Anda di halaman 1dari 153

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN PASCA


STROKE DI HOME CARE CAHAYA HUSADA KALIMANTAN
TIMUR SAMARINDA

Oleh:

VIDIANISA
PO7220116034

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2019

KARYA TULIS ILMIAH


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN PASCA
STROKE DI HOME CARE CAHAYA HUSADA KALIMANTAN
TIMUR SAMARINDA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Akhir Program Diploma III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :
Nama : VIDIANISA

NIM : P07220116034

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2019

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri
Nama: Vidianisa

Tempat/Tanggal Lahir: Samarinda, 30 Juni 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Long Apari RT.14 No.49 Kelurahan Maluhu,

Kecamatan, Tenggarong, Kabupaten Kutai

Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2003 – 2004 : TK Labbaika Samarinda Sebrang

2. Tahun 2004 - 2010 : SDN 003 Samarinda Sebrang

3. Tahun 2010 - 2011 : SMPN 3 Samarinda Sebrang

4. Tahun 2011 – 2013 : SMPN 3 Tenggarong

5. Tahun 2013 – 2016 : SMAN 1 Tenggarong

6. Tahun 2016 – 2019 : Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Samarinda

Poltekkes Kementrian Kesehatan Kalimantan

Timur

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis

ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Pasca Stroke Di

Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur”. Sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Dari jurusan keperawatan, Prodi D

III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.

Dalam upaya untuk menyelesaikan proposal ini, penulis banyak dapat

mendapat bimbingan dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Dengan ini

perkenankan saya mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-besarnya

dengan hati yang tulus kepada :

1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Hj. Umi kalsum, S.Pd.,M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Andi Lis Arning G, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Parellangi, M.Kep, MH.Kes, selaku Pembimbing 1 yang telah

memberikan masukan dan dorongan untuk penulis dalam melakukan

penulisan Proposal ini.

vi
5. Rina Loriana S.pd.,M.Kes, selaku Pembimbing 2 yang telah memberikan

masukan dan dorongan untuk penulis dalam melakukan penulisan proposal

ini.

6. Hj. Noorhidayah, SE., M.Kep selaku Penguji Utama yang telah memberikan

masukan untuk penulis dalam melakukan penulisan proposal ini.

7. Dosen dan Staf Pendidikan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan.

8. Terkhusus untuk kedua orang tua saya Ibu Insiyah dan Bapak alm.Untung

yang selalu memberikan do’a dan motivasi serta dukungan baik moril

maupun materil.

9. Keluarga kedua responden yang telah memberikan kesempatan untuk dapat

memberikan asuhan keperawatan keluarga.

10. Teman-teman mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim Jurusan

Keperawatan Prodi D III Keperawatan angkatan 2016 khususnya tingkat 3A

dan sahabat-sahabat saya yang tidak dapat diucapkan satu persatu yang telah

banyak memberi banyak semangat, masukan, juga kritik untuk laporan ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak/Ibu dan semua pihak

hingga terselesaikannya proposal ini. Untuk itu penulis menharapkan kritik dan

saran yang membangun dalam penulisan proposal ini agar menjadi lebih baik

kedepannya.

Samarinda, 27 Mei 2019

Penulis

vii
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN PASCA
STROKE DI HOME CARE CAHAY HUSADA KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
1) 2) 3)
Vidianisa , Andi Parellangi , Rina Loriana
1) Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
2), 3)
Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim

ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang
terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke
terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah dapat
tersumbatnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan
oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi
otak ini akan memunculkan gejala stroke. Pada tahun 2018 Prevelensi stroke
meningkat dari awalnya tahun 2013 yang hanya 7% penderita stroke pada tahun
2018 menjadi 10,9% penduduk Indosesia yang mengalami stroke.
Tujuan: Penulis dapat memberikan pandangan terkait asuhan keperawatan
keluarga dengan masalah klien pasca stroke di Home Care Cahaya Husada
Kalimantan Timur Samarinda
Metode: Menggunakan metode deskriptif dengan bentuk studi kasus dengan
pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
Hasil: Didapatkan peningkatan kemampuan kedua keluarga dalam mengenali,
mengambil keputusan, merawat dan memodifikasi lingkungan serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan pada klien pasca stroke.
Kesimpulan: Diagnosa yang timbul pada kedua pasien sebagian besar sama
namun ada yang berbeda. Diagnosa pada subjek 1 adalah gangguan integritas
kulit, gangguan mobilits fisik, gangguan komunikasi verbal, kesiapan untuk
meningkatkan nutrisi, resiko tidak efektifnya perfusi jaringan cerebral, kesiapan
peningkatan perawatan diri, harga diri rendah kronis, kurangnya pengetahuan,
dan kesiapan peningkatan koping. Sedangkan pada subjek 2 bersihan jalan nafas
tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilits fisik, gangguan
komunikasi verbal, kesiapan untuk meningkatkan nutrisi, resiko tidak efektifnya
perfusi jaringan cerebral, kesiapan peningkatan perawatan diri, harga diri rendah
kronis, dan kurangnya pengetahuan.
Saran: Studi kasus ini diharapkan menjadi acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga pada klien pasca stroke

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Keluarga, Stroke.

viii
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN PASCA
STROKE DI HOME CARE CAHAYA HUSADA KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
1) 2) 3)
Vidianisa , Andi Parellangi , Rina Loriana
1) Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim
2) Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim

ABSTRACT
Background: Stroke is a deficit (disorder) of nervous system function that occurs
suddenly and it caused by circulatory disorders of the brain. Stroke is occurs
caused by blood vessel disorders in the brain. Circulatory disorders may obstruct
blood vessels in the brain. The brain that does not get a supply of oxygen will
cause nerve cell death (neurons). This brain function disorder will manifest the
symptoms of stroke. The prevalence of stroke patients in Indonesia increased
from only 7% in 2013 to 10.9% in 2018.
Aim: The author can provide an overview of family nursing care with post-stroke
client at Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda.
Methods: Descriptive methods in the form of case studies by family nursing care
approaches which includes assesment, nursing diagnosis, planning,
implementation and evaluation.
Results: Found an increase in the ability of both families to recognize, make
decisions, care for, and modify the environment and utilize health facilities for
post-stroke client.
Conclusions: The diagnosis that occurs in both patients is mostly the same but
there are different. Diagnosis in subject 1 is impaired skin integrity, physical
mobilization disorder, verbal communication disorders, readiness to improve
nutrition, risk of ineffective cerebral tissue perfusion, readiness to improve self-
care, chronic low self-esteem, lack of knowledge, and readiness to improve
coping. Whereas in the subject 2 the ineffective airway cleaning, skin integrity
disorders, physical mobilization disorders, verbal communication disorders,
readiness to improve nutrition, risk of ineffective cerebral tissue perfusion,
readiness to improve self-care, chronic low self-esteem, and lack of knowledge
Suggestion: This case study is expected to be a reference in family nursing care
for post-stroke client.

Keyword: Nursing care, family, Stroke.

ix
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan


Halaman
Halaman Sampul Dalam.........................................................................................................i
Halaman Peryataan.................................................................................................................ii
Halaman Riwayat Hidup.....................................................................................................iii
Halaman Persetujuan.............................................................................................................iv
Halaman Pengesahan..............................................................................................................v
Kata Pengantar........................................................................................................................vi
Halaman Abstrak...................................................................................................................viii
Daftar Isi....................................................................................................................................x
Daftar Bagan............................................................................................................................xii
Daftar Tabel..............................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis....................................................................................................6
2.1.1 Definisi Stroke...........................................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Stroke......................................................................................................6
2.1.3 Etiologi.........................................................................................................................7
2.1.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................................9
2.1.5 Patofisiologis..............................................................................................................10
2.1.6 Komplikasi..................................................................................................................13
2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................13
2.2 Konsep Dasar Keluarga..............................................................................................14
2.2.1 Definisi Keluarga.....................................................................................................15
2.2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga...................................................................................15

x
2.2.3 Tahap Perkembangan Keluarga .............................................................17
2.2.4 Fungsi Keluarga .....................................................................................20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga .....................................................22
2.3.1 Pengkajian ..............................................................................................22
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................25
2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ...............................................................25
2.3.4 Implemantasi Keperawatan ....................................................................34
2.3.5 Evaluasi ..................................................................................................35
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan (Desain penelitian) ...................................................................36
3.2 Subyek Penelitian .......................................................................................36

3.3 Batasan Istilah (Definisi Oprasional) ..........................................................36


3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................37
3.5 Prosedur Penelitian ....................................................................................37
3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................38
3.7 Keabsahan Data...........................................................................................39
3.8 Analisa Data ................................................................................................40
BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus .........................................................................................41
4.2 Pembahasan ..................................................................................................132
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan .................................................................................................142
5.2.Saran ......................................................................................................143
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway...............................................................................................................12

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penentuan prioritas menggunakan sekoring..............................................26


Tabel 2.2 Analisa data.........................................................................................................27
Tabel 2.3 Intervensi.............................................................................................................28
Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 1........................................................57
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 2........................................................59
Tabel 4.5 Diagnosa Subjek 1............................................................................................62
Tabel 4.6 Diagnosa Subjek 2............................................................................................63
Tabel 4.7 Skoring Subjek 1...............................................................................................65
Tabel 4.8 Skoring Subjek 2...............................................................................................72
Tabel 4.9 Intervensi keperawatan....................................................................................79
Tabel 4.10 Implementasi keperawatan subjek 1.........................................................88
Tabel 4.11 Implementasi keperawatan subjek 2.........................................................107

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan suatu “Brain Attack” atau “serangan Otak”, sesuai

dengan istilah “serangan” kejadian stroke hampir selalu tiba-tiba dengan gejala

yang beragam. Gejala yang paling sering ditemukan adalah keadaan lumpuh

separo badan dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Stroke sering dihubungkan

dengan keadaan “stress” walaupun hal ini tidak selalu ada (Enny, 2015).

Setiap keluarga pasti mendambakan kesehatan sepanjang hidupnya, baik

kesehatan fisik dan psikis anggota keluarga. Tetapi karena perubahan gaya hidup

masyarakat modern seperti makan makanan siap saji (fast food), makan tinggi

lemak/ kolesterol, kebiasaan minum minuman beralkohol, merokok

mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit kronik yang salah satunya

adalah stroke (Airiza, 2015).

Menurut WHO (2014) stroke merupakan adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-

gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Menurut American Heart

Assosiation (AHA, 2015) angka kejadian stroke pada laki-laki usia 20-39 tahun

sebanyak 0,2% dan perempuan sebanyak 0,7%. Usia 40-59 tahun angka

terjadinya stroke pada perempuan sebanyak 2,2% dan laki-laki 1,9%. Pada usia

60-79 tahun yang menderita stroke pada perempuan 5,2% dan laki-laki sekitar

1
2

6,1%. Prevalensi stroke pada usia lanjut semakin meningkat dan bertambah setiap

tahunnya dapat dilihat dari usia seseorang 80 tahun keatas dengan angka kejadian

stroke pada laki-laki sebanyak 15,8% dan pada perempuan sebanyak 14%,

Prevalensi angka kematian yang terjadi di Amerika disebabkan oleh stroke

dengan populasi 100.000 pada perempuan sebanyak 27,9% dan pada laki-laki

sebanyak 25,8% sedangkan di Negara Asia angka kematian yang diakibatkan oleh

stroke pada perempuan sebanyak 30% dan pada laki-laki 33,5% per 100.000

populasi (AHA, 2015).

Di Indonesia Menurut Riskesdas tahun 2018 Prevelensi stroke meningkat

dari awalnya tahun 2013 yang hanya 7% penderita stroke pada tahun 2018

menjadi 10,9% penduduk Indosesia yang mengalami stroke. Untuk Derah

Kalimantan Timur tercatat 0,8% kasus stroke terdiagnosis dokter dan 0.1%

menunjukan tanda dan gejala stoke. Pada tahun 2017 angka kematian stroke di

Kalimantan Timur berjumlah 125 orang laki-laki dan 95 orang wanita (DinKes

Provinsi kaltim, 2017). Di Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur

Samarinda pada tahun 2017 dengan total semua kasus 1975 dan untuk kasus

keperawatan medikal bedah 1285 kasus. Dari 65% kasus keperawatan medikal

bedah 85% merupakan Stroke (Data Home Care Cahaya Husada Kaltim

Samarinda, 2017)

Pasien stroke membutuhkan penanganan yang komperhensif termasuk

upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama, bahkan sepanjang sisa

hidup klien. Keluarga sangat berperan dalam dalam fase pemulihan ini sehingga

sejak awal perawatan, keluarga di harapkan terlibat dalam penanganan klien


3

dengan stroke. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah tingkat

kemandirian atau tingkat ketegantungan klien terhadap orang lain dalam

melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dengan cara rahabilitasi pasien pasca

stroke.

Tujuan rehabilitasi ialah menjaga dan meningkatkan kemampuan jasmani,

rohani, sosial, keadaan ekonomi dan kemampuan kerja semaksimal mungkin.

Kira –kira 50% dari penderita stroke masih dapat hidup lebih dari 7 tahun setelah

serangannya, dan kira-kira 50% dari mereka yang hidup tidak dapat lagi bekerja

seperti biasa dan banyak diantara mereka yang menjadi beban keluarga. Jadi

banyak penderita pasca stroke yang menyandang cacat yang cukup berat

sedangkan umurnya masih cukup panjang (Lumbantobing, 2013).

Maka dari itu dukungan besar dari keluarga sangat membantu karena

keluarga sebagai unit pelayanan perawatan yang dapat meningkatkan kemampuan

keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota yang sakit

dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

Hal inilah yang dapat mendorong klien memiliki motivasi yang lebih besar

karena adanya dukungan dari keluarga. Berdasarkan teori dan hasil penelitian di

atas diketahui bahwa peran serta keluarga berpengaruh pada kemampuan klien

pasca stroke. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mencari

perbandingan kefektifan dukungan dan perawatan keluarga kepada dua klien

yang berbeda dengan judul “Asuhan keperawatan keluarga pada klien Pasca

Stroke Di Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur”.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka

rumusan masalah sebagai berikut :

“ Bagaimanakah Asuhan keperawatan keluarga pada klien pasca Stroke

Di Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda?”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan

Bagaimana Asuhan keperawatan keluarga pada klien pasca Stroke Di Home Care

Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan Pengkajian keperawatan keluarga pada klien pasca stroke.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada klien pasca stroke

1.3.2.3 Menyusun intervensi keperawatan keluarga pada klien pasca stroke

1.3.2.4 Melaksanankan implementasi keperawatan keluarga pada klien pasca

stroke

1.3.2.5 Melaksanankan evaluasi keperawatan keluarga pada klien pasca stroke

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Memberikan pengalaman, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

untuk peneliti dalam melaksanakan praktek pelayanan asuhan keperawatan

keluarga.
5

1.4.2 Bagi Tempat Penulis

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan

praktek pelayanan keperawatan keluarga di tempat tersebut.

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil kasus dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan pengetahuan dibidang keperawatan tentang asuhan keperawatan keluarga

pada klien pasca stroke


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Stroke

2.1.1 Definisi Stroke

Stroke merupakan suatu “Brain Attack” atau “serangan otak”, sesuai

dengan istilah “serangan” kejadian stroke hampir selalu tiba-tiba dengan gejala

yang beragam. Gejala yang paling sering ditemukan adalah keadaan lumpuh

separo badan dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Stroke sering dihubungkan

dengan keadaan “stress” walaupun hal ini tidak selalu ada (Enny, 2015).

Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi

mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi

akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah otak dapat

berupa tersumbatnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat

pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron).

Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Rizaldy, 2010).

Menurut WHO (2014) stroke merupakan adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-

gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

2.1.2 Klasifikasi Stroke

Secara garis besar terdapat 2 macam jenis stroke (Enny, 2015):

6
7

2.1.2.1 Stroke Iskemik atau Penyumbatan

Stroke iskemik desebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh

darah yang menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh dua hal. Yang

pertama adalah karena adanya penebalan pada dinding pembuluh darah

(artheroschlerosis) dan bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada

dinding pembuluh darah, yang dikenal dengan istilah trhombus. Yang kedua

adalah akibat tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli, yaitu bekuan darah

yang berasal dari Trhombus di jantung.

Trhombus atau bekuan darah di jantung ini biasanya terjadi pada pasien

yang terpasang katup jantung buatan, setelah serangan miokard infrak akut, atau

pasien dengan gangguan irama jantung yang tidak teratur yang bersal dari

serambi jantung. .

2.1.2.2 Stroke Perdarahan

Sekitar 70% stroke perdarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh

darah ke otak oleh karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sisanya biasanya

disebabkan oleh rupture atau pecahnya aneurysma, yaitu pembuluh adarah yang

bertekstur tipis dan mengembang, atau bisa juga karena rupture pada artero veno

malformation (AVM), yaitu suatu bentuk yang tidak sempurna dari pembuluh

darah arteri dan vena. Kedua jenis penyebab stroke perdarahan, yaitu Aneurysma

dan AV merupakan kelainan anatomis pembuluh darah yang terbawa sejar lahir.

2.1.3 Etiologi

Stroke merupakan akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke

yang sering terjadi adalah :


8

2.1.3.1 Penyumbatan

Penyumbatan pada pembuluh darah arteri akibat endapan benda-benda

darah pada dinding pembuluh.

2.1.3.2 Pecah pembuluh darah

Pecah pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah

atau kelainan pada keadaan darah sendiri.

2.1.3.3 Endapan

Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang

terlepas dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang terlepas

ini disebut embolus (Airiza, 2015)

2.1.3.4 Faktor resiko

Faktor resiko yang paling sering ditemukan merupakan keadaan

hipertensi. Keadaan Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya

penebalan dinding pembuluh darah. Penebalan ini dapat menyumbat atau

merusak dinding pembuluh darah yang kemudian dapat pecah. Penderita kencing

manis dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pada penderita ini sering

terjadi stroke jenis iskemik atau infrak karena sumbatan umumnya pada

pembuluh darah kecil

2.1.3.5 Usia tua

Makin tua umur seseorang makin besar resiko untuk mendapat stroke.

Oleh karena itu stroke digolongkan juga sebagai penyakit degeneratif. Selain itu

jenis kelamin laki-laki sering terkena stroke dibandingkan dengan perempuan,


9

tetapi pada perempuan yang telah mengalami menapouse resiko terkena stroke

sama dengan laki-laki.

2.1.3.6 Obesitas

Penambahan berat badan yang berlebih dapat memperbesar resiko untuk

terkena stroke.

2.1.3.7 Penyakit Jantung

Terutama yang memberikan gejala gangguan irama jantung merupakan

faktor resiko untuk kejadian stroke

2.1.3.8 Kebiasaan Merokok

kebiasaan merokok telah terbukti antara lain dapat menggangu

kemampuan darah untuk meningkatkan oksigen dan merusak kelenturan sel darah

merah. Kebiasaan ini akan menambah resiko untuk menderita stroke.

2.1.3.9 Faktor Lainnya

Kebiasaan makan yang mengandung kolestrol tinggi misalnya makanan

yang banyak mengandung lemak hewani atau minyak goreng tertentu akan

mempercepat proses kerusakan dinding pembuluh darah ( Enny, 2015).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Amin, 2015 manifestasi klinis yang di alami pasien stroke seperti

tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan, tiba-tiba hilang

rasa peka, berbicara cadel atau pelo, gangguan bicara dan bahasa, gangguan

penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai/ tersenyum,

gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun, proses

kencing terganggu, gangguan fungsi otak.


10

2.1.5 Patofisiologis

Faktor pencetus hipertensi, DM, penyakit jantung dan beberapa faktor lain

seperti merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik dan beberapa factor seperti

obesitas dan kolestrol yang meningkat dalam darah dapat menyebabkan

penimbunan lemak atau kolestrol yang meningkat dalam darahdikarenakan ada

penimbunan tersebut, pembuluh darah menjadi infark dan iskemik. Dimana infark

adalah kematian jaringan dan iskemik merupakan kekurangan suplai O2.

Hal tersebut dapat menyebabkan arterosklerosis dan pembuluh darah menjadi

kaku. Aterosklerosis merupakan penyempitan pembuluh darah yang

mengakibatkan pembekuan darah di cerebral dan terjadilah stroke non

hemoragik. Pembuluh darah menjadi kaku menyebabkan, pembuluh darah mudah

pecah dan mengakibatkan stroke hemoragik (Corwin, 2009)

Dampak dari stroke non hemoragik yaitu suplai darah kejaringan cerebral

non adekuat dan dampak dari stroke hemoragik terdapat peningkatan tekana

sistemik. Kedua dampak ini menyebabkan perfusi jaringan cerebral tidak adekuat.

Pasokan Oksigen yang kurang membuat terjadinya vasospasme arteri serebral dan

aneurysma. Vasospasme arteri serebral merupakan penyempitan pembuluh darah

arteri cerebral yang kemungkinan akan terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri

dan terjadi pula infark atau iskemik di arteri tersebut yang menimbulkan masalah

keperawatan gangguan mobilitas fisik. Aneurysma merupakan pelebaran

pembuluh darah yang disebabkan oleh otot dinding di pembuluh darah yang

melemah hal ini membuat di arachnoid (ruang antara permukaan otak dan lapisan

yang menutupi otak) dan terjadi penumpukan darah


11

di otak atau disebut hematoma kranial karena penumpukan darah di otak terlalu

banyak, dan tekanan intra kranial menyebabkan jaringan otak berpindah atau

bergeser yang dinamakan herniasi serebral.

Pergeseran itu mengakibatkan pasokan oksigen berkuran sehingga terjadi

penurunan kesadaran dan resiko jatuh. Pergeseran itu juga menyebabkan

kerusakan otak yang dapat membuat pola pernapasan tak normal (pernapasan

cheynes stokes) karena pusat pernapasan berespon berlebihan terhadap CO2 yang

mengakibatkan pola napas tidak efektif dan resiko aspirasi (Huda A. 2015)
12
13

2.1.6 Komplikasi

2.1.6.1 Dini (0-48 jam pertama)

Dapat menyebabkan Edema Serebri. Defisit neurologis cenderung

memberat, dapat mnegkibatkan peningkatan TIK, herniasi dan akhirnya

menimbulkan kematian. Infark miokard adalah penyebab kematian mendadak

pada stroke stadium awal.

2.1.6.2 Jangka Pendek (1-14 hari)

Komplikasi jangka pendek dapat mengakibatkan Pneumonia akibat

mobilisasi lama, Infark miokard dan Emboli paru, cenderung terjadi 7-14 hari

pasca stroke, sering kali terjadi pada saat penderita mulai mobilisasi dan Stroke

rekuren : dapat terjadi setiap saat.

2.1.6.3 Jangka panjang (lebih dari 14 hari)

Dapat mengakibatkan Stroke rekuren, Infark Miokard dan gangguan

Gangguan Vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer Peningkatan pengeluaran

urine.

2.1.7 Penatalaksanaan

Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit yang

diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi keluarga tersebut karena

keluarga merupakan satu kesatuan. Keluarga merupakan perantara yang efektif

dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat. Perawat dapat

menjangkau masyarakat hanya dengan melalui keluarga dalam memelihara klien

sabagai individu, keluarga tetap berperan dalam mengambil keputusan


14

pemeliharaannya, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk

mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.

Tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga

untuk mengelola masalah kesehatan, mempertahankan fungsi keluarga,

melindungi dan memeperkuat pelayanan tentang perawatan kesehatan. Perawatan

klien dengan stroke di rumah terkadang menimbulkan kesulitan bagi keluarga,

saat ini ada sistem keperawatan yang dapat membantu keluarga dalam

melaksanakan rehabilitasi klien stroke di rumah yaitu home care. Home care

merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh profesional di tempat tingal

pasien (dirumah) dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan pasien dalam

mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim kesehatan profesional

dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukung dalam proses

keperawatan dan penyembuhan klien sehingga keluarga bisa mandiri dalam

mengatasi masalah kesehatannya (Parellangi,2018)

2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian

atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat

tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain

(Padila,2012).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah

tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit,
15

2009). Antara keluarga satu dengan keluarga lainnya saling tergantung dan

berinteraksi. Apabila salah satu atau beberapa keluarga mempunyai masalah

kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya dan

dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalaahan tersebut, maka keluarga

merupakan fokus pelayanan kesehtan yang strategis, sebab:

2.2.1.1 Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan

2.2.1.2 Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh

anggota keluarga

2.2.1.3 Masalah kesehatan dalam keluarga saling terkait

2.2.1.4 keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatan

kesehatan

2.2.1.5 Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha

kesehatan masyarakat.

2.2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga

Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dan

non tradisional adalah sebagai berikut :

2.2.2.1 Keluarga tradisional

1) Keluarga Inti

Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang

mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila

(2012), keluarga inti adalah keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau

keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.


16

2) Keluarga adopsi

Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga. Dengan

menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua adopsi, biasanya

menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.

Di satu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya

pada anak adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan

pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak atau adik, dan keluarga dekat

lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan

model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman,

2010). Sedangkan menurut Padila (2012), keluarga besar terdiri dari keluarga inti

dan orang-orang yang berhubungan.

4) Keluarga orang tua tunggal

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai

kepala keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan

kepala rumah tangga duda atau janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah.

Keluarga orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala

keluarganya tidak menikah (Friedman, 2010).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa

bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
17

jaringan ini dapat terdiri atas temanteman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi

anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks

dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering

kali individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini

beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).

7) Keluarga Binuklir.

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota

dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan

paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang

dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010)

2.2.2.2 Keluarga Non-tradisional

1) Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup

serumah

2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam

satu rumah tangga.

3) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu

rumah tangga.

2.2.3 Tahap perkembangan keluarga

2.2.3.1 Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan

pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari

membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru. Tahap ini juga
18

disebut tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah

membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan

secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah keluarga

(Friedman, 2010)

2.2.3.2 Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai

dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.

Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus keluarga.

Tugas perkembangan keluarga disini yaitu setelah hadirnya anak pertama,

keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri anak harus

mempelajari peran barunya, sementara unit keluarga inti mengalami

perkembangan fungsi dan tangguang jawab (Friedman,2010)

2.2.3.3 Tahap III: Keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak

berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,

dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-

saudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik

secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil

lainnya untuk mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua

akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah

utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010).

2.2.3.4 Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah (families with school children)

Tahap ini dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam waktu penuh,
19

biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia

13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal

dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat

meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan (Friedman, 2010).

2.2.3.5 Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)

Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat

lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika

anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya

yang tinggal dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini

adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan

kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang

dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan

remaja dan semakin meningkatnya otonomi (Friedman, 2010).

2.2.3.6 Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center

families) Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama dari rumah orang tua

dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah

meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung

pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap

tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tahap

perkembangan keluarga disini adalah keluarga membantu anak tertua untuk


20

terjun ke duania luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu

membantu mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).

2.2.3.7 Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahapan ini

dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiunan

atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia

sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan,

biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tahap perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap

untuk hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang

berkembang untuk lebih mandiri (Friedman, 2010).

2.2.3.8 Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan Tahap terakhir

perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau

kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir

dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke

rumah setelah individu pension atau berhenti bekerja dapat menjadi problematik

(Friedman, 2010).

2.2.4 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling

berhubungan erat pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga.

Lima fungsi itu adalah :

2.2.4.1 Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun

berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah
21

satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial

dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan

pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian.

Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling kuat di antara

keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut

mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi

afektif sering terhiraukan. (Friedman, 2010).

2.2.4.2 Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial Sosialisasi anggota keluarga adalah

fungsi yang universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk kelangsungan

hidup masyarakat. Dengan kemauan untuk bersosialisasi dengan orang lain,

keluarga bisa mendapatkan informasi tentang pentingnya seperti cara mencegah

dan penanganann stroke menggunakan herbal (Friedman, 2010).

2.2.4.3 Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang

tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan,

dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan (yang

mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual) adalah fungsi

keluarga yang paling relevan bagi perawat keluarga. Kurangnya kemampuan

keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan (Friedman, 2010).

2.2.4.4 Fungsi Reproduksi Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk

menjamin kontinuitas antar-generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan

anggota baru untuk masyarakat menurut Lislie dan Korman (1989 dalam

Friedman, 2010).
22

2.2.4.5 Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan

sumber daya yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan (Friedman,2010)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.3.1 Pengkajian

2.3.1.1 Data Umum

1) Identitas keluarga : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat,

jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram atau silsilah keluarga.

Pada pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui resiko

terjadinya stroke pada anggota keluarga yang lain.

2) Tipe keluarga : Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga yang

mengalami stroke (Padila, 2012).

3) Suku bangsa: Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan (Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga,

agama yang di anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan.

4) Status sosial ekonomi keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan

oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya.

Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial

ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari

ketidakmampuan keluarga membuat seseorang tidak bisa mencukupi kebutuhan

keluarga (Padila, 2012). Selain itu kaji karakterisktik lingkungan sekitar, letak
23

geosrafisnya, organisasi atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan

adanya sistem penukung keluarga.

2.3.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga

ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti, 2013). Biasanya

keluarga dengan stroke terdapat pada tahap keluarga dengan anak dewasa

(launcing canter families), tahap keluarga usia pertengahan (middle age

families), dan tahap leuarga usia lanjut.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan

mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga

serta kendala-kendala yang dialami (Padila, 2012). Biasanya keluarga belum

mampu memenuhi kebutuhan dan membantu pasien stroke dalam mobilitas

fisik.

3) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga

yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti, 2013).

Biasanya keluarga dengan stroke tidak mengatur pola kesehatan dengan baik.

2.3.1.3 Pengkajian lingkungan

Dalam mengkaji karakteristik rumah, bisa lakukan dengan observasi atau

wawancara langsung. Hal-hal yang harus tuliskan dalam mengkaji karakteristik

rumah seperti : Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan luar rumah,

Kebersihan rumah, Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL),


24

Ketersedian air bersih, Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar

mandi/WC, Denah rumah.

2.3.1.4 Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam menmbina

hubungan rumah tangga

2) Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku

sosial yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat dengan

mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat.

3) Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal masalah

kesehatan tentang penyakit stroke hal ini ditunjukan dengan keluarga kurang

menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit stroke.

4) Fungsi Reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota keluarga sesuai

usia yang ada dalam keluarga.

5) Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-sehari

1) Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan,

berat badan dan tanda-tanda vital.

2) Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarg ayang tedapat di

rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem pernafasan, sistem

kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem musculoskeletal,

sistem neurologis dan sistem reproduksi.


25

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua dalam asuhan keperawatan keluarga adalah menentukan

diagnosa dan prioritas masalah keluarga. Perumusan diagnosis keperawatan

keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu atau keluarga. Komponen

diagnosis keperawatan keluarga di rumuskan berdasarkan data yang didapat pada

pengkajian. Tipe dan komponen diagnosa keperawatan antara lain: Aktual,

resiko, kemungkinan, kesejahteraan dan sindrom. Sedangkan etiologi mengacu

pada 5 tugas keluarga sebagai berikut:

2.2.2.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

2.2.2.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

2.2.2.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2.2.2.4 Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

2.2.2.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

2.2.3 Rencana Asuhan keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan di

tentukan oleh perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk dilaksanakan

sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi

dapat diselesaikan. Setelah menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga

maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan. Tujuan intervensi

keperawatan adalah untuk menghilangkan, mengurangi dan mencegah masalah

keperawatan klien.
26

Table 2.1 Penentuan prioritas menggunakan seckoring.

No Kriteria Skor Bobot Skoring


1 Sifat masalah
-Tidak/kurang sehat 3
-Ancaman kesehatan 2 1
-Krisis atau keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


-Dengan Mudah 2 Skor x bobot
-Hanya sebagian 1 2 Angka
-Tidak dapat diubah 0 tertinggi
3 Potensial Masalah dapat dicegah
-Tinggi 3
-Cukup 2 1
-Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 2

-Masalah berat, harus segara di tangani


-Ada masalah, tetapi tidak perlu segera di 1 1
tangani
- Masalah tidak dirasakan 0
27

Tabel 2.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS : - Keluarga mengatakan saat Ketidakmampuan keluarga Gangguan
berbicara klien tidak jelas dalam merawat anggota Komunikasi
-keluarga mengatakan pasien keluarga dengan stroke Verbal
sesekali mengangguk
DO :
-klien terlihat sulit untuk berbicara.
- klien terlihat sesekali mengangguk
saat diajak berbicara
- Bentuk mulut klien tampak tidak
simetris

2.DS: Ketidakmampuan keluarga Kurang


-keluarga klien mengatakan pasien merawat anggota keluarga efektifnya
sulit untuk bergerak dan berpindah yang menderita stroke koping
posisi
-Keluarga mengatakan hanya
memposisikan klien berbaring
DO :
-Klien terlihat kesulitan saat
beregerak
-Klien terlihat kesulitan saat ingin
mengganti posisi.
-Keluarga tampak kesulitan untuk
merubah posisi klien

3.DS: Ketidakmampuan keluarga Kurang


-Keluarga klien mengatakan tidak menganal masalah efektifnya
tahu tentang pemberian kebutuhan pengelolaan
klien Karena sulit berkomunikasi kesehatan dalam
DO : keluarga
-Keluarga terlihat kesulitan dalam
merawat klien
-Keluarga terlihat kurang
memodifikasi lingkungan untuk
klien
28

2.2.4 Implementasi Keperawatan

2.2.4.1 Fase Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien

dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan

rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta

mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu.

2.2.4.2 Fase Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.

Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karea

didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk

menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons

ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.

Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan klien secara aktif dan dengan

penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah

yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan

mengevaluasinya.

2.2.4.3 Fase Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap

terminasi dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.

Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah

hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu

yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama.
29

Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh

proses keperawatan.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang

dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau

menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan

evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil. Terdapat

dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan. Evaluasi

formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplememtasi rencana

keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilaksanankan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang

dikenal dengan istilah SOAP, yakni Subjektif (data berupa keluhan klien),

Objektif (data hasil pemeriksaan), Analisis data (perbandingan data dengan teori)

dan Perencanaan sedangakan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang

dilakukan setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi

sumatif bertujuan untuk memonitor dan menilai kualitas asuhan keperawatan

yang telah diberikan.


36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode diskriptif dalam bentuk studi

kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan keluarga pada klien

pasca stroke di Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda.

Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,

pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian merupakan dua klien pasca stroke yang terdapat di

Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda dengan kriteria:

3.1.1 Responden bersedia dan telah menandatangani surat persetujuan/Infomed

Consent sebagai bukti persetujuan

3.1.2 Responden merupakan pasien yang terdiagnosis medis pasca stroke dengan

rentang usia 60 tahun keatas

3.3 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga dalam meningkatkan kualitas kesehatan

didalam keluarga.
37

Klien pasca stroke merupakan orang yang sebelumnya terkena serangan

stroke sehingga memiliki dampak baik psikis maupun fisik pada tubuh klien yang

harus mendapatkan penanganan agar tidak menurunkan tingkat produktifitas

hidup klien.

3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

3.4.1 Waktu

Studi kasus ini telah dilaksanakan selama 6 hari.

3.4.2 Tempat

Studi kasus ini dilakukan pada klien dengan diagnosa medis Stroke Di

Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda.

3.5 Prosedur penulisan

Tahap awal prosedur penulisan ini diawali dengan penyusunan proposal

oleh mahasiswa dengan menggunakan metode studi kasus setelah di

konsultasikan dan mendapat persetujuan pembimbing maka akan dilanjutkan

dengan kegiatan pengumpulan data dan asuhan keperawatan keluarga pada klien

pacsa stroke di Home Care Cahaya Husada Kalimantan. Data-data yang akan

diperoleh berupa hasil observasi dan pemberian asuhan keperawatan kepada

kasus yang dijadikan subyek studi kasus.

3.6 Metode dan instrumen pengumpulan data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1.1 Wawancara

Wawancara yang dapat dilakukan seperti:

1) Menanyakan identitas anggota keluarga responden


38

2) Menanyakan riwayat penyakit dan tahap perkembangan keluarga responden

3) Menanyakan pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita responden

4) Menanyakan tentang stress dan koping keluarga responden

5) Menanyakan harapan keluarga terhadap adanya asuhan keperawatan

keluarga

Dalam keperawatan keluarga tujuan utama dari wawancara adalah untuk

mengetahui riwayat kesehatan atau keperawatan dalam keluarga,

mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan faktor-faktor risiko, dan faktor-faktor

spesifik dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan klien dan keluarga,

serta untuk menjalin hubungan perawat dengan klien dan keluarga

klien.Wawancara dapat dilakukan dengan klien langsung atau dengan orang

yang terdekat dengan klien seperti keluarga klien.

3.6.1.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

Data yang akan di observasi saat memberikan asuhan keperawatan pada

klien terkait dengan struktur dan karakteristik keluarga, sosial, ekonomi, budaya,

faktor lingkungan, riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga serta

psikososial keluarga.

Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada semua anggota keluarga,

terutama yang diidentifkikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan

keperawatan keluarga. Pemeriksaan fisik pada keluarga tidak berbeda jauh

dengan pemeriksaan dengan pemeriksan klien di klinik atau di rumah sakit yang

meliputi pemeriksaan fisik head to toe dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan


39

fisik yang dapat dilakukan pada anggota keluarga meliputi pemeriksaan umum

dan pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan fisik umum meliputi keadaan , kesadaran, tinggi badan, berat

badan dan tanda-tanda vital seluruh anggota keluarga. Pemeriksaan fisik khusus

dilakukan kepada semua anggota keluarga yang tedapat di rumah dengan metode

pemeriksaan yang digunakan secara head to toe meliputi sistem pernafasan,

sistem kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem

musculoskeletal, sistem neurologis dan sistem reproduksi.

3.6.1.3 Dokumentasi

Dokumentasi berupa hasil pemeriksaan diagnostic seperti hasil USG dan

Hasil pemeriksaan laboratorium serta dokumentasi keperawatan yang klien

miliki.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan adalah format

pengkajian asuhan keperawatan dengan kasus klien pasca stroke.

3.7 Keabsahan Data

Untuk membuktikan kualitas data yang diperoleh dalam penelitian sehingga

menghasilkan data dengan validitas tinggi.

3.7.1 Data Primer

Sumber data yang dikumpulkan dari klien dan keluarga yang dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan

yang dihadapinya.
40

3.7.2 Data Sekunder

Sumber data yang dikumpulkan dari catatan klien perawatan klien selama

di Home Care Cahaya Husada Kaliantan Timur Samarinda ( Catatan status

perkembangan dan farmakologi klien) yang merupakan perawatan klien dimasa

sekarang maupun dimasa lalu.

3.8 Analisis Data

Pengolahan hasil data menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif

adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan

(Notoadmojo, 2010). Pengolahan data ini dimaksudkan untuk memberikan

Asuhan Keperawatan keluarga pasien pasca stroke di Home Care Cahaya Husada

Kalimantan Timur Samarinda. Penulis akan melakukan monitoring dan observasi

tekait perkembangan klien sebelum dan setelah diberikan intervensi keperawatan.


41

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang hasil penelitian beserta pembahasannya

yang meliputi penjabaran data umum dan data khusus mengenai sebelum dan

sesudah pemberian Asuhan Keperawatan keluarga Pada Klien Pasca Stroke di

Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda.

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Home Care Nursing cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda adalah

bentuk pelayanan perawatan kesehatan di rumah yang terletak di Jl. bengkuring

Raya No.415A, Sempaja Utara, Samarinda Untara, Kota samarinda, Kalimantan

timur 75119,Indonesia. Home Care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda

telah teregristrasi sejak tanggal 30 mei 2011 dengan nomor surat ijin 503/GC-

01/DKK/V/2011. Home care Cahaya Husada Kalimantan Timur Samarinda

memiliki visi Menjadi Home Care Nursing Terdepan, Profesional dan berkualitas

dengan misi: Memberikan pelayanan Kesehatan Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual,

Memberikan Pelayaan dengan Mengutamanakan Promotif dan Preventif Tanpa

Mengabaikan Kuratif dan Rehabilitatif dan Memberikan Pelayanan Sesuai

dengan Kewenangan dan Kompetensi.

Home Care Nursing (Perawatan Kesehatan di Rumah) Cahaya Husada

Kalimantan Timur Samarinda memberikan pelayanan secara paripurna dan

komperhensif meliputi bio, psiko,soaial dan spiritual serta memeberikan


42

pelayanan di rumah dengan segala kondisi pasien, Seperti: Kasus-kasus penyakit

bedah, bayi dan anak, kasus penyakit maternitas (kebidanan), kasus penyakit

jiwa, Konsultasi keperawatan gizi dan fisioterapi, Wound Care (Perawatan luka

akut dan kronis) dengan tenaga yang tersertifikat dari Rumah Sakit Kanker

Darmis Jakarta serta penyuluhan kesehatan individu serta kelompok.

4.1.2 Gambaran Subjek Studi Kasus

Dalam studi kasus ini dipilih 2 keluarga dengan salah satu anggota di

dalam keluarga tersebut sebagai subjek studi kasus. Subjek sudah sesuai dengan

kriteria yang di tetapkan yaitu:

4.1.2.1 Hasil Pengkajian

1) Data Umum

Pengkajian dilakukan pada 08 April 2019. Adapun seluruh keterangan

atau data yang diperoleh berasal dari keluarga subjek 1 dan 2. dalam memberikan

data kesehatan, keluarga sebjek 1 dan 2 dapat berkomunikasi secara baik dengan

mahasiswa serta mau terbuka dalam meyampaikan informasi atau masalah yang

sedang dihadapi sehingga sangat membantu dalam proses pengkajian

Subjek pertama adalah keluarga Tn. P berusia 56 tahun dengan jenis

kelamin laki-laki. Pendidikan terakhir S1 dengan Alamat rumah Jl. Padat Karya

GG. Karya Mandiri Samarinda. Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapat

bahwa masalah kesehatan di keluarga Tn.P adalah Ny. K berusia 67 tahun yang

menderita stroke non hemoragik sejak 4 tahun yang lalu. Ny. K mengalami
43

serangan stroke pertama terjadi pada tahun 2015 dan serangan stroke ke dua

terjadi pada tahun 2017 subjek terlihat hanya dapat terbaring di tempat tidur dan

semua kebutuhan sehari-hari membutuhkan bantuan keluarga atau pengasuh.

Ny.K juga memiliki luka dekubitus pada pungung bagian bawah dengan warna

merah pada luka dan tepi luka berwarna kekuningan tampak basah dengan lebar 3

cm dan panjang 7 cm. Berat badan Ny. K 40kg dengan tinggi badan 150 cm dan

hasil pemeriksaan vital sign Tekanan darah 130/90, nadi 85x/menit, RR

0
20x/menit dan suhu 36.0 C.

Subjek kedua adalah keluarga Tn. M berusia 44 tahun, jenis kelamin laki-

laki dengan pendidikan terakhir S2 yang tinggal di Jl. Pemuda 1 RT.014,

Samarinda. Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapat bahwa masalah

kesehatan di keluarga Tn. M adalah Ny.R berusia 70 tahun yang menderita stroke

non hemoragik sejak 2 tahun yang lalu, Ny.R terserang stroke pertama pada tahun

2017 Subjek terlihat hanya terbaring di tempat tidur dan semua kebutuhan sehari

hari dibantu oleh kedua anak subjek. Ny.R memiliki luka dekubitus pada

punggung bagian bawah dengan warna dasar luka kemerehaan terlihat tetapi luka

yang mulai kemerahan dengan lebar 3 cm dan panjang 6 cm. Berat badan Ny.R

35 kg dengan tinggi badan 152 cm dan hasil pemeriksaan vital sign Tekanan

0
darah 110/90 mmhg, nadi 85x/menit, RR 19x/menit dan suhu 36.2 C.

Tabel 4.1 Komposisi Keluarga Subjek 1

No Nama Jenis Hubungan Usia Pendidikan Imunisasi


kelamin keluarga
1. Tn.K Laki-laki Suami 56 tahun S2 Tidak tahu
2. Ny. T perempuan Istri 50 tahun S1 Tidak tahu
44

3. Ny. K Perempuan Ibu dari Ny. T 67 tahun SD Tidak tahu


4. Nn. K perempuan Anak 25 tahun S1 Lengkap
5. Tn. A Laki-laki Anak 22 tahun SMA Lengkap
6. Tn.R Laki-laki Anak 17 tahun SMP Lengkap

Tabel 4.2 Komposisi Keluarga Subjek 2

No Nama Jenis Hubungan Usia Pendidikan Imunisasi


Kelamin Keluarga
1. Tn. M Laki-laki Suami 44 tahun S2 Tidak tahu
2. Ny. R perempuan Istri 42 tahun S1 Tidak tahu
3. Ny. R Perempuan Ibu dari Ny. R 70 tahun S1 Tidak tahu
4. Nn. P perempuan Adik dari Ny. R 37 tahun S1 Tidak tahu
5. An. D Laki-laki Anak 16 tahun SMP Lengkap
6. An. A Perempuan Anak 13 tahun SD Lengkap
7. An. A Perempuan Anak 5 tahun Belum Lengkap
Sekolah

1.Genogram Subjek 1

Keterangan:

: Perempuan
:Laki-laki

X : Meninggal
: Tinggal serumah
: Subjek
2. Genogram Subjek 2
45

Keterangan:

: Perempuan
:Laki-laki

X : Meninggal
: Tinggal serumah
: Subjek

3. Tipe Keluarga

Keluarga subjek 1 merupakan tipe keluarga inti dengan lansia. Usia subjek 67

tahun dan tinggal bersama anak dan suami anak subjek 1 serta 2 orang cucu

subjek sedangkan Subjek 2 merupakan tipe keluarga besar (extended family)

dimana dalam keluarga tinggal keluarga inti (ibu, bapak dan 3 orang anak) serta

adanya orang-orang yang berhubungan/keluarga (subjek dan anak keempat

subjek 2)

4. Suku Bangsa

Suku dalam keluarga subjek 1 terdiri dari suku jawa dan menantu subjek 1

dan suku Toraja dengan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa

Indonesia. Sedangkan seubjek 2 merupakan suku banjar dan bahasa yang

digunkan dalam kegiatan sehari adalah bahasa Indonesia dan bahasa Banjar.
46

5. Agama

Keluarga subjek 1 dan 2 menganut agama islam. Keluarga subjek 1 dan 2

beserta keluarganya selalu melaksanakan sholat 5 waktu secara rutin, untuk

subjek keluarga 2 setelah sholat magrib dilanjtkan mengaji.

6. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Subjek 1 tidak bekerja, selama ini utuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

yaitu makan, bayar tagihan listrik, air dll di tanggung oleh anak subjek 1. Subjek

1 hidup bergantung kepada anak dan menantunya dengan penghasilan perbulan

berkisar ± Rp. 40.000.000 dengan pengeluaran perbulan berkisar ±

Rp.10.000.000. Keluarga memiliki fasilitas seperti tabungan, kulkas, motor,

televisi, dan mobil.

Subjek 2 tidak bekerja, selama ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

yaitu makan, bayar tagihan listrik, air dll di tanggung oleh menantu dan keempat

anak subjek. Dengan pengeluaran perbulan berkisar ±Rp.5.000.000-10.000.000

dan pengeluaran perbulan berkisar ±Rp. 7.000.000 dengan fasilitas kulkas,

televisi, mobil dan motor.

7. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga subjek 1 jarang sekali melakukan rekreasi ketempat liburan,

biasanya waktu kosong di isi dengan berbelanja ke mall. Selain itu subjek 1 juga

sangat jarang ikut karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk di bawa.
47

Keluarga subjek 2 sesekali melakukan rekreasi ke tempat liburan

bersama-sama selain itu saat waktu kosong lebih sering hanya diisi oleh kegiatan

menonton televisi bersama, tidue bersama dan acara kumpul keluarga bersama

anak dan cucu-cucu subjek 2.

8. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga subjek 1 saat ini adalah melepas anak

dewasa (launching center familes) dengan lansia dimana anak pertama dari Tn. P

yang merupakan cucu pertama dari subjek 1 berusia 25 tahun telah bekerja tetapi

masih tinggal bersama

Tahap perkembangan keluarga subjek 2 saat ini adalah melepas anak

dewasa (launching center familes) dimana anak pertama subjek 2 telah

berkeluarga dan anak keempat subjek 2 masih tinggal bersam di rumah

9. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi pada keluarga

subjek 1 dan 2 adalah mempersiapkan anak dewasa menuju jenjang pernikahan,

keluarga belum dapat mempersiapkan anak untuk mandiri sebagai keluarga baru

di masyarakat dan belum dapat menerima kepergian anaknya

9. Riwayat keluarga inti

Subjek 1 telah di tinggal suaminya meninggal 10 tahun yang lalu. Setelah

4 tahun yang lalu saat subjek 1 mengalami serangan stroke non hemoragik anak

subjek 1 memutuskan untuk merawat subjek 1 dan membawa subjek 1 pindah


48

dari muara muntai pindah ke samarinda dan tinggal bersama karena di muara

muntai subjek 1 tinggal sendiri. Anak dan menantu subjek 1 menikah sekitar 26

tahun yang lalu setelah itu menetap di samarinda dengan ke tiga cucu subjek 1

Saat menderita stroke seubjek 1 sudah 1 kali di rawat dan rumah sakit dan hingga

sekarang masih sering memeriksakan kondisi di rumah sakit serta di home care.

Perasaan anggota keluarga dengan penyakit yang di derita subjek 1 menerima

dengan apa adanya.

Subjek 2 dan suami menikah di anggana sekitar 48 tahun yang lalu dan

setelah itu pindah ke samarinda membangun rumah sendiri dan menetap sampai

saat ini. Sekitar 10 tahun yang lalu suami subjek 2 meninggal karena usia tua dan

penyakit diabetes. Sekitar 2 tahun yang lalu subjek 2 pernah sekali dirawat

dirumah sakit dan hingga saat ini keluarga subjek 2 masih sering memeriksakan

subjek 2 ke rumah sakit dan berkonsultasi terkait nutriusi dan perawatan luka

dengan home care. Mulai saat itu anak ke tiga dari subjek 2 memutuskan untuk

kembali kerumah merawat subjek 2 bersama ketiga cucu dan menantu subjek 2.

Awalnya Perasaan anggota keluarga terhadap penyakit yang di derita subjek 2

sedih dan menganggap ini adalah suatu ujian dari Allah SWT agar anak-anak

subjek 2 dapat lebih memperhatikan orang tua dan jalan allah SWT untuk

memperkuat ikatan antara aggota keluarga.

9. Riwayat keluarga sebelumnya


49

Di Keluarga subjek 1 tidak ada yang menderita penyakit stroke, namun

memang dalam keluarga subjek 1 memiliki riwayat penyakit hipertansi dan tidak

memiliki riwayat penyakit menular lainnya dalam keluarga.

Di keluarga subjek 2 tidak ada yang menderita penyakit stroke, adapun

almarhum suami subjek 2 menderita penyakit diabetes militus. Keluarga subjek 2

tidak memiliki riwayat penyakit menular dalam keluarganya.

10. Karakteristik Rumah

2.
Tempat tinggal keluarga subjek 1 memiliki luas 20 x 30m Bangunan

tersebut merupakan kepemilikian pribadi. Rumah subjek 1 terdiri dari 6 kamar, 1

ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 musolah dan 2 kamar mandi.

Penerangan dan ventilasi cukup memadai, lantai rumah tampak bersih. Hal ini

terlihat dari tidak adanya kotoran dan debu di lanatai dan dinding rumah, lantai

rumah menggunakan kramik dan dinding terbuat dari bata. Penggunaan air pada

keluarga subjek 1 bersumber dari air PDAM, pada bagian samping rumah subjek

1 terdapat taman dengan aquarium. Air pembuangan limbah di buang ke got dan

pembuangan sampah di ambil ole petugas kebersihan.

2
Tempat tinggal keluarga subjek 2 memiliki luas 10 x 20 m . Bangunan
tersebut milik sendiri. Rumah subjek 2 memiliki 3 kamar, 2 kamar mandi, 1
dapur, 1 ruang tamu dan 1 ruang keluarga. Penerangan dan ventilasi cukup
50

memadai namun jendela jarang sekali di buka karena ruangan menggunkaan AC.

Lantai rumah tampak bersih. hal ini terlihat dari tidak adanya kotoran dan debu di

lanatai dan dinding rumah, lantai rumah menggunakan kramik dan dinding

terbuat dari bata. Penggunaan air pada keluarga subjek 2 bersumber dari air

PDAM pada bagian depan rumah terdapat pekarangan. Air pembuangan limbah

di buang ke selokan dan pembuangan sampah di ambil oleh petugas kebersihan.

11.Denah Rumah

Denah rumah subjek 1

Kamar Kamar Musolah


Dapur

wc

kamar Ruang Ruang


keluarga makan

kamar kamar

Ruang tamu

Denah rumah subjek 2

dapur Wc/kamar mandi

kamar
kamar

Ruang keluarga

Ruang tamu

kamar
51

12.Karakteristik lingkungan Sekitar

Keluarga tinggal di lingkungan dengan beragam suku (jawa, banjar, bugis

dan lain-lain). Keluarga subjek 1 dan 2 mengatakan memiliki tetangga yang

ramah, sesekali mereka berkumpul di waktu sore untuk sedikit berbincang-

bincang.

13.Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga subjek 1 menepati rumah tersebut sekitar 26 tahu yang lalu dan

tidak pernah berpindah rumah. Keluarga subjek 2 menempati rumah tersebut

sejak 48 tahun yang lalu dan subjek 2 merasa senang karena memiliki rumah

pribadi tempat berkumpul dengan anak dan cucu.

14.Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Keluarga subjek 1 sesekali sore hari berkumpul dengan tetangga di waktu

sore hari dan di waktu pagi hari saat subjek 1 sedang berjemur.

Keluarga subjek 2 sering berbincang-bincang dengan tetangga lain

diwaktu sore hari dan cucu subjek 2 juga sering bermaindengan teman-teman di

dalam gang selain itu keluarga juga memiliki kegiatan rutin yaitu yasinan dalam
52

keluarga Per RT dan di dalam keluarga setelah sholat magrib berjamaah di

lanjutkan dengan mengaji bersama anggota keluarga di kamar subjek 2 saat

malam semua keluarga menonton bersama di kamar subjek 2 sambil nenonton tv

15. Sistem Dukung Keluarga

Semua anggota keluarga subjek 1 dan 2 dalam kondisi sehat dan antara

anggota keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain.

16. Pola komunikasi keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 berkomunikasi sehari-harinya menggunakan

bahasa Indonesia, untuk keluarga subjek 2 seskali menggunkan bahasa Banjar.

Dalam keadaan emosi keluarga subjek 1 dan 2 menggunkan kalimat positif,

setiap masalah dalam keluarga selalu dirembukan dan mencara jalan keluarnya

dengan musyawarah keluarga.

17. Struktur kekuatan keluarga

Orang yang dekat dengan subjek 1 adalah pengasuh dan anak tunggal

subjek 1. Sedangkan orang yang paling dekat di dengan subjek 2 adalah kedua

anak subjek 2 yaitu anak ketiga dan anak keempat.

18. struktur peran keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 menjalankan peran masing-masing dengan baik

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang ada.


53

19. Nilai dan norma keluarga

Subjek 1 dan 2 beserta keluarganya menganut agama islam yang berlaku

di masyarakat dan adat istiadat jawa untuk subjek 1, dan adat istiadat banjar untuk

keluarga subjek 2. Dalam keluarga subjek 1 mengajarkan pentingnya bersikap

sopan santun dengan orang lain. untuk keluarga subjek 2 selain sopan dan santun

sejak dini cucu-cucu subjek 2 telah di ajarkan pendidikan agama sejak kecil.

Keluarga subjek 1 dan 2 mempercayai bahwa bila ada keluarga yang sakit

merupakan cobaan dari Allah SWT, agar keluarga dapat lebih kuat.

20. Fungsi afektif

Keluarga subjek 1 dan 2 salalu menyayangi dan memperhatikan

kebutuhan subjek 1dan 2, namuun untuk subjek 1 lebih dekat dan lebih sering

dengan pengasuh. Jika ada masalah setiap aggota keluarga membantu sesuai

kemampuan. Untuk keluarga subjek 1 rasa dan perhatian antar anggota mulai

mengalami penurunan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga.

21. Fungsi sosial

Interaksi yang keluarga bentuk dengan subjek 1 dan 2 terjalin dengan baik

dan saling mendukung, bahu-membahu dan saling bergantung. Selain itu

interaksi keluarga dengan tetanga lain juga terjain akrab dan baik.
54

22. Fungsi perawatan kesehatan

Masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga subjek 1

adalah subjek 1 yang saat ini mengalami stroke non hemoragik, dengan keluhan

terdapat luka dekubitus di bagian punggung bawah subjek 1, selain itu subjek 1

tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan mandiri jadi harus di bantu

dengan pengasuh, selain itu karena serangan stroke non hemoragik subjek 1

mengalami kesulitan berkomunikasi.

Masalah yang saat ini sedang dialami oleh keluarga subjek 2 adalah

subjek 2 yang saat ini sedang mengalami stroke non hemoragik sejak 2 tahun

yang lalu, dan baru 2 bulan yang lalu mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

dan baru sebulan ini mengalami luka dekubitus di bagian punggung bawah

dengan luka yang tampak kemerahan dan dukungan yang baik dari keluarga

dalam melakukan perawatan luka dekubitus, selain itu subjek 2 dalam keseharian

harus dibantu oleh kedua anakanya dalam melakukan kegiatan aktifitas seharai-

hari atau pun bersihan diri.

23. Stess dan koping keluarga

Stres jangka panjang yang keluarga subjek 1 dan 2 akan rasakan adalah

resiko terjadinya penurunan dukungan dari keluarga yang merupakan dampak

dari lamanya waktu yang dibutuhkan dan banyaknya kebutuhan untuk merawat

subjek 1 dan 2 sehari-hari.


55

24. Harapan Keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 berharap agar subjek 1 dan 2 selalu sehat dan

keluarga dapat diberikan kesabaran dan kekuatan dalam merawat subjek 1 dan 2
57

Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 1

No Komponen Tn.P Ny.T Ny.K Nn.K Tn.R Ny.


1 Kepala Rambut Pendek, Rambut Rambut Rambut Rambut Pendek, Rambut
hitam, bersih dan panjang, hitam, Pendek, hitam, panjang, hitam, hitam, bersih panjang, hitam,
tidak ada kelainan bersih dan tidak bersih dan tidak bersih dan tidak dan tidak ada bersih dan tidak
ada kelainan ada kelainan ada kelainan kelainan ada kelainan
2 Mata Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
icterus, icterus, icterus, icterus, icterus, icterus,
konjungtiva tidak konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
anemis, tidak ada tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
peradanagan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peradangan peradanagan peradanagan peradanagan peradanagan
3 Telinga Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri dan
kanan dan tidak ada kanan dan tidak dan kanan dan dan kanan dan dan kanan dan kanan dan tidak
serumen ada serumen tidak ada tidak ada tidak ada ada serumen
serumen serumen serumen
4 Hidung Bersih, Tidak ada Bersih, Tidak Bersih, Tidak Bersih, Tidak Bersih, Tidak Bersih, Tidak
sektet dan tidak ada ada sektet dan ada sektet dan ada sektet dan ada sektet dan ada sektet dan
kelainan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan

5 Mulut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
stomatitis, tidak stomatitis,terda stomatitis,terda stomatitis, stomatitis, tidak stomatitis, tidak
terdapat karang pat karang gigi, pat karang gigi, tidak terdapat terdapat karang terdapat karang
gigi, tidak ada gigi tidak ada gigi ada beberapa karang gigi, gigi, tidak ada gigi, tidak ada
yang tanggal yang tanggal gigi yang tidak ada gigi gigi yang gigi yang
tanggal yang tanggal tanggal tanggal
6 Leher & Tidak ada kesulitan Tidak ada ada kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan menelan, tidak kesulitan menelan, tidak kesulitan kesulitan kesulitan
pembesaran menelan, tidak pembesaran menelan, tidak menelan, tidak menelan, tidak
kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar tiroid pembesaran pembesaran pembesaran
58

limfe kelenjar tiroid dan limfe kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
dan limfe dan limfe dan limfe dan limfe
7 Dada & Pergerakan dinding Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
paru dada simetris, suara dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada
sonor seluruh lapang simetris, suara simetris, suara simetris, suara simetris, suara simetris, suara
paru, Ronkhi (-), sonor seluruh sonor seluruh sonor seluruh sonor seluruh sonor seluruh
stridor (-), Wheezing lapang paru, lapang paru, lapang paru, lapang paru, lapang paru,
(-), tidak ada otot Ronkhi (-), Ronkhi (-), Ronkhi (-), Ronkhi (-), Ronkhi (-),
bantu pernafasan. stridor (-), stridor (-), stridor (-), stridor (-), stridor (-),
Wheezing (-), Wheezing (-), Wheezing (-), Wheezing (-), Wheezing (-),
tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot
bantu bantu bantu bantu bantu
pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan
8 Jantung BJ I dan II tunggal: BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II
Intensitas kuat, tunggal: tunggal: tunggal: tunggal: tunggal:
tidak ada bunyi Intensitas kuat, Intensitas kuat, Intensitas kuat, Intensitas kuat, Intensitas kuat,
jantung tambahan tidak ada bunyi tidak ada bunyi tidak ada bunyi tidak ada bunyi tidak ada bunyi
jantung jantung jantung jantung jantung
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan
9 Abdomen Tidak teraba nyeri Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba
tekan dan massa nyeri tekan dan nyeri tekan dan nyeri tekan dan nyeri tekan dan nyeri tekan dan
massa massa massa massa massa
10 Ekstermitas Pergerakan bebas, Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
tidak ada kelainan bebas, tidak ada terbatas, bebas, tidak ada bebas, tidak ada bebas, tidak ada
otot dan tulang kelainan otot kelemahan otot kelainan otot kelainan otot kelainan otot
dan tulang pada semua dan tulang dan tulang dan tulang
ekstermitas
11 Kulit Warna kulit sawo Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit
matang, bersih, sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang,
tugor baik. bersih, tugor bersih, tugor bersih, tugor bersih, tugor bersih, tugor
baik. baik. baik. baik. baik.
12 Kuku Pendek, bersih dan Pendek, bersih Pendek, bersih Pendek, bersih Pendek, bersih Pendek, bersih
59

CRT<2detik dan dan dan dan CRT<2detik dan CRT<2detik


CRT<2detik CRT<2detik CRT<2detik
13 BB 83 kg 55 kg 40 kg 57 kg 65 kg 54kg
14 TB 170 cm 155cm 150cm 168cm 170cm 155cm
15 Vital sign 130/100mmhg 120/90mmhg 130/90mmhg 120/80mmhg 120/80mmhg 110/80mmhg

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 2

No Komponen Tn.M Ny.R Ny.P Ny.R An.D An.A An.A


1 Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut Rambut
Pendek, panjang, hitam, Pendek, hitam, panjang, panjang, panjang, panjang,
hitam, bersih bersih dan tidak bersih dan tidak hitam, bersih hitam, bersih hitam, bersih hitam, bersih
dan tidak ada ada kelainan ada kelainan dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
2 Mata Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
icterus, icterus, icterus, icterus, icterus, icterus, icterus,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peradanagan peradangan peradanagan peradanagan peradanagan peradanagan peradanagan
3 Telinga Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri
dan kanan dan kanan dan dan kanan dan dan kanan dan kanan dan kanan dan kanan
dan tidak ada tidak ada tidak ada dan tidak dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada
serumen serumen serumen ada serumen serumen serumen
serumen
4 Hidung Bersih, Tidak Bersih, Tidak Bersih, Tidak terdapat Bersih, Tidak Bersih, Bersih, Tidak
ada sektet ada sektet dan ada sektet dan sektet dan ada sektet Tidak ada ada sektet
dan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada dan tidak ada sektet dan dan tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan tidak ada kelainan
kelainan
60

5 Mulut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
stomatitis, stomatitis,terda stomatitis,terda stomatitis, stomatitis, stomatitis, stomatitis,
tidak terdapat pat karang gigi, pat karang gigi, tidak terdapat tidak tidak tidak terdapat
karang gigi, tidak ada gigi ada beberapa karang gigi, terdapat terdapat karang gigi,
tidak ada gigi yang tanggal gigi yang ada 2 gigi karang gigi, karang gigi, tidak ada gigi
yang tanggal tanggal graham yang tidak ada gigi tidak ada yang tanggal
tanggal yang tanggal gigi yang
tanggal
6 Leher & Tidak ada Tidak ada Tidak ada Terdapat Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
Tenggorokan
menelan, menelan, tidak menelan, tidak menelan, menelan, menelan, menelan,
tidak pembesaran pembesaran tidak tidak tidak tidak
pembesaran kelenjar tiroid kelenjar tiroid pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid dan limfe dan limfe kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
dan limfe tiroid dan tiroid dan tiroid dan tiroid dan
limfe limfe limfe limfe
7 Dada & Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
paru dinding dada dinding dada dinding dada dinding dinding dada dinding dada dinding dada
simetris, simetris, suara simetris, suara dada simetris, simetris, suara simetris,
suara sonor sonor seluruh sonor seluruh simetris, suara sonor sonor seluruh suara sonor
seluruh lapang paru, lapang paru, suara sonor seluruh lapang paru, seluruh
lapang paru, Ronkhi (-), Ronkhi (-), seluruh lapang paru, Ronkhi (-), lapang paru,
Ronkhi (-), stridor (-), stridor (-), lapang paru, Ronkhi (-), stridor (-), Ronkhi (-),
stridor (-), Wheezing (-), Wheezing (-), Ronkhi (+), stridor (-), Wheezing (-), stridor (-),
Wheezin (-), tidak ada otot tidak ada otot stridor (-), Wheezing(- tidak ada otot Wheezing(-),
tidak ada otot bantu bantu Wheezing(- ), tidak ada bantu tidak ada otot
bantu pernafasan pernafasan ), tidak ada otot bantu pernafasan bantu
pernafasan. otot bantu pernafasan pernafasan
pernafasan
8 Jantung BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II BJ I dan II
61

tunggal: tunggal: tunggal: tunggal: tunggal: tunggal: tunggal:


Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas
kuat, tidak kuat, tidak ada kuat, tidak ada kuat, tidak kuat, tidak kuat, tidak kuat, tidak
ada bunyi bunyi jantung bunyi jantung ada bunyi ada bunyi ada bunyi ada bunyi
jantung tambahan tambahan jantung jantung jantung jantung
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan

9 Abdomen Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak Tidak Tidak teraba
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan teraba nyeri teraba nyeri nyeri tekan
dan massa dan massa dan massa dan massa tekan dan tekan dan dan massa
massa massa
10 Ekstermita Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
s bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak terbatas , bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak
ada kelainan ada kelainan ada kelainan kelemahan ada ada ada kelainan
otot dan otot dan otot dan pada semua kelainan kelainan otot dan
tulang tulang tulang daerah otot dan otot dan tulang
ektermitas tulang tulang
11 Kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit
sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo sawo
bersih, tugor bersih, tugor bersih, tugor bersih, tugor bersih, tugor matang, matang,
baik. baik. baik. baik baik. bersih, tugor bersih, tugor
baik. baik.
12 Kuku Pendek, Pendek, Pendek, Pendek, Pendek, Pendek, Pendek,
bersih dan bersih dan bersih dan bersih dan bersih dan bersih dan bersih dan
CRT<2detik CRT<2detik CRT<2detik CRT<2detik CRT<2detik CRT<2detik CRT<2detik

13 BB 70kg 62 kg 75 kg 35 kg 61 kg 52 kg 20 kg
14 TB 180cm 150 cm 155 cm 152 cm 174 cm 155 cm 112 cm
15 Vital sign 130/80mmhg 110/70 mmhg 110/80 mmhg 110/90 mmhg - - -
62

4.1.2.2 Diagnosa keperawatan

Tabel 4.5 Diagnosa Subjek 1

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds: Keluarga subjek 1 mengatakan Ketidak mampuan Gangguan integritas
terdapat luka dekubitus pada bagian keluarga merawat kulit pada keluarga Tn.
pungung bawah sejak sebulan yang anggota keluarga P khususnya Ny. K
lalu yang sakit (00046)
Do: Terlihat pada subjek 1 luka
dengan panjang 7 cm dan lebar 3 cm,
berbau dan tampak lembab
2. Ds: Keluarga pasien mengatkan sulit Ketidak mampuan Gangguan Mobilitas
menggerakan bagian tubuh subjek 1 keluarga merawat fisik pada keluarga Tn.
Do: Subjek 1 terlihat lemah dan sulit anggota keluarga P khususnya Ny. K
melakukan monilisasi yang sakit (00085)
3 Ds: keluarga subjek 1 mengatakan Ketidak mampuan Gangguan komunikasi
bahwa subjek 1 telah mengalami keluarga merawat verbal pada keluarga
gangguan bicara selama 2 tahun anggota keluarga Tn. P khususnya Ny. K
terakhir yang sakit (00051)
Do:-subjek 1 terlihat sering mengeram
dan memainkan mata
- Subjek 1 terlihat sulit
mengungkapkan kata-kata
- Kelurga sulit memahami maksud
subjek 1 saat berkominikasi
4 Ds: keluarga subjek 1 mengatakan Ketidak mampuan Kesiapan untuk
tidak terjadi penurunan atau penaikan keluarga mengenal meningkatkan nutrisi
berat badan selama 6 bulan terakhir. masalah pada keluarga Tn. P
Do: subjek 1 terlihat lemah dengan khususnya Ny. K
posisi berbaring di ranjang tampak (00163)
kurus dengan lingkar lengan 17cm,
berat badan 35 kg dan tinggi badan
150 cm.
5 Ds: keluarga subjek 1 mengatakan Ketidak mampuan Kesiapan peningkatan
semua aktifitas sehari-hari (makan, keluarga mengenal peraawatan diri pada
mandi, toileting dan berhias) di bantu masalah keluarga Tn. P
oleh keluarga dan pengasuh khususnya Ny. K
Do: subjek 1 terlihat lemah berbaring (00182)
di tempat tidur dan semua aktifitas
dibantu oleh orang sekitar
6 Ds: keluarga mengatakan tidak pernah Ketidak mampuan Harga diri rendah kronis
melihat subjek 1 tersenyum lagi keluarga mengenal pada keluarga Tn. P
Do: subjek 1 terlihat mengalami masalah khususnya Ny. K
63

perubaha hubungan sosial dengan (00119)


tetanggga sekitar rumah, tampak
sering murung
Ds: keluarga mengatakan belum begitu Ketidak mampuan Kurangya pengetahuan
megeti tentang perawatanpasien stroke keluarga mengenal pada keluarga Tn. P
Do: keluarga terlihat sering bertanya masalah (00126)
8 Ds: Keluarga mengatakan kadang Ketidak mampuan Keiapan peningkatan
lelah merawat subjek 1 keluarga mengenal koping keluarga pada
Do: terlihat dukungan akan individu ke masalah keluarga Tn. P
subjek 1 kurang (00158)

Tabel 4.6 Diagnosa Subjek 2


No. Data Etiologi Masalah
1. Ds: keluarga subjek 2 mengatakan Ketidak mampuan Bersihan jalan nafas
sebjek sering mengalami batuk dengan keluarga mengenal tidak efektif pada
dahak yang sulit keluar. masalah keluarga Tn.M
Do:-subjek 2 terlihat sering batuk khususnya Ny. R
- Subjek 2 terlihat sulit
mengeluarkan dahaknya
2. Ds:Keluarga subjek 2 mengatakan Ketidak mampuan Gangguan integritas kulit
terdapat luka dekubitus pada bagian keluarga merawat pada keluarga Tn.M
pungung bawah sejak sebulan yang anggota keluarga khususnya Ny. R
lalu yang sakit (00046)
Do: Terlihat pada subjek 2 luka
dengan panjang 6 cm dan lebar 3 cm,
dan luka berwarna kemerahan
3 Ds: Keluarga pasien mengatkan sulit Ketidak mampuan Gangguan Mobilitas fisik
menggerakan bagian tubuh subjek 2 keluarga merawat pada keluarga Tn.M
Do: - Subjek 2 terlihat lemah dan sulit anggota keluarga khususnya Ny. R
melakukan monilisasi yang sakit (00085)
- Subjek 2 hanya baring di
tempat tidur
4 Ds: keluarga Subjek 2 mengatakan Ketidak mampuan Gangguan komunikasi
bahwa Subjek 2 telah mengalami keluarga merawat verbal pada keluarga
gangguan bicara selama 1 bulan anggota keluarga Tn.M khususnya Ny.R
terakhir yang sakit (00051)
Do: - Subjek 2 terlihat sering
mengeram dan memainkan mata
- Subjek 2 terlihat sulit
mengungkapkan kata-kata
- Kelurga sulit memahami maksud
subjek 2 saat berkominikasi
64

5 Ds: keluarga Subjek 2mengatakan Ketidak mampuan Kesiapan untuk


tidak terjadi penurunan atau penaikan keluarga mengenal meningkatkan nutrisi
berat badan selama 6 bulan terakhir. masalah pada keluarga Tn.M
Do: Subjek 2terlihat lemah dengan khususnya Ny.R
posisi berbaring di ranjang tampak (00163)
kurus dengan lingkar lengan 17cm,
berat badan 35 kg dan tinggi badan
152 cm.
6 Ds: keluarga Subjek 2 mengatakan Ketidak mampuan Kesiapan peningkatan
semua aktifitas sehari-hari (makan, keluarga mengenal peraawatan diri pada
mandi, toileting dan berhias) di bantu masalah keluarga Tn.M
oleh keluarga khususnya Ny.R
Do: subjek 1 terlihat lemah berbaring (00182)
di tempat tidur dan semua aktifitas
dibantu oleh orang sekitar
7 Ds: - keluarga mengatakan tidak Ketidak mampuan Harga diri rendah kronis
sesekali saja melihat Subjek 2 keluarga mengenal pada keluarga Tn.M
tersenyum masalah khususnya Ny.R
- Keluarga mengatakan sebelum (00119)
sakit sujek 2 merupakan orang
yang humoris
Do: Subjek 2 terlihat mengalami
perubahan hubungan sosial dengan
anggota keluarga, dan tetanggga
sekitar rumah, tampak sering murung
8 Ds: keluarga mengatakan belum begitu Ketidak mampuan Kurangya pengetahuan
megeti tentang perawatanpasien stroke keluarga mengenal pada keluarga Tn.M
Do:-keluarga terlihat sering bertanya masalah khususnya Ny.R
- Keluarga sering mengutarakan (00126)
benar tidaknya persepsi dalam
keluarga saat merawat subjek 2
65

4.1.2.3 Skoring Prioritas

Tabel 4.7 Skoring Subjek 1

1. Gangguan integritas kulit pada keluarga Tn. P khususnya Ny. K b.d Ketidak
mampuan keluarga merawatanggota keluarga yang sakit

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : Pada subjek 1
a. Aktual 3 3/3x1= terlihat adanya luka
b. Resiko 2 1 di bagian punggung
c. Sejahtera 1 1 bawah

Kemungkinan masalah dapat diubah : Adanya sumber


2/2x2= daya keluarga
a. Tinggi 2 2 (pendidikan dan
b. Sedang 1 2 mau menerima
c. Rendah 0 perubahan)

Potensi masalah untuk dicegah : Masalah dapat


dicegah agar tidak
a. Tinggi 3 3/3x1= bertambah parah,
b. Cukup 2 1 namun dibutuhkan
c. Rendah 1 1 peran kelurga

Menonjolnya masalah : Anggapan keluarga


2/2x1= tentang kerusakan
a. Masalah dirasakan dan perlu 2 1 jeringan harus
segera ditangani segera diatasi agar
b. Masalah dirasakan 1 tidak bertambah
c. Masalah tidak dirasakan 0 1 parah

Total Skore 5
66

2. Gangguan Mobilitas fisik pada keluarga Tn. P khususnya Ny. K b.d


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 3/3x1= Keluarga mengatan
a. Aktual 3 1 telah 2 tahun subjek
b. Resiko 2 1 1 mengalami
c. Sejahtera 1 kelemahan anggota
tubuh

Kemungkinan masalah dapat diubah : Adanya sumber


2/2x2=2 daya keluarga
a. Tinggi 2 2 (pendidikan dan
b. Sedang 1 mau menerima
c. Rendah 0 perubahan)

Potensi masalah untuk dicegah : 2/3x1= Tanggapa keluarga


2/3 masalah ini agak
a. Tinggi 3 sulit untuk di cegah
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1

Menonjolnya masalah : 2/2x1= Keluarga dan


1 pengasuh selalu
a. Masalah dirasakan dan perlu 2 membantu subjek 1
segera ditangani dlam melakukan
b. Masalah dirasakan 1 1 aktifits fisik sehari-
c. Masalah tidak dirasakan 0 hari

Total Skore 4 2/3

3. Gangguan komunikai verbal pada keluarga Tn. P khususnya Ny.K b.d


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah :
a. Aktual 3 3/3x1= Keluarga
b. Resiko 2 1 1 mengatankan
1 subjek 1 telah 2
c. Sejahtera
tahun sulit
membuka mulut
67

Kemungkinan masalah dapat Adanya sumber


diubah : 2/2x2=
2 2 daya keluarga
a. Tinggi 1 2 (pendidikan dan
b. Sedang 0 mau menerima
c. Rendah perubahan)

Potensi masalah untuk dicegah : Tanggapan


a. Tinggi 2/3x1= keluarga masalah
3 2/3 ini agak sulit untuk
b. Cukup 2 1 di ubah
c. Rendah 1
Menonjolnya masalah : Tanggapan keluarg
a. Masalah dirasakan dan 2/2x1= sulit berkomunikasi
2 1 1 lagi dengan subjek
perlu segera ditangani 1
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 4 2/3

4. Kesiapan untuk meningkatkan nutrisi pada keluarga Tn. P khususnya Ny. K b.d
ketidakmampuan Keluarga dalam mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 1/3x1= Keluarga
a. Aktual 3 1/3 mengatakan tidak
b. Resiko 2 1 ada penurunan atau
c. Sejahtera 1 kenaikan berat
badan pada subjek
selama 6 bulan
Kemungkinan masalah dapat 2/2x2= Adanya sumber
diubah : 2 daya keluarga
2 2 (pendidikan dan
a. Tinggi 1 mau menerima
b. Sedang 0 perubahan)
c. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : 3/3x1= Masalah dapat
a. Tinggi 1 dicegah dengan
3 pemberian nutrisi
b. Cukup 2 1 yang sesuai
c. Rendah 1
68

Menonjolnya masalah : Keluarga


a. Masalah dirasakan dan 1/2x1= mengetahui tentang
2 1 dampak dari kurang
perlu segera ditangani nutrisi namun
b. Masalah dirasakan 1 1 tidakmencari tahu
c. Masalah tidak dirasakan 0 tentang asupan
yang sesuai
Total Skore 4 1/2

5. Kesiapan Peningkatan perawatan diri pada keluarga Tn.P khususnya Ny.K b.d

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : Keluarga dan
a. Aktual 3 1/1x1= pengasuh selalu
b. Resiko 2 1 1 membantu subjek 1
c. Sejahtera 1 dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari
Kemungkinan masalah dapat Adanya sumber
diubah : 2/2x2= daya keluarga
a. Tinggi 2 2 2 (pendidikan dan
1 mau menerima
b. Sedang 0 perubahan)
c. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : 3/3x1= Masalah dapat
a. Tinggi 1 dicegah agar tidak
3 menimbulkan
b. Cuku 2 1 rasa tidak nyaman
c. Rendah 1 pada subjek
Menonjolnya masalah : 1/2x1= Masalah tidak
a. Masalah dirasakan dan ½ terlalu di rasakan
2 keluarga terkait
perlu segera ditangani kebersihan diri
b. Masalah dirasakan 1
subjek 1
c. Masalah tidak dirasakan 0 1

Total Skore 41/2


69

6. Harga diri rendah kronis pada keluarga Tn. P khususnya Ny. K b.d
ketidakmampuan keluarag menegnal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 1/1x1= Keluarga
a. Aktual 3 1 mengatakan bahwa
b. Resiko 2 1 meerima apa adaya
c. Sejahtera 1 keadaan subjek 1

Kemungkinan masalah dapat 1/2x2= Keluarga


diubah : 1 mengatakan
2 masalah ini agak
a. Tinggi 1 2 sulit untuk dapat di
b. Sedang 0 ubah
c. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : Keluargamengataka
a. Tinggi 1/1x1= n dukungan dari
3 1 keluarga dan orang
b. Cukup 2 1 sekitar dapat
c. Rendah 1 membantu

Menonjolnya masalah : Keluarga tidak


a. Masalah dirasakan dan 1/1x1= terlalu merasakan
2 1 masalah ini
perlu segera ditangani
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak dirasakan 0 1

Total Skore 4
70

7. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. P b.d ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : Keluarga kurang
a. Aktual 3 3/3x1= mengerti tentang
b. Resiko 2 1 apa saja yang
c. Sejahtera 1 1 menjadi kebutuhan
subjek dengan
stroke
Kemungkinan masalah dapat 2/2x2= Adanya sumber
diubah : 2 daya keluarga
2 2 (pendidikan dan
a. Tinggi 1 mau menerima
b. Sedang 0 perubahan)
c. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : Masalah dapat di
a. Tinggi 3/3x1= cegah dengan peran
3 1 besar keluarga
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
Menonjolnya masalah : Masalah tidak
a. Masalah dirasakan dan 0/2x1= tidak dirasakan
2 0 oleh keluarga
perlu segera ditangani 1
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 4
71

8. Kesiapan peningkatan koping keluarga pada keluarga Tn.P b.d ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 1/1x1= Keluarga
a. Aktual 3 1 1 mengatakan tidak
b. Resiko 2 terlalu
c. Sejahtera 1 mempermasalahkan
dukungan keluarga
Kemungkinan masalah dapat Adanya sumber
diubah : 1/2x2= daya keluarga
a. Tinggi 2 2 1 (pendidikan dan
1 mau menerima
b. Sedang 0 perubahan)
c. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : 2/3x1= Keluarga
a. Tinggi 2/3 mengatakan dapatdi
3 1 cegah bergatung
b. Cukup 2 dari individu di
c. Rendah 1 rumah

Menonjolnya masalah : 1/1x1= Keluarga tidak


a. Masalah dirasakan dan 1 terlalu merasakan
2 masalah ini
perlu segera ditangani 1
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 3 2/3


72

Tabel 4.8 Skoring Subjek 2

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada keluarga Tn.M khususnya Ny.R b.d

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 3/3x1= Keluarga
d. Aktual 3 1 1 mengatakan
e. Resiko 2 masalah ini harus
f. Sejahtera 1 segera ditangani

Kemungkinan masalah dapat Adanya sumber


diubah : 2/2x2= daya keluarga
d. Tinggi 2 2 2 (pendidikan dan
1 mau menerima
e. Sedang 0 perubahan)
f. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : 3/3x1= Keluarga
d. Tinggi 1 mengatakan
3 1 masalah ini dapat di
e. Cukup 2 cegah dengan
f. Rendah 1 mudah

Menonjolnya masalah : 2/2x1= Keluarga


d. Masalah dirasakan dan 1 mengataan masalah
2 ini harus segera
perlu segera ditangani 1 ditangani agar tidak
e. Masalah dirasakan 1 bertambah parah
f. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 5
73

2. Gangguan integritas kulit pada keluarga Tn. M khususnya Ny. R b.d Ketidak
mampuan keluarga merawatanggota keluarga yang sakit

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : Pada subjek 2
d. Aktual 3 3/3x1= terlihat adanya luka
e. Resiko 2 1 di bagian punggung
f. Sejahtera 1 1 bawah

Kemungkinan masalah dapat diubah : Adanya sumber


2/2x2= daya keluarga
d. Tinggi 2 2 2 (pendidikan dan
e. Sedang 1 mau menerima
f. Rendah 0 perubahan)

Potensi masalah untuk dicegah : Masalah dapat


dicegah agar tidak
d. Tinggi 3 3/3x1= bertambah parah,
e. Cukup 2 1 1 namun dibutuhkan
f. Rendah 1 peran kelurga
Menonjolnya masalah : Anggapan keluarga
2/2x1= tentang kerusakan
d. Masalah dirasakan dan perlu 2 1 jeringan harus
segera ditangani segera diatasi agar
e. Masalah dirasakan 1 tidak bertambah
f. Masalah tidak dirasakan 0 1 parah

Total Skore 5
74

3. Gangguan Mobilitas fisik pada keluarga Tn. M khususnya Ny. R b.d


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 3/3x1= Keluarga mengatan
a. Aktual 3 1 telah 2 tahun subjek
b. Resiko 2 1 2 mengalami
c. Sejahtera 1 kelemahan anggota
tubuh

Kemungkinan masalah dapat diubah : Adanya sumber


2/2x2=2 daya keluarga
a. Tinggi 2 2 (pendidikan dan
b. Sedang 1 mau menerima
c. Rendah 0 perubahan)

Potensi masalah untuk dicegah : 2/3x1= Tanggapa keluarga


2/3 masalah ini agak
a. Tinggi 3 sulit untuk di cegah
b. Cuku 2 1
c. Rendah 1

Menonjolnya masalah : 2/2x1= Keluargadan


1 pengasuh selalu
g. Masalah dirasakan dan perlu 2 membantu subjek 2
segera ditangani dlam melakukan
h. Masalah dirasakan 1 1 aktifits fisik sehari-
i. Masalah tidak dirasakan 0 hari

Total Skore 4 2/3

4. Gangguan komunikai verbal pada keluarga Tn. M khususnya Ny.R b.d


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 3 Keluarga
d. Aktual 3/3x1= mengatankan
e. Resiko 2 1 subjek 2 telah 1
f. Sejahtera 1 1 bulan sulit
membuka
berkomunikasi
75

Kemungkinan masalah dapat Adanya sumber


diubah : 2/2x2= daya keluarga
d. Tinggi 2 2 2 (pendidikan dan
1 mau menerima
e. Sedang 0 perubahan)
f. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : Tanggapan
d. Tinggi 2/3x1= keluarga masalah
3 2/3 ini agak sulit untuk
e. Cukup 2 1 di ubah
f. Rendah 1

Menonjolnya masalah : Tanggapan keluarg


d. Masalah dirasakan dan 2/2x1= sulit berkomunikasi
2 1 lagi dengan subjek
perlu segera ditangani 2
e. Masalah dirasakan 1 1
f. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 4 2/3

5. Kesiapan untuk meningkatkan nutrisi pada keluarga Tn. M khususnya Ny. R b.d
ketidakmampuan Keluarga dalam mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 1/3x1= Keluarga
d. Aktual 3 1/3 mengatakan tidak
e. Resiko 2 1 ada penurunan atau
f. Sejahtera 1 kenaikan berat
badan pada subjek
selama 6 bulan
Kemungkinan masalah dapat 2/2x2= Adanya sumber
diubah : 2 daya keluarga
2 (pendidikan dan
d. Tinggi 1 2 mau menerima
e. Sedang 0 perubahan)
f. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : 3/3x1= Masalah dapat
d. Tinggi 1 dicegah dengan
3 pemberian nutrisi
e. Cukup 2 1 yang sesuai
f. Rendah 1
76

Menonjolnya masalah : Keluarga


d. Masalah dirasakan dan 1/2x1= mengetahui tentang
2 1 dampak dari kurang
perlu segera ditangani nutrisi namun
e. Masalah dirasakan 1 1 tidakmencari tahu
f. Masalah tidak dirasakan 0 tentang asupan
yang sesuai
Total Skore 4 1/2

6. Kesiapan Peningkatan perawatan diri pada keluarga Tn.M khususnya Ny. R b.d

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : Keluarga dan
d. Aktual 3 1/1x1= pengasuh selalu
e. Resiko 2 1 membantu subjek 2
f. Sejahtera 1 1 dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari

Kemungkinan masalah dapat Adanya sumber


diubah : 2/2x2= daya keluarga
d. Tinggi 2 2 2 (pendidikan dan
1 mau menerima
e. Sedang 0 perubahan)
f. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : 3/3x1= Masalah dapat
d. Tinggi 1 dicegah agar tidak
3 menimbulkan
e. Cukup 2 1 rasa tidak nyaman
f. Rendah 1 pada subjek
77

Menonjolnya masalah : 1/2x1= Masalah tidak


d. Masalah dirasakan dan ½ terlalu di rasakan
2 keluarga terkait
perlu segera ditangani kebersihan diri
e. Masalah dirasakan 1
subjek 1
f. Masalah tidak dirasakan 0 1

Total Skore 341/2


7. Harga diri rendah kronis pada keluarga Tn. M khususnya Ny. R b.d

ketidakmampuan keluarag menegnal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : 1/1x1= Keluarga
d. Aktual 3 1 mengatakan bahwa
e. Resiko 2 1 meerima apa adaya
f. Sejahtera 1 keadaan subjek 1

Kemungkinan masalah dapat 1/2x2= Keluarga


diubah : 1 mengatakan
2 masalah ini agak
d. Tinggi 1 2 sulit untuk dapat di
e. Sedang 0 ubah
f. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : Keluargamengataka
d. Tinggi 1/1x1= n dukungan dari
3 1 keluarga dan orang
e. Cukup 2 1 sekitar dapat
f. Rendah 1 membantu

Menonjolnya masalah : Keluarga tidak


d. Masalah dirasakan dan 1/1x1= terlalu merasakan
2 1 masalah ini
perlu segera ditangani 1
e. Masalah dirasakan 1
f. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 4
78

8. Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. M b.d ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah

Kriteria Skala Bobot Skore Pembenaran


Sifat masalah : Keluarga kurang
d. Aktual 3 3/3x1= mengerti tentang
e. Resiko 2 1 apa saja yang
f. Sejahtera 1 1 menjadi kebutuhan
subjek dengan
stroke
Kemungkinan masalah dapat 2/2x2= Adanya sumber
diubah : 2 daya keluarga
2 2 (pendidikan dan
d. Tinggi 1 mau menerima
e. Sedang 0 perubahan)
f. Rendah
Potensi masalah untuk dicegah : Masalah dapat di
d. Tinggi 3/3x1= cegah dengan peran
3 1 besar keluarga
e. Cukup 2 1
f. Rendah 1
Menonjolnya masalah : Masalah tidak
d. Masalah dirasakan dan 0/2x1= tidak dirasakan
2 0 oleh keluarga
perlu segera ditangani 1
e. Masalah dirasakan 1
f. Masalah tidak dirasakan 0

Total Skore 4
79

4.1.2.4 Intervensi keperawatan

Tabel 4.9 Intervensi keperawatan

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
1 Setelah dilakukan Setelah dilakukan intervensi Verbal 1. Keluarga mampu 1.1 monitor status pernafasan
intervensi keperawatan keperawatan selama 45 menit menyebutkan 1.2 Posiskan pasien semi fowler
selama 6 kali kunjungan keluarga mampu : secara seerhana atau sesuai area paru yag
diharapkan keluarga 1. Mengenal masalah ter- prosedur fisioterapi mengalami penumpukan
mam- pu mengenali jadinya tanda dan gejala dada dan sputum
gangguan pada jalan serta penyebab gagguan manfaatnya 1.3 Lakukan perkusi dengan
nafas pada jalan nafas posisi tangan di tungkupkan
selama 3-5 menit
1.4 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada pada
keluarga
2 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Kerusakan integ- 2.1 Kaji pengetahuan keluarga
Intervensi keperawatan selama 6 x 2 jam diharapkan ritas kulit yang tentang masalah Kerusakan
selama 6 kali kunjungan keluarga mampu merawat sering terjadi pada integritas kulit pada klien
diharapkan tidak terjadi anggota keluarga yang sakit penderita stroke stroke
kerusakan jaringan yang dengan cara yaitu pasien deng 2.2 Jelaskan pada keluarga
lebih jauh 1. Mengenal masalah yang an immobilisasi penyebab terjadinya
menyebabkan kerusakan yang hanya bisa kerusakan integritas kulit
integritas kulit pada klien berbaring ditempat pada penderita stroke
stroke yaitu akibat tidur. 2.3 Diskusikan dengan keluarga
immobilisasi yang masalah yang ada dalam
tidur/berbaring terlalu keluarga
lama.
80

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
2. Mengambil keputusan Verbal 1. Keluarga menya-
untuk mencegah takan keputusan- 2.4 Lakukan pengambilan
terjadinya kerusakan nya untuk men- keputusan teknik perawatn
integritas kulit pada klien cegah terjadinya luka
stroke kerusakan integ- 2.5 Lakukan pengambilan
ritas kulit pada keputusan teknik
anggota keluarga perawatanluka
yang sakit 2.6 Dikusikan dengan keluarga
jenis topikal yang akan
digunakan
3. Merawat anggota Verbal & 1. Keluarga mampu 2.7 Lakukan pengaturan posisi
keluarga yang beresiko non- melakukan demon tidur (mika/mika tiap 2 jam)
kerusakan integritas kulit verbal strasi pengaturan 2.8 Lakukan perawatan luka
pada klien stroke posisi tidur 2.9 berikan topical luka yang
2. Keluarga mampu sesuai
melakukan demon
strasi perawatan
diri
81

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
4. Keluarga mampu men- Verbal & 1. Keluarga mampu 2.10 Diskusikan dengan
ciptakan lingkungan yang non- memodifikasi keluarga untuk menciptakan
lebih aman sehingga verbal lingkungan lingkungn yang bersih an
menghindari terjadinya tidak lembab
kerusakan integritas kulit 2.11 Diskusikan dengan
pada klien stroke seperti keluarga untuk selalu
meregangkan sprei menjaga kebersihan tempat
dan memompa bed tidur klien
dekubitus
2.12 Ajarkan pada keluarga

pentingnya bed dekubitus


5. Keluarga mampu meman- Verbal 1. Keluarga mampu 2.13 Diskusikan bersama
faatkan pelayanan kese- melakukan disku- keluarga tentang
hatan terdekat si agar keluarga pemanfaatan pelayanan
memanfaatkan kesehatan
sarana pelayanan 2.14 Ulangi apa yang telah
kesehatan di diskusikan
3 Setelah dilakukan inter- Setelah dilakukan intervensi Verbal 1. Keluarga dapat 3.1 Kaji tingkat pengetahuan
vensi keperawatan sela- keperawatan selama 45 menit mengetahui kom- keluarga tentang masalah
ma 6 kali kunjungan di keluarga mampu : plikasi yang komplikasi pada stroke
harapkan klien mening- 1. Mengenal masalah sering terjadi pada 3.2 Jelaskan dan diskusikan
katkan aktifitas fisik yang menyebabkan penderita stroke tentang komplikasi yang
komplikasi pada klien sering terjadi pada penderita
stroke yaitu akibat stroke
immobilisasi 3.3 Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
82

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
2. Mengambil keputusan un- Verbal 1. Keluarga mampu 3.4 Diskusikan dengan keluarga
tuk mencegah terjadinya menyatakan masalah yang ada dalam
komplikasi pada klien keputusannya untu keluarga
stroke mencegah 3.5 Lakukan pengambilan
terjadinya keputusan
komplikasi pada 3.6 Jelaskan dengan Keluarga
anggota keluarga latihan ROM
yang sakit
3. Merawat anggota keluarga Verbal & 1. Keluarga menge 3.7 Ajarkan keluarga teknik
yang beresiko komplikasi non- tahui tentang ROM
stroke Verbal ROM dan dapat 3.8 Jelaskan manfaat dan waktu
demonstrasi latihan
ROM (latihan 3.9 Demostrasika latihan ROM
gerak sendi)
dengan media
leaflet
2. Keluarga mampu
melakukan
demonstrasi latihan
rentang gerak
83

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
4. Keluarga mampu mencip- Verbal 1. Keluarga mampu 3.10 Diskusikan bersama
takan lingkungan yang memodifikasi keluarga dalam menciptakan
lebih aman sehingga lingkungan lingkungan yang aman dan
menghindari terjadinya nyaman untuk menghindari
komplikasi lain pada klien
resiko komplikasi pada
stroke seperti luka
anggota keluarga yang sakit
decubitus yang melebar
3.11 Libatkan keluarga dalam

memodifikasi lingkungan
5. Keluarga mampu meman- Verbal 1. Keluarga dapat 3.12 Kaji seberapa sering
faatkan pelayanan kese- memanfaatkan sara- keluarga memanfatkan
hatan terdekat na pelayanan keseha- pelayanan kesehatan
tan 3.13 Diskusikan bersama
keluarga tentang pemanfaatan
pelayanan kesehatan
3.14 Diskusikan dengan
keluarga tepat pelayanana
kesehatan yng terdekat
84

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
4 Setelah dilakukan Setelah dilakukan intervensi Verbal 1.keluarga mengetahui 4.1 Kaji kemampuan klien
tindaan keperawatan keperawatan selama 6 x 2 dampak dari stroke berkomunikasi
selama 6 x 2 jam di jam keluarga mampu : 2.Keluarga mengetahui 4.2 kaji pemahaman keluarg
harapkan keluarga dapat 1. Mengenal masalah yang jenis latiha yang dapat tentang
mengenal gangguan dijakanlan gangguankomunikasi dari
komunikasi verbal menyebabkan komplikasi pada
klien stroke yaitu akibat dampak penyakit
immobilisasi 4.3 Diskusikan dan kenalkan
dengan keluarga latihan
terkait gangguan
komunikasi verbal
4.4 Demostrasikan terapi
AIUEO
5. Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindkan Verbal 1. Keluarga megeta- 5.1 Identifiksikan pola makan
intervensi keperawatan keperawatan selama 6x2jam hui masalah terkait 5.2 Diskusikan dengan keluarga
selama 6 kali keluarga diharapkan kelurga mampu nutrisi dan berat makanan dan manuman apa
dapat mempertahan kan mengenal masalah anggota badan saja yang biasa diberikan
berat badan anggota keluarga yag sakit dengan 2. Keluarga mampu dan kandungannya
keluarga yang saki dan mempertahankan nutrisi dan memberikan 5.3 Informasikan makanan yang
tidak ada penurunan berr badan asupan nutrisi dilarang dan dianjurkan
berat badan yang yang adekuat 5.4 Anjurkan mempertahankan
derastis posisi semi fowler setelah
20-30 menit setelah makan
5.5 Berikan jadwal rencana
makan bila perlu
85

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
6. Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Verbal 1. Keluarga mampu 6.1 Identifikasi kebutuhan
intervensi keperawatan keperawatan selama 6x2jam di memberikan perawatn diri
selama 6 kali harapkan keluarga mampu perawatan diri 6.2 Sediakan lingkungan yang
kunjungan diharapkan mengenal kebutuhan perawatn pada anggota terpeutik(mis. Suasana
keluarga mampu diri yang dibutuhkan oleh keluarga yang hangat, privasi)
mengenal kebutuhan keluarg yang sakit sakit 6.3 Bantu dalam melakukan
perawatn diri yang perawatan diri
dibutuhkan oleh keluarg
7. Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Verbal 1. Keluarga mampu 7.1 Identifikasikan pemahaman
intervensi keperawatan keperawatan selama 6x2 jam menyebutkan proses penyakitpada keluarga
selama 6 kali diharapkan keluarga mampu dampak dari stroke7.2 Anjurkan keluarga utuk
kunjungan di harapkan mengenali masalah dan melakukan pendekatan yang
kelurga memiliki dampak dari stroke tenang dan meyakinkan pada
pemikiran yang positif klien
terkait lama 7.3 Anjurkan untuk memberikan
waktuperawatan anggota sentuhan positif saat
keluarg yang sakit berkomunikasi
7.4 ajak berbicaraklien dengan
lembut
7.5 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realitas
7.6 Motivasi anggota keluarga
lain agar lebih dekat agar
klien tidak kehilangan
kegiatan bersosial.
86

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
8. Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Verbal 1. Keluarga mampu 8.1 Bina hubungan saling
intervensi keperawatan keperawatan selama 6x2jam di menyebutkan tan- percaya antara perawat,
selama 6 kali harapkan keluarga mampu da,gejala,dan keluarga dan klien
kunjungan diharapkan mengenali masalah stroke komplikasi atau 8.2 Berika pengertian pada
keluarga memiliki akibat lanjut dari keluarga tentang perawatan
peningkatan stroke klien stroke
pengetahuan 2. Keluarga mampu 8.3 Berikan keluarga kempatan
saling untuk bertanya
menguatkndan 8.4 Diskusikan dengan keluarga
memberi masalah yang timbul
dukungan dalam
mengatasi masalah
87

No. Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan


DX.
Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar
9. Setelah dilakukan keperawatan selama 6x2jam di Verbal Keluarga mampu 9.1 Identifikasi masalah dalam
intervensi keperawatan harapkan keluarga mampu mengenali dan mencari kelurga
selama 6 kali mengenali masalah penguat jalan keluar dalam 9.2 Berikan kesempatan setiap
hiharapkan keluarga dalam keluarga mengahadpi masalah anggota keluarga
dapat saling mendukung serta saling mengungkapkan
dalam perawatan mendukung perasaannya
anggota keluarga yang 9.3 Anjurkan untuk
sakit menyelsaikan masalah
dalamkeluarga dengan
mufakat
9.4 Anjurkan untuk selalu
menguatkan anatar anggota
keluarga
9.5 Anjurkan keluarga untuk
memberikan dukungan
dengan klien yang sakit
88

4.1.2.5 implementasi

Tabel 4.10 Implementasi keperawatan subjek 1

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Rabu, 10 april Peningkatan perawatan diri 7.3 memandikan klien di tempat tidur S: - keluarga mengatakan klien lebih
2019 pada keluarga Tn. P 7.1 menyediakan kebutuhan mandi yang bersih setelah mandi
khususnya Ny. K sesuai O: - klien tampak lebih bersih
b.d ketidakmampuan 7.2 menciptakan lingkunganyang hangat - Klien tampak lebih segar
keluarga merawat anggota dan menjaga privasi klien A: masalah teratasi sebagian
keluarga yang sakit P: lanjutkan Intervensi
6.4 Identifikasi kebutuhan perawatn
diri
6.5 Sediakan lingkungan yang
terpeutik(mis. Suasana hangat,
privasi)
6.6 Bantu dalam melakukan
perawatan diri
Kerusakan integritas kulit/ 2.1 mengkaji kerusakan area kulit dan S: - keluarga mengatakan sudah 3
jaringan pada keluarga Tn. jaringan minggu ini mulai muncul luka dan
P khususnya Ny. K b.d 2.2 Menjlaskan pada keluarga tentang melebar
ketidakmampuan keluarga penyebab terjadinya luka decubitus O: - terlihat luka pada bagian punggung
dalam merawat anggota 2.4 Membantu keluarga mengambil bawah klien
keluarga yang sakit keputusan terkait teknik perawatan - Luka berwarna merah, lembab, dan
luka terlihat cairan kuning yang
2.7 Melakukan perawatan luka merembes
- Luas luka 7 cm dengan lebar 4 cm
89

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


- Tidak terdapat goa
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2.5 Dikusikan dengan keluarga jenis
topikal yang akan digunakan
2.6 Lakukan pengaturan posisi tidur
(mika/mika tiap 2 jam)
2.7 Lakukan perawatan luka
2.8 berikan topical luka yang sesuai
Hambatan mobilitas fisik 3.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahun S: keluarga klien mengatakan telah 2
pada keluarga Tn. P keluarga terkait hambatan mobilits tahun klien tidak dapat menggerakan
khususnya Ny. K b.d ketidak fisik semua anggota tubuhnya
mampuan keluarga 3.2 Menejeaskan kepada keluarga O: klien terlihat kesulitan menggerakan
mengambil masalah terjadinya hambatan mobilitas fiik anggota tubuhnya
3.3 Memberikan kesempatan pada A: masalah belum teratasi
kleuarga untuk bertanya P: Lanjutkan Intervensi
3.4 Mendiskusikan masalah yang 3.5 Lakukan pengambilan keputusan
sedang kelurga hadapi terkait 3.6 Jelaskan denga Keluarga latihan
mobilitas fisik ROM
6.7 Ajarkan keluarga teknik ROM
6.8 Jelaskan manfaat dan waktu
latihan
6.9 Demostrasika latihan ROM
Gangguan komunikasi verbal 4.1 Mengkaji tingkat kemapuan S: - keluarga klien mengatakan sudah 2
pada keluarga Tn. P klien dalam berkomunikasi tahun klien mengalami gangguan
khususnya Ny. K b.d 4.2 Menjelaskan pada keluarga komunikasi
ketidakmampyuan keluarga penyebab gangguan komunikasi -keluarga mengaku sulit memahami
merawat anggota keluarga dan latihan yang sesuai maksud klien saat berkomuniksi
yang sakit 4.3 Mendiskusikan dengan keluarga O: - klien terlihat sering mengeram dan
tentang latihan pengucapan memainkan mata
90

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


huruf vocal AIUEO - Kontak mata klien kurang
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
4.1 Kaji tingkat kemampuan klien
berkomunikasi
4.2 kaji pemahaman keluarg tentang
gangguankomunikasi dari dampak
penyakit
4.2 Diskusikan dan kenalkan dengan
keluarga latihan terkait gangguan
komunikasi verbal
4.3 Demostrasikan latihan AIUEO
kesiapan peningkatn nutrisi 5.1. Mengidentifikasi dan memberikan S: keluarga mengatakan sudah mengerti
pada kelurga Tn.P susu pada klien apa yang telah perawat sampaikan
khususnya Ny.K b.d 5.2. Mendiskusikan dengan keluarga O: -keluarga dapat menerima
ketidak mampuan keluarga makanan apa saja yang biasanya pendididkan kesehtan yang telah
mengenal masalah diberikan pada klien diberikan perawat
5.3. Mendiskusikan dengan keluarga - Keluarga dapat menjawab
jenis makan sehat untuk klien beberapa pertasnyaan yang di
ajukan perawat
A: masalah teratasi s
P:Pertahankan intervensi
5.4. Berikan keluarga kesempatan
bertanya
5.5. Diskusikan dengan keluarga
masalah-masalah yang timbul

Kamis 11 Peningkatan perawatan diri 7.3 memandikan klien di tempat tidur S: - keluarga mengatakan klien lebih
April 2019 pada keluarga Tn. P 7.1 menyediakan kebutuhan mandi yang bersih dan wangi
khususnya Ny. K b.d sesuai - Keluarga mengatakan mulai
91

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


ketidakmampuan keluarga 7.2 menciptakan lingkunganyang hangat mengerti apa saja yang subjek
merawat anggota keluarga dan menjaga privasi klien butuhkan
yang sakit O: - klien tampak lebih bersih dan
wangi
- Klien tampak lebih segar
- Keluarga terlihat dapat menyiapkan
kebutuhan mandi dan perawatan diri
lain seperti bedak dan minyak telon
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan Intervensi
7.1 Identifikasi kebutuhan perawatn
diri
7.2 Sediakan lingkungan yang
terpeutik(mis. Suasana hangat,
privasi)
7.3 Bantu dalam elakukan perawatan
diri
Kerusakan integritas kulit/ 2.5 Dikusikan dengan keluarga jenis S:- Luka berwarna merah, lembab, dan
jaringan pada keluarga Tn. topikal yang akan digunakan tidak terlihat cairan kuning yang
P khususnya Ny. K 2.6 Lakukan pengaturan posisi tidur merembes
b.d ketidakmampuan (mika/mika tiap 2 jam) - Keluarga mengatakan mulai
keluarga dalam merawat 2.7 Lakukan perawatan luka memahami cara perawatan luka
anggota keluarga yang sakit 2.8 berikan topical luka yang sesuai medern
O: - terlihat luka pada bagian punggung
bawah klien
- Luas luka 7 cm dengan lebar 4 cm ,
luka terlihat masih tampak lembab
- Tidak terdapat goa
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
92

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


2.5 Dikusikan dengan keluarga jenis
topikal yang akan digunakan
2.6 Lakukan pengaturan posisi tidur
(mika/mika tiap 2 jam)
2.7 Lakukan perawatan luka
2.8 berikan topical luka yang sesuai
Hambatan mobilitas fisik 3.5 Membantu kelurga mengambi S:-keluarga klien mengaatan telah
pada keluarga Tn. P keputusan cara melakukan latihan dan paham penyebab terjadinya
khususnya Ny. K b.d ketidak perawatan klien dengan gangguan kelumpuhanpada klien
mampuan keluarga mobilitas - Keluarga mengatakan mulai
mengambil masalah 3.6 Mejelaskan pada keluarga cara mengerti dengan teknik ROM
melakuakan latihan ROM O:- klien terlihat kesulitan
3.7 Mengajarkan keluarga teknik ROM menggerakan anggota tubuhnya
- keluarg klien terlihat bertanya
tentang cara ROM yang tepat
- Anggota tubuh klien melemas dan
dapat mengikuti gerakan ROM
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3.7 Ajarkan keluarga teknik ROM
3.8 Jelaskan manfaat dan waktu
latihan
3.9 Demostrasika latihan ROM
93

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keiapan peningkatan nutrisi 5.3. Mediskusikan dengan keluarga S: keluarga klien mengatakan
pada keluarga Tn. P makanan sehat untukselingan pemberian makan bubur 3 kali sehari
khususnya Ny. K b.d 5.4. menganjurkan keluyarga untuk dan susu 2 kali sehari dan untuk buah
ketidakmampuan keluarga memberikan posisi semifowler lunk sangat jarang
mengenal masalah pada klien setelah makan O: - klien terlihat lemah terbaring di
5.5. Berikan jadwal makan bila perlu tempat tidur dengan lingkar lengan
17cm
- Klien makan dengan menggunakan
selang NGT ukuran 16 yang sudah
sebulan terpasang
- Selain makan pokok, klien
mendapat susu dan buah pepaya
A: masalah tertasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5.4. Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler setelah 20-30
menit setelah makan
5.5. Berikan jadwal rencana makan
94

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Gangguan komunikasi verbal 4.3 Mendiskusikan dengan S: - keluarga klien mengatakan sudah
pada keluarga Tn. P keluarga tentang latihan mulai mengenali dan mengerti tentang
khususnya Ny. K b.d pengucapan huruf vocal terapi AIUEO
ketidakmampyuan keluarga AIUEO O: - klien terlihat sering mengeram dan
merawat anggota keluarga 4.4 Demostrasikan letihan AIUEO memainkan mata
yang sakit - Kontak mata klen ada namun
kurang baik
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4.3 Diskusikan dan kenalkan
dengan keluarga latihan terkait
gangguan komunikasi verbal
4.4 Demostrasikan latihan AIUEO

Defisit pengetahuan pada 8.1 membina komunikasi yang baik S: keluarga mengatakan sudah mengerti
keluarga Tn. P khususnya dengan keluarga apa yang telah perawat sampaikan
Ny. K b.d ketidakmampuan 8.2 menjelakan dan pendidikan O: -keluarga dapat menerima
keluarga mengenal masalah kesehtan pada keluarga tetang pendididkan kesehtan yang telah
pengertian, tanda dan gejala serta diberikan perawat
dampatdan perawatan klien - keluarga mampuy menjawab
dengan stroke di rumah beberapa pertanyaan perawat
8.3 memberikan kesempatan dengan A: masalah teratasi sebagian
keluarga untuk bertanya tentang P:Pertahankan intervensi
penjelasa yang telah diberikan
8.4 mendiskusikan masalah yang akan 8.5 Berikan keluarga kempatan untuk
timbul dari defisit pengetahhuan bertanya
8.6 Diskusikan dengan keluarga
masalah yang timbul

Kesiapan peningkatan koping 9.1 memberikan pengertian pada S: keluarga mengatakan sesekali
95

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


keluyarga pada keluarga Tn. keluarga untuk kuat dan terus mengalai bosan merawat klien
P khususnya Ny. K b.d memberikan perawatan utuk klien O: jika semua anggota individu saling
ketidakmampuan keluarga 9.3 Berikan dukungan pada keluarga menguatkan maka akan tercipta koping
meneganal masalah secaraindividu untuk tetap mensupport keluarga yang lebih kuat dari sekarang
klien yang sakit A: masalah teratasi sebagian
P lanjutkan intervensi
9.1 Berika pngertian pada keluarga
tentang perawatan klien stroke
9.2 Berikan dukungan keluarga
untuk merawat anggota keluarg
yang sakit
Kuatkan individu dalam kelurgauntuk
mendampingin nggota keluarga yang
sakit
Harga diri rendah kronis pada 7.1 mengidentifikasikan pemahaman S: Keluarga mengatakn menerima
keluarga Tn. P khususnya proses penyakitpada keluarga kondisi klien apa adanya
Ny. K b.d ketidakmampua 7.2 mengnjurkan keluarga utuk O: klien tampak sering murung dan
keluarga mengenal masalah melakukan pendekatan yang tenang menghadap ke tembok
dan meyakinkan pada klien A: maslah belum teratasi
7.3 menganjurkan untuk memberikan P: Lanjutkan intervensi
sentuhan positif saat berkomunikasi 7.2 Anjurkan keluarga utuk melakukan
7.4 mengajak berbicaraklien dengan pendekatan yang tenang dan
lembut meyakinkan pada klien
7.5 memotifasi secara verbal harapan 7.3 Anjurkan untuk memberikan
yang realitas untuk klien sentuhan positif saat berkomunikasi
7.6 meningkatkan dukungan anggota 7.4 mengajak berbicaraklien dengan
keluarga lain agar lebih dekat agar lembut
klien tidak kehilangan kegiatan 7.5 Motivasi untuk menentukan
bersosial harapan yang realitas
7.6 Motivasi anggota keluarga lain agar
96

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


lebih dekat agar klien tidak
kehilangan kegiatan bersosial
Peningkatan perawatan diri 7.3 memandikan klien di tempat tidur S: - keluarga mengatakan klien lebih
pada keluarga Tn. P 7.1 menyediakan kebutuhan mandi yang bersih dan wangi
khususnya Ny. K b.d sesuai - Keluarga dapat mengerti kebutuhan
ketidakmampuan keluarga 7.2 menciptakan lingkunganyang hangat perawatan diri klien
merawat anggota keluarga dan menjaga privasi klien O: - klien tampak lebih bersih dan
yang sakit wangi
- Klien tampak lebih segar
A: masalah teratasi
P: Pertahakan Intervensi
2.8 Identifikasi kebutuhan perawatn diri
2.9 Sediakan lingkungan yang
terpeutik(mis. Suasana hangat,
privasi)
2.10 Bantu dalam elakukan
perawatan diri
Jumat 12 april Hambatan mobilitas fisik 3.7 Ajarkan keluarga teknik ROM S: keluarga klien mengatakan telah
2019 pada keluarga Tn. P 3.8 Jelaskan manfaat dan waktu latihan mengerti tentang gerakan-gerakan dan
khususnya Ny. K b.d ketidak 3.9 Demostrasika latihan ROM pentingnya ROM
mampuan keluarga O:- klien terlihat kesulitan
mengambil masalah menggerakan anggota tubuhnya
- Keluarga terlihat mengerti dengan
garakan danpentingnya ROM
- Terlihat dapat mendemostrasikan
rom dengan baik
- Keluarga terlihat membantu klien
dalammobilisasi
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3.7 Ajarkan keluarga teknik ROM
97

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


3.8 Jelaskan manfaat dan waktu
latihan
3.9 Demostrasika latihan ROM
3.10 Diskusikan bersama keluarga
dalam menciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman untuk
menghindari resiko komplikasi
pada anggota keluarga yang sakit
3.11 Libatkan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan
Kesiapan peningkatan nutrisi 3.10 menganjurkan keluyarga untuk S: keluarga klien mengatakan
pada keluarga Tn. P memberikan posisi semifowler pemberian makan bubur 3 kali sehari
khususnya Ny. K b.d pada klien setelah makan dan susu 2 kali sehari dan untuk buah
ketidakmampuan keluarga lunk sangat jarang
mengenal masalah O: - klien terlihat lemah terbaring di
tempat tidur dengan lingkar lengan
17cm
- Klien makan dengan menggunakan
selang NGT ukuran 16 yang sudah
sebulan terpasang
- Klien mendapat susu dan buah
pepaya
A: masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
5.3 Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler setelah 20-30
menit setelah makan
3.12 Berikan jadwal rencana makan
Gangguan komunikasi verbal 5.4. Melatih klien mengucapkan S: - keluarga klien mengatakan sudah
pada keluarga Tn. P huruf vokal bersama keluarga mulai mengenali dan mengerti tentang
98

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


khususnya Ny. K b.d terapi AIUEO
ketidakmampyuan keluarga O: - klien terlihat sering mengeram dan
merawat anggota keluarga memainkan mata
yang sakit - Kontak mata klen ada namun
kurang baik
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5.4 Demostrasikan latihan AIUEO
Kesiapan peningkatan koping 9.1 memberikan pengertian pada S: keluarga mengatakansesekali
keluarga pada keluarga Tn. P keluarga untuk kuat dan terus mengalai bosan merawat klien
khususnya Ny. K b.d memberikan perawatan utuk klien O: jika semua anggota individu saling
ketidakmampuan keluarga 4.5 9.3 Berikan dukungan pada menguatkan maka akan tercipta koping
menegnal masalah keluarga secaraindividu untuk ke;uarga yang lebih kuat dari sekarang
tetap mensupport klien yang A: masalah teratasi sebagian
sakit P lanjutkan intervensi
9.3 Berika pngertian pada keluarga
tentang perawatan klien stroke
9.4 Berikan dukungan keluarga untuk
merawat anggota keluarg yang
sakit
9.5 Kuatkan individu dalam
kelurgauntuk mendampingin
nggota keluarga yang sakit
Harga diri rendah kronis pada 7.2 mengnjurkan keluarga utuk S: -Keluarga mengatakn menerima
keluarga Tn. P khususnya melakukan pendekatan yang tenang kondisi klien apa adanya
Ny. K b.d ketidakmampua dan meyakinkan pada klien - keluarga mengatakan akan lebih
keluarga mengenal masalah 7.3 menganjurkan untuk memberikan sering memperhatikan kondisi klien
sentuhan positif saat berkomunikasi O:- klien tampak sering murung dan
7.4 mengajak berbicaraklien dengan menghadap ke tembok
lembut -kontak mata klien ada namun kurang
99

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


7.5 memotifasi secara verbal harapan baik
yang realitas untuk klienA: maslah teratasi sebagian
meningkatkan dukungan anggota P: Lanjutkan intervensi
keluarga lain agar lebih dekat agar 7.2 Anjurkan keluarga utuk melakukan
klien tidak kehilangan kegiatan pendekatan yang tenang dan
bersosial meyakinkan pada klien
7.3 Anjurkan untuk memberikan
sentuhan positif saat berkomunikasi
7.4 mengajak berbicaraklien dengan
lembut
7.5 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realitas
3.1 Motivasi anggota keluarga lain agar
lebih dekat agar klien tidak
kehilangan kegiatan bersosial
Kerusakan integritas kulit/ jaringan 2.6 melaakukan pengaturan posisi S: - keluarga mengatakan
pada keluarga Tn. P khususnya Ny. K tidur (mika/mika tiap 2 jam) sudah mulai mengetahui cara
b.d ketidakmampuan keluarga dalam 2.7 melakukan perawatan luka perawatan luka
merawat anggota keluarga yang sakit 2.8 merikan topical luka yang sesuai Keluarga mengatakan mulai
memahami cara perawatan luka
medern
O: - terlihat luka pada bagian
punggung bawah klien
Keluarga dapat merlakuakan
perawatan luka sendiri
- Luka berwarna merah,
tidak berbau, tidak
lembab, dan tidak terlihat
cairan kuning yang
100

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


merembes
- Luas luka 7 cm dengan
lebar 4 cm
- Tidak terdapat goa
A: masalah teratasi sebagin
P: pertahankan intervensi
2.7 Lakukan perawatan luka
2.8 Berikan topical dressing
yang sesuai dengan luka
Peningkatan perawatan diri 6.1 keluarga ikut membantu memandikan klien S: - keluarga mengatakan
pada keluarga Tn. P di tempat tidur klien lebih bersih dan wangi
khususnya Ny. K b.d 6.2 Keluarga dapat menyiapkan kebutuhan - Keluarga mengatakan
ketidakmampuan keluarga perawatan diri pasien seperti bedak mulai mengerti apa saja
merawat anggota keluarga Klien mandi dengan air hangat yang di campur yang subjek butuhkan
yang sakit anti septik. O: - klien tampak lebih bersih
dan wangi
- Klien tampak lebih segar
- Keluarga terlihat dapat
menyiapkan kebutuhan
mandi dan perawatan diri
lain seperti bedak dan
minyak telon
- Keluarga terlihat mampu
melakukan perawatan
diri pada klien secara
mandiri
A: masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
4.1 Sediakan lingkungan
yang terpeutik(mis.
101

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Suasana hangat, privasi)
4.3 Bantu dalam elakukan
perawatan diri
Defisit nutrisi pada keluarga 5.1 mengidentifikasi dan memberikan S: keluarga klien mengatakan
Tn. P khususnya Ny. K b.d susu pada klien pemberian makan bubur 3 kali sehari
ketidakmampuan keluarga 5. 2. Mendiskusikan dengan keluarga dan susu 2 kali sehari dan untuk buah
mengenal masalah makanan apa saja yang biasanya lunk sangat jarang
diberikan pada klien O: - klien terlihat lemah terbaring di
5.5 menganjurkan keluyarga untuk tempat tidur dengan lingkar lengan
memberikan posisi semifowler pada 17cm
klien setelah makan - Klien makan dengan menggunakan
selang NGT ukuran 16 yang sudah
sebulan terpasang
- Klien mendapat susu dan buah
pepaya
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5.5 Informasikan makanan yang
dilarang dan dianjurkan
5.6 Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler setelah 20-30
menit setelah makan
5.7 Berikan jadwal rencana makan
Gangguan komunikasi verbal 4.1 mengkaji tingkat kemempuan klien S: - keluarga klien mengatakan sudah
pada keluarga Tn. P dalam berkomuniksi mencoba melatih klien terapi AIUEO
khususnya Ny. K b.d 4.3 Melatih klien mngucapkan huruf -keluarga mengaku masih sulit
ketidakmampyuan keluarga vocal AIUEO memahami maksud klien saat
merawat anggota keluarga 4.4 Memberikan sentuhan sebgai tanda berkomuniksi
yang sakit penyemangat dalam terapi O: - klien terlihat sering meneran dan
pengucapan huruf vocal memainkan mata
102

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


- Kontak mata klien cukup baik
- Keluarga dapat mendemostraikan
latihan pengucapan vokal
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
4.3 Demostrasikan latihan AIUEO
Defisit pengetahuan pada 8.1 membina komunikasi yang baik S: keluarga mengatakan sudah mengerti
keluarga Tn. P khususnya dengan keluarga apa yang telah perawat sampaikan
Ny. K b.d ketidakmampuan 8.3 memberikan kesempatan dengan terkait perawatan klien stroke di rumah
keluarga mengenal masalah keluarga untuk bertanya tentang O: -keluarga dapat menerima
penjelasa yang telah diberikan pendididkan kesehtan yang telah
8.4 mendiskusikan masalah yang akan diberikan perawat
timbul dari defisit pengetahhuan - keluarga mampuy menjawab
beberapa pertanyaan perawat
A: masalah teratasi
P:Pertahankan intervensi
8.7 Berikan keluarga kempatan untuk
bertanya
8.8 Diskusikan dengan keluarga
masalah yang timbul
Kesiapanpeningkatan 9.6 Mengidentifikasi masalah S: keluarga mngatakan menerima
kopingkeluarga pada dukungan keluarga kondisi klien saat ini
keluarga Tn.P b.d 9.7 Memberikan kesempatan bagi - Keluarga mengatakankarena
ketidakmampuan keluarga keluarga untuk mengungkapkan keterbatasan komunikasi membuat
mengeal masalah perasaan keluarga sulit memahami maksud
9.8 Menganjurkan setiap anggota klien
keluarga untuk saling mendukung O: klien terlihat sering murung dan
dalam banyak hal sendiri di dalam kamar.
9.9 Anjurkan untuk menyelsaikan
masalah dalamkeluarga dengan
103

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


mufakat
9.10 Anjurkan untuk selalu
menguatkan anatar anggota
keluarga
9.11 Anjurkan keluarga untuk
memberikan dukungan dengan
klien yang sakit
Sabtu,13 april Hambatan mobilitas fisik 3.7 Mengajarkan keluarga teknik ROM S: keluarga klien mengatakan telah
2019 pada keluarga Tn. P 3.9 Melatih klien ROM bersama mengerti tentang gerakan-gerakan dan
khususnya Ny. K b.d ketidak keluarga pentingnya ROM
mampuan keluarga O:- klien terlihat kesulitan
mengambil masalah menggerakan anggota tubuhnya
- Keluarga terlihat mengerti dengan
garakan danpentingnya ROM
- Terlihat dapat mendemostrasikan
rom dengan baik
- Keluarga terlihat membantu klien
dalammobilisasi
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3.9 Demostrasika latihan ROM
104

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Kerusakan integritas kulit/ 2.6 melaakukan pengaturan posisi tidur S: - keluarga mengatakan sudah mulai
jaringan pada keluarga Tn. P (mika/mika tiap 2 jam) mengetahui cara perawatan luka
khususnya Ny. K b.d 2.7 melakukan perawatan luka - Keluarga mengatakan mulai
ketidakmampuan keluarga 2.8 merikan topical luka yang sesuai memahami cara perawatan luka
dalam merawat anggota medern
keluarga yang sakit O: - terlihat luka pada bagian punggung
bawah klien
- Keluarga dapat merlakuakan
perawatan luka sendiri
- Luka berwarna merah, tidak berbau,
tidak lembab, dan tidak terlihat
cairan kuning yang merembes
- Luas luka 7 cm dengan lebar 4 cm
- Tidak terdapat goa
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
2.6 lakukanpengaturan posisi tidur
(mika/miki tiap 2 jam)
2.7 Lakukan perawatan luka
2.8 Berikan topical dressing yang
sesuai dengan luka

Gangguan komunikasi verbal 4.4 Melatih klien mengucapkan huruf S: - keluarga klien mengatakan sudah
pada keluarga Tn. P vokal bersama keluarga mulai mengenali dan mengerti
khususnya Ny. K b.d tentang terapi AIUEO
ketidakmampyuan keluarga O: - klien terlihat sering mengeram
merawat anggota keluarga dan memainkan mata
105

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


yang sakit - Kontak mata klen ada namun
kurang baik
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4.4 Demostrasikan latihan AIUEO
Harga diri rendah kronis pada 7.2 mengnjurkan keluarga utuk S: -Keluarga mengatakn menerima
keluarga Tn. P khususnya melakukan pendekatan yang tenang kondisi klien apa adanya
Ny. K b.d ketidakmampua dan meyakinkan pada klien - keluarga mengatakan akan lebih
keluarga mengenal masalah 7.3 menganjurkan untuk memberikan sering memperhatikan kondisi klien
sentuhan positif saat berkomunikasi O:- klien tampak sering murung dan
7.4 mengajak berbicaraklien dengan menghadap ke tembok
lembut -kontak mata klien ada namun kurang
7.5 memotifasi secara verbal harapan baik
yang realitas untuk klien A: maslah teratasi sebagian
7.6 meningkatkan dukungan anggota P: Lanjutkan intervensi
keluarga lain agar lebih dekat agar 7.2 Anjurkan keluarga utuk melakukan
klien tidak kehilangan kegiatan pendekatan yang tenang dan
bersosial meyakinkan pada klien
7.3 Anjurkan untuk memberikan
sentuhan positif saat berkomunikasi
7.4 mengajak berbicaraklien dengan
lembut
7.5 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realitas
7.6 Motivasi anggota keluarga lain agar
lebih dekat agar klien tidak
kehilangan kegiatan bersosial
Kesiapanpeningkatan kopingkeluarga 9.2 Memberikan kesempatan bagi S: keluarga mngatakan
pada keluarga Tn.P b.d keluarga untuk mengungkapkan menerima kondisi klien saat
ketidakmampuan keluarga mengeal perasaan ini
106

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


masalah 9.3 Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga
menyelesaikan masalah bersama- mengatakankarena
sama keterbatasan komunikasi
9.4 Menganjurkan setiap anggota membuat keluarga sulit
keluarga untuk saling mendukung memahami maksud klien
dalam banyak hal - Keluarga mengatakna akan
9.5 Menganjurkan keluarga untuk lebih sering
lebih memberikan dukungan pada memperhatikan kondisi dan
klien memberi dukungan secara
verbal pada klien
O: klien terlihat sering
murung
Klien terlihat sering di temani
anaknya dalam kamar
9.4 Anjurkan untuk selalu
menguatkan anatar
anggota keluarga
9.5 Anjurkan keluarga untuk
memberikan dukungan
dengan klien yang sakit
107

Tabel 4.11 Implementasi keperawatan subjek 2

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Rabu, 10 april Peningkatan perawatan diri 7.3 memandikan klien di tempat tidur S: - keluarga mengatakan klien lebih
2019 pada keluarga Tn. P 7.1 menyediakan kebutuhan mandi bersih setelah mandi
khususnya Ny. K yang sesuai O: - klien tampak lebih bersih
b.d ketidakmampuan 7.2 menciptakan lingkunganyang - Klien tampak lebih segar
keluarga merawat anggota hangat dan menjaga privasi klien A: masalah teratasi sebagian
keluarga yang sakit P: lanjutkan Intervensi
6.7 Identifikasi kebutuhan perawatn
diri
6.8 Sediakan lingkungan yang
terpeutik(mis. Suasana hangat,
privasi)
6.9 Bantu dalam melakukan
perawatan diri
Bersihan jalan nafas tidak 1. 1 Menghitung pernafasan klien S: keluarga mengatakan baru
efekif pada keluarga Tn.M dan mendengarkan suara nafas seminggu klien mengalami batuk
khususnya Ny.R b.d klien O: RR: 20x/menit
ketidakmampuan keluarga 1. 2 Memposisikan klien semi fowler - Terdengar suara nafas tambahan
mengenal masalah ronki dibagian tenggorokan dan
bagian apeks dextra
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.5 Posiskan pasien semi fowler atau
sesuai area paru yag mengalami
penumpukan sputum
108

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


1.6 Lakukan perkusi dengan posisi
tangan di tungkupkan selama 3-
5 menit
1.7 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada pada keluarga
Kerusakan integritas kulit/ 2.3 mengkaji kerusakan area kulit S: - keluarga mengatakan sudah 3
jaringan pada keluarga dan jaringan minggu ini mulai muncul luka dan
Tn. P khususnya Ny. K b.d 2.4 Menjlaskan pada keluarga melebar
ketidakmampuan keluarga tentang penyebab terjadinya luka O: - terlihat luka pada bagian
dalam merawat anggota decubitus punggung bawah klien
keluarga yang sakit 2.5 Membantu keluarga - Luka berwarna merah, lembab,
mengambil keputusan terkait dan terlihat cairan kuning yang
teknik perawatan luka merembes
2.8 Melakukan perawatan luka
- Luas luka 7 cm dengan lebar 4
cm
- Tidak terdapat goa
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2.9 Dikusikan dengan keluarga jenis
topikal yang akan digunakan
2.10 Lakukan pengaturan posisi
tidur (mika/mika tiap 2 jam)
2.11 Lakukan perawatan luka
2.12 berikan topical luka yang
sesuai
109

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Hambatan mobilitas fisik 3.7 Mengidentifikasi tingkat S: keluarga klien mengatakan telah 2
pada keluarga Tn. P pengetahun keluarga terkait tahun klien tidak dapat menggerakan
khususnya Ny. K b.d hambatan mobilits fisik semua anggota tubuhnya
ketidak mampuan keluarga 3.8 Menejeaskan kepada keluarga O: klien terlihat kesulitan
mengambil masalah terjadinya hambatan mobilitas menggerakan anggota tubuhnya
fiik A: masalah belum teratasi
3.9 Memberikan kesempatan pada P: Lanjutkan Intervensi
kleuarga untuk bertanya 3.11 Lakukan pengambilan
3.10 Mendiskusikan masalah yang keputusan
sedang kelurga hadapi terkait 3.12 Jelaskan denga Keluarga
mobilitas fisik latihan ROM
6.10 Ajarkan keluarga teknik
ROM
6.11 Jelaskan manfaat dan waktu
latihan
6.12 Demostrasika latihan ROM
Gangguan komunikasi 4.4 Mengkaji tingkat kemapuan S: - keluarga klien mengatakan sudah
verbal pada keluarga Tn. P klien dalam berkomunikasi 2 tahun klien mengalami gangguan
khususnya Ny. K b.d 4.5 Menjelaskan pada keluarga komunikasi
ketidakmampyuan keluarga penyebab gangguan -keluarga mengaku sulit memahami
merawat anggota keluarga komunikasi dan latihan yang maksud klien saat berkomuniksi
yang sakit sesuai O: - klien terlihat sering mengeram
4.6 Mendiskusikan dengan dan memainkan mata
keluarga tentang latihan - Kontak mata klien kurang
pengucapan huruf vocal A: masalah belum teratasi
AIUEO P: lanjutkan intervensi
4.3 Kaji tingkat kemampuan klien
berkomunikasi
4.4 kaji pemahaman keluarg tentang
gangguankomunikasi dari
dampak penyakit
110

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


4.4 Diskusikan dan kenalkan dengan
keluarga latihan terkait gangguan
komunikasi verbal
4.5 Demostrasikan latihan AIUEO
kesiapan peningkatn 5.5. Mengidentifikasi dan S: keluarga mengatakan sudah
nutrisi pada kelurga Tn.P memberikan susu pada klien mengerti apa yang telah perawat
khususnya Ny.K b.d 5.6. Mendiskusikan dengan sampaikan
ketidak mampuan keluarga makanan apa saja O: -keluarga dapat menerima
keluarga mengenal yang biasanya diberikan pada pendididkan kesehtan yang telah
masalah klien diberikan perawat
5.7. Mendiskusikan dengan - Keluarga dapat menjawab
keluarga jenis makan sehat beberapa pertasnyaan yang di
untuk klien
ajukan perawat
A: masalah teratasi s
P:Pertahankan intervensi
5.6. Berikan keluarga kesempatan
bertanya
5.7. Diskusikan dengan keluarga
masalah-masalah yang timbul
Kamis 11 Peningkatan perawatan diri 7.3 memandikan klien di tempat tidur S: - keluarga mengatakan klien lebih
April 2019 pada keluarga Tn. P 7.1 menyediakan kebutuhan mandi bersih dan wangi
khususnya Ny. K b.d yang sesuai - Keluarga mengatakan mulai
ketidakmampuan keluarga 7.2 menciptakan lingkunganyang mengerti apa saja yang subjek
merawat anggota keluarga hangat dan menjaga privasi klien butuhkan
yang sakit O: - klien tampak lebih bersih dan
wangi
- Klien tampak lebih segar
- Keluarga terlihat dapat
menyiapkan kebutuhan mandi
dan perawatan diri lain seperti
111

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


bedak dan minyak telon
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan Intervensi
7.4 Identifikasi kebutuhan perawatn
diri
7.5 Sediakan lingkungan yang
terpeutik(mis. Suasana hangat,
privasi)
7.6 Bantu dalam elakukan
perawatan diri
Kerusakan integritas kulit/ 2.9 Dikusikan dengan keluarga jenis S:- Luka berwarna merah, lembab,
jaringan pada keluarga topikal yang akan digunakan dan tidak terlihat cairan kuning yang
Tn. P khususnya Ny. K 2.10 Lakukan pengaturan posisi merembes
b.d ketidakmampuan tidur (mika/mika tiap 2 jam) - Keluarga mengatakan mulai
keluarga dalam merawat 2.11 Lakukan perawatan luka memahami cara perawatan luka
anggota keluarga yang 2.12 berikan topical luka yang medern
sakit sesuai O: - terlihat luka pada bagian
punggung bawah klien
- Luas luka 7 cm dengan lebar 4
cm , luka terlihat masih tampak
lembab
- Tidak terdapat goa
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
2.9 Dikusikan dengan keluarga jenis
topikal yang akan digunakan
2.10 Lakukan pengaturan posisi
tidur (mika/mika tiap 2 jam)
2.11 Lakukan perawatan luka
2.12 berikan topical luka yang
112

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


sesuai
Hambatan mobilitas fisik 3.8 Membantu kelurga mengambi S:-keluarga klien mengaatan telah
pada keluarga Tn. P keputusan cara melakukan latihan paham penyebab terjadinya
khususnya Ny. K b.d dan perawatan klien dengan kelumpuhanpada klien
ketidak mampuan keluarga gangguan mobilitas - Keluarga mengatakan mulai
mengambil masalah 3.9 Mejelaskan pada keluarga cara mengerti dengan teknik ROM
melakuakan latihan ROM O:- klien terlihat kesulitan
3.10 Mengajarkan keluarga teknik menggerakan anggota tubuhnya
ROM - keluarg klien terlihat bertanya
tentang cara ROM yang tepat
- Anggota tubuh klien melemas
dan dapat mengikuti gerakan
ROM
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3.10 Ajarkan keluarga teknik
ROM
3.11 Jelaskan manfaat dan waktu
latihan
3.12 Demostrasika latihan ROM
Keiapan peningkatan 5.6. Mediskusikan dengan S: keluarga klien mengatakan
nutrisi pada keluarga Tn. P keluarga makanan sehat pemberian makan bubur 3 kali sehari
khususnya Ny. K b.d untukselingan dan susu 2 kali sehari dan untuk buah
ketidakmampuan keluarga 5.7. menganjurkan keluyarga lunk sangat jarang
mengenal masalah untuk memberikan posisi O: - klien terlihat lemah terbaring di
semifowler pada klien setelah tempat tidur dengan lingkar lengan
makan 17cm
5.8. Berikan jadwal makan bila - Klien makan dengan
perlu
menggunakan selang NGT
ukuran 16 yang sudah sebulan
113

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


terpasang
- Selain makan pokok, klien
mendapat susu dan buah pepaya
A: masalah tertasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5.6. Anjurkan mempertahankan posisi
semi fowler setelah 20-30 menit
setelah makan
5.7. Berikan jadwal rencana makan
Gangguan komunikasi 4.6 Mendiskusikan dengan S: - keluarga klien mengatakan sudah
verbal pada keluarga Tn. keluarga tentang latihan mulai mengenali dan mengerti
P khususnya Ny. K b.d pengucapan huruf vocal tentang terapi AIUEO
ketidakmampyuan keluarga AIUEO O: - klien terlihat sering mengeram
merawat anggota keluarga 4.7 Demostrasikan letihan dan memainkan mata
yang sakit AIUEO - Kontak mata klen ada namun
kurang baik
A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
4.5 Diskusikan dan kenalkan
dengan keluarga latihan terkait
gangguan komunikasi verbal
4.6 Demostrasikan latihan AIUEO

Defisit pengetahuan pada


114

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


keluarga Tn. P khususnya 8.5 membina komunikasi yang baik S: keluarga mengatakan sudah
Ny. K b.d ketidakmampuan dengan keluarga mengerti apa yang telah perawat
keluarga mengenal masalah 8.6 menjelakan dan pendidikan sampaikan
kesehtan pada keluarga tetang O: -keluarga dapat menerima
pengertian, tanda dan gejala serta pendididkan kesehtan yang telah
dampatdan perawatan klien diberikan perawat
dengan stroke di rumah - keluarga mampuy menjawab
8.7 memberikan kesempatan dengan beberapa pertanyaan perawat
keluarga untuk bertanya tentang A: masalah teratasi sebagian
penjelasa yang telah diberikan
P:Pertahankan intervensi
8.8 mendiskusikan masalah yang
8.9 Berikan keluarga kempatan
akan timbul dari defisit
pengetahhuan untuk bertanya
8.10 Diskusikan dengan keluarga
masalah yang timbul
Harga diri rendah kronis 7.7 mengidentifikasikan pemahaman S: Keluarga mengatakn menerima

pada keluarga Tn. P proses penyakitpada keluarga kondisi klien apa adanya
khususnya Ny. K b.d 7.8 mengnjurkan keluarga utuk O: klien tampak sering murung dan
ketidakmampua keluarga melakukan pendekatan yang menghadap ke tembok
mengenal masalah tenang dan meyakinkan pada klien A: maslah belum teratasi
7.9 menganjurkan untuk memberikan P: Lanjutkan intervensi
sentuhan positif saat 7.7 Anjurkan keluarga utuk
berkomunikasi melakukan pendekatan yang
7.10 mengajak berbicaraklien tenang dan meyakinkan pada
dengan lembut klien
7.11 memotifasi secara verbal 7.8 Anjurkan untuk memberikan
harapan yang realitas untuk klien sentuhan positif saat
7.12 meningkatkan dukungan berkomunikasi
anggota keluarga lain agar lebih 7.9 mengajak berbicaraklien dengan
115

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


dekat agar klien tidak kehilangan lembut
kegiatan bersosial 7.10 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realitas
7.11 Motivasi anggota keluarga
lain agar lebih dekat agar klien
tidak kehilangan kegiatan
bersosial
Peningkatan perawatan diri 6.1 memandikan klien di tempat tidur S: - keluarga mengatakan klien lebih
pada keluarga Tn. P 6.2 menyediakan kebutuhan mandi bersih dan wangi
khususnya Ny. K b.d yang sesuai - Keluarga dapat mengerti
ketidakmampuan keluarga 6.3 menciptakan lingkunganyang kebutuhan perawatan diri klien
merawat anggota keluarga hangat dan menjaga privasi klien O: - klien tampak lebih bersih dan
yang sakit wangi
- Klien tampak lebih segar
A: masalah teratasi
P: Pertahakan Intervensi
2.11 Identifikasi kebutuhan
perawatn diri
2.12 Sediakan lingkungan yang
terpeutik(mis. Suasana hangat,
privasi)
2.13 Bantu dalam melakukan
perawatan diri
Bersihan jalan nafas tidak 1. 1 Menghitung pernafasan klien dan S: keluarga mengatakan baru
efekif pada keluarga Tn.M mendengarkan suara nafas klien seminggu klien mengalami batuk
khususnya Ny.R b.d 1. 2 Memposisikan klien semi fowler - Keluarga mengatakan ulai
ketidakmampuan keluarga miring ke kiri mengerti tentang manfaat
mengenal masalah 1. 3 Melakukan perkusi pada bagian fisioterapi dada
punggung kanan O: RR: 19 x/menit
1. 4 Menjelaskan pada keluarga tujuan, - Terdengar suara nafas tambahan
116

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


prosedur serta manfaat fisioterapi ronki dibagian tenggorokan dan
dada bagian apeks dextra
A:masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1.2 Posiskan pasien semi fowler atau
sesuai area paru yag mengalami
penumpukan sputum
1.3 Lakukan perkusi dengan posisi
tangan di tungkupkan selama 3-
5 menit
1.4 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada pada keluarga
Jumat 12 april Hambatan mobilitas fisik 3.11 Ajarkan keluarga teknik S: keluarga klien mengatakan telah
2019 pada keluarga Tn. P ROM mengerti tentang gerakan-gerakan
khususnya Ny. K b.d 3.12 Jelaskan manfaat dan waktu dan pentingnya ROM
ketidak mampuan keluarga latihan O:- klien terlihat kesulitan
mengambil masalah 3.13 Demostrasika latihan ROM menggerakan anggota tubuhnya
- Keluarga terlihat mengerti
dengan garakan danpentingnya
ROM
- Terlihat dapat mendemostrasikan
rom dengan baik
- Keluarga terlihat membantu
klien dalammobilisasi
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3.13 Ajarkan keluarga teknik
ROM
3.14 Jelaskan manfaat dan waktu
latihan
3.15 Demostrasika latihan ROM
117

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


3.16 Diskusikan bersama
keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang aman dan
nyaman untuk menghindari
resiko komplikasi pada anggota
keluarga yang sakit
3.17 Libatkan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan
Kesiapan peningkatan 3.14 menganjurkan keluarga untuk S: keluarga klien mengatakan
nutrisi pada keluarga Tn. P memberikan posisi semifowler pemberian makan bubur 3 kali sehari
khususnya Ny. K b.d pada klien setelah makan dan susu 2 kali sehari dan untuk buah
ketidakmampuan keluarga lunk sangat jarang
mengenal masalah O: - klien terlihat lemah terbaring di
tempat tidur dengan lingkar lengan
17cm
- Klien makan dengan
menggunakan selang NGT
ukuran 16 yang sudah sebulan
terpasang
- Klien mendapat susu dan buah
pepaya
A: masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
5.8 Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler setelah 20-
30 menit setelah makan
4.1 Berikan jadwal rencana
makan
Gangguan komunikasi 5.8. Melatih klien mengucapkan S: - keluarga klien mengatakan sudah
verbal pada keluarga Tn. huruf vokal bersama keluarga mulai mengenali dan mengerti
118

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


P khususnya Ny. K b.d tentang terapi AIUEO
ketidakmampyuan keluarga O: - klien terlihat sering mengeram
merawat anggota keluarga dan memainkan mata
yang sakit - Kontak mata klen ada namun
kurang baik
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4.4 Demostrasikan latihan AIUEO

Kesiapan peningkatan 9.1 memberikan pengertian pada S: keluarga mengatakansesekali


koping keluarga pada keluarga untuk kuat dan terus mengalai bosan merawat klien
keluarga Tn. P khususnya memberikan perawatan utuk klien O: jika semua anggota individu
Ny. K b.d ketidakmampuan 9.3 Berikan dukungan pada keluarga saling menguatkan maka akan
keluarga menegnal masalah secaraindividu untuk tetap mensupport tercipta koping ke;uarga yang lebih
klien yang sakit kuat dari sekarang
A: masalah teratasi sebagian
P lanjutkan intervensi
9.6 Berika pngertian pada keluarga
tentang perawatan klien stroke
9.7 Berikan dukungan keluarga
untuk merawat anggota keluarg
yang sakit
9.8 Kuatkan individu dalam
kelurgauntuk mendampingin
nggota keluarga yang sakit
Harga diri rendah kronis 7.6 mengnjurkan keluarga utuk S: -Keluarga mengatakn menerima
pada keluarga Tn. P melakukan pendekatan yang kondisi klien apa adanya
khususnya Ny. K b.d tenang dan meyakinkan pada klien - keluarga mengatakan akan lebih
ketidakmampua keluarga 7.7 menganjurkan untuk memberikan sering memperhatikan kondisi
mengenal masalah sentuhan positif saat klien
119

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


berkomunikasi O:- klien tampak sering murung dan
7.8 mengajak berbicaraklien dengan menghadap ke tembok
lembut -kontak mata klien ada
7.9 memotifasi secara verbal harapan namun kurang baik
yang realitas untuk klien A: maslah teratasi sebagian
meningkatkan dukungan anggota P: Lanjutkan intervensi
keluarga lain agar lebih dekat agar 7.6 Anjurkan keluarga utuk
klien tidak kehilangan kegiatan melakukan pendekatan yang
bersosial tenang dan meyakinkan pada
klien
7.7 Anjurkan untuk memberikan
sentuhan positif saat
berkomunikasi
7.8 mengajak berbicaraklien dengan
lembut
7.9 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realitas
3.2 Motivasi anggota keluarga lain
agar lebih dekat agar klien tidak
kehilangan kegiatan bersosial
120

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Kerusakan integritas kulit/ jaringan 2.9 melaakukan pengaturan posisi S: - keluarga mengatakan
pada keluarga Tn. P khususnya Ny. tidur (mika/mika tiap 2 jam) sudah mulai mengetahui
K b.d ketidakmampuan keluarga 2.10 melakukan perawatan luka cara perawatan luka
dalam merawat anggota keluarga 2.11 merikan topical luka yang - Keluarga mengatakan
yang sakit sesuai mulai memahami cara
perawatan luka medern
O: - terlihat luka pada
bagian punggung bawah
klien
- Keluarga dapat
merlakuakan perawatan
luka sendiri
- Luka berwarna merah,
tidak berbau, tidak
lembab, dan tidak
terlihat cairan kuning
yang merembes
- Luas luka 7 cm dengan
lebar 4 cm
- Tidak terdapat goa
A: masalah teratasi sebagin
P: pertahankan intervensi
2.9 Lakukan perawatan
luka
2.10 Berikan topical
dressing yang sesuai
dengan luka

Peningkatan perawatan diri 6.3 keluarga ikut membantu memandikan S: - keluarga mengatakan
121

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


pada keluarga Tn. P klien di tempat tidur klien lebih bersih dan wangi
khususnya Ny. K b.d 6.4 Keluarga dapat menyiapkan kebutuhan - Keluarga mengatakan
ketidakmampuan keluarga perawatan diri pasien seperti bedak mulai mengerti apa saja
merawat anggota keluarga 6.5 Klien mandi dengan air hangat yang di yang subjek butuhkan
yang sakit campur anti septik. O: - klien tampak lebih
bersih dan wangi
- Klien tampak lebih
segar
- Keluarga terlihat dapat
menyiapkan kebutuhan
mandi dan perawatan
diri lain seperti bedak
dan minyak telon
- Keluarga terlihat
mampu melakukan
perawatan diri pada
klien secara mandiri
A: masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
4.2 Sediakan lingkungan
yang terpeutik(mis.
Suasana hangat, privasi)
4.3 Bantu dalam elakukan
perawatan diri
Defisit nutrisi pada 5.1 mengidentifikasi dan memberikan S: keluarga klien mengatakan
keluarga Tn. P khususnya susu pada klien pemberian makan bubur 3 kali sehari
Ny. K b.d ketidakmampuan 5. 2. Mendiskusikan dengan keluarga dan susu 2 kali sehari dan untuk buah
keluarga mengenal masalah makanan apa saja yang biasanya lunk sangat jarang
diberikan pada klien O: - klien terlihat lemah terbaring di
5.5 menganjurkan keluyarga untuk tempat tidur dengan lingkar lengan
memberikan posisi semifowler pada
122

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


klien setelah makan 17cm
- Klien makan dengan
menggunakan selang NGT
ukuran 16 yang sudah sebulan
terpasang
- Klien mendapat susu dan buah
pepaya
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4.5 Informasikan makanan yang
dilarang dan dianjurkan
4.6 Anjurkan mempertahankan
posisi semi fowler setelah
20-30 menit setelah makan
4.7 Berikan jadwal rencana
makan
Gangguan komunikasi 4.1 mengkaji tingkat kemempuan klien S: - keluarga klien mengatakan sudah
verbal pada keluarga Tn. P dalam berkomuniksi mencoba melatih klien terapi AIUEO
khususnya Ny. K b.d 4.3 Melatih klien mngucapkan huruf -keluarga mengaku masih sulit
ketidakmampyuan keluarga vocal AIUEO memahami maksud klien saat
merawat anggota keluarga 4.4 Memberikan sentuhan sebgai tanda berkomuniksi
yang sakit penyemangat dalam terapi pengucapan O: - klien terlihat sering meneran dan
huruf vocal memainkan mata
- Kontak mata klien cukup baik
- Keluarga dapat
mendemostraikan latihan
pengucapan vokal
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
4.4 Demostrasikan latihan AIUEO
123

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Bersihan jalan nafas tidak 1. 1 Menghitung pernafasan klien dan S: keluarga mengatakan baru
efekif pada keluarga Tn.M mendengarkan suara nafas klien seminggu klien mengalami batuk
khususnya Ny.R b.d 1. 2 Memposisikan klien semi fowler - Keluarga mengatakan mulai
ketidakmampuan keluarga miring ke kiri mengnal dan mengerti tentang
mengenal masalah 1. 3 Melakukan perkusi pada bagian manfaat fisioterapi dada
punggung kanan O: RR: 19 x/menit
1. 4 Menjelaskan pada keluarga - Terdengar suara nafas tambahan
tujuan, prosedur serta manfaat ronki dibagian tenggorokan dan
fisioterapi dada bagian apeks dextra
- Keluarga dapat memperaktikan
cara fisioterapi dada
A:masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1.2 Posiskan pasien semi fowler atau
sesuai area paru yag mengalami
penumpukan sputum
1.3 Lakukan perkusi dengan posisi
tangan di tungkupkan selama 3-
5 menit
1.4 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada pada keluarga
Defisit pengetahuan pada 8.2 membina komunikasi yang S: keluarga mengatakan sudah
keluarga Tn. P khususnya baik dengan keluarga mengerti apa yang telah perawat
Ny. K b.d ketidakmampuan 8.5 memberikan kesempatan dengan sampaikan terkait perawatan klien
keluarga mengenal masalah keluarga untuk bertanya tentang stroke di rumah
penjelasa yang telah diberikan O: -keluarga dapat menerima
mendiskusikan masalah yang akan pendididkan kesehtan yang telah
timbul dari defisit pengetahhuan diberikan perawat
- keluarga mampuy menjawab
beberapa pertanyaan perawat
124

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


A: masalah teratasi
P:Pertahankan intervensi
8.11 Berikan keluarga kempatan
untuk bertanya
8.12 Diskusikan dengan keluarga
masalah yang timbul
Sabtu,13 april
2019 Hambatan mobilitas fisik 3.8 Mengajarkan keluarga teknik S: keluarga klien mengatakan telah
pada keluarga Tn. P ROM mengerti tentang gerakan-gerakan
khususnya Ny. K b.d 3.10 Melatih klien ROM bersama dan pentingnya ROM
ketidak mampuan keluarga keluarga O:- klien terlihat kesulitan
mengambil masalah menggerakan anggota tubuhnya
- Keluarga terlihat mengerti
dengan garakan danpentingnya
ROM
- Terlihat dapat mendemostrasikan
rom dengan baik
- Keluarga terlihat membantu
klien dalammobilisasi
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3.10 Demostrasika latihan ROM
Kerusakan integritas kulit/ 2.9 melaakukan pengaturan posisi S: - keluarga mengatakan sudah
jaringan pada keluarga Tn. tidur (mika/mika tiap 2 jam) mulai mengetahui cara perawatan
P khususnya Ny. K b.d 2.10 melakukan perawatan luka luka
ketidakmampuan keluarga 2.11 merikan topical luka yang - Keluarga mengatakan mulai
dalam merawat anggota sesuai memahami cara perawatan luka
keluarga yang sakit medern
O: - terlihat luka pada bagian
punggung bawah klien
125

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


- Keluarga dapat merlakuakan
perawatan luka sendiri
- Luka berwarna merah, tidak
berbau, tidak lembab, dan tidak
terlihat cairan kuning yang
merembes
- Luas luka 7 cm dengan lebar 4
cm
- Tidak terdapat goa
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
2.6 lakukanpengaturan posisi tidur
(mika/miki tiap 2 jam)
2.9 Lakukan perawatan luka
2.10 Berikan topical dressing
yang sesuai dengan luka
Bersihan jalan nafas tidak efekif pada 1. 1 Menghitung pernafasan klien S: keluarga mengatakan baru
keluarga Tn.M khususnya Ny.R b.d dan mendengarkan suara nafas seminggu klien mengalami batuk
ketidakmampuan keluarga mengenal klien - Keluarga mengatakan mulai
masalah 1. 2 Memposisikan klien semi fowler mengnal dan mengerti tentang
miring ke kiri manfaat fisioterapi dada
1. 3 Melakukan perkusi pada bagian O: RR: 19 x/menit
punggung kanan - Tidak lagi terdengar suara nafas
1. 4 Menjelaskan pada keluarga tambahan ronki
tujuan, prosedur serta manfaat - Keluarga dapat memperaktikan
fisioterapi dada cara fisioterapi dada
A:masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
1.5 Posiskan pasien semi fowler atau
sesuai area paru yag mengalami
126

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


penumpukan sputum
1.6 Lakukan perkusi dengan posisi
tangan di tungkupkan selama 3-
5 menit
1.7 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada pada keluarga
Gangguan komunikasi 4.5 Melatih klien mengucapkan S: - keluarga klien mengatakan sudah
verbal pada keluarga Tn. huruf vokal bersama keluarga mulai mengenali dan mengerti
P khususnya Ny. K b.d tentang terapi AIUEO
ketidakmampyuan keluarga O: - klien terlihat sering mengeram
merawat anggota keluarga dan memainkan mata
yang sakit - Kontak mata klen ada namun
kurang baik
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4.5 Demostrasikan latihan AIUEO
Harga diri rendah kronis 7.7 mengnjurkan keluarga utuk S: -Keluarga mengatakn menerima
pada keluarga Tn. P melakukan pendekatan yang kondisi klien apa adanya
khususnya Ny. K b.d tenang dan meyakinkan pada klien - keluarga mengatakan akan lebih
ketidakmampua keluarga 7.8 menganjurkan untuk memberikan sering memperhatikan kondisi
mengenal masalah sentuhan positif saat klien
berkomunikasi O:- klien tampak sering murung dan
7.9 mengajak berbicaraklien dengan menghadap ke tembok
lembut -kontak mata klien ada namun
7.10 memotifasi secara verbal kurang baik
harapan yang realitas untuk klien A: maslah teratasi sebagian
7.11 meningkatkan dukungan P: Lanjutkan intervensi
anggota keluarga lain agar lebih 7.7 Anjurkan keluarga utuk
dekat agar klien tidak kehilangan melakukan pendekatan yang
kegiatan bersosial tenang dan meyakinkan pada
127

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


klien
7.8 Anjurkan untuk memberikan
sentuhan positif saat
berkomunikasi
7.9 mengajak berbicaraklien dengan
lembut
7.10 Motivasi untuk menentukan
harapan yang realitas
7.11 Motivasi anggota keluarga
lain agar lebih dekat agar klien
tidak kehilangan kegiatan
bersosial
128

4.2 Pembahasan

Diagnosa yang muncul pada kedua subjek sebagian besar sama, dari delapan

diagnosa hanya ada satu diagnosa yang berbeda. Prioritas diagnosa pertama yang

muncul pada subjek 1 adalah kerusakan integritas kulit/jaringan

Sedangkan pada subjek 2 adalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Prioritas

diagnosa kesembilan subjek 1 adalah kesiapan peningkatan koping keluarga

sedangkan diagnosa kesembilan subjek 2 adalah kurang pengetahuan. Sesuai tingkat

permasalahan diagnosa, penulis akan membahas dari diagnosa aktual dengan prioritas

tinggi.

4.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Dari hasil pengkajian diperoleh data pada subjek 1 tidak ada suara nafas

tambahan dan penumpukan sekret sedangkan pada subjek 2 adanya suara nafas

tambahan roncki dan penumpukan sekret di bagian tenggorokan, Sesuai dengan teori

Djojodibroto (2014) Dalam sistem pernafasn orang dewasa memproduksi lebih

kurang 100 ml lendir per hari yang biasanya ditelan, dimuntahkan atau di batukkan.

Sedangkan pada pasien stroke pemiliki penurunan pada refleks batuk dan gangguan

menelan sebagaiman teori menurut Pinzone, (2010) bahwa dampak stroke yang

paling umum anatara lain kelumpuhan anggota gerak, wajah perot atau fase drooping,

gangguan penglihatan, gangguan menelan, gangguan sensasi raba, dan gangguan


129

bicara atau afasia, sehingga subjek tidak dapat mengeluarkan sekret. Untuk

membantu pengeluaran sekret agar tidak terjadi penumpukan yang berlebih penulis

merencanakan tindakan tindakan fisioterapi dada dengan cara. Jelaskan tujuan dan

prosedur fisioterapi dada pada keluarga, posisikan pasien semi fowler atau sesuai area

paru yag mengalami penumpukan sputum, dan lakukan perkusi dengan posisi tangan

di tungkupkan selama 3-5 menit penatalaksanaan ini sejalan dengan teori dari

Somantri (2009) penatalaksanan bersihanjelan nafas anatara lain humidifikasi,

fisioterapi dada, obat brokodilator dan inhalasi mekanik..

Setelah di lakukan implementasi selama 6 hari, didapatkan hasil subjek 2

dapat mengeluarkan sekret namun masih di temukan suara nafas tambahan ronki

hasilnya Penulis berasumsi subjek 2 mengalami penurunan reflek batuk karena

dampak dari sumbatan darah pasca stroke yang merusak bagian saraf vagus sehingga

subjek 2 memiliki sesulitan batuk untuk mengeluarkan sekret maka perlunya bantuan

keluarga untuk mengeluarkan sekret dengan cara melakukan fisioterapi dada

sesuaidengan teori oleh Hernata (2013) tanda dan gejala stroke yaitu adanya serangan

neurologis fokal salah satu berupa adanya gangguan berbicara sulit menelan makan

atau minum. Sedangkan pada subjek 1 memiliki reflek batuk yang baik untuk

mengelurkan sekret.

4.2.2 Gangguan integritas kulit

Dari hasil pengkajian penulis menemukan luka dekubitus pada kedua subjek

terdapat pada punggung bagian bawah dengan karakteristik luka yang berbeda. Sesuai

dengan penelitian oleh Mutia (2015) pasien yang mengalami tirah baring biasanya
130

adalah pasien dengan gangguan neurologi, penyakitkronik, penurunanstatus mental,

penyakit onkologi, dan ortopedi. Diagnosis terbanyak adalah stroke (48%) dan diikuti

oleh gagal ginjal kronik (15%).

Pada subjek 1 di temukan luka dengan lebar 4 cm dan panjang 7 cm tampak

kekuningan, lembab dan berbau serta tidak ada goa sedangkan pada subjek 2 luka

tampak kemerahan dan tidak terdapat goa . Adanya luka dekubitus pada kedua subjek

sesuai dengan teori menurut Setyaningsih (2014) dampak yang terjadi pada pasien

dengan stroke adalah luka dekubitus atau luka akibat penekanan pada daerah yang

bersentuhan dengan permukaan tempat tidur. Pada penekanan yang berlangsung

lama, maka timbul masalah dalam peredaran zat-zat makanan dan zat-zat asam yang

harus disalurkan pada bagian kulit yang mengalami penekanan, jaringan-jaringan

yang tidak mendapat cukup makanan dan zat asam perlahan akan mati. Pada saat itu

akan timbul luka dekubitus.

Adapun perencanaan tindakan yang telah di prioritaskan bersama keluarga

untuk penaganan luka dekubitus tersebut berupa perwatan luka dekubitus yang benar

dan pengaturan perubahan posisi mika/miki tiap 2 jam untuk pendukung keberhasilan

tindakan ini perlukannya peran serta keluarga.

Setelah di lakukan implementasi selama 6 hari, Hasil karakteristik luka

dekubitus pada subjek 1 terlihat kemerahan dan tidak lagi berbau atau lembab serta

tidak ada goa dan untuk luka decubitus pada subjek 2 terlihat kemerahan menunjukan

pemulihan luka yang cukup baik. Penulis berasumsi setelah dilakukan tindakan

keperawatan didapat perbaikan integritas kulit pada subjek 1 yang ditandai dengan
131

luka yang berwarna kemerahan dan tidak lagi berbau, sedangkan hasil yang di dapat

dari perawatan luka pada subjek 2 luka tampak kemerahan yang menunjukan hasil

pemulihan luka yang baik hal ini terkait pada pemberian perawatan luka yang

diberikan keluarga serta tingkat pengetahuan keluarga akan perawatan luka yang

benar asumsi penulis ini sejalan dngan teori yang di menurut Parwati (2010) terdapat

hubungan yang bermakna dalam tingkat pengetahuan keluarga dengan tindakan

keperawatan yang benar terhadap pasien.

4.2.3 Gangguan Mobilitas fisik

Berdasarkan hasil pengkajian subjek 1 dan subjek 2 mengalami kekakuan otot

dan kelemahan secara fisik pada semua anggota gerak hal ini sesuai teori oleh

Masykuri,(2014) stroke akan mengakibatkan dampak yang fatal bagi tubuh seseorang

diantaranya seperti penurunan aktifitas atau gangguan mobilisasi. Sumbatan pada

darah akan mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi sehingga

mengakibatkan gangguan pada sistem saraf pusat. Saraf yang kekurangan nutrisi

lama-kelamaan akan kehilangan fungsinya, apabila yang diserang adalah bagian

pengendali otot maka tubuh akan mengalami penurunan otot volunter yang

berdampak pada gangguan mobilisasi, dan dianjurkan bagi penderita untuk

melakukan latihan aktifitas sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien

agar otot tidak mengalami kekakuan, otot yang dilatih terus-menerus dapat

meningkatkan fungsi otot yang telah menurun.

Untuk mengatasi masalah terkait gangguan mobilitas fisik adalah latihan

ROM dengan focus area ekstermitas dan perpindahan posisi setiap 2 jam sekali.
132

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari hasil dari evalausi tidak ada

peningkatan pergerakan ekstermitas pada kedua subjek sampai hari kelima mengingat

lamanya waktu masing-masing subjek mengalami stroke dan kurangnya pengetahuan

keluarga terkait latihan ROM yang seharusnya dapat diberikan dari awal terjadinya

serangan stroke yang mengakibatkan kekakuan atau kelemahan otot pada kedua

subjek. Penulis berasumsi pentingnya peran keluarga yang intents dalam melakukan

latihan ROM untuk mengurangi kekakuan otot kedua subjek. Asumsi penulis sejalan

dengan teori yang di kemukakan oleh Levin (2009) bahwa pada pasien stroke post

serangan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi

penyesuaian diri, lalu penelitian menurut Derison (2016) bahwa terdapat perbedaan

sebelum dan sesudah melakukan ROM pada pasien stroke selama 6 bulan.

4.2.4 Gangguan komunikai verbal

Gangguan komunikai verbal yang terjadi pada kedua subjek ini merupakan

dampak dari stroke di tandai dengan ketidakmampuan kedua subjek dalam

menggerakan otot rahang, tidak dapat membuka mulut, dan sulit mengunakan

ekspresi wajah ksesuai dengan teori menurut Yastroki (2012) gangguan wicara atau

afasia terjadi sekitar 15% dari kejadian stroke namun sangat mengganggu karena

pasien akan menglami kesulitan dalam berkomunikasi dengan individu yang lain.

Untuk mengatasi masalah ini dilakukan terapi wicara AIUEO yang telah

penulis implementasikan bersama keluarga selama lima hari pada kedua subjek

sesuai dengan teori oleh wardhana (2011) terapi AIUEO merupakan terapi yang
133

bertujuan untuk memperbaiki ucapn supaya dapat dipahami oleh orang lain dengan

cara menggerakan lidah, bibir, otot wajah, dan mengucapkan kata-kata

. Hasil evaluasi di hari terakhir tidak terdapat adanya perubahan yang

signifikan pada subjek 1 sedangkan terdapat perubahan pada subjek 2 yaitu subjek 2

mampu mengucapkan huruf vocal A jika diminta dengan baik. Penulis berasumsi

kemajuan terapi ini sangat bergantung dari intensitas pemberian dan dukungan

keluarga dalam pemberian terapi serta tingkat keparahan gangguan wicara sesuai

teori oleh Sofwan (2010) peningkatan kemampuan bicara setiap pasien memiliki

waktu yang berbeda-beda tergantung dari derajat afasia yang dialami pasien. Pasien

stroke dapat meningkat dalam kemampuan berbicara jika dilakukan rehabilitasi

sedini mungkin, berkala dan berkesinambungan sehingga dapat meminimalisasi

dampak yang berkepanjangan.

4.2.5 Kesiapan untuk meningkatkan nutrisi

Dari hasil pengkajian di temukan data pada kedua subjek memiliki gangguan

dalam menelan sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Rasyid (2011) bahwa

masalah kesehatan yang timbul akibat stroke sangat bervariasi, tergantung pada luas

daerah otak yang mengalami nekrosis atau kematian jaringan, danlokasi yang terkena.

Salah satu yangguan klinis yang sering ditemukan akibat stroke adalah gangguan

menelan atau disfagia. Pada kedua subjek masing-masing berat badan dan tinggi

badan kedua subjek tidak ada penurunan atau pun peningkatan berat badan selama

enam bulan teraakhir. Masalah ini terjadi karena gangguan menelan yang dialami
134

oleh kedua subjek sebagimana hasil dari penelitian menurut Zahara dan Sulastini

(2018) Manifestasi klinis yang muncul akibat stroke infark salah satuya penurunan

kemampuan fungsi menelan. Timbulnya fungsi menelan akan mengakibatkan

dehidrasi, malnutisi, bahkan pnemonia. Selain itu teori lain

Dari hasil pengkajian maka ditentukan beberapa intervensi yaitu Identifikasi

pola makan, diskusikan dengan keluarga makanan dan minuman apa saja yang harus

diberikan dan kandungannya, informasikan makanan yang dilarang dan dianjurkan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari didapatkan adanya perubahan

persepsi dari kedua keluarga untuk selain memberikan makanan pokok berupa bubur

serta susu dapat pula diberikan makanan selingan berupa buah yang di haluskan,

dapat menjadwalkan makan sesuai waktu dan tidak terjadi penurunan berat badan.

Penulis berasumsi bahwa peran serta pengetahuan kelurga dalam mengambil

keputusan untuk merawat anggota kelurga yang sakit sangat penting dan

berpengaruh untuk kesejahteraan kedua subjek terutama dalam peningkatan status

nutrisi sesuai teori yang dikemukakan oleh parwati (2010) menunjukan bahwa

terdapat hubugan yang bermakna antara pengetahuan keluarga dengan tindakan

keperawatan terhadap pasien pasca stroke. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

diharapkan kepada anggota keluarga yng mempunyai anggota keluarga pasca stroke

dapat mencari tahutentang tindakan keperawatan yang baik.

Tanpa pengetahuan dalam merawat pasien stroke pada perawatan untuk

penderita stroke, Keluarga tidak akan mengerti dalam memberikan perawatan yang
135

memadai dan dibutuhkan oleh penderita stroke sesuai dengan teori Yastroki (2011)

keluarga perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke dan

kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pasca stroke kesembuha pasien jugaakan

sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk

memeperbaiki kondisi pasien setelah terjadi stroke dan perawatan apa yang

sebaiknya diberikan untuk keluarganya yang mengalami stroke.

4.2.6 Kesiapan Peningkatan perawatan diri

Dari data pengkajian di temukan bahwa semua kegiatan bersihan diri kedua

subjek dibantu oleh keluarga karena kedua subjek mengalami kelemahan anggota

gerak dampak dari stroke yang sesuai dengan teori Pinzone, (2010) bahwa dampak

stroke yang paling umum anatara lain kelumpuhan anggota gerak, wajah perot atau

fase drooping, gangguan penglihatan, gangguan menelan, gangguan sensasi raba,

dan gangguan bicara atau afasia. Didukung juga dengan teori oleh Masykuri, (2014)

stroke akan mengakibatkan dampak yang fatal bagi tubuh seseorang diantaranya

seperti penurunan aktifitas atau gangguan mobilisasi. Sumbatan pada darah akan

mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi sehingga mengakibatkan

gangguan pada sistem saraf pusat. Saraf yang kekurangan nutrisi lama-kelamaan

akan kehilangan fungsinya, apabila yang diserang adalah bagian pengendali otot

maka tubuh akan mengalami penurunan otot volunter yang berdampak pada

gangguan mobilisasi.

Adapun intervensi untuk meningkatkan perawatan diri kedua subjek adalah

Identifikasi kebutuhan perawatan diri, sediakan lingkungan yang terapetik (mis.


136

suasana hangat dan privasi), bantu dalam melakukan perawatan diri. Setelah

dilakukan implementasi selama 5 hari didapatkan hasil berupa adanya peningkatan

keluarga dalam melakukan pemenuhan kebutuhan bersih diri kedua subjek.

Penulis berasumsi bahwa kelemahan otot yang diderita kedua subjek

mengakibatkan kedua subjek tidak dapat melakukan perawatan diri secara mandiri,

maka keluarga di tuntut untuk dapat meningkatkan kebutuhan untuk perawatan diri

kedua subjek asumsi penulis sejalan dengan teori oleh smeizer (2009) terdapat kira-

kira 2 juta orang bertahanhidup dari stroke yang memepunyai kecacatan dari angka

ini 40% memerlukan bantuan dalam aktifitas sehari-hari.

4.2.7 Harga diri rendah kronis

Dari hasil pengkajian yang di dapat pasien terlihat sering murung hal ini

dibuktikan dari ekspresi kedua subjek masalah ini juga merupakan dampak dari

gangguan komunikasi yang dialami kedua subjek sejalan dengan teori dari Yastroki

(2012) gangguan wicara atau afasia terjadi sekitar 15% dari kejadian stroke namun

sangat mengganggu karena pasien akan menglami kesulitan dalam berkomunikasi

dengan individu yang lain. Selain itu pendapat lain yang mendukung dari Damayanti

(2015) mengatakan dampak lain adalah pasien malas berbagi duka, selalu

menyimpan masalah sendiri dan itu yang membuat pasien menjadi murung.

Untuk mengatasi masalah harga diri rendah kronis dilakukan tindakan berupa

bina hubungan saling percaya, pendekataan yang tenang dengan sentuhan positif,

memberikan harapan yang realistis, dan mengajak anggota keluarga lain lebih dekat

dengan kedua subjek.


137

Setelah dilakukan implementasi selama 6 hari dan di dapatkan hasil pada

keluarga subjek 1 adanya masalah kesiapan peningkatan dukungan karena subjek 1

lebih sering dengan pengasuh bukan keluarga, sedangkan untuk subjek 2 dukungan

serta motivasi yang keluarga berikan ke subjek sudah sangat baik, di tambah semua

anggota keluarga sangat dekat dengan subjek 2. Penulis berasumsi pentingnya peran

masing-masing anggota keluarga dalam mendukung kedua subjek, lebih sering

berinteraksi dan lebih sering menunjukan rasa sayang agar kedua subjek tidak

merasa sendirian dan sedih karena masalah ini merupakan dampak dari ganggan

komuniksi verbal yang dialami kedua subjek sesuai teori oleh samiadi (2016)

Dampak afasia motoric yaitu depresi, pasien merasa frustasi karena tidak bisa

menyampaikan pikiran kedalam kata-kata. Selain itu asumsi penulis didukung juga

oleh teori Lingga (2013) dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien pasca

stroke guna mempercepat proses penyembuhan. Dukungan ini juga berarti memberi

motivasi, dengan adanya motivasi maka penderita akan lebih giat berlatih dan

keinginan sembuh akan muncul

4.2.8 Kurang pengetahuan

Hasil pengkajian kedua keluarga subjek sering sekali bertanya tentang

bagaimana mestinya perawatan pasien stroke yang benar. Kurang pengetahuan

dipicu oleh tingkat pendidikan, usia dan pekerjaan anggota keluarga atau pun subjek

sejalan dengan teori wawan (2010) pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup dan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
138

makin mudah menerima informasi, selain itu teori dari Hendra (2009) umur dan

pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan karena menjelang usia lanjut

kemampuan menerima atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Pekerjaan

juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan karena orang yang menekuni bidang

tertentu akan memiliki pengetahuan mengenai segala sesuatu dalam pekerjaannya.

Intervensi yang penulis ambil dalam masalah ini terkait pemberian pendidikan

kesehatan perawatan klien stroke di rumah. Setelah di lakukan implementasi selama

6 hari dan di dapatkan hsasil kedua keluarga subjek mengatakan sudah memahami

cara merawat kedua subjek dan dapat mendemostrasikan beberapa hal yang

mendukung untuk perawatan stroke di rumah seperti ROM dan fisioterapi dada.

Penulis berasumsi tingkat pengetahuan keluarga dapat mempengaruhi sikap

dan persepsi dalam merawat anggota keluarga yang sakit sesuai dengan teori oleh

Putro (2012) stroke akan menimbulkan dampak secara langsung pada penderita yaitu

antara lain pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, niat, referensi dan sosial. Penulis

berasumsi kedua keluarga cepat dan dapat menyikapi perubahan persepsi tentang

stroke yang merupakan sarana yang dapat membantu keluarga subjek menjalankan

penanganan stroke karena semakin banyak dan semakin baik keluarga mengerti

tentang penyakit stroke semakin mengerti harus mengubah perilakunya.

4.2.9 Kesiapan peningkatan koping keluarga

Kesiapan peningkatan koping keluarga yang muncul dalam pengkajian subjek

1 di tandai dengan lebih seringnya subjek 1 dengan pengasuh ketimbang keluarga

sendiri, disini ada dukungan antarta anggota keluarga pada subjek 1 namun tidak
139

sebesar dukungan anggota keluarga pada subjek 2 dan kedekatan masing-masing

anggota keluarga dapan mempengaruhi koping pada kedua subjek. Masalah ini

merupkan dampak stress jangka panjang yang kedua keluarga subjek alami

sependapat dengan teori yang disampaikan oleh Levin (2009) bahwa pada pasien

stroke post serangan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan dan

memperoleh fungsi penyesuaian diri.

Intervensi penulis untuk keluarga subjek 1 yaitu agar setiap anggota keluarga

dapat mengungkapkan perasaanya, menyelesaikan masalah keluarga dengan mufakat

dan saling mendukung satu sama lain. Setelah dilakukan implementasi selam 6 hari

dan di evaluasi kesiapan peningkatan koping keluarga telah teratasi keluarga dapat

menerima saran dan memecahkan masalah dnegan cara mufakat.

Penulis berasumsi bahwa dukungan antar anggota keluarga sangat

berpengaruh pada keluarga itu sendiri dan subjek yang sedang sakit. Penulis

sependapat dngan teori oleh Arinda (2009) peran keluarga sesuai dengan tuga-tugas

keluarga dala bidang keshatan adalah memberikan perawatan pada anggota keluarga

yang sakit, misalnya membantu penderita berlatih, memberi semangat dan motivasi,

menjaga kebersihan diri dan mempertahankan hubungan sosial.

Dukungan dan perhatian yang baik dari keluarga dapat mempercepat proses

penyembuhan terutama pada subjek dengan stroke sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh suratini (2009) peran keluarga yang baik membuat keyakinan

penderita untuk sembuh semakin meningkat sehingga menyebabkan klien memiliki

semangat dan motivsi dalam proses penyembuhan. Suasana keluarga yang saling
140

mendukung, menghargai dan mempunyai pandangan positif akan menghasilkan

perasaan yang positif dan berarti.


141

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan keluarga pada

keluarga subjek 1 dan subjek 2 di Home Care Cahaya Husada Kalimantan

timur Samarinda sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

5.1.1 Hasil pengkajian yang di dapatkan dari kedua klien manunjukan

adanya tanda dan gejala yang sebagian besar sama namun ada pula

yang berbeda, keluhan yang dirasakan subjek 1 yaitu adanya luka

dekubitus pada bagian punggung bawah, kelemahan anggota gerak

tubuh, gangguan komunikasi, peningkatan nutrisi, kesiapan untuk

perawatan diri, kurang percaya diri dan kurang pengetahuan serta

peningkatan dukungan keluarga. Kemudian pada subjek 2 yaitu

adanya penumpukan sekret di tenggorokn, luka decubitus pada bagian

punggung bawah, kelemahan anggota gerak tubuh, gangguan

komunikasi, peningkatan nutrisi, kesiapan untuk perawatan diri,

kurang percaya diri dan kurang pengetahuan.

5.1.2 Diagnosa yang timbul pada kedua pasien sebagian besar sama

namun ada yang berbeda. Diagnosa pada subjek 1 adalah gangguan

integritas kulit, gangguan mobilits fisik, gangguan komunikasi verbal,

kesiapan untuk meningkatkan nutrisi, resiko tidak efektifnya perfusi


142

jaringan cerebral, kesiapan peningkatan perawatan diri, harga diri

rendah kronis, kurangnya pengetahuan, dan kesiapan peningkatan

koping. Sedangkan pada subjek 2 bersihan jalan nafas tidak efektif,

gangguan integritas kulit, gangguan mobilits fisik, gangguan

komunikasi verbal, kesiapan untuk meningkatkan nutrisi, resiko tidak

efektifnya perfusi jaringan cerebral, kesiapan peningkatan perawatan

diri, harga diri rendah kronis, dan kurangnya pengetahuan

5.1.3 Intervensi keperawatn yang dilakukan sesuai dengan perencanaan

5.1.4 Implementasi keperawatn yang dilakukan sesuai dengan


perencanaan

5.1.5 Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada subjek 1 dari 9

masalah keperawatan dapat teratasi defisit pengetahuan, kesiapan

peningkatan perawatan diri, hambatan mobilirtas fisik, kerusakan

integritas kulit, kesiapan untuk meningkatan nutisi sedangkan pada

subjek 2 dari 9 masalah keperawatn dapat teratasi

gangguankomunikasi verbal teratasi defisit pengetahuan, kesiapan

peningkatan perawatan diri, hambatan mobilirtas fisik, kerusakan

integritas kulit, kesiapan untuk meningkatan nutisi

5.2 Saran

5.2.1 Bagi penulis

Hasil studi kasus yang penulis telah lakukan tentang asuhan

keperawatan keluarga diharapkan dapat menjdi acuan dan bahan

perbandingan pada penulis selanjutnya dalam melakukan studi kasus


143

pada pasien stroke di Home care Cahaya Husada Kalimantan Timur

Samarinda

5.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Hasil studi kasus yang penulis telah lakukan tentang asuhan

keperawatan keluarga diharapkan dapat menjdi acuan bagi perawat

dalam meberikan asuhankeperawatan keluarga secara komperhensif

pada klien pasca stroke di Home care Cahaya Husada Kalimantan

Timur Samarinda

5.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil kasus dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan pengetahuan dibidang keperawatan tentang asuhan

keperawatan keluarga pada klien pasca stroke


DAFTAR PUSTAKA

A, Wawan, Dewi M. (2010). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan


Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Afrida. (2016). Effect Of Ingesting Training Towards Dysphagia In Stroke


Patiens In Haji Hospital And Makasar City Hospital.Makasar: Indonesian
contremporary Nursing Journal.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Azizah,Lilik M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Budijanto Didik.(2017).Data Dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan


Indonesia 2016. Jakarta. Diakses pada tanggal 1 oktober 2018.
www.depkes.go.id/resources/download /pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2017.pdf

Corwin, J. Elizabeth. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Darmayanti,christic.(2015). Apa Sih Dampak Stroke Itu.


http://m.Kompasiana.com /christiesuharto/apa-sih-dampak-dari-stroke-
itu_5508de813311791bfa79d7 diakses tanggal 16 mei 2019

Derision, Marsinova B. Surani Warsito. (2016). Latihan Range OF Motion


(ROM) Pasif Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke. Jakarta: Idea
Nursing Journal Vol. VIII no. 2 2016

Djojodibroto, Darmawanto. (2009). Respiratory Medicine. Makasar: EGC.

Enny, Mulyatsih. Airiza Ahmad. (2015).Petunjuk Perawatan Pasien Stroke Di


Rumah. Jakarta:Badan penerbit FKUI

Friedman,Marilyn M.( 2010).Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC

Gusti Salvari.(2013).Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV


Trans Info Media

Harnowo, Putro Agus. (2011). Terapi Wicara Bantu Rehabilitas Pasien Stroke.
http://m.detik.com/heath/reas/2011/10/31/094843/1756105/763 diakses
tanggal 15 mei 2019

Hasmi.(2012). Metode Penelitian Epideminologi. Jakarta: TIM


Hernta. I. (2013). Ilmu Lengkap Kedokteran Tentang Neeurosains.
Jogjakarta.Medika

Ramdhani, agi.(2014). Mengenal Gejala Stroke. http://jurnal.selasar.com./gaya -


hidup/mengenal-gejala-stroke, diakses tanggal 16 mei 2019

Rizaldy.(2010).Awas Stroke. Yogyakarta:Andi

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian kesehatan RI. (2014). Info Datin Situasi kesehatan Jantung. Diakses
tanggal 1 oktober 2018. www.depkes.go.id/download.php?file
=download/pusdatin/infodatin/infodatin-jantung.pdf

Kementrian kesehatan badan penelitian dan pengembangan kesehatan. (2018).


Hasil Utama Riskesdes 2018. Diakses pada tanngal 2 oktober 2018.
www.persi.or.id/analis-data/686-hasil-utama-riskesdas-2018-
kementerianwww.persi.or.id/analis-data/686-hasil-utama-riskesdas-2018-
kementerian-kesehatan-badan-penelitian-dan-pengembangan-kesehatan

Lumbantobing Sm.(2013). Stroke Bencana Perdarahan Di Otak. Jakarta:EGC

Marlina, Y. (2010). Gambaran Faktor Risiko Pada Penderita Stroke Iskemik Di


RSUP. H. Adam malik Medan: jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan

Mutia, Levina. (2015). Profil Penderit Ulkus Dekubitus Yang Menjalani Tirah
Baring Di Ruang Rawat Inap PRUD Arifin Achmad Riau. Riau. JOM FK
Volume 2 no.2 Oktober 2015.

Nurarif, Huda A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction.

Padila. (2012). Keperawatan Keluarga. Cetakan Pertama. Jogjakarta: Penerbit


Nuda Medika

Parellangi, Andi.(2017). Home Care Aplikasi Praktik Berbasis Evidence-Based.


Yogyakarta:ANDI

Pinzon, R., Laksmi, Asanti., Sugianto., & kriswanto, W.2010. Awas stroke!
Pengertian, gejala, tindakan, perawatan, dan pencegahan, Yogyakarta: ANDI

Prihatin, Wahyu Lia. (2014). Perbedaan Efektifitas Terapi AIUEO Dan Melodic
Intonation Therapy (MIT), Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan. Diakses
pada tanggal 1 oktober 2018 http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php
/ilmukeperawatan/article/viewFile/650/648

Rasyid, AL & soeridewi, Lyna. (2011). Manajemen stroke secara kmperhensif.


Jakarta: FKUI.

Riasmini, Ni Made,el at.(2017) Panduan Asuhan Keperawatan Individu,


Keluarga, Kelompok Dan Komunitas Dengan Modifikasi Nanda,Icnp,Noc
Dan Nic Di Puskesmas Dan Masyarakat.Ikatan. Jakarta: FKUI

Samiadi, Lika A. (2016). Jenis Afasia Bisa Terjadi Pasca Stroke. http://Pusat –
/kesehatan/stroke-2/jenis-afasia-bisa-terjadi-pasca stroke. Diakses tanggal 15
mei 2019.

Saraswati, Sylvia.2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat,Diabetes,


Hipertewnsi, Dan Stroke. Yogyakarya: A PLUS BOOKS

Smelter, Suzanne C dan Brenda G bare, (2009). Buku Ajar Keperawatan


Medikasl Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC

Sofwan. Rudianto (2010) . Sroke dan Rehabilitasi Pasca Stroke. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Popular.

Wardhana, W.A. (2011). Strategi mengatasi & bangkit dari stroke. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

WHO.(2014). Insidensi Stroke Tahun 2013. Diakses: 7 oktober 2018.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs37/en/index.html

Wiwit. S. (2010) Stroke dan Penanganannya. Jogjakarta: Katahati.

Wiyadi, Parellangi, dan Prawita Hesti. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan


kejadian Penyakit stroke, Mahakam Nursing Journal Volume 2, No 2.
Diakses tanggal 2 oktober 2018

http://ejournalperawat.poltekkeskaltim.ac.id/ojs/ .php/nursing/article/view/101
Yayasan Stroke Indonesia. (2012) Tangani Masalah Stroke di Indonesia. Diakses
tanggal 11 mei 2019 http://www.yastroki.or.id/read.php?id=4

Anda mungkin juga menyukai