Oleh :
Rosa Amelia
P07220120037
SAMARINDA
2023
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Rosa Amelia
P07220120037
SAMARINDA
2023
i
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
Samarinda, …………………..
Yang menyatakan
Matrai
Rp.10000
ROSA AMELIA
P07220120037
ii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH
DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN
Oleh
Pembimbing
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Diuji
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji,
Penguji Anggota :
(……………………….……………)
2) Ns. Diah Setiani .,SST.,M.Kes
NIDN. 401008860
Mengetahui
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Agama : Islam
B. Riwaya Pendidikan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah SAW, atas berkat rahmat, dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mengalami kesulitan
dan hambatan akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dan bimbingan
dari dosen serta berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
3. Ns. Tini. S. Kep., M. Kep, selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan
4. Ns. Hesti Prawita W., SST., M. Kes, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah
ilmiah.
vi
5. Ns. Diah Setiani., SST,.M. Kes, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
ilmiah.
7. Untuk kedua orang tua saya, yaitu Bapak Fajar dan Ibu saya Saodah yang
Linda, Purnamawati, Rosi, Tutus, Aina, Rusti yang telah mendukung untuk
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
membangun dan berharap semoga penulis ini dapat bermanfaat bagi penulis
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
ix
2.2.2 Diagnosis Keperawatan.................................................................................67
2.2.3 Perencanaan Keperawatan............................................................................68
2.2.4 Implementasi Keperawatan...........................................................................78
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................78
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................48
3.1 Pendekatan ( Desain Penelitian)............................................................................48
3.2 Subyek Penelitian...................................................................................................53
3.3 Batasan Istilah.......................................................................................................53
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................54
3.5 Prosedur Penelitian.................................................................................................54
3.6 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data.............................................................54
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data............................................................................54
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data.......................................................................55
3.7 Keabsahan Data......................................................................................................55
3.8 Analisis Data..........................................................................................................56
BAB 4 HASIL PEMBAHASAN..........................................................................53
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian..................................................................................53
4.2 Data Pengkajian Asuhan keperawatan....................................................................54
4.2 Pembahasan..........................................................................................................119
4.2.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
119
4.2.2 Penurunan kapasitas adaptif intrkranial berhubungan dengan edema serebral
121
4.2.3 Hipertermi berhubungan dengan respon trauma..........................................123
4.2.4 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler..125
4.2.5 Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.......126
4.2.6 Berduka b.d antisipasi kematian orang yang berarti...................................127
4.24 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif...................................129
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................132
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................132
5.2 Saran....................................................................................................................133
5.1.1 Bagi Penulis............................................................................................133
x
5.1.2.......................................................................................Bagi Instansi Rumah Sakit
134
5.1.3...................................................................Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 3 Hasil CT Scan pada Pasien I (Tn. F) dan Pasien II (Tn. A) dengan
Samarinda 60
Sjahranie Samarinda 64
xii
Sjahranie Samarinda 65
73
85
97
108
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Stroke adalah defisit neurologis (fokal atau global), yang disebabkan oleh
(pembuluh darah otak), yang ditandai dengan kematian jaringan otak yang
terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Aliran darah
coroner dan kanker baik di Negara maju, maupun Negara berkembang. Satu
menunjukan bahwa setiap tahun terdapat 13,7 juta kasus baru stroke, dan
1
2
Dalam profile RSUD Abdul Wahab Sjahranie pada tahun 2021, Dari 10
2, dengan jumlah 121 orang (Profil RSUD Abdul Wahab Sjahranie, 2021).
secara tiba-tiba, progresif, dan cepat akibat gangguan peredaran darah otak
tertentu, Hal ini menyebabkan darah masuk ke jaringan otak dan menyebakan
bersihan jalan nafas tidak efaktif. Gejala neurologis yang terjadi secara tiba –
tiba dan seringkali diikuti dengan gejala sakit kepala hebat saat beraktivitas
akibat tekanan ruang atau peningkatan tekanan intrakranial (ICP) atau bisa
2
3
(Suandari, 2021).
hipertesi, dan mengontrol diabetes miletus dan dapat menghindari gaya hidup
yang tidak sehat dan berbagai polusi. Manajemen stroke umum tujuannya
stroke tersedia setiap saat pertama kali pasien terkena stroke, jadi itu perlu
ditangani degan cepat dan tepat sehingga mengurangi jumlah stroke sebesar
obat antihipertensi yang bekerja cepat dengan target tekanan darah kurang
tepat mencakup pemberian agen osmotic, seperti manitol cara lain yang dapat
tidur pasien sebesar 30 derajat. Selain itu pengobatan lain yang bisa diberikan
masalah serius baik di Indonesia atau di Dunia. Maka penulis tertarik untuk
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
Samarinda.
Samarinda.
Samarinda.
Samarinda.
5
Samarinda.
stroke hemoragik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
jaringan otak yang terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen
ke otak. Aliran darah dan oksigen yang berkurang ini dapat disebabkan
(Ridhowati, 2022).
suplai darah ke jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa
2.1.2 Etiologi
6
7
pengembangan HT. Korelasi positif antara area infark dan insiden HT,
resiko HT meningkat ketika infark otak masif. Infark otak besar sering
(MRI) secara teratur, terlepas dari apakah gejala klinis memburuk atau
2.1.3 Klasifikasi
terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan
beban, menekuk, batuk atau bersun yang terlalu keras, mengejan dan
2022) yaitu:
3) Gangguan penglihatan
5) Kesulitan bicara
8) Penurunan kesadaran
sebelum sakit, adanya keluhan sakit kepala selama dua jam sebelum
Adapun interpretasi dari SSS adalah apabila skor SSS > 1 berarti
(Pujiastuti, 2018)
Tabel 2. 1 Score Sirirac Stroke
2.1.5 Patofisiologi
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif oksigen dan glukosa
glukosa seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari
cairan otak bergeser dari porsinya sehingga mendesak area sekitar), hal
2.1.6 Pathway
14
2.1.7 Komplikasi
imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini memiliki pengaruh besar pada
pasien stroke.
Pada pasien stroke akut beresiko tinggi untuk tejadinya infeksi. Infeksi
yang sering terjadi pada pasien stroke pada umumya adalah pneumonia
medis yang paling sering terjadi pada pasiens troke adalah pneumonia.
tinggi terjadi pada pasien dengan usia lanjut (>65 tahun) dengan
dilakukan.
perubahan pada glandula pineal pada sisi yang berlawanan dari asa
perdarahan subarakhnoid.
7) Pemeriksaan Laboratorium
hiperglikemia.
(Ridhowati,, 2022)
2.1.9 Penatalaksanaan
1) Penanganan Awal
Manitol 20%.
95% pasien stroke dimulai sejak dirumah atau luar rumah sakit. Hal
Period atau jendela emas adalah waktu yang sangat berharga bagi
perjalanan.
Gawat Darurat.
yang tepat.
2) Tindakan Operatif
perdarahan.
3) Tindakan Konservatif
4) Pengendalian TIK
(1) Protamin
1. Identitas Klien
1) Umur
2) Jenis Kelamin
laki.
a. Pekerjaan
stroke.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
23
2020).
(Hutalagung, 2020).
setelah stroke seta masih menerapkan pola tidak sehat yang dapat
masyarakat.
3) Pola Eliminasi
25
Kartisol dan adrenalin juga dapat merusak sel yang melapis arteri,
26
yang tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.
1) Keadaan Umum
2) Tanda-Tanda Vital
darah dengan tekanan systole >140 dan diastole > 80 mmHg, Nadi:
nafas, suhu tubuh: pada pasien stroke tidak ada masalah pada pasien
Pasien mengerang 2
rambut: pada umumnya tidak ada kelaianan pada rambut pasien, wajah:
Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring kesalah satu sisi.
Kulit: Biasanya pada pasien yang kekurangan O2 kulit akan tampat pucat
dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek, kuku: Biasanya
pada pasien stroke hemoragik ini capilaryy refill timenya <3 detik bila
dan kemampuan batuk menurun yang sering didapatkan pada klien stroke
tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan femitus kiri dan kanan,
ke bagian tubuh.
normal.
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Juga
Skala Respons
1 Berkurang (+)
2 Normal (++)
4 Hiperaktif (++++)
32
total.
tahanan pemeriksa
tahanan pemeriksa
kekuatannya berkurang
maksimal
(D.0119)
5. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri, sulit
(D.0109).
34
sampel drainase
cairan
serebrospinal
1.24 Kalibrasi
transduser
1.25 Pertahankan
sterilisasi sistem
pemantauan
1.26 Pertahankan
posisi kepala
leher netral
1.27 Bilas sistem
pemantauan, jika
perlu
1.28 Atur
interval
pemantauan
1.29
Dokumentasi
hasil pemantauan
Edukasi
1.30 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
1.31
Informasikan
hasil pemantauan
jika perlu
2 Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi
. Mobilitas Fisik b.d (L.05042) (1.06171)
Penurunan Setelah dilakukan Observasi
kekuatan otot dan intervensi 2.1 Identifikasi
Gangguan keperawatan selama adanya nyeri atau
neuromuscular d.d 3x24 jam, keluhan fisik
mengeluh sulit diharapkan mobilitas lainnya
menggerakkan fisik meningkat 2.2 Identifikasi
ekstremitas, dengan kriteria hasil: toleransi fisik
kekuatan otot 1. Pergerakan melakukan
menurun (D.0054) ekstermitas ambulasi
Gejala dan tanda meningkat (5) 2.3 Monitor
mayor: 2. Kekuatan otot frekuensi jantung
Subjektif: meningkat (5) dan tekanan darah
1. Mengeluh suit 3. Nyeri menurun (5) sebelum memulai
menggerakan 4. Rentang gerak ambulasi
ekstermitas (ROM) meningkat 2.4 Monitor
37
serumen dengan
tepat.
4 Bersihan jalan nafas Bersihan Jalan Manajemen
. tidak efektif b.d Nafas (L.01001) jalan napas
Disfungsi Setelah dilakukan (1.01011)
neuromuskuler d.d tindakan keperawatan Observasi
dipsnea dan sulit selama 3 x 24 jam di 4.1 Monitor pola
bicara (D.0001) harapkan bersihan napas
jalan napas 4.2 Monitor
Gejala dan tanda meningkat dengan bunyi
mayor kriteria hasil: napas
Subektif 1. Prod tambahan
(tidak uksi 4.3 Monitor sputum
tersedia) sput 4.4 Posisikan semi
um fowler atau
Objektif men fowler
1. Batuk tidak urun 4.5 Berikan oksigen
efektif atau (5) Edukasi
tidak 2. Dispnea 4.6 Ajarkan
mampu menurun (5) teknik
batuk 3. Frekuensi batuk
2. Sputum napas efektif
berlebih/ membaik (5) Kolaborasi
obstruksi di 4. Pola napas 4.7 Kolaborasi
jalan membaik (5) pemberian
napas/mekon 5. Batuk bronkodilator,
ium di jalan efektif ekspentora,
napas meningkat mukolitik
3. Mengi, (5) Pemantauan
wheezing 6. Mengi Respirasi
atau ronkhi menurun (5) (1.01014)
kering 7. Wheezing Observasi
menurun (5) 4.8 Monitor
Gejala dan tanda 8. Ortopnea frekuensi,
minor menurun (5) irama,
Subjektif 9. Sulit bicara kedalaman dan
1. Dispnea menurun (5) upaya nafas
2. Sulit bicara 10. Sianosis 4.9 Monitor pola
3. Ortopnea menurun (5) nafas
Objektif 11. Gelisah 4.10 Monitor
1. Gelisah menurun (5) kemampua
2. Sianosis n batuk
3. Bunyi efektif
napas 4.11 Monitor
menu adanya
run produksi
42
4. sputum
Frekuensi 4.1.2 Monitor
napas adanya
berubah sumbatan
jalan nafas
4.13 Palpasi
kesimetris
an
ekspansi
paru
4.14 Auskultasi bunyi
nafas
4.15 Monitor saturasi
oksigen
4.16 Monitor
hasil x-
ray
thoraks
Terapeutik
4.17 Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
4.18 Dokumenta
sikan hasil
pemantauan
Edukasi
4.19 Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantaua
n
4.20
Informasika
n hasil
pemantauan,
jika perlu
5 Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
. Agen pencedera (L.08066) Setelah (1.08238)
fisiologis d.d dilakukan tindakan Observasi
mengeluh nyeri, keperawatan 5.1 Identifikas
sulit tidur dan selama 3 x 24 jam i lokasi,
tekanan darah diharapkan tingkat karakterist
meningkat nyeri menurun ik, durasi,
(peningkatan TIK) dengan kriteria hasil: frekuensi,
(D.0077) 1. Keluhan kualitas,
43
nyeri intensitas
Gejala dan tanda menurun nyeri
mayor (5) 5.2 Identifikasi skala
Subjektif 2. Gelisah nyeri
1. Mengeluh nyeri menurun (5) 5.3 Identifikasi
Objektif 3. Kesulitan respons nyeri
1. Tampak tidur non verbal
meringis menurun (5) 5.4 Identifikasi
2. Bersikap 4. Frekuensi faktor yang
protektif nadi memperberat
3. Gelisah membaik (5) dan
4. Frekuen 5. Meringis memperinga
si nadi menurun (5) n nyeri
mening 6. Menarik diri Terapeutik
kat menurun (5) 5.5 Berikan
5. Sulit tidur 7. Diaforesis teknik non
6. Berfokus menurun (5) farmakologi
pada diri 8. Anoreksia s untuk
sendiri menurun (5) mengurangi
7. Diaforesis 9. Ketegangan rasa nyeri
otot menurun 5.6 Fasilitasi istirahat
(5) dan tidur
10. Muntah Edukasi
menurun (5) 5.7 Jelaskan
11. Mual menurun penyebab,
(5) periode, dan
12. Pola nafas pemicu nyeri
membaik (5) 5.8 Jelask
13. Tekanan an
darah strateg
membaik i
(5) mered
14. Proses akan
berpikir nyeri
membaik (5) Kolaborasi
15. Fokus 5.9 Kolaborasi
membaik (5) pemberian
16. Fun analgetik
gsi Pemberian Analgesik
berk (1.08243)
emih Observasi
me 5.10
mba Identifi
ik kasi
(5) karakte
17. Perilaku ristik
membaik (5) nyeri
44
5.19 Kolaborasi
pemberian
dosis dan jenis
analgesik,
jika
perlu
6 Resiko aspirasi d.d Tingkat Aspirasi Pencegahan Aspirasi (I.
. penurunan (L. 01006) 01018) Observasi
kesadaran Setelah dilakukan 6.1 Monitor tingkat
(D.0006) tindakan kesadaran, batuk,
keperawatan muntah, dan
Faktor Risiko : selama 3 x 4 jam kemampuan
1. Penurunan maka tingkat menelan
tingkat kesadaran aspirasi menurun 6.2 Monitor status
2. Penurunan refleks dengan kriteria pernapasan
batuk hasil : Terapeutik
1. Tingkat 6.3 Periksa residu
kesadaran gaster sebelum
meningkat memberi asupan
2. Kemampuan oral
menelan meningkat 6.4 Periksa
3. Kebersihan kepatenan selang
mulut meningkat nasogastrik
4. Dispnea sebelum memberi
menurun asupan cairan oral
5. Kelemahan otot 6.5 Posisikan semi
menurun 6. fowler (30 -45
Akumulasi sekret derajat) 30 menit
menurun sebelum memberi
7. Wheezing asupan oral
menurun 6.6 Pertahankan
8. Batuk menurun posisi semi
9. Penggunaan otot fowler (30 –45
aksesori menurun derajat) pada
10. Sianosis pasien tidak
menurun sadar
11. Gelisah 6.7 Pertahankan
menurun kepatenan jalan
12. Frekuensi napas
napas membaik 6.8 Lakukan
penghisapan jalan
napas jika
produksi sekret
meningkat
6.9 Sediakan suction
di ruangan
46
6.10 Hindari
memberika
makan melalui
selang
gastrointestinal
jika residu
banyak
6.11 Berikan
makanan
dengan ukuran
kecil atau lunak
6.12 Berikan obat
oral dalam
bentuk cair
Edukasi
6.13Anjurkan
makan secara
perlahan
6.14 Ajarkan
strategi
mencegah
aspirasi
Manajemen Jalan
Napas (I. 01011)
Observasi
6.1 Monitor pola
napas
6.2 Monitor bunyi
napas
6.3 Monitor sputum
Terapeutik
6.5 Pertahankan
jalan napas
dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga
trauma servikal)
6.6 Posisikan semo-
fowler atau
fowler
6.7 Berikan minum
hangat
6.8 Lakukan
fisioterapi dada
6.9 Lakukan
penghisapan
47
pribadi
5.6 Dampingi
dalam
melakukan
perawatan diri
sampai
mandiri
5.7 Fasilitasi
untuk
menerima
keadaan
ketergantunga
n
5.8 Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan diri
5.9 Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
5.10 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara
konsisten
sesuai
kemampuan
49
keperawatan;
berupa pencatatan.
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang diprsiapkan pada
keperawatan.
METODE PENELITIAN
adalah individu dengan kasus yang sama, yang akan diteliti secara rinci dan
mendalam. Adapun subyek yang akan diteliti sebagai kriteria inklusi dan
ekslusi :
51
53
jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa membanjiri otak
dilaksanakan selama 3-6 hari perawatan yang dilaksanakan pada bulan April
2023.
54
subyek penelitian.
mengevaluasinya.
laboratorium.
memvalidasi data yang ada untuk menghasilkan data yang akurat. Beberapa
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari pasien secara
terdekat pasien seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang
Data tersier merupakan sumber data yang diperoleh yang berasal dari
diagnostik, dari perawat lain serta bisa dari kepustakan atau liteatur
3.8.1 Reduksi data, data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk
kasus deskriptif yang dipilih untuk studi kasus, data disajikan secara
Penyajian data juga dapat dilakukan dengan tabel, gambar, grafik, flip
57
HASIL PEMBAHASAN
yang tersedia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie antara lain instalasi gawat
darurat 24 jam, instalasi rawat jalan, instalasi bedah sentral, instalasi gizi,
gedung pavilion, instlasi rawat inap ( kelas I,II,, III, dan VIP). UNtuk instalasi
rawat inap terdapat beberapa rangan diantara lain yaitu ruang sakura, seroja,
kamar rawat inap yang digunakan bagi pasien dengan masalah system
tidur pasien, 5 ruang VIP, nurse station, ruang dokter, ruang kepala ruangan,
ruang perawat, ruang alat dan obat, ruang gymnasium, pantry, ruang terapi
wicara, ruang okupasi terapi, ruang ortotik prostetik, dan 1 kolam renang.
58
59
(stroke centre).
7. Riwayat Pasien memiliki riwayat Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi tidak terkontrol hipertensi tidak terkontrol
terdahulu
8. Riwayat Hipertensi (ibu) Pasien tidakmemiliki riwayat
Penyakit penyakit keluarga
keluarga
9. Genogram
sinistra. sinistra.
Pada auskultasi : Pada auskultasi : didapatkan
didapatkan bunyi jantung S1 bunyi jantung S1,S2 irama
S2 irama regular, intensitas regular, intensitas kuat,
kuat, terdengar tunggal tidak terdengar tunggal tidak ada
ada bunyi jantung tambahan bunyi jantung tambahan
17. Pemeriksaan BB: 80kg, TB: 175cm, IMT: BB: 60kg, TB: 160cm, IMT:
system 26,2 (berlebih). BAB belum 23,4 (Normal). BAB belum
pencernaan ada ada
dan nutrisi
Diet pada pasien cair padat Diet pada pasien cair padat per
per NGT, jenis diet NGT, jenis diet peptibren.
peptibren. Frekuensi Frekuensi pemberian 6 x 200cc
pemberian 6 x 200cc
01/05/2023 03/05/2023
1. Leukosit 10,80 11.17 4.80 – 10.80 10^3/µL
2. Eritrosit 6,32 4.14 4.70 – 6.10 10^6/µL
3. Hemoglobin 17,9 12.0 14.0 – 18.0 g/dL
4. Hematokrit 51,8 35.7 37.0 – 54.0 %
5. MCV 81,92 86.2 81.0 – 99.0 fL
6. MCH 28,4 29.0 27.0 – 31.0 Pg
7. MCHC 34,6 33.6 33.0 – 37.0 g/dL
8. PLT 229 608 150 - 450 10^3/µL
9. RDW-SD 40,9 41.6 35.0 – 47.0 fL
10. RDW-CV 14,2 12.7 11.5 – 14.5 %
11. PDW 16,1 15.0 9.0 – 13.0 fL
12. MPV 9,0 7.1 7.2 – 11.1 fL
13. P-LCR 21 8 15 - 25 %
14. PCT 0,21 0.43 0.15 – 0.40 %
15. Neutrofil # 7,1 7.5 1.5 – 7.0 10^3/µL
16. Neutrofil % 64 73 40 - 74 %
17. Limfosit # 3,10 1.40 1.00 – 3.70 10^3/µL
18. Limfosit % 28 14 19 - 48 %
19. Monosit # 0,63 1,18 0.16 – 1.00 10^3/µL
20. Monosit % 6 12 3-9 %
21. Eosinofil # 0,21 0.06 0.00 – 0.80 10^3/µL
22. Eosinofil % 2 1 0-7 %
23. Basofil # 0,1 0.1 0.0 – 0.2 10^3/µL
24. Basofil % 1 1 0-1 %
25. Bleeding 3 - 1–6 Menit
Time (BT)
26. Clotting Time 9 - 1 – 15 Menit
(CT)
27. Glukosa 153 70 – 200 Mg/dL
sewaktu
28. Ureum 16,3 16.3 19.3 – 49.2 Mg/dL
29. Creatinin 0,9 0.9 0.7 – 1.3 Mg/dL
30. Natrium 143 143 135 – 155 mmol/L
31. Kalium 3,4 3.4 3.6 – 5.5 mmol/L
Tabel 4. 3 Hasil CT Scan pada Pasien I (Tn. F) dan Pasien II (Tn. A) dengan
Stroke Hemoragik di Ruang Seroja RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Pasien I (Tn. A) Pasien II (Tn.F)
01 Mei 2023 28 April 2023
1. Hasil CT Scan Telah dilakukan pemeriksaan MSCT Telah dilakukan pemeriksaan
kepala tanpa kontras,irisan axial MSCT kepala di RSUD Aji
66
Kesan :
Pontine hemorrhage
TERAPI FARMAKOLOGIS
PASIEN I (Tn. A)
Rute/
Obat Kandungan Bentuk/sediaan Dosis Cara
Pemberian
Ranitidine Plabot
2x 1gr IV
Menurunkan produksi
asam lambung berlebih
TERAPI FARMAKOLOGIS
PASIEN II (Tn. F)
Rute/
Obat Kandungan Bentuk/sediaan Dosis Cara
Pemberian
Perawatan
Trakheostomi
I.01023
Observasi
1. 21 Monitor adanya
sekresi, balutan
yang kotor, lembab,
atau tanda gejala
sumbatan jalan
nafas yang
membutuhkan
pengisapan
1.22 Monitor tanda tanfa
peradangan,
infeksi, edema, atau
sekresi yang
berubah warna
pada sama
Teraupetik
1.23 Posisikan semi
fowler
73
Pemberian Obat
Intravena
Observasi
2.27 Identifikasi
kemungkinan
alergi, intereaksi,
kontraindikasi obat
2.28 verikasi obat sesuai
dengan indikasi
2.29 periksa tanggal
kadaluwarsa obat
2.30 monitor efek
teraupetik obat
76
Terapeutik
3.5 Sediakan lingkungan
yang dingin
3.6 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3.7 Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
3.8 Lakukan pendinginan
eksternal (mis:
selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
3.9 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
3.10 Anjurkan tirah
77
Kolaborasi
3.11
Kola
bora
si
pem
beria
n
caira
n
dan
elekt
rolit
intra
vena
, jika
perlu
Dukungan
Perawatan Diri :
Makan dan
Minum (I.11351)
Terapeutik
5.10 Berikan
bantuan saat
makan dan minum
Edukasi
7.5 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Kolaborasi
7.6 Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
(09.30)
84
(10.00)
Pasien tampak saat
1.2 Memonitor bunyi nafas diauskutasi terdengar suara
tambahan ronki basah pada saat
inspirasi
(08.50)
1.8 Melakukan Pasien tampak di lakukan
penghisapan lendir kurang suction ketika sputum
dari 15 dteik meningkat <15 detik
sputum berwarna jernih
agak kehijauan, fruekensi
nafas: 25x/I saturasi
(08.58) oksigen:96%
(13.20)
7.3 mencuci tangan Tampak perawat dan
sebelum dan sesudah keluarga pasien mencuci
kontak dengan pasien dan tangan sebelum bertemu,
lingkungan pasien dan akan tindakan dengan
7.4 Mempertahankan pasien
(13.30) teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
(13.30)
3.6 melonggarkan pakaian Pasien tampak dilonggarkan
pakaiannya, sampil
94
2.28 melakukan
vertisifikasi obat sesuai Pasien tampak tidak ada
dengan indikasi alergi ketika diberikan obat
(10.30)
(14.40)
3.1 Memonitor kondisi Pasien tampak diberikan
kulit posisi nyaman, degan kepala
lebih tinggi 30
4.1 Mengidentifikasi
kebutuhan alat bantuan
(08.00) kebersihan diri, berpakaian, pasien tampak tidak mampu
berhias dan makan untuk mandi, makan,
4.5 Dampingi dalam ketoilet, berhias karena
melakukan tidak sadarkan diri dengan
perawatan diri gcs E3V1M3 Pasien dibantu
sampai mandiri untuk mandi pagi hari sehari
4.6 Fasilitasi untuk 1x, oral hygine sehari 1x,
menerima keadaan makan peptibren 6x200cc.
ketergantungan
(08.20) Pasien tampak terpasang
trakeastom, frekunsi nafas
100
nafas:24x/menit, saturasi
oksigen: 98%
A: Masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak
efektif menurun
108
A: Masalah penurunan
kapasitas adaptif intrkranial
menurun
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Mengidentifikasi
penyebab peningkatan TIK
2.2 Memonitor tanda gejala
peningkatan TIK
2.4 Memonitor status
pernafasan
2.5 Memonitor output dan
intake cairan
2.7 Memberikan posisi semi
fowler
2.9 Mempertahankan suhu
tubuh norma
2.17 Memonitor penurunan
tingkat kesadaran
2.18 Memonitor perlambatan
atau ketidakseimbangan pupil
A: masalah hipertermi
menurun
P: Lanjutkan intervensi
3.1 Mengidentifikasi
penyebab hipetemia
3.2 memonitor suhu tubuh
3.6 melonggarkan pakaian
3.8 Melakukan pendinginan
ekstrnal yaitu kompres
Senin Gangguan mobilitas fisik b.d S: Pasien tidak dapat dikaji
01/05/2023 gangguan neuromuscular d.d O: - tampak pasien gelisah
rentang gerak px menurun, dengan gerakan tidak
gerakan px terbatas, fisik px terkoordinasi
lemah - Tidak tampak gerakan
pada anggota sebelah
kanan
- Gerakan pasien tampak
terbatas
A: Masalah gangguan
mobilitas fisik menurun
P: Lanjutkan intervensi
5.1 Memonitor kondisi kulit
5.4 memposisikan senyaman
mungkin
5.7 memberikan latihan gerak
pasif
5.11 mengubah posisi setiap
2 jam sekali
P: lanjutkan intervensi
6.3 Mengidentifikasi
kebutuhan alat bantuan
kebersihan diri, berpakaian,
berhias dan makan
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Identfikasi kemampuan
dan beri penguatan
7.3 bina hubungan teraupetik
berdasarkan rasa percaya
7.4 Berikan empati,
kehangatan dan kejujuran
7.5 Anjurkan
mengekspresikan perasaan
Resiko infeksi b.d S: pasien tidak dapat dikaji
terpasangnya alat medis O: - pasien tampak suhu
invasive (NGT,Kateter, infus) tubuh hangat
d.d peningkatan suhu tubuh - Suhu tubuh pasien 38C
- Nadi pasien 102x/menit
- Fruekensi nafas
26x/menit
- Pasien tampak dilakukan
kompres dngin
111
P: Lanjutkan intervensi
4.1 Memonitor Tanda dan
gejala infeksi local dan
sistemik
4.3 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
4.4 Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien beresiko
tinggi
A: Masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak
efektif menurun
P: lanjutkan Intervensi
1.1 Memonitor pola nafas
1.2 Memonitor bunyi nafas
tambahan
1.3 Memonitor sputum
1.8 Melakukan penghisapan
lendeir kurang dri 15 dteik
1.11 Memberikan oksigen
A: Masalah penurunan
kapasitas adaptif intrkranial
menurun
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Mengidentifikasi
penyebab peningkatan TIK
2.2 Memonitor tanda gejala
peningkatan TIK
2.4 Memonitor status
pernafasan
2.5 Memonitor output dan
intake cairan
2.7 Memberikan posisi semi
fowler
2.9 Mempertahankan suhu
tubuh norma
2.17 Memonitor penurunan
tingkat kesadaran
2.18 Memonitor perlambatan
atau ketidakseimbangan pupil
P: Lanjutkan intervensi
3.1 Mengidentifikasi
penyebab hipetemia
3.2 memonitor suhu tubuh
3.6 melonggarkan pakaian
3.8 Melakukan pendinginan
ekstrnal yaitu kompres
Selasa Gangguan mobilitas fisik b.d S: Pasien tidak dapat dikaji
02/05/2023 gangguan neuromuscular d.d O: - tampak pasien gelisah
rentang gerak px menurun, dengan gerakan tidak
gerakan px terbatas, fisik px terkoordinasi
lemah - Tidak tampak gerakan
pada anggota sebelah
kanan
- Gerakan pasien tampak
terbatas
A: Masalah gangguan
mobilitas fisik menurun
P: Lanjutkan intervensi
5.1 Memonitor kondisi kulit
5.4 memposisikan senyaman
mungkin
5.7 memberikan latihan gerak
pasif
5.11 mengubah posisi setiap
2 jam sekali
P: lanjutkan intervensi
6.3 Mengidentifikasi
kebutuhan alat bantuan
kebersihan diri, berpakaian,
berhias dan makan
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Identfikasi kemampuan
dan beri penguatan
7.3 bina hubungan teraupetik
berdasarkan rasa percaya
7.4 Berikan empati,
kehangatan dan kejujuran
7.5 Anjurkan
mengekspresikan perasaan
Resiko infeksi b.d S: pasien tidak dapat dikaji
terpasangnya alat medis O: - pasien tampak suhu
invasive (NGT,Kateter, infus) tubuh hangat
d.d peningkatan suhu tubuh - Suhu tubuh pasien 38C
- Nadi pasien 102x/menit
- Fruekensi nafas
26x/menit
- Pasien tampak dilakukan
kompres dngin
- Leukosit 10,18
P: Lanjutkan intervensi
4.1 Memonitor Tanda dan
gejala infeksi local dan
sistemik
4.3 Cuci tangan sebelum dan
115
A: Masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak
efektif meningkat
P: lanjutkan Intervensi
1.1 Memonitor pola nafas
1.2 Memonitor bunyi nafas
tambahan
1.3 Memonitor sputum
1.8 Melakukan penghisapan
lendeir kurang dri 15 dteik
1.11 Memberikan oksigen
A: Masalah penurunan
kapasitas adaptif intrkranial
menurun
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Mengidentifikasi
penyebab peningkatan TIK
2.2 Memonitor tanda gejala
peningkatan TIK
2.4 Memonitor status
pernafasan
2.5 Memonitor output dan
intake cairan
2.7 Memberikan posisi semi
fowler
2.9 Mempertahankan suhu
tubuh norma
2.17 Memonitor penurunan
tingkat kesadaran
2.18 Memonitor perlambatan
atau ketidakseimbangan pupil
P: Lanjutkan intervensi
3.1 Mengidentifikasi
penyebab hipetemia
3.2 memonitor suhu tubuh
3.6 melonggarkan pakaian
3.8 Melakukan pendinginan
ekstrnal yaitu kompres
117
A: Masalah gangguan
mobilitas fisik menurun
P: Lanjutkan intervensi
5.1 Memonitor kondisi kulit
5.4 memposisikan senyaman
mungkin
5.7 memberikan latihan gerak
pasif
5.11 mengubah posisi setiap
2 jam sekali
P: lanjutkan intervensi
6.3 Mengidentifikasi
kebutuhan alat bantuan
kebersihan diri, berpakaian,
118
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Identfikasi kemampuan
dan beri penguatan
7.3 bina hubungan teraupetik
berdasarkan rasa percaya
7.4 Berikan empati,
kehangatan dan kejujuran
7.5 Anjurkan
mengekspresikan perasaan
Resiko infeksi b.d S: pasien tidak dapat dikaji
terpasangnya alat medis O: - pasien tampak suhu
invasive (NGT,Kateter, infus) tubuh hangat
d.d peningkatan suhu tubuh - Suhu tubuh pasien 38C
- Nadi pasien 102x/menit
- Fruekensi nafas
26x/menit
- Pasien tampak dilakukan
kompres dngin
- Leukosit 10,18
P: Lanjutkan intervensi
4.1 Memonitor Tanda dan
gejala infeksi local dan
sistemik
4.3 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
4.4 Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien beresiko
tinggi
119
A: Masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif
menurun
P: lanjutkan Intervensi
1.1 Memonitor pola nafas
1.2 Memonitor bunyi nafas
tambahan
1.3 Memonitor sputum
1.8 Melakukan penghisapan
lendeir kurang dri 15 dteik
1.11 Memberikan oksigen
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Mengidentifikasi penyebab
peningkatan TIK
2.2 Memonitor tanda gejala
peningkatan TIK
2.4 Memonitor status pernafasan
2.5 Memonitor output dan intake
cairan
2.7 Memberikan posisi semi
fowler
2.9 Mempertahankan suhu tubuh
norma
2.17 Memonitor penurunan
tingkat kesadaran
2.18 Memonitor perlambatan
atau ketidakseimbangan pupil
P: Lanjutkan intervensi
5.1 Memonitor kondisi kulit
5.4 memposisikan senyaman
mungkin
5.7 memberikan latihan gerak
pasif
5.11 mengubah posisi setiap 2
jam sekali
P: lanjutkan intervensi
6.3 Mengidentifikasi kebutuhan
alat bantuan kebersihan diri,
berpakaian, berhias dan makan
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Identfikasi kemampuan dan
beri penguatan
7.3 bina hubungan teraupetik
berdasarkan rasa percaya
7.4 Berikan empati, kehangatan
dan kejujuran
7.5 Anjurkan mengekspresikan
perasaan
Rabu Resiko infeksi b.d terpasangnya S: pasien tidak dapat dikaji
03/05/2023 alat medis invasive (terpasang O: - pasien tampak suhu tubuh
trakesto mi) d.d peningkatan hangat
suhu tubuh - Suhu tubuh pasien 37,2C
- Nadi pasien 80x/menit
- Fruekensi nafas 24x/menit
- Pasien tampak dilakukan
kompres dngin
- Leukosit 11,17
122
P: Lanjutkan intervensi
4.1 Memonitor Tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
4.3 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4.4 Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien beresiko
tinggi
A: Masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif
menurun
P: lanjutkan Intervensi
1.1 Memonitor pola nafas
1.2 Memonitor bunyi nafas
tambahan
1.3 Memonitor sputum
1.8 Melakukan penghisapan
lendeir kurang dri 15 dteik
1.11 Memberikan oksigen
1.13 berkolaborasi memberikan
bronkidilator
1.21 Memonitor adanya sekresi,
balutan yang kotor aau tanda
gejala yang membuuhkan
123
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Mengidentifikasi penyebab
peningkatan TIK
2.2 Memonitor tanda gejala
peningkatan TIK
2.4 Memonitor status pernafasan
2.5 Memonitor output dan intake
cairan
124
P: Lanjutkan intervensi
5.1 Memonitor kondisi kulit
5.4 memposisikan senyaman
mungkin
5.7 memberikan latihan gerak
pasif
5.11 mengubah posisi setiap 2
jam sekali
P: lanjutkan intervensi
6.3 Mengidentifikasi kebutuhan
alat bantuan kebersihan diri,
berpakaian, berhias dan makan
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Identfikasi kemampuan dan
beri penguatan
7.3 bina hubungan teraupetik
berdasarkan rasa percaya
7.4 Berikan empati, kehangatan
dan kejujuran
7.5 Anjurkan mengekspresikan
perasaan
P: Lanjutkan intervensi
4.1 Memonitor Tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
4.3 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
126
A: Masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif
meningkat
P: lanjutkan Intervensi
1.1 Memonitor pola nafas
1.2 Memonitor bunyi nafas
tambahan
1.3 Memonitor sputum
1.8 Melakukan penghisapan
lendeir kurang dri 15 dteik
1.11 Memberikan oksigen
1.13 berkolaborasi memberikan
bronkidilator
1.21 Memonitor adanya sekresi,
balutan yang kotor aau tanda
gejala yang membuuhkan
pengisapan
1.23 Memposisikan semi fowler
1.24 memasang sarung tangan
steril
1.25 Melakukan pengisapan
sputum di trakeastomi
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Mengidentifikasi penyebab
peningkatan TIK
2.2 Memonitor tanda gejala
peningkatan TIK
2.4 Memonitor status pernafasan
2.5 Memonitor output dan intake
cairan
2.7 Memberikan posisi semi
fowler
2.9 Mempertahankan suhu tubuh
norma
2.17 Memonitor penurunan
tingkat kesadaran
2.18 Memonitor perlambatan
atau ketidakseimbangan pupil
P: Lanjutkan intervensi
5.1 Memonitor kondisi kulit
5.4 memposisikan senyaman
mungkin
5.7 memberikan latihan gerak
128
P: lanjutkan intervensi
6.3 Mengidentifikasi kebutuhan
alat bantuan kebersihan diri,
berpakaian, berhias dan makan
P: Lanjutkan intervensi
7.1 Identfikasi kemampuan dan
beri penguatan
7.3 bina hubungan teraupetik
berdasarkan rasa percaya
7.4 Berikan empati, kehangatan
dan kejujuran
7.5 Anjurkan mengekspresikan
129
P: Lanjutkan intervensi
4.1 Memonitor Tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
4.3 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4.4 Mempertahankan teknik
aseptic pada pasien beresiko
tinggi
130
4.3 Pembahasan
sputum
sebelah kanan, pada ics 3 pada kedua pasien, adanya penggunaan otot
lpm dan terpasang opa. Pada pasien (Tn.F) pasien terpasang trakeastomi
bersihan jalan nafas tidak efektif, obstruksi jalan nafas, dispnea, henti
dilaksanakan berupa manajamen jalan nafas pada pasien (Tn.A) dan pada
pasien dilakukan suction kurang dari 15 detik dan terapi oksigen selain
hasil yang disusun yaitu, produksi sputum pada pasien belum membaik,
dyspnea belum membaik, frekuensi nafas 28x/menit, pola nafas cepat dan
sebagian dimana pasien sudah tidak memakai opa, karena data yang telah
karena data yang ditemukan belum memenuhi seluruh kriteria hasil yang
nafas tidak efektif masalah teratasi sebagian karena data yang ditemukan
oksigen sehingga masalah bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien
II (Tn.F) meningkat.
serebral
hipertensi yang tidak terkontrol, hasil pemeriksaan tanda tanda vital pada
nilai GCS E3vopaM4. Sedangkan tanda tanda vital pada hari pertama
menekan jaringan yang ada diotak sehingga terjadi iskemia bahkan infark
dan cedera otak yang disebabkan oleh cedera otak (Pramesti & Krisnawati,
2020)
mmhg, nilai MAP 120, kesadaran E2V1M2 sehingga pada pasien (Tn.A)
untuk mencegah keparahan pada cedera otak yang dialami pasien, pasien
pasien.
hanya muncul pada pasien I (Tn.A) yang ditandai dengan suhu tubuh
(Tn.F) sebelum di rujuk keruang seroja pasien (Tn.F) telah diberikan terapi
(kerusakan) otak akan menjadi lebih berat apabila hipertermi timbul selama
ataus etelah onset iskemik otak. Oleh karena itu hubungan antara hipertermi
dan stroke atau volume infark lebih bermakna bila demam terjadi lebih
awal, dan suhu tubuh dalam 24 jam pertama merupakan kunci kerusakan
yang buruk penderita stroke yang terlihat setelah hipertermi (Fauzi, 2022).
selama tiga hari yaitu dengan melakukan kompres dingin pada pasien
kriteria hasil yang disusun oleh karena itu intervensi manajemen hipertermia
pada (Tn.A) masih belum menurun dengan suhu tubuh 39,2C, suhu tubuh
neuromuskuler
dan annggota tubuh pasien sebelah kanan tampak tidak ada pergerakan.
tubuh di sebelah kanan, pada anggota sebelah kiri tidak tampak ada
pergerakan.
kepada kedua pasien yaitu perawatan tirah baring. Perawatan tirah baring
memasang siderails pada bed pasien, dan memberikan latihan rom pasif.
Hasil evaluasi pada pasien kedua pasien di hari pertama dan ketiga juga
karena data yang ditemukan belum memenuhi kriteria hasil yang disusun,
data yang ditemukan pada hari kedua yaitu, gerakan pasien inkoordinasi,
pasien gelisah, tidak tampak pergerkan pada anggota tubuh sebelah kiri dan
137
gerakan pasien terbatas pada pasien (Tn.A), sedangkan pada pasien (Tn.F)
tampak gerakan anggota tubuh di sebelah kanan, pada anggota sebelah kiri
tidak tampak ada pergerakan. Oleh karena itu intervensi perawatan tirah
edukasikan kepada keluarga pasien untuk mencegah adanya atrofi otot pada
terdapat gangguan pada anggota tubuh pasien, dan pasien tidak mampu
Defisit perawatan diri terjadi karena adanya defisit motorik yang disebabkan
gerak pada anggota tubuh, hal ini menyebabkan pasien tidak dapat
keperawatan yang dilakukan kepada kedua pasien selama dua hari berupa
138
ditemukan pada kedua pasien belum memenuhi kriteria hasil yang disusun.
Hasil evaluasi pada hari ketiga didapatkan masalah deficit perawatan diri
makan, dan ke toilet secara mandiri oleh karena itu intervensi dukungan
keluarga tampak gelisah, merasa sedih , dan merasa tidak ada harapan dari
sehingga proses berkabung menjadi tidak akan sukses atau berhenti disalah
satu fase berkabung. Menurut peneliti proses berkabung tidak baik baerada
2005). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi respon berduka adalah
mekanime koping dan dukungan sosial. Koping harus tersedia ketika klien
yang berduka melalui proses berkabung (Potter & Perry, 2005). Kurangnya
faktor ekternal dan faktor internal. Salah satu faktor ekternal adalah
masih tampak merasa sedih tetapi sudah mulai tidak kebingungan lagi, dan
terpasangnya kateter, NGT, infus karena pasien yang telah terpasang aat
medis invasive pasti ada resiko infeksi tersebut dan pasien II (Tn.F) yang
ditandai dengan pasien terpasang trakeastomi dan pasien post EVD dan
pasien juga terpasang NGT, kateter, infus sehingga penulis berasumsi pasien
II (Tn.F) beresiko infeksi lebih besar dari pada pasien I (Tn.A), yang ditandai
dengan leukosit 11,17, suhu tubuh pasien II (Tn.F), pasien tampak terpasang
frukuensi nadi 80x/menit. Pada pasien I (Tn.A) pasien tampak suhu tubuh
39C, tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 115x/ menit dengan hasil
antibiotic pada pasien I (Tn.A) dan pasien II (Tn.F). Hasil evaluasi yang
resiko infeksi cukup membaik, karena data yang ditemukan pada pasien I
(Tn.A) sebagian sudah memenuhi kriteria hasil yaitu suhu tubuh 38,5C,
disekitar area uretra yang terpasang kateter tidak ada gejala infeksi, seperti
kemerahan, pembengkan, dan sama halnya di sekitar area infus tangan kanan
tidak ada gejala infeksi seperti pembengkakan, dan kemerahan, NGT tidak
ada residu.
pembengkakan dan kemerahan, area uretra yang terpasang kateter tidak ada
pembengkakan, dan pada tangan kanan yang terpasang infus tidak ada
(Tn.A) dan pasien II (Tn.F) karena data yang ditemukan memenuhi sebagian
kriteria hasil yang disusun yaitu, suhu tubuh pada pasien I (Tn.A) 38,8C,
142
tidak ada kemerahan atau pun bengkak pada sekitar tangan yang terpasang
Dan pada pasien II (Tn.F) suhu tubuh 37,3C tidak ada kemerahan atau pun
bengkak pada sekitar tangan yang terpasang infus, NGT tidak ada residu,
kateter tidak ada bengkak. Pada sekitar trakeastomi dan post evd tidak ada
5.1 Kesimpulan
perbedaan data. Pada persamaan data ditemukan : tekanan darah inggi dan
2. Dari diagnosis yang ditemukan pada kedua pasien terdapat kesamaaan dan
muncul sama pada kedua pasien yaitu, bersihan jalan nafas tidak efektif
140
141
bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko infeksi, berduka. Pada pasien II
5.2 Saran
Guna terciptanya peningkatan mutu asuhan keperawatan pada pasien
Instansi Rumah Sakit dapat menjadikan hasil studi kasus ini sebagai
143
PPNI. (2019). Siki (standart intervensi keperawatan indonesia) (i (ed.)). Persatuan
perawat nasional indonesia.
PPNI. (2018). Standar diagnosis keperawatan indonesia (sdki). Persatuan
perawat nasional indonesia.
PPNI. (2019). Slki. “standar luaran keperawatan indonesia (slki).” Persatuan
perawat nasional indonesia.
Profil RSUD Abdul Wahab Sjahranie 2021. Diakses pada tanggal 8 Februari
2023.file:///C:/Users/Administrator/Downloads/PROFILE%20RSUD
%20AWS%20TAHUN%202021%20Revisi%20-compressed%20(1).pdf
Pujiastuti, 2018. Pentingnya Siriraj Stroke Score Di Area Keperawatan Gawat
Darurat.Jurnal Kesehatan
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses & Praktik,
Ed.4, Vol.2. Jakarta: EGC
144
Lampiran 3: Balance Cairan Pasien
Balace Cairan pada Pasien 1 (Tn.A) dengan Stroke Hemoragik Di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda
Tgl Tgl Tgl Output Tgl Tgl Tgl
3 4 5
Intake 1 2 3 Mei Mei Mei Satuan
Mei Mei Mei 2023 2023 2023
2023 2023 2023
Minum Peroral NGT NGT NGT Urine (0,5 – 1 1600 1500 1400 Ml/24jam
ml/Kg/BB/jam) ml ml ml
Cairan Infus 1300cc 1300cc 1300cc Drain (WSD) - - - Ml/24jam
(langsung IWL)
Obat IV 17030ml170ml
ml 30ml170ml IWL (10 – 15 56,25 56,25 56,25 Ml/24jam
ml/Kg/BB/24jam)
ml ml ml
NGT 1440cc 1440cc 1440cc Diare - - - Ml/24jam
Makanan (1 Kalori = 1600 1600 1600 Muntah - - - Ml/24jam
0,14ml/hari) kkal kkal kkal
NGT NGT NGT
- - - Pendarahan - - - Ml/24jam
- - - Feses - - - Ml/24jam
(1× = 200ml/hari)