangun
pukul 05.00 subuh, waktu tidur di RS pukul 05.00 subuh, waktu tidur di
pukul 05.00 sampai 07.00 pagi. RS pukul 01.00 dan bangun pukul
Pasien mengatakan sulit untuk tidur 05.00 subuh.
apa lagi di rumah sakit. Pasien mengatakan tidak merasa
Pasien mengatakan mudah tidur saat nyenyak dan sering terbangun saat
pagi hari setelah mandi dan mudah tidur.
bangun saat ada orang datang. Pasien mengatakan mudah tidur
saat siang hari dan mudah bangun
jika nyeri muncul.

Pola Eliminasi Pasien mengatakan dirumah BAB 1 Pasien mengatakan dirumah BAB 2
kali sehari dan di rumah sakit pasien kali sehari dan di rumah sakit
sudah BAB 1 kali. pasien sudah BAB 1 kali.
Masalah BAB tidak ada Masalah BAB tidak ada
Pasien mengatakan di rumah BAK 3- Pasien mengatakan di rumah BAK
4 kali sehari dan di rumah sakit 3-5 kali sehari dan di rumah sakit 3-
sudah BAK 3-5 kali 5 kali
Masalah BAK tidak ada Masalah BAK tidak ada

Pola Makan dan Pasien mengatakan di rumah makan Pasien mengatakan di rumah makan
Minum 2 kali sehari: nasi, sayur, lauk pauk 3 kali sehari: nasi, sayur, lauk pauk
(ikan, tahu, tempe) namum sering (ikan, tahu, tempe) pasien selalu
sekali tidak habis dan untuk minum menghabiskan porsi makannya dan
air putih 5-6 gelas/hari yang untuk minum air putih 5-8
dilakukan setelah makan dan gelas/hari yang dilakukan setelah
sewaktu-waktu. makan dan sewaktu-waktu.

Pasien mengatakan di rumah sakit Pasien mengatakan di rumah sakit


makan 3 kali sehari: nasi, sayur, lauk makan 3 kali sehari: nasi, sayur,
pauk, buah, namum pasien mengeluh lauk pauk, buah, pasien selalu
tidak nafsu makan, pasien hanya menghabiskan porsi makannya dan
makan ½ porsi atau kurang lebih 5 untuk minum air putih 3-6
sendok saja dan untuk minum air gelas/hari yang dilakukan setelah
putih 2-3 gelas/hari yang dilakukan makan dan sewaktu-waktu
setelah makan dan sewaktu-waktu

Kebersihan Diri Pasien mengatakan di rumah Pasien mengatakan di rumah mandi


dimandikan anaknya 2 kali sehari, 2-3 kali sehari, pemeliharaan gigi 2
pemeliharaan gigi 1 kali sehari dan kali sehari dan untuk pemeliharaan
Pola Aktivitas
Pasien 1 Pasien 2
Sehari - hari
untuk pemeliharaan kuku di rumah 1 kuku di rumah 1 kali seminggu.
kali seminggu.
Pasien mengatakan di rumah sakit
Pasien mengatakan di rumah sakit telah mandi 2 kali, selama di rumah
pagi tadi hanya diseka-seka, selama sakit gosok gigi 2 kali dan untuk
di rumah sakit belum gosok gigi dan pemeliharaan kuku di rumah sakit
untuk pemeliharaan kuku di rumah belum ada memotong kuku.
sakit belum ada memotong kuku.

Pola Kegiatan Paien terlihat hanya bisa berbaring, Pasien terlihat dapat berjalan dan
Lain tampak berhati-hati saat miring kanan melakukan aktivitasnya secara
dan mirinng kiri disebabkan karena mandiri.
adanya benjolan di dada kiri dan
pembengkakan pada tangan kiri

Penjelasan: Dari tabel 4.3 data pengkajian pola aktivitas pada pasien 1

(Ny.S) ditemukan data senjang, yaitu gangguan pola tidur berupa pasien

mengeluh sulit tidur waktu tidur kurang dari 8 jam dan mudah terbangun saat ada

orang yang datang, defisit nutrisi berupa pasien mengeluh tidak nafsu makan dan

hanya makan ½ porsi atau kurang lebih 5 sendok saja, defisit perawatan diri

berupa pasien mengatakan di rumah sakit pagi tadi hanya diseka-seka, selama di

rumah sakit belum gosok gigi, paien terlihat hanya bisa berbaring. Pada pasien 2

(Ny.S.A) ditemukan data gangguan pola tidur berupa pasien mengeluh sulit

tidur karena nyeri, waktu tidur kurang dari 8 jam dan tidak merasa nyenyak,

mudah terbangun saat nyeri muncul.


Tabel 4.4 Hasil anamnesa data pisikologi pasien dengan Carsinoma
Mammae di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Pasien 1 Pasien 2
Status pisikologi pasien baik, Status pisikologi pasien
tidak stres berlebihan interaksi baik, interaksi klien baik
klien baik dengan keluarga dengan keluarga maupun
Data Pisikosisial maupun dengan orang lain. dengan orang lain.
Pasien terlihat tegang Pasien
mengatakan takut dengan
oprasi yang akan dilakukan.

Penjelasan: Dari tabel 4.4 data pengkajian psikososial, pasien 1 (Ny.S)

memiliki status psikologi dan sosial yang baik sedangkan pasien 2 (Ny.S.A) dari

segi sosial pasien baik, pasien dapat berinteraksi dengan orang lain, sedang dari

segi psikologi ditemukan data senjang ansietas berupa pasien mengatakan takut

dengan oprasi yang akan berlangung dan pasien terlihat tegang.

Tabel 4.5 Hasil anamnesa status mental pasien dengan Carsinoma mammae
di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Pasien 1 Pasien 2
Kondisi emosi atau perasaan pasien Kondisi emosi atau perasaan pasien
baik, perasaan emosi stabil tidak baik, perasaan emosi stabil tidak
berubah-ubah berubah-ubah

Orientasi pasien mengenai tempat Orientasi pasien mengenai tempat


(pasien tau sekarang beraada di (pasien tau sekarang beraada di
Pemeriksaan rumah sakit), waktu (pasien tau hari rumah sakit), waktu (pasien tau hari
Status Mental dan tanggal sekarang), orang (pasien dan tanggal sekarang), orang
dapat mengenali orang dan mampu (pasien dapat mengenali orang dan
berinteraksi dengan orang tersebut) mampu berinteraksi dengan orang
tersebut)
Proses berfikir (ingatan, atensi,
keputusan, perhitungan) pasien Proses berfikir (ingatan, atensi,
kurang mengingat bagaimna proses keputusan, perhitungan) pasien
penyakit yang pasien alami hingga mengingat bagaimna proses
sekarang ini. Pasien bisa mengambil penyakit yang pasien alami hingga
keputusan dibantu oleh suami dan sekarang ini. Pasien bisa
anaknya mengambil keputusan dengan
mandiri
Motivasi pasien ingin sembuh agar
bisa berkumpul kembali dengan Motivasi pasien ingin sembuh agar
cucunya. bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya.
Persepsi, pasien mengentahui tentang
penyakitnya, pasien menerima Persepsi, pasien mengetahui tentang
Pasien 1 Pasien 2
dengan keadaannya sekarang. penyakitnya, pasien mengatakan
merasa tidak nyaman dengan
Bahasa (pola komunikasi) bahsa perubahan kondisi tubuhnya dan
sehari-hari yang digunakan yaitu mengatakan bahwa dirinya telah
bahasa jawa namun pasien mengerti cacat.
bahasa indonesia
Bahasa (pola komunikasi) bahsa
sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa indonesia

Penejlasan: Dari tabel 4.5 data pengkajian status mental kedua pasien

secara keseluruhan kedua pasien memiliki kondisi mental yang baik. Namun pada

pasien 2 (Ny.S.A) ditemukan data senjang gangguan citra tubuh berupa pasien

mengatakan merasa tidak nyaman dengan perubahan kondisi tubuhnya dan

mengatakan bahwa dirinya telah cacat.

Tabel 4.6 Hasil anamnesa pemeriksaan fisik pasien dengan


Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


Keadaan Umum Compos mentis Compos mentis
Tanda – Tanda TD: 120/70 mmHg TD: 140/80 mmHg
Vital Nadi: 80x/m N: 90x/m
RR: 26x/m RR: 20x/m
T: 37 ℃ T: 36,5 ℃
Spo2: 98%TB:

Antropometri BB: 38 Kg BB: 60 cm


TB: 150 cm TB: 150 kg
IMT: 16,8 IMT: 26
LILA: 22 cm

Pemeriksaan Kulit terlihat kurang bersih, badan Kulit terlihat bersih, badan klien
Intgumen klien teraba hangat, warna kulit teraba hangat, warna kulit pasien
pasien sawo matang, turgor kulit sawo matang, turgor kulit baik
baik kembali dalam <2 detik, kulit kembali dalam <2 detik, kulit
tampak kering dan elastis, terlihat tampak lembab kenyal dan elastis,
adanya koloid bekas luka insisi terdapat luka post op MRM
pada dada kiri. payudara kanan.

Pemeriksaan Payudara tidak simetris, Pasien Ukuran dan bentuk payudara tidak
payudara dan ketiak telah melakukan MRM pada simetris kanan dan kiri, warna
payudara kirinya, warna payudara payudara dan aerola normal warna
kiri kecoklatan aerola kecoklatan, kecoklatan, pada payudara kiri
Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2
kelainan pada payudara terlihat terdapat benjolan batas tidak tegas
tunggal hanya tersisa sebelah dengan konsistensi padat tidak
kanan dalam keadaan puting disertai ulkus, puting normal tidak
normal tidak ada kelainan, axsila mengeluarkan cairan, axila tidak
terdapat pembengkakan dan ada pemebengkakan dan clavikula
clavikula tidak simetris antara simetris kanan dan kiri.
kanan dan kiri karena terdapat
penonjolan masa pada area dada
kiri.

Pemeriksaan dada Inpeksi: bentuk thoraks tidak Inspeksi: bentuk thoraks simetris
simetris antara kanan dan kiri antara kanan dan kiri, pernafasan :
(deformitas bentuk dada) Tidak ada anda kesulitan bernafas:
pernafasan hiperventilasi RR Palpasi: tidak adanya tanda
26x/m kesulitan bernafas , tidak ada
Palpasi: adanya tanda kesulitan penggunaan otot bantu pernafasan,
bernafas penggunaan otot bantu getaran suara (vokal premitus)
pernafasan, getaran suara (vokal simetris anatara kanan dan kiri,
premitus) simetris anatara kanan Perkusi: suara dada kanan dan kiri
dan kiri, sonor
Perkusi: suara dada kanan dan kiri Auskultasi: suara nafas vasikuler,
sonor suara ucapan intensitas dan
Auskultasi: suara nafas cepat dan kualitas suara simetris, tidak ada
dalam, suara ucapan intensitas suara nafas tambahan
dan kualitas suara simetris, tidak
ada suara nafas tambahan

Pemeriksaan Kekuatan otot menurun, terdapat Kekuatan otot simetris, tidak ada
muskuloskeletal pembengkakan limfaderma pada pembengkakan ataupun edem, tidak
(ekstremitas) tangan kiri, tangan kiri tidak dapat ada kelainan pada ekstremitas,
digerakan untuk beraktivitas, kekuata otot 5 5
kekuata otot 5 2 55
44

Penjelasan: Dari tabel 4.6 pemeriksaan fisik pada pasien 1 (Ny.S)

ditemukan data senjang, yaitu pola nafas tidak efektif berupa terlihat respiratory

rate 26x/m suara nafas cepat dan dalam, adanya penggunaan otot bantu

pernafasan, defisit nutrisi berupa IMT: 16.8 (berat badan kurang).

Kondisi payudara pada pasien 1 (Ny.S) tidak lengkap, bentuk dada tidak

simetris terdapat pertumbuhan masa pada dada kiri dan terdapat limfaderma pada

ketiak kiri. Pada pasien 2 (Ny.S.A) didapatkan bentuk payudara antara kanan dan

kiri tidak simetris, terdapat benjolan batas tidak tegas dengan konsistensi padat.
4.7 Hasil anamnesa pemeriksaan penunjang pasien dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2


Penujang
Laboratorium Hematologi tanggal: 02/04/2019 Hematologi tanggal: 02/04/2019
Leukosit 15,70 (4.80-10.80 Leukosit 7.85 (4.80-10.80 10–
10–3 /µl) 3
/µl)
Eritrosit 3,16 (4.20-5.40 10–6 /µl) Eritrosit 3,40 (4.20-5.40 10–6 /µl)
Hemoglobin 11,3 (12.0-16.0 g/dl) Hemoglobin 13.0 (12.0-16.0 g/dl)
Hematokrit 35.4 (37.0-54.0 %) Hematokrit 40.2 (37.0-54.0 %)

kimia klinik tanggal: 02/04/2019 kimia klink tanggal: 02/04/2019


GDS 118 (70-140 mg/dL) GDS 117 (70-140 mg/dL)
Albumin 3.4 (3.5-5.5 g/L) Albumin 4.5 (3.5-5.5 g/L)

USG USG mammae dextra tanggal


14/03/2019
Hasil:
 Mammae dextra dengan
bentuk ovale batas tegas
ukuran 29,9 x 19,1mm dan
arah jam 11 dengan ukuran
11,5 x 12,8 mm
 Tidak tampak retraksi
papillae
 Tampak pembesaran di
axila dengan ukuran 9,5 x
6,8 mm

Rongen Foto thorax tanggal: 21/01/2019 Foto thorax tanggal: 20/03/2019


Klinis: Ca mamae Klinis: Ca mamae
Hasil: Hasil:
 Pulmo tak tampak kelainan  Pulmo tak tampak kelainan
 Cor dalam batas normal  Cor ukuran dalam batas
 Tak tampak pulmo maupun normal
skeletal metastasis  Tidak tampak lesi
patologis tulang
EKG Tidak ada Tidak ada
Lain – lain Tidak ada Tidak ada

Penjelasan: Dari tabel 4.7 data pemeriksaan penunjang ditemukan pada

pasien 1 (Ny.S) terdapat pemeriksaan laboratorium dan rongen, berdasarkan

data hasil pemeriksaan laboratorium memiliki nilai hematokrit di rentang normal,


nilai leukosit lebih dari batas normal, nilai hemoglobin dibawah batas norma dan

albumin di bawah nila normal, sedangkan dari hasil foto rongen menunjukan

adanya pertumbuhan Carsinoma mamme. Ditemukan pada pasien 2 (Ny.S.A)

terdapat pemeriksaan penunjang berupa laboratorium, USG dan rongen,

ditemukan berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium memiliki nilai

leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, albumin dalam rentang normal,

sedangkan dari hasil USG dan rongen menunjukan adanya pertumbuhan

Carsinoma mamme.

Tabel 4.8 Hasil penatalaksanaan terapi pasien dengan Carsinoma mammae


di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Pasien 1 Pasien 2
IVFD Nacl 0,9% 20 Tpm IVFD Futrolit:RL 1:1 20 Tpm
Vit.K 2x1 ampul via IV Antibiotik (ceftriaxsone) 2x1
Penatalaksanaan Terapi Santagesik 3x1 ampul via IV via Iv
Ranitidin 3x1 ampul via IV Santagesik 3x1 ampul via IV
Nasakanul 6 liter Perawatan luka setiap 3 hari
Diet TKTP

Penjelasan: Dari tabel 4.8 penatalaksanaan terapi pada pasien 1 (Ny.S)

mendapatkan penatalaksanaan terapi yaitu IVFD Nacl 0.9% 20 tpm, Vit.K 2x1,

santagesik 3x1, ranitidin 3x1 semua obat diberikan melalui IV, alat bantu

pernafasan berupa nasakanul dengan konsentrasi 6 liter dan diberikan diet tinggi

karbohidrat tinggi protein. Sedangkan pada pasien 2 (Ny.S.A) mendapatkan

penatalaksanaan terapi yaitu IVFD Futrolit banding Rl 1:1 20 tpm, antibiotik 2x1,

santagesik 3x1 semua obat diberikan melalui IV dan dilakukan perawatan luka

setiap 3 hari sekali.


4.1.3 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.9 Diagnosa keperawatan pasien 1 (Ny.S) dengan Carsinoma


mammae di Ruangan Aster RSmD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

No Tanggal Data Problrm Etiologi


Ditemukan (Masalah) (Penyebab)
1. Selasa, DS: Pola nafas Deformitas
02/04/2019 - Pasien mengatakan nafasnya tidak efektif dinidng dada
terasa sesak
DO:
- Terlihatan pergerakan
intercosta pada saat bernafas
- Terlihat adanya pernafasan
cuping hidung
- Terlihat terpasang nasakanul
6L
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 70x/m
- RR: 26x/m
- Spo2: 98%

2. Selasa, DS: Nyeri Infiltrasi tumor


02/04/2019 - Pasien mengatakan nyeri di kronis
dada kiri dan tangan kirinya
sejak 6 bulan yang lalu
- Pasien mengatakan nyeri saat
miring kanan dan miring kiri
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
- T: nyeri berlangsung terus
menerus
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terdapat benjolan di daerah
dada kiri yang membesar
dengan konsistensi padat

3. Selasa, DS: Defisit Kurangnya


02/04/2019 - Pasien mengatakan berat nutrisi asupan makanan
badannya turun sejak mengidap
penyakit ini
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan
- Anak pasien mengatakan
No Tanggal Data Problrm Etiologi
Ditemukan (Masalah) (Penyebab)
ibunya selalu tidak
menghabiskan makannya
DO:
- A: BB: 38 kg, TB:150 cm,
IMT: 16,8, Lila: 22 cm
- B: eritrosit 3,16 10–6/µL
(menurun), hemoglobin 11,3
g/dL (menurun) , Albumin 3.4
g/L (menurun), GDS 118
mg/dL.
- C: kulit terlihat kering, rambut
terlihat rontok berlebihan.
- D: diit TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)

4. Selasa, DS: Defisit Kelemahan


02/04/2019 - Pasien mengatakan jarang perawatan
mandi diri
- Pasien mengatakn di rumah
sakit hanya diseka-seka dengan
anaknya
DO:
- Pasien terlihat tidak mampu
mandi, makan dan ketoilet
sendiri
- Pasien terlihat lemah

5. Selasa, DS: Gangguan Kurangnya


02/04/2019 - Anak pasien mengatakan di RS pola tidur kontrol tidur
ibunya tidur pukul 05.00
sampai 07.00 pagi
- Pasien mengatakan sulit untuk
tidur apa lagi di rumah sakit
- Pasien mengatakan mudah
tidur saat siang hari dan
mudah bangun saat ada orang
datang

DO:
- TD: 110/70 mmHg
- Nadi: 70x/m
- RR: 26x/m
- T: 37 ℃
Tabel 4.10 Diagnosa keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) dengan
Carsinoma mammae di Ruangan Aster
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

No Tanggal Data Problrm Etiologi


Ditemukan (Masalah) (Penyebab)
1. Rabu, DS: Nyeri kronis Infiltrasi tumor
03/04/2019 - Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri (payudara) sejak 4
bulan yang lalu
- Pasien mengatakan nyeri saat
banyak beraktivitas
- P: nyeri akibat benjolan di
area dada (payudara) yang
membesar
- Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
- R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
- S: skala nyeri 4
- T: nyeri berlangsung hilang
timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terdapat benjolan di area dada
(payudara) yang membesar
dengan konsistensi padat

2. Rabu, DS: Gangguan Efek samping


03/04/2019 - Pasien mengatakan integritas terapi mastektomi
nyeri DO: kulit
- Terdapat luka post op MRM
payudara kanan
- Panjang luka ±20 cm (29
jahitan) lebar ±1 cm

3. Rabu, DS: Ansietas Krisis situasional


03/04/2019 - Pasien mengatakan cemas
dengan keadaannya sekarang
- Pasien mengatakan takut
dengan oprasi yang akan
dihadapi
- Pasien mengatakan semalam
sulit tidur karena kepikiran
- nanti oprasi
DO:
- Skor HARS 16 (kecemasan
ringan)
- Terlihat gelisah
- Td : 140/80 mmHg
No Tanggal Data Problrm Etiologi
Ditemukan (Masalah) (Penyebab)
Nadi: 90x/m
RR: 20x/m
T: 36,5 ℃

4. Rabu, DS: Gangguan Perubahan


03/04/2019 - Pasien mengatakan tidak citra tubuh struktur/bentuk
nyaman dengan perubahan tubuh
kondisi tubuhnya apalagi
setelah melakukan oprasi
- Pasien mengatakan tidak
menyangka sekarang hanya
memiliki satu payudara
- Pasien mengatakan dirinya
telah cacat
DO:
- Pasien terlihat telah
menjalankan mastektomi
(pengangkatan payudara
kanan)

5. Rabu, DS: Gangguan Kurangnya


03/04/2019 - Pasien mengatakan sulit tidur pola tidur kontrol tidur
- Pasien mengatakan sering
terbangun saat tidur
ketika rasa nyeri timbul
- Pasien mengatakan kurang
tidur
DO:
- Pasien terlihat lesu
karena kurang tidur
- TD: 140/80 mmHg
Nadi: 90x/m
RR: 20x.m
T: 36,5 ℃

6. Rabu, DS: - Risiko Faktor risiko efek


03/04/2019 DO: infeksi prosedur invasif
- Terlihat luka jahitan pasca
MRM
- Leukosit : 7.85 10–3/µL
(dalam rentang normal)

Penjelasan: Dari tabel 4.9 dan 4.10 data diagnosa keperawatan ditemukan

masing-msing, pada pasien pasien 1 (Ny.S) terdapat 5 (lima) diagnosa

keperawatan dan pada pasien 2 (Ny.S.A) terdapat 6 (enam diagnosa keperawatan.

Pada pasien 1 (Ny.S) dengan prioritas masalah utama pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan deformitas dinidng dada dengan kode diagnosa D.0005,

prioritas kedua nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor dengan kode

diagnosa D.0078, prioritas ketiga defisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan dengan kode diagnosa

D.0019, prioritas keempat defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

dengan kode diagnosa D.0109, prioritas kelima gangguan pola tidur berhubungan

dengan kurangnya kontrol tidur dengan kode diagnosa D.0055.

Pada pasien 2 (Ny.S.A) dengan prioritas masalah utama nyeri kronis

berhubungan dengan infiltrasi tumor dengan kode diagnosa D.0078, prioritas

kedua gangguan integritas kulit/jaringan dengan efek samping terapi mastektomi

kode diagnosa D.0129, prioritas ketiga ansietas berhubungan dengan krisis

situasional dengan kode diagnosa D.0080, prioritas keempat gangguan citra tubuh

berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh dengan kode diagnosa

D.0083, prioritas kelima gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya

kontrol tidur dengan kode diagnosa D.0055 dan prioritas keenam faktor risiko

berhubungan dengan faktor risiko efek prosedur invasif dengan kode diagnosa

D.0142.

4.1.4 Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.11 Perencanaan keperawatan pasien 1 (Ny.S) dengan Carsinoma


mammae di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan


(SDKI) (NOC) (SIKI)
1. Pola nafas tidak efektif  Respiratory status Manajemen pernafasan
berhubungan dengan : ventilasi dan pemantauan
deformitas dinidng dada  Respiratory status respirasi
(D.0005) : airway patency 1.4 Monitor pola
Ditandai dengan:  Vital sign status nafas (frekuensi,
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
(SDKI) (NOC) (SIKI)
DS: Setelah dilakukan tindakan kedalaman, usaha
 Pasien mengatakan keperawatan selama 3x24 nafas)
nafasnya terasa sesak jam diharapkan pola nafas 1.5 Monitor saturasi
DO: pasien menjadi efektif oksigen
 Pasien terlihat pergerakan Dengan kriteria hasil : 1.6 Posisikan semi
intercosta saat bernafas RR dalam batas normal (16- fowler atau
 Terlihat pernafasan cuping 20x/menit), jalan nafas fowler
hidung paten, suara nafas vasikuler, 1.7 Berikan oksigen
 Terlihat terpasang pola nafas normal, irama
nasakanul 6L nafas reguler, tidak ada
 TD: 110/70 mmHg suara nafas tambahan
Nadi: 70x/m
RR: 26x/m
Spo2: 98%

2. Nyeri kronis berhubungan  Pain level Manajemen nyeri


dengan infiltrasi tumor  Pain kontrol 2.5 Identifikasi
(D.0078) Setelah dilakukan tindakan lokasi,
Ditandai dengan: keperawatan selama 3x24 karakteristik,
DS: jam diharapkan nyeri pasien durasi, frekuensi,
 Pasien mengatakan nyeri di hilang atau nyeri berkurang kualitas,
dada kiri dan tangan kirinya Dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
sejak 6 bulan yang lalu - Skala nyeri berkurang 2.6 Identifikasi
 Pasien mengatakan nyeri (skala nyeri 2) respon nyeri non
saat miring kanan dan - Klien mampu mengontrol verbal
miring kiri nyeri dengan manajemen 2.7 Berikan analgesik
 P: nyeri akibat benjolan di nyeri non farmakologi sesuai terapi
dada kiri yang membesar Klien mampu menyatakan 2.8 Ajarkan teknik
Q: nyeri seperti tertusuk- nyaman setelah nyeri nonfarmakologis
tusuk berkurang untuk
R: nyeri terasa di area dada mengurangi nyeri
sampai ke lengan tangan
kiri
S: skala nyeri 5
 T: nyeri berlangsung terus
DO:
 Pasien terlihat meringis
 Terdapat benjolan di daerah
dada kiri yang membesar
dengan konsistensi padat

3. Defisit nutrisi berhubungan  Nutrition status : food Manajemen nutrisi


dengan and fluid intake 3.6 Identifikasi status
Kurangnya asupan makanan  Weiht control nutrisi
(D.0019) Setelah dilakukan tindakan 3.7 Monitor asupan
Ditandai dengan: keperawatan selama 3x24 makanan
DS: jam diharapkan nutrisi 3.8 Monitor berat
 Pasien mengatakan berat pasien terpenuhi badan
badannya turun sejak Dengan kriteria hasil : 3.9 Monitor hasil
mengidap penyakit ini - Tidak terjadi penurunan pemeriksaan
 Pasien mengatakan tidak berat badan laboratorium
nafsu makan - Adanya peningkatan berat 3.10 Berikan medikasi
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
(SDKI) (NOC) (SIKI)
 Anak pasien mengatakan badan sebelum atau
ibunya selalu tidak - IMT dalam rentang sesudah makan
menghabiskan makannya normal
DO: - Mampu menghabiskan
 A: BB: 38 kg, TB:150 cm, porsi makannya
IMT: 16,8, Lila: 22 cm - Hasil laboratorium
 B: eritrosit 3,16 10–6 / µL menunjukan albumin
(menurun), hemoglobin dalam rentang normal
11,3 g/dL (menurun) , (3.5-5.5 g/L), hemoglobin
Albumin 3.4 g/L (menurun), dalam rentang normal (3
GDS 118 mg/dL. (12.0-16.0 g/dl)
 C: kulit terlihat kering,
rambut terlihat rontok -
berlebihan.
 D: diit TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)

4. Defisit perawatan diri  Mobility: Dukungan perawatan


berhubungan dengan physical impaired diri
kelemahan (D.0109)  Self care deficit 4.1 Monitor tingkat
Ditandai dengan: hygiene Setelah dilakukan kemandirian
DS: tindakan keperawatan 4.2 Fasilitasi
 Pasien mengatakan jarang selama 3x24 jam di kemandirian, bantu
mandi harapkan kemampuan jika tidak mampu
 Pasien mengatakn di rumah pasien dalam merawat diri melakukan
sakit hanya diseka-seka meningkat Dengan kriteria perawatan diri
dengan anaknya hasil: 4.3 Anjurkan
DO: - Perawatan diri :aktivitas melakukan
 Pasien terlihat tidak mampu kehidupan seharii-hari perawatan diri
mandi, makan dan ketoilet (ADLs) mampu untuk secara konsisten
sendiri melakukan aktivitas sesuai kemampuan
 Pasien terlihat lemah perawatan fisik dan
pribadi secara mandiri
atau dengan alat bantu
5. Gangguan pola tidur  Pain level Dukungan tidur
berhubungan dengan  Sleep : extent 5.1 Identifikasi faktor
kurangnya kontrol tidur and pattern pengganggu tidur
(D.0055) Setelah dilakukan tindakan 5.2 Monitor kuantitas,
Ditandai dengan: keperawatan selama 3x24 kualitas tidur
DS: jam diharapkan pola tidur pasien dan
DS: pasien efektif perasaan setelah
 Anak pasien mengatakan di Dengan kriteria hasil : bangun tidur
RS ibunya tidur pukul 05.00 - Jumlah jam tidur dalam 5.3 Modifikasi
sampai 07.00 pagi batas normal 6-8 jam/hari lingkungan (mis.
 Pasien mengatakan sulit - Perasaaan segar setelah kebisingan)
untuk tidur apa lagi di bangun tidur 5.4 Anjurkan menepati
rumah sakit - Pasien mengetahui waktu tidur
 Pasien mengatakan mudah pentingnya waktu tidur 5.5 Jelaskan pentngnya
tidur saat siang hari dan yang cukup waktu tidur
mudah bangun saat ada
orang datang
DO:
 TD: 110/70 mmHg
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
(SDKI) (NOC) (SIKI)
 Nadi: 70x/m
 RR: 26x/m
 T: 37 ℃

Tabel 4.12 Perencanaan keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) dengan Carsinoma


mammae di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda

No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan


(SDKI) (NOC) (SIKI)
1. Nyeri kronis berhubungan  Pain level Manajemen nyeri
dengan infiltrasi tumor  Pain kontrol 1.1 Identifikasi
(D.0078) Setelah dilakukan tindakan lokasi,
Ditandai dengan: keperawatan selama 3x24 karakteristik,
DS: jam diharapkan nyeri pasien durasi, frekuensi,
 Pasien mengatakan nyeri di hilang atau nyeri berkurang kualitas,
dada kiri (payudara) sejak 4 Dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
bulan yang lalu - Skala nyeri berkurang 1.2 Identifikasi
 Pasien mengatakan nyeri (skala nyeri 2) respon nyeri non
saat banyak beraktivitas - Klien mampu mengontrol verbal
 P: nyeri akibat benjolan di nyeri dengan manajemen 1.3 Berikan analgesik
area dada (payudara) yang nyeri non farmakologi sesuai terapi
membesar - Klien mampu 1.4 Ajarkan teknik
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk menyatakan nyaman nonfarmakologis
R: nyeri terasa di area dada setelah nyeri berkurang untuk
sampai ke ketiak mengurangi nyeri
S: skala nyeri 4
T: nyeri berlangsung hilang
timbul
DO:
 Pasien terlihat meringis
 Terdapat benjolan di area
dada (payudara) yang
membesar dengan
konsistensi padat

2. Gangguan integritas kult  Tissue integrity : skin Perawatan luka


berhubungan dengan efek and musous 4.5 Monnitor
terapi mastektomi (D.0129) Setelah dilakukan tindakan karakteristik luka
Ditandai dengan : keperawatan selama 3 x 24 (mis. drainase,
DS: jam diharapkan Integritas warna, ukuran,
- Pasien mengatakan kulit pasien membaik bau)
nyeri DO: Kriteria hasil: 4.6 Monitor tanda-
- Terdapat luka post op - Tidak ada tanda – tanda tanda infeksi
MRM payudara kanan infeksi 4.7 Pertahankan
- Panjang luka ±20 cm (29 -Menunjukan proses teknik steril saat
jahitan) lebar ±1 cm penyembuhan luka melakukan
- Pasien menunjukan perawatan luka
pemahaman dalam 4.8 Ajarkan prosedur
perawatan luka perawatan luka
secara mandiri
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
(SDKI) (NOC) (SIKI)
3. Ansietas berhubungan dengan  Anxiety self-control Reduksi ansietas
krisis situasional (D.0080) Setelah dilakukan tindakan 3.1 Identifikas
Ditandai dengan: keperawatan selama 1x30 penyebab ansietas
DS: menit diharapkan ansietas 3.2 Berikan terapi
 Pasien mengatakan cemas berkurang relaksasi
dengan keadaannya Dengan kriteria hasil : 3.3 Anjurkan
sekarang - Klien mampu keluarga untuk
 Pasien mengatakan takut mengidentifikasi dan tatap bersama
dengan oprasi yang akan mengungkapkan prasaan pasien
dihadapi cemas serta dapat 3.4 Jelaskan
 Pasien mengatakan mengontrol cemas prosedur,
semalam sulit tidur karena - Skala HARS menurun termasuk sensasi
kepikiran nanti oprasi menjadi < 14 yang akan
DO: dialami
- Skor HARS 16 (kecemasan
ringan)
- Terlihat gelisah, tegang
- Td : 140/80 mmHg
Nadi: 90x/m
RR: 20x/m
T: 36,5 ℃

4. Gangguan citra tubuh  Body image Promosi citra tubuh


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan dan koping
perubahan struktur/bentuk keperawatan selama 2x24 6.5 Identifikasi
tubuh (D.0083) jam diharapkan pasien kemampuan yang
Ditandai dengan: mampu beradaptasi dengan dimiliki
DS: perubahan tubuhnya 6.6 Monitor frekuensi
 Pasien mengatakan tidak Dengan kriteria hasil : pernyataan kritik
nyaman dengan perubahan - Body image positif terhadap diri
kondisi tubuhnya apalagi Mampu mengidentifikasi sendiri
setelah melakukan oprasi kekuatan personal 6.7 Anjurkan
 Pasien mengatakan tidak - Mampu keluarga ter;ibat
menyangka sekarang menerima untuk memotivasi
hanya memiliki satu keadaannya pasien
payudara - Koping keluarga adekuat 6.8 Diskusikan
 Pasien mengatakan dirinya perubahan tubuh
telah cacat dan fungsinya
DO:
Pasien telah menjalankan
mastektomi (pengangkatan
payudara kanan)

5. Gangguan pola tidur  Pain level Dukungan tidur


berhubungan dengan  Sleep : extent 8.6 Identifikasi faktor
kurangnya kontrol tidur and pattern pengganggu tidur
(D.0055) Setelah dilakukan tindakan 8.7 Monitor kuantitas
Ditandai dengan: keperawatan selama 3x24 dan kualitas tidur
DS: jam diharapkan pola tidur pasien
 Pasien mengatakan sulit pasien efektif 8.8 Modifikasi
tidur Dengan kriteria hasil : lingkungan (mis.
 Pasien mengatakan sering - Jumlah jam tidur dalam kebisingan)
terbangun saat tidur ketika batas normal 6-8 jam/hari 8.9 Anjurkan
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
(SDKI) (NOC) (SIKI)
rasa nyeri timbul - Perasaaan segar setelah menepati waktu
 Pasien mengatakan kurang bangun tidur tidur
tidur - Pasien mengetahui 8.10 Jelaskan
DO: pentingnya waktu pentngnya waktu
 Pasien terlihat lesu karena tidur yang cukup tidur
kurang tidur
 TD: 140/80 mmHg
Nadi: 90x/m
RR: 20x.m
T: 36,5 ℃

6. Faktor risiko berhubungan  Immune status Pencegahan infeksi


dengan faktor risiko efek  Knowledge : infection 10.6 Monitor tanda
prosedur invasif (D.0142) control dan gejala infeksi
Ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan lokal dan
DS: - keperawatan selama 3x24 sistemik
DO: jam diharapkan paien tidak 10.7 Berikan
- Terlihat luka jahitan pasca terjadi infeksi perawatan luka
MRM Leukosit : 7.85 10– Dengan kriteria hasil : 10.8 Berikan antibiotik
3
/ µL (dalam rentang - Pasien terbebas dari tanda sesuai terapi
normal) dan gejala infeksi 10.9 Cuci tang an
- Menunjukan sesudah dan
proses sebelum kontak
penyembuhan luka pasien dan
- Pasien dan keluarga lingkungan
paham tentang tanda dan 10.10 Jelaskan tanda
gejala infeksi dan gejala infeksi
- Leukosit dalam rentang
normal (4.80-10.80
10–3 /µl)

Penjelasan: Tabel 4.11 dan 4.12 data dari perencanaan keperawatan yang

dibuat sesuai dengan diagnosa keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah

keperawatan yang ada pada pasien. Pada pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S.A)

terdapat perencanaan yang sama pada diagnosa utama nyeri kronis yaitu

identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,

identifikasi respon nyeri non verbal, berikan analgesik sesuai terapi, dan ajarkan

teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Perencanaan yang sama lainnya

yaitu pada diagnosa keperawatan gangguan pola tidur yaitu identifikasi faktor

pengganggu tidur, monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur, modifikasi lingkungan (mis. kebisingan), anjurkan menepati waktu

tidur, jelaskan pentingnya waktu tidur. Pada perencanaan yang lainnya dibuat

sesuai dengan masing-masing diagnosa yang ditemukan pada pasien.

4.1.5 Pelaksanaan Keperawatan

Tabel 4.13 Pelaksanaan keperawatan pasien 1 (Ny.S) Carsinoma mammae


di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD


Jam Keperawatan
Selasa
02/04/2019
08.15 1.3 Memposisikan pasien 1.3 DS: TRIWINA
semi fowler - Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman
DO:
- Terlihat pasien dalam posisi
semi foeler
5.1 Menanyakan apakah 5.1 DS: TRIWINA
pasien pagi ini sudah - Pasien mengatakan belum
mandi dan menggosok mandi dan menggosok gigi
gigi - Pasien mengatakan ingin
dimandikan anaknya saja
DO:
- Pasien terlihat kurang bersih dan
kurang rapi
08.18 1.1 Menghitung dan 1.1 DS:
melihat respirasi serta - Pasien mengatakan masih sesak TRIWINA
usaha nafas pasien DO:
- RR: 28x/m
- Pernafasan cepat dan dalam
- Adanya otot pernafasan
tambahan berupa otot intercosta
08.20 1.2 Mengecek saturasi 1.2 DO:
pasien - Spo2 : 98% TRIWINA

09.00 2.3 Memberikan injeksi


santagesik 1 amp TRIWINA
(5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
via IV sesuai anjuran
dokter

09.03 3.2 Melihat dan 3.2 DS:


menanyakan apakah - Anak pasien mengatakan ibunya
pasien menghabiskan hanya makan 4 sdm TRIWINA
posi makannya DO:
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
- Terlihat masih banyak makanan
di ransumnya
09.10 3.1 Menghitung indeks 3.1 DO: TRIWINA
massa tubuh pasien - Hasil IMT: 16,8 (berat badan
dengan BB: 38kg TB: kurang)
150 cm - Status nutrisi kurang

09.30 2.2 Melihat ekspresi 2.2 DO: TRIWINA


pasien menahan nyeri - Pasien terlihat meringis
yang dirasakan menahan nyeri
09.31 2.1 Menanyakan nyeri 2.1 DS: TRIWINA
yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus
menerus
DO:
- Pasien terlihat berhati-hati saat
bergerak memiringkan
tubuhnya
09.35 2.4 Mengajarkan teknik 2.4 DS: TRIWINA
nafas dalam untuk - Pasien mengatakan dapat
meredakan rasa nyeri melakukannya
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman namun tidak
mengurangi rasa nyeri
DO:
- Pasien terlihat mempraktikan
teknik nafas dalam
16.00 2.3 Memberikan TRIWINA
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan ranitidin
1 amp (2cc) via IV
sesuai anjuran dokter

16.03 2.1 Menanyakan nyeri 2.1 DS: TRIWINA


yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di
area dada sampai ke lengan
tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
menerus
DO:
- Klien terlihat berhati-hati saat
bergerak memiringkan
tubuhnya
16.05 2.4 Megingatkan pasien 2.4 DS: TRIWINA
teknik nafas unutk - Pasien mengatakan melakukan
mengurangi nyeri teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
- Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
DO:
- Pasien terlihat mempraktikan
teknik nafas dalam
20.00 5.1 Menanyakan mengapa 5.1 DS: TRIWINA
pasien sulit untuk - Pasien mengatakan sulit tidur
tidur karena nyeri
DO:
- Pasien terlihat lesu
Rabu
03/04/2019
09.00 1.4 Mengatur konsentrasi 1.4 DS: TRIWINA
oksigen sesuai terapi - Pasien mengatakan merasa lebih
pasien nyaman dari sebelumnya

09.05 5.2 Menayakan kepada 5.2 DS: TRIWINA


pasien semalam - Pasien mengatakan tidur pukul
apakah bisa tidur? 02.00 sampai 06.00 dan tidak
nyenyak
DO:
- Tidur kurang dari 8 jam

09.15 4.1 Menanyakan apakah 4.1 DS: TRIWINA


pasien pagi ini sudah - Pasien mengatakan pagi ini
mandi belum mandi karen anaaknya
belum datang
- Pasien mengatakan memakaai
baju yang tadi saja
09.20 4.2 Memandikan pasien 4.2 DS: TRIWINA
dan membantu pasien - Pasien mengatakan mau
menggosok gigi dimandikan oleh perawat
DO:
- Pasien terlihat bersih, rapi dan
tercium wangi
09.30 4.3 Meminta pasien untuk 4.3 DS: TRIWINA
menggosok gigi setiap - Pasien mengatakan menunggu
pagi dan sesudah anaknya saja
makan DO:
- Pasien terlihat enggan untuk
- Menggosok gigi secara mandiri
dan teratur
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
09.33 1.3 Mengatur posisi 1.3 DS: TRIWINA
pasien semi fowler - Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman, sesak berkurang
09.35 1.1 Menghitung dan 1.1 DO: TRIWINA
melihat respirasi dan - RR: 25x/m cepat dan dalam
usaha nafas pasien - Penggunaan otot bantu
pernafasan pergerakan intercosta
09.45 2.3 Memberikan injeksi TRIWINA
santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
via IV sesuai anjuran
dokter

10.00 2.1 Menanyakan nyeri 2.1 DS:


yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri di TRIWINA
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
DO:
- Terlihat ada masa pada dada
kiri pasien
10.01 2.4 Megingatkan pasien 2.4 DS:
teknik nafas dalam - Pasien mengatakan merasa lebih TRIWINA
unutk mengurangi nyaman setelah menggunakan
nyeri teknik nafas dalam

13.00 3.2 Melihat dan 3.2 DS:


menanyakan apakah - Anak pasien mengatakan ibunya
TRIWINA
pasien menghabiskan menghabiskan ½ porsi
posi makannya DO:
- Terlihat pasien tidak
menghabiskan porsi makannya

16.00 2.3 Memberikan injeksi


santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai TRIWINA
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
via IV sesuai anjuran
dokter

16.03 2.2 Melihat ekspresi 2.2 DO:


wajah pasien - Pasien terlihat meringis
menahan nyeri TRIWINA
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
- Pasien terlihat kesakitan ketika
meubah posisinya
16.05 2.1 Menanyakan nyeri 2.1 DS: TRIWINA
yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri di
dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
DO:
- Terlihat ada masa pada dada kiri
pasien

21.00 5.4 Menganjurkan pasien 5.4 DS: TRIWINA


untuk tidur - Pasien mengatakan belum bisa
tidur

Kamis
04/04/2019
08.30 5.2 Menayakan kepada 5.2 DS: TRIWINA
pasien semalam - Anak pasien mengatakan ibunya
bagaimana tidurnya, malam ini tidur lebih awal pukul
apakah bisa tidur? 12.00
- bangun jam 06.00
- Pasien mengatakan malam ini
dapat tidur dengan lebih nyenyak
08.35 2.1 Menanyakan nyeri 2.1 DS: TRIWINA
yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri di dada
kiri sedikit berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada
kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk –
tusukR: nyeri terasa di area dada
sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 4
T: nyeri berlangsung terus
menerus
08.38 2.4 Megingatkan pasien 2.4 DS: TRIWINA
teknik nafas dalam - Pasien mengatakan merasa lebih
unutk mengurangi nyaman setelah menggunakan
nyeri teknik nafas dalam

08.45 2.3 Memberikan injeksi TRIWINA


santagesik 1 amp
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan injeksi
ranitidin 1 amp (2cc)
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
via IV sesuai anjuran
dokter

O9.05 2.2 Menghitung dan 2.2 DS: TRIWINA


melihat respirasi - Pasien mengatakan nafasnya
pasien masih terasa sesak
DO:
- RR: 28x/m cepat dan dalam
09.08 1.4 Memastikan nasakanul 1.4 DO: TRIWINA
terpasang dengan - Terlihat terpsang nasakanul
benar dengan konsentrasi 6 liter/menit
09.10 4.1 Menanyakan apakah 4.1 DS:
TRIWINA
pasien pagi ini sudah - Pasien mengatakan pagi ini
mandi belum mandi
DO:
- Pasien terlihat memakai pakaian
yang kemarin
- Pasien terlihat tidak rapi
09.15 4.2 Memandikan pasien 4.2 DS:
dan membantu pasien - Pasien mengatakan mau TRIWINA
menggosok gigi dimandikan oleh perawat
- Pasien mengatakan merasa
- senang
DO:
- Pasien terlihat bersih, rapi dan
tercium wangi
09.40 1.3 Mengatur posisi 1.3 DS:
pasien semi fowler - Pasien mengatakan merasa lebih TRIWINA
nyaman
16.05 2.3 Memberikan
santagesik 1 amp TRIWINA
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter
3.5 Memberikan ranitidin
1 amp (2cc) via IV
sesuai anjuran dokter

19.00 1.1 Menghitung dan 1.1 DS:


melihat respirasi dan - Pasien mengatakan nafasnya
usaha nafas pasien masih terasa sesak dan tidak ada TRIWINA
perubahan
DO:
- RR: 29x/m cepat dan dalam
- Terlihat penggunaan otot bantu
pernafasan pergerakan intercosta
19.03 1.3 Mengatur posisi 1.3 DS:
pasien semi fowler - Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman dengan posisinya yang TRIWINA
sekarang
Tabel 4.14 Pelaksanaan keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) Carsinoma mammae
di ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD


Jam Keperawatan
Rabu
03/04/2019
08.00 1.2 Melihat ekspresi pasien 1.1 DO: TRIWINA
menahan nyeri yang - Pasien terlihat meringis ketika
dirasakan rasa nyeri muncul

08.01 1.1 Menanyakan nyeri 1.1 DS: TRIWINA


yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul di payudara
kanan menjalar sampai ke
ketiak
- P: nyeri akibat benjolan di area
dada (payudara) yang
membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di
area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terdapat benjolan di area dada
(payudara) yang membesar
dengan konsistensi padat
08.03 1.4 Mengajarkan teknik 1.4 DS: TRIWINA
nafas dalam untuk - Pasien mengatakan merasa lebih
meredakan rasa nyeri nyaman
DO:
- Pasien terlihat mempraktik-kan
teknik nafas dalam
08.05 3.1 Menanyakan penyebab 3.1 DS: TRIWINA
cemas - Pasien mengatakan
cemasdengan keadaannya
sekarang dan cemas karena mau
oprasi
DO:
- Terliht kontak mata pasien
kurang
08.08 3.2 Menganjurkan pasien 3.2 DS: TRIWINA
ntuk menarik nafas - Pasien mengatakan merasa lebih
dalam dan tenang
memposisikan pasien DO:
untuk relaks - Pasien terlihat
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
- Mengontrol cemasnya dengan
- Terapi relaksasi nafas dalam
08.10 3.4 Berdiskusi dengan 3.4 DS: TRIWINA
pasien mengenai - Pasien mengatakan merasa lebih
prosedur dan rasa saat tenang dan merasa tidak cemas
dioprasi lagi

08.15 3.3 Meminta keluarga 3.3 DS: TRIWINA


pasien untuk menemani - Adik pasien mengatakan akan
pasien selalu mendampingi pasien
16.10 1. 3 Memberikan injeksi TRIWINA
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter

16.05 2.1 Melihat keadaan 2.1 DO:


drainase pasien - Terlihat drainase dengan cairan TRIWINA
100cc
16.30 1.2 Melihat ekspresi wajah 1.1 DO:
pasien - Pasien terlihat meringis TRIWINA
menahan nyeri
- Paien terlihat melokalisasi posisi
menghindari nyeri
16.32 1.1 Menanyakan nyeri 1.1 DS:
yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri terasa TRIWINA
terus menerus di area kanan
menjalar sampai ke ketiak
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 5
T: Terus menerus
DO:
- Pasien terlihat meringis
Pasien post MRM payudara
kanan
20.00 4.2 Mendengarkan keluhan 4.2 DS:
negatif dari diri pasien - Pasien mengeluh bahwa dirinya
cacat TRIWINA
- Adik pasien mengatakan
kakanya lebih banyak diam
DO:
- Pasien terlihat murung
- Kontak mata kurang
20.05 4.4 Mendiskusikan manfaat 4.4 DS:
dari tindakan MRM - Pasien mengatakan tidak percaya
dengan keadaannya yang TRIWINA
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
sekarang
DO:
- Pasien terlihat mulai terbuka
dalam bercakap-cakap
20.10 4.3 Meinta adik pasien 4.3 DS: TRIWINA
untuk selalu memotivasi - Adik pasien mengatakan selalu
pasien memotivasi kakanya
22.00 5.1 Menanyakan mengapa 5.1 DS: TRIWINA
pasien sulit untuk tidur - Pasien mengatakan sulit tidur
karena nyeri
DO:
- Pasien terlihat belum tidur

Kamis
04/04/2019
08.00 5.2 Menayakan kepada 5.2 DS:
pasien semalam - Pasien mengatakan semalam TRIWINA
bagaimana tidurnya, tidur pukul 01.00 bangun pukul
apakah bisa tidur? 04.00
- Pasien mengatakan kurang tidur
- Pasien mengatakan sekarang
ngantuk
08.05 1.2 Melihat ekspresi wajah 1.1 DS:
pasien - Pasien terlihat tenang TRIWINA

08.10 1.1 Menanyakan nyeri 1.1 DS:


yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyerinya TRIWINA
sudah berkurang
- Pasien mengatakan nyeri
kadang-kadang muncul
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 4
T: hilang timbul
08.15 1.4 Mengingatkan pasien 1.4 DS:
menggunakan teknik - Pasien mengatakan merasa lebih
nafas dalam untuk nyaman setelah menggunakan TRIWINA
meredakan rasa nye ri teknik nafas dalam
DO:
Pasien terlihat tersenyum
08.15 3.1 Melihat dan 3.1 DS:
membersihkan - Drainase terlihat terpasang
drainase dengan kuat, darah yang TRIWINA
tertampung 80cc
09.00 1.3 Memberikan injeksi
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan TRIWINA
anjuran dokter
5.5 Memberikan
injeksi antibiotik
(ceftriakson) 1 vial
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter

10.00 4.2 Melihat dan 4.2 DS: TRIWINA


mendengarkan apakah - Pasien mengatakan sudah
masih ada keluhan menerima keadaannya
mengritik diri sendiri
10.05 4.1 Mendiskusikan 4.1 DS: TRIWINA
kemampuan yang - Pasien mengatakan bersyukur
dimiliki pasien masih diberikan hidup yang
lebih baik dari pada orang yang
diluar sana
- Pasien mengatakan bersyukur
masih bisa beraktivitas secara
normal
DO:
- Pasien terlihat mampu
menyebutkan hal-hal positif
yang ada diri pasien
16.00 1. 3 Memberikan injeksi TRIWINA
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter

18.00 1.2 Melihat ekspresi wajah 1.2 DS: TRIWINA


pasien - Pasien terlihat tenang

18.05 1.1 Menanyakan nyeri 1.1 DS: TRIWINA


yang dirasakan pasien - pasien mengatakan nyeri
hilang timbul diluka oprasi
P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
Terlihat ada perban pada dada
kanan
18.10 5.5 Jelaskan pentingnya 5.5 DS: TRIWINA
waktu tidur - Pasien mengatakan pahanm
apa yang disampaikan oleh
perawat
DO:
- Pasien terlihat memperhatikan
perawat
Jumat TRIWINA
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
05/04/2019
08.30 5.2 Menayakan kepada 5.2 DS:
pasien semalam - Pasien mengatakan semalam
bagaimana tidurnya, tidur pukul 22.00 bangun pukul
apakah bisa tidur? 05.00
- Pasien mengatakan tadi malam
bisa tidur dengan nyenyak
08.33 1.2 Melihat ekspresi wajah 1.2 DS: TRIWINA
pasien - Pasien terlihat tenang

08.05 1.1 Menanyakan nyeri yang 1.1 DS: TRIWINA


dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri hilang
timbul di payudara kanan
menjalar sampai ke ketiak
- Pasien mengatakan nyeri
terkadang muncul
DO:
- Pasien terlihat meringis
- Terlihat ada perban pada dada
kanan
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul
08.10 1.4 Mengingatkan pasien 1.4 DS: TRIWINA
menggunakan teknik - Pasien mengatakan merasa
nafas dalam untuk lebih nyaman setelah
meredakan rasa nye ri menggunakan teknik nafas
dalam
DO:
- Pasien terlihat tersenyum
08.45 1. 4 Memberikan injeksi TRIWINA
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik
(ceftriakson) 1 vial
(5cc) via IV sesuai
dengan anjuran dokter

09.00 6.2 Melakukan perawatn 6.2 DS: TRIWINA


luka pasien - Pasien mengatakan merasa
senang lukanya dibersihkan
DO:
- Luka pasien terlihat bersih
- Luka pasien tidak terlihat adanya
tanda-tanda infeksi
- Panjang luka ±20 cm (29 jahitan)
lebar ±1 cm
09.03 3.3 Menggunakan 3.3 DO: TRIWINA
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan
peralatan seteril seperti - Teknik steril dapat dipertahankan
handscoond steril, bak
intrumen steril saat
melakukan perawatan
luka

09.05 3.1 Melihat keadaan luka 3.1 DS: TRIWINA


- Pasien mengatakan nyeri pada
lukanya
DO:
- Luka terlihat bersih
- Luka tidak berbau
- Panjang luka ±20 cm (29
jahitan) lebar ±1 cm
- Terdapat sedikit kemerahan
pada lokasi jahitan
09.15 6.1 Melihat tanda dan 6.1 DO: TRIWINA
3.2 gejala infeksi pada 3.2 - Tidak terlihat tanda rubor,
luka dan area sekitar kalor, dolor, tumor pada
luka pasien luka dan area sekitar luka
pasien
O9.30 6.5 Menjelaskan tanda dan 6.5 DS: TRIWINA
gejala infeksi - Pasien dan kelurga pahan
mengenai tanda dan gejala
infeksi yang di sampaikan oleh
perawat
DO:
- Pasien terlihat dapat mengulang
tanda dan gejala yang telah
disampaikan oleh perawat
3.4 Berdiskusi cara 3.4 DS: TRIWINA
melakukan perawatan - Pasien mengatakan paham
luka dirumah dengan apa yang perawat
sampaikan
- Pasien mengatakan jadi tahu cara
merawat luka yang benar
DO:
- Pasien terlihat memperhatikan
perawat
09.05 6.4 Mencuci tangan setelah TRIWINA
melakukan tindakan

16.00 1. 3 Memberikan injeksi TRIWINA


santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter
Hari/tgl Implementasi Evaluasi TTD
Jam Keperawatan

17.00 1.1 Menanyakan nyeri 1.1 DS: TRIWINA


yang dirasakan pasien - Pasien mengatakan masih
terasa nyeri pada lukanya
- Pasien mengatakan masih
terasa nyeri pada lukanya
- P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
- T: hilang timbul
DO:
- Pasien terlihat meringis
Sabtu
06/04/2019
08.30 1.2 Melihat ekspresi wajah 1.1 DO: TRIWINA
pasien -Pasien terlihat tennag dan sering
tersenyum

1.1 Menanyakan nyeri yang 1.1 DS: TRIWINA


dirasakan pasien - Pasien mengatakan nyeri terasa
saat tangannnya di angkat ke
atas
P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada
sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: hilang timbul
09.00 1. 3 Memberikan injeksi TRIWINA
santagesik 1 amp (5cc)
via IV sesuai dengan
anjuran dokter
6.3 Memberikan injeksi
antibiotik (ceftriakson)
1 vial (5cc) via IV
sesuai dengan anjuran
dokter

09.05 6.5 Mengingatkan tanda 6.5 DS: TRIWINA


dan gejala infeksi - Kelurga pasien menyebutkan
tanda-tanda infeksi dengan
benar dan mengatakan jika ada
tanda-tanda tersebut segera
meemriksakan diri ke
puskesmas/RS
Penjelasan: Dari tabel 4.13 dan 4.14 data pelaksanaan tindakan

keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada

pasien secara holistik dan komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 (Ny.S)

dilakukan selama 3 hari pada tanggal 02 April 2019 sampai tanggal 04 april 2019

dan pada pasien 2 (Ny.S.A) dilakukan selama kurang lebih 4 hari pada tanggal

03 April 2019 sampai 06 April 2019

4.1.6 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.15 Evaluasi keperawatan pasien 1 (Ny.S) Carsinoma Mammae


di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning

Hari ke 1 I S:
- Pasien mengatakan masih sesak
Selasa O:
02/04/2019 - RR: 28x/m
- Pernafasan cepat dan dalam
- Adanya otot pernafasan tambahan berupa otot intercosta
- Spo2 98%
A: Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen pernafasan dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1.2 Monitor saturasi oksigen
1.3 Posisikan semi fowler atau fowler
1.4 Berikan oksigen
Selasa
02/04/2019 II S:
- Pasien mengatakan nyeri di dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri berlangsung terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Pasien terlihat berhati-hati saat bergerak terutam asaat memiringkan
tubuhnya
A: Masalah Nyeri Kronis belumteratasi
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
2.3 Berikan analgesik sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Selasa
02/04/2019 III S:
- Anak pasien mengatakan ibunya hanya makan 4 sdm
O:
- IMT 16,8 (berat badan kurang)
- Terlihat pasien tidak menghabiskan porsi makannya
- Tidak ada peningkatan BB
- Belum ada hasil lab yang terbaru
Eeritrosit 3,16 10–6/µL (menurun), hemoglobin 11,3 g/dL
(menurun), Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL
A: Masalah Defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Selasa
02/04/2019 IV S:
- Pasien mengatakan belum mandi dan menggosok gigi
- Pasien mengatakan ingin dimandikan anaknya saja
O:
- Pasien terlihat kurang bersih dan kurang rapi
- Pasien terlihat tidak mampumelakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri
A: Masalah Defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan perawatan diri
4.1 Monitor tingkat kemandirian
4.2 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Selasa
02/04/2019 V S:
- Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
O: -
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.1 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.2 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.3 Anjurkan menepati waktu tidur
5.4 Jelaskan pentngnya waktu tidur

Hari ke 2 I S:
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman, sesak berkurang
Rabu O:
03/04/2019 - RR: 25x/m cepat dan dalam
- Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan pergerakan intercosta
A: Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen pernafasan dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1.2 Monitor saturasi oksigen
1.3 Posisikan semi fowler atau fowler
1.4 Berikan oksigen

Rabu
03/04/2019 II S:
- Pasien mengatakan nyeri di area dada kiri belum berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 5
T: nyeri terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Pasien terlihat kesakitan ketika meubah posisinya
A: Masalah Nyeri Kronis belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
2.3 Berikan analgesik sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rabu
03/04/2019 III S:
- Anak pasien mengatakan ibunya menghabiskan ½ porsi
O:
- Terlihat pasien tidak menghabiskan porsi makannya
- Belum ada hasil lab yang terbaru
Eeritrosit 3,16 10–6/µL (menurun), hemoglobin 11,3 g/dL
(menurun), Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL
A: Masalah Defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3.5 Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Rabu
03/04/2019 IV S:
- Pasin mengatakan mau dimandikan oleh perawat
- Pasien mengatakan tidak mau mengosok gigi
- Pasien mengatakan memakai baju yang tadi dipakai saja
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
O:
- Pasien terlihat tidak mampumelakukan aktivitas sehari - hari secara
mandiri
A: Masalah Defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan perawatan diri
4.1 Monitor tingkat kemandirian
4.2 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan

Rabu
03/04/2019 V S:
- Pasien mengatakan kurang tidur dan tidurnya tidak nyenyak
O:
- jumlah waktu tidur pasien kurang dari 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.1 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.2 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.3 Anjurkan menepati waktu tidur
5.4 Jelaskan pentngnya waktu tidur

Hari ke 3 I S:
- Pasien mengatakan nafasnya masih terasa sesak dan tidak ada
Kamis perubahan
04/04/2019 O:
- RR: 29x/m cepat dan dalam
- Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan pergerakan intercosta
A: Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen pernafasan dan pemantauan respirasi
1.1 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
1.2 Monitor saturasi oksigen
1.3 Posisikan semi fowler atau fowler
1.4 Berikan oksigen
Kamis
04/04/2019 II S:
- Pasien mengatakan nyeri di area dada kiri sedikit berkurang
- P: nyeri akibat benjolan di dada kiri yang membesar
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke lengan tangan kiri
S: skala nyeri 4
T: nyeri terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
2.3 Berikan terapi analgesik sesuai terapi
2.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

Kamis
04/04/2015 III S:
- Anak pasien mengatakan ibunya menghabiskan ½ porsi

O:
- Terlihat pasien tidak menghabiskan porsi makannya
- Belum ada hasil lab yang terbaru
Eeritrosit 3,16 10–6/µL (menurun), hemoglobin 11,3 g/dL
(menurun), Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL
A: Masalah defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nutrisi
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor berat badan
3.4 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3.5 Berikan medikasi sebelum atau sesudah makan
Kamis
04/04/2019 IV S:
- Pasin mengatakan merasa senang dimandikan oleh perawat
O:
- Pasien terlihat tidak mampumelakukan aktivitas sehari - hari secara
mandiri
A: Masalah Defisit perawatan diri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan perawatan diri
4.1 Monitor tingkat kemandirian
4.2 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
4.3 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
Kamis
04/04/2019 V S:
- Anak pasien mengatakan ibunya malam ini tidur lebih awal pukul
12.00 bangun jam 06.00
- Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, sering terbangun -
bangun
O:
- jumlah waktu tidur pasien kurang dari 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.1 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.2 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.3 Anjurkan menepati waktu tidur
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
5.4 Jelaskan pentngnya waktu tidur

Tabel 4.16 Evaluasi keperawatan pasien 2 (Ny.S.A) Carsinoma Mammae


di Ruangan Aster RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning

Hari ke 1 I S:
- Pasien mengatakan nyeri terasa terus menerus di area kanan menjalar
Rabu sampai ke ketiak
03/04/2019 - P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 5
T: Terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
- teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis menahan nyeri
- Paien terlihat melokalisasi posisi menghindari nyeri
- Pasien post MRM payudara kanan
A: Masalah Nyeri Kronis
belumteratasi P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.3 Berikan analgesik sesuai terapi
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Rabu
03/04/2019 II S: -
O:
- Terdapat luka post op MRM pada payudara kanan
- Terdapat drainase
A: Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka
2.1 Monnitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2.2 Monitor tanda-tanda infeksi
2.3 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
2.4 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Rabu
03/04/2019 III S:
- Pasien mengatakan merasa lebih tenang dan merasa tidak cemas lagi
- Adik pasien mengatakan akan selalu menn-dampingi pasien
O:
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
- Pasien terlihat mengontrol cemasnya dengan relaksasi nafas dalam
A: Masalah Ansietas teratasi
P: Intervensi dihentikan
Rabu
03/04/2019 IV S:
- Pasien mengeluh bahwa dirinya cacat
- Pasien mengatakan tidak percaya dengan keadaannya sekarang
O:
- Pasien terlihat murung dan lebih bnyak diam
A: Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Promosi citra tubuh dan koping
4.1 Identifikasi kemampuan yang dimiliki
4.2 Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
4.3 Anjurkan keluarga ter;ibat untuk memotivasi pasien
4.4 Diskusikan perubahan tubuh
Rabu
03/04/2019 V S:
- Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
O: -
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.2 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.3 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.4 Anjurkan menepati waktu tidur
5.5 Jelaskan pentngnya waktu tidur
Rabu
03/04/2019 VI S: -
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan
- Leukosit: 7,85 10–3/µL
A: Masalah Resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan antibiotik sesuai terapi
6.4 Cuci tang an sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Hari ke 2 I S:
- Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
Kamis - P: nyeri akibat post op MRM
04/04/2019 Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: terus menerus
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan nyeri berkurang setelah
menggunakan teknik nafas dalam
O:
- Pasien terlihat tenang
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.3 Berikan analgesik sesuai terapi
1.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

Kamis II S: -
04/04/2019 O:
- Terdapat luka post op MRM pada payudara kanan
- Terdapat drainase
A: Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka
2.5 Monnitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2.6 Monitor tanda-tanda infeksi
2.7 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
2.8 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandir
Kamis
04/04/2019 IV S:
- Pasien mengatakan telah menerima keadaannya yang sekarang
- Pasien mengatakan bersyukur masih bisa beraktivitas secara mandiri
- Adik pasien mengatakan selalu memotivasi kakanya
O:
- Pasien terlihat mampu mengungkapkan hal positif yang dimiliki
A: Masalah gangguan citra tubuh teratasi
P: intervensi dihentikan
Kamis
04/04/2019 V S:
- Pasien mengatakan paham mengenai pentingnya waktu tidur yang
cukup
O:
- Jumlah waktu tidur pasien kurang dari 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan tidur
5.2 Monitor kuantitas, kualitas tidur pasien dan perasaan setelah
bangun tidur
5.3 Modifikasi lingkungan (mis. kebisingan)
5.4 Anjurkan menepati waktu tidur
5.5 Jelaskan pentngnya waktu tidur
kamis
04/04/2019 VI S: -
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan
- Leukosit: 7,85 10–3/µL
A: Masalah Resiko infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan antibiotik sesuai terapi
6.4 Cuci tang an sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Hari ke 3 I S:
- Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang
jum’at - Pasien mengatakan nyeri tergadang masih muncul
05/04/2019 - P: nyeri akibat post op MRM
Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul
- Pasien mengatakan merasa lebih nyaman setelah menggunakan
teknik nafas dalam namun tidak mengurangi rasa nyeri
O:
- Pasien terlihat tenang
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.2 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.3 Berikan analgesik sesuai terapi
1.4 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Jum’at
05/04/2019 II S:
- Pasien mengatakan nyeri pada area jahitan
- Pasien mengatakan menjadi tau cara merawat luka yang benar
O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan panjang ±20
(terdapat 29 jahitan) cm lebar ±1 cm
- Terdapat drainase
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka dan area sekitar luka
- Luka terlihat lembab dan mengelurkan cairan
A: Masalah gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Perawatan luka
2.1 Monnitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
2.2 Monitor tanda-tanda infeksi
2.3 Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
2.4 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
jum’at
05/04/2019 V S:
- Pasien mengatakan semalam tidur pukul 22.00 bangun pukul 05.00
- Pasien mengatakan tadi malam bisa tidur dengan nyenyak
- Pasien mengatakan segar saat bangun tidur
O:
- Jumlah waktu tidur pasien 8 jam
A: Masalah gangguan pola tidur teratasi
P: intervensi dihentikan
Jum’at
05/04/2019 VI S:
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
- Pasien dan kelurga pasien mengatakan paham mengenai tanda dan
gejala infeksi

O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan panjang ±20
(terdapat 29 jahitan) cm lebar ±1 cm
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor kalor, dolor,
tumor
- Leukosit: 7,85 10–3/µL
A: Masalah Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan antibiotik sesuai terapi
6.4 Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Hari ke 4 I S:
- Pasien mengatakan nyeri terasa saat tangannnya di angkat ke atas
Sabtu - P: nyeri akibat post op MRM
06/04/2019 Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak
S: skala nyeri 3
T: nyeri hilang timbul

O:
- Pasien terlihat tenang dan sering tersenyum
A: Masalah Nyeri Kronis teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
1.5 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1.6 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.7 Berikan analgesik sesuai terapi
1.8 Ingatkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Sabtu
06/04/2019 VI S:
- Pasien dan kelurga pasien mengatakan paham mengenai tanda dan
gejala infeksi

O:
- Terlihat perban luka pos op MRM payudara kanan panjang ±20
(terdapat 29 jahitan) cm lebar ±1 cm
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor kalor, dolor,
tumor
- Leukosit: 7,85 10–3/µL
A: Masalah Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
Pencegahan infeksi
6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
6.2 Berikan perawatan luka
6.3 Berikan terapi antibiotik sesuai terapi
Hari/tgl No. Dx Subyektif/Obyektif/Analisa/Planning
6.4 Cuci tang an sesudah dan sebelum kontak pasien dan lingkungan
6.5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Penjelasan: Tabel 4.15 dan 4.16 data dari evaluasi tindakan keperawatan

dilakukan kurang lebih 3x24 jam dan dilihat dari evaluasi di atas kedua pasien

memiliki hasil yang berbeda. Masalah keperawatan pada pasien 1 (Ny.S) dari 5

(lima) masalah keperawatan, ada 4 (empat) masalah keperawatan yang belum

teratasi yaitu, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, defisit perawatan diri dan

gangguan pola tidur, keempat masalah tersebut tidak menunjukan perubahan

yang diharapkan dan 1 (satu) masalah keperawatan lainnya yaitu, nyeri kronik

yang keduanya teratasi sebagian.

Nyeri kronis menunjukan perubahan skala nyeri berkurang dari 5 menajdi

4, pasien mengatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang, dan pasien dapat

mengontrol nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam

Pada masalah keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) dari 6 (enam) masalah

keperawatan, ada 3 (tiga) masalah keperawatan yang teratasi sebagian yaitu, nyeri

kronis, gangguan integritas kulit/jaringan dan resiko infeksi, nyeri kronis

menunjukan perubahan berkurangnya skala nyeri dari 5 menjadi 3, merasa

nyaman setelah nyeri berkurang, dan dapat mengontrol nyeri dengan teknik

relaksasi nafas dalam, gangguan integritas kulit menunjukan tidak ada tanda-

tanda infeksi, luka menunjukan proses pennyembuhan, dan resiko infeksi

menunjukan leukosit dalam rentang normal, pasien dan kelurga pasien

memahami mengenai tanda-tanda infeksi dan tidak ada tanda dan gejala infeksi

berupa kalor, dolor, tumor, rubor di luka dan sekitar area luka pasien. Sedangkan
3 (tiga) masalah keperawatan lainnya yaitu, ansietas, gangguan citra tubuh dan

gangguan pola tidur menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan sehingga

masalah keperawatan dapat teratasi.

4.2 Pembahasan

Asuhan keperawatan pada pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S.A) dengan

diagnosa medis Carsinoma nmammae di ruang Aster RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda terhitung dari tanggal 02 April 2019 sampai 06 April 2019.

Dalam pembahasan ini penulis akan mebahas mengenai kesenjangan anatara teori

dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus.

Dignosa kemungkinan muncul menurut teori Nurarif (2015) ada 10

(sepuluh) diagnosa keperawatan pada pasien Carsinoma mammae, yaitu: Pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada, hambatan

upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas) (D.0005), nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisiologi (D.0077), defisit nutrisi berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan (D.0019), gangguan integritas

kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (penekanan massa kanker)

(D.0139), gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054),

gangguan cinta tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh

(D.0083), ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian (D.0080),

gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055), defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111) resiko

infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif (D.0142).

Dari 10 (sepuluh) diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori, pada

pasien 1 (Ny.S) terdapat 4 (empat) diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu

pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng dada (D.0005),

nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078), defisit nutrisi

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien ke jaringan

(D.0019), gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

(D.0055) dan ada 1 (satu) diagnosa keperawatan yang diluar dari teori, yaitu

defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109). Ada 6 (enam)

diagnosa keperawatan yang tidak muncul, yaitu gangguan integritas kulit/jaringan

(D.0139), gangguan cinta tubuh (D.0083), gangguan mobilitas fisik (D.0054),

ansietas (D.0080), resiko infeksi (D.0142) dan defisit pengetahuan (D.0111),

diagnosa tersebut tidak muncul karena tidak ada data mayor atau minor yang

menunjang pada pasien Ny.S.

Pada pasien 2 (Ny.S.A) terdapat 6 (enam) diagnosa kepoerawatan sesuai

teori yang muncul, yaitu nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor

(D.0078), gangguan integritas kulit/jaringan dengan faktor mekanik (luka oprasi)

(D.0080), resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko berhubungan dengan

tindakan invasif (D.0142), gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

struktur/bentuk tubuh (D.0083), ansietas berhubungan dengan krisis situasional

(D.0080) dan gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

(D.0055). ada 4 (empat) diagnosa keperawatan yang tidak muncul, yaitu pola
nafas (D.0005), defisit nutrisi (D.0019),gangguan mobilitas fisik (D.0054) dan

defisit pengetahuan (D.0111). Diagnosa tersebut tidak muncul karena tidak ada

data mayor atau minor yang menunjang pada pasien Ny.S.A.

Berikut uraian dari masing-masing diagnosa yang muncul pada kedua

pasien dalam studi kasus ini, sebagai berikut:

4.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinidng

dada (D.0005)

Pola nafas tidak efektif merupakan masalah pada pernafasan berupa

inspirasi dan atau ekspirasi sehingga memberikan ventilasi yang tidak adekuat.

Biasanya ditandai dengan respiratory rate meningkat, adanya penggunaan otot

pernafasan pada saat bernafas, adanya pergerakan cuping hidung saat bernafas

(SDKI, 2016). Dalam penyakit Carsinoma mammae biasanya masalah ini lazim

muncul karena disebabkan pertumbuhan massa kanker yang mendesak dinding

dada sehingga mengurangi perkembangan paru-paru.

Menurut Marmi (2016) posisi yang sesuai untuk keadekuatan oksigen

adalah posisi semi fowler, posisi ini dapat mendorong isi perut kebawah dan

mengurangi tekanan dinding thorak pada paru-paru sehingga ekspansi maksimal

sehingga dapat membuat pasien mudah untuk bernafas. Hal ini sejalan dengan

penelitian Boki, Rolly dan Onibala (2013) pada penelitiannya yang berjudul

Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Kestabilan Pola Nafas


menjelaskan adanya pengaruh terhadap kestabilan pola napas sebelum dan

sesudah diberikan posisi semi fowler.

Pada saat pengkajian pasien 1 (Ny.S) masalaha ini merupakan prioritas

utama karena menurut maslow kebutuhan fisiologi yaitu salah satunya oksigenasi

merupakan kebutuhan utama yang harus diatasi terlebih dahulu. Pada saat

pengkajian ditemukan data pada Ny.S, yaitu bernafas menggunakan otot bantu

pernafasan berupa pergerakan interkosta, adanya pernafasan cuping hidung dan

respirasi rate 26x/m.

Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah pol anafas tidak efektif, yaitu

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas

pasien menjadi efektif dengan kriteria hasil: RR dalam batas normal (16-

20x/menit), jalan nafas paten, suara nafas vasikuler, pola nafas normal, irama

nafas reguler, tidak ada suara nafas tambahan. Menurut SIKI (2018) tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan natara lain, yaitu monitor pola nafas

(frekuensi, kedalaman, usaha nafas), monitor saturasi oksigen, posisikan semi

fowler atau fowler, berikan oksigen.

Beberapa tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan selama

3x24 jam yaitu melihat pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas),

menghitung saturasi oksigen, mengatur posisi semi fowler atau fowler, memasang

oksigen sesuai terapi.

Adapun hasil dari tindakan keperawatan pada pasien 2 (Ny.S) pada hari

selasa 02 April sampai kamis 04 April yaitu pasien masih sesak merasakan sesak

yang sama, respirasi rate masih diatas normal, adanya otot pernafasan tambahan.
Berdasarkan evaluasi hasil keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis

masalah keperawatan pola nafas tidak efektif pada Ny.S tidak teratasi karena

tidak menunjukan perubahan sesuai tujuan.

4.2.2 Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)

Nyeri kronis merupakan keadaan ketidak nyamanan berkaitan dengan

kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan (PPNI, 2016). Nyeri

merupakan suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial di sertai

penatalaksanaan pengobatan. Dalam penyakit Carsinoma mammae nyeri

merupakan tanda gejala yang umum terjadi karena akibat pertumbuhan massa

yang mendesak organ lain, nyeri karena ulkus pada carsinoma maame dan nyeri

efek dari terapi pengobatan yang dijalani.

Nyeri dari penyakit Carsinoma mammae berupa nyeri akut maupun nyeri

kronis. Keluhan nyeri kronis merupakan keluhan yang paling menakutkan bagi

penderita kanker payudara. Data nyeri di ungkapkan dengan PGRST,

P=Provokate (faktor pencetus timbulnya nyeri), Q=Quality (kualitas nyeri yang

diungkpkan oleh pasien), R=Region (lokasi dirasakan nyeri), S=Saver (tingkat

keparahan biasanya menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan,

sedang, atau berat) dan T=Timing (seberapa sering nyeri dirasakan). Pengukuran

skala nyeri dapat menggunakan alat ukur NRS (Numeric Rating Scale).

Menurut Diyono (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Teknik Relaksasi

Terhadap Penurunan Skala Nyeri Post Operasi menjelaskan bahwa sekala nyeri

dapat berkurang dengan menggunakan teknik relaksasi nafas dalam. Selain teknik
relaksasi untuk mengatasi nyeri menurut Astuti (2016) penatalaksanaan nyeri di

rumah sakit biasanya diberikan terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis

NSAID (Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs).

Dalam studi kasus ini nyeri merupakan masalah utama pada pasien 2

(Ny.S.A) dan masalah kedua pada pasien 1 (Ny.S). pada saat dilakukan

pengkajian pada pasien 2 (Ny.S.A) ditemukan data P: nyeri akibat benjolan di

area dada (payudara) yang membesar kurang lebih sudah 6 bulan, Q: nyeri seperti

tertusuk-tusuk, R: nyeri terasa di area dada sampai ke ketiak, S: skala nyeri 4, T:

nyeri berlangsung hilang timbul. Data P berubah setelah pasien menjalankan

oprasi mastektomi P menjadi nyeri akibat post op MRM dan pada pasien 1 (Ny.S)

ditemukan data P: nyeri akibat benjolan di area dada (payudara) yang membesar

kurang lebih sudah 3 bulan, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri terasa di area

dada sampai ke ketiak, S: skala nyeri 4, T: nyeri berlangsung hilang timbul dan

terlihat ekspresi wajah meringis menahan nyeri.

Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah nyeri konis, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien hilang

atau nyeri berkurang dengan kriteria hasil: skala nyeri berkurang (skala nyeri 2),

klien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri non farmakologi, klien

mampu menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang. Menurut SIKI (2018) ada

beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi respon nyeri

non verbal, berikan analgesik sesuai terapi, ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi nyeri.
Beberapa tindakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan selama

3x24 jam yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, meidentifikasi respon nyeri non verbal, mengajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, dan dilakukan kolaborasi obat

analgesik yang bertujuan membantu dalam mengurangi nyeri.

Adapun hasil dari tindakan keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) hari

pertama rabu 03 April yaitu nyeri post MRM dengan skala nyeri meningkat

menjadi 5 dan dirasakan terus menerus, pada hari kedua kamis 04 april yaitu

nyeri nyeri berkurang dengan skala nyeri menjadi 3 dan dirasakan terus menerus,

pada hari keempat sabtu 06 April dan jum’at 05 april 2 nyeri yang dirasakan

dengan skala 3 dan rasa nyeri hilang timbul, pasien dapat mengontrol nyeri

dengan menggunakan teknik nafas dalam, dan pasien mengatakan merasa lebih

nyaman setelah nyeri berkurang. Pada pasien 1 (Ny.S) pada hari pertama selasa

02 April yaitu nyeri di dada kiri belum berkurang dengan sekala nyeri 5 nyeri

terasa terus menerus, pada hari kedua rabu 03 April yaitu nyeri di dada kiri juga

tidak kunjung berkurang dengan skala nyeri 5 nyeri terasa terus menerus dan

pada hari ketiga kamis 04 April yaitu nyeri sedikit berkurang dengan skala nyeri

4 nyeri terasa hilang timbul, pasien dapat mengontrol nyeri dengan teknik nafas

dalam.

Jadi, berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh

penulis masalah keperawatan nyeri pada pasien 1 (Ny.S) teratasi sebagain pada

keperawatan hari ketiga dan pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi sebagian pada

keperawatan hari kedua.


4.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

(D.0019)

Defisit nutrisi merupakan keadaan asupan nutrisi yang tidak mencukupi

kebutuhan tubuh dengan tanda-tanda penurunan berat badan minimal 10% di

bawah rentang ideal, nafsu makan menurun, tidak menghabiskan porsi makannya,

rambut rontok, serum albumin menurun (SDKI, 2016). Masalah gizi pada

penderita kanker pada umumnya tubuh membutuhkan nutrisi yang lebih akibat

adanya pertumbuhan kanker namun pasien sulit menerima makanan akibat efek

dari terapi pengobatan, bila tidak diatasi dapat memperburuk kondisi

kesehatannya (Kusmawardani, 2017).

Diagnosa ini dapat ditegakkan jika ditemukan data ABCD (Antropometri,

biokimia, clinis, diit). Antropometri yaitu ukurann tubuh seperi BB, TB dan

LILA, biokimia yaitu pemeriksaan spesimen dari laboratorium seperi albumin,

eritrosit dan hemoglobin, clinis yaitu keadaan atau perubahan dari tubuh yang

menunjukan kurangnya zat gizi seperti kulit yang kering dan kusam, rambut

rontok berlebihan dan konjungtiva anemis.

Pada saat pengkajian ditemukan data pada pasien 1 (Ny.S) yaitu A: BB:

38 kg, TB:150 cm, IMT: 16,8, Lila: 22 cm, B: eritrosit 3,16 10–6/µL (menurun),

hemoglobin 11,3 g/dL (menurun) , Albumin 3.4 g/L (menurun), GDS 118 mg/dL,

C: kulit terlihat kering, rambut terlihat rontok berlebihan, D: diit TKTP (tinggi

kalori tinggi protein), sehingga penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas

ke tiga setelah pola nafas tidak efektif dan nyeri kronis.


Menurut NIC (2018) tujuan dari masalah defisit nutrisi, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi pasien

terpenuhi dengan kriteria hasil: tidak terjadi penurunan berat badan, adanya

peningkatan berat badan, IMT dalam rentang normal, mampu menghabiskan

porsi makannya, hasil laboratorium menunjukan albumin dalam rentang normal

(3.5-5.5 g/L), hemoglobin dalam rentang normal (3 (12.0-16.0 g/dl). Menurut

SIKI (2018) ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu

identifikasi status nutrisi, monitor asupan makanan, monitor berat badan, monitor

hasil pemeriksaan laboratorium dan berikan medikasi sebelum atau sesudah

makan.

Beberapa tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan selama 3x24 jam

yaitu mengidentifikasi status nutrisi pasien dengan menghitung IMT, memantau

asupan nutrisi pasien dengan melihat seberapa banyak makanan yang masuk, dan

memeberikan ranitidin untuk mencegah mual. Adapun hasil dari tindakan

keperawatan pada pasien 1 (Ny.S) pada hari selasa 02 April yaitu IMT 16,8 yang

berarti berat badan kurang, pasien hanya menghabiskan 4 sdm dari porsi

makannya, pada hari rabu 03 April dan kamis 04 April yaitu asupan makanan

meningkat, pasien menghabiskan ½ dariporsi makannya. Jadi, berdasarkan hasil

evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah keperawatan

defisit nutrisi pada pasien 1 (Ny.S) tidak teratasi karena tidak menunjukan

perubahan sesuai tujuan.

4.2.4 Gangguan integritas kulit/jaringan dengan faktor mekanik (luka

oprasi) (D.0080)
Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan pada kulit/jaringan,

biasanya pada penyakit Carsinoma mammae masalah ini lazim muncul akibat

adanya ulkus atau tindakan pengonatan yang dilakukan. Tanda dan gejala yang

muncul berupa adanya keursakan jaringan dan/lapisan kulit, nyeri luka,

perdarahan, hematoma dan kemerahan (SDKI,2015).

Pada saat pengkajian ditemukan data pada pasien 2 (Ny.S.A) berupa luka

pada area dada sebelah kiri karen post oprasi MRM (Mastektomi Radikal

Modifikasi) dengan panjang luka ±20 cm (29 jahitan) lebar ±1 cm, sehingga

penulis harus menegakkan diagnosa ini kedalam prioritas kedua setelah nyeri

kronis.

Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah gangguan integritas kulit, yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Integritas

kulit pasien membaik dengan kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeki,

menunjukan proses penyembuhan luka dan pasien menunjukan pemahaman

dalam perawatan luka. Menurut SIKI (2018) terdapat beebrapa tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu monnitor karakteristik luka (mis.

drainase, warna, ukuran, bau), monitor tanda-tanda infeksi, pertahankan teknik

steril saat melakukan perawatan luka dan ajarkan prosedur perawatan luka secara

mandiri.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam yaitu

melihat karakteristik luka, memantau adanya tanda-tanda infeksi pada luka dan

area sekitar luka, pada hari jum’at tanggal 05 April pukul 09.05 penulis

melakukan perawatan luka dengan teknik steril menggunakan peralatan-peralatan


yang steril, dan memberikan edukasi cara merawat luka dengan benar. Adapun

hasil dari tindakan keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) pada hari jum’at 05 April

yaitu tidak ada tanda-tanda infeksi, pasien menunjukan pemahaman dalam

perawatan luka, luka terlihat lembab dan mengelurkan cairan, luka belum

menunjukan adanya penyembuhan luka. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi

keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah keperawatan gangguan

integritas kulit/jaringan pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi sebagian.

4.2.5 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

Ansietas merupakan kondisi emosi yang di rasakan akibat antisipasi

bahaya yang memungkinkan dapat membahayakan diri, tanda dan gejalanya

berupa sulit berkonsentrasi, tampah gelisah, tampak tegang, sulit tidur, frekuensi

nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat (SDKI, 2015). Pada pasien

Carsinoma mammae ditemukan kondisi cemas karena memikirkan penyakitnya

dan cemas karena menghadapi pengobatan yang akan dijalani. Tanda dan gejala

yang muncul sesuai kondisi tersebut yaitu, merasa khawatir dengan kondisi ynag

dihadapi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur, sulit berkonsentrasi,

frekuensi nafas meningkat, frekuenai nadi meningkat. Efek kecemasan pada

pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa nyeri dan mengganggu

kemampuan tidur (Mohammed S., dkk, 2012).

Penilaian tingkat kecemasan dapat dilakukan dengan kuesioner HARS

(Hamilton Rating Scale For Anxiety), pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

HARS memiliki skala 0-4, nilai rata-rata yang dipeoleh responden selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan rentang nilai level tingkat kecemasan yaitu sekor 0-

14 (artinya tidak ada kecemasan), skor 14-20 (artinya kecemasan ringan), skor

21-27 (artinya kecemasan sedang), skor14-20 (artinya kecemasan ringan), skor

21-27 (artinyakecemasan sedang), skor 28-41 (artinya kecemasanberat) dan skor

42-56 (artinya kecemasan berat sekali) (Kristina, 2017). Salah satu intervensi

untuk mengurangi skor HARS dapat dilakukan dengan teknik relaksasi, menurut

Sari Apriliya (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pelatihan Teknik

Relaksasi Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara

menjelaskan bahwa pelatihan teknik relaksasi terbukti efektif menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien kanke payudara.

Pada saat pengkajian ditemukan data pada pasien 2 (Ny.S.A), yaitu nilai

skor HARS 16 (kecemasan ringan) pasien mengatakan cemas, pasien mengatakan

takut dan sulit tidur karena nanti akan dioprasi, pasien terlihat gelisah dan tegang,

sehingga penulis mengankat diagnosa ini menjadi prioritas ketiga setelah nyeri

kronik dan gangguan integritas kulit.

Menurut NIC (2015) tujuan masalah keperawatan ansietas, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan ansietas

berkurang dengan kriteria hasil: klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan prasaan cemas serta dapat mengontrol cemas. Menurut SIKI

(2018) ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu

identifikas penyebab ansietas, berikan terapi relaksasi, anjurkan keluarga untuk

tatap bersama pasien dan jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang akan dialami.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 1x30 jam yaitu

mencari tau penyebab ansietan pasien, mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk

mengurangi cemas, berdiskusi mengenai manfaat, prosedur dan rasa saat dioprasi,

meminta kelurga pasien untuk selalu menemani pasien.

Adapun hasil dari tindakan keperawatan ansietas pada pasien 2 (Ny.S.A)

pada hari rabu 03 April pasien pasien mampu mengungkapkan penyebab cemas,

pasien mengatakan cemas berkurang, pasien mampu mengontrol cemas dengan

teknik relaksasi. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang telah

dilakukan oleh penulis masalah ansietas pada pasien 2 (Ny.S.A) telah teratasi

karena menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan.

4.2.6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

struktur/bentuk tubuh (D.0083)

Gangguan citra tubuh merupakan persepsi mengenai penampilan, struktur

dan fungsi tubuh karena trauma atau karena efek samping pengobatan. Pada

pasien Carsinoma mammae hal ini lazim terjadi karena ketidak mampuan pasien

dalam menerima keadaannya, tanda dan gejala yang muncul berupa

mengucapkan kecacatan, mengungkapkan perasaan negatif dari perubahan

tubunya, kehilangan bagian tubuh, fungsi struktur tubuh berubah, fokus

berlebihan pada perubahan tubuh (SDKI,2015). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Oetami,dkk (2014) perubahan fisik yang ditemukan berupa

kerontokan rambut akibat kemotrapi, penurunan berat badan yang drastis akibat

kurang nutrisi, gangguan integritas kulit akibat terapi radiasi, nyeri pada massa
yang membesar, perubahan bentuk payudara akibat dari pertumbuhan massa

kanker atau efek dari mastektomi.

Memotivasi merupakan dukungan sosial untuk mencipkatan kenyaman

bagi pasien maka, motivasi merupakan salah satu intervensi terpenting dalam

diagnosa ini hal ini sejalan dengan penelitian Puspita Rika.T (2017) dengan judul

Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh Pasien Kanker Payudara Post

Op Mastektomi yang di dalamnnya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang

signifikas terhadap dukungan sosial dan gangguan citra tubuh pada pasien kanker

payudara setelah menjalankan post op mastektomi.

Pada saat pengkajian data yang ditemukan pada pasien 2 (Ny.S.A), yaitu

pasien mengatakan tidak nyaman dengan perubahan kondisi tubuhnya apalagi

setelah melakukan oprasi, pasien mengatakan tidak menyangka sekarang hanya

memiliki satu payudara dan mengatakan bahwa dirinya telah cacat, sehingga

penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas empat setelah nyeri kronis,

gangguan intergritas kulit dan ansietas.

Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah gangguan citra tubuh, yaitu,

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien

mampu beradaptasi dengan perubahan tubuhnya dengan kriteria hasil: body

image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal, mampu menerima

keadaannya dan oping keluarga adekuat. Menurut SIKI (2018) ada beberapa

tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi kemampuan yang

dimiliki, monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri, anjurkan


keluarga terlibat untuk memotivasi pasien, diskusikan perubahan tubuh dan

fungsinya.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 2x24 jam yaitu

mendiskusikan kemampuan positif yang pasien miliki, melihat apakah masih ada

kritikan diri yang pasien katakan, meminta kelurga pasien untuk memotivasi

pasien, mendiskusikan mengenai manfaat pengobatan yng pasien jalani. Adapun

hasil dari tindakan keperawatan gangguan imobilisasi pada pasien 2 (Ny.S.A)

pada hari rabu 03 April dan kamis 04 April yaitu pasien mengatakan telah

menerima keadaannya, mampu mengidentifikasi hal positif yang pasien miliki

dan koping kelurga adekuat. Jadi, berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang

telah dilakukan oleh penulis masalah gangguan citra tubuh pada pasien 2

(Ny.S.A) telah teratasi karena menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan.

4.2.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur

(D.0055)

Gangguan pola tidur merupakan gangguan yang sering dialami oleh

pasien dengan penyakit kronis seperi Carsinoma mammae dimana nyeri

mengganggu kualitas dan kuantitas tidur. Tanda gejala yang muncul dari masalah

tersebut yaitu, mengeluh sulit tidur, tidak puas saat tidur, pola tidur berubah, dan

istirahat tidak cukup (SDKI, 2016). Menurut Hananta (2014) pada pasien kanker

insomnia merupakan gangguan tidur yang umum terjadi, pola tidur pasien kanker

dapat terganggu karena sakit fisik akibat nyeri pertumbuhan kanker, efek

samping obat-obatan atau terapi kanker lainnya. Dari hasil penelitiannya juga

menjelaskan adanya keterkaitan antara nyeri dan depresi dengan gangguan tidur,
depresi meningkatkan 4,4 kali mengalami gangguan tidur dan nyeri 3,9 kali

meningkatkan gangguan tidur.

Pada saat pengkajian diagnosa ini muncul pada kedua pasien, pada pasien

1 (Ny.S) yaitu gangguan pola tidur dengan keluhan Pasien mengatakan sulit

untuk tidur apa lagi di rumah sakit dan masalah yang muncul pada pasien 2

(Ny.S.A) yaitu gangguan pola tidur dengan keluhan sering terbangun dari tidur

saat rasa nyeri timbul. Sehingga penulis mengangkat diagnosa ini pada pasien 1

(Ny.S) menjadi prioritas kelima setelah pola nafas tidak efektif, nyeri kronis,

defisit nutrisi, dan defisit perawatan diri sedangkan pada pasien 2 (Ny.S.A)

menjadi prioritas kelima setelah nyeri kronis, gangguan intergritas kulit dan

jaringan, ansietas dan gangguan cintra tubuh.

Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah gangguan pol atidur, yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola tidur

pasien efektif dengan kriteria hasil: jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8

jam/hari, perasaaan segar setelah bangun tidur dan pasien mengetahui pentingnya

waktu tidur yang cukup. Menurut SIKI (2018) ada beebrapa tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi faktor pengganggu tidur,

monitor kuantitas dan kualitas tidur pasien, modifikasi lingkungan (mis.

kebisingan), anjurkan menepati waktu tidur dan jelaskan pentngnya waktu tidur.

Beberapa tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam

yaitu, menemukan faktor penyebab sulit tidur, memantau kualitas dan kuantitas

tidur pasien, menyarankan pasien untuk tidur, memberika informasi pentingnya

tidur bagi orang yang sakit. Adapun hasil dari tindakan keperawatan gangguan
pola tidur pada pasien 1 (Ny.S) dengan hasil evaluasi akhir waktu tidur pasien

kurang dari 8 jam, pasien masih mengeluh sulit tidur sedangkan pada pasien 2

(Ny.S.A) dengan hasil evaluasi akhir pasien mengatakan dapat tidur dengan

nyenyak, merasa segar saat bangun tidur dan waktu tidur 8 jam. Jadi, berdasarkan

hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah gangguan

pola tidur pada pasien 1 (Ny.S) tidak teratasi karena tidak menunjukan

perubahan sesuai tujuan dan pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi karena menunjukan

perubahan sesuai tujuan.

4.2.8 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109)

Defisit perawatan diri merupakan kondisi diman tidak dapat melakukan

perawatan diri meliputi kegiatan sehari-hari seperti eliminasi, makan dan mandi

secara mandiri, biasanya dikarenakan keterbatasan fisik atau kelemahan pada

fisik, tanda dan gejala menolak melakukan perawatann diri, tidak mampu

melakukan mandi, mengenakan pakaaian,ke toilet mandi, berhias secara mandiri

dan melakukan perawatan diri kurang (SDKI,2015). Defisit perawatan diri

merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami penurunan kemampuan

dalam melakukan atau melengkapi aktivitas sehari-hari secara mandiri seperti

mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (Pinendedi,2015).

Pada Carsinoma mammae diagnosa ini tidak ada dalam tinjauan teori

tetapi penulis harus mengangkat diagnosa ini karena masalah ini muncul pada

pasien 1 (Ny.S) dimana ditemukan data pasien tidak dapat melakukan ADLs

secara mandiri, pasien terlihat kotor tidak rapi dan tidak ada yang
memandikannya sehingga harus membutuhkan bantuan dari perawat, sehingga

penulis mengangkat diagnosa ini menjadi prioritas keempat setelah pola nafas

tidak efektif, nyeri kronis, dan defisit nutrisi.

Menurut NIC (2015) tujuan dari masalah defisit perawatan diri, yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan

kemampuan pasien dalam merawat diri meningkat dengan kriteria hasil: aktivitas

kehidupan seharii-hari (ADLs) mampu untuk melakukan aktivitas perawatan fisik

dan pribadi secara mandiri atau dengan alat bantu. Menurut SIKI (2018) ada

beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu monitor tingkat

kemandirian, fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan

perawatan diri dan njurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai

kemampuan.

Beberapa tindakan yang telah dilakukan selama 3x24 jam yaitu

menanyakan pasien apakah pasien sudah melakukan hygine secara mandiri,

membantu pasien untuk mandi, menyarankan pasien untuk menggosok gigi

secara teratur. Adapun hasil dari tindakan keperawatan defisit perawatan diri

pada pasien 1 (Ny.S) dengan hasil evaluasi akhir pasien tidak mampu melakukan

aktifitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri. Jadi, berdasarkan hasil

evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis masalah defisit

perawatan diri pada pasien 1 (Ny.S) tidak teratasi karena tidak menunjukan

perubahan sesuai tujuan.

4.2.9 Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko berhubungan

dengan tindakan invasif (D.0142)


Resiko infeksi merupakan kondisi dimana pasien beresiko mengalami

peningkatakan terserang organisme patogen. Pada pasien Carsinoma mammae

yang telah melaukan pembedahan mastektomi beresiko mengalami infeksi pada

area luka karena bakteri anaerob mudah tumbuh dalam keadaan tersebut sehingga

memerlukan manajemen luka kanker yang bertujuan untuk memantau nyeri,

infeksi, jumlah eksudat, perdarahan dan maserasi sekitar luka (Kozier et al, 200).

Pada studi kasus ini ditegakkan resiko infeksi karena pada saat pengkajian

ditemukan data pada pasien 2 (Ny.S.A) memiliki luka post oprasi pengangkatan

payudara yang luka tersebut beresiko terjadi infeksi, leukosit 7.85 10–3 / µl

sehingga harus mendapatkan perawatan luka yang benar. Pada studi kasus ini

penulis mengangkat resiko infeksi kedalam prioritas keenam setelah nyeri kronis,

gangguan integritas kulit/jaringan, ansietas, gangguan citra tubuh dan gangguan

pola tidur.

Menurut NIC (2015) tujuan masalah resiko infeksi, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan paien tidak terjadi

infeksi dengan kriteria hasil: pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi,

menunjukan proses penyembuhan luka, pasien dan keluarga paham tentang tanda

dan gejala infeksi dan leukosit dalam rentang normal (4.80-10.80 10–3 / µl ).

Menurut SIKI (2018) ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan,

yaitu monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, berikan perawatan luka,

berikan antibiotik sesuai terapi, cuci tangan sesudah dan sebelum kontak pasien

dan lingkungan dan jelaskan tanda dan gejala infeksi.


Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam yaitu

melakukan perawatan luka, melihat adanya tanda dan gejala infeksi pada luka dan

area sekitar luka, menjelaskan tanda dan gejala infeksi, dan mencuci tangan

sesudah dan sebelum kontak langsung dengan pasien. Adapun hasil dari tindakan

keperawatan pada pasien 2 (Ny.S.A) pada hari jum’at 05 April yaitu tidak ada

tanda – tanda infeksi pada luka dan area sekitar luka, luka terlihat bersih dan

berada dalam tahap inflamasi, pasien dan kelurga paham mengenai tanda dan

gejala infeksi, leukosit dalam rentang normal (4.80-10.80 10–3 / µl ). Jadi,

berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis

masalah resiko infeksi pada pasien 2 (Ny.S.A) teratasi, namun intervesi tetap di

pertahankan karena masih memerlukan perawatn luka.

4.3 Keterbatasan Penulisan

Keterbatasan dalam studi kasus ini adalah lingkungan rumah sakit yang

kurang kondusif, seperti pengunjung pasien terlalu banyak, cahaya lampu yang

terlalu terang bahkan suara-suara yang berisik yang ditimbulkan keluarga pasien

lain dan sering kali hal tersebut mempengaruhi tingkat kenyamaanan pasien dan

pasien yang menginginkan pulang sebelum asuhan keperawatan selesai (pulang

paksa).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus dalam penerapan asuhan keperawatan pada

pasien Carsinoma Mammae selama kurang lebih tiga hari di ruang Aster RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil pengkajian yang didapat dari anamnesa pasien dengan Carsinoma

mammae yang dikelola dalam studi kasus ini menunjukan adanya

kesesuaian dalam teori yang telah dibuat, hasil pengkajian sesuai dengan

tingkat keparahan penyakit pasien berupa data subjektif dan objektif.

Pemeriksaaan fisik dilakukan dengan cara head to toe pada Ny. S

ditemukan keadaaan klinis adanya pertumbuhan masa yang berkonsisten

padat pada area dada dan ada pembengkakan pada lengan kiri

(limfaderma) sedangkan pada Ny.S.A ditemukan keadaan klinis adanya

pertumbuhan masa berkonsisten padat pada payudara kanan, kedua pasien

mengatakan nyeri dan susah tidur.

2. Diagnosa keperawatan, tidak semua diagnosa keperawatan yang ada pada

teori muncul pada masing-masing pasien. Pada masing-masing pasien

terdapat 6 (enam) diagnosa, antar dua pasien tersebut memiliki 2 (dua)

diagnosa yang sama, yaitu nyeri kronis dan gangguan pola tidur
sedangkan 4 (empat) lainnya dengan diagnosa yang berbeda. Hal ini

sesuai dengan

keyakinan bahwa manusia sebagai makhluk yang holistik, merupakan satu

kesatuan dari bio, psiko, sosial dan spiritual, sehingga tergantung dari

respon dan penurunan faal hati masing-masing individu. Pada hasil

pengkajian pada klien Ny.S ditemukan 5 (lima) diagnosa keperawatan

yaitu : nyeri kronis, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi,defisit

perawatan diri dan gangguan pola tidur sedangkan pada Ny.S.A

ditemukan 6 (enam) diagnosa yaitu: nyeri kronis, ansietas, gangguan

integritas kulit, gangguan citra tubuh, gangguan pola tidur dan resiko

infeksi.

3. Perencanaan pada studi kasus ini pada dasarnya sesuai dengan teori,

karena penulis menggunakan buku sumber yang ada dan sesuai dengan

diagnosa keperawatan yang didapatkan, di dalam perencanaan

keperawatan memuat unsur SMART, yaitu Specific (rumusan tujuan harus

jelas), Measurabel (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai bersma

pasien), Realistic (dapat dicapai dan nyata), dan Timing (harus ada target

waktu). Adanya penambahan dan pengurangan dari rencana asuhan

keperawatan dengan teori yang ada dikarenakan penulis berusaha untuk

menyesuaikan antara rencana dengan kondisi klien dan fasilitas yang

tersedia.

4. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada studi kasus ini dilaksanakan

selama kurang lebih 3x24 jam dan sesuai dengan intervensi yang sudah di
buat. Pada dasarnya rata-rata intervensi yang telah direncanakan dapat

diimplementasikan dengan baik, penulis juga menemukan faktor

penunjang yaitu respon dan tanggapan yang baik dari klien dan keluarga

serta kerjasama yang baik antara penulis, dokter dan perawat yang ada di

Ruang Aster.

5. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang telah dilakukan kurang lebih 3x24 jam. Pada asuhan

keperawatan Ny.S didapatkan bahwa ada 4 (empat) masalah keperawatan

yang belum teratasi yaitu, pola nafas tidak efektif, defisit nutrisi, defisit

perawatan diri dan gangguan pola tidur, keempat masalah tersebut tidak

menunjukan perubahan yang diharapkan dan 1 (satu) masalah

keperawatan lainnya yaitu, nyeri kronis yang teratasi sebagian, sedangkan

pada Ny.S.A ada 3 (tiga) masalah keperawatan teratasi sebagian yaitu,

nyeri kronis, gangguan integritas kulit/jaringan dan resiko infeksi, nyeri

kronik dan 3 (tiga) masalah keperawatan lainnya yaitu, ansietas, gangguan

citra tubuh dan gangguan pola tidur menunjukan perubahan sesuai dengan

tujuan sehingga masalah keperawatan dapat teratasi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi penulis

Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ilmiah ini dapat

meemberikan informasi lebih lanjut, sehingga dapat memperluas

pengetahuan tentang Carsinoma mammae. Bagi penulis selanjutnya


diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan komprehensif dalam

waktu yang lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

5.2.2 Bagi tempat pelaksanaan studi kasus

Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar

pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif sehingga meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga

pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

5.2.3 Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk

mengambil kebijakan dalam upaya memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P., dkk. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap
Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia
Surabaya. Journal Ilmiah Kesehatan Volume 9 nomor 2, (221-226)

Auran, K., P., isfandiarti, M., A. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Terhadap
Pengobatan Kanker Payudara Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana. Journal
Promkes Volume 3 Nomor 2, (218-228)

Diyono. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Skala Nyeri


Post Operasi. https://docplayer.info/31788404-Pengaruh-teknik-relaksasi-
terhadap-penurunan-skala-nyeri-post-operasi-di-rumah-sakit-dr-oen-
surakarta.html. (diakses 30 mei 2019)

Boki Majapoh.A.,dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap


Kestabilan Pola Nafas. Journal Keperawatan Volume 3 Nomor 1

Brest Care Indonesia. (2017). Kanker payudara.


https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Ca
ncer/Breast%20Cancer/Cancer-Breast-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf.
(diakses 2 Desember 2018)

Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2016). Profil Kesehatan Provinsi


Kalimantan Timur Tahun 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2015/23_KALTIM_2015.pdf. (diakses 06 Desember 2018)

Doenges, Marilynn, E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk


Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta:EGC.

Dyanna, Lenny. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme


Koping Pasien Post Op Operasi Mastektomi. Journal Keperawatan volume
2 nomor 1

Hananta. (2014). Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudar di Rumah Sakit
Dharmais Jakarta. Journal Dharmais Volume 13 Nomor 2, (84-94)

Indotang, Farach, E., F. (2015). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Mekanisme Koping Pada Pasien Ca Mamae. Journal Keperawatan Volume
2 Nomor 4

Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2015). Buletin Jendela Data


dan Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker.
https://www.google.com/search?q=buletin+jendela+data+dan+informasi+k
esehatan+situasi+penyakit+kanker&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-
ab. (diakses 19 November 2018)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.


https://drive.google.com/file/d/1Vpf3ntFMm3A78S8Xlan2MHxbQhqyMV
5i/view. (diakses 2 Desember 2018)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia Ajak Masyarakat Cegah dan Kendalikan Kanker.
http://www.depkes.go.id/article/view/17020200002/kementerian-kesehatan-
ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html. (diakses 19 November
2018)

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker


Payudara.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf. (diakses 19 Desember 2018)

Kusmawardani, Nunik. (2017). Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker.


https://media.neliti.com/media/publications/238464-penanganan-nutrisi-
pada-penderita-kanker-71770d9a.pdf. (diakses 30 mei 2019)

Kristina. (2017). Pengaruh Kegiatan Mewarnai Pola Mandala Terhadap Tingkat


Kecemasan Mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda.
Journal Nurseline Volume 2 Nomor 1

Marmi. (2016). Penatalaksanaan pola nafas.


http://eprints.ums.ac.id/download/52333/1/karya%20tulis%20ilmiah.pdf.
(diakses 30 mei 2019)

Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 1.


Jakarta:EGC.

Noorhidayah. (2015). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Penyakit Kanker Payudara Pada Pasien Yang Dirawat di Ruang Kemotrapi
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Journal
Citra Keperawatan Volume 3 Nomor 1, (45-56)

Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

Pelima, Citra, T., Pinonton, R., Odi. (2016). Hubungan Antara Sumber Informasi
dan Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Siswa Puteri SMA Negeri 2 Kota Kotamobagu. Journal Kesehatan
Masyarakat volume 2 nomor 2
Pinendedi. (2015). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan
Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien di RSJ. Journal
Keperawatan Volume 4 Nomor 2

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Priyatin, C., Ulfiana, E., Sumarni, S. (2013). Faktor Risiko yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Kanker Payudara di RSUP Kasiadi Semarang. Journal
Kebidanan Volume 2 Nomor 2, (2089-7669)

Pratiwi, S., R., dkk. (2017). Gambaran Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kecemasan Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemotrapi.
Journal Pendidikan Keperawata Indonesia Volume 1 Nomor 1, (167-174)

Puspita, Rika., T. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh


Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi. Journal Ners Indonesia
Volume 8 Nomor 1

Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. (2017). Profil 2017 Rumah
Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie 10 Penyakit Terbanyak.
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20AW S
%202017.pdf. (diakses 05 Desember 2018)

Sari, Apriliya. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan


Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara. Journal Gajah Mada Volume
1 Nomor , (173-192)
£aaqflnn 1

Byg ygGg J7grcap&a ka+i flat di Jluwah ini muri/BfSXBIS bSfF'¥•¥i 90a 1£

iii• iwia many ukx« z\iven uIvJ› T r7 +'i‹iiinl dragsn ivdu! '"A di
xeperaamxo his Jci n Lw9invma ktaminiic ill R iim8h ?›r4:it I htrurn
daerah AhdLl Wahab Sjslizarsie Lucinda" Rayo srNmLe Izzi£ith iHIr

&l a slsI<li fizL•d•• wit E Ft Sljk srpla lnrqto p kxaork Rila sckartsa

, MMdl kBsuS fAi 9ayg H1vizging:nkan rnessgiiruJurkw diri. maka sBya do|xd
Iajg{}gyeulurkart dm auoLLM u ELM kAtq›a sunk5i ap0pdn.
gpyo yaug b«rtaruta atau ini mrnym0kan www 1<iab
Ka¥ajdBp8gkl10 pCfjjC dgD kglaJt rrteugerti rrteTigczlaJ pet MMdl

kms M1is Imiah y dao &lxkukais ul 'h l"• • ”iiMi Wg•• j •! " •
ct mamas Pasien dengaa Casirem>a ktammoc ii Auinah SdJ Urmim Decrñh
PEMERINTAH PROVt ISI k ALlMAHTAhI TIMUR
Ja1aa Dr. Nogo I Telp {d5+ I j 738d IB fHanti s Bywxs) Fa {OMI) 74J 93
$M A R 1 N O”A
Lampiran 2
HAMILTON RATING SCALE FOR
ANXIETY (HARS)

Nomor Responden : 01.02.89.XX

Nama Responden : Ny.S.A

Tanggal Pemeriksaan : 03 April 2019 pukul 08.00

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas √
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan √
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan √
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur √
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan Type √
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi √
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot) √
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil

8 Gejala Somatik (Sensorik) √


- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler √
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal √
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital √
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom √
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara √
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total = 16
HAMILTON RATING SCALE FOR
ANXIETY (HARS)

Nomor Responden : 01.02.89.XX

Nama Responden : Ny.S.A

Tanggal Pemeriksaan : 03 April 2019 pukul 15.00

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas √ Type
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan √ Type
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan √ Type
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur √
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan √ Type
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi √
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot) √
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik) √
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler √ Type
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori √
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal √
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital √ Type
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom √ Type
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara √ Type
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =7
Lampiran 5

Anda mungkin juga menyukai